PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR ... - cecefebrika

15 downloads 266 Views 361KB Size Report
Aktivitas belajar siswa masih rendah baik dalam belajar kelompok maupun individu. 4. ..... pada siswa sehingga menuntut keaktifan siswa dalam belajar.
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DI SMPN 17 SOLOK SELATAN

Propsal tesis

OLEH MELZI FEBRIKA NIM. 51532/2009

Dosen Pembimbing:

Pembimbing I

Pembimbing II

Dr. Muliyardi, M. Pd

Prof. Dr. I Made Arnawa, M.Pd

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN KONSENTRASI PENDIDIKAN MATEMATIKA PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2010

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan di bangku sekolah menengah, karena menurut Kurukulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) matematika memiliki tujuan agar siswa dapat: 1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep secara luwes, akurat, tepat dan efisien, 2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika, 3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan

memahami

masalah,

merancang

model

matematika,

mennyelesaikan permasalahan dan menafsirkan solusi yang diperoleh, 4) mengkomunikasikan gagasan dengan symbol, grafik, diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah, 5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam menyelesaikan masalah. Untuk mencapai tujuan matematika di atas, harus ada dukungan dan kerjasama antara guru dan siswa. Guru harus selalu menciptakan proses pembelajaran yang mampu membuat siswa aktif dalam belajar dengan menerapkan model pembelajaran yang sesuai. Siswa harus aktif dalam proses pembelajaran, sehingga interaksi guru dan siswa dapat terjalin dengan baik. Namun kenyataan yang ditemui di SMP 17 Solok Selatan khususnya di kelas IX1 aktifitas siswa dalam proses pembelajaran matematika masih rendah. Selama proses pembelajaran berlangsung siswa cenderung hanya mendengarkan penjelasan guru, meskipun guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Kesempatan untuk bertanya ini hanya digunakan 1 atau 2 orang siswa saja. Misalnya pada pokok bahasan

kesebangunan, setelah guru menjelaskan pengertian dua bangun yang sebangun, guru bertanya kepada siswa dari gambar berikut ini

apakah gambar diatas sebangun?. Tidak ada siswa yang mengacungkan tangan untuk mencoba menjawab pertanyaan tersebut. Setelah dianalisis ternyata penyebab siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran diantaranya siswa merasa takut dan malu jawaban yang diberikan ternyata salah. Terkadang siswa juga hanya mendiskusikan jawaban dengan teman sebangkunya, tanpa berusaha memberikan jawaban kepada guru. Berbagai usaha telah penulis lakukan diantaranya memberikan nilai tambahan ketika ada siswa yang bertanya atau memberikan komentar atas pertanyaan dari guru, dan membagi siswa dalam beberapa kelompok untuk belajar dirumah. Namun aktivitas dan hasil belajar siswa belum menunjukan hasil yang maksimal. Hasil belajar siswa yang masih rendah dapat dilihat pada table berikut: Tabel I : Rata-rata Hasil Ujian Akhir Semester I Siswa Kelas IX SMPN 17 Solok Selatan Kelas

Nilai

IX1

56,25

IX2

56,04

Untuk itu penulis bermaksud melakukan perbaikan dengan menerapkan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement division). Model pembelajaran kooperatif tipe STAD mengelompokan siswa menjadi beberapa kelompok, dimana setiap kelompok terdiri dari siswa yang kurang pintar, menegah dan pintar. Model ini menuntut kerjasama tim dalam memahami konsep dan menyelesaikan

persoalan, karena nilai tim sangat tergantung pada nilai individu dalam tim. Pada setiap akhir pertemuan juga diadakan kuis secara individu. Usaha perbaikan tersebut peneliti wujudkan dalam bentuk penelitian tindakan kelas dengan judul “Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Siswa Dengan Pembelajaran Koopeatif tipe STAD di SMPN 17 Solok Selatan”.

B.

Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut: 1. Pembelajaran yang dilaksanakan masih cenderung berlangsung satu arah. 2. Keinginan siswa untuk bertanya dan menjawab pertanyaan masih rendah. 3. Aktivitas belajar siswa masih rendah baik dalam belajar kelompok maupun individu. 4. Hasil belajar matematika siswa masih rendah.

C.

Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini dibatasi pada aktivitas dan hasil belajar matematika siswa pada kelas VIII1 SMPN 17 Solok Selatan.

D.

Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah yang dikemukakan maka penelititan ini dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaiamanakah model pembelajaran Kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa?

2. Bagaimanakah model pembelajaran Koopertaif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa?

E.

Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Meningkatkan aktivitas belajar siswa. 2. Meningkatkan hasil belajar siswa.

F.

Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan berguna : 1. Bagi peneliti, untuk mengetahui penggunaan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) dapat membantu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika siswa. 2. Bagi guru mata pelajaran matematika, dapat menjadikan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) sebagai salah satu alternatif solusi. 3. Bagi sekolah supaya dapat membudayakan penelitian dikalangan guruguru, sehingga guru- guru dapat mencarikan solusi dari masalahmasalah yang ditemui dalam pembelajaran. 4. Bagi lembaga atau instansi pendidikan, agar dapat meningkatkan mutu pendidikan ke arah yang lebih baik lagi. 5. Bagi siswa, agar dapat meningkatkan semangat untuk belajar dengan adanya metode pembelajaran yang lebih beraneka ragam.

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A.

Landasan Teori 1. Pembelajaran Matematika Pembelajaran matematika merupakan upaya guru mendorong atau memfasilitasi

siswa

dalam

mengkonstruksi

pemahamannya

akan

matematika. Suherman, dkk (2003: 15) mendefenisikan bahwa matematika adalah sarana berfikir logis, sistematis, terstruktur dan memiliki keterkaitan yang kuat dan jelas antar konsepnya. Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar untuk membekali siswa dengan kemampuan berfikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta kemampuan bekerjasama. Sejalan dengan itu, Hudoyo (1994:5) menyatakan bahwa pembelajaran matematika hendaknya diarahkan untuk membantu siswa berfikir, karena matematika memungkinkan penyelesaian masalah dengan benar dan benarnya penyelesaian karena penalarannya memang sangat jelas. Jadi, pembelajaran matematika menggambarkan bahwa siswa dituntut untuk belajar aktif. Salah satu model pembelajaran yang dapat membuat siswa aktif adalah pembelajaran kooperatif. Dengan berkooperatif siswa lebih mudah mengkonstruksi materi untuk dirinya. Pada pembelajaran kooperatif ini, terjadi interaksi antara siswa, mereka saling bertukar ide dalam memecahkan masalah, dan siswa lemah dapat bertanya kepada siswa yang pandai. 2. Pembelajaran Kooperatif Menurut Nur (dalam Mirna, 2007:8) pembelajaran kooperatif mengacu pada metode pengajaran dimana siswa bekerja bersama dalam kelompok kecil yang kemampuannya berbeda-beda dan saling membantu dalam belajar. Tujuannya adalah untuk memberikan kesempatan pada siswa terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan pembelajaran. Ciri-

ciri dari pembelajaran kooperatif Muhammad Nur (2005 : 7 ) adalah sebagai berikut : a. Setiap anggota memiliki peran. b. Terjadi hubungan interaksi lansung diantara para siswa. c. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-teman sekelompok. d. Peran guru membantu para siswa untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok. e. Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan. Belajar kooperatif lebih dari belajar kelompok. Belajar kooperatif memupuk pembentukan kelompok kerja dengan lingkungan positif, meniadakan persaingan individu, dan isolasi dilingkungan akademik. Dalam hal ini tiga konsep utama yang menjadi karakteristik pembelajaran kooperatif menurut Slavin (2005 : 6) yaitu ”penghargaan kelompok, pertanggung jawaban individu, dan kesempatan yang sama untuk berhasil”. Terdapat

banyak

tipe

pembelajaran

kooperatif

yang

telah

dikembangkan dan diteliti, diantaranya Student Teams-Achievement Division (STAD) atau Tim Siswa-Kelompok Prestasi, Teams GamesTournament (TGT) atau pertandingan permainan-Tim, Teams Assisted Individualization

(TAI)

atau

Individual

Dibantu-Tim,

Cooperative

Integrated Reading and Composition (CIRC) atau pengajaran kooperatif Terapdu Membaca dan Menulis, Jigsaw, dan lain-lain. Menurut Slavin (2005: 8), tipe STAD menempatkan siswa dalam tim belajar beranggotakan empat orang yang heterogen. Setelah melakukan diskusi kelompok, seluruh siswa dikenai kuis tentang materi bersangkutan secara individual, tidak dapat saling membantu. Skor siswa dibandingkan dengan skor yang lalu, dan poin diberikan berdasarkan pada seberapa jauh siswa melampaui prestasi yang lalunya. Poin tiap anggota kelompok selanjutnya dijumlahkan untuk memperoleh skor tim. Tim yang mencapai kriteria tertentu dapat diberi sertifikat atau penghargaan lain. TGT merupakan metode yang berkaitan dengan STAD. Siswa memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh tambahan poin untuk skor tim merek. TAI juga sama dengan STAD, bedanya bila

STAD

menggunakan

satu

langkah

pembelajaran

di

kelas,

TAI

menggabungkan pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran individual. Pada metoda CIRC siswa terlibat dalam sebuah rangkaian kegiatan bersama, termasuk saling membacakan satu sama lainnya, membuat prediksi, saling membuat iktisar, menulis tanggapan terhadap cerita, dan lain-lain. Pada metoda jigsaw siswa dikelompokkan kedalam tim yang beraggotakan enam orang. Mereka ditugasi mempelajari materi yang telah dibagi-bagi menjadi beberapa sub-bab. Kemudian anggota-anggota dari tim yang berbeda berkumpul dalam kelompok-kelompok ahli yang mendiskusikan sub-bab mereka. Kemudian mereka kembali ke kelompoknya masing-masing untuk menjelaskan kembali materi yang diperoleh kepada anggota tim mereka. Diantara beberapa tipe yang diuraikan diatas STAD paling sederhana dan cocok dengan pembelajaran matematika. Berikut hal ini akan diuraikan dengan lengkap. 3.

Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD a. Kajian Umum Pembelajaran kooperatif tipe STAD dikembangkan oleh Robert Slavin.

Slavin (2005:11) menyatakan, pembelajaran ini

terdiri dari lima komponen yaitu prestasi kelas, kerja kelompok, kuis, skor, skor perbaikan individual, dan penghargaan kelompok. Kelima komponen ini diuraikan sebagai berikut. 1) Presentasi Kelas Presentasi kelas sering menggunakan pengajaran langsung atau suatu ceramah-diskusi yang dilakukan guru, namun dapat meliputi presentasi audio visual atau kegiatan penemuan kelompok. Presentasi kelas pada STAD berbeda dengan pengajaran biasa, yaitu siswa lebih difokuskan pada unit STAD. Siswa

menyadari bahwa

mereka

harus

sungguh-sungguh

memperhatikan presentasi kelas tersebut, karena dengan begitu

akan membantu mereka mengerjakan kuis dengan baik, dan skor kuis mereka menentukan skor kelompoknya. 2) Kerja Kelompok Siswa bekerja/berdiskusi di dalam kelompok yang dilakukan dengan membagi siswa atas empat atau lima siswa secara heterogen yang memuat siswa yang kemampuannya tinggi, sedang, dan rendah. Fungsi utama kelompok adalah menyiapkan anggotanya agar berhasil menghadapi kuis. kelompok berkumpul untuk mempelajari LKS atau bahan lain. Ketika siswa mendiskusikan masalah bersama dan membandingkan jawaban, kerja

kelompok

yang

paling

sering

dilakukan

adalah

membetulkan setiap kekeliruan atau miskonsepsi apabila sesama kelompok membuat kesalahan. Kerja kelompok tersebut merupakan ciri terpenting STAD. Pada setiap saat penekanan diberikan pada anggota kelompok agar melakukan yang terbaik untuk kelompoknya, dan pada kelompok sendiri agar melakukan yang terbaik untuk membantu anggotanya. Kelompok tersebut menyediakan dukungan teman sebaya untuk kerja akademik yang memiliki pengaruh berarti pada pembelajaran, dan kelompok menunjukkan saling peduli dan hormat. Hal ini memberikan pengaruh berarti pada hasil-hasil belajar, seperti hubungan antar kelompok, harga diri, dan penerimaan terhadap kebanyakan siswa. 3) Kuis Untuk mengetahui efektif atau tidaknya suatu belajar kelompok maka perlu diadakan evaluasi, hal ini berguna bagi penyelenggara

belajar

kelompok,

agar

tidak

mengulangi

kasalahan-kesalahan yang sama dan memperbaiki kesalahankesalahan dalam belajar kelompok yang akan datang, sebagai alat evaluasi disini diadakan kuis. Kuis adalah suatu tes singkat yang

dilaksanakan 10 menit setelah belajar kelompok. Tes terdiri dari satu atau beberapa pertanyaan sederhana yang berkenaan dengan materi pelajaran yang telah dipelajari sebelumnya. Pada pembelajaran kooperatif tipe STAD kuis yang diadakan setelah kira-kira satu sampai dua periode dari persentase guru dan satu sampai dua periode dari latihan kelompok, siswa diberikan kuis secara individual. Siswa tidak dibolehkan untuk saling membantu yang lain selama kuis. Jadi, setiap siswa secara individu bertanggung jawab untuk mengetahui materi pelajaran. Dengan sering mengadakan ulangan atau kuis maka penguasaan siswa terhadap mutu pelajaran makin baik dan mudah direproduksi, sehingga dapat mereka aplikasikan. Tujuannya adalah untuk mengukur pemahaman siswa tentang topik yang telah diajarkan pada pertemuan sebelumnya. 4) Skor Perbaikan Individu Maksudnya adalah perbaikan skor yang diperoleh siswa pada suatu periode dan periode sebelumnya. Ini hanya dapat dicapai jika siswa bekerja keras dan tampil lebih baik dari sebelumnya. Setiap siswa dapat menyumbangkan nilai maksimum kepada kelompoknya dalam sistem penskoran, kecuali jika mereka tidak mengalami peningkatan skor dari sebelumnya. Setiap siswa mendapat skor awal yang diambil dari nilai sebelumnya, kemudian siswa mendapat poin untuk kelompok mereka berdasarkan berapa banyak nilai kuis mereka yang melebihi skor awal mereka. 5) Penghargaan Kelompok Skor kelompok yang melampaui kriteria penilaian tertentu, pantas mendapatkan penghargaan dengan cara guru memberikan nilai tambahan, pujian, atau hadiah yang akan membuat siswa lebih termotivasi dan bertambah giat untuk meningkatkan prestasinya dalam belajar. Disini siswa akan lebih

menghargai seorang guru karena mereka merasa sangat dihargai dengan apa yang dikerjakannya. Kelompok pantas mendapatkan sertifikat atau hadiah jika rata-rata skor melampaui kriteria tertentu. Dalam memberikan penghargaan kelompok, dilakukan dua tahap yaitu : a) Menghitung skor individu dan skor kelompok Skor yang diperoleh siswa digunakan untuk menentukan nilai perkembangan individu dan untuk menentukan skor kelompok, dengan cara ini anggota kelompok memiliki kesempatan untuk memberikan sumbangan maksimum untuk kelompoknya.

Perhitungan skor perkembangan adalah sebagai berikut : Tabel II : Perhitungan nilai perkembangan Skor tes akhir

Nilai perkembangan

Lebih dari 10 poin dibawah skor awal

5

10 poin hingga 1 poin dibawah skor awal

10

Skor awal hingga 10 poin diatas skor awal

20

Lebih dari 10 poin diatas skor awal

30

Pekerjaan sempurna

30

Sumber Ibrahim, (2000:57) b) Menghargai prestasi kelompok Dalam

memberikan

penghargaan

terhadap

prestasi

kelompok, terdapat tiga tingkatan penghargaan adalah sebagai berikut :

Tabel III : Tingkat penghargaan kelompok Nilai rata-rata

Penghargaan

5-14

Baik

15-24

Hebat

25-30

Super

Sumber Ibrahim, (2000:62) Selanjutnya Slavin menyampaikan juga bahwa agar pembelajaran seperti ini dapat optimal, maka beberapa kelemahan yang dapat muncul padanya dapat diantisipasi. Adapun kelemahannya adalah: 1. Dalam proses diskusi terdapat peluang anggota kelompok tidak aktif yang hanya mengganggu teman-tamannya yang aktif sehingga selain merugikan dirinya sendiri juga merugikan kelompoknya. 2. Bila guru tidak merencanakan tugas dengan baik yang mengharuskan setiap anggota kelompok aktif berpartisipasi mengerjakan tugas kelompok, maka kerjasama tidak akan berjalan dengan baik. Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan ini diharapkan guru dapat membuat perencanaan yang baik. Dengan ini dapat diatasi kelemahan-kelemahan yang dapat terjadi. Misalnya, guru dapat merencanakan untuk menyuruh siswa membuat laporan hasil diskusi secara individu, walaupun ini merupakan tanggung jawab kelompok. b. Persiapan Menggunakan STAD Berdasarkan uraian diatas, agar semua komponen STAD terlaksana dengan baik dan untuk mengantisipasi kelemahan yang mungkin terjadi maka diperlukan persiapan tersebut menurut Slavin (2005:12) diuraikan sebagai berikut:

1) Bahan Ajar Bahan ajar merupakan isi proses belajar mengajar yang diberikan untuk dimiliki siswa. Dalam menentukan bahan ajar hendaknya guru memiliki pedoman agar bahan ajar yang diberikan

teratur.

Bahan

ajar

yang

dibuat

guru

untuk

pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat berupa LKS, kunci LKS, dan kuis untuk tiap unit atau kompetensi dasar yang diajarkan. Setiap unit dapat memerlukan tiga sampai empat pertemuan. 2) Penempatan Siswa dalam kelompok Sebuah kelompok dalam STAD terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili heterogenitas kelas ditinjau dari kinerja yang lalu, suku dan jenis kelamin. Siswa ditempatkan ke dalam kelompok oleh guru, bukan oleh siswa yang memilih anggotanya sendiri, karena siswa akan cenderung memilih anggota yang memiliki kesamaan dengan dirinya sendiri. Langkah-langkah yang dapat diikuti dalam penyusunan kelompok adalah sebagai berikut: a) Buat salinan format lembar ikhtisar kelompok, misalnya sebagai berikut. Lembar Ikhtisar Kelompok Nama Kelompok: Anggota Kelompok

Skor Klmpk Total

Total

Rata-rata Klmpk Hadiah klmpk

b) Meranking siswa Untuk informasi

melakukan apapun

perankingan

yang

tersedia.

dapat Misalnya

digunakan dengan

menggunakan prestasi akademik atau kinerja siswa. c) Menetapkan jumlah anggota kelompok Setiap kelompok seharusnya memiliki empat anggota bila mungkin. Untuk menetapkan berapa banyak kelompok di kelas tersebut, bagilah jumlah siswa di kelas itu menjadi empat. d) Menempatkan siswa kedalam kelompok Pada saat menempatkan siswa kedalam kelompok, seimbangkan kelompok-kelompok tersebut sedemikian rupa sehingga: (1)

Setiap kelompok tersusun dari siswa yang tingkat kinerjanya memiliki rentang rata-rata nila dari rendah sampai yang tinggi.

(2)

Tingkat kinerja rata-rata dari seluruh tim di dalam kelas tersebut kurang lebih sama. Untuk hal ini gunakan daftar siswa menurut kinerjanya.

e) Mengisi Format Lembar Ikhtisar Kelompok, yang sudah dibuat pada langkah a). Dengan demikian akan terdapat beberapa Format Lembar Ikhtisar Kelompok yang sudah berisi nama kelompok dan nama-nama anggota kelompok bersangkutan. 3) Penentuan skor dasar awal Skor dasar mewakili skor rata-rata siswa pada kuis yang lalu atau nilai final siswa dari tahun yang lalu.

4) Jadwal kegiatan Dalam menyusun jadwal kegiatan harus diperhatikan bahwa pembelajaran tipe STAD terdiri dari siklus-siklus yang tetap. Suatu siklus kegiatan pembelajaran tipe STAD yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut. a)

Mengajar dengan mempresentasikan pelajaran.

b)

Belajar kelompok, dimana siswa bekerja pada LKS dalam kelompok mereka untuk menuntaskan bahan tersebut.

c)

Kuis secara individual.

d)

Penghargaan kelompok, dimana skor dihitung berdasarkan skor

perbaikan

penghargaan,

anggota

kelompok,

dan

kelompok yang mendapat

skor

sebagai tinggi

mendapat sertifikat atau dicantumkan dalam papan buletin. 4. Aktivitas Siswa dalam Belajar Keinginan untuk mempelajari matematika dapat dilihat dari aktivitas

belajar

siswa.

Aktivitas

merupakan

hal

penting

dalam

pembelajaran, tanpa adanya aktivitas maka proses belajar tidak akan berlangsung dengan baik. Edi Suardi dalam Sardiman (2001:15) mengemukakan ciri-ciri dari adanya interaksi dalam proses belajar mengajar yang salah satunya yaitu ditandai dengan adanya aktivitas siswa. Dalam pandangan kontruktivis siswa merupakan tokoh sentral dalam kegiatan belajar mengajar. Sejalan dengan pernyataan diatas aktivitas siswa merupakan syarat utama berlangsungnya proses pembelajaran. Tugas guru adalah membimbing dan memfasilitasi siswa untuk mengembangkan bakat dan potensinya. Sehingga siswalah yang aktif atau beraktifitas dalam menemukan konsep yang akan dipelajarinya. Aktivitas siswa tidak hanya dinilai dari partisipasi dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan guru. Aktivitas siswa juga dapat dilihat dari kemampuan siswa berpikir kritis dan kreatif. Yang dimaksud

dengan berpikir kritis adalah suatu cara berpikir memeriksa hubunganhubungan serta mengevaluasinya, kemampuan untuk mengumpulkan informasi, mengingat serta menganalisanya, kemampuan untuk membaca serta memahami dan mengidentifikasi hal-hal yang diperlukan. Untuk melihat adanya aktivitas siswa dalam pembelajaran, Sudjana dalam Elvina (2001:20) menentukan ciri-ciri sebagai berikut: 1. Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya. 2. Terlibat dalam pemecahan masalah 3. Bertanya kepada siswa lain atau kepada guru bila tidak mengerti dengan persoalan yang dihadapi. 4. Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah. 5. Melakasanakan diskusi kelompok sesuai petunjuk guru. 6. Melatih diri dalam mengerjakan soal. 7. Memanfaatkan kesempatan menerapkan apa yang telah diperolehnya dalam menyelesaikan tugas-tugas atau persoalan yang dihadapinya. Berdasarkan kutipan diatas maka dibuat sub-sub indikator sebagai ciri adanya aktivitas yang dilakukan siswa agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Selanjutnya sub-sub indikator tersebut digunakan sebagai indikator pada lembar observasi aktivitas siswa. Sub-sub indikator yang dimaksud adalah: 1). Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya a. Memperhatikan Penjelasan guru/ teman b. Mempersiapkan alat-alat belajarnya 2). Terlibat dalam pemecahan masalah a. Memberikan saran atau kritikan terhadap penjelasan guru/ teman atau saat berdiskusi. b. Mengajukan pendapatnya terhadap sajian guru/ teman didepan kelas. 3).Bertanya kepada siswa lain atau guru bila tidak mengerti dengan persoalan yang dihadapi. a. Bertanya kepada guru b. Bertanya pada teman dalam kelompok

4). Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah. a. Membaca buku b. Bertanya pada kelompok lain. 5). Melaksanakan diskusi kelompok sesuai petunjuk guru. a. Mengerjakan soal-soal tugas kelompok secara individu terlebih dahulu, sebelum kemudian mencocokkan dengan anggota kelompoknya. b. Mendiskusikan tugas kelompoknya. 6). Melatih diri dalam mengerjakan soal. a. Mengerjakan latihan individu 7). Memanfaatkan kesempatan menerapkan apa yang telah diperolehnya dalam menyelesaikan tugas-tugas atau persoalan yang dihadapinya. a. Menyelesaikan pelaksanaan dalam proses pembelajaran dituntut untuk dapat menciptakan suasana pembelajaran yang dapat mendukung terciptanya tujuan pembelajaran. Salah satunya melibatkan siswa secara aktif baik perorangan maupun kelompok. Sehubungan pembelajaran tidak terlepas dari pesan guru sebagai pengelola. Keberhasilan pembelajaran matematika dengan pendekatan kontruktivis yang dilaksanakan secara kooperatif, juga dapat ditinjau dari perkembangan kualitas kegiatan guru mengelola pembelajaran tersebut. Penilaian kualitas kegiatan guru dalam mengelola pembelajaran didasarkan atas aspek-aspek yang menurut Stanley (dalam Triana, 2008:26) adalah: 1. Pra pembelajaran a. Mempersiapkan siswa untuk belajar b. Melakukan kegiatan apersepsi 2. Kegiatan pembelajaran a. Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran b. Mengaitkan materi dengan pengetahuan yang relevan c. Mengaitkan materi dengan realita kehidupan 3. Pendekatan/ Strategi pembelajaran a. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai b. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana koopertaif tipe STAD c. Memusatkan perhatian siswa

4.

5.

6.

7.

8.

d. Melaksanakan pembelajaran secara Sistematis e. Menguasai kelas f. Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif g. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang direncanakan Pemanfaatan sumber belajar/ media pembelajaran a. Menggunakan media secara efektif dan efisien b. Menghasilkan pesan yang menarik. c. Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media Pembelajaran yang memicu dan memelihara keterlibatan siswa a. Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran b. Menunjukkan sikap positif terhadap respon siswa c. Menunjukkan keceriaan dan antusiasme siswa dalam belajar Penilaian Proses dan hasil belajar a. Memantau kemajuan belajar selama proses b. Melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi Penggunaan bahasa a. Menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik dan benar b. Menyampaikan pesan dan gaya yang sesuai Penutup a. Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa b. Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan, atau kegiatan, atau tugas sebagai bagian remidi/pengayaan. Kegiatan dalam mengelola kelas dipantau dan dinilai kualitasnya

berdasarkan kategori yang ditentukan. Menurut Ridwan (2007:20) Kategori tersebut adalah 1 = Sangat tidak baik, 2 = Tidak baik, 3 = Kurang baik, 4 = Baik, dan 5 = Sangat baik. 5. Hasil belajar Siswa Hasil belajar merupakan tolak ukur untuk mengetahui keberhasialan siswa dalam menguasai materi pelajaran setelah mengikuti proses pembelajaran. Menurut Khaterina dalam Semiawan (1997:23) hasil belajar adalah perubahan tingkah laku pada siswa yang belajar. Perubahan yang terjadi ditandai dengan bertambah baiknya atau meningkatnya kemampuan yang dicapai oleh siswa sebagai akibat dari adanya proses belajar.

Hasil belajar yang dicapai diharapkan mempunyai efek yang bagus terhadap peningkatan hasil belajar dan minat siswa untuk belajar. Suharsimi (1992:7) menyatakan “Tujuan penilaian hasil belajar adalah untuk mengetahui apakah materi yang diajarkan sudah dipahami oleh siswa dan penggunaan strategi sudah tepat atau belum”. Dalam penelitian ini, hasil belajar yang dimaksud adalah kemampuan siswa dalam menjawab tes penguasaan materi yang dipelajari dalam ranah kognitif. 6. Lembar Kerja Siswa (LKS) Menurut Majid (2006:176) LKS adalah lembaran-lembaran yang berisi tugas yang harus dikerjakan siswa. Jadi, LKS merupakan suatu unit program pembelajaran yang berisikan materi pelajaran dan disajikan dalam bentuk tugas, soal dan pertanyaan. Pertanyaan tugas serta soal-soal tersebut dibuat dan disusun sebaik-baiknya oleh guru sehingga dengan cara itu siswa dapat

menemukan

konsep-konsep

yang

terkandung

dalam

materi

pembelajaran. Penggunaan LKS dapat memotivasi siswa dan merupakan salah satu variasi pendekatan agar siswa tidak mudah bosan belajar dan juga dapat menjadikan siswa aktif serta dapat meningkatkan potensi belajar siswa. Tim Revisi Bahan PKG Matematika (2003:3) mengemukakan fungsi LKS sebagai berikut: 1. Merupakan alternatif bagi guru untuk mengarahkan pengajaran atau memperkenalkan suatu kegiatan tertentu sebagai variasi proses pembelajaran. 2. Dapat mempercepat proses pembelajaran dan menghemat waktu penyajian suatu topik 3. Dapat memudahkan penyelesaian tugas perorangan, kelompok, dan klasikal 4. Meringankan kerja guru dalam memberi bantuan perorangan kelas besar 5. Dapat membangkitkan minat dan motivasi siswa

Menurut Soekamto (1998: 10) komponen-komponen yang perlu diperhatikan dalam penyusunan LKS yaitu: a. Materi dan contoh soal b. Petunjuk penyelesaian c. Soal yang akan dikerjakan siswa LKS yang baik akan memberi keseragaman pandangan siswa terhadap pengamatan dalam menanamkan konsep yang benar dengan program yang telah diatur sedemikian rupa sehingga dapat mengatasi kesukaran yang mungkin timbul selama proses pembelajaran berlangsung. Sebagai alat bantu pembelajaran, LKS harus benar-benar berfungsi sebagaimana mestinya. Penyusunan LKS harus sesuai dengan materi, berisi petunjuk yang mengarahkan siswa dalam menyelesaikan soal-soal yang ada di dalam LKS.

Petunjuk penyelesaian tersebut berorientasi pada

pembelajaran koperatif tipe STAD yaitu siswa tidak boleh melanjutkan menyelesaikan soal-soal berikutnya sebelum yakin bahwa semua anggota kelompok sudah bisa menyelesaikan soal-soal sebelumnya. Soal-soal yang ada dalam LKS diselesaikan secara individual oleh anggota kelompok dalam kelompoknya. Setiap anggota kelompok harus berusaha untuk menyelesaikan soal-soal yang ada di dalam LKS dan tidak ada didominasi oleh siswa pintar. Diskusi kelompok terjadi jika ada siswa menemui kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal yang ada dalam LKS. Jika ada siswa yang belum bisa memahami dan menyelesaikan soal-soal tersebut maka merupakan tanggung jawab anggota kelompok yang lainnya untuk menjelaskan kepada siswa tersebut. Demikian seterusnya sampai mereka yakin bahwa semua anggota kelompok sudah bisa menyelesaikan soal-soal secara tuntas. Soal-soal yang tidak bisa mereka pecahkan bersama, mereka bisa meminta penjelasan kepada guru sehingga soal tersebut bisa terselesaikan.

B.

Kerangka Konseptual Proses pembelajaran matematika yang banyak digunakan di lapangan kurang dapat menimbulkan interaksi antar siswa di dalam kelas. Hal ini disebabkan karena proses pembelajaran yang sering didominasi oleh guru. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan model pembelajaran yang dapat meningkatkan interaksi antar siswa di dalam kelas, karena disini siswa bekerja dengan kelompok yang heterogen. Setelah guru menjelaskan materi, maka pada setiap siswa dibagikan LKS . siswa mengerjakan soal-soal pada LKS dalam kelompoknya masing-masing. Mereka harus mendiskusikan jawaban mereka dengan anggota kelompok. Jika ada anggota yang belum memahami, maka teman sekelompok bertanggung jawab menjelaskannya sebelum meminta bantuan guru. Diskusi belum boleh diakhiri sebelum mereka yakin semua anggota kelompok sudah memahami materi. Setelah selesai mengerjakan semua soal LKS maka pedoman jawaban dibagikan agar siswa dapat membandingkan jawaban dengan jawaban sebenarnya. Setelah selesai diskusi kelompok berakhir maka dilakukan tes secara individu diakhir pertemuan. Aktivitas belajar matematika siswa selama ini masih kurang, hanya siswa yang pandai yang

selalu berperan aktif dalam pembelajaran.

Diharapkan setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas siswa. Dimana tidak hanya siswa yang pandai yang akan selalu aktif tetapi semua siswa. Melihat cara-cara yang diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, dimana pembelajaran terpusat pada siswa sehingga menuntut keaktifan siswa dalam belajar.

C.

Hipotesis Tindakan Hipotesis dalam penelitian ini adalah pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas belajar matamatika siswa kelas VII1 SMPN 17 Solok Selatan.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A.

Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) karena merupakan pengkajian terhadap masalah praktis dan bersifat situasional dan kontekstual yang ditujukan untuk menentukan tindakan yang tepat dalam rangka pemecahan masalah yang dihadapi atau memperbaiki sesuatu. Penelitian tindakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian partisipan, yaitu peneliti terlibat secara penuh dan langsung dalam proses penelitian mulai dari awal sampai akhir.

B.

Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah siswa kelas IX1 SMPN 17 Solok Selatan tahun ajaran 2010/2011.

C.

Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di SMPN 17 Solok Selatan yang beralamat di Padang air dingin kecamatan Sangir Jujuan. Proses pengambilan data atau waktu penelitian ini diperkirakan pada pembelajaran semester ganjil tahun pelajaran 2010/2011 dan disesuaikan dengan pembelajaran matematika yang berlangsung di kelas IX.

D.

Setting Penelitian Penelitian ini menggunakan setting kelas dalam kegiatan pembelajaran matematika yang dilaksanakan terhadap kelas IX1 SMPN 17 Solok Selatan.

E.

Prosedur Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dalam bentuk siklus yang terdiri dari empat

tahapan

yaitu

perencanaan,

pelaksanaan

tindakan,

pengamatan/observasi, evaluasi dan refleksi. Yang dapat digambarkan sebagai berikut : S E L E S A I

S I K L U S I

Alternatif Pemecahan

Permasalahan

(Rencana Tindakan)

Refleksi I

Analisa Data I

Alternatif Pemecahan

Permasalahan S E L E S A I

S I K L U S II

Tindakan dan observasi ( I )

Tindakan dan observasi ( II )

(Rencana Tindakan)

Refleksi II

Analisa Data II

Belum

Siklus

Terselesaikan

Selanjutnya

Gambar: Siklus dalam Penelitian Tindakan Kelas Sumber: Wardani,dkk 1) Tahap Perencanaan Pada tahap perencanaan tindakan, kegiatan yang dilakukan adalah menyusun perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian. Perangkat pembelajaran yang disusun terdiri dari: a. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) b. Bahan ajar c. LKS dan pedoman jawaban LKS d. Media dan alat

e. Soal kuis Sedangkan instrumen penelitian ini terdiri dari : a. Lembar observasi aktivitas siswa b. Tes hasil belajar 2) Tahap Pelaksanaan Tindakan dan Pengamatan a. Pelaksanaan tindakan Tindakan pembelajaran kooperatif

yang diterapkan adalah

tipe STAD penerapannya diawali dengan membentuk kelompokkelompok kecil yang terdiri dari 4 atau 5 siswa dengan hanya memperhatikan keberimbangan kemampuan akademik. Sebelum kerja tim (diskusi kelompok), guru menjelaskan materi secara ringkas. Kemudian dalam belajar kelompok akan diberikan LKS yang menuntut semua siswa untuk menguasai seluruh materi. Selama pembelajaran kelompok berlangsung tugas anggota kelompok adalah menguasai secara tuntas materi yang dijelaskan guru dan membantu anggota kelompok mereka. Dalam hal ini, guru selalu memberikan penekanan bahwa tidak boleh berhenti belajar sampai mereka yakin seluruh anggota kelompok menguasai materi yang ada pada LKS dan dapat menjawab semua soal yang ada di dalamnya. Selanjutnya, pada akhir pembelajaran kunci jawaban LKS diberikan untuk mengecek pekerjaan mereka. Di akhir pembelajaran diberikan kuis yang harus dikerjakan secara individual. Skor yang diperoleh masing-masing anggota kelompok ditentukan kelebihannya dari skornya yang lalu. Jumlah selisih yang didapat semua anggota kelompok ditetapkan sebagai skor kelompok. Untuk memotivasi siswa belajar lebih baik, dibuat daftar nama kelompok dengan anggota-anggotanya disertai skor-skor kelompoknya. Daftar ini akan di tempelkan di dinding kelas. Disamping itu, kelompok yang mendapat skor tertinggi akan mendapat penghargaan berupa ”tanda bintang” yang di tempelkan

pada daftar resebut. Semua kelompok akan berebut memperoleh tanda bintang dari gurunya. Ini motivasi untuk meningkatkan minat, aktivitas dan hasil belajar siswa. b. Tahap Pengamatan Observasi dilakukan pada saat guru memberikan tindakan dengan mengisi lembar observasi. Observasi dilakukan oleh pengamat atau observer. Pengisiannya dilakukan dengan cara menuliskan cek list (√) sesuai dengan keadaan yang diamati pada lembar observasi. 3) Refleksi Pada tahap ini dikumpulkan semua bentuk data yang bertujuan untuk memberikan informasi mengenai perkembangan aktivitas belajar siswa denagn menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Hasil refleksi dijadikan bahan pertimbangan untuk tindakan pada siklus berikutnya. Artinya persiapan dan pelaksanaan tindakan ditentukan oleh hasil refleksi pada siklus sebelumnya. Sehubungan dengan hal ini Aleks Maryunis (2003:127) menyatakan bahwa perenungan difokuskan pada kenyataan sejauh mana tindakan yang telah diambil dapat memecahkan permasalahan, dan

apakah

tindakan

yang

diambil

tersebut

memunculkan

permasalahan baru yang perlu diatasi. Jika tindakan yang telah diambil belum banyak menyelesaikan permasalahan atau malah menambah permasalahan baru, maka tentu saja diperlukan siklus berikutnya. F.

Instrumen Penelitian Instrumen data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.

Lembar observasi Observasi dalam penelitian ini merupakan pengamatan yang dilakukan observer terhadap pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Lembar observasi digunakan untuk mengetahui aktivitas-

aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Lembar observasi

aktivitas

siswa

memuat

indikator-indikator

yang

mencerminkan aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika dengan motoda kooperatif tipe STAD. Lembar observasi aktivitas siswa dibuat berdasarkan waktu satu kali pertemuan. Terdapat tujuh indikator aktivitas yang akan diberi tanda ceklist saat observer menilai bahwa siswa melakukan aktivitas sesuai sub indikator yang dikembangkan dari tujuh indikator pokok. Indikator yang dimaksud adalah : 1) Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya 2) Terlibat dalam pemecahan masalah. 3) Bertanya kepada siswa lain atau guru bila tidak mengerti dengan persoalan yang dihadapi 4) Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah. 5) Melakasanakan diskusi kelompok sesuai petunjuk guru. 6) Melatih diri dalam mengerjakan soal. 7) Memanfaatkan kesempatan menerapkan apa yang telah diperolehnya dalam menyelesaikan tugas-tugas atau persoalan yang dihadapinya.

Tabel IV: Lembar Observasi No Nama Siswa

Indikator 1

2

3

4

5

6

7

2.

Tes Hasil Belajar Tes digunakan untuk melihat tingkat penguasan siswa dalam pembelajaran

matematika

dengan

menggunakan

pembelajaran

kooperatif tipe STAD.

G.

Teknik Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan teknik tes berupa kuis dan ulangan harian dan teknik non tes berupa observasi. Teknik tes ini dilakukan untuk memperkuat hasil pengamatan peneliti terhadap pemahaman atau untuk melihat hasil belajar siswa dan teknik non tes dilakukan untuk melihat aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Dengan kata lain, teknik tes dan non tes ini untuk melihat apakah terjadi peningkatan atau penurunan atau tidak berpengaruh sama sekali terhadap aktivitas dan hasil belajar matematika siswa. 1. Kuis Kuis dilakukan pada akhir pembelajaran. Hal ini dilakukan untuk melihat pemahaman siswa mengenai materi yang telah dipelajari dan di diskusiskan sebelumnya. 2. Tes Tes dilakukan setelah siswa mempelajari bab tertentu. Hal ini dilakukan untuk melihat pemahaman siswa pada bab tersebut. Penyusunan soal tes disesuaikan dengan materi yang diberikan selama penelitian. Sebelum diberikan, soal tes dikembangkan melalui langkah– langkah sebagai berikut: a. Membuat kisi–kisi soal tes, berpedoman pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. b. Menyusun soal tes sesuai dengan kisi–kisi yang telah dibuat. Penyusunan soal tersebut dibuat berdasarkan indikator yang berkaitan dengan pokok bahasan yang dipelajari.

c. Validitas tes Validitas yang digunakan adalah validasi expert, dimana soal–soal kuis dan Ulangan Harian akan diberikan kepada 2 orang guru matematika SMPN 17 Solok Selatan. d. Validitas non-tes Validitas yang digunakan adalah validasi expert, dimana lembar observasi akan diberikan kepada 2 orang dosen untuk divalidasi. 3. Observasi Kegiatan observasi dilakukan dengan bantuan seorang guru matematika lainnya di lapangan. Artinya selama peneliti melakukan proses pembelajaran terhadap siswa, seorang guru tersebut secara langsung mengisi lembar observasi yang telah disediakan sebelumnya. Lembar observasi ini berisi indikator tentang aktivitas siswa yang diharapkan muncul selama pembelajaran kooperatif tipe STAD.

4. Catatan Lapangan Catatan lapangan merupakan catatan yang dibuat oleh peneliti setelah proses pembelajaran berakhir. Catatan ini berisi tentang hal–hal yang ditemui di dalam kelas selama proses pembelajaran berlangsung.

H.

Teknik Analisa Data 1. Analisis data hasil observasi aktivitas belajar siswa Data hasil observasi yang didapat melalui lembar observasi aktivitas siswa, digunakan untuk melihat proses dan perkembangan aktivitas yang terjadi selama pembelajaran berlangsung. P% =

Jumlah siswa yang melakukan indikator x 100% Jumlah siswa seluruhnya

Keterangan : P% = Persentase siswa yang aktif dalam indikator

Penilaian aktivitas siswa menurut Dimyati dan Mudjono (2002:125) adalah: 1% - 25%

: Sedikit sekali

26% - 50%

: Sedikit

51% - 75%

: Banyak

76% - 100%

: Banyak sekali

Rata-rata persentase aktivitas siswa dari satu siklus yang terdiri dari tiga pertemuan, dibandingkan dengan rata-rata persentase pada siklus berikutnya. Jika rata-rata persentase tersebut telah meningkat 25% maka baru dikatakan aktivitas siswa meningkat. 2. Analisis data hasil belajar matematika siswa Data hasil belajar diperoleh melalui tes. Siswa dikatakan tuntas belajar apabila nilai yang diperoleh siswa ≥ Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang telah ditetapkan sebelumnya yaitu 55.

DAFTAR PUSTAKA Aleks Maryunis. 2003. Action Research dalam Bidang Pendidikan. Skolar. IV (02). 111-137 A.M, Sardiman. (2001). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Gravindo Persada. Arens, Richard.1998. Learning to Teach (International Edition). Singapore : Mc. Graw Hill. Conny Semiawan. dkk. 1997. Pendekatan Ketrampilan Proses. Jakarta: Grasindo Dimyati dan Mudjono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:Rineka cipta. Hudojo, Herman, dkk. 2001. Strategi Belajar Mengajar Kontemporer. Malang. Jurusan Matematika FMIPA UNM.

Matematika

Ibrahim, Muslim. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya. UNESA Lie, Anita. 2003. Cooperative Learning. Jakarta : Grasido. Majid, Abdul. 2006. Perncanaan Pembelajaran Mengembangkan Kompetensi. Bandung: Rineka Cipta. Mirna. 2007. Peningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar Matematika Siswa SMP Bunda Padang Melalui Pembelajaran Kooperatif. Padang: Universitas Bung Hatta. Muslich, Masnur. 2008. KTSP Dasar Pemahaman dan Pengembangan. Jakarta. Bumi Akasara Nur, Muhammad. 2005. Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: Depdiknas. Riduwan. 2007. Pengantar Statistika Untuk Penelitian Pendidikan, Sosial, Komunikasi, Ekonomi, dan Bisnis. Bandung. Alfabeta. Soekamto. 1998. Lembar Kerja Siswa. Jakarta: Grasindo. Suherman, Erman. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA-UPI. TIM Revisi Bahan PKG Matematika SMU. 1993. Padang.

Triana, Nely. 2008. Meningkatkan Keaktifan Siswa Kelas VIII2 SMPN 13 Padang pada Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan CTL. Padang. Universitas Bung Hatta. Wardani, dkk. 2004. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Universitas Terbuka.