PENGARUH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TERHADAP ...

527 downloads 571 Views 664KB Size Report
Tabulasi hasil angket Pendidikan Agama Islam tentang kesulitan belajar agama . ..... Pembentukan dan pendidikan karakter melalui Pendidikan Agama.
PENGARUH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TERHADAP PEMBIASAAN AKHLAK KARIMAH SISWA SMK KHAZANAH KEBAJIKAN PONDOK CABE ILIR

Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Disusun Oleh: Ai Ida Rosdiana NIM. 102011023580

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2011 M

PENGARUH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TERHADAP PEMBIASAAN AKHLAK KARIMAH SISWA SMK KHAZANAH KEBAJIKAN PONDOK CABE ILIR

Disusun Oleh: Ai Ida Rosdiana NIM. 102011023580

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2011 M

PENGARUH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TERHADAP PEMBIASAAN AKHLAK KARIMAH SISWA SMK KHAZANAH KEBAJIKAN PONDOK CABE ILIR

Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh: Ai Ida Rosdiana NIM. 102011023580

Di Bawah Bimbingan

Dr. Zaimuddin, MA NIP. 19590705 199103 1 002

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2011 M

LEMBAR PENGESAHAN Skripsi berjudul: “Pengaruh Pendidikan Agama Islam Terhadap Pembiasaan Akhlak Karimah Siswa SMK Khazanah Kebajikan Pondok Cabe Ilir” diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasyah pada, 3 November 2011 dihadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd.I) dalam bidang Pendidikan Agama Islam.

Jakarta, 3 November 2011

Panitia Ujian Munaqasyah Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Program Studi) Bahrissalim, MA NIP. 19680307 199803 1 002

Tanggal Tanda Tangan

............... …………………

Sekretaris (Sekretaris Jurusan/Prodi) Drs. Sapiudin Shiddiq, MA NIP. 19670328 200003 1 001

………... …………………

Penguji I Dr. Ahmad Shodiq, MA NIP. 19710709 199803 1 001

………... …………………

Penguji II Drs. Rusdi Jamil, MA NIP. 19621231 199503 1 005

………... …………………

Mengetahui, PGS. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Nurlena Rifa’i, MA. Ph. D NIP. 19571005 198703 1 003

ABSTRAK

Ai Ida Rosdiana Pengaruh Pendidikan Agama Islam terhadap Pembiasaan Akhlak Karimah Siswa SMK Khazanah Kebajikan Pondok Cabe Ilir. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh Pendidikan Agama Islam Terhadap Pembiasaan Akhlak Karimah Siswa SMK Khazanah Kebajikan Pondok Cabe Ilir. Peneliti melakukan penelitian tersebut sejak bulan November sampai dengan bulan Januari 2007. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan metode analisa kuantitatif deskriftip yaitu analisa yang dilakukan terhadap data yang berwujud angka dengan cara menjumlahkan, mengklasifikasikan, mentabulasikan dan selanjutnya dilakukan perhitungan dengan menggunakan data statistik. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SMK Khazanah Kebajikan Pondok Cabe Ilir yang diambil dari kelas I, II dan kelas III Sebanyak 125 Siswa. Teknik yang digunakan dalam penarikan sampel adalah secara random (acak) karena populasi siswa yang bersifat homogen. Sedangkan pengumpulan data yang dilakukan dengan cara (1). Observasi, (2). Wawancara, dan (3). Angket. Data hasil penelitian dianalisis secara deskriptif, kemudian untuk mengetahui bagaimana pengaruh pendidikan agama Islam terhadap pembiasaan akhlak karimah siswa yaitu dengan menggunakan Product Moment. Dari hasil perhitungan tersebut diperoleh besarnya rxy ˭ 0,42 dan rtabel pada taraf signifikansi 5% sebesar 0,195 sedangkan pada taraf signifikansi 1% diperoleh rtabel sebesar 0,254, hal ini menunjukkan bahwa rxy ˃ rtabel baik pada taraf signifikansi 5% ataupun pada taraf signifikansi 1%. Dengan demikian ditafsirkan bahwa antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi positif yang signifikan. Keadaan ini menolak Ho dan Ha diterima. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif yang signifikan antara Pendidikan Agama Islam terhadap pembiasaan akhlak karimah siswa dan korelasi tersebut adalah sedang ataupun cukup karena berada pada kisaran antara 0,40 – 0,70 pada indeks korelasi product moment.

KATA PENGANTAR

‫ﺑــــﺴﻢ ﷲ اﻟﺮ ﺣـﻤﻦ اﻟﺮ ﺣـــﯿﻢ‬ Tiada kata yang pantas penulis ucapkan selain menghaturkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT. Tuhan pencipta dan pemelihara alam, sang penentu setiap detik kehidupan manusia, atas segala rahmat dan hidayah-Nya yang senantiasa berlimpah kepada penulis, sehingga penulis diberikan kemampuan, kekuatan dan ketabahan hati dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Revolusioner Besar Nabi Muhammad SAW, yang senantiasa membawa cahaya dan rahmat bagi seluruh umat manusia. Tak pernah terbayangkan dalam diri penulis, seandainya jiwa tidak berserah diri kepada-Nya, atas proses panjang melintasi rentang waktu sejak awal masa orientasi MahaSiswa sampai semester sembilan merupakan detik-detik terakhir dalam menyelesaikan kewajiban akademik yang harus dipenuhi, dengan setitik asa yang tergantung di ujung harapan Alhamdulillah kebenaran dan janji Allah SWT. Menunjukkan bukti-bukti-Nya, bahwa hidup dan keinginan manusia ada yang menentukan dan mengatur, sehingga kesabaran, kegigihan dan pasrah kepada Sang Pencipta akan menunjukkan manusia kepada kebenaran tersebut. Segala sujud syukur hanya kepada-Mu Ya Rabb. Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari banyak sekali kesulitan dan hambatan yang dihadapi, serta saat ini juga masih jauh dari kesempurnaan dan hal ini tidak terlepas dari sifat manusia sebagai makhluk yang tidak terlepas dari kesalahan dan lupa. Selanjutnya penulis ingin sekali mengucapkan ribuan terima kasih tiada tara dan tiada terhingga atas bimbingan dan pengarahan-pengarahan yang diberikan kepada penulis, yaitu kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, sebagai Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, beserta jajarannya, pembantu Dekan I, II, dan III. Semoga dapat membawa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan menjadi Fakultas terdepan. ii

2. Bapak Dr. Bahrissalim, MA, sebagai Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bapak Dr. Sapiudin Siddiq, MA, sebagai Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam, beserta segenap Ibu/Bapak Dosen, Karyawan/i Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Bapak Dr. Zaimuddin, MA, sebagai dosen pembimbing skripsi, yang telah meluangkan

waktunya,

memberikan

motivasi

kepada

penulis

serta

membimbing dan mengarahkan penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 5. Bapak Mochammad Abdul Basyir S.Ag, selaku Kepala Sekolah SMK Khazanah Kebajikan Pondok Cabe Ilir Pamulang yang telah memberikan fasilitas dan informasi yang penulis butuhkan selama dalam proses penelitian skripsi ini. 6. Ayahanda dan ibundaku beserta Adik-adikku tercinta terima kasih atas motivasi dan cintanya yang tulus. Cinta yang tersebar diantara untaian do’a yang tidak pernah putus. 7. Kelurga Besar H. Iim Abdurahim dan Hj.Ema Rahmaniah di Cianjur, Akang Alu dan teh Siti di Bandung, Salman dan Hilmi. Terima kasih atas doa dan dukungannya, Semoga ikatan kekeluargaan kita tidak pernah putus. 8. Keluarga Besar Bapak Zindartomimi, Ibu Sari, Yesi, A’Asep dan buah hatinya Salha, Nadzar dan Cecep. Terima kasih atas dorongan dan motivasinya. Semoga kita dipertemukan kembali dengan keridhoan Allah SWT. 9. Kawan-kawan Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) angkatan 2002 khususnya kelas D yang selalu rame, An-an Siti Farihah, Jannah, Aisy, Juju, Enur, Nyak, Umi, Ida, Ira, Ucum, Wiwin, Dian, Aay, Yoyoh. Semoga ikatan tali silaturrahmi kita tidak pernah putus. 10. Kawan-kawan LS-ADI Jakarta, Bang Ray Rangkuti, Mas Anick HT, Mpo Iyo, Bang Junaedi, Bang Dani Setiawan, Dewi, Nha, Alpi di Aceh, Susan, Ima, Yudhis, Wahyu, Elen, Rizal, Bagus, Didi, Iwan dan Viqran, “kesemangatanku

iii

tak

pernah

berhenti

karena

melihat

dari

kegigihan

kalian

dalam

memperjuangkan hak-hak rakyat” Perjuangan masih panjang kawan! 11. Untuk Lutfi Zainal Muttaqien, S. Sos.I, seorang sahabat dan seorang Imam yang telah menghadirkan kedewasaan penulis dan yang selalu mengajarkan arti dari sebuah kehidupan, yang mengajarkan bagaimana cara menghargai orang lain, yang menjadikan penulis tegar dalam menghadapi getir dan pahitnya kehidupan tanpa itu semua kita tidak akan sampai pada manisnya kehidupan ini. Semoga kebersamaan kita mendapatkan ridho dan rahmat-Nya.

Jakarta, 14 Februari 2007

Penulis

Ai Ida Rosdiana

iv

DAFTAR ISI ABSTRAK.....................................................................................................

i

KATA PENGANTAR ..................................................................................

ii

DAFTAR ISI .................................................................................................

v

DAFTAR TABEL .........................................................................................

viii

DAFTAR GAMBAR.....................................................................................

xiii

BAB I

BAB II

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .........................................................

1

B. Identifikasi Masalah ...............................................................

6

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ....................................

6

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..............................................

6

1. Tujuan Penelitian ..............................................................

6

2. Manfaat Penelitan .............................................................

7

E. Sistematika Penulisan ............................................................

7

LANDASAN TEORITIS A. Pendidikan Agama Islam ........................................................

9

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ...............................

9

2. Tujuan Pendidikan Agama Islam ......................................

12

3. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam ........................

15

4. Metode dalam Pendidikan Agama Islam ..........................

15

B. Akhlak Al-Karimah ................................................................

20

1.

Pengertian Akhlak al-Karimah .........................................

20

2.

Sendi-Sendi Akhlak ..........................................................

22

3.

Muara Akhlak ..................................................................

28

4.

Pembinaan Manusia Menuju Akhlak Mulia ....................

33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................

38

B. Populasi dan Sampel Penelitian .............................................

38

v

C. Teknik Pengumpulan Data .....................................................

39

1. Observasi ..........................................................................

39

2. Wawancara ......................................................................

39

3. Angket .............................................................................

40

D. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ...................................

40

1. Editing ..............................................................................

41

2.

Skoring ............................................................................

41

3.

Tabulating .......................................................................

42

E. Kerangka Penelitian ...............................................................

44

F. Hipotesis .................................................................................

46

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Tentang SMK Khazanah Kebajikan .........

47

1.

Sejarah Singkat ................................................................

47

2.

Visi dan Misi ...................................................................

49

3.

Program Kegiatan ............................................................

50

4.

Status Siswa......................................................................

51

5.

Data Guru ........................................................................

51

6.

Sarana dan Prasarana Pendidikan.....................................

51

7.

Struktur Organisasi dan Dewan Pengurus .......................

52

8.

Dewan Pengurus ..............................................................

53

B. Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di SMK Khazanah Kebajikan ................................................................................

53

C. Deskripsi Data..........................................................................

56

1. Tabulasi Hasil Angket Pendidikan Agama Islam ...............

56

2. Tabulasi Hasil Angket Pembiasaan Akhlak Karimah .........

71

D. Uji Hipotesis ...........................................................................

86

E. Interpretasi Data ......................................................................

91

1. Interpretasi Secara Kasar/Sederhana ................................

93

2. Interpretasi Dengan Menggunakan Tabel Nilai “r” Product Moment ...............................................................

vi

93

BAB V

PENUTUP A. Kesimpulan ..............................................................................

95

B. Saran .......................................................................................

96

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................

98

LAMPIRAN

vii

DAFTAR TABEL

1. Jumlah Siswa SMK Khazanah Kebajikan Tahun ajaran 2006/2007..........

39

2. Skor alternative jawaban Responden dengan menggunakan skor kumulatif ...................................................................................................

41

3. Interpretasi tabel Nilai “r” Product Moment secara kasar/sederhana .......

43

4. Kisi-kisi angket untuk Variabel Bebas (Pendidikan Agama Islam)...........

45

5. Kisi-kisi angket untuk Variabel Terikat (Pembiasaan Akhlak Karimah) ..

45

6. Sarana dan Prasarana Pendidikan...............................................................

51

7. Tabulasi hasil angket Pendidikan Agama Islam tentang kesulitan belajar agama .........................................................................................................

56

8. Tabulasi hasil angket Pendidikan Agama Islam tentang perbuatan siswa setelah mendapatkan pelajaran Agama Islam ............................................

57

9. Tabulasi hasil angket Pendidikan Agama Islam tentang kegunaan Pendidikan Agama Islam bagi siswa .........................................................

57

10. Tabulasi hasil angket Pendidikan Agama Islam tentang siswa berdoa ketika beraktivitas ......................................................................................

58

11. Tabulasi hasil angket Pendidikan Agama Islam tentang perbuatan siswa sebelum melakukan suatu pekerjaan..........................................................

58

12. Tabulasi hasil angket Pendidikan Agama Islam tentang cara siswa menghormati orang yang lebih tua.............................................................

59

13. Tabulasi hasil angket Pendidikan Agama Islam tentang perbuatan siswa setelah mendapatkan Pelajaran Agama Islam ...........................................

59

14. Tabulasi hasil angket Pendidikan Agama Islam tentang sikap Siswa terhadap teman ...........................................................................................

60

15. Tabulasi hasil angket Pendidikan Agama Islam tentang siswa berdzikir dalam satu minggu ....................................................................................

60

16. Tabulasi hasil angket Pendidikan Agama Islam tentang materi yang disenangi siswa ..........................................................................................

viii

61

17. Tabulasi hasil angket Pendidikan Agama Islam tentang sikap siswa terhadap teman yang terkena musibah .......................................................

61

18. Tabulasi hasil angket Pendidikan Agama Islam tentang sikap siswa terhadap teman yang melakukan pencurian ...............................................

62

19. Tabulasi hasil angket Pendidikan Agama Islam tentang kebiasaan siswa setelah shalat subuh....................................................................................

62

20. Tabulasi hasil angket Pendidikan Agama Islam tentang sikap Siswa ketika dinasehati orang tua.........................................................................

63

21. Tabulasi hasil angket Pendidikan Agama Islam tentang sikap siswa terhadap teman yang membuang sampah sembarangan ............................

63

22. Tabulasi hasil angket Pendidikan Agama Islam tentang kebiasaan siswa ketika memasuki kelas ...............................................................................

64

23. Tabulasi hasil angket Pendidikan Agama Islam tentang sikap siswa terhadap teman yang membicarakan orang lain.........................................

64

24. Tabulasi hasil angket Pendidikan Agama Islam tentang sikap siswa terhadap penjelasan guru............................................................................

65

25. Tabulasi hasil angket Pendidikan Agama Islam tentang sikap siswa terhadap lingkungan ...................................................................................

65

26. Tabulasi hasil angket Pendidikan Agama Islam tentang kebiasaan siswa dalam mengikuti kajian mingguan .............................................................

66

27. Tabulasi hasil angket Pendidikan Agama Islam tentang sikap siswa ketika melakukan kesalahan terhadap teman ............................................

66

28. Tabulasi hasil angket Pendidikan Agama Islam tentang sikap siswa setelah mencontek ......................................................................................

67

29. Tabulasi hasil angket Pendidikan Agama Islam tentang kebohongan yang dilakukan Siswa dalam satu minggu .................................................

67

30. Tabulasi hasil angket Pendidikan Agama Islam tentang kegiatan siswa setelah shalat ..............................................................................................

68

31. Tabulasi hasil angket Pendidikan Agama Islam tentang tentang kejujuran ketika tidak mengerjakan tugas..................................................

ix

68

32. Tabulasi hasil angket Pendidikan Agama Islam yang dilakukan Siswa ketika bertemu guru....................................................................................

69

33. Tabulasi hasil angket Pendidikan Agama Islam yang dilakukan Siswa sebelum berangkat sekolah ........................................................................

69

34. Tabulasi hasil angket Pendidikan Agama Islam yang dilakukan siswa sebelum keluar rumah ................................................................................

70

35. Tabulasi hasil angket Pendidikan Agama Islam tentang pelanggaran siswa dalam satu minggu ...........................................................................

70

36. Tabulasi hasil angket Pendidikan Agama Islam tentang sikap siswa ketika melihat teman yang berduka............................................................

71

37. Tabulasi hasil angket perilaku siswa dimensi kejujuran tentang perasaan setelah shalat lima waktu ..........................................................................

71

38. Tabulasi hasil angket perilaku siswa dimensi kejujuran ketika menyakiti teman dengan perkataan buruk...................................................................

72

39. Tabulasi hasil angket perilaku siswa dimensi kejujuran terlambat shalat subuh dalam satu minggu..........................................................................

72

40. Tabulasi hasil angket perilaku siswa dimensi berbakti kepada Allah SWT ...........................................................................................................

73

41. Tabulasi hasil angket perilaku siswa dimensi berbakti dalam melaksanakan perintah Allah SWT............................................................

73

42. Tabulasi hasil angket perilaku siswa dimensi berbakti tentang perbuatan yang dilakukan ketika mendengarkan adzan..............................................

74

43. Tabulasi hasil angket perilaku siswa dimensi berbakti tentang sikap siswa terhadap teman yang melalaikan shalat ...........................................

74

44. Tabulasi hasil angket perilaku siswa dimensi ikhlas dalam memperbaiki bantuan kepada pengemis ..........................................................................

75

45. Tabulasi hasil angket perilaku siswa dimensi ikhlas siswa dalam memberikan sumbangan.............................................................................

75

46. Tabulasi hasil angket perilaku siswa dimensi ikhlas ketika menolong guru ............................................................................................................

x

76

47. Tabulasi hasil angket perilaku siswa dimensi berani dalam kebenaran menegur teman yang berkelahi ..................................................................

76

48. Tabulasi hasil angket perilaku siswa dimensi berani dalam kebenaran memperbaiki teman yang melakukan kecurangan .....................................

77

49. Tabulasi hasil angket perilaku siswa dimensi berani dalam kebenaran sikap siswa terhadap teman yang merokok di dalam kelas........................ 50. Tabulasi

hasil

angket

perilaku

siswa

dimensi

qonaah

77

ketika

mendapatkan cobaan ..................................................................................

78

51. Tabulasi hasil angket perilaku siswa dimensi kesabaran ketika dihina teman ..........................................................................................................

78

52. Tabulasi hasil angket perilaku siswa dimensi kesabaran ketika menghadapi teman yang meminta bantuan ................................................

79

53. Tabulasi hasil angket perilaku siswa dimensi kesabaran terhadap siswa yang suka jahil............................................................................................

79

54. Tabulasi hasil angket perilaku siswa dimensi amanah siswa ketika diberi uang SPP ....................................................................................................

80

55. Tabulasi hasil angket perilaku siswa dimensi tekun tentang sikap siswa ketika mendapatkan nilai yang tidak memuaskan......................................

80

56. Tabulasi hasil angket perilaku siswa dimensi disiplin siswa dalam mengikuti kajian ........................................................................................

81

57. Tabulasi hasil angket perilaku siswa dimensi disiplin tentang siswa yang tidak izin masuk sekolah ............................................................................

81

58. Tabulasi hasil angket perilaku siswa dimensi disiplin memasuki kelas ....

82

59. Tabulasi hasil angket perilaku siswa dimensi disiplin terhadap tata tertib yang diterapkan di sekolah.........................................................................

82

60. Tabulasi hasil angket perilaku siswa dimensi tekun dalam belajar............

83

61. Tabulasi hasil angket perilaku siswa dimensi tekun dalam waktu belajar.........................................................................................................

83

62. Tabulasi hasil angket perilaku siswa dimensi tekun dalam memilih tempat belajar .............................................................................................

xi

84

63. Tabulasi hasil angket perilaku siswa dimensi tekun tentang posisi belajar yang disukai siswa .....................................................................................

84

64. Tabulasi hasil angket perilaku siswa dimensi peduli tentang sikap siswa terhadap teman yang tidak punya uang saku..............................................

85

65. Tabulasi hasil angket perilaku siswa dimensi amanah yang sering dilalaikan ....................................................................................................

85

66. Tabulasi hasil angket perilaku siswa dimensi peduli tentang banyaknya siswa mengajak jajan teman.......................................................................

86

67. Uji Korelasi Antara Variabel X (Pendidikan Agama Islam) dan Variabel Y (Pembiasaan Akhlak Karimah Siswa)....................................................

xii

87

DAFTAR GAMBAR

1. Skema hubungan antara metode-metode peningkatan pribadi..................

36

2. Struktur organisasi SMK Khazanah Kebajikan.........................................

52

3. Proses Pelaksanaan PAI di SMK Khazanah Kebajikan ............................

54

xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Manusia, baik sebagai makhluk ciptaan ilahi maupun sebagai makhluk insani mempunyai pembawaan sifat dan kedudukan secara alami atau secara kodrati yang membedakan dirinya dengan bawaan kodrati makhluk lainnya. Sebagai makhluk ciptaan Tuhan ia mempunyai pembawaan serba ganda, dwitunggal dan serba tunggal. Dari segi pembawaan kodrati, ia terdiri dari unsur jasmani, dan sekaligus rohani, dari sifat kodrati, ia mempunyai sifat individual (egoisme), tetapi sekaligus sifat sosial, yakni merasa perlu tolong menolong (ta’awun) dan kerja sama dengan orang lain. Dan dari kedudukan kodrati, ia merupakan makhluk hamba Tuhan yang mempunyai kebebasan berbuat (free will) namun ia tetap bergantung pada kekuatan di luar dirinya, yakni bergantung pada batas-batas kekuatan Allah SWT (predestination). Kemudian manusia memiliki unsur nasut (kemanusiaan) dan lahut (ketuhanan). Namun demikian segala aspek pembawaan, sifat dan kedudukan yang bersifat bawaan atau alamiah tersebut manunggal dan menyatu dalam diri manusia yang begitu unik dan spesifik. Pembawaan kodrati manusia yang terdiri dari unsur jasmani dan rohani mempunyai berbagai kebutuhan yang perlu ia penuhi. Tubuhnya atau nasutnya yang berasal dari materi mempunyai kebutuhan hidup kebendaan,

1

2

sedangkan rohaninya yang bersifat immaterial mempunyai kebutuhan spiritual. Firman Allah SWT:

ِ ْ ‫ﻚ ﻟِْﻠﻤﻼَﺋِ َﻜ ِﺔ إِ ﱢﱐ َﺧﺎﻟِ ٌﻖ ﺑَ َﺸﺮا ﱢﻣ ْﻦ ِﻃ‬ ‫ﺖ ﻓِ ِﻴﻪ ِﻣ ْﻦ‬ َ َ‫إِ ْذ ﻗ‬ ُ ‫ﻓَِﺈ َذا َﺳ ﱠﻮﻳْـﺘُﻪُ َوﻧَـ َﻔ ْﺨ‬.‫ﲔ‬ َ َ ‫ﺎل َرﺑﱡ‬ ً ِِ ِ (٧١-٧۲ :٣٨/‫ﺪﻳْﻦ )ص‬ َ ‫ﱡرْوﺣﻲ ﻓَـ َﻘﻌُ ْﻮا ﻟَﻪُ َﺳﺎﺟ‬

Artinya: “(Ingatlah) ketika Rabbmu berfirman kepada malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan menusia dari tanah. Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya ruh (ciptaan)-Ku; maka hendaklah kamu tersungkur dengan sujud kepadanya.”(Q.S. Shaad/38 : 71-72) Untuk memacu dinamika kehidupannya, agar ia aktif kreatif dan dinamis, siap berusaha dan berkerja keras, maka pada dirinya ditanamkan berbagai pendorong (drive) untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang bermacam-macam. Untuk mendorong manusia dan menggerakkannya kearah pemenuhan kebutuhannya, Allah SWT melengkapi jasmani dan rohaninya

dengan berbagai daya (al-quwwah) yang menurut Ibnu Maskawaih dan alGhazali meliputi daya ilmu, daya ghadlab (marah), daya syahwah (makan, minum dan seksual), dan daya ‘adalah (keseimbangan).1 Semua daya tersebut jika ditumbuh kembangkan dengan prinsip keadilan dan keseimbangan, akan lahirlah akhlak dan budi pekerti mulia (akhlaq al-karimah). Namun jika sebaliknya terjadi misalnya dengan ilmu dikembangkan secara tidak seimbang seperti kepintaran yang disertai kesombongan atau sama sekali teramat bodoh dan dungu maka merupakan akhlak yang jahat, sebaliknya hikmah arif bijaksana adalah akhlaq mulia. Dalam hal ini akhlak mulia adalah berani (syaja’ah) dan perwira atau siap menjaga kehormatan (‘iffah). Dengan demikian induk dari akhlak mulia itu meliputi arif bijaksana, berani, perwira dan adil (hikmah, syaja’ah, ‘iffah dan ‘adalah) ajaran akhlak yang di dasarkan pada al-Qur’an dan Sunnah tersebut sebenarnya telah dipraktekkan dalam kehidupan manusia dari masa ke masa.

1

Moh. Ardani, Nilai-Nilai Akhlak/Budi Pekerti Dalam Ibadat, (Jakarta: CV. Karya Mulia, 2001), Cet. I, h. vii

3

Tetapi untuk mewujudkan akhlak mulia dalam realitas kehidupan sehari-hari tidaklah mudah semudah membalikkan telapak tangan. Dalam konteks Indonesia pada masa kini, dari sudut akhlak mulia seringkali kita mengamati fenomena yang memperihatinkan. Di hadapan mata kita terpampang realitas yang sering tidak masuk akal. Akhlak mulia dan budi pekerti luhur baik pada tingkat individual maupun sosial, seolah-olah tenggelam, dan kemerosotan akhlak dipertontonkan banyak kalangan masyarakat akhir-akhir ini. Berdasarkan gejala kemerosotan itu misalnya semakin

mudahnya

masyarakat,

terutama

generasi

muda,

dalam

mengkonsumsi minuman keras, narkoba dan obat terlarang lainnya; banyak kasus bentrokan, tawuran pelajar baik di lingkungan sekolah maupun diluar sekolah, sehingga proses belajar mengajar terganggu. Menurut data kepolisian, merebaknya kasus narkoba selalu diiringi dengan merebaknya berbagai tindakan kejahatan, inilah bahaya secara sosial. Bisa dibayangkan jika pengguna narkoba semakin banyak, berarti tingkat kejahatan akan semakin banyak. Saat ini menurut data kepolisian para pecandu narkoba sudah mencapai 2% dari seluruh penduduk Indonesia. Jika seluruh penduduk Indonesia berjumlah 200 juta, berarti ada 4 juta pecandu narkoba di Indonesia yang sebagian besar penggunanya adalah remaja. Data ini sebagaimana diakui Kapolri hanya sebagian kecil saja yang berhasil di data, sementara data sebenarnya jauh lebih banyak dari yang diketahui.2 Sedangkan data yang diperoleh LSM di Jabotabek ada 40% remaja yang suka sekali menonton film porno, 28% remaja yang suka berjudi, 25% peminum alcohol dan 14% pecandu narkoba dari jumlah responden adalah 5.860 remaja yang berusia 1321 tahun.3 Masalah akhlak dalam kemajuan teknologi yang modern ini semakin penting dan mendesak untuk dikaji dan diperlukan kumpulan fakta-fakta yang menunjukkan bahwa kemajuan teknologi tersebut membawa lebih banyak 2

Abu al-Ghifari, Romantika Remaja, (Bandung: Mujahid Press, 2004), Cet. VIII, h. 69 Syafari Soma dan Hajarudin, Menanggulangi Remaja Kriminal, Islam sebagai Alternatif, (Bogor: CV. Bintang Tsurayya, 1995), h. 95 3

4

dampak negatif disamping membawa dampak positif bagi peradaban manusia. Pendidikan Agama Islam yang berfokus meliputi akhlak, aspek al-Qur'an, aspek aqidah, syariah dan tarikh yang ada di sekolah menjadi tumpuan pembinaan dan perbaikan moral para siswa. Namun selama ini masih saja terdengar bahwa pendidikan agama masih cenderung pada perkembangan aspek kognitif dan psikomotorik saja, sedangkan aspek afektif dilupakan. Seharusnya pendidikan itu menyumbangkan ketiga ranah tersebut agar para siswa dapat terhindar dari perbuatan-perbuatan yang tidak terpuji. Pendidikan benar-benar merupakan latihan fisik, mental, dan moral bagi individu-individu, agar mereka menjadi manusia yang berbudaya. Dengan pendidikan, individu-individu itu diharapkan mampu memenuhi tugasnya sebagai manusia yang diciptakan Allah, sebagai makhluk yang sempurna dan terpilih sebagai khalifah-Nya di bumi, menjadi warga yang berarti dan bermanfaat bagi suatu negara. Seperti yang ditegaskan Azyumardi, pendidikan lebih daripada sekedar pengajaran. Pendidikan adalah suatu proses di mana suatu bangsa atau negara membina dan mengembangkan kesadaran diri di antara individu-individu.4 Sekolah bukan hanya sekedar tempat belajar (transfer of knowladge), namun sekaligus juga tempat memperoleh pendidikan termasuk pendidikan karakter (character building). Dalam dunia pendidikan tidak hanya sematamata mengarahkan pengajaran pada pembinaan intelektual dan keterampilan, tapi juga pendidikan yang berupaya membentuk kepribadian manusia yang luhur dan mulia. Pembentukan dan pendidikan karakter melalui Pendidikan Agama Islam di sekolah merupakan usaha mulia. Sekolah bertanggung jawab bukan hanya dalam menciptakan peserta didik yang unggul dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga dalam pembentukan karakter dan kepribadian yang sesuai dengan nilai-nilai agama. Dalam konteks ini, Zakiyah Darajat menyatakan bahwa sekolah diharapkan dapat menjadi lapangan yang baik 4

Azyumardi Azra, Esei-Esei Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1998), Cet. I, h. 3

5

bagi pertumbuhan kepribadian anak-anak, di samping sebagai tempat untuk mendapatkan ilmu pengetahuan yang akan memupuk kecerdasannya.5 Dengan kata lain, sekolah diharapkan menjadi lapangan sosial bagi anak-anak di mana pertumbuhan kepribadian, moral, sosial dan segala aspek kepribadian dapat berkembang, tidak terbatas pada aspek kognisi saja. Di samping itu, salah satu tugas para pendidik adalah mendidik akhlak dan jiwa para siswa, menanamkan rasa fadhilah (keutamaan), membiasakan mereka dengan kesopanan, mempersiapkan mereka suatu kehidupan yang suci, ikhlas dan jujur. Anak-anak selain membutuhkan kekuatan akali atau ilmu pengetahuan tapi ia juga membutuhkan pendidikan budi pekerti, perasaan, kemauan dan kepribadian. Dalam hal ini, al-Ghazali banyak mengungkapkan tentang hakikat dan perilaku manusia. al-Ghazali memandang bahwa baik-buruk akhlak yang ditampilkan seseorang itu adalah cerminan dari kepribadiannya, karena manusia memiliki struktur jiwa yang terdiri dari nafsu, akal dan kalbu. Akhlak merupakan pengalaman yang berhubungan dengan pribadi batin manusia, dalam usahanya untuk memperoleh keutamaan-keutamaan ruhaniah, dan menghilangkan sifat-sifat buruk yang ada di dalam diri manusia itu. Oleh karena itu, manusia bisa dinilai baik buruknya melalui akhlaknya. Untuk mengatasi penyakit-penyakit mental dan sosial yang terdapat pada anak-anak sekarang ini, maka harus ada sebuah penanggulangan yang serius dari semua kalangan seperti halnya membina, melatih, dan membiasakan kembali mental rohani melalui aktifitas pendidikan agama yang mampu membangun moral akhlak dan budi pekerti. Dalam kaitan ini, penulis merasa perlu membahas masalah tersebut dalam bentuk skripsi dengan judul: “Pengaruh Pendidikan Agama Islam terhadap Pembiasaan Akhlak Karimah Siswa SMK Khazanah Kebajikan Pondok Cabe Ilir.”

5

Zakiyah Darajat, Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental, (Jakarta: Bulan Bintang, 1975), h. 48

6

B. Identifikasi Masalah Penulis mengidentifikasi ada beberapa masalah yang berkaitan dengan judul skripsi penulis, yaitu 1. Bagaimana aktifitas Pendidikan Agama Islam yang diterapkan di SMK Khazanah Kebajikan? 2. Bagaimana efektifitas Pendidikan Agama Islam di SMK Khazanah Kebajikan? 3. Bagaimana sendi-sendi akhlak yang ada di SMK Khazanah Kebajikan? 4. Bagaimana perilaku siswa di keluarga, sekolah dan masyarakat? 5. Bagaimana pembiasaan akhlak karimah siswa dalam kehidupan seharihari?

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah Mengingat kajian pembahasan dari identifikasi masalah dalam skripsi ini cukup luas, dan agar penelitian ini menjadi terarah dan tidak bias, maka penulis membatasi masalah-masalahnya pada: 1. Aktifitas Pendidikan Agama Islam di SMK Khazanah Kebajikan 2. Pembiasaan akhlak karimah siswa SMK Khazanah Kebajikan dalam kehidupan sehari-hari Berdasarkan pembatasan masalah yang dikemukakan di atas, maka perumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana pengaruh pendidikan agama Islam terhadap pembiasaan akhlak karimah siswa SMK Khazanah Kebajikan”.

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pendidikan agama Islam terhadap pembiasaan akhlak karimah siswa SMK Khazanah Kebajikan dalam kehidupan sehari-hari.

7

2. Manfaat Penelitian Adapun hasil dari penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi: a. Penulis, dalam rangka menambah wawasan dan keilmuan tentang pengaruh pendidikan agama Islam terhadap pembiasaan akhlak siswa. b. Para praktisi pendidikan, khususnya praktisi pendidikan agama Islam, sebagai informasi yang positif dalam rangka meningkatkan dan membentuk akhlak karimah para siswa.

E. Sistematika Penulisan Untuk lebih dapat memberikan penjelasan dengan lebih sistematis, dan untuk dapat melihat persoalan dengan lebih objektif, maka penulis menyusun skripsi ini berdasarkan urutan sebagai berikut: Bab pertama, merupakan sebuah pengantar dari penelitian yang berjudul pengaruh pendidikan agama Islam terhadap akhlak karimah siswa SMK Khazanah Kebajikan, yang menjelaskan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab kedua, merupakan landasan teori atau acuan yang digunakan penulis pada penelitian skripsi ini, yang

terdiri pembahasan mengenai

Pendidikan Agama Islam, yang meliputi, pengertian, tujuan, ruang lingkup, dan metode Pendidikan Agama Islam. Juga membahas tentang akhlakul karimah yang meliputi pengertian akhlakul karimah, sendi-sendi akhlak, muara akhlak, dan pembinaan manusia menuju akhlak mulia. Bab ketiga, akan membahas mengenai metodologi penelitian yang meliputi tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan dan analisis data, kerangka penelitian, dan hipotesis. Bab keempat, akan membahas mengenai hasil penelitian yang meliputi gambaran umum tentang SMK Khazanah Kebajikan, pelaksanaan pendidikan di SMK Khazanah Kebajikan, deskripsi data, uji hipotesis, dan interpretasi data.

8

Bab kelima, merupakan bab penutup yang meliputi kesimpulan dari sebuah penelitian yang dilakukan oleh penulis, dan saran untuk stakeholders. Adapun teknik penulisan skripsi ini berpedoman pada buku “Pedoman Penulisan Skripsi” yang diterbitkan oleh Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2007.

BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam Pengertian pendidikan berbeda dengan pengertian pengajaran, namun sering kali diartikan sama. Secara etimologi, kata pendidikan yang kita gunakan sekarang dalam bahasa Arab adalah ‘tarbiyah’, dengan kata kerja ‘rabba’. Kata pengajaran dalam bahasa Arab adalah ‘ta’lim’ dengan kata kerja ‘allama’.1 Setelah melihat pengertian secara etimologi di atas, maka terlihatlah

perbedaan

pengertian

pendidikan

dengan

pengajaran.

Pendidikan bukan pengajaran karena materi pelajaran yang diajarkan tidak semata-mata untuk diketahui saja tetapi juga untuk diamalkan. M. Arifin mengatakan bahwa pada hakekatnya pendidikan adalah “usaha

orang

dewasa

secara

sadar

untuk

membimbing

dan

mengembangkan kepribadian serta kemampuan anak didik dalam bentuk pendidikan formal dan non formal.”2

1

Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), Cet. I,

h. 25. 2

M. Arifin, Hubungan Timbal balik Pendidikan Agama Islam Di Lingkungan Sekolah dan Keluarga, (Jakarta: Bulan Bintang, 1978), Cet. IV, h. 14.

9

10

Sedangkan menurut Zuhairini, dkk. bahwa mendidik adalah menanamkan tabiat yang baik agar anak-anak mempunyai sifat yang baik dan berpribadi utama.”3 Ahmad D. Marimba merumuskan bahwa pendidikan adalah “Bimbingan atau pinjaman secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian utama.”4 Gagasan utama pendidikan, termasuk di dalamnya pendidikan Agama Islam, terletak pada pandangan bahwa setiap manusia mempunyai nilai positif tentang kecerdasan, daya kreatif, dan keluhuran budi. Peran pendidikan adalah bagaimana nilai positif ini tumbuh menguat. Pendidikan yang tidak melahirkan pribadi yang berperilaku positif bisa dipastikan gagal, dan sistem pendidikan seperti ini sudah sepatutnya untuk direformasi. Semua yang telah dicapai para ahli pendidikan sebelum al-Ghazali dan ahli lainnya di berbagai bidang yang berkaitan dengan manusia dan masyarakat, dan semua yang dicapai oleh para ahli pendidikan kontemporer setelah terpaut hampir seribu tahun dengan al-Ghazali, tersimpul dalam ungkapan al-Ghazali5 dalam sebuah ungkapan ringkas:

ِ َ‫وﻣﻌﲎ اﻟﺘـﱠﺮﺑِﻴﱠ ِﺔ ﻳ ْﺸﺒِﻪ ﻓِﻌﻞ اﻟْ َﻔﻼﱠ ِح اﻟﱠ ِﺬى ﻳـ ْﻘﻠَﻊ اﻟﺸﱠﻮ َك وُﳜْﺮِج اﻟﻨﱠﺒﺎﺗ‬ ‫ﺎت‬ َ ُ َ ْ ُ َ ْ َ ْ ُ ُ ْ َ ْ ََ ِ ْ َ‫َﺟﻨَﺒِﻴﱠ ِﺔ ِﻣ ْﻦ ﺑـ‬ .ُ‫ﲔ اﻟﱠﺰْرِع ﻟِﻴَ ْﺤ ُﺴ َﻦ ﻧَـﺒَﺎﺗُﻪُ َوﻳَ ْﻜ ُﻤ َﻞ َرﻳْـﻌُﻪ‬ ْ ‫اْﻷ‬ Artinya: “Makna pendidikan (tarbiyah) sama dengan pekerjaan seorang petani yang mencabuti duri-duri dan mengeluarkan tumbuhtumbuhan liar dari tanamannya supaya tanamannya subur dan memuaskan”.

3

Zuhairini, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam. (Surabaya: Usaha Nasional, 1978), Cet. II, h. 27. 4 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Agama. (Bandung: PT. Maaf, 1987) Cet. VIII, h. 19. 5 Al-Ghazali, Ayyuha al-Walad, (Surabaya: Al-Hurmain, tt.), h. 13.

11

Dari ungkapan al-Ghazali yang ringkas tersebut mengandung pengertian bahwa pendidikan adalah kegiatan atau usaha yang disengaja oleh seorang pendidik untuk mengeluarkan akhlak yang buruk dari diri anak didik dan menggantinya dengan akhlak yang mulia. Bentuk kegiatan atau usaha tersebut meliputi bimbingan, pengajaran dan latihan atau pembiasaan dalam rangka membersihkan jiwa dari akhlak yang buruk sehingga terbentuk kepribadian yang utama berdasarkan ajaran Islam. Sedangkan dalam konteks Pendidikan Agama Islam, pendidikan dapat diartikan sebagai proses penyiapan generasi muda untuk mengisi peranan,

memindahkan

pengetahuan

dan

nilai-nilai

Islam

yang

diselaraskan dengan fungsi manusia untuk beramal di dunia dan memetik hasilnya di akhirat.6 Pendidikan

Agama

Islam

merupakan

bimbingan

rohani

berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam. Kepribadian utama yang dimaksud adalah kepribadian muslim.7 Hal ini senada dengan pengertian yang diungkapkan oleh Zuhairini, dkk. bahwa Pendidikan Agama Islam adalah: “Usaha-usaha secara sistematis dan pragmatis dalam membantu anak didik agar mereka hidup sesuai dengan ajaran Islam.”8 Direktorat Pembinaan Agama Islam pada Sekolah Umum Negeri (Ditbinpaisun) menjelaskan bahwa Pendidikan Islam adalah: “Suatu usaha bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan dapat memahami apa yang terkandung dalam Islam secara keseluruhan. Menghayati makna dan maksud serta manjadikan ajaran-ajaran agama Islam yang telah dianutnya sebagai

6

Hasan Langgulung, Beberapa Pemikiran tentang Pendidikan Islam, (Bandung: AlMa’arif, 1980), h. 944. 7 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Agama. (Bandung: PT. Maaf, 1987) Cet. VIII, h. 83. 8 Zuhairini, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam. (Surabaya: Usaha Nasional, 1978), Cet. II, h. 27.

12

pandangan hidupnya sehingga dapat mendatangkan kebahagian dunia akhirat kelak”9 Dengan adanya berbagai pendapat tentang Pendidikan Agama Islam di atas, dapat dirumuskan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha dalam membimbing dan mengembangkan kepribadian anak didik agar selalu berbuat atau bertingkah laku sesuai dengan ajaran Agama Islam sebagai pedoman bagi kehidupannya sehingga mereka selamat dunia dan akhirat.

2. Tujuan Pendidikan Agama Islam Proses pendidikan pada intinya merupakan interaksi antara pendidik (guru) dan peserta didik (murid) untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikannya yang telah ditetapkan.10 Tujuan pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting karena merupakan arah yang hendak dituju oleh pendidikan itu sendiri. Tujuan Pendidikan Agama Islam itu sendiri menurut M. Arifin. Adalah: “Perwujudan nilai-nilai Islami dalam pribadi manusia pendidikan yang diikhtiarkan oleh pendidikan muslim melalui proses yang terminal pada hasil (produk) yang berkepribadian Islam yang beriman, bertaqwa dan berilmu pengetahuan yang sanggup mengembangkan dirinya menjadi hamba Allah yang taat.”11 Sebagaimana telah disebutkan di atas, bahwa tujuan pendidikan bukan hanya mengisi anak didik dengan ilmu pengetahuan dan mengembangkan keterampilannya, tetapi juga mengembangkan aspek moral dan agamanya, dengan membersihkan jiwa dari akhlak yang buruk dan

menggantinya

dengan

akhlak

yang

mulia.

Konsekuensinya,

pendidikan bertujuan untuk membentuk pribadi dan akhlak yang mulia. 9

Departemen Agama RI, Ilmu Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi Agama/IAIN di Jakarta, Ditjen Binbaga Islam, 1982/1983), h. 83. 10 Nana Syaodih, Pengembangan Kurikulum, Teori dan Praktek, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997), Cet. I, h. 191. 11 M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1982), Cet. I, h. 224.

13

Dengan kata lain, tujuan pendidikan itu harus mencakup tiga aspek, yaitu aspek kognitif, yang meliputi pembinaan nalar, seperti kecerdasan, kepandaian dan daya pikir; aspek afektif, yang meliputi pembinaan hati, seperti pengembangan rasa, kalbu dan rohani; dan aspek psikomotorik, yaitu pembinaan jasmani, seperti kesehatan badan dan keterampilan.12 Sedangkan menurut al-Ghazali, tujuan akhir dari Pendidikan Agama Islam itu ada dua, yaitu: 13 a. Mencapai kesempurnaan manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. dengan sedekat-dekatnya. b. Mencapai kesempurnaan manusia untuk meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat. Tujuan akhir Pendidikan Agama Islam ini tidak terlepas dari tujuan hidup manusia dalam Islam, yakni untuk menciptakan pribadi-pribadi hamba Allah yang selalu bertakwa kepada-Nya, dan dapat mencapai kehidupan berbahagia di dunia dan akhirat.14 Sebagaimana yang digariskan dalam al-Qur’an:15

(٥۱ : ٥٦/‫)اﻟﺬارﻳﺔ‬

ِ ‫اﳉِ ﱠﻦ واﻹﻧْﺲ إِﻻ ﻟِﻴـﻌﺒ ُﺪ‬ ‫ون‬ ُ ‫َوَﻣﺎ َﺧﻠَ ْﻘ‬ ُْ َ َ َ ْ ‫ﺖ‬

Artinya: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat [51] : 56)

ِ‫ﱠ‬ ‫ﻳﻦ َآﻣﻨُﻮا اﺗﱠـ ُﻘﻮا اﷲَ َﺣ ﱠﻖ ﺗُـ َﻘﺎﺗِِﻪ َوﻻ َﲤُﻮﺗُ ﱠﻦ إِﻻﱠ َوأَﻧْـﺘُ ْﻢ ُﻣ ْﺴﻠِ ُﻤﻮ َن‬ َ ‫ﻳَﺎ أَﻳـﱡ َﻬﺎ اﻟﺬ‬ (۱٠٢ : ۳/ ‫)آل ﻋﻤﺮان‬ Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali

12

Muhaimin dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam, (Bandung: Trigenda Karya, 1993), h. 20. 13 Al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin, (Semarang: Maktabah wa Mathba’ah Toha Putera, tt), jilid I, h. 15. 14 Muhammad Natsir, Kapita Selekta, (Bandung: Van Hoeve, 1965), h. 46; Bandingkan dengan Azyumardi Azra, Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Millenium Baru, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), Cet. I, h. 8. 15 Alisuf Sabri, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1999), Cet. I, h. 108

14

kamu mati melainkan dalam Keadaan beragama Islam.” (QS. Ali Imran [3] : 102) Makna dan tujuan hidup manusia dalam agama Islam juga diperintahkan oleh Allah untuk dikemukakan dalam do’a pembukaan (iftitah) setiap shalat.16

ِ ‫اط ﻣﺴﺘ ِﻘﻴ ٍﻢ ِدﻳﻨﺎ ﻗِﻴﻤﺎ ِﻣﻠﱠﺔَ إِﺑـﺮ‬ ٍ ‫ﻗُﻞ إِﻧﱠِﲏ ﻫ َﺪ ِاﱐ رﱢﰊ إِ َﱃ ِﺻﺮ‬ ‫ﻴﻢ َﺣﻨِﻴ ًﻔﺎ َوَﻣﺎ‬ ‫اﻫ‬ ً َ ْ َ ُ ً َ َ ْ َ َ َ ْ ِ ِ ِ ِ َ ‫ ﻗُﻞ إِ ﱠن‬. ‫ﲔ‬ ‫ب‬ ‫ﺎي َوﳑََ ِﺎﰐِ ﷲِ َر ﱢ‬ َ ‫َﻛﺎ َن ﻣ َﻦ اﻟْ ُﻤ ْﺸ ِﺮﻛ‬ َ َ‫ﺻﻼﰐ َوﻧُ ُﺴﻜﻲ َوَْﳏﻴ‬ ْ ِ (۱٦۱-۱٦۲ : ٦/‫ﲔ )اﻷﻧﻌﺎم‬ َ ‫اﻟْ َﻌﺎﻟَﻤ‬ Artinya: "Katakanlah: "Sesungguhnya aku telah ditunjuki oleh Tuhanku kepada jalan yang lurus, (yaitu) agama yang benar, agama Ibrahim yang lurus, dan Ibrahim itu bukanlah termasuk orangorang musyrik". Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. Al-An’am [6] : 161-162)

Menurut al-Ghazali, pendidikan yang benar, merupakan sarana untuk bertakwa dan mendekatkan diri kepada Allah Swt. Pendidikan juga dapat mengantarkan manusia untuk menggapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. Namun demikian, menurut al-Ghazali kebahagiaan di dunia yang fana ini hanya sekedar faktor suplementer bagi pencapaian kebahagiaan akhirat yang abadi. Dengan demikian hubungan vertikal (hablu minallah) dan hubungan horizontal (hablu minannas) menjadi seimbang, sebagaimana dinyatakan oleh M. quraish Shihab bahwa: Manusia sebagai sasaran pendidikan pada dasarnya memiliki unsur-unsur material (jasmani) dan immaterial (akal dan jiwa). Membina akalnya akan menghasilkan ilmu pengetahuan, mendidik jiwanya akan menghasilkan kesucian dan etika, sedangkan membina jasmaninya akan menghasilkan keterampilan, sehingga dengan membina seluruh unsur-unsur yang terdiri dari materi dan immateri tersebut akan menghasilkan makhluk yang dwidimensi dalam satu keseimbangan, dunia dan akhirat, ilmu dan iman.17 16

A. Malik Fadjar, Reorientasi Pendidikan Islam, (Jakarta: Fajar Dunia, 1999), Cet. I, h. 2 M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1995), Cet. XI, h. 176

17

15

Dengan demikian, pendidikan agama Islam selain bertujuan untuk menyiapkan segala hal untuk kehidupan akhirat, juga menyiapkan insan yang saleh yang memenuhi syarat untuk menjadi khalifah di muka bumi.

3. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam Ruang lingkup bahan pelajaran Pendidikan agama Islam meliputi; keimanan, ibadah, al-Qur’an dan akhlak. Namun, pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di samping empat unsur itu, unsur pokok muamalah dan syari’ah lebih dikembangkan lagi. Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara : a.

Hubungan manusia dengan Allah swt.

b.

Hubungan manusia dengan manusia.

c.

Hubungan manusia dengan dirinya sendiri.

d.

Hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungannya.18

4. Metode dalam Pendidikan Agama Islam Untuk mewujudkan tujuan-tujuan pendidikan Agama Islam yang telah disinggung di atas, maka diperlukan metode pendidikan yang tepat sehingga tujuan-tujuan tersebut dapat tercapai. Secara etimologi, istilah metode berasal dari bahasa Yunani, metodos. Kata ini terdiri dari dua suku kata, metha yang berarti melalui atau melewati, dan hodos yang berarti jalan atau cara. Jadi metode berarti suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan.19 Dari definisi di atas, maka metode Pendidikan Agama Islam adalah: “Suatu cara yang dilalui oleh guru agama secara sadar, teratur dan

18

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kurikulum Pendidikan Dasar, (Jakarta: Dirjen Dikdasmen, 1993), h. 2. 19 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h. 40, lihat juga M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, h. 61.

16

bertujuan untuk menyampaikan bahan pendidikan agama Islam kepada siswa. Dalam dunia pendidikan, banyak dikenal metode-metode atau caracara yang digunakan agar tujuan pendidikan itu dapat tercapai, diantaranya adalah metode hafalan, metode perumpamaan, metode teladan, metode kisah, metode nasihat, metode pembiasaan, metode hukuman dan ganjaran.20 Sedangkan dalam Pendidikan Agama Islam, metode yang dapat dipergunakan antara lain metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi, metode pemberian tugas, metode demonstrasi, metode latihan, dan metode dramatisasi.21 Dalam pemakaian metode-metode di atas, seorang guru dituntut untuk dapat memilih metode yang tepat dan sesuai dengan bahan atau materi yang disampaikan. Berikut ini adalah penjelasan singkat tentang beberapa metode yang sering dipakai dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. a. Metode Ceramah Metode ceramah adalah suatu metode di dalam pendidikan dengan cara menyampaikan pengertian-pengertian pada anak didik dengan jalan menerangkan dan penuturan secara lisan. Untuk penjelasan dan uraiannya, guru dapat mempergunakan alat-alat bantu pengajaran, misalnya gambar, data, peta, denah, dan alat peraga lainnya. Penggunaan metode ceramah dalam pendidikan agama Islam, hampir semua bahan atau materi pendidikan agama Islam dapat mempergunakan ini, baik yang menyangkut masalah akidah, syari’ah, maupun akhlak. Hanya saja pelaksanaan harus dilengkapi dengan metode-metode lain yang sesuai. Metode ceramah ini banyak dipakai oleh rasul dalam menyampaikan dakwahnya. Hal ini dapat kita lihat

20

Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam I, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), h. 153, 226. Mahfudz Shalahuddin, Metodologi Pendidiklan Agama, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1987), Cet. I, h. 42. 21

17

misalnya sebelum Nabi Musa menjalankan tugas dakwahnya, beliau berdoa:

‫اﺣﻠُ ْﻞ ﻋُ ْﻘ َﺪ َة ِﻣ ْﻦ ﻟِ َﺴﺎ ِﱏ‬ َ َ‫ﻗ‬ ‫ﺎل َر ﱢ‬ ْ ‫ﺻ ْﺪ ِرى َوﻳَ ﱢﺴْﺮِﱃ أ َْﻣ ِﺮى َو‬ َ ‫ب ا ْﺷَﺮ ْح ِﱃ‬ ‫ﻳَـ ْﻔ َﻘ ُﻬ ْﻮا ﻗَـ ْﻮِﱃ‬ Artinya: “Berkata Musa: ya Tuhan-ku, lapangkanlah dadaku, mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuanku dari lidahku supaya mereka mengerti dari perkataanku.”22 Selain itu hampir semua bahan atau materi dakwah Nabi Muhammad SAW disampaikan melalui metode ceramah. b. Metode Tanya Jawab Metode

tanya

jawab

adalah

metode

mengajar

yang

disampaikan oleh guru dengan cara mengajukan berbagai pertanyaan kepada murid dan murid menjawab pertanyaan guru tersebut dengan baik. Metode dimaksudkan untuk mengenalkan pengetahuan, faktafakta tertentu yang sudah diajarkan dan untuk merangsang perhatian murid-murid dengan berbagai cara sebagai appersepsi, selingan dan evaluasi. Metode tanya jawab banyak dipakai pada pendidikan agama Islam dalam hubungannya dengan materi pelajaran agama yang meliputi akidah, syari’ah dan akhlak. Bahkan ketiga inti ajaran Islam tersebut disampaikan oleh malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad dengan melalui Tanya jawab. c. Metode Diskusi Metode diskusi adalah suatu metode di dalamnya mempelajari bahan atau menyampaikan bahan dengan jalan mendiskusikannya, sehingga membuahkan pengertian serta perubahan tingkah laku. 22

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf, 1995), h. 478.

18

Metode ini dimaksudkan untuk merangsang murid berpikir dan mengeluarkan pendapat sendiri serta ikut menyumbang pikiran dalam satu masalah bersama yang tergantung banyak kemungkinankemungkinan jawabannya. Dalam ajaran Islam banyak menunjukkan pentingnya metode diskusi

dipergunakan

dalam

pendidikan

agama

Islam.

Allah

mengajarkan agar segala sesuatu dipecahkan atas dasar musyawarah, sesuai dengan firman-Nya:

(١٥۹

:‫َو َﺷﺎ ِوْرُﻫ ْﻢ ِﰲ اْﻷ َْﻣ ِﺮ )آل ﻋﻤﺮان‬

Artinya: “…Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu”23 (QS. Ali Imran : 159) Dalam pendidikan agama Islam, metode diskusi ini banyak dipergunakan dalam bidang syari’ah dan akhlak. Sedangkan masalah keimanan (aqidah) kurang sesuai apabila metode ini digunakan. d. Metode Pemberian Tugas Metode pemberian tugas adalah metode mengajar dengan cara murid diberi tugas khusus oleh guru di luar jam pelajaran. Dalam pelaksanaan metode ini anak-anak dapat mengerjakan tugasnya di mana saja seperti di rumah, di perpustakaan, di laboratorium, di ruang praktikum untuk dipertanggung jawabkan kepada guru di kelas. Dalam pendidikan agama Islam metode ini dipergunakan dalam hal yang bersifat praktis. Misalnya, menjelang hari raya, mereka diberi tugas untuk mengumpulkan zakat fitrah (sebagai amil). Setelah selesai mereka harus mempertanggung jawabkan tugasnya dengan membuat laporan kepada guru.

23

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf, 1995), h. 103.

19

e. Metode Demonstrasi Metode demonstrasi adalah suatu metode mengajar dengan cara seorang guru atau orang lain yang sengaja diminta atau murid sendiri memperlihatkan pada seluruh kelas tentang suatu proses atau suatu kaifiyah melakukan sesuatu, misalnya cara mengambil wudhu, cara mengerjakan salat jenazah dan sebagainya. Di dalam pendidikan agama Islam metode demonstrasi banyak digunakan terutama dalam menerangkan tentang cara mengerjakan suatu ibadah, misalnya shalat, haji, tayamum, dan sebagainya. f. Metode Latihan Metode latihan adalah suatu metode dalam pendidikan dan pengajaran dengan jalan melatih anak-anak terhadap bahan pelajaran yang sudah diberikan. Metode latihan biasanya digunakan dalam pelajaran-pelajaran yang bersifat motoris seperti pelajaran menulis, pelajaran bahasa dan pelajaran

keterampilan,

dan

pelajaran-pelajaran

yang

bersifat

kecakapan mental dalam arti melatih anak-anak berpikir cepat. Dalam pendidikan agama Islam, metode ini sering dipakai untuk melatih ulangan pelajaran al-Qur’an dan praktek ibadah. g. Metode Dramatisasi Metode dramatisasi adalah suatu metode mengajar dengan cara siswa memerankan atau mendramakan sesuatu dalam hubungannya dengan kehidupan Metode ini digunakan dalam pendidikan agama Islam, terutama dalam bidang akhlak dan sejarah Islam. Dengan metode ini anak-anak akan lebih bisa menghayati tentang pelajaran yang diberikan, misalnya dalam menerangkan sikap seseorang muslim terhadap fakir miskin atau dalam merekonstruksikan peristiwa sejarah Islam, umpamanya tentang peristiwa awal mulanya Umar bin Khattab memeluk agama Islam dan sebagainya.

20

Menurut penulis agama Islam sangatlah mementingkan pendidikan kebiasaan,

dengan

pembiasaan

itulah

diharapkan

peserta

didik

mengamalkan ajaran agamanya secara berkelanjutan. Beberapa metode pengajaran dalam Pendidikan Agama Islam diatas, yang perlu untuk dipilih dan lebih banyak digunakan dalam pembiasaan antara lain: metode latihan (Drill), metode pemberian tugas, metode demonstrasi dan metode eksperimen.

B. Akhlak Karimah 1. Pengertian Akhlak Karimah Kata akhlak secara etimologi (lughatan) adalah bentuk jamak dari khuluq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat.24 Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia kata “akhlak memiliki arti yang sama dengan budi pekerti, watak, dan tabi’at.25 Sinonim dari budi pekerti adalah etika dan moral. Etika berasal dari bahasa Itali ‘etos’ yang berarti kebiasaan, dan moral juga berasal dari bahasa Latin ’mores’ yang berarti kebiasaan.26 Adapun pengertian akhlak secara terminologi menurut Ibnu Miskawaih dalam bukunya Tahdzibu al-Akhlak wa That-hirul A’raq ialah:

ِ ٌ ‫ ﺣ‬: ‫اﳋﻠﻖ‬ ِ‫ﺲد‬ ‫اﻋﻴَﺔٌ َﳍَﺎ أَﻓْـ َﻌﺎ َﳍَﺎ ِﻣ ْﻦ َﻏ ِْﲑﻓِ ْﻜ ٍﺮَوُرِوﻳٍَﺔ‬ َ ِ ‫ﺎل ﻟﻠﻨﱠـ ْﻔ‬ َ Artinya: “Akhlak itu adalah keadaan gerak jiwa yang mendorong ke arah melakukan perbuatan dengan tidak membutuhkan pemikiran dan pertimbangan.”27 Sedangkan

al-Ghazali

dalam

bukunya

Ihya

‘Ulumuddin

menyatakan :

24

Louis Ma’luf, Al-Munjid fi al-Lughah wa al-I’lam, (Beirut: Dar al-Masyriq, 1989), Cet. XXVIII, h. 164 25 Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Pengembangan Dan Pembinaan Bahasa Indonesia. PN. Balai Pustaka, 1985), h. 8. 26 Rahmat Djatmika, Sistem Etika Islami, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1996), h. 26. 27 Rahmat, Sistem Etika Islami, h. 27.

21

ٍ ‫ﺲر‬ ِ ‫ﺎﳋُﻠُ ُﻖ ِﻋﺒَﺎرةٌ َﻋﻦ َﻫْﻴﺌَ ٍﺔ‬ ِ ‫ﺎل ﺑِ ُﺴ ُﻬ ْﻮﻟٍَﺔ َوﻳُ ْﺴ ٍﺮ‬ ‫ﻔ‬ ‫ـ‬ ‫ﱠ‬ ‫ﻨ‬ ‫اﻟ‬ ‫ﰱ‬ ْ َ‫ﻓ‬ ُ ‫ﺼ ُﺪ ُراﻷَﻓْـ َﻌ‬ ْ ْ َ‫اﺳ َﺨﺔ َﻋْﻨـ َﻬﺎﺗ‬ ََ ْ َ ِ ‫ﺎﺟ ٍﺔ إِ َﱃ ﻓَ ْﻜ ٍﺮ َوُرِوﻳٍَﺔ‬ َ ‫ﻣ ْﻦ َﻏ ِْﲑ َﺣ‬ Artinya: “Akhlak Adalah suatu sikap (hay’ah) yang mengakar dalam jiwa yang darinya lahir berbagai perbuatan dengan mudah dan gampang, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.”28 Dari keterangan diatas, jelaslah bahwa akhlak itu harus bersifat konstan, spontan, tidak temporer dan tidak memerlukan pemikiran dan pertimbangan serta dorongan dari luar.29 Akhlak bukan saja merupakan tata aturan atau norma perilaku yang mengatur hubungan antara sesama manusia, tetapi juga norma yang mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhan dan bahkan dengan alam semesta sekalipun.30 Baik kata akhlak atau khuluq kedua-duanya dijumpai pemakaiannya di dalam al-Qur’an maupun Hadits sebagai mana terlihat di dalam ayat dan hadits berikut ini:

(٤ :٦٨/‫ﻚ ﻟَ َﻌﻠ َﻰ ُﺧﻠُ ٍﻖ َﻋ ِﻈﻴ ٍﻢ )اﻟﻘﻠﻢ‬ َ ‫َوإِﻧﱠ‬ Artinya: “Dan sesunguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (Q.S. al-Qalam/68 : 4)

ِِ (‫َﺣ َﺴﻨُـ ُﻬ ْﻢ ُﺧﻠًُﻘﺎ )رواﻩ اﻟﱰﻣـﺬى‬ َ ْ ‫أ ْﻛ َﻤ ُﻞ اﳌُْﺆﻣﻨ‬ ْ ‫ﲔ إِْﳝَﺎﻧًﺎ أ‬ Artinya: “Orang mukmin yang paling sempurna keimanannya adalah orang yang sempurna budi pekerti.” (H.R. Turmuzi)

28

Abu Hamid Muhammad al-Ghazali, Ihya’ ‘Ulum ad-Din, (Beirut: Dar Al-Fikr, 1989), jilid III, h. 58 29 Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak, (Yogyakarta: LPPI, 1999), Cet. I, h. 8 30 Harun Nasution dkk, Ensiklopedi Islam Indonesia, (Jakarta: Djambatan, 1992), h. 98

22

al-Ghazali memberikan definisi akhlak sebagai berikut:

ِ ِ ‫ِﻋﺒﺎرةٌ ﻋﻦ ﻫﻴﺌَ ٍﺔ ِﰲ اﻟﻨﱠـ ْﻔ‬ ‫ﺎل ﺑِ ُﺴ ُﻬ ْﻮﻟٍَﺔ َوﻳُ ْﺴ ٍﺮ ِﻣ ْﻦ‬ َ ‫ﺼ ُﺪ ُر اﻷَﻓْـ َﻌ‬ ْ َ‫ َﻋْﻨـ َﻬﺎ ﺗ‬,ٌ‫ﺲ َراﺳ َﺨﺔ‬ َْ ْ َ َ َ ِ ٍ ‫َﻏ ِﲑﺣ‬ ٍ ُ ‫ﺼ ُﺪ ُر َﻋْﻨـ َﻬﺎ اﻷَﻓْـ َﻌ‬ ُ‫ﺎل اﳉَ ِﻤْﻴـﻠَﺔ‬ ُ ‫ﺖ اﳍَْﻴﺌَﺔُ ِﲝَْﻴ‬ ْ َ‫ﻓَِﺈ ْن َﻛﺎﻧ‬, ‫ﺎﺟﺔ إِ َﱃ ﻓ ْﻜ ٍﺮ َوَرِوﻳﱠﺔ‬ ْ َ‫ﺚ ﺗ‬ َ َْ ِ ‫ﺼ ِﺎد ُر َﻋْﻨـ َﻬﺎ‬ ‫ﺎﺣ َﺴﻨً َﺎو إِ ْن َﻛﺎ َن اﻟ ﱠ‬ َ ‫ﺖ ﺗِْﻠ‬ ْ َ‫اﳌ ْﺤ ُﻤ َﺪةُ َﻋ ْﻘﻼً َو َﺷْﺮ ًﻋﺎ ُﲰﻴ‬ َ ‫ﻚ اﳍَْﻴﺌَﺔُ ُﺧﻠًُﻘ‬ َ ِ ِ ِ ‫ﱠ‬ ِ ُ ‫اﻷَﻓْـ َﻌ‬ ً‫ﺼ َﺪ ُر ُﺣ ْﻠ ًﻘﺎ َﺳْﻴﺌﺎ‬ ْ َ‫ﺎل اﻟ َﻘﺒْﻴ َﺤﺔُ ُﲰﻴ‬ ْ َ‫ﺖ اﳍَْﻴﺌَﺔُ اﻟﱴ ﻫ َﻲ اﳌ‬ Artinya: “Adalah suatu sikap (hay’ah) yang mengakar dalam jiwa yang darinya lahir berbagai perbuatan dengan mudah dan gampang, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Jika sikap itu yang darinya lahir perbuatan yang baik dan terpuji, baik dari segi akal dan syara’, maka ia disebut akhlak yang baik. Dan jika yang lahir darinya perbuatan tercela, maka sikap tersebut disebut akhlak yang buruk.”31 Berdasarkan definisi akhlak diatas, maka akhlak yang mulia (alAkhlak al-Karimah/al-Mahmudah), yaitu kondisi kejiwaan seseorang yang senantiasa berada dalam kontrol ilahiyah yang dapat membawa nilai-nilai positif dan kondusif bagi kemaslahatan umat. Dengan demikian maka setiap perbuatan positif yang dilakukan seseorang secara sadar menyangkut pertanggung jawabannya dengan Tuhan.

2. Sendi-Sendi Akhlak Dalam wujud pengamalannya, akhlak dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu akhlak terpuji dan akhlak tercela. Jika sesuai dengan perintah Allah SWT dan Rasul-Nya yang kemudian melahirkan perbuatan yang baik, maka itulah yang dinamakan akhlak tepuji. Sedangkan jika ia sesuai dengan apa yang dilarang Allah SWT dan Rasul-Nya dan melahirkan perbuatan-

31

Abu Hamid Muhammad al-Ghazali, Ihya’ ‘Ulum ad-Din, (Beirut: Dar Al-Fikr, 1989), Jilid III, h. 58

23

perbuatan yang buruk, maka itulah yang dinamakan akhlak tercela.32 Berikut penjelasan mengenai kedua akhlak tersebut: a) Akhlak Terpuji Mengenai akhlak yang terpuji ada empat sendi yang cukup mendasar dan menjadi induk seluruh akhlak. al-Ghazali dalam hubungan ini mengatakan: …Seperti demikian pula pada batiniah itu ada empat sendi. Tidak boleh tidak, harus bagus semuanya, sehingga sempurnalah kebagusan akhlak. Apabila sendi yang empat itu lurus, betul dan sesuai, niscaya berhasillah kebagusan akhlak. Yaitu: kekuatan ilmu, kekuatan marah, kekuatan nafsu syahwat, dan kekuatan keseimbangan diantara kekuatan yang tiga tersebut.33 Induk-induk akhlak yang baik (ummahat mahasin al-akhlak) adalah sebagai berikut: 1) Kekuatan ilmu, yaitu kebaikannya terletak pada kekuatan ilmu. Dengan kekuatan ilmu itu akan mudah untuk mengetahui perbedaan kondisi jiwa seseorang antara yang jujur dan yang berdusta dalam perkataan, antara yang benar dan yang bathil dalam beri’tikad dan diantara yang baik dan yang buruk dalam perbuatan.34 Maka apabila kekuatan ilmu ini baik niscaya akan menuai hikmah dari padanya, hikmah inilah merupakan pokok dari pada budi pekerti yang baik. Sebagaimana difirmankan oleh Allah SWT:

ِْ ‫ﻳـ ْﺆِﰐ‬ ِ ‫اﳊِ ْﻜ َﻤﺔَ ﻓَـ َﻘ ْﺪ أ‬ ‫ُوﰐَ َﺧْﻴـًﺮا َﻛﺜِ ًﲑا َوَﻣﺎﻳَ ﱠﺬ ﱠﻛُﺮ‬ ْ ‫ت‬ َ ‫اﳊ ْﻜ َﻤﺔَ َﻣﻦ ﻳَ َﺸﺂءُ َوَﻣﻦ ﻳـُ ْﺆ‬ ُ ِ ‫إِﻻﱠ أُوﻟُﻮا اْﻷَﻟْﺒ‬ (۲٦٩ : ‫ﺎب )اﻟﺒﻘﺮة‬ َ ْ Artinya: “Barang siapa yang dianugrahi al-hikmah itu, ia benarbenar telah dianugerahi karunia banyak.” (Q.S. alBaqarah: 269)

32

Dewan Redaksi, Ensiklopedi al-Qur’an Dunia Islam Modern, (Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Prima Yasa, 2002), h. 135 33 Imam al-Ghazali, Ihya’ ‘Ulumiddin (Terj). (Semarang: CV. Asy Syifa’ 2003), jilid. V, h. 53 34 Dewan Editor, Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve), Volume III, h. 332

24

2) Kekuatan marah wujudnya adalah syaja’ah (keberanian), maka kebaikannya berada pada keadaan jiwa yang dapat menundukkan amarah untuk patuh kepada akal pada waktu dilahirkan atau dikekang. 3) Kekuatan

nafsu

syahwat

wujudnya

adalah

‘iffah

(perwira),

kebaikannya ketika syahwat dalam keadaan terdidik oleh akal dan syariat agama atau (situasi jiwa yang mampu menertibkan nafsu atas dasar pertimbangan akal dan syariat agama. 4) Kekuatan keseimbangan diantara kekuatan yang tiga diatas wujudnya ialah adil, yaitu kondisi jiwa yang dapat mengendalikan amarah dan syahwat sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh akal dan syara’, posisi akal disini diumpamakan seperti orang yang memberikan nasehat dan menunjukkan jalan, kekuatan keadilan itu merupakan suatu kekuasaan. Perumpamaannya seperti anjing buruan yang memerlukan pendidikan, sehingga lari dan berhentinya itu menurut isyarat. Tidak menurut kehebatan nafsu syahwatnya sendiri. Nafsu syahwat itu perumpamaannya seperti

kuda yang dinaiki untuk

mencari buruan, sekali waktu kuda itu terlatih dan terdidik dan sekali waktu kuda itu tidak patuh pada majikannya. 35 Dengan demikian, maka pokok-pokok akhlak dan dasar-dasarnya itu ada empat, yaitu: hikmah, keberanian, menjaga kehormatan diri dan keadilan. Yang dimaksud hikmah adalah suatu keadaan jiwa yang dapat dipergunakan

untuk

mengatur

marah

dan

nafsu

syahwat

dan

mendorongnya menurut kehendak hikmah.36 Yang dimaksudkan dengan keberanian adalah kekuatan sifat kemarahan itu dapat ditundukkan. Adapun menjaga kehormatan diri adalah mendidik kekuatan syahwat dengan didikan akal dan syara’.

35

Imam al-Ghazali, Ihya’ ‘Ulumiddin (Terj). (Semarang: CV. Asy Syifa, 2003), jilid. V, h.

110-111. 36

Hikmah yang dimaksudkan disini yaitu tengah-tengah (tidak berlebihan dan tidak pula kurang) itulah yang khusus dengan sebutan hikmah.

25

Maka apabila keempat pokok ini lurus sesuai dengan akal dan syara’ akan memunculkan budi pekerti yang baik. Karena dari lurusnya kekuatan akal bisa menghasilkan penalaran yang baik, sehat, kejernihan hati, kecerdasan berfikir, kebenaran dugaan, kecerdasan berfikir terhadap perbuatan-perbuatan yang halus dan bahaya-bahaya jiwaa yang tersembunyi. Dari penggunaan akal yang berlebih-lebihan akan menimbulkan sifat cerdik, jahat, suka menipu, mengicuh dan panjang akal, jika berkurangnya akal akan menimbulakn kebodohan, tidak punya kepandaian, dungu dan gila. Yang dimaksudkan dengan tidak punya kepandaian adalah karena sedikitnya pengalaman dalam segala urusan, kadang-kadang manusia itu tidak pengalaman dalam satu urusan dan tidak pada urusan lain. Perbedaan antara dungu dan gila yaitu bilamana orang yang dungu bermaksudnya benar, tetapi dalam menempuh kebenarannya itu dengan jalan salah. Maka tidak ada satu pemikiran pun yang benar dalam menempuh jalan untuk bisa menyampaikan pada apa yang dimaksudkannya. Adapun gila, yaitu orang yang memilih apa yang tidak seharusnya ia pilih. Dari empat sendi akhlak terpuji itu, akan lahirlah suatu perbuatanperbuatan baik seperti jujur, suka memberi kepada sesama, berani dalam kebenaran, menghormati orang lain, sabar, malu, pemurah, memelihara rahasia, qana’ah (menerima hasil usaha dengan senang hati), menjaga diri dari hal-hal yang haram dan sebagainya. Di dalam agama Islam, hal-hal yang terpuji ini betul-betul mendapat perhatian yang istimewa, sehingga dapat disimpulkan bahwa Islam itu berisi akhlak terpuji saja, sebagaimana sabda Nabi SAW:

ِ‫إﺳﺘَ ْﺤﻠَﺺ َﻫ َﺬا اﻟﺪﱢﻳْﻦ ﻟِﻨَـ ْﻔ ِﺴ ِﻪ وﻻَ ﻳﺴﻠُﻪُ ﺑِ ِﺪﻳْﻨِ ُﻜﻢ إ‬ ‫ﱠ‬ ‫ﺎء‬ ‫ﺨ‬ ‫ﺴ‬ ‫اﻟ‬ ‫ﻻ‬ ‫ﱠ‬ َ ْ َ‫إِ ﱠن اﷲ‬ َ ْ َْ َ َ ُ (‫)رواﻩ اﻟﺪارﻗﻄﲎ ﻋﻦ اﺑﻦ اﳋﺪرى‬

26

Artinya: “Sesungguhnya Allah Ta’ala menerima dengan ikhlas agama ini (agama Islam) bagi dirinya. Dan tidak patut bagi agamamu selain kemurahan hati dan kebagusan budi. Dari itu ketauhilah! Maka hiasilah agamamu dengan keduanya.” (H.R. Ad-Duruqutni dari Abi Sa’id al-Khudri) Sabda Nabi yang lain:

ِ َ‫ﺼﺎﳊﺎ‬ ‫ت‬ ‫َﺧﻼَ ِق َواﳊَ َﺴﻨَ ِﺔ واﻷ َْﻋ َﻤ ِﺎل اﻟ ﱠ‬ ْ ‫إِ ﱠن اﷲَ َﺣ ﱠﻖ ا ِﻹﺳﻼَ َم ﺑﺎﻷ‬ Artinya: “Bahwasanya Allah telah menyelubungi Islam dengan budibudi mulia dan dengan amal-amal yang baik.” Selanjutnya kebahagiaan yang abadi pun hanya akan dapat dicapai atau diraih dengan akhlak yang baik, sabda Nabi mengenai hal itu:

‫ﻻَ ﻳَ ْﺪ ُﺧ ُﻞ اﳉَﻨﱠﺔَ إﻻﱠ ُﺣ ْﺴ ُﻦ اﳋُﻠُ ِﻖ‬, ِ‫َواﻟﱠ ِﺬى ﻧَـ ْﻔ ِﺴﻰ ﺑِﻴَ ِﺪﻩ‬ Artinya: “Demi Tuhan yang diriku ditangan-Nya, tiada masuk surga melainkan orang yang baik akhlak tinggi budi.”37 b) Akhlak Tercela Pembahasan selanjutnya ialah akhlak yang tercela, untuk akhlak ini pun ada sendi-sendi yang patut diketahui, yang menjadi sumber timbulnya perbuatan-perbuatan yang tidak baik. Sendi-sendi akhlak yang tercela tersebut merupakan kebalikan dari sendi-sendi akhlak yang terpuji, yaitu: 1) Khubtsan wa Jarbazah (pura-pura bodoh) dan balhan (bodoh), yaitu keadaan jiwa yang terlalu pintar sehingga tidak bisa menentukan mana yang benar dan mana yang salah atau berpura-pura bodoh/tidak tahu dalam urusan ikhtiariah. 2) Tahawwur (sembrono atau berani tapi tanpa perhitungan dan pemikiran), Jubun (penakut) dan khauran (lemah), yaitu kekuatan amarah yang tidak bisa dikendalikan walaupun sesuai dengan yang dikehendaki akal. 37

Hasbi Ash-Shiddieqy, Al-Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1969), Cet. III, h. 596

27

3) Syarhan (rakus) dan Jumud (beku), yaitu keadaan syahwat yang tidak terdidik oleh akal dan syariat agama, yang mengakibatkan kebekuan. 4) Zalim, yaitu kekuatan syahwat dan amarah yang tidak terbimbing oleh hikmah, sekaligus kebalikan dari adil. Keempat sendi-sendi akhlak tercela ini akan melahirkan berbagai perbuatan buruk yang di kendalikan oleh hawa nafsu seperti congkak, riya’, mencaci maki, khianat, dusta, dengki, keji, serakah, ‘ujub, pemarah, malas, membukakan rahasia orang lain, kikir, dan sebagainya yang kesemuanya akan mendatangkan mudharat dan kerugian bagi individu dan masyarakat. Keadaan akhlak ini adalah pangkal yang menentukan corak hidup manusia, manusia akan mengetahui mana yang baik dan yang buruk, dapat membedakan yang patut dan tak patut, yang hak dan yang bathil, boleh dan tidak boleh untuk dilakukan, meskipun ia kuasa atau mampu untuk melakukannya. Inilah suatu hal yang khusus untuk manusia. Lain halnya bagi hewan, dalam dunia hewan tidak ada pekerjaan yang baik dan buruk atau patut dan tak patut. Manusia dengan kelebihan akalnya dapat mengerti dan menginsyafi dirinya sendiri dan segala perbuatan yang baik sebelum maupun sesudah ia lakukan sehingga ia dapat dimintai pertanggung jawaban atas segala tindakannya. Akal pada manusia inilah yang mewujudkan adanya akhlak, yang sekaligus merupakan faktor utama pembeda antara hewan dan manusia. Dengan demikian akal adalah sesuatu yang istimewa pada manusia yang amat berperan bagi pembinaan akhlak. Dalam kaitannya dengan besarnya keistimewaan akal itu, alGhazali mengatakan: ...Bagaimana boleh diragukan tentang akal itu, sedangkan hewan dalam kepicikan tamyiznya (sifat hewan dapat membedakan sesuatu), merasa kecut terhadap akal. Sehingga sesekor hewan yang bertubuh besar, berkeberanian luar biasa dan bertenaga kuat, apabila melihat rupa manusia lalu merasa kecut dan takut karena dirasakannya

28

manusia itu akan menggagahinya lantaran keistimewaan manusia memperoleh helah dan daya upaya.”38 Pendapat al-Ghazali tersebut di atas menunjukkan bahwa manusia mempunyai kelebihan dari hewan karena akalnya, yang kemudian karena akhlaknya. Jika tanpa akhlak, manusia akan lebih buas dan lebih jahat daripada hewan, kehidupannya akan kacau. Seperti di ketahui akhlak adalah suatu ukuran tentang segala perbuatan manusia yang baik maupun yang buruk untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan dalam segala lingkungan pergaulan. Sekalipun rasa moral yang mendasari akhlak itu merupakan naluri yang dibawa manusia sejak lahir, namun tidak jarang setelah ia melihat kenyataan dalam kehidupan, manusia menjadi bimbang untuk memilih yang baik, hal mana memerlukan petunjuk wahyu.

3. Muara Akhlak Al-Qur’an dan al-Hadits mendasari seluruh ajaran al-Ghazali dan menjadi sumber utama inspirasi dari nilai-nilai pribadi dan sikap dalam kehidupannya, begitu juga mengenai konsep akhlak yang dikemukakan beliau.39 Berbicara mengenai akhlak tidak akan terlepas dari sendi-sendi akhlak sebagaimana telah dikemukakan diatas yaitu akhlak mulia dan akhlak tercela, Baik Akhlak

mulia ataupun akhlak tercela tersebut tidak dapat

dipisahkan dari kehidupan manusia. Adapun akhlak yang dipandang tinggi nilainya dan dicita-citakan oleh segenap lapisan masyarakat adalah akhlak mulia. Akhlak selalu merujuk kepada keadaan atau suasana jiwa seseorang. Bila seseorang melakukan suatu perbuatan, bukan hasil atau perbuatannya yang dilihat melainkan suasana kejiwaannya, tetapi bagaimana mungkin

38

Moh. Ardani, Nilai-Nilai Akhlak/Budi Pekerti Dalam Ibadat, (Jakarta: CV. Karya Mulia, 2001), Cet. I, h. 58. 39 Ali Issa Othman, Manusia Menurut al-Ghazali, (terj.), Anas Mahyuddin dari judul asli The Concept of Man in Islam in The Writings of Al-Ghazali, (Bandung: Pustaka, 1981), Cet. I, h. 1-2

29

keadaan jiwa seseorang itu bisa diketahui. Kejiwaan seseorang bisa dilihat dari segi sikap atau kesungguhannya, karena dalam akhlak (akhlak mulia) yang didasari sifat ke-Tuhan-an tidak akan bersikap hipokrit dan kepurapuraan. Akhlak mestilah dilakukan tanpa rekayasa yang benar-benar muncul dari dalam diri seseorang. Oleh karena itu persoalan akhlak merupakan persoalan batin seseorang yang tidak mudah untuk ditebak.40 Imam al-Ghazali menjelaskan bahwa al-Khalqu (ciptaan, makhluk) dan al-Khuluqu (budi pekerti) itu adalah dua ibarat yang dipergunakan bersama-sama. Seperti diucapkan bahwa Fulan itu bagus tingkah laku atau perangainya. Yang dimaksud al-Khalqu adalah tingkah laku lahiriyah dan yang dimaksudkan dengan al-Khuluqu adalah tingkah laku batiniyah. Karena manusia terdiri dari jasad yang dapat dilihat oleh mata dan dari ruh serta jiwa yang dapat dilihat dengan penglihatan hati. Masing-masing dari keduanya mempunyai eksistensi dan bentuk, ada kalanya buruk dan ada kalanya baik. Adapun jiwa yang dapat dilihat dengan penglihatan hati itu lebih besar tingkatannya dari pada jasad yang dapat dilihat dengan mata.41 Karena ruh (roh atau jiwa) menunjukan kelembutan Ilahi, dan seperti halnya Si “hati”, ia juga berada di dalam hati badaniah roh di masukkan ke dalam tubuh melalui “saringan yang halus”. Pengaruhnya terhadap tubuh ialah seperti lilin di dalam kamar. Tanpa meninggalkan tempatnya, cahayanya memancarkan sinar kehidupan bagi seluruh tubuh. Pada dasarnya, roh merupakan lathifah dan oleh karenanya ia merupakan suatu unsur Ilahi. Sebagai sesuatu yang halus, ia merupakan kelengkapan

pengetahuan

yang

tertinggi

dari

manusia,

yang

bertanggungjawab terhadap sinar dari penglihatan yang murni, apabila manusia bebas seluruhnya dari kesadaran fenomenal.42

40

http: //www. Mubarok. Institute. Blogspot. com Imam al-Ghazali, c, (Terj). (Semarang: CV. Asy Syifa’ 2003), Jilid. ke-5. h. 107-108 42 Ali Issa Othman, Manusia Menurut al-Ghazali, (terj.), Anas Mahyuddin dari judul asli The Concept of Man in Islam in The Writings of Al-Ghazali, (Bandung: Pustaka, 1981), Cet. I, h. 132 41

30

Allah mengagungkan urusan jiwa dengan disandarkan kepada-Nya. Allah berfirman:

ِِ ِ ِ ِ ِ ‫ﻓَِﺈ َذا ﺳ ﱠﻮﻳـﺘُﻪ وﻧَـ َﻔﺨ‬ (٧٢ :۳٨/‫ﻳﻦ )ص‬ ُ ْ َُ ْ َ َ ‫ﺖ ﻓﻴﻪ ﻣﻦ ﱡروﺣﻲ ﻓَـ َﻘﻌُﻮا ﻟَﻪُ َﺳﺎﺟﺪ‬

Artinya: “Sesungguhnya Aku menciptakan manusia dari tanah. Maka apabila telah Aku sempurnakan kejadiannya dan Aku tiupkan kepadanya ruh ciptaan-Ku; maka hendaklah kamu tersungkur dengan sujud kepadanya.” (Q.S. Shaad/38 : 71-72) Berdasarkan ayat diatas, al-Ghazali menyatakan bahwa manusia mempunyai dua unsur: yaitu jasmani dan rohani. Unsur jasmani berupa tubuh yang dihubungkan atau disandarkan dengan tanah (thin), sedangkan unsur Ruhani berupa jiwa dihubungkan dengan Allah SWT.43 Yang dimaksudkan dengan ruh dan jiwa pada tempat ini adalah satu. Maka al-Khuluqu (budi pekerti) itu suatu ibarat tentang keadaan dalam jiwa yang menetap di dalamnya. Dari keadaan dalam jiwa itu muncul perbuatanperbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan penelitian. Maka apabila dari tingkah laku seseorang itu muncul perbuatan-perbuatan baik dan terpuji secara akal dan syara’, maka itu disebut budi pekerti yang baik. Tetapi sebaliknya apabila tingkah laku itu memuncul perbuatan buruk, maka keadaan yang menjadi tempat munculnya tingkah laku itu disebut budi pekerti yang buruk. Maka budi pekerti itu adalah satu perumpamaan tentang keadaan jiwa dan bentuknya yang batin. Sebagaimana bagusnya bentuk lahir itu secara mutlak tidak akan sempurna apabila hanya dengan dua mata saja tanpa hidung, mulut dan kedua pipi, bahkan akan lebih sempurna apabila kesemua bentuk lahiriyah itu lengkap tanpa cacat. Demikian pula dalam batiniyah seseorang itu harus ada empat rukun yang tidak boleh tidak harus bagus atau pun baik semua sehingga akan sempurna budi pekertinya, dan apabila keempat rukun itu sama, lurus sejalan dan sesuai, niscaya akan berhasillah dalam mencapai budi pekerti yang baik. Yaitu kekuatan ilmu, kekuatan 43

Imam Al-Ghazali, Ihya 'ulum al-din, jilid III, h. 52

31

marah,

kekuatan

(keseimbangan).

nafsu

syahwat

dan

ketekunan

bertindak

adil

44

Berbicara mengenai hati sebagaimana telah diterangkan oleh Imam alGhazali, selalu dikepung oleh sifat-sifat baik dan buruk tergantung dari bisikan yang menghampirinya. Seolah-olah hati itu sasaran yang selalu diincar dari segala penjuru. Apabila hati itu tertimpa oleh suatu yang membekas padanya, maka sesuatu itu akan menimpa pada hati lagi dari penjuru lain yang berlawanan dengan yang pertama. Kemudian berobahlah sifat hati, dan apabila syetan turun pada hati dan mengajak hati melakukan hawa nafsu, maka turun pula malaikat pada hati lalu memalingkannya dari syetan. Apabila syetan itu mengajaknya kepada kejahatan, niscaya hati itu ditarik oleh syetan lain kepada kejahatan lain, dan apabila hati itu ditarik oleh malaikat kearah kebajikan, niscaya hati itu ditarik pula oleh malaikat lain kepada kebajikan lain. Maka disini dapat dilihat bahwa dalam satu waktu hati dapat berlawanan antara dua malaikat, sekali waktu antara dua syaitan dan sekali waktu antara malaikat dan syetan. Hati tidak akan dibiarkan sama sekali. Mengenai penjelasan ini Allah memberi isyarat dengan firman-Nya:

(١١٠:٦/‫)اﻷﻧﻌﺎم‬

ِ ‫وﻧـُ َﻘﻠﱢ‬ ‫ﺼ َﺎرُﻫ ْﻢ‬ َ ْ‫ﺐ أَﻓْﺌ َﺪﺗَـ ُﻬ ْﻢ َوأَﺑ‬ ُ َ

Artinya: “Dan Kami bolak-balikan hati dan penglihatan mereka”. (Q.S. al An’aam/6 : 110) Hati yang tetap pada kebajikan dan keburukan serta mondar-mandir antara keduanya itu terbagi menjadi tiga: Pertama, hati yang dibangun dengan dasar taqwa, yang bersih dengan latihan dan suci dari kekejian-kekejian akhlak, tergores didalamnya lintasanlintasan kebajikan dari simpanan-simpanan barang yang samar dan tempattempat masuk alam malakut. Maka berpalinglah akal kepada berfikir tentang yang terlintas padanya agar dapat diketahui kehalusan-kehalusan kebajikan 44

Imam Al-Ghazali, Ihya’ ‘Ulumiddin, (Terj), Jilid V, h. 109-114

32

dan dapat disingkap rahasia-rahasia faidahnya. Kemudian tersingkaplah untuk itu mukanya dengan cahaya penglihatan mata hati. Maka ia meneguhkan bahwa ia tidak boleh tidak untuk melakukan. Lalu ia tertarik kepadanya dan mengajaknya untuk melakukannya ketika itu malaikat melihat kepada hati. Ia menemukan hati itu dalam keadaan bersih pada jauharnya, suci dengan ketaqwaannya, bersinar dengan cahaya akalnya dan dibangun dengan cahaya-cahaya ma’rifah. Maka malaikat melihat bahwa hati itu patut dijadikan sebagai tempat ketetapan dan singgahannya. Pada keadaan demikian malaikat membantunya dengan tentara yang tidak terlihat dan diberinya petunjuk kepada kebajikan-kebajikan yang lain. Demikian seterusnya, tidak akan habis pertolongan dan memudahkan urusan kepadanya. Hati yang demikian selalu akan memancarkan cahaya ke-Tuhan-an, akan membuahkan rasa syukur, sabar, takut, fakir, zuhud, kasih sayang, ridha, rindu, tawakkal, tafakkur, mengoreksi diri. Itu merupakan hati yang selalu menghadapkan diri kepada Allah SWT dengan wajahnya. Hati yang kedua, adalah hati yang hina, bercampur dengan hawa nafsu yang kotor, dengan akhlak-akhlak yang tercela dan keji. Pada hati itu terbuka pintu-pintu syetan dan tertutup pintu-pintu bagi malaikat. Permulaan kejahatan pada hati ini tertanam hawa nafsu dan terukir di dalamnya. Hati dengan lintasan hawa nafsu ini akan meminta fatwa/petunjuk pada akal tetapi akal melayani hawa nafsu yang semakin berkembang yang melemahkan iman sehingga nafsu syahwat mendominasi hati untuk menguasainya. Hati yang ketiga, adalah hati yang didalamnya tertanam hawa nafsu yang mengajaknya kepada kejahatan, tetapi lintasan iman masih berperan yang mengajaknya kepada kebajikan, ajakan lintasan iman membangkitkan nafsu dengan syahwat-syahwatnya untuk membantu lintasan kejahatan. Maka nafsu semakin meningkatkan kesenangan dan kenikmatan. Akal berperan dengan kebajikannya yang menolak pihak nafsu syahwat.

33

Jelaslah bahwa muara akhlak atau pun budi pekerti itu bersumber dari hati, baik itu budi pekerti yang mulia atau budi pekerti yang tercela. Karena hati tidak terlepas dari nafsu syahwat, bisikan syaitan, bisikan malaikat, posisi akal. Tergantung dari hati tersebut dapat dengan mudah atau tidak untuk tunduk kepada nafsu syaitan atau malaikat. Jadi keadaan hati itu selalu terkurung dan diincar dengan berbagai bisikan. Posisi hati disini harus lebih cenderung

kepada

sifat-sifat

ke-Tuhan-an,

dibangun

dengan

dasar

ketaqwaan, dan melatihnya (riyadhah) dengan mencegah nafsu syahwat dan sifat marah.

4. Pembinaan Manusia Menuju Akhlak Mulia Al-Ghazali berpendapat bahwa peningkatan diri menuju akhlak mulia pada hakikatnya adalah upaya perbaikan akhlak, artinya suatu upaya untuk menumbuh kembangkan sifat-sifat terpuji (mahmudah) dan sekaligus menghilangkan sifat-sifat tercela (mazmummah) pada diri pribadi seseorang. Akhlak manusia benar-benar dapat diperbaiki, bahkan sangat dianjurkan untuk diperbaiki sesuai dengan sabda Rasulullah SAW “upayakan akhlak kalian menjadi baik” (hassinuu akhlakakum), sekalipun harus diakui bahwa usaha ini tidak mudah dilakukan sehubungan dengan perbedaan keadaan dan taraf kesedian setiap orang untuk memperbaiki dirinya. Pandangan al-Ghazali mengenai sumber-sumber akhlak tercela adalah nafsu-nafsu yang terpatri di dalam eksistensi manusia yakni syahwat (misalnya hasrat seks dan kesenangan) dan ghadhab (misalnya rasa marah) yang diumbar serta daya tarik dunia yang melalaikan, dan ajakan-ajakan setan kepada manusia untuk melakukan perbuatan jahat dan keji. Sedangkan akhlak yang baik bersumber dari sifat-sifat ketuhanan, kekuatan akal dan hikmah, ambisi dan emosi yang terkendalikan oleh akal dan syara serta terarah pada kebijakan. Hanna Djumhana Bastaman mengemukakan mengenai `cara-cara perbaikan

akhlak

yang

diungkapkan

oleh

al-Ghazali

yaitu

dapat

34

dikelompokkan atas tiga macam metode yang berkaitan erat satu dengan yang lainnya sebagai berikut: a) Metode taat syari’at. Metode ini berupa proses pembenahan diri, yakni membiasakan diri dalam kehidupan sehari-hari untuk berusaha semampunya dalam melakukan kebajikan dan hal-hal yang bermanfaat sesuai dengan ketentuan-ketentuan syari’at, aturan-aturan negara, dan norma-norma kehidupan bermasyarakat. Di samping itu berusaha pula untuk menjauhi hal-hal yang dilarang syara’ dan aturan-aturan yang berlaku. Metode ini merupakan metode yang paling sederhana dan alamiah yang sebenarnya dapat dilakukan siapa saja dalam kehidupannya sehari-hari di masyarakat. Hasilnya akan berkembang tanpa disadari pada diri seseorang sikap dan perilaku yang positif seperti ketaatan pada agama dan norma masyarakat, hidup tenang dan wajar, senang akan kebajikan, pandai menyesuaikan diri dan bebas dari permusuhan. b) Metode pengembangan diri. Metode yang bercorak psiko-edukatif ini didasari oleh kesadaran diri atas keunggulan dan kelemahan pribadi yang kemudian melahirkan keinginan untuk meningkatkan sifat-sifat baik dan mengurangi sifat-sifat buruk di dalam dirinya. Dalam pelaksanaannya dilakukan pula proses pembiasaan seperti pada metode pertama di tambah dengan usaha-usaha meneladani perbuatan baik dari orang lain seperti meneladani perbuatan-perbuatan Rasulullah SAW. Ada sebuah hukum yang menyatakan: ”Sesuatu yang diulang-ulang akan menjadi kebiasaan, kebiasaan yang diulang-ulang akan menjadi adat. Adat yang diulang-ulang akan menjadi sifat.” Karena itu seorang anak harus dibiasakan dengan ajaran Islam sesuai dengan perkembangannya agar ia mempunyai sifat-sifat yang Islami dan berakhlak mulia.45 Membiasakan diri dengan cara hidup seperti ini apabila dilaksanakan secara konsisten, maka tanpa terasa akan berkembang kebiasaan-

45

Syahminan Zaini dan Murni Ali, Pendidikan Anak dalam Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2004), Cet. III, h. 40-41

35

kebiasaan dan sifat-sifat terpuji dalam kehidupan pribadi dan dalam kehidupan bermasyarakat. Metode ini pada dasarnya mirip dengan metode pertama, hanya saja dilakukan secara lebih sadar, lebih disiplin, dan intensif, sifatnya lebih individual daripada metode pertama. c) Metode kesufian. Metode ini bercorak spiritual-religius dan bertujuan untuk meningkatkan kualitas pribadi mendekati citra insan ideal. Pelatihan disiplin diri ini menurut al-Ghazali dilakukan melalui dua jalan, yakni al-mujaahadah dan al riyaadhah. al-mujaahadah, artinya usaha dengan penuh kesungguhan untuk menghilangkan segala hambatan pribadi (harta, kemegahan, taklid, dan maksyiat), sedangkan alriyaadhah adalah latihan mendekatkan diri kepada Tuhan dengan cara mengintensifkan dan meningkatkan kualitas ibadah. Kegiatan sufistik ini biasanya berlangsung dibawah bimbingan seorang guru yang benar-benar berkualitas dalam hal ilmu, kemampuan dan wewenang serta memenuhi persyaratan sebagai mursyid. al-Ghazali menilai bahwa hidup kesufian merupakan jalan yang benar-benar “diterangi cahaya kenabian” dan “dikehendaki Allah Ta’ala”. Secara selintas al-Ghazali menggambarkan proses hidup kesufian yang terdiri dari tiga tahap yaitu: 1) Tahap ikhtiar dan kasab yaitu atas kehendak sendiri untuk berusaha mengosongkan hati dari hal-hal selain Allah, mengingat-Nya secara intensif, dan melakukan i’tikaf sebagai pengintensifan ibadah dan dzikrullah. 2) Tahap

mukasyafah

dan

musyahadah

yaitu

menyaksikan

dan

mengalami sendiri terbukanya rahasia kegaiban, sehingga ”dalam keadaan sadar melihat malaikat dan arwah para Nabi, mendengar suara mereka dan mendapat pelajaran dari mereka”. 3) Tahap kedekatan yaitu setelah melalui beberapa tahap yang lebih tinggi lagi akhirnya sampai pada tahap “dekat kepada-Nya” yang sangat sulit digambarkan dengan kata-kata. Kondisi ini menurut Al-

36

Ghazali sama sekali bukan merupakan penyatuan diri dengan Tuhan (hulul, ittihad, wusul), tetapi merupakan suatu pengalaman yang sangat khusus. Dari ketiga metode tersebut di atas, cara kesufian inilah yang dianggap paling tinggi oleh al-Ghazali dalam proses peningkatan derajat keruhanian, khususnya dalam meraih akhlak terpuji. Seperti halnya ragam-ragam tipologi al-Ghazali yang coraknya bertahap, ketiga metode ini pun menurut Hanna Djumhana bertahap pula yakni dimulai dari “taat syari’at” yang lebih adaptif-eksternal sifatnya, kemudian “pengembangan diri” yang merupakan aktualisasi internal, lalu “hidup kesufian” yang dialogis-transendental. Ketiganya berhubungan satu dengan lainnya seperti tergambar pada skema di bawah ini: Kesufian

Pengembangan Diri

Ta’at Syari’at

Gambar 1 : Skema hubungan antara metode-metode peningkatan pribadi (disarikan dari pandangan al-Ghazali) Metode Kesufian yang bercorak spiritual-religius merupakan peningkatan dari metode pengembangan diri yang bersifat psiko-edukatif, sedangkan metode pengembangan diri merupakan kelanjutan dari metode taat syari'at. Sesuai dengan prinsip "kewajaran dan sineger tengah" dalam pengembangan akhlak, maka seseorang yang menjalani hidup kesufian misalnya tidak disarankan hidup eksklusif-aksetis dan menjauhkan diri dari lingkungan masyarakat, tetapi diharapkan untuk berkarya dalam masyarakat

37

serta menjalani hidup secara normal dan wajar dengan kualitas hidup yang lebih baik dan lebih bermakna.46

46

Misalnya, al-Ghazali, dia bertugas kembali sebagai pengajar setelah beliau menjalani hidup kesufian, dan setelah itu keluar karya-karya istimewa beliau antara lain Ihya Ulumiddin. Hanna Djumhana Bastaman, Integrasi Psikologi dengan Islam; Menuju Psikologi Islam, h. 88

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian Dalam melaksanakan penelitian ini, penulis mengambil tempat di SMK Khazanah Kebajikan Pondok Cabe Ilir Pamulang Tanggerang. Adapun waktu pelaksanaannya yaitu pada bulan November sampai dengan Januari 2007. Lokasi SMK Khazanah Kebajikan Pondok Cabe, merupakan lokasi yang dekat dengan kampus UIN Syarif Hidayatullah sehingga mudah dijangkau oleh penulis. SMK Khazanah Kebajikan ini pun merupakan sekolah yang dijadikan sebagai tempat PPKT (Praktek Propesi Keguruan Terpadu) oleh penulis selama kurang lebih empat bulan, sehingga penulis sudah mengetahui keadaan sekolah dan sudah mengenal guru-guru serta Siswasiswinya dan ini memudahkan penulis dalam proses penelitian.

B. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas I sampai kelas III SMK Khazanah Kebajikan yang memiliki 6 kelas dengan tiga jurusan program keahlian yaitu Elektronika, Akuntansi, dan Administrasi Perkantoran. Jumlah populasi penelitian ini adalah 148 siswa. yang dapat dilihat di dalam daftar tabel berikut ini:

38

39

Tabel 1 Jumlah Siswa SMK Khazanah Kebajikan Tahun Ajaran 2006-2007 Kelas I II III

Program Keahlian Akuntansi Audio Video Administrasi Perkantoran Akuntansi Administrasi Perkantoran Audio Video Jumlah Total

Lk 4 19 2 3 6 9 43

Pr 39 4 24 28 8 2 105 148

Dikarenakan terdapat 23 siswa kelas III sedang melaksanakan PPL di luar sekolah, maka yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah 125 Siswa, yaitu siswa kelas I, kelas II dan siswa kelas III yang tidak sedang melaksanakan PPL di luar sekolah. Responden terdiri dari siswa-siswi SMK Khazanah Kebajikan yang berdomisili di daerah Pondok Cabe Ilir Ciputat Tangerang. Penelitian dilakukan dengan menyebarkan angket yang dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 2 Januari 2007 yang disebarkan pada pukul 09.30 WIB sampai dengan selesai.

C. Teknik Pengumpulan Data a. Observasi Observasi yaitu pengamatan dan pencatatan dengan sistematika fenomena yang diselidiki dalam arti yang luas. Observasi ini dilakukan dengan cara mengunjungi SMK Khazanah Kebajikan Pondok Cabe Ilir Pamulang Tangerang, secara langsung untuk mengamati siswa, guru, sarana pendukung kegiatan, lingkungan sekitarnya sebagai data penelitian. Observasi ini dilaksanakan selama kurang lebih 4 bulan, yang dilakukan pada saat penulis melaksanakan PPKT di SMK Khazanah Kebajikan. b. Wawancara Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan keterangan-keterangan secara lisan melalui tatap muka, bercakap-cakap dengan orang yang dapat memberikan keterangan

40

terhadap suatu permasalahan. Dalam hal ini, penulis melakukan wawancara dengan Kepala Sekolah mengenai sejarah SMK Khazanah Kebajikan, dan guru bidang study Pendidikan Agama Islam, serta pengurus Yayasan Khazanah Kebajikan Pondok Cabe Ilir Tangerang Banten (Terlampir). c. Angket Angket adalah daftar yang langsung diberikan kepada siswa yang ingin dimintai sikap atau pendapatnya dalam hal pencapaian tujuan penelitian. Penelitian memberikan tes tertulis untuk dijawab secara tertulis pula oleh responden. Melalui angket ini penulis dapat memperoleh data tentang pengaruh Pendidikan Agama Islam terhadap implementasi akhlak siswa SMK Khazanah Kebajikan Pondok Cabe Ilir. Angket atau kuesioner yang digunakan penulis adalah angket atau kuesioner tertutup yang berisi pertanyaan yang disertai sejumlah jawaban terikat pada sejumlah kemungkinan jawaban yang sudah disediakan (terlampir).

D. Teknik Pengolahan dan Analisis Data Data yang berasal dari kepustakaan digunakan sebagai teori yang dijadikan pedoman penulis untuk penelitian lapangan. Adapun data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini selanjutnya diolah dan dianalisa untuk mengungkapkan pokok masalah yang diteliti, sehingga dapat diperoleh kesimpulan. Dalam menganalisa hasil penelitian berupa “Pengaruh Pendidikan Agama Islam Terhadap Pembiasaan Akhlak Karimah Siswa SMK Khazanah Kebajikan” digunakan analisa kuantitatif yaitu analisa yang dilakukan terhadap

data

yang

berwujud

angka,

dengan

cara

menjumlahkan,

mengklasifikasikan, mentabulasikan dan selanjutnya dilakukan perhitungan dengan menggunakan data statistik. Dalam pengolahan data, penulis menggunakan teknik sebagai berikut:

41

1. Editing, Mengedit yaitu memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan oleh pengumpul data. Setelah angket diisi oleh Responden dan dikembalikan, penulis segera memeriksa satu persatu angket yang telah dikembalikan dari nomor satu sampai nomor terakhir. 2. Skoring, Skoring yaitu memberikan nilai pada setiap jawaban angket. skoring yang dipergunakan di dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan skor kumulatif pilihan, dapat dilihat didalam tabel berikut ini:

No 1

2

3

Tabel 2 Skor Alternatif Jawaban Responden Dengan Menggunakan Skor Kumulatif Jawaban Skor Nomor Soal A 1 B 2 25, 26, 48, 49, 53, 60 C 3 D 4 6, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, A 4 19, 21, 22, 23, 24, 27, 28, 29, 30, B 3 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, C 2 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 50, D 1 51, 52, 57, 58, A B 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 9, 10, 20, 54, C 4 55, 56, 59, D Jumlah 60

Jumlah Soal 6

40

14 60

Keterangan: Untuk jawaban kolom tiga setiap sub item berniali 1 dan apabila pilihan terdiri dari: a. Apabila memilih satu diantara empat jawaban (A, B, C, dan D) maka bernilai atau berskor 1 b. Apabila memilih dua diantara empat jawaban (A, B, C, dan D) maka bernilai atau berskor 2 c. Apabila memilih tiga diantara empat jawaban (A, B, C, dan D) maka bernilai atau berskor 3

42

d. Apabila memilih empat diantara empat jawaban (A, B, C, dan D) maka bernilai atau berskor 4 3. Tabulating, yaitu mentabulasi data jawaban yang berhasil dikumpulkan ke dalam tabel yang telah disediakan. Setelah pengumpulan data dilakukan, maka tahap berikutnya data tersebut di analisa dengan analisa kuantitatif secara deskriptif analisis yang sebelumnya telah ditentukan prosentasenya dengan menggunakan rumus distribusi frekuensi:

Rumus :

P = F x 100 % N

Keterangan : P F N

: Angka Prosentase : Frekuensi yang sedang dicari persentasenya : Banyaknya Responden (Number of Cases)

Selanjutnya, untuk menganalisis bagaimana pengaruh PAI (variabel x) terhadap

pembiasaan

akhlak

karimah

siswa

(variabel

y),

penulis

menggunakan rumus product moment dari Carl Pearson. Cara operasional data dilakukan melalui tahap sebagai berikut:1 a. Mencari angka korelasi dengan rumus : rxy = NXY – (X) (Y) √[NX2 – (X) 2] [NY2 – (Y)2] Keterangan : rxy : Angka Indeks korelasi “r” Product moment N : Jumlah objek yang diteliti XY : Jumlah hasil perkalian antara skor X dan skor Y X : Jumlah seluruh skor X Y : Jumlah seluruh skor Y b.

Memberikan interpretasi terhadap rxy yaitu: 1) Memberikan interpretasi secara sederhana dengan cara mencocokkan hasil perhitungan dengan indeks korelasi “r” product moment seperti dibawah ini: 1

Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT Rajawali Press, 2004), Cet. XIV, h. 43

43

Tabel 3 Interpretasi Tabel Nilai “r” Product Moment (rxy) Secara Kasar/Sederhana Besarnya “r” Product Moment (rxy) 0,00 – 0,02 0,02 – 0,40 0,40 – 0,70 0,70 – 0,90 0,90 – 1,00

Interpretasi Sangat lemah atau sangat rendah Lemah atau rendah Sedang atau cukup Kuat atau tinggi Sangat tinggi atau sangat kuat

2) Interpretasi terhadap indeks korelasi product moment dengan jalan berkonsultasi pada table nilai “r” product moment. Apabila cara ini akan ditempuh maka prosedur yang akan dilalui adalah sebagai berikut: a) Merumuskan hipotesis alternatif (Ha) dan hipotesis nihil (Ho) b) Menguji kebenaran dari hipotesa yang telah dirumuskan dengan jalan membandingkan besarnya “r” product moment dengan “r” yang tercantum dalam tabel (rt) baik pada taraf signifikansi 1% maupun 5% namun terlebih dulu mencari derajat bebasnya (db) atau Degrees or Freedomnya (df). Rumusnya : df = N – nr Keterangan : df : Degree of Freedom (derajat bebas) N : Jumlah subjek penelitian (sampel) nr : Jumlah variabel Karena jumlah obyek dalam penelitian sebanyak 148 Siswa, maka df nya adalah (125 – 2 = 123), jika “r” hitung lebih besar dari tabel maka korelasi dianggap signifikn atau Ho ditolak dan Ha diterima, namun jika hasil rxy penghitungannya lebih kecil dari tabel nilai maka korelasi tidak signifikan atau Ho diterima dan Ha ditolak. Setelah memberikan interpretasi secara kasar atau sederhana maupun interpretasi dengan menggunakan nilai rtabel. Langkah selanjutnya yakni

44

mencari seberapa kontribusi yang diberikan variabel x terhadap variabel y, dalam hal ini penulis menggunakan rumus sebagai berikut :2 KD = rxy2 x 100 % Keterangan KD

rxy2

: : Kontribusi variabel x terhadap variabel y : Koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y.

E. Kerangka Penelitian Kerangka penelitian yang dilakukan penulis terdiri dari dua variabel yaitu; variabel bebas dan variabel terikat, yang uraiannya adalah sebagai berikut: 1. Variabel bebas yaitu mengenai Pendidikan Agama Islam Pendidikan Agama Islam, khususnya mengenai masalah akhlak, mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap prilaku siswa, karena turut mematangkan kepribadian manusia sehingga tingkah lakunya sesuai dengan apa yang diharapkan oleh bangsa ini.3 Disinilah letak Pendidikan Agama Islam yang paling mendasar bagi manusia karena mempunyai hubungan yang tidak dapat dipisahkan dengan akhlak seseorang baik itu akhlak baik atau buruk yang sering diperaktekkan oleh manusia. Dalam proses Pendidikan Agama Islam pada usia sekolah menengah atas, perlu dikaitkan dengan nilai-nilai agama karena mereka telah sampai pada umur baligh, artinya bahwa mereka bertanggungjawab langsung kepada Allah SWT.4 Berdasarkan hal diatas, variabel Pendidikan Agama Islam dapat diukur melalui angket (kuesioner) dengan menggunakan pendekatan dimensi dan indikator seperti pada tabel berikut:

2

Sudjana, Metode Statistik, (Bandung: Tarsito, 1996), Cet. VI, h. 321 Hamzah Ya’kub, Ethika Islam, (Bandung: CV. Diponogoro, 1993), Cet. VI, h. 57 4 Zakiyah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 2003), Cet. XVI, h. 93 3

45

Tabel 4 Kisi-Kisi Angket Untuk Variabel Bebas (Pendidikan Agama Islam) No

1.

Dimensi

Indikator  Terbiasa melakukan yang baik, indah, mulia, terpuji, menghindari yang buruk, jelek, hina dan tercela Pendidikan  Senantiasa berhubungan dengan Allah SWT Agama dan sesama manusia, terpelihara dengan Islam baik dan harmonis  Mengetahui batas antara yang baik dan yang buruk dan dapat menempatkan sesuatu pada tempatnya

No. Item 1 – 21, 23 31 - 35 24 [

50, 58

2. Variabel terikat yaitu pembiasaan akhlak karimah siswa Dalam kenyataannya, perilaku manusia selalu bergerak dan berubahrubah dalam dua kategori, yaitu perilaku baik dan perilaku buruk. Allah SWT telah menjadikan kedua keriteria itu (baik dan buruk) sebagai pilihan yang tersedia dan mungkin di tempuh oleh manusia. Firman Allah SWT yang artinya: “Dan kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan.” (Q.S. al-Balad/90 : 10). Hal demikian memang sering terjadi dikalangan siswa khususnya di SMK Khazanah Kebajikan. Rukun yang mengantarkan siswa pada budi pekerti yang baik seperti kesopanan, kedisiplinan belajar, kekuatan marah, syukur, tawakkal, kesungguhan, seakan-akan tenggelam. Adapun variabel pembiasaan akhlak karimah siswa dapat diukur melalui angket (kuesioner) sebagai berikut: Tabel 5 Kisi-Kisi Angket Untuk Variabel Terikat (Pembiasaan Akhlak Karimah) No

Dimensi

1.

Jujur

2.

Berani

3.

Sabar

   

Indikator Berani mengatakan sesuatu yang benar Jujur terhadap diri sendiri dan orang lain Jujur sesuai dengan kenyataan yang sesungguhnya berupa perkataan dan perbuatan Berani dalam menegakkan kebenaran

 Sabar atas cobaan dari Allah SWT  Sabar untuk tidak melakukan kemaksiatan

No. Item 22, 25, 26 39, 40, 41 43, 44, 45,

46

4.

Amanah

5.

Qonaah

6.

Tekun

7.

Peduli

8.

Ikhlas

9.

Berbakti

10. Disiplin

 Senantiasa menyampaikan amanah orang tua  Senantiasa menyampaikan amanah guru dan teman  Menerima dengan rela apa yang ada  Menerima dengan sabar ketentuan Allah  Senantiasa belajar setiap hari  Bekerja keras  Senantiasa peduli terhadap orang lain yang membutuhkan bantuan  Memberikan pertolongan tanpa pamrih  Bekerja dengan tidak mengharapkan balasan  Menjauhkan diri dari riya ketika mengerjakan amal baik  Tanggung jawab terhadap pelaksanaan ibadah wajib  Menghormati orang tua dan guru  Melaksanakan perintah guru  Patuh terhadap peraturan dan tata tertib yang berlaku  Disiplin dan melaksanakan shalat wajib

46, 59 42, 47 53, 54, 55, 56 57, 60 36, 37, 38

27, 28, 29, 30 51, 52, 48, 49

F. Hipotesis Hipotesis menurut Amirul Hadi-Haryono dalam bukunya Metodologi Penelitian Pendidikan 2 adalah dugaan yang mungkin benar juga salah setelah dilakukan pengujian.5 Hipotesis akan diterima jika bukti-bukti akan membenarkan dan akan ditolak jika tidak benar. Penolakan dan penerimaan hipotesa tergantung pada penyelidikan bukti-bukti yang dikumpulkan. Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: 1) Hipotesis Alternatif (Ha), yaitu terdapat pengaruh antara Pendidikan Agama Islam (X) terhadap pembiasaan akhlak karimah siswa (Y) 2) Hipotesis Nol (Ho), yaitu tidak terdapat pengaruh antara Pendidikan Agama Islam (X) terhadap pembiasaan akhlak karimah siswa (Y).

5

Amirul Hadi-Haryono, Metodologi Penelitian Pendidikan 2, (Bandung: Pustaka Setia, 1999), h. 177

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum tentang SMK Khazanah Kebajikan 1. Sejarah Singkat Yayasan Khazanah Kebajikan (YKK) adalah lembaga sosial keagamaan yang mengasuh dan mendidik anak-anak yatim piatu, yatim, fakir miskin, janda dan manula. Secara khusus, Yayasan Khazanah Kebajikan nampak sebuah panti asuhan dan pondok pesantren yang bergerak di bidang sosial, pendidikan dan ekonomi umat. Ciri khas Yayasan Khazanah Kebajikan berupa budaya sholat tahajjud, kajian Al-Qur’an, penerimaan dan penyaluran zakat, infaq dan shodaqoh, pengasuhan kaum lemah dalam asrama dan pendidikan untuk siswa dan mahasiswa berekonomi lemah.1 Yayasan Khazanah Kebajikan

berdiri pada tanggal 5 November

1992 di Pisangan Ciputat Tangerang Banten dengan dewan pendirinya adalah Drs. H. Marzuki Usman, MA, Drs. H. Ahmad Djunaidi, AK, Drs. H. Nadjamuddin Siddiq, Ir. H. Iskandar Ismail dan Hj. Aswami Usman. Yayasan Khazanah Kebajikan didirikan sebagai bentuk kepedulian sosial warga untuk membantu kaum dhuafa dan untuk membendung gerakan misionaris di sekitar Pisangan dan Pondok Cabe Ilir. Pengurus 1

Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah SMK Khazanah Kebajikan, Bapak H. Moh. Abdul Basyir, S.Ag, Pada hari Senin tanggal 25 Desember 2006

47

48

Yayasan Khazanah Kebajikan pertama kali mengambil dan mengasuh 16 anak yatim dan fakir miskin dari warga sekitar Pisangan dan Pondok Cabe Ilir untuk dididik dan disantuni. Sentral kegiatannya berada di Masjid Al-A’raaf Bukit Cirendeu. Yayasan Khazanah Kebajikan kini berkembang dan memiliki lembaga pendidikan formal dan non-formal, baik dari tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi untuk membantu kaum dhuafa yang ingin mendapat pendidikan yang layak dan lembaga pendidikan tersebut, Yayasan Khazanah Kebajikan Berusaha untuk mengangkat harkat derajat keluarga besarnya dan menjadikan mereka hamba Allah SWT yang kuat iman dan taqwanya, berilmu tinggi, berakhlak mulia, profesional dalam bidangnya dan menjadi pemimpin Ummat. Mengingat semakin banyaknya kaum dhuafa yang memerlukan bantuan, sementara Yayasan Khazanah Kebajikan memiliki keterbatasan untuk dapat menerima semua permintaan masyarakat. Oleh karena itu, Yayasan Khazanah Kebajikan berusaha mengetuk hati para dermawan untuk ikut serta mengembangkan Yayasan Khazanah Kebajikan dan membantu umat mendapatkan kehidupan yang layak. Dengan senantiasa berdo’a dan beribadah kepada Allah SWT dan usaha yang maksimal, Yayasan Khazanah Kebajikan yakin akan dapat selalu membantu umat mencapai kesuksesan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Pada awalnya Yayasan Khazanah Kebajikan tidak bermaksud untuk mendirikan Lembaga Pendidikan Formal (Sekolah), tetapi setelah YKK berkembang menjadi besar dan anak-anak yatim, piatu, dan yatim piatu yang diasuh semakin banyak maka pengelola Yayasan berinisiatif mendirikan sekolah untuk mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan negatif yang akan terjadi, ini adalah alasan pertama. Alasan kedua, untuk menghemat dana bagi siswa yang bersekolah diluar karena semakin mahalnya biaya sekolah. Dengan demikian Yayasan bisa meminimalisir biaya pendidikan yang mahal menjadi terjangkau bagi orang tua yang kurang mampu. Dengan didirikannya sekolah formal didalam asrama anak-

49

anak bisa terkontrol baik dari segi tingkah lakunya, perangainya, belajarnya, kepribadiannya, pergaulannya dan agamanya. Pada awal tahun 1998, yayasan mendirikan SMK Khazanah Kebajikan dengan siswa angkatan pertamanya berjumlah 60 siswa yang terbagi dalam dua kelas. SMK tersebut didirikan karena Yayasan melihat bahwa dengan SMK maka akan dapat memberikan peluang bagi para siswa dalam kaitannya dengan keterampilan. Tujuannya untuk melahirkan tenagatenaga yang berpotensi dan siap mengabdi pada masyarakat dan bisa langsung mencari kerja setelah lulus. Untuk mewujudkannya SMK membutuhkan berbagai keahlian dan keterampilan, dari banyaknya keahlian atau jurusaan yang dipilih saat itu adalah manajemen bisnis yang terdiri dari beberapa program yaitu Akuntansi, Sekretaris, Penjualan atau perdagangan. Pada tahun 1999 SMK memilih program keahlian Sekretaris, pada tahun 2001 memilih program Akuntansi. Dari tahun 1998-2001 SMK Khazanah Kebajikan sudah mengeluarkan tamatan pertama, saat itu masih menginduk ke SMKN 1 Tangerang. Pada tahun 2002, SMK Khazanah Kebajikan sudah diakreditasi dan disamakan oleh Dinas Pendidikan Nasional tanpa melalui izin operasional dan tidak melalui jalur pendaftaran atau pengakuan. SMK Khazanah Kebajikan beralamat di Perumahan Bukit Cirendeu Blok C. 6 No. 7 (Dekat Skadron TNI AD) Pondok Cabe Ilir Pamulang Tangerang-Banten. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada peta denah lokasi yang terlampir.

2. Visi dan Misi Visi SMK Khazanah Kebajikan adalah: “Mewujudkan dan membentuk manusia yang beriman, bertaqwa, cerdas, terampil, disiplin professional, setia serta mempunyai dedikasi dan tanggungjawab yang tinggi terhadap agama, bangsa dan Negara”.

50

Misi SMK Khazanah Kebajikan adalah: “Mempersiapkan peserta didik sebagai anak bangsa yang handal dibidang keahliannya dengan kritis, kreatif, mandiri, menuju SMK Go Nasional dan Internasional”.

3. Program Kegiatan Program-Program yang ada di Yayasan Khazanah Kebajikan tidak terlepas dari keterkaitannya dengan program SMK Khazanah Kebajikan yaitu Kegiatan Ekstra Kurikuler yang terdiri dari beberapa program, antara lain: a. Program Pendidikan 1) Program intensif agama, yaitu “Fiqh”, yang mengkaji ayat-ayat suci al-Qur'an, Aqidah, akhlak dan masail fiqhiyyah yang diadakan setiap hari setelah shalat maghrib. 2) Membumikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup dan kehidupan 3) Mendidik anak untuk siap berkarya nyata dalam masyarakat dengan mensinergikan pendidikan agama dan hokum 4) Memberdayakan lembaga pendidikan intra Yayasan Khazanah Kebajikan semaksimal mungkin agar berdaya guna dan berdimensi luas. b. Program Dakwah 1) Kajian Al-Qur’an malam Sabtu dan Minggu 2) Pelatihan pidato tiga bahasa (Arab, Inggris dan Indonesia) 3) Peringatan hari-hari besar Islam 4) Dialog Keagamaan. c. Program Rumah Tangga 1) Sholat tahajjud 2) Sholat Dhuha 3) Kursus bahasa Inggris, arab dan Matermatika 4) Mengaji Al-Qur’an dan Iqro

51

d. Kegiatan Mingguan

1) Kajian Al-Qur’an malam Sabtu 2) Kajian Al-Qur’an malam Minggu 4. Status Siswa SMK Khazanah Kebajikan Status 01

: Yatim piatu

Status 02

: Yatim

Status 03

: Fakir Miskin

Status 04

: Mampu tapi mau sekolah dan beribadah di YKK

5. Data Guru Jumlah guru keseluruhan

: 28 orang

Guru Negeri/PNS

: 2 orang

Guru tidak tetap

: 26 orang

Staf tata usaha

: 2 orang

6. Sarana dan Prasarana Pendidikan Sarana dan prasarana yang ada di SMK Khazanah kebajikan diterangkan pada tabel dibawah ini: Tabel 6 Sarana dan Prasarana Pendidikan No.

Jenis Ruang

Jumlah (ruang)

Luas (m2)

1.

Kelas Belajar

3

7x8



Kondisi Rusak ringan (ruang) -

2.

Kelas Belajar

4

7x4



-

-

3.

Lab. Mengetik

1

7x4

-



-

4

Lab. Komputer

1

7x4

-



-

5.

Ruang Guru

1

4x4



-

-

6.

Kepala Sekolah

1

3x3



-

-

7.

Tata Usaha

1

3x5



-

-

Baik (ruang)

Rusak Berat (ruang) -

52

7. Struktur Organisasi SMK Khazanah Kebajikan

YAYASAN PENDIDIKAN KHAZANAH KEBAJIKAN

MAJELIS SEKOLAH

KEPALA UNIT PRODUKSI

KABID. KURIKULUM

WAKIL KEPALA SEKOLAH

KABID KESISWAAN

KAPROG. KEAHLIAN

GURU ADAPTIF

KEPALA TATA USAHA

PEMBINA KESISWAAN

1. Sekretaris 2. Akuntansi 3. Tek. Elektronika Audio Video

GURU NORMATIF

DIKBUD KAB TANGERANG

KEPALA SEKOLAH

KOORDINATOR BIMBINGAN & PENYULUHAN

GURU

WALI KELAS

KOOR.HUMAS & PDE

UR. KEAMAN

PEMBINA OSIS

UR .PERAWATAN SARANA & PRASARANA UMUM

OSIS UR .KEUANGAN

GURU PRODUKTIF

SISWA-SISWI Gambar 2. Struktur Organisasi SMK Khazanah Kebajikan

UR.DATA

53

8. Dewan Pengurus Dewan Pengurus SMK Khazanah Kebajikan YAYASAN PENDIDIKAN KHAZANAH KEBAJIKAN Ketua

: Drs. H. Nadjamuddin Sidiq

Sekretaris

: H. Muh. Fathoni Ashari, S.Ag.

Bendahara

: Hj. Ida Yupina Iskandar

SMK KHAZANAH KEBAJIKAN

Kepala Sekolah

: H. Moh. Abdul Basyir, S.Ag.

Ka. Bid. Kurikulum

: Tri Haryanto, SE

Ka. Tata Usaha

: Muhammad Sediawan

Ka. Program Admistrasi Perkantoran

: Dra. Sunani

Ka. Program Akuntansi

: Suharyanto, SE

Ka. Program Tek.Elektronika

: Ahmad Royani, ST.

Ka. Bid. Kesiswaan

: Tri Haryanto, SE

* Pembina Kesiswaan

: H. Asep Toyib Bachtiar, SE

* Pembina OSIS

: Tri Haryanto, SE

Koordinator Humas & PDE

: Muhammad Sediawan

* UR Sarana & Prasarana Umum

: Dedi Hariyadi

* UR.Keamanan

: Junaedi Abidin

Urusan Keuangan

: Ahmad Royani, ST

Urusan Data

: Junaedi Abidin

Urusan Piket Guru

: Drs. Widjianto Yuliana, S.Ag.

B. Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di SMK Khazanah Kebajikan Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan dengan guru agama di SMK Khazanah Kebajikan tentang pelaksanaan pendidikan agama Islam, dapat diketahui bahwa perencanaan yang dilakukan sebelum mengajar

54

adalah dengan membuat silabus yang mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang disusun dengan mengacu pada Permendiknas (Peraturan Mentri Pendidikan Nasional) No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi, No. 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan, dan No 24 tahun 2006 tentang pelaksanaan Permendiknas Nomor 22 dan 23. Kurikulum ini menjadi acuan dan pedoman bagi para guru pelajaran Pendidikan Agama Islam dalam merencanakan, melaksanakan, dan melakukan penilaian di SMK Khazanah Kebajikan Pondok Cabe Ilir Pamulang Tangerang-Banten. Selain itu, hal yang juga berpengaruh pada pelaksanaan Pendidikan Agama Islam adalah mengenai alokasi waktu dalam proses pembelajaran, di sekolah ini, yang mana.porsi pelajaran Pendidikan Agama Islam hanya 2 jam pelajaran dengan rasionalisasi 40 menit setiap 1 jam pelajaran. Sedangkan dalam prosesnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini PEMANASAN APERSEPSI

5%

EKSPLORASI

25 %

KONSOLIDASI PEMBELAJARAN

30 %

PEMBENTUKAN SIKAP DAN PERILAKU

10 %

PENILAIAN FORMATIF

10 %

Gambar 3. Proses Pelaksanaan PAI di SMK Khazanah Kebajikan

Mengingat pembelajaran agama yang diberikan kurang lebih 2-3 jam itu masih kurang, maka pihak sekolah mengadakan program intensif agama yang disebut “Fiqh”. Program ini mengkaji ayat-ayat suci al-Qur'an, aqidah,

55

akhlak, dan masail fiqhiyyah, yang diadakan setiap hari setelah shalat maghrib, yang dibimbing oleh Pembina asrama dengan memadukan program sekolah dan program Yayasan karena SMK Khazanah Kebajikan berada di bawah naungan Yayasan Khazanah Kebajikan. Selain itu, materi yang diberikan dalam pelajaran Pendidikan Agama Islam adalah meliputi beberapa aspek, yaitu aspek keimanan, ibadah, AlQur’an dan akhlak. Buku yang dipakai adalah Pelajaran Pendidikan Agama Islam. dan dalam pelaksanaannyapun dapat dikatakan tercapai, walaupun masih banyak kekurangan dalam hal kuantitas materi, karena pihak sekolah harus menyesuaikan materi dengan alokasi waktu

yang hanya 2 jam

pelajaran. Mengenai media pengajaran yang digunakan dalam mata pelajaran pendidikan Agama Islam itu disesuaikan oleh materi yang akan dibahas pada saat itu, apabila materi yang akan disampaikan sangat membutuhkan media guna mempermudah anak didik dalam menyerap materi, maka seorang guru harus menggunakan media pengajaran yang sesuai dengan materi, dan kalau para siswa mengalami kejenuhan, maka diganti dengan permainan. Sedangkan metode yang digunakan dalam menyampaikan materi pelajaran Pendidikan agama Islam di SMK Khazanah Kebajikan sangat bervariasi, tergantung dari materi yang akan disampaikan dan juga alokasi waktu, selain itu harus adanya kesesuaian antara materi dan metode yang akan digunakan, jangan sampai terjadi tumpang tindih antara materi yang akan disampaikan dengan metode yang akan digunakan dalam penyampaian materi tersebut. Adapun metode yang sering dipakai adalah metode ceramah, metode diskusi (tanya jawab), metode pemberian tugas secara individu maupun kelompok, metode latihan. Metode tersebut sangat efektif digunakan karena sebagian besar siswa dapat menerima pelajaran yang diberikan. Adapun pelaksanaan evaluasi untuk mengukur keberhasilan dalam proses pembelajaran adalah dengan: 1. Ujian lisan setiap satu bab dari materi yang telah disampaikan. 2. Ujian tulis setiap dua sampai tiga bab selesai disampaikan

56

3. Ujian harian tiap satu sub tema 4. Hapalan ayat al-Qur'an Pendidikan Agama Islam di SMK Khazanah Kebajikan bertujuan untuk mewujudkan manusia Indonesia berakhlak mulia, yaitu manusia yang produktif, jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleransi (tasamuh), serta menjaga harmoni secara personal dan sosial.

C. Deskripsi Data Salah satu teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan angket yang disebarkan kepada Responden. Setelah data diperoleh, kemudian dilakukan Skoring yaitu memberikan nilai pada setiap jawaban angket. Skoring yang dipergunakan di dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan skor kumulatif, setelah diberikan skor kemudian penulis mengolah data tersebut dalam bentuk tabel distribusi frekuensi yang dilengkapi prosentase dengan menggunakan rumus: P = F x 100 % N Hasil angket yang telah dijumlahkan kemudian dimasukkan ke dalam tabulasi, yang merupakan proses data-data instrument

pengumpulan data

menjadi tabel-tabel angka dalam perosentase yang dapat dilihat pada tabeltabel berikut ini: 1. Tabulasi Hasil Angket Pendidikan Agama Islam

Tabel 7 Tabulasi Hasil Angket Pendidikan Agama Islam Tentang Kesulitan Belajar Agama No

1

Pertanyaan dan Alternativ Jawaban Kesulitan dalam pelajaran Agama A. Membaca al-Qur’an B. Tajwid C. Menghafal ayat al-Qur’an D. Menghapal doa wudlu Jumlah

F

%

1 8 116 0 125

8% 6,4 % 92.8 % 0% 100 %

57

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa siswa yang kesulitan menghapal ayat al-Qur’an sebanyak 116 siswa yang berada pada prosentase 92,8 % dan kesulitan belajar tajwid sebanyak 8 Siswa berada pada 6,4 %. Jadi lebih banyak Siswa yang kesulitan menghapal ayat al-Qur’an karena frekuensinya berada pada urutan paling tinggi pertama dan kesulitan memahami tajwid berada pada urutan kedua. Tabel 8 Tabulasi Hasil Angket Pendidikan Agama Islam Tentang Kegiatan Yang Dilakukan Siswa Setelah Mendapakan Pelajaran Agama No

2

Pertanyaan dan Alternative Jawaban Yang siswa lakukan setelah mendapatkan pelajaran Agama Islam A. Mengulangnya kembali B. Melaksanakan hal-hal yang ada didalam materi Pendidikan Agama Islam C. Mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari D. Mengingatnya tanpa mewujudkan dalam kegiatan sehari-hari Jumlah

F

0

%

0%

5 119

8% 95,2 %

1 125

4% 100 %

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa lebih banyak siswa yang langsung mengimplementasikan pendidikan agama dalam kehidupan sehari-hari dengan frekuensi sebanyak 119 Siswa (95,2%), dan melaksanakan materi yang ada di dalam pendidikan agama sebanyak 5 siswa yaitu 4 %, yang hanya mengulang saja sebanyak 8 %. Tabel 9 Tabulasi Hasil Angket Pendidikan Agama Islam Tentang Kegunaan Pendidikan Agama Islam Bagi Siswa No

3

Pertanyaan dan Alternative Jawaban Kegunaan Pendidikan Agama Islam bagi siswa A. Negara B. Keluarga C. Masyarakat D. Diri sendiri Jumlah

F

%

6 11 6 102

4,8 % 8,8 % 4,8 % 81,6 %

125

100 %

58

Dari tabel di atas, lebih banyak siswa yang berpendapat pendidikan agama Islam bermanfaat untuk diri sendiri sebanyak 102 Siswa dengan prosentase 81,6%, dibandingkan dengan yang memilih berguna untuk keluarga (11 orang) siswa (8,8 %) sedangkan berguna untuk Negara dan masyarakat 6 orang prosentase masing-masing 4,8 %. Tabel 10 Tabulasi Hasil Angket Pendidikan Agama Islam Tentang Siswa Berdoa Ketika Beraktivitas No

4

Pertanyaan dan Alternative Jawaban Berdoa ketika beraktivitas A. Belajar B. Makan C. Bangun tidur D. Sebelum tidur Jumlah

F

%

57 2 9 57 125

45,6 % 1,6 % 7,2 % 45,6 % 100 %

Berdasarkan tabel di atas, di ketahui bahwa kebanyakan siswa berdoa ketika belajar dan sebelum tidur. Siswa yang memilih berdoa ketika belajar dan sebelum tidur sebanyak masing-masing 57 orang dengan prosentase yang sama 45,6 %, berdoa ketika makan sebanyak 2 orang prosentasenya 1,6 %, berdoa ketika bangun dari tidur 9 Siswa prosentasenya 7,2 %. Tabel 11 Tabulasi Hasil Angket Pendidikan Agama Islam Tentang Perbuatan Siswa Sebelum Melakukan Suatu Pekerjaan No

5

Pertanyaan dan Alternative Jawaban Yang dilakukan Siswa sebelum melakukan suatu pekerjaan A. Niat B. Berdoa C. Membaca bismillah D. Membaca doa yang saya bias Jumlah

F

%

94 13 12 6 125

75,2 % 10,4 % 9,6 % 4,8 % 100 %

Dengan melihat tabel di atas, kebanyakan siswa yang senantiasa niat saja ketika akan melakukan suatu pekerjaan sebanyak 94 Siswa dengan prosentase 75,2 %, 13 Siswa selalu berdoa dengan prosenatse 10,4 %, 12 Siswa yang hanya

59

membaca basmallah saja sebanyak 12 orang dengan prosentase 9,6 % dan 6 Siswa membaca doa yang ia bisa dengan prosentase 4,8 %. Tabel ini menunjukkan bahwa Siswa yang cukup dengan niat saja lebih tinggi dari pada membaca doa. Tabel 12 Tabulasi Hasil Angket Pendidikan Agama Islam Tentang Cara Siswa Menghormati Orang Yang Lebih Tua No

6

Pertanyaan dan Alternative Jawaban Cara Siswa menghormati orang yang lebih tua A. Bahasa yang santun B. Berbicara lembut C. Berbicara lantang D. Suara yang tinggi

F

%

88 36 1 0

Jumlah

125

70,4 % 28,8 % 8% 0% 100 %

Dari tabel di atas, diketahui bahwa dalam cara siswa menghormati orang yang lebih tua, para siswa yang menjawab berbicara dengan bahasa yang santun sebanyak 88 Siswa (70,4%), yang menjawab dengan berbicara lembut sebanyak 35 siswa (28,8%), yang menjawab dengan berbicara lantang sebanyak 1 siswa (8%). Tabel 13 Tabulasi Hasil Angket Pendidikan Agama Islam Tentang Perbuatan Siswa Setelah Mendapatkan Pelajaran Agama Islam No

7

Pertanyaan dan Alternative Jawaban Yang dilakukan siswa setelah mendapatkan Pelajaran Agama Islam A. Belajar lebih giat B. Melakukan hal yang baik C. Bersikap baik D. Berpenampilan baik Jumlah

F

%

13 99 6 7 125

10,4 % 79,2 % 4,8 % 5,6 % 100 %

Dari tabel di atas, diketahui bahwa setelah mendapatkan pelajaran agama Islam siswa lebih cenderung melakukan hal-hal yang terpuji sebanyak 99 siswa dengan prosentase 79,2%, siswa yang terus belajar lebih rajin sebanyak 13 orang jumlah prosentasenya 10,4%, selalu bersikap baik 6 siswa dengan prosentase 4,8 %, dan berpenampilan baik 7 orang 5,6 %.

60

Tabel 14 Tabulasi Hasil Angket Pendidikan Agama Islam Tentang Sikap Siswa Terhadap Teman No

8

Pertanyaan dan Alternative Jawaban F Sikap Siswa terhadap teman yang tidak menyenangkan A. Berusaha untuk tidak sakit hati 103 B. Berusaha untuk menyenangkan 12 C. Berusaha untuk menghargai 4 D. Berusaha untuk menerimanya 6 Jumlah 125

% 82,4% 9,6% 3,2% 4,8% 100 %

Melihat tabel di atas, sikap siswa terhadap teman yang tidak menyenangkan dan berusaha untuk tidak sakit hati 103 siswa dengan prosentase 82,4%, berusaha menyenangkannya 12 orang dengan prosentase 9,6%, 4 orang, yang berusaha menghargai prosentasenya 3,2%, dan yang berusaha menerima saja 6 orang dengan prosentase 4,8%. Dari tabel tersebut Siswa sangat menjaga arti dari sebuah teman walaupun seorang teman ada yang tidak menyenangkan baginya. Tabel 15 Tabulasi Hasil Angket Pendidikan Agama Islam Tentang Siswa Berdzikir Dalam Satu Minggu No

Pertanyaan dan Alternative Jawaban Siswa berdzikir Dalam satu minggu A. Waktu B. Jam C. Setiap hari D. Bedzikir ketika mengingatnya saja Jumlah

9

F 119 5 1 0 125

% 95,2 % 4,0 % 8% 0% 100 %

Dari tabel di atas diketahui bahwa siswa senantiasa berzikir disetiap waktu sebanyak 119 orang dengan prosentase 95,2%, mengingatnya setiap jam hanya 5 orang (4,0%), berzikir setiap hari 1 orang (8%) dan berzikir ketika mengingatnya saja 0%.

61

Tabel 16 Tabulasi Hasil Angket Pendidikan Agama Islam Tentang Materi Yang Disenangi Siswa No

10

Pertanyaan dan Alternative Jawaban Yang disenangi Siswa ketika belajar pendidikan agama A. Materi akhlaknya B. Materi wudlunya C. Materi zakatnya D. Materi jaul belinya Jumlah

F

%

109 4 0 12 125

87,2 % 3,2 % 0% 9,6 % 100 %

Dari tabel di atas, diketahui bahwa materi yang sangat disukai siswa adalah materi akhlak, siswa yang memilih materi tersebut sebanyak 109 (87,2 %), yang menyukai materi wudlu 4 siswa (3,2 %), yang menyukai materi jual beli 12 orang (9,6 %) sedangkan materi zakat tidak disukai oleh Siswa. Tabel 17 Tabulasi Hasil Angket Pendidikan Agama Islam Tentang Sikap Siswa Terhadap Teman Yang Terkena Musibah No

11

Pertanyaan dan Alternative Jawaban Sikap siswa terhadap teman yang mendapatkan kecelakaan A. Menjenguknya B. Mengucapkan “Inna Lillahi wainna ilaihi rajiun” C. Ikut bela sungkawa D. Tidak berbuat apa-apa Jumlah

F

0 3 91 31 125

%

0% 2,4 % 72,8 % 24,8 % 100 %

Dari pernyataan tabel tersebut, dapat di lihat sikap siswa terhadap teman yang mendapatkan musibah yaitu langsung mengucapkan Inna Lillahi Wainna Ilaihi Rajiun 3 orang siswa (2,4 %), yang hanya ikut berbela sungkawa 91 orang (72,8 %), dan tidak berbuat apa-apa sebanyak 31 orang (24,8 %) pilihan menjenguknya sama sekali tidak ada yang memilih. Ini membuktikan bahwa siswa kurang resfek terhadap teman yang terkena musibah karena tidak ada sama sekali siswa yang memilih menjenguk.

62

No

12

Tabel 18 Tabulasi Hasil Angket Pendidikan Agama Islam Sikap Siswa Terhadap Teman Yang melakukan Pencurian Pertanyaan dan Alternative Jawaban F % Sikap siswa ketika melihat ada teman yang mencuri A.Akan memastikan terlebih dahulu bahwa apakah teman itu benar-benar mencuri atau tidak 69 55,2 % B. Langsung mengingatkannya bahwa mencuri itu perbuatan tercela 48 38,4 % C. Langsung melapor ke guru agar bisa diperbaiki 4,8 % 6 D.Memanggil teman yang lain untuk mengeroyoknya 1,6 % 2 Jumlah 125 100 % Berdasarkan tabel di atas, sikap siswa terhadap teman yang melakukan

kejahatan berupa kejahatan pencurian akan memastikan terlebih dahulu apakah temannya itu benar-benar melakukan pencurian atau tidak sebanyak 69 (55,2 %), 48 Siswa yang langsung mengingatkannya ketika melihat temannya melakukan pencurian (38,4 %), yang langsung melaporkannya ke guru agar bisa langsung diperbaiki sebanyak 6 orang (4,8 %), dan ada yang langsung mengeroyoknya sebanyak 2 orang (1,6 %). Tabel 19 Tabulasi Hasil Angket Pendidikan Agama Islam Kebiasaan Siswa Setelah Shalat Subuh No

13

Pertanyaan dan Alternative Jawaban Yang biasa Siswa lakukan setelah shalat subuh A. Membaca al-Quran B. Mengulang pelajaran C. Mandi dan mencuci D. Tidur karena masih ngantuk Jumlah

F

%

41 26 20 38 125

32,8 % 20,8 % 16,0 % 30,4 % 100 %

Berdasarkan tabel tersebut, kebiasaan siswa setelah shalat subuh ada yang membaca al-Qur’an 41 orang (32,8%), yang mengulangi pelajaran 26 siswa (20,8%), yang mandi dan mencuci 20 Siswa (16,0%), ada yang tidur karena merasa masih ngantuk 38 Siswa (30,4%). Data ini membuktikan bahwa lebih banyak Siswa yang membaca al-Qur’an ketimbang mengulangi pelajaran, mandi dan mencuci serta tidur lagi.

63

Tabel 20 Tabulasi Hasil Angket Pendidikan Agama Islam Sikap Siswa Ketika Dinasehati Orang Tua No

14

Pertanyaan dan Alternative Jawaban Sikap Siswa ketika dinasehati orang tua A. Mendengarkan dan interospeksi diri B. Menyadari bahwa perbuatan saya salah C. Tidak menanggapi nasehatnya D. Meninggalkannya Jumlah

F

%

98 21 1 5 125

78,4 % 16,8 % 0,8 % 4% 100 %

Data dari tabel di atas, menyatakan bahwa 98 orang (78,4 %) yang senantiasa mendengarkan dan introspeksi diri apabila dinasehati kedua orang tuanya, 21 Siswa (16,8 %) yang menyadari bahwa perbuatannya salah sehingga dinasehati orang tuanya, 1 orang (0,8 %) yang tidak peduli dengan nasehat orang tua, 5 orang siswa yang meninggalkannya orang tuanya ketika menasehati dirinya (4%). Keterangan ini menunjukkan bahwa Siswa yang berbakti terhadap orang tua lebih banyak dari pada yang tidak menanggapi nasehat orang tua. Tabel 21 Tabulasi Hasil Angket Pendidikan Agama Islam Sikap Siswa Terhadap Teman Yang Membuang Sampah Sembarangan No

15

Pertanyaan dan Alternative Jawaban Sikap Siswa ketika melihat teman membuang sampah sembarangan A. Menegurnya untuk membuang sampah pada tempat yang sudah disediakan B. Mengarahkan orang tersebut agar membuang sampah ke tempat yang sudah disediakan C. Mengambil sampahnya dan membuang ketempat sampah D. Membiarkannya Jumlah

F

%

85

68,0%

23

18,4%

7 10 125

5,6 % 8,0 % 100 %

Melihat tabel di atas, menunjukkan bahwa sikap Siswa ketika melihat teman yang membuang sampah sembarangan yang menegurnya sebanyak 85 siswa (68,0%), yang mengarahkan supaya membuang sampah pada tempatnya sebanyak 23 siswa (18,4%), siswa yang mengambil dan langsung membuang pada

64

tempatnya 7 siswa (5,6%), dan membiarkannya 10 orang (8,0%). Data ini membuktikan bahwa Siswa sangat peduli terhadap kebersihan lingkungan. Tabel 22 Tabulasi Hasil Angket Pendidikan Agama Islam Kebiasaan Siswa Ketika Memasuki Kelas No

16

Pertanyaan dan Alternative Jawaban Kebiasaan Siswa ketika masuk kelas A. Mengucapkan Assalamualaikum B. Mengucapkan selamat pagi C. Bersalaman D. Nyelonong aja Jumlah

F

%

106 7 2 10 125

84,8 % 5,6 % 1,6 % 8% 100 %

Diketahui bahwa kebiasaan siswa ketika memasuki kelas yaitu mengucapkan salam 106 Siswa (84,8 %), yang mengucapkan selamat pagi 7 orang (5,6 %), yang senantiasa bersalaman 2 orang (1,6 %), yang asal masuk saja (nyelonong tanpa mengucapkan apa-apa) 10 orang (8 %). Ini membuktikan bahwa Siswa sangat taat dan berakhlak baik karena jawaban siswa lebih banyak mengucapkan salam. Tabel 23 Tabulasi Hasil Angket Pendidikan Agama Islam Sikap Siswa Terhadap Teman Yang Membicarakan Orang Lain No Pertanyaan dan Alternative Jawaban F % Sikap Siswa ketika ada teman yang membicarakan orang lain A. Menegurnya karena tidak baik 64 51,2 % 17 B. Mendengarkannya 9 7,2 % C. Mendengarkan tapi tidak menanggapinya 46 36,8 % D. Ikut membicarakan orang lain 6 4,8 % 125 Jumlah 100 % Dari tabel di atas, sikap siswa terhadap teman yang suka membicarakan orang lain yaitu yang menjawab akan menegurnya karena hal itu tidak baik 64 siswa (51,2%), yang mendengarkan saja sebanyak 9 siswa (7,2%), yang menjawab mendengarkan tapi tidak menanggapinya sebanyak 46 siswa (36,8%), yang menjawab akan ikut membicarakan orang lain sebanyak 6 siswa (4,8 %).

65

Tabel 24 Tabulasi Hasil Angket Pendidikan Agama Islam Sikap Siswa Terhadap Penjelasan Guru No

18

Pertanyaan dan Alternative Jawaban Sikap Siswa ketika guru sedang menjelaskan pelajaran A. Memperhatikannya dengan seksama B. Mencatat C. SMS-an sama teman D. Ngobrol sama teman disamping Jumlah

F

%

94 14 5 12 125

75,2 % 11,2 % 4% 9,6 % 100 %

Dari table di atas, mengenai sikap siswa terhadap penjelasan yang disampaikan guru, yang menjawab memperhatikan dengan seksama ada 94 (75,2%), siswa yang menjawab mencatat ada 14 orang (11,2 %), 5 orang (4 %) yang menjawab SMS-an dengan teman ketika guru sedang menerangkan materi, 12 orang (9,6%) yang menjawab ngobrol sama teman ketika guru sedang menjelaskan materi. Jadi sebagian siswa benar-benar tekun dan serius dalam belajar. Tabel 25 Tabulasi Hasil Angket Pendidikan Agama Islam Sikap Siswa Terhadap Lingkungan No

19

Pertanyaan dan Alternative Jawaban Sikap siswa ketika melihat tanaman kering dan layu A. Mengajak teman untuk menyiramnya B. Langsung menyiramnya sendiri C. Menunggu perintah dari guru D. Membiarkannya layu Jumlah

F

%

34 46 35 10 125

26,4 % 38,4 % 28 % 7,2 % 100 %

Berdasarkan tabel tersebut, sikap siswa terhadap lingkungan yang menjawab langsung menyiramnya sendiri sebanyak 46 siswa (38,4%), yang menjawab akan menunggu perintah guru sebanyak 35 orang (28%), yang menjawab akan mengajak teman untuk sama-sama menyiramnya sebanyak 34 orang (26,4%), dan yang menjawab akan membiarkannya layu sebanyak 10 orang (7,2%). Jadi lebih banyak siswa yang peduli dan peka terhadap lingkungan sekitarnya.

66

Tabel 26 Tabulasi Hasil Angket Pendidikan Agama Islam Kebiasaan Siswa Dalam Mengikuti Kajian Mingguan No

20

Pertanyaan dan Alternative Jawaban Kebiasaan siswa ketika mengikuti kajian mingguan A. Membawa al-Qur’an terjemah B. Membawa al-Qur’an tanpa terjemahannya C. Membawa buku catatan D. Membawa Juz Amma Jumlah

F

%

115 8 1 1 125

92,0 % 6,4 % 0,8 % 0,8 % 100 %

Apabila melihat hasil tabel di atas, maka akan diketahui kebiasaan Siswa ketika mengikuti kajian mingguan. Yang senantiasa membawa al-Qur’an terjemahan ketika mengikuti kajian mingguan sebanyak 115 Siswa (92,0%), sebanyak 8 Siswa (6,4%) senantiasa membawa al-Qur’an tanpa terjemahan, sebanyak 1 Siswa (0,8%) hanya membawa buku catatan tanpa membawa al-Quran dan 1 Siswa (0,8%) yang membawa Juz amma. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa lebih banyak Siswa yang membawa al-Qur’an dibandingkan yang membawa buku catatan. Tabel 27 Tabulasi Hasil Angket Pendidikan Agama Islam Tentang Sikap Siswa Ketika Melakukan Kesalahan Terhadap Teman No 21

Pertanyaan dan Alternative Jawaban Sikap Siswa setelah melakukan kesalahan kepada teman A. Langsung meminta maaf kepadanya B. Diam saja C. Gengsi untuk meminta maaf D. Pura-pura tidak punya salah Jumlah

F

%

107 8 8 2 125

85,6 % 6,4 % 6,4 % 1,6 % 100 %

Melihat tabel di atas, sikap siswa setelah melakukan kesalahan kepada teman yaitu langsung meminta ma’af ada 107 Siswa (85,6%), yang diam saja dan gengsi untuk meminta ma’af keduanya mendapatkan poin yang sama yaitu sebanyak 8 Siswa (6,4%), dan yang menjawab pura-pura tidak mempunyai salah 2 orang dengan prosentase 1,6%. Jadi ada 107 Siswa yang langsung meminta ma’af, ini membuktikan bahwa Siswa selalu menjaga hubungan baik antar sesama.

67

Tabel 28 Tabulasi Hasil Angket Pendidikan Agama Islam Sikap Siswa Setelah Mencontek No

22

Pertanyaan dan Alternative Jawaban Sikap Siswa setelah mencontek A. Tidak puas karena jawaban bukan hasil sendiri B. Tidak puas karena nilai tidak murni C. Puas karena mendapatkan nilai bagus D. Puas karena mendapat nilai tinggi dan tidak ketahuan Jumlah

F

%

96 19 5 5 125

76,8 % 15,2 % 4% 4% 100 %

Berdasarkan tabel di atas, siswa yang menjawab tidak puas dengan jawaban hasil mencontek sebanyak 96 siswa (76,8 %), siswa tidak puas karena nilai tidak murni 19 orang (15,2 %), Siswa yang menjawab puas karena nilainya bagus dan puas karena mendapatkan nilai tinggi karena tidak ketahuan keduanya sebanyak 5 siswa prosentasenya sama 4 %. Dari hasil jawaban siswa kebanyakan siswa tidak puas dengan nilai hasil mencontek. Ini membuktikan bahwa Siswa senantiasa berperilaku jujur. Tabel 29 Tabulasi Hasil Angket Pendidikan Agama Islam Tentang Kebohongan yang dilakukan Siswa Dalam Satu Minggu No

23

Pertanyaan dan Alternative Jawaban Banyaknya kebohongan yang dilakukan Siswa dalam satu minggu A. Dua kali B. Tiga kali C. Empat kali D. Lima kali Jumlah

F

%

55 23 10 37 125

44,0 % 18,4 % 8,0 % 29,6 % 100 %

Dapat dilihat dari tabel di atas, kebohongan siswa dalam satu minggu yaitu: yang menjawab 2 kali berbohong dalam satu minggu sebanyak 55 Siswa (44,0% ), yang menjawab 5 kali berbohong dalam satu minggu sebanyak 37 Siswa (29,6 %), yang menjawab 3 kali berbohong dalam satu minggu sebanyak 23 Siswa (18,4%), yang menjawab 4 kali berbohong dalam satu minggu sebanyak 10 Siswa (8,0%). Dapat diketahui dari data tersebut bahwa siswa yang paling sedikit berbohong dalam satu minggu sebanyak 55 siswa.

68

Tabel 30 Tabulasi Hasil Angket Pendidikan Agama Islam Kegiatan Siswa Setelah Shalat No

24

Pertanyaan dan Alternative Jawaban Yang dilakukan siswa setelah melaksanakan shalat A. Berdoa dan wirid B. Membaca al-Qur’an C. Berdoa saja D. Tidak membaca apa-apa Jumlah

F 69 11 45 0 125

% 55,2 % 8,8 % 36 % 0% 100 %

Dalam tabel tersebut dijelaskan bahwa yang dilakukan siswa setelah shalat adalah “berdoa dan wirid” sebanyak 69 siswa (55,2 %), yang berdoa saja sebanyak 45 orang (36 %), yang membaca al-Qur’an sebanyak 11 Siswa (8,8 %), dan tidak ada satu siswa pun yang menjawab tidak membaca apa-apa. Jadi seluruh siswa selalu berdoa dan wirid kemudian membaca al-Qur’an setelah shalat. Tabel 31 Tabulasi Hasil Angket Pendidikan Agama Islam Tentang Kejujuran Ketika Tidak Mengerjakan Tugas No

25

Pertanyaan dan Alternative Jawaban Yang dilakukan siswa ketika tidak mengerjakan tugas dari guru A. Berbohong karena tugasnya belum selesai B. Berbohong karena tidak bisa mengerjakan tugas C. Berbohong karena tidak sempat mengerjakan tugas D. Berbohong karena terpaksa Jumlah

F

%

43 20 40 22 125

34,4% 16,0% 32,0% 17,6% 100%

Berdasarkan tabel di atas, bahwa Siswa yang berbohong karena tugasnya belum selesai sebanyak 43 siswa (34,4%), yang berbohong karena tidak bisa menjawab soalnya sebanyak 20 siswa (16,0%), yang berbohong karena tidak sempat mengerjakan tugas sebanyak 40 orang (32,0%), yang berbohong karena terpaksa sebanyak 22 siswa (17,6 %). Dari jawaban tersebut siswa berbohong karena tugasnya belum selesai lebih banyak dari pada berbohong karena tidak bisa mengerjakan tugasnya.

69

Tabel 32 Tabulasi Hasil Angket Pendidikan Agama Islam Yang Dilakukan Siswa Ketika Bertemu Guru No

26

Pertanyaan dan Alternative Jawaban Yang dilakukan Siswa ketika bertemu guru A. Memberi salam dan bersalaman B. Memberi salam saja C. Tersenyum tanpa mengucapkan apa-apa D. Pura-pura tidak melihatnya Jumlah

F

%

103 12 9 1 125

82,4 % 9,6 % 7,2 % 8% 100 %

Dapat dilihat dari tabel di atas, yang memberi salam dan bersalaman ketika bertemu guru sebanyak 103 Siswa (82,4 %), yang memberi salam saja sebanyak 12 Siswa (9,6 %), yang hanya tersenyum tanpa mengucapkan apa-apa sebanyak 9 orang Siswa (7,2%), yang pura-pura tidak melihatnya sebanyak 1 Siswa (8 %). Dari data tersebut siswa yang memberi salam dan menyalami guru lebih banyak dari pada hanya memberi salam dan tersenyum saja. Ini membuktikan bahwa sebagian besar siswa (82,4%) senantiasa berbakti dan menghormati guru. Tabel 33 Tabulasi Hasil Angket Pendidikan Agama Islam Yang Dilakukan Siswa Sebelum Berangkat Sekolah No

27

Pertanyaan dan Alternative Jawaban Yang dilakukan Siswa sebelum berangkat sekolah A. Pamitan dan bersalaman kepada orang tua B. Bersalaman tanpa meminta izin C. Memeriksa buku-buku pelajaran dan meminta izin D. Sarapan dan langsung pergi Jumlah

F

%

67 9 25 24 125

53,6 % 7,2 % 20,0 % 19,2 % 100 %

Tabel di atas menunjukkan bahwa yang menjawab pamitan dan bersalaman kepada orang tua ketika berangkat sekolah sebanyak 67 (53,6%), yang menjawab memeriksa buku pelajaran kemudian meminta izin sebanyak 25 orang (20,0%), yang menjawab sarapan dan langsung pergi sebanyak 24 orang (19,2%), yang menjawab bersalaman saja tanpa meminta izin sebanyak 9 orang (7,2%).

70

No

28

Tabel 34 Tabulasi Hasil Angket Pendidikan Agama Islam Yang Dilakukan Siswa Sebelum Keluar Rumah Pertanyaan dan Alternative Jawaban F Yang dilakukan siswa sebelum keluar rumah A. Membaca doa keluar rumah 49 B. Membaca Bismillah 46 C. Membaca doa apa saja 5 D. Keluar rumah tanpa membaca doa 25 Jumlah 125

% 39,2 % 36,8 % 4,0 % 20,0 % 100 %

Dalam tabel yang disajikan di atas, dapat diketahui bahwa siswa yang membaca doa ketika hendak keluar rumah sebanyak 49 orang (39,2%), yang membaca bismillah sebanyak 46 orang (36,8%), yang keluar rumah tanpa membaca doa sebanyak 25 orang (20,0%), yang membaca doa apa saja sebanyak 5 orang (4,0%). Dari jawaban yang dikemukakan tersebut bahwa siswa SMK Khazanah Kebajikan sudah terbiasa membaca do’a ketika hendak keluar rumah. Tabel 35 Tabulasi Hasil Angket Pendidikan Agama Islam Tentang Pelanggaran Siswa Dalam Satu Minggu No

29

Pertanyaan dan Alternative Jawaban Pelanggaran yang dilakukan siswa dalam satu minggu A. 1 kali B. 2 kali C. 3 kali D. 4 kali Jumlah

F

%

80 21 9 15 125

64,0 % 16,8 % 7,2 % 12,0 % 100 %

Tabel di atas menjelaskan bahwa siswa yang menjawab 1 kali melakukan pelanggaran sebanyak 80 orang 64,0%, yang menjawab 2 kali melakukan pelanggaran sebanyak 21 orang (16,8%), yang menjawab 3 kali melakukan pelanggaran sebanyak 9 orang (7,2%), dan yang menjawab 4 kali melakukan pelanggaran sebanyak 15 orang (12,0%). Maka siswa yang paling sedikit melakukan pelanggaran sebanyak 101 orang dengan persentase 80,8 %, jadi siswa yang SMK Khazanah Kebajikan senantiasa taat dan disiplin terhadap peraturan yang ada.

71

Tabel 36 Tabulasi Hasil Angket Pendidikan Agama Islam Tentang Sikap Siswa Ketika Melihat Teman Yang Berduka No

30

Pertanyaan dan Alternative Jawaban Sikap Siswa ketika melihat teman yang sedang berduka A. Memintanya untuk berbagi cerita supaya perasaannya lebih tenang B. Mengajak teman-teman untuk menemaninya C. Mengajaknya belanja ke Ramayana D. Memarahinya karena berduka Jumlah

F

%

99 22 3 1 125

79,2 % 17,6 % 2,4 % 0,8 % 100 %

Tabel di atas menjelaskan bahwa siswa yang meminta temannya yang berduka untuk menceritakan perasaannya supaya merasakan ketenangan sebanyak 99 orang (79,2%), siswa yang mengajak teman yang lain untuk menemaninya sebanyak 22 orang (17,6 %), yang mengajaknya berbelanja sebanyak 3 orang (2,4 %) dan siswa yang memarahinya sebanyak 1 orang dengan persentase 0,8 %. Berdasarkan keterangan tersebut maka, siswa SMK mempunyai kepedulian dan yang tinggi antara sesame teman.

2. Tabulasi Hasil Angket Pembiasaan Akhlak Karimah Siswa Tabel 37 Tabulasi Hasil Angket Pembiasaan Akhlak Karimah Dimensi Kejujuran Tentang Perasaan Setelah Shalat Lima Waktu No 31

Pertanyaan dan Alternative Jawaban Perasaan Siswa setelah mengerjakan shalat lima waktu A. Lebih tenang B. Merasa bebas dari beban C. Tidak berpengaruh apa-apa D. Tetap gundah/gelisah Jumlah

F

%

109 13 3 0 125

87,2 % 10,4 % 2,4 % 0% 100 %

Kejujuran Siswa dapat dilihat dari alternatif jawaban yang dipilih yaitu yang menjawab perasaannya lebih tenang setelah shalat lima waktu 109 siswa (87,2 %), yang merasa terbebas dari beban setelah shalat lima waktu 13 siswa (10,4 %), yang tidak berpengaruh apa-apa setelah shalat lima waktu sebanyak 3 orang (2,4%) dan tetap gundah dan gelisah setelah shalat lima waktu 0%.

72

Tabel 38 Tabulasi Hasil Angket Pembiasaan Akhlak Karimah Dimensi Kejujuran tentang Menyakiti teman Dengan Perkataan Buruk No

32

Pertanyaan dan Alternative Jawaban Siswa yang menyakiti teman dengan perkataan buruk dalam satu minggu A. 4 kali B. 3 kali C. 2 kali D. Tidak pernah Jumlah

F

%

35 34 22 34 125

28,0 % 27,2 % 17,6 % 27,2 % 100 %

Berdasarkan tabel di atas dijelaskan bahwa sebagian besar siswa menjawab 4 kali menyakiti teman dengan perkataan buruk sebanyak 35 siswa (28,0 %), yang menjawab 3 kali menyakiti teman dengan perkataan buruk sebanyak 34 siswa (27,2 %), yang menjawab 2 kali menyakiti teman dengan perkataan buruk sebanyak 22 Siswa (17,6 %) dan yang menjawab tidak pernah menyakiti teman dengan perkataan buruk sebanyak 34 Siswa (27,2 %). Dari jawaban tersebut tingkat kejujuran dan keberanian siswa sangat tinggi. Tabel 39 Tabulasi Hasil Angket Pembiasaan Akhlak Karimah Dimensi Kejujuran tentang Terlambat Shalat Subuh Dalam Satu Minggu No

33

Pertanyaan dan Alternative Jawaban Siswa yang terlambat melaksanakan shalat subuh dalam satu minggu A. 5 kali B. 4 kali C. 3 kali D. 2 kali Jumlah

F

%

12 12 21 80 125

9,6 % 9,6 % 16,8 % 64,0 % 100 %

Berdasarkan Tabel di atas, tingkat kejujuran siswa sangat baik terbukti dari hasil jawaban siswa yaitu: yang terlambat melaksanakan shalat subuh dalam satu minggu sebanyak 5 kali sebanyak 12 Siswa (9,6 %), terlambat 4 kali dalam satu minggu sebanyak 12 Siswa (9,6 %), yang terlambat 3 kali dalam satu minggu sebanyak 21 Siswa (16,8 %) dan yang terlambat 2 kali dalam satu minggu sebanyak 80 Siswa (64,0 %). Jadi lebih banyak siswa yang mengaku suka terlambat shalat subuh dalam satu minggu.

73

Tabel 40 Tabulasi Hasil Angket Pembiasaan Akhlak Karimah Dimensi Berbakti Kepada Allah SWT No Pertanyaan dan Alternative Jawaban F % Siswa yang melaksanakan shalat berjamaah dalam sehari 67 53,6 % 34 A. 5 kali 33 26,4 % B. 4 kali 22 17,6 % C. 3 kali 3 2,4 % D. 2 kali 125 Jumlah 100 % Melihat tabel di atas, Siswa yang memilih jawaban 5 kali shalat berjamaah sebanyak 67 Siswa (53,6 %), Siswa yang memilih jawaban 4 kali shalat berjamaah sebanyak 33 Siswa (26,4 %), Siswa yang memilih jawaban 3 kali shalat berjamaah sebanyak 22 Siswa (17,6 %), Siswa yang memilih jawaban 2 kali shalat berjamaah sebanyak 3 Siswa (2,4 %). Dari hasil pilihan Siswa yang lebih banyak memilih 5 kali shalat berjamaah membuktikan bahwa seluruh Siswa senantiasa melaksanakan shalat berjamaah lima waktu. Hal ini Siswa berbakti dan taat terhadap perintah Allah SWT. Tabel 41 Tabulasi Hasil Angket Pembiasaan Akhlak Karimah Dimensi Berbakti Dalam Melaksanakan Perintah Allah SWT No Pertanyaan dan Alternative Jawaban F % Alasan Siswa melaksanakan shalat berjamaah A. Perintah Allah SWT 70 56,0 % 41 35 B. Perintah orang tua 32,8 % C. Tugas dari guru agama 6 4,8 % D. Karena teman 8 6,4 % 125 Jumlah 100 % Apabila melihat jawaban siswa di atas, bahwa lebih banyak siswa yang melaksanakan shalat karena itu merupakan kewajiban dan perintah Allah SWT yang tidak boleh sama sekali ditinggalkan memiliki frosentase paling tinggi dibandingkan dengan jawaban alternative yang lain.

74

Tabel 42 Tabulasi Hasil Angket Pembiasaan Akhlak Karimah Dimensi Berbakti Tentang Perbuatan Yang Dilakukan Ketika Mendengarkan Adzan No Pertanyaan dan Alternative Jawaban F % Yang dilakukan Siswa ketika mendengar adzan A. Segera berwudlu dan pergi shalat berjamaah 88,0 % 110 B. Mendengarkan dan tetap beraktivitas 36 10,4 % 13 C. Pura-pura tidak mendengar 0% 0 D. Asyik ngobrol sama teman 1,6 % 2 125 Jumlah 100 % Tabel di atas, menerangkan bahwa siswa yang memilih jawaban segera berwudlu dan shalat berjamaah ketika mendengar adzan lebih tinggi yaitu sebanyak 110 siswa dengan frosentase 88,0 % dibandingkan dengan hasil jawaban yang lain. Ini membuktikan bahwa siswa memiliki tingkat ketaatan yang tinggi terhadap Allah SWT. Tabel 43 Tabulasi Hasil Angket Pembiasaan Akhlak Karimah Dimensi Berbakti Tentang Sikap Siswa Terhadap Teman Yang Melalaikan Shalat No Pertanyaan dan Alternative Jawaban F Sikap Siswa terhadap orang yang melalaikan shalat A. Mengingatkannya untuk shalat 115 8 37 B. Memarahinya karena telah melalaikan shalat C. Menakut-nakutinya dengan berbagai dosa 2 D. Pura-pura tidak tahu 0 125 Jumlah

% 92,0 % 6,4 % 1,6 % 0% 100 %

Apabila melihat tabel di atas, banyak siswa yang memilih mengingatkan seseorang untuk segera menunaikan shalat lebih tinggi daripada yang memilih jawaban alternativ lain karena siswa senantiasa taat dalam melaksanakan perintah Allah SWT.

75

Tabel 44 Tabulasi Hasil Angket Pembiasaan Akhlak Karimah Dimensi Ikhlas Dalam Memberikan Bantuan Kepada Pengemis No Pertanyaan dan Alternative Jawaban F % Sikap Siswa ketika ada pengemis yang kelaparan A. Memberikan makanan seadanya 37,6 % 47 38 B. Memberikannya uang 24,0 % 30 C. Menyuruhnya pergi 11,2 % 14 D. Pura-pura tidak melihatnya 27,2 % 34 125 Jumlah 100 % Dari hasil Alternative jawaban siswa dalam tabel di atas, menerangkan bahwa jumlah siswa yang memberikan makanan seadanya ketika ada pengemis yang kelaparan lebih banyak yaitu 47 siswa (37,6 %). Maka berdasarkan data tersebut siswa senantiasa peduli dan membantu orang yang dalam kesulitan. Tabel 45 Tabulasi Hasil Angket Pembiasaan Akhlak Karimah Dimensi Ikhlas Siswa Dalam Memberikan Sumbangan No Pertanyaan dan Alternative Jawaban F Perasaan Siswa ketika memberikan sumbangan A. Ridho 87 39 B. Ikhlas 26 C. Ingin di nilai dermawan 10 D. Ingin dilihat orang 2 125 Jumlah Berdasarkan tabel tersebut, Siswa yang

% 69,6 % 20,8 % 8,0 % 1,6 % 100 %

menjawab ridho ketika

memberikan sumbangan sebanyak 87 orang (69,6 %), yang menjawab ikhlas ketika memberikan sumbangan sebanyak 26 orang (20,8 %), yang menjawab ingin di nilai dermawan ketika memberikan sumbangan sebanyak 10 orang (8,0 %), siswa yang menjawab ingin dilihat orang lain ketika memberikan sumbangan sebanyak 2 orang (1,6 %). Dari data tersebut maka siswa SMK Khazanah Kebajikan senantiasa peduli dan ikhlas dalam memberikan sumbangan.

76

Tabel 46 Tabulasi Hasil Angket Pembiasaan Akhlak Karimah Dimensi Ikhlas Ketika Menolong Guru No Pertanyaan dan Alternative Jawaban F Sikap siswa ketika dipintai pertolongan oleh guru A. Langsung menolongnya dengan ikhlas 89 B. Semangat karena ingin nilai bagus 20 40 C. Menolongnya karena takut 4 D. Menolongnya tapi tidak ikhlas 12 Jumlah 125

% 71,2 % 16,0 % 3,2 % 9,6 % 100 %

Melihat tabel di atas, bahwa lebih tinggi siswa yang memilih langsung segera membantu guru dengan ikhlas ketika dimintai pertolongan oleh gurunya yaitu sebanyak 89 siswa dengan frosentase 71,2 %, hasil jawaban tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan hasil jawaban yang lain. Hal ini membuktikan bahwa siswa senantiasa patuh dan hormat terhadap guru. Tabel 47 Tabulasi Hasil Angket Pembiasaan Akhlak Karimah Dimensi Berani Dalam Kebenaran: Menegur Teman Yang Berkelahi No 41

Pertanyaan dan Alternative Jawaban Sikap Siswa ketika melihat teman yang berkelahi A. Langsung melerainya B. Ikut terlibat berkelahi C. Memberikan dorongan saja D. Melaporkannya kebagian BP Jumlah

F

%

30 9 22 64 125

24,0 % 7,2 % 17,6 % 51,2 % 100 %

Dari tabel tersebut, dapat dijelaskan bahwa sikap siswa ketika melihat teman yang berkelahi ada yang melaporkannya ke guru BP sebanyak 64 orang (51,2 %), ada yang langsung melerainya sebanyak 30 orang Siswa (24,0 %), ada yang memberikan dorongan saja sebanyak 22 orang (17,6 %) dan ada yang terlibat atau ikut-ikutan berkelahi sebanyak 9 orang (7,2%). Data ini menunjukkan bahwa siswa kurang berani dalam menegakkan kebenaran. terbukti hanya 30 siswa saja yang menjawab langsung melerainya.

77

Tabel 48 Tabulasi Hasil Angket Pembiasaan Akhlak Karimah Dimensi Berani Dalam Kebenaran tentang Memperbaiki Teman Yang Melakukan Kecurangan No

42

Pertanyaan dan Alternative Jawaban Sikap siswa terhadap teman yang melakukan kecurangan pada waktu ulangan A. Menegurnya B. Menyindirnya C. Membiarkannya D. Ikut mencontek Jumlah

F

%

113 5 5 2 125

90,4 % 4,0 % 4,0 % 1,6 % 100 %

Meninjau tabel yang tertera di atas, bahwa siswa yang berani menegur teman yang melakukan kecurangan pada waktu ulangan sebanyak 113 orang (90,4 %), siswa yang hanya berani menyindir dan membiarkan saja frekuensinya sama sebanyak 5 orang dan prosentasenya sama 4,0 %, siswa yang ikut mencontek sebanyak 2 orang (1,6 %). Jadi dapat disimpulkan bahwa siswa SMK berani menegakkan kebenaran terbukti dengan banyaknya siswa yang berani menegur teman yang mencontek. Tabel 49 Tabulasi Hasil Angket Pembiasaan Akhlak Karimah Dimensi Berani Dalam kebenaran tentang Sikap Siswa Terhadap Teman Yang Merokok Di Dalam Kelas No

43

Pertanyaan dan Alternative Jawaban Sikap Siswa terhadap teman yang merokok dikelas A. Menegurnya B. Melaporkan ke guru BP C. Memarahinya D. Meminta bagian Jumlah

F 100 20 1 4 125

% 80,0 % 16,0 % 0,8 % 3,2 % 100 %

Tabel di atas, menjelaskan bahwa sikap Siswa terhadap teman yang merokok di dalam kelas yaitu ada yang menjawab menegurnya sebanyak 100 Siswa (80,0 %), yang menjawab melaporkannya ke guru BP sebanyak 20 Siswa (16,0 %), yang menjawab meminta bagian rokok dari temannya sebanyak 4 orang (3,2 %) dan yang menjawab memarahinya sebanyak 1 orang saja (0,8 %). Maka

78

data tersebut menyatakan siswa SMK Khazanah Kebajikan berani menegakkan tata tertib yang ada. Tabel 50 Tabulasi Hasil Angket Pembiasaan Akhlak Karimah Dimensi Qonaah Ketika Mendapatkan Cobaan No Pertanyaan dan Alternative Jawaban F Sikap Siswa ketika mendapatkan cobaan atau musibah A. Sabar dan berdoa 60 44 B. Introspeksi diri 6 C. Menangis 38 D. Marah-marah 21 Jumlah 125

% 88 % 8,8 % 3,2 % 16,8 % 100 %

Dari tabel di atas, dinyatakan bahwa siswa yang menjawab sabar dan berdoa ketika mendapatkan cobaan sebanyak 60 orang (88 %), siswa yang introspeksi diri ketika mendapatkan cobaan sebanyak 6 orang (8,8 %), siswa yang menangis ketika mendapatkan cobaan sebanyak 38 orang (3,2 %), Siswa yang marah-marah ketika mendapatkan cobaan sebanyak 21 orang (16,8 %). Tabel 51 Tabulasi Hasil Angket Pembiasaan Akhlak Karimah Dimensi Kesabaran Ketika Dihina Teman No 45

Pertanyaan dan Alternative Jawaban Sikap Siswa ketika diolok-olok dan dihina teman A. Sabar B. Diam karena tidak mau ribut C. Meninggalkannya D. Memusuhinya karena sakit hati Jumlah

F

%

107 5 5 8

85,6 % 4% 4% 6,4 % 100 %

125

Berdasarkan tabel di atas, bahwa siswa yang bersabar ketika dihina teman sebanyak 107 Siswa (85,6 %), siswa yang diam saja karena tidak mau ribut ketika dihina teman sebanyak 5 orang (4 %), yang lebih baik meninggalkan teman yang menghina sebanyak 5 orang (4 %), yang memutuskan untuk memusuhinya karena sakit hati ketika dihina teman sebanyak 8 orang (6,4 %). Jadi dapat disimpulkan bahwa Siswa SMK Khazanah Kebajikan sangat tinggi tingkat kesabarannya.

79

Tabel 52 Tabulasi Hasil Angket Pembiasaan Akhlak Karimah Dimensi Kesabaran Ketika Menghadapi Teman Yang Meminta Bantuan No

46

Pertanyaan dan Alternative Jawaban Yang dilakukan Siswa ketika ada teman yang bertanya tentang pelajaran yang tidak dia mengerti A. Sabar mengajarinya seperti apa yang sudah saya pahami B. Dengan tegas saya mengajarinya C. Memarahinya karena saya tidak mau mengajarinya D. Memintanya untuk bertanya pada guru pelajarannya Jumlah

F

%

52 70 2 1 125

41,6 % 56,0 % 1,6 % 8% 100 %

Berdasarkan data tabel di atas, Siswa yang sabar mengajari teman yang tidak memahami pelajaran sebanyak 52 orang (41,6 %), Siswa dengan tegas mengajarinya sebanyak 70 orang (56,0 %), Siswa yang memarahinya karena tidak mau mengajarinya sebanyak 2 orang (1,6 %) dan ada yang memintanya untuk bertanya saja pada guru pelajarannya sebanyak 1 orang (8 %). Tabel 53 Tabulasi Hasil Angket Pembiasaan Akhlak Karimah Dimensi Kesabaran Terhadap Siswa Yang Suka Jahil No

47

Pertanyaan dan Alternative Jawaban Sikap Siswa terhadap teman yang suka berbuat jahil A. Menegurnya bahwa itu perbuatan yang tidak baik B. Diam dan berdoa dalam hati agar dia sadar C. Memukulnya D. Tidak perduli dengan teman yang suka jahil Jumlah

F

%

93 1 0 31 125

74,4 % 8% 0% 24,8 % 100 %

Melihat tabel di atas, dapat dilihat bahwa Siswa yang menegur teman yang jahil sebanyak 93 orang (74,4 %), Siswa yang menjawab diam dan berdoa dalam hati sebanyak 1 orang (8 %), Siswa yang menjawab tidak peduli sebanyak 31 orang (24,8%) dan tidak ada yang menjawab akan memukulnya. Ini membuktikan bahwa siswa mempunyai kesabaran dan keinginan untuk memperbaiki teman.

80

Tabel 54 Tabulasi Hasil Angket Pembiasaan Akhlak Karimah Dimensi Amanah Siswa Ketika Diberi Uang SPP No Pertanyaan dan Alternative Jawaban F Yang dilakukan Siswa ketika diberi uang SPP sekolah A. Langsung membayarkannya tepat waktu 118 48 B. Mengundur-ngundur pembayaran 0 C. Memakai uangnya untuk jajan sehari-hari 6 D. Memakai uangnya untuk jalan-jalan sama teman 1 125 Jumlah

% 94,4 % 0% 4,8 % 8% 100 %

Tabel tersebut menyatakan bahwa siswa yang menjawab langsung membayarkan uang SPP sebanyak 118 siswa (94,4 %), tidak ada yang menjawab mengundur-ngundur pembayaran uang, siswa yang memakai uangnya untuk jajan sebanyak 6 orang (4,8 %), siswa yang memakai uangnya untuk jalan-jalan sebanyak 1 orang (8 %). Jadi lebih banyak siswa yang melaksanakan amanah dari pada yang tidak melaksanakan amanah. Tabel 55 Tabulasi Hasil Angket Pembiasaan Akhlak Karimah Dimensi Tekun Tentang Sikap Siswa Ketika Mendapatkan Nilai Yang Tidak Memuaskan No Pertanyaan dan Alternative Jawaban F % Sikap siswa ketika mendapatkan nilai yang tidak memuaskan A. Mensyukuri dan menerimanya 99 79,2 % 49 B. Terus belajar dan tidak putus asa 19 15,2 % C. Menyesalinya karena tidak belajar sungguh-sungguh 1 8% D. Malas belajar 6 4,8 % 125 100 % Jumlah Meninjau tabel yang disajikan di atas, dapat diketahui bahwa siswa yang menjawab mensyukuri dan menerima nilai yang ia dapat kan apa adanya sebanyak 99 orang (79,2 %), siswa yang menjawab terus belajar dan tidak putus asa sebanyak 19 orang (15,2 %), siswa yang menjawab menyesali karena tidak belajar sebanyak 1 orang dengan prosentase 8 %, siswa yang menjawab malas belajar sebanyak 6 orang (4,8 %). Dari frekuensi yang ada lebih banyak siswa yang mensyukuri dan menerimanya walaupun nilainya tidak memuaskan.

81

Tabel 56 Tabulasi Hasil Angket Pembiasaan Akhlak Karimah Dimensi Disiplin Siswa Dalam mengikuti Kajian No Pertanyaan dan Alternative Jawaban F Banyaknya kajian yang diikuti siswa dalam satu minggu A. 1 kali dalam seminggu 52 B. 2 kali dalam seminggu 50 13 C. 3 kali dalam seminggu 25 D. 4 kali dalam seminggu 35 Jumlah 125

% 41,6 % 10,4 % 20,0 % 28,0 % 100 %

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa siswa yang hanya 1 kali mengikuti kajian dalam satu minggu sebanyak 52 orang (41,6 %), siswa yang hanya 2 kali mengikuti kajian dalam satu minggu sebanyak 13 orang (10,4 %), siswa yang hanya 3 kali mengikuti kajian dalam satu minggu sebanyak 25 orang (20,0 %), siswa yang hanya 4 kali mengikuti kajian dalam satu minggu sebanyak 35 orang (28,0 %). Maka sedikit sekali siswa yang mengikuti kajian secara rutin dalam satu minggu, sehingga harus ada perhatian yang sangat serius dari para pembina yayasan terhadap siswa yang tidak mengikuti kajian. Tabel 57 Tabulasi Hasil Angket Pembiasaan Akhlak Karimah Dimensi Disiplin Tentang Siswa Yang Tidak Izin Masuk Sekolah No Pertanyaan dan Alternative Jawaban F % Siswa yang tidak masuk sekolah tanpa izin A. 1 kali dalam satu minggu 32 25,6 % 51 B. 2 kali dalam satu minggu 23 18,4 % C. 3 kali dalam satu minggu 14 11,2 % D. Tidak pernah tidak izin 56 44,8 % Jumlah 125 100 % Meninjau tabel di atas, dapat diketahui bahwa siswa yang tidak masuk sekolah tanpa izin 1 kali dalam satu minggu sebanyak 32 orang (25,6 %), Siswa yang tidak masuk sekolah tanpa izin 2 kali dalam satu minggu sebanyak 23 orang (18,4 %), siswa yang tidak masuk sekolah tanpa izin 3 kali dalam satu minggu sebanyak 14 orang (11,2 %) dan siswa yang selalu izin ketika tidak masuk sekolah sebanyak 56 orang (44,8 %).

82

Tabel 58 Tabulasi Hasil Angket Pembiasaan Akhlak Karimah Dimensi Disiplin tentang Terlambat Memasuki Kelas No Pertanyaan dan Alternative Jawaban F Siswa yang terlambat masuk kelas dalam seminggu A. 1 kali 91 52 B. 2 kali 19 C. 3 kali 11 D. 4 kali 4 Jumlah 125

% 72,8 % 15,2 % 8,8 % 3,2 % 100 %

Meninjau data tabel di atas, bahwa siswa yang pernah terlambat masuk kelas 1 kali sebanyak 91 orang (72,8 %), siswa yang pernah terlambat masuk kelas 2 kali sebanyak 19 orang (15,2 %), siswa yang pernah terlambat masuk kelas 3 kali sebanyak 11 orang (8,8 %), siswa yang pernah terlambat masuk kelas 4 kali sebanyak 91 orang (3,2 %). Dari penjelasan tersebut dinyatakan bahwa siswa yang tidak terlambat masuk kelas lebih sedikit dari pada siswa yang terlambat masuk kelas, hal ini di karenakan taatnya siswa terhadap tata tertib yang ada. Tabel 59 Tabulasi Hasil Angket Pembiasaan Akhlak Karimah Dimensi Disiplin Terhadap Tata Tertib Yang Diterapkan Di Sekolah No Pertanyaan dan Alternative Jawaban F % Pendapat Siswa tentang disiplin yang diterapkan disekolah A.Ketat tapi saya menjalankannya dengan baik 46 36,8% B. Ketat dan saya menjalankannya karena harus 53 dilaksanakan 35 28,0% C. Berat karena takut poin saya berkurang 32 25,6% D.Saya tidak peduli dengan poin saya 12 9,6 % Jumlah 125 100 % Melihat tabel di atas, dapat dikatakan bahwa siswa yang memilih dan menganggap disiplin di sekolah ketat tapi tetap menjalankannya dengan baik sebanyak 46 orang (36,8 %), siswa yang menganggap disiplin di sekolah ketat dan tetap menjalankannya karena suatu keharusan sebanyak 35 orang (28,0 %), siswa yang menganggap disiplin di sekolah berat dan tetap menjalankannya karena takut poinnya berkurang sebanyak 32 orang (25,6 %), siswa yang memilih dan tidak

83

peduli dengan poin yang berkurang sebanyak 12 orang (9,6 %). Dari penjelasan tersebut dapat dilihat bahwa tingkat ketaatan siswa terhadap disiplin masih tinggi.

No 54

Tabel 60 Tabulasi Hasil Angket Pembiasaan Akhlak Karimah Dimensi Tekun Dalam Belajar Pertanyaan dan Alternative Jawaban F Kebiasaan belajar siswa dalam satu hari satu malam A. 1 jam dalam satu hari 110 B. 2 jam dalam satu hari 11 C. 3 jam dalam satu hari 4 D. 4 jam dalam satu hari 0 Jumlah

125

% 88,0 % 8,8 % 3,2 % 0% 100 %

Berdasarkan tabel tersebut, diketahui bahwa kebiasaan belajar Siswa dalam satu hari satu malam yang hanya 1 jam sebanyak 110 orang (88,0 %). Yang hanya 2 jam dalam satu hari sebanyak 11 orang (8,8 %), Yang hanya 3 jam dalam satu hari sebanyak 4 orang (3,2 %), sedangkan tidak ada yang belajar 4 jam dalam satu hari. Ini membuktikan bahwa kebiasaan belajar siswa tidak lebih dari 2 jam dalam satu hari satu malam, waktu ini sangatlah kurang harus ada peningkatan waktu dalam belajar.

No

55

Tabel 61 Tabulasi Hasil Angket Pembiasaan Akhlak Karimah Dimensi Tekun Dalam Waktu Belajar Pertanyaan dan Alternative Jawaban F Waktu yang sering siswa gunakan untuk belajar A. Siang hari setelah keluar sekolah 11 B. Setelah shalat subuh 4 C. Pukul 20.00 sampai 21.00 malam hari 26 D. Belajar kalau ada tugas saja 84 Jumlah 125

% 12,5 % 12 % 56 % 19,2 % 100 %

Dari tabel di atas, siswa yang menjawab belajar siang hari setelah keluar sekolah sebanyak 11 orang (12,5 %), siswa yang belajar setelah shalat subuh sebanyak 4 orang (12 %), siswa yang belajar Pukul 20.00 sampai 21.00 malam hari sebanyak 26 orang (56 %), siswa yang belajar kalau ada tugas saja sebanyak

84

84 orang (19,2 %). Karena banyaknya siswa yang belajar pada waktu ujian dan ada tugas saja, maka siswa kurang giat dalam meningkatkan kualitas belajarnya. Tabel 62 Tabulasi Hasil Angket Pembiasaan Akhlak Karimah Dimensi Tekun Dalam Memilih Tempat Belajar No Pertanyaan dan Alternative Jawaban F Tempat yang paling siswa sukai untuk belajar A.Di dalam kelas 98 B.Di dalam kamar 56 14 C.Di dalam Mesjid 1 D.Di lapangan atau taman 12 Jumlah 125

% 78,4 % 11,2 % 8% 9,6 % 100 %

Tabel di atas menerangkan bahwa, tempat yang paling disukai siswa untuk belajar dapat dilihat dari hasil jawabannya. Yang lebih suka belajar di dalam kelas 98 orang (78,4 %), yang lebih suka belajar di dalam kamar 14 orang (11,2 %), yang lebih suka belajar di dalam mesjid sebanyak 1 orang (8 %), yang lebih suka belajar di lapangan atau di taman sebanyak 12 orang (9,6 %). Ini membuktikan bahwa keseriusan belajar siswa hanya ketika didalam kelas atau ketika ada jam pelajaran saja.

No

57

Tabel 63 Tabulasi Hasil Angket Pembiasaan Akhlak Karimah Dimensi Tekun Tentang Posisi Belajar Yang Disukai Siswa Pertanyaan dan Alternative Jawaban F % Posisi belajar yang di sukai siswa A. Mendengarkan musik 85 68,0 % B. Nonton TV 21 16,8 % C. Ngemil 7 5,6 % D. Tiduran di kasur 12 9,6 % 125 Jumlah 100 % Melihat tabel di atas, posisi yang disukai siswa ketika belajar yaitu belajar

sambil mendengarkan musik sebanyak 85 orang (68,0%), siswa yang memilih suka belajar sambil nonton TV sebanyak 21 orang (16,8 %), siswa yang memilih suka belajar sambil ngemil sebanyak 7 orang (5,6 %), siswa yang memilih suka belajar sambil tiduran di kasur sebanyak 12 orang

(9,6 %). Hal tersebut

85

membuktikan bahwa siswa lebih menyukai belajar sambil santai dan tidak menegangkan. Tabel 64 Tabulasi Hasil Angket Pembiasaan Akhlak Karimah Dimensi Peduli Tentang Sikap Siswa Terhadap Teman Yang Tidak Punya Uang Saku No Pertanyaan dan Alternative Jawaban F % Sikap siswa ketika ada teman yang kehabisan uang jajan A. Mengajaknya jajan bersama 109 87,2 % 58 B. Meminjamkan uang kepadanya 13 10,4 % C. Membaginya makanan 1 8% D. Masa bodoh 2 1,6 % 125 Jumlah 100 % Meninjau tabel di atas, bahwa siswa yang menjawab mengajak teman jajan bersama sebanyak 109 Siswa (87,2 %), siswa yang menjawab meminjamkan uang kepada teman yang kehabisan uang sebanyak 13 siswa (10,4 %), siswa yang menjawab akan membaginya makanan sebanyak 1 siswa dengan prosentase 8 %, siswa yang menjawab masa bodoh sebanyak 2 siswa dengan prosentase 1,6 %. Hal ini membuktikan tingkat kepedulian, kesetia kawanan sangat tinggi. Tabel 65 Tabulasi Hasil Angket Pembiasaan Akhlak Karimah Dimensi Amanah Yang Sering Dilalaikan No Pertanyaan dan Alternative Jawaban F Amanah yang sering dilalaikan siswa A. Orang tua 17 59 B. Guru 6 C. Kakak 3 D. Teman sekelas 99 Jumlah 125

% 13,6 % 4,8 % 2,4 % 79,2 % 100 %

Berdasarkan tabel tersebut, siswa yang menjawab sering melalaikan amanah orang tua sebanyak 17 orang, yang menjawab sering melalaikan amanah guru sebanyak 6 orang, yang menjawab sering melalaikan amanah saudara (kakak) sebanyak 3 orang dan yang menjawab sering melalaikan amanah teman

86

sekelas sebanyak 99 orang (79,2 %). Hal tersebut membuktikan bahwa pemahaman tentang menjaga amanah terhadap siapapun masih kurang. Tabel 66 Tabulasi Hasil Angket Pembiasaan Akhlak Karimah Dimensi Peduli Tentang Banyaknya Siswa Mengajak Jajan Teman No

60

Pertanyaan dan Alternative Jawaban Siswa yang mengajak jajan temannya ke Kantin dalam satu minggu A. 1 kali B. 2 kali C. 3 kali D. 4 kali Jumlah

F

0 39 70 16 125

%

0% 31,2 % 56,0 % 12,8 % 100 %

Tabel tersebut menerangkan bahwa tidak ada satu pun siswa yang menjawab mengajak teman ke kantin 1 kali dalam satu minggu, yang menjawab 2 kali mengajak teman ke kantin sebanyak 39 siswa (31,2 %), yang mengajak teman 3 kali ke kantin sebanyak 70 siswa (56,0 %), siswa yang mengajak teman ke kantin sebanyak 4 kali 16 siswa (12,8 %). Dari katerangan ini, maka lebih banyak siswa yang mengajak jajan sebanyak 3 kali. Ini menunjukkan bahwa siswa mempunyai kepedulian yang sangat tinggi terhadap teman.

D. Uji Hipotesis Penelitian ini merupakan penelitian korelasional, yang didalamnya terdapat dua variabel yang diteliti. Variabel tersebut adalah Pendidikan Agama Islam (variabel X) sebagai variabel bebas dan pembiasaan akhlak karimah siswa SMK Khazanah Kebajikan Pondok Cabe Ilir (variabel Y) sebagai variabel terikat. Untuk mendapatkan koefisien korelasi maka terlebih dahulu dilakukan coding terhadap jawaban responden (Variabel X dan Y). Coding dihitung setelah kuantifikasi data dilakukan. Adapun langkah-langkahnya dapat dilihat pada tabel berikut:

87

Tabel 67 Uji Korelasi Antara Variabel X (Pendidikan Agama Islam) dan Variabel Y (Pembiasaan Akhlak Karimah Siswa) Jumlah Siswa

X

Y

XY

X2

Y2

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43

60 79 66 83 80 78 78 85 89 67 83 79 65 74 88 80 84 84 71 80 69 77 80 84 89 85 81 88 85 90 87 70 77 86 83 73 83 78 77 79 76 99 78

88 91 88 100 103 85 89 71 75 89 93 100 83 94 102 99 96 104 95 97 71 92 87 96 96 102 82 94 92 76 92 78 88 95 87 85 91 85 97 95 95 95 103

5280 7189 5808 8300 8240 6630 6942 6035 6675 5963 7719 7900 5395 6956 8976 7920 8064 8736 6745 7760 4899 7084 6960 8064 8544 8670 6642 8272 7820 6840 8004 5460 6776 8170 7221 6205 7553 6630 7469 7505 7220 9405 8034

3600 6241 4356 6889 6400 6084 6084 7225 7921 4489 6889 6241 4225 5476 7744 6400 7056 7056 5041 6400 4761 5929 6400 7056 7921 7225 6561 7744 7225 8100 7569 4900 5929 7396 6889 5329 6889 6084 5929 6241 5776 9801 6084

7744 8281 7744 10000 10609 7225 7921 5041 5625 7921 8649 10000 6889 8836 10404 9801 9216 10816 9025 9409 5041 8464 7569 9216 9216 10404 6724 8836 8464 5776 8464 6084 7744 9025 7569 7225 8281 7225 9409 9025 9025 9025 10609

88

44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92

63 83 76 76 81 78 62 79 82 65 81 89 79 64 84 58 55 85 87 74 87 90 75 83 88 80 75 69 65 84 89 95 83 87 86 80 77 80 78 83 71 82 99 99 78 80 75 89 74

100 99 92 101 98 94 100 97 97 93 90 107 99 77 101 66 80 99 100 95 99 96 89 87 92 101 88 76 76 100 98 98 94 97 100 94 102 90 99 102 68 93 96 96 99 79 101 102 100

6300 8217 6992 7676 7938 7332 6200 7663 7954 6045 7290 9523 7821 4928 8484 3828 4400 8415 8700 7030 8613 8640 6675 7221 8096 8080 6600 5244 4940 8400 8722 9310 7802 8439 8600 7520 7854 7200 7722 8466 4828 7626 9504 9504 7722 6320 7575 9078 7400

3969 6889 5776 5776 6561 6084 3844 6241 6724 4225 6561 7921 6241 4096 7056 3364 3025 7225 7569 5476 7569 8100 5625 6889 7744 6400 5625 4761 4225 7056 7921 9025 6889 7569 7396 6400 5929 6400 6084 6889 5041 6724 9801 9801 6084 6400 5625 7921 5476

10000 9801 8464 10201 9604 8836 10000 9409 9409 8649 8100 11449 9801 5929 10201 4356 6400 9801 10000 9025 9801 9216 7921 7569 8464 10201 7744 5776 5776 10000 9604 9604 8836 9409 10000 8836 10404 8100 9801 10404 4624 8649 9216 9216 9801 6241 10201 10404 10000

89

93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 Jumlah

xy 





94 88 86 90 82 75 79 56 85 88 68 83 78 85 83 82 85 92 82 85 77 67 85 70 71 82 68 76 75 75 70 76 89

107 111 98 94 101 83 87 73 97 94 92 97 80 100 101 96 96 87 86 101 93 75 66 95 92 87 89 88 90 77 89 95 88

10058 9768 8428 8460 8282 6225 6873 4088 8245 8272 6256 8051 6240 8500 8383 7872 8160 8004 7052 8585 7161 5025 5610 6650 6532 7134 6052 6688 6750 5775 6230 7220 7832

8836 7744 7396 8100 6724 5625 6241 3136 7225 7744 4624 6889 6084 7225 6889 6724 7225 8464 6724 7225 5929 4489 7225 4900 5041 6724 4624 5776 5625 5625 4900 5776 7921

11449 12321 9604 8836 10201 6889 7569 5329 9409 8836 8464 9409 6400 10000 10201 9216 9216 7569 7396 10201 8649 5625 4356 9025 8464 7569 7921 7744 8100 5929 7921 9025 7744

∑X

∑Y

∑XY

∑X2

∑Y2

9936

11518

919578

798946

1071416

N . XY   X . Y  N . X 

 X  .N . Y   X   2

2

125 . 919578  9936  . 11518

125 .798946  993 6  .125 . 1071416 2

2

  1151 8 

2

114947250  114442848 99868250  98724096.133927000  132664324

90



504402 1144154 . 1262676





504402 1.4446957961 504402 1201954 . 98922

 0,41965  sedang / cukup  0,42.....

Dengan analisis di atas, rxy menunjukkan bahwa Pendidikan Agama Islam sangat berpengaruh terhadap pembiasaan akhlak karimah siswa dalam kehidupan sehari-hari meskipun hasil dari pengaruh tersebut sedang atau cukup dengan rxy

=

0,42 yang berada pada rentang 0,40 – 0,70 berarti lebih

besar dari pada rtabel (rtabel 5 % 0,195 dan rtabel 1 % 0,254). Hipotesis akan diterima jika bukti-bukti yang dihasilkan dalam penelitian itu benar dan akan ditolak jika tidak benar. Penolakan dan penerimaan hipotesa tergantung pada penyelidikan dari bukti-bukti yang dikumpulkan selama penelitian. Jadi (Hipotesis Nol) Ho, yaitu “tidak ada pengaruh antara Pendidikan Agama Islam terhadap pembiasaan akhlak karimah siswa ditolak karena terbukti bahwa Pendidikan Agama Islam berpengaruh terhadap pembiasaan akhlak karimah siswa. Maka (Hipotesis Alternatif) Ha yang diajukan penulis di dalam perumusan masalah “Bagaimana pengaruh Pendidikan Agama Islam terhadap pembiasaan akhlak karimah siswa” diterima, karena terbukti bahwa Pendidikan Agama Islam berpengaruh terhadap pembiasaan akhlak karimah dengan rxy (0,42) lebih besar dari pada rtabel.

91

E. Interpretasi Data Telah diketahui dari hasil uji hipotesis di atas bahwa Pendidikan Agama Islam berpengaruh signifikan terhadap perilaku siswa dengan rxy (0,42) lebih besar dari pada rtabel. Dari penelitian atau uji hipotesis yang dilakukan, penulis menemukan beberapa faktor pendukung dan faktor penghambat sehingga penelitian ini mendapatkan korelasi positif sedang atau cukup. Faktor-faktor pendukung tersebut adalah: 1. Sebagian besar siswa sudah bisa membaca al-Quran sesuai dengan kaidah pembacaannya dan ilmu tajwidnya. 2. Siswa senantiasa shalat berjamaah setiap waktu 3. Siswa selalu berdoa ketika akan melakukan suatu pekerjaan 4. Siswa senantiasa bersikap baik dan berkata jujur terhadap orang tua, guru, dan sesama, terbukti bahwa Siswa selalu berbicara dengan bahasa yang santun dan lembut, selalu ramah dan memberi salam ketika bertemu guru. 5. Siswa selalu memperhatikan ketika guru menerangkan pelajaran agama Islam. 6. Siswa senantiasa membawa al-Quran setiap mengikuti kajian mingguan 7. Sedikitnya siswa yang melakukan pelanggaran 8. Siswa terbiasa belajar setiap malam dan setelah shalat subuh 9. Siswa senantiasa sabar dan berdoa ketika mendapatkan musibah dan cobaan. 10. Keberanian siswa dalam menegakkan kebenaran frekuensinya sangat tinggi. 11. Kepedulian siswa terhadap orang yang membutuhkan pertolongan sangat tinggi

terbukti

bahwa

siswa

senantiasa

membantu

orang

yang

membutuhkan bantuannya, selalu membantu teman yang kesulitan dan mempunyai masalah. 12. Seluruh Siswa dari kelas I sampai kelas III SMK Khazanah Kebajikan menyenangi pelajaran agama dan pelajaran akhlak.

92

Faktor-faktor pendukung di atas bermanfaat terhadap penelitian yang dilakukan walaupun kecil Sehingga korelasi yang didapatkan berpengaruh posistif. Faktor pendukung ini tidak terlepas dari keadaan lingkungan yang sangat mendukung karena siswa berada di dalam lingkungan pesantren dan senantiasa berada dibawah pengawasan pengurus dan pembimbing serta orang tua. Adapun faktor penghambatnya adalah: 1. Banyaknya siswa yang kesulitan dalam mempelajari ilmu tajwid dan menghapal ayat-ayat al-Qur’an. 2. Kurangnya keseriusan siswa dalam mengikuti kajian mingguan karena kebanyakan siswa hanya satu kali saja yang mengikuti kajian dalam satu minggu, seharusnya siswa minimal 4 kali mengikuti kajian dalam satu minggu. 3. Sedikitnya siswa yang membaca al-Qur’an dan mengulangi pelajaran setelah shalat subuh. 4. Masih banyaknya siswa yang terlambat melaksanakan shalat subuh berjamaah. 5. Masih banyaknya siswa yang bersikap masa bodo dan membiarkan teman yang mencontek ketika ulangan harian. 6. Masih adanya siswa yang diam dan tidak melakukan apa-apa ketika ada teman yang bersikap tidak baik terhadap teman yang lain. 7. Masih banyaknya siswa yang belajar ketika ada tugas dari guru saja. 8. Hampir semua siswa pernah terlambat masuk kelas untuk belajar. 9. Masih adanya siswa yang terpaksa menjalankan disiplin karena takut pointnya berkurang. Dari faktor-faktor penghambat di atas perlu adanya perhatian yang serius dari semua pihak baik itu guru-guru SMK Khazanah Kebajikan, pengurus yayasan Khazanah Kebajikan dan pembina kegiatan harian di Yayasan serta para orang tua siswa. Dalam menjawab landasan teori yang di kemukakan pada bab sebelumnya bahwa pembelajaran akhlak mempunyai pengaruh yang sangat

93

besar terhadap prilaku siswa, karena Pendidikan Agama Islam turut mematangkan kepribadian manusia dan mempunyai hubungan yang tidak dapat dipisahkan dengan perilaku seseorang. Di dalam proses interaksi sosial akhlak mulia selalu menjadi ukuran dan menjadi bagian penting dalam mengukur kepribadian seseorang. Landasan teori tersebut dapat diterima karena ada faktor pendukung dari siswa dan hasil hipotesisnya berada di dalam korelasi signifikan. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran akhlak ada pengaruhnya terhadap perilaku siswa, dengan demikian bahwa Pendidikan Agama Islam berpengaruh terhadap pembiasaan akhlak karimah siswa. Hasil ini sudah sesuai dengan rumusan masalah yang diajukan oleh penulis pada bab sebelumya. Untuk

menginterpretasikan

hasil

korelasi

antara

pelaksanaan

Pendidikan Agama Islam dengan pembiasaan akhlak karimah siswa kelas I sampai III SMK Khazanah Kebajikan Pondok Cabe Ilir, penulis menggunakan dua cara, yaitu: 1. Interpretasi Secara Kasar/Sederhana Dari perhitungan rxy di atas ternyata angka korelasi antara variabel X (Pendidikan Agama Islam) dengan variabel Y (pembiasaan akhlak karimah siswa) tidak bertanda negatif. Hal ini berarti antara dua variabel tersebut terdapat korelasi positif (korelasi yang berjalan searah). Karena Pendidikan Agama Islam di SMK Khazanah Kebajikan yang dilaksanakan dengan baik dan berkesinambungan, ternyata berpengaruh positif terhadap pembiasaan akhlak karimah siswa. Dengan memperhatikan besarnya rxy yang di dapatkan yaitu 0,41965 (dibulatkan menjadi 0,42), hasil penelitian ini berada pada rentang 0,400,70, berarti korelasi positif sedang atau cukup antara variabel X dan Y. 2. Interpretasi dengan menggunakan tabel nilai “r” Product Moment Untuk mengetahui signifikansi rxy melalui tabel “r” Product Moment, langkah pertama yang harus ditempuh adalah dengan mencari df (degree of freedom) atau derajat bebasnya terlebih dahulu. Dalam penelitian ini, objek yang diteliti sebanyak 125 orang, berarti N = 125.

94

Dengan demikian df-nya adalah df = N - 2 = 125 – 2 = 123. Karena df 123 tidak ditemukan dalam tabel, maka digunakan angka yang mendekatinya yaitu angka 100. Dengan df sebesar 100 diperoleh rtabel pada taraf signifikansi 5% sebesar 0,195 sedangkan pada taraf signifikansi 1% diperoleh rtabel sebesar 0,254 ternyata rxy lebih besar dari pada rtabel. Karena rxy lebih besar dari pada rtabel, maka Ho (Hipotesis Nol) ditolak dan Ha (Hipotesis Alternatif) yang diajukan penulis di muka diterima. Dengan demikian berarti bahwa terdapat pengaruh antara Pendidikan Agama Islam terhadap pembiasaan akhlask karimah siswa SMK Khazanah Kebajikan Pondok Cabe Ilir.

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan 1. Aktifitas Pendidikan Agama Islam di SMK Khazanah Kebajikan diintegrasikan dengan aktifitas yang ada di Yayasan Khazanah Kebajikan yaitu berupa aktifitas pendidikan kegiatannya meliputi: kajian al-Qur’an, aqidah, akhlak dan masail fiqhiyah setiap hari setelah shalat maghrib, aktifitas harian berupa shalat berjamaah, shalat tahajjud, shalat dhuha, dialog keagamaan dan sebagainya. Aktifitas tersebut tidak mudah dan mulanya terasa amat berat bagi siswa, karena metode yang diterapkan oleh guru dan pengurus yayasan dengan menggunakan metode pembiasaan, latihan, diskusi, ceramah, dan demontrasi. Sehingga siswa merasa terbiasa maka siswapun merasakan ringan dalam melaksanakan semua aktifitas tersebut. Dengan adanya aktifitas tersebut yang dilaksanakan di dalam kelas dan diluar kelas itu berpengaruh positif terhadap karakter dan akhlak siswa. 2. Pembiasaan akhlak karimah siswa SMK Khazanah Kebajikan yang dilakukan melalui Pendidikan Agama Islam ini terbukti berpengaruh positif yang signifikan dengan hasil rxy 0,42 pengaruh tersebut berada pada rentang sedang atau cukup karena hasil tersebut berada pada kisaran antara 0,40 – 0,70 pada indeks korelasi product moment.

95

96

B. Saran Melihat hasil dari penelitian yang telah diperoleh, ada beberapa saran yang ingin penulis kemukakan disini, yaitu: 1. Untuk staf pengajar di SMK dan Pengurus Yayasan Khazanah Kebajikan Pondok Cabe Ilir, hendaknya meningkatkan dan menjalankan kegiatan yang sudah ada di dalam program sekolah khususnya SMK dan Yayasan karena kegiatan dan program selama ini sangat positif dan bermanfaat. Selain itu, kegiatan tersebut perlu dievaluasi secara konsisten oleh guru dan pengurus Yayasan agar dapat diketahui letak kekurangan dan kelemahannya sehingga dapat diperbaiki dan ditindaklanjuti. 2. Kepada para Wali Kelas yang notabenenya bertindak sebagai penanggung jawab terhadap Siswa-siswinya yang masih dalam masa bimbingan di kelas ataupun di luar kelas, hendaknya lebih tegas terhadap siswa-siswinya ketika sedang melaksanakan kegiatan yang ada. Karena tidak dipungkiri bahwa ada saja siswa yang kurang semangat dan kurang serius dalam mengikuti kegiatan tersebut, dan harus dilakukan pemeriksaan agar siswanya terkontrol dengan baik. 3. Kepada tenaga kependidikan lainnya tak terkecuali para karyawan diharapkan dapat memberikan kontribusi positif terhadap siswa-siswi dan dapat membantu memberikan suasana yang harmonis dengan budi pekerti yang baik guna membentuk moral peserta didik dilingkungan sekolah dan diluar sekolah karena jika menginginkan siswa-siswnya berperilaku baik maka harus dimulai dari diri seorang pengajar dan pembimbing, karena guru atau pembina bukan hanya sebagai pengajar dan pembimbing saja tetapi ia juga bertugas sebagai pendidik. 4. Berdasarkan fakta yang ada dari faktor penghambat pada bab sebelumnya, ada beberapa point yang sangat penting untuk diperhatikan yaitu: a. Banyaknya siswa yang kesulitan dalam mempelajari ilmu tajwid dan menghapal ayat-ayat al-Qur’an b. Kurangnya keseriusan siswa dalam mengikuti kajian mingguan karena kebanyakan siswa hanya satu kali saja yang mengikuti kajian dalam

97

satu minggu seharusnya siswa minimal 4 kali mengikuti kajian dalam satu minggu. c. Banyaknya siswa yang tidur lagi setelah shalat subuh. d. Sedikitnya siswa yang membaca al-Qur’an dan mengulang pelajaran. e. Masih banyaknya siswa yang terlambat melaksanakan shalat subuh dan shalat fardlu berjamaah f.

Masih banyaknya siswa yang bersikap masa bodo dan membiarkan teman yang mencontek ketika ulangan harian.

g. Masih banyaknya siswa yang malas belajar, belajar hanya ketika ada tugas dari guru dan menjelang ujian saja. h. Masih adanya siswa yang terpaksa menjalankan disiplin karena takut pointnya berkurang. Faktor-faktor penghambat di atas, perlu perhatian yang serius dari semua pihak baik itu guru SMK Khazanah Kebajikan, pengurus Yayasan dan pembina kegiatan harian Yayasan serta para orang tua siswa. Karena hal tersebut sangat fatal apabila tidak segera dilakukan pemeriksaan terhadap siswa yang mendapatkan kesulitan tersebut, dan perlu juga adanya bimbingan yang intensif kepada siswanya langsung, dan dilakukan pula pemantauan secara berkesinambungan oleh semua pihak.

DAFTAR PUSTAKA

Azyumardi Azra, Esei-Esei Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, Cet. I, 1998. _____, Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Millenium Baru, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, Cet. I, 1999. Abu al-Ghifari, Romantika Remaja, Bandung: Mujahid Press, Cet. VIII, 2004. Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Agama, Bandung: PT. Maaf, Cet. VIII, 1987. Al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin, Semarang: Maktabah wa Mathba’ah Toha Putera, jilid I, tt. _____, Ayyuha al-Walad, Surabaya: Al-Hurmain, tt. A. Malik Fadjar, Reorientasi Pendidikan Islam, Jakarta: Fajar Dunia, Cet. I, 1999. Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Pers, 2002. Abu Hamid Muhammad al-Ghazali, Ihya’ ‘Ulum ad-Din, Beirut: Dar Al-Fikr, jilid III, 1989. Ali Issa Othman, Manusia Menurut al-Ghazali, (terj.), Anas Mahyuddin dari judul asli The Concept of Man in Islam in The Writings of Al-Ghazali, Bandung: Pustaka, Cet. I, 1981. Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT Rajawali Press, Cet. XIV, 2004. Amirul Hadi-Haryono, Metodologi Penelitian Pendidikan 2, Bandung: Pustaka Setia, 1999. Alisuf Sabri, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, Cet. I, 1999. Departemen Agama RI, Ilmu Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi Agama/IAIN di Jakarta, Ditjen Binbaga Islam 1982/1983. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kurikulum Pendidikan Dasar, Jakarta: Dirjen Dikdasmen, 1993.

98

99

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf, 1995. Dewan Redaksi, Ensiklopedi al-Qur’an Dunia Islam Modern, Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Prima Yasa, 2002. Dewan Editor, Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, Volume III. Hasan Langgulung, Beberapa Pemikiran tentang Pendidikan Islam, Bandung: AlMa’arif, 1980. Harun Nasution dkk, Ensiklopedi Islam Indonesia, Jakarta: Djambatan, 1992. Hasbi Ash-Shiddieqy, al-Islam, Jakarta: Bulan Bintang, Cet. III, 1969. Hamzah Ya’kub, Ethika Islam, Bandung: CV. Diponogoro, Cet. VI, 1993. Imam al-Ghazali, Ihya’ ‘Ulumiddin (Terj). Semarang: CV. Asy Syifa’ , jilid V, 2003. Louis Ma’luf, al-Munjid fi al-Lughah wa al-I’lam, Beirut: Dar al-Masyriq, Cet. XXVIII, 1989. Moh. Ardani, Nilai-Nilai Akhlak/Budi Pekerti Dalam Ibadat, Jakarta: CV. Karya Mulia, Cet. I, 2001. M. Arifin, Hubungan Timbal balik Pendidikan Agama Islam Di Lingkungan Sekolah dan Keluarga, Jakarta: Bulan Bintang, Cet. IV, 1978. M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. I, 1982. Muhaimin dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam, Bandung: Trigenda Karya, 1993. Muhammad Natsir, Kapita Selekta, Bandung: Van Hoeve, 1965. M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, Bandung: Mizan, Cet. XI, 1995. Mahfudz Shalahuddin, Metodologi Pendidiklan Agama, Surabaya: PT. Bina Ilmu, Cet. I, 1987. Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam I, Bandung: Pustaka Setia, 1997. Nana Syaodih, Pengembangan Kurikulum, Teori dan Praktek, Bandung: Remaja Rosdakarya, Cet. I, 1997.

100

Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Pusat Pengembangan Dan Pembinaan Bahasa Indonesia. PN. Balai Pustaka, 1985. Rahmat Djatmika, Sistem Etika Islami, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1996. Syafari Soma dan Hajarudin, Menanggulangi Remaja Kriminal, Islam sebagai Alternatif, Bogor: CV. Bintang Tsurayya, 1995. Syahminan Zaini dan Murni Ali, Pendidikan Anak dalam Islam, Jakarta: Kalam Mulia, Cet. III, 2004. Sudjana, Metode Statistik, Bandung: Tarsito, Cet. VI, 1996. Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak, Yogyakarta: LPPI, Cet. I, 1999. Zakiyah Darajat, Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental, Jakarta: Bulan Bintang, 1975. Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. II, 1992 Zakiya Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Bulan Bintang, Cet. XVI, 2003. Zuhairini, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam, Surabaya: Usaha Nasional, Cet. II, 1978. http://www.Mubarok. Institute.Blogspot.com