PENGEMBANGAN MEDIA VIDEO PEMBELAJARAN BERBICARA ...

22 downloads 8968 Views 134KB Size Report
Pembelajaran bahasa Jawa di tingkat Sekolah Dasar diterapkan sebagai pelajaran muatan lokal. Dari hasil penerapan yang dilakukan oleh guru, khususnya.
PENGEMBANGAN MEDIA VIDEO PEMBELAJARAN BERBICARA BAHASA JAWA SISWA KELAS II DI SDN KESATRIAN 1 MALANG

Windi Tri Sasmia1 Widodo Hs.2 Dwi Sulistyorini2 Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang 5 Malang Email: [email protected]

ABSTRACT: The purpose of this study to provide (1) models of video media learning the Java language for secon d grade students elementary school , and (2) models of video media for Java language speaking skill for secon d grade students elementary school in accordance with the term of the look, content and language. Procedure used to study the development of procedural models. The result of this is the resulting model of video media to speaking of learning Java second grade students in Elementary school, especially in describing the material around the plants and animals according to characteristics. Keywords: video media, speaking studying javanes language. ABSTRAK: Tujuan penelitian ini untuk menghasilkan (1) model media video pembelajaran bahasa Jawa untuk siswa kelas II SD, dan (2) model media video pembelajaran untuk keterampilan berbicara bahasa Jawa kelas II SD yang sesuai dengan segi tampilan, isi, dan bahasa. Prosedur yang digunakan adalah penelitian pengembangan dengan model prosedural. Hasil penelitian ini adalah model media pembelajaran video berbicara bahasa Jawa siswa kelas II SD untuk pembelajaran mendeskripsikan tumbuhan dan binatang di sekitar sesuai ciri-cirinya. Kata kunci: media video, pembelajaran berbicara bahasa Jawa.

Pembelajaran bahasa Jawa di tingkat Sekolah Dasar diterapkan sebagai pelajaran muatan lokal. Dari hasil penerapan yang dilakukan oleh guru, khususnya di SDN Kesatrian 1 Malang hasilnya kurang maksimal karena belum adanya inovasi dalam pembelajaran. Kondisi pembelajaran seperti itu diperkuat oleh pendapat Suwardi (2006), menyatakan bahwa pembelajaran bahasa dan sastra Jawa masih dipandang menerapkan metode-metode yang kurang inovatif. Kondisi tersebut bisa terjadi dikarenakan adanya kendala ketika proses pembelajaran berlangsung baik itu dari siswa, guru, maupun fasilitas-fasilitas dan buku pembelajaran yang kurang menunjang (Nugrahani, 2008:70). Situasi pembelajaran yang kurang inovatif mengakibatkan pendidik berlaku sentral, hal itu menyebabkan pembelajaran yang dilaksanakan monoton dan siswa hanya menggantungkan informasi dari guru saja. Situasi pembelajaran seperti itu bertentangan dengan pendapat Ahmadi (1990:1), yang menyatakan bahwa “kegiatan belajar-mengajar (KBM) merupakan kegiatan saling memberikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan, baik kawasan belajar kognitif, afektif, maupun psikomotor”.

1

Windi Tri Sasmia adalah Mahasiswa Universitas Negeri Malang. Artikel ini diangkat dari skripsi Sarjana Pendidikan, Program Sarjana Universitas Negeri Malang 2012. 2 Widodo Hs. Dan Dwi Sulistyorini adalah dosen Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang.

Pembelajaran bahasa Jawa melalui pendidikan formal di Sekolah Dasar merupakan sarana pelestarian bahasa Jawa. Keberhasilan pembelajaran ini akan menentukan eksistensi bahasa Jawa di masa depan. Wibawa (2006:7), menyatakan ada tiga fungsi pembelajaran bahasa Jawa di sekolah adalah (1) fungsi komunikatif diarahkan agar siswa menggunakan bahasa Jawa dengan baik dan benar sebagai alat hubung dalam keluarga dan masyarakat, (2) edukatif diarahkan agar siswa dapat memperoleh nilai-nilai budaya Jawa untuk keperluan pembentukan kepribadian dan identitas bangsa, dan (3) kultural agar dapat digali dan ditanamkan kembali nilai-nilai budaya Jawa sebagai upaya membangun identitas. Pengajaran Bahasa Jawa di sekolah perlu didasarkan pada kebutuhan nyata kehidupan sehari-hari siswa. Materi yang diberikan merupakan materi yang kontekstual dan otentik, sehingga siswa mampu menemukan hubungan materi tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Wibawa (2011:12), menyatakan bahwa “pembelajaran bahasa Jawa hendaknya berlangsung tidak sekedar dilihat dari hasil, tetapi berupa proses pembelajaran, sehingga akan terjadi internalisasi nilai-nilai pola pikir siswa. Sistem pembelajaran bahasa Jawa seperti ini tidak akan memaksa siswa dengan seperangkat kaidah untuk dimengerti secara kognitif, tetapi diarahkan untuk pengembangan aspek afektif.” Untuk mengubah pembelajaran bahasa Jawa yang selama ini masih dipandang kurang optimal dan inovatif, peran pendidik seyogyanya memberikan sentuhan inovasi dalam pembelajaran. Salah satu inovasi pembelajaran yang dapat dilakukan yakni dengan cara memanfaatkan media video yang berisi berbagai program bahasa, sastra dan budaya daerah (Wibawa, 2011:15). Pengertian video adalah penayangan ide atau gagasan pada layar televisi. Sesuai asal kata “video” dalam bahasa latin yang artinya saya melihat (Ibrahim, 2001: 12).Penggunaan media video sebagai alat bantu pembelajaran tidak terlepas dari tuntutan perkembangan teknologi dan terbatasnya waktu di dalam kelas. Hal ini diperkuat dengan pendapat Supriatna (2009:4), bahwa penggunaan media video dalam pembelajaran dapat membantu memberikan pengalaman yang bermakna bagi siswa. Keunggulan dari media video yang bersifat audio visual dapat digunakan untuk menunjang pembelajaran di kelas. Keterampilan berbicara bahasa Jawa pada umumnya sama dengan keterampilan pembelajaran yang lainnya, hanya saja yang membedakan pemakaian bahasa yang digunakan yakni bahasa Jawa. Keterampilan berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan gagasan, dan perasaan (Arsjad dan Mukti, 1988:17). Adapun faktor-faktor kebahasaan sebagai penunjang keefektifan berbicara antara lain (1) ketepatan ucapan, (2) penempatan tekanan, nada, sendi dan durasi yang sesuai, (3) pilihan kata (diksi), dan (4) ketepatan sasaran pembicara (Arsjad dan Mukti, 1988:17-19). Tujuan dari penelitian pengembangan media video berbicara bahasa Jawa kelas dua SD yakni (1) dihasilkannya model media video pembelajaran bahasa Jawa untuk siswa kelas II SD sesuai dengan kurikulum yang berlaku yakni KTSP, (2) terumuskannya cara penggunaan model media video untuk pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Jawa kelas II SD, (3) dihasilkannya model media video untuk pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Jawa yang sesuai dengan

segi tampilan, isi dan bahasa. Dengan adanya hasil penelitian berupa video sebagai media pembelajaran, diharapkan dapat mempermudah guru dalam menyampaikan pembelajaran bahasa Jawa serta menghilangkan rasa kebosanan siswa dengan menggunakan media pembelajaran yang berbeda. METODE Penelitian ini dilaksanakan di SDN Kesatrian 1 Malang pada tahun ajaran 2011/2012. Penelitian pengembangan ini menggunakan model prosedural. Alasan penggunaan model tersebut dikarenakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif, yakni “menunjukkan langkah-langkah yang harus diikuti untuk menghasilkan suatu produk yang diinginkan” (Tim Puslitjaknov, 2008:8). Penelitian ini dilakukan hanya sebagian langkah saja, yakni melakukan satu kali uji coba dan revisi, tidak sampai pada tahap diseminasi dikarenakan pertimbangan keterbatasan waktu. Dalam prosedur pengembangan media video ini, terdapat beberapa tahap kegiatan yang direncanakan yakni. (1) tahap persiapan (pra pengembangan), (2) tahap merancang, (3) uji kelayakan dan, (4) tahap revisi produk. Jenis data Jenis data yang digunakan dalam pengembangan ini adalah jenis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Untuk jenis data uji coba media pembelajaran dari jenis deskriptif kualitatif menghasilkan data verbal. Data verbal diperoleh dari hasil wawancara dan komentar atau tanggapan ahli media dan ahli materi tentang wujud hasil pengembangan dan keefektifan penggunaan media dari hasil pengembangan. Sedangkan jenis kuantitatif diperoleh dari hasil pembagian instrumen angket tentang tingkat kelayakan isi (materi), penyajian wujud dan hasil, bahasa, kemenarikan media, kelayakan pengguna media, dan daya tarik siswa terhadap media video. Instrumen pengumpulan data terdiri dari dua instrumen yakni instrumen pengumpulan data pengembangan berupa RPP dan instrumen pengumpulan data uji coba produk berupa angket atau kuisioner dan pedoman wawancara. Teknik analisis data yang digunakan disesuaikan dengan jenis data yang terkumpul. Data yang diperoleh dari hasil pengisian angket ahli materi dan media, praktisi (guru) dan siswa dianalisis dengan menggunakan teknik kuantitatif sederhana dengan menghitung persentase jawaban masing-masing item pertanyaan yang diberikan kepada responden. Sedangkan data kualitatif yang berupa data verbal diperoleh dari hasil wawancara berupa saran atau komentar dari ahli materi dan media, praktisi (guru) serta siswa. Penilaian tersebut akan diolah digunakan sebagai bahan revisi atau penyempurnaan produk. Rumus yang digunakan dalam menganalisis data untuk menghitung tanggapan ahli media, ahli materi, praktisi dan siswa seperti berikut ini (Arikunto, 2006:236). P= 100% Keterangan: P = Persentase yang dicari x = Jumlah jawaban xi = Jumlah nilai ideal dalam satu item 100% = Bilangan konstan Media video yang dikembangkan ini dikatakan berhasil apabila mencapai nilai minimal 60 %. Dari kriteria pencapaian nilai tersebut media video ini dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar

bahasa Jawa untuk kelas II SD. Tingkat kriteria keberhasilan media audio dapat disajikan sebagai berikut. Tabel. 1 Kriteria Keberhasilan Media Persentase 80%-100% 60%-79% 50%-59%