PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PUISI MELALUI ...

33 downloads 738 Views 4MB Size Report
Melalui Penerapan Pendekatan Pembelajaran Quantum Pada Siswa Kelas VII B ... pembelajaran keterampilan membaca puisi dengan Pendekatan ...
perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PUISI MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN QUANTUM PADA SISWA KELAS VII B SMP NEGERI 1 JATEN KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2010/2011 (Penelitian Tindakan Kelas)

Skripsi Oleh : RININTA CITRA AYU SARI X1207015

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user

2011 i

ii digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PUISI MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN QUANTUM PADA SISWA KELAS VII B SMP NEGERI 1 JATEN KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2010/2011 (Penelitian Tindakan Kelas)

Oleh:

RININTA CITRA AYU SARI X1207015

SKRIPSI Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user

2011 ii

iii digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

PERSETUJUAN Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I,

Pembimbing II,

Dr. Rr. E. Nugraheni Eko W, S.S, M.Hum

Drs. Edy Suryanto, M.Pd.

NIP 197007162002122001

NIP 196008101986011001 commit to user

iii

iv digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

PENGESAHAN Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada hari

: _________________

Tanggal

: _________________

Tim Penguji Skripsi: Nama Terang

Tanda tangan

Ketua

: Dr. Andayani, M.Pd.

Sekretaris

: Dra. Raheni Suhita, M.Hum.

Anggota I

: Dr. Rr. E. Nugraheni Eko W, S.S, M.Hum

Anggota II

: Drs. Edy Suryanto, M.Pd.

Disahkan Oleh : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta Dekan,

Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. NIP 196007271987021001

commit to user

iv

v digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

ABSTRAK Rininta Citra Ayu Sari. X1207015. Peningkatan Kemampuan Membaca Puisi Melalui Penerapan Pendekatan Pembelajaran Quantum Pada Siswa Kelas VII B SMP Negeri 1 Jaten Karanganyar Tahun Pelajaran 2010/2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Juni 2011. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran keterampilan membaca puisi dengan Pendekatan Pembelajaran Quantum pada siswa kelas VII B SMP Negeri 1 Jaten Karanganyar Tahun Pelajaran 2010/2011. Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, yaitu penelitian kolaboratif antara guru dengan peneliti untuk mengatasi permasalahan dalam pembelajaran. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII B SMP Negeri 1 Jaten Karanganyar yang berjumlah 31 siswa (16 putra dan 15 putri) dan guru bahasa Indonesia kelas VII. Sumber data yang digunakan yaitu: tempat dan peristiwa, informan, dan dokumen. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan (observasi), wawancara mendalam, kajian dokumen, dan angket. Untuk menguji validitas data, peneliti menggunakan teknik triangulasi sumber data dan triangulasi metode. Data yang terkumpul dianalisis dengan teknik analisis deskripsi komparatif dan analisis interaktif berdasarkan indikator yang telah ditetapkan. Pelaksanaan penelitian dimulai dari survei awal, siklus I, sampai siklus III. Setiap siklus terdiri dari empat tahap, yakni: (1) perencanaan tindakan; (2) pelaksanaan tindakan; (3) observasi tindakan; dan (4) analisis dan refleksi. Dalam penelitian ini guru kelas bertindak sebagai fasilitator pembelajaran dan peran peneliti sebagai pengamat. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) penerapan pendekatan pembelajaran quantum dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran membaca puisi. Hal ini ditandai dengan meningkatnya persentase keaktifan, perhatian, konsentrasi, minat, dan motivasi siswa dalam pembelajaran menulis argumentasi di setiap siklusnya. Pada siklus I siswa yang aktif sebesar 45%, siswa yang perhatian dan konsentrasi sebesar 48%, dan siswa yang berminat dan termotivasi sebesar 48%. Pada siklus II siswa yang aktif sebesar 61%, siswa yang perhatian dan konsentrasi sebesar 58%, dan siswa yang berminat dan termotivasi sebesar 48%. Pada siklus III siswa yang aktif sebesar 84%, siswa yang perhatian dan konsentrasi sebesar 80%, dan siswa yang berminat dan termotivasi sebesar 80%. Selain itu, penerapan pendekatan pembelajaran quantum dapat membuat guru mengelola kelas dengan baik ketika pembelajaran, (2) penerapan pendekatan pembelajaran quantum dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam membaca puisi. Hal ini ditandai dengan meningkatnya persentase membaca puisi siswa tiap siklusnya, yaitu siklus I sebesar 49%, siklus II sebesar 65% dan siklus III 84%. Hal ini membuktikan bahwa penerapan pendekatan pembelajaran quantum mampu meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran membaca puisi siswa kelas VII B SMP Negeri 1 Jaten Karanganyar Tahun Pelajaran 2010/2011. commit to user

v

vi digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

MOTTO Manusia – manusia yang tidak pernah miskin, sedikit kaitannya dengan tingkatan material maupun spiritual seseorang, melainkan lebih pada seberapa baik dan seberapa bisa ia mampu menikmati dan mensyukuri hidupnya. Begitu kemampuan menikmati dan mensyukuri terakhir melekat dalam pada kehidupan, maka masuklah ia dalam kelompok manusia yang tidak akan pernah miskin. (Gede Prama)

commit to user

vi

vii digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini sebagai wujud syukur, rasa cinta, kasih sayang, dan ucapan terima kasihku kepada: 1. Kedua orang tuaku, Heri Setiono dan Eny Widjajati yang tak putus-putusnya mendoakan siang dan malam dengan segenap cinta, kasih sayang, dan perhatian yang tak ternilai harganya dari apapun; 2. Adikku tersayang, Herany Dyah Ayusari yang

senantiasa

mendukung

setiap

langkah yang kulalui dalam hidup ini dan memberi keceriaan ketika di rumah; 3. Figur

Rahman

Fuad

yang

selalu

memberiku semangat dan saling berbagi cerita serta keceriaan, semoga kita diberi jalan terbaik; 4. Rekan-rekan almamater commit to user

vii

viii digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

KATA PENGANTAR Segala puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah Swt yang telah memberikan nikmat dan karuniaNya kepada kita semua. Atas kehendakNya pula skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik sebagai persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin penyusunan skripsi; 2. Dr. Muhammad Rohmadi, M.Hum., Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang memberikan persetujuan dalam skripsi ini; 3. Dr. Andayani, M.Pd., Ketua Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang memberikan persetujuan juga dalam skripsi ini; 4. Dr. Rr. E. Nugraheni Eko W, S.S, M.Hum, dan Drs. Edy Suryanto, M.Pd., selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan pengarahan dengan begitu sabar dan memberikan semangat pada penulis serta masukan yang tak ternilai harganya; 5. Dra. Raheni Suhita, M.Hum., selaku pembimbing akademik yang telah memberikan motivasi dalam studi penulis; 6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, khususnya Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang dengan tulus ikhlas memberikan ilmu yang bermanfaat pada penulis; 7. Sri Djoko Widodo, S.H, M.H., selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Jaten yang telah memberikan izin peneliti terkait dengan penelitian yang dilaksanakan;

commit to user

viii

ix digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

8. Katrin Kusala S.Pd., selaku wali kelas VII B SMP Negeri 1 Jaten sekaligus sebagai kolaborator yang dengan senang hati membantu peneliti dalam melaksanakan penelitiannya; 9. Siswa-siswi kelas VII B SMP Negeri 1 Jaten yang membantu terlaksananya penelitian ini; 10. Sahabat-sahabatku (umi,asih, ika, lia, dan epin) yang selalu memberi semangat dan warna dalam hidup; 11. Figur Rahman Fuad (you know who you are); 12. Rekan-rekan Mahasiswa Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 2007 atas persahabatan dan kebersamaan yang menjadi kenangan indah; dan 13. Semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Semoga kebaikan dan bantuan dari semua pihak tersebut di atas mendapat pahala dan imbalan dari Allah SWT, amien. Penulis berharap semoga karya ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan menambah khasanah keilmuan dalam pelajaran bahasa Indonesia.

Surakarta, Juni 2011

Penulis

commit to user

ix

x digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

DAFTAR ISI Halaman JUDUL .................................................................................................................... i PENGAJUAN ........................................................................................................ ii PERSETUJUAN ................................................................................................... iii PENGESAHAN .................................................................................................... iv ABSTRAK ..............................................................................................................v MOTTO ................................................................................................................ vi PERSEMBAHAN ................................................................................................ vii KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii DAFTAR ISI ...........................................................................................................x DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiii DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................................xv BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................................1 A. Latar Belakang Masalah .........................................................................1 B. Rumusan Masalah ...................................................................................7 C. Tujuan Penelitian ....................................................................................7 D. Manfaat Hasil Penelitian ........................................................................8 BAB II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, PENELITIAN YANG RELEVAN, DAN HIPOTESIS TINDAKAN ......................................................10 A. Kajian Pustaka .....................................................................................10 1. Hakikat Kemampuan Membaca Puisi ..............................................10 a. Pengertian Kemampuan Membaca Puisi .....................................10 b. Tujuan dan Manfaat Membaca Puisi ...........................................14 c. Materi Pembelajaran Membaca Puisi di SMP .............................15 d. Bentuk dan Gaya Membaca Puisi ................................................16 e. Puisi sebagai Salah Satu Materi Apresiasi Sastra ........................19 f. Penilaian dalam Pembelajaran Membaca Puisi ............................22 2. Hakikat Puisi ....................................................................................28 commit to user a. Pengertian Puisi ............................................................................28 x

xi digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

b. Ciri – ciri Puisi .............................................................................29 c. Unsur - unsur Puisi .......................................................................32 d. Jenis - jenis Puisi ..........................................................................34 e. Cara Memilih Puisi untuk Siswa SMP .........................................36 3. Hakikat Pendekatan Pembelajaran Quantum ...................................41 a. Pengertian Pendekatan .................................................................41 b. Pengertian Pembelajaran ..............................................................42 c. Komponen - komponen Pembelajaran .........................................44 d. Faktor - faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran .....................45 e. Pengertian Pendekatan Pembelajaran Quantum ..........................46 f. Karakteristik Pendekatan Pembelajaran Quantum .......................47 g. Prinsip -prinsip Utama dalam Pendekatan Pembelajaran Quantum .. 49 h. TANDUR sebagai Metode dalam Pembelajaran Membaca Puisi 51 B. Penelitian yang Relevan .......................................................................56 C. Kerangka Berpikir ................................................................................58 D. Hipotesis Tindakan ...............................................................................60 BAB III. METODE PENELITIAN .......................................................................62 A. Tempat dan Waktu Penelitian ..............................................................61 B. Subjek dan Objek Penelitian .................................................................62 C. Bentuk dan Strategi Penelitian .............................................................63 D. Data dan Sumber Data ..........................................................................64 E. Teknik Pengumpulan Data ....................................................................64 F. Teknik Validitas Data ...........................................................................66 G. Teknik Analisis Data ............................................................................67 H. Indikator Keberhasilan Tindakan .........................................................68 I. Prosedur Penelitian ................................................................................69 BAB IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................................73 A. Deskripsi Kondisi Awal .......................................................................75 B. Deskripsi Hasil Penelitian ....................................................................79 1. Siklus Pertama ..................................................................................80 commit to user a. Perencanaan Tindakan ................................................................. 80

xi

xii digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

b. Pelaksanaan Tindakan ..................................................................82 c. Observasi dan Interpretasi ............................................................84 d. Analisis dan Refleksi ...................................................................88 2. Siklus Kedua .....................................................................................90 a. Perencanaan Tindakan .................................................................90 b. Pelaksanaan Tindakan ..................................................................93 c. Observasi dan Interpretasi ............................................................95 d. Analisis dan Refleksi .................................................................. 99 3. Siklus Ketiga .................................................................................101 a. Perencanaan Tindakan ..............................................................101 b. Pelaksanaan Tindakan ...............................................................103 c. Observasi dan Interpretasi .........................................................105 d. Analisis dan Refleksi .................................................................108 4. Deskripsi Hasil Penelitian .............................................................110 C. Pembahasan ........................................................................................111 BAB IV. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN .........................................124 A. Simpulan .............................................................................................124 B. Implikasi .............................................................................................125 C. Saran ...................................................................................................126 DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................128 LAMPIRAN

commit to user

xii

xiii digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

DAFTAR TABEL Tabel

Halaman

1. Penilaian Proses Pembelajaran Membaca Puisi ...............................................23 2. Penilaian Hasil Pembelajaran Membaca Puisi .................................................26 3. Pedoman Penskoran Penilaian Hasil ................................................................26 4. Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian ..................................................62 5. Indikator Ketercapaian Belajar Siswa ..............................................................69 7. Hasil Tindakan Berdasarkan Indikator Ketercapaian .....................................110

commit to user

xiii

xiv digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

DAFTAR GAMBAR Gambar

Halaman

1. Proses Membaca ................................................................................................13 2. Kerangka Berpikir Penelitian ............................................................................59 3. Pendekatan Analisis Interaktif ..........................................................................68 4. Siklus Penelitian Tindakan Kelas ......................................................................70

commit to user

xiv

xv digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran

Halaman

1. Silabus Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas VII ......................................132 2. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ...................................................134 3. Instrumen Penelitian ........................................................................................135 4. Lembar Observasi Kinerja Guru Saat Mengajar .............................................136 5. Pedoman Wawancara dengan Guru ................................................................139 6. Pedoman Wawancara dengan Siswa ...............................................................141 7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ...............................................................142 8. Daftar Nilai Pratindakan Siswa .......................................................................145 9. Catatan Lapangan Survei Awal .......................................................................146 10.Catatan Lapangan Hasil Wawancara dengan Guru ........................................150 11. Catatan Lapangan Hasil Wawancara dengan Siswa .....................................154 12. Angket Pratindakan Materi Membaca Puisi .................................................169 13. Tabel Hasil Pengisian Angket Pratindakan ...................................................172 7. Refleksi Angket Pratindakan ..........................................................................176 8. Contoh Angket Pratindakan yang Telah Diisi Siswa .......................................177 9. Dokumentasi Pratindakan ...............................................................................189 10. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ................................................192 11. Daftar Penilaian Proses Membaca Puisi Siklus I ..........................................210 12. Daftar Penilaian Hasil Membaca Pusi Siklus I .............................................211 13. Lembar Observasi Kegiatan Siswa Siklus I ..................................................212 14. Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I ......................................................213 15. Catatan Lapangan Siklus I ............................................................................216 16. Hasil Pekerjaan Siswa pada Siklus I .............................................................219 17. Dokumentasi Pembelajaran Membaca Puisi Siklus I ....................................229 18. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ...............................................231 19. Daftar Penilaian Proses Membaca Puisi Siklus II .........................................247 20. Daftar Penilaian Hasil Membaca Pusi Siklus II ............................................248 commit to user 21. Lembar Observasi Kegiatan Siswa Siklus II .................................................229

xv

xvi digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

22. Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II ....................................................250 23. Catatan Lapangan Siklus II ...........................................................................253 24. Hasil Pekerjaan Siswa pada Siklus II ............................................................256 25. Dokumentasi Pembelajaran Membaca Puisi Siklus II ..................................261 26. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III .............................................263 27. Daftar Penilaian Proses Membaca Puisi Siklus III .......................................279 28. Daftar Penilaian Hasil Membaca Pusi Siklus III ...........................................280 29. Lembar Observasi Kegiatan Siswa Siklus III ...............................................281 30. Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus III ...................................................282 31. Catatan Lapangan Siklus III ..........................................................................285 32. Hasil Pekerjaan Siswa pada Siklus III ..........................................................287 33. Dokumentasi Pembelajaran Membaca Puisi Siklus III .................................297 25. Angket Pascatindakan ...................................................................................299 26. Tabel Hasil Angket Pascatindakan ................................................................301 27. Refleksi Angket Pascatindakan .....................................................................303 28. Contoh Angket Pascatindakan yang Telah Diisi Siswa ................................304 30. Surat Permohonan Izin Penelitian untuk Dekan ...........................................309 31. Surat Putusan Izin Penyusunan Skripsi oleh Dekan FKIP ............................310 32. Surat Permohonan Izin Penelitian untuk Rektor ...........................................311 33. Surat Permohonan Izin Penelitian untuk Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Jaten ................................................................................................312 34. Surat Keterangan Penelitian dari Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Jaten ................................................................................................313

commit to user

xvi

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia yang disempurnakan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) disebutkan bahwa mata pelajaran Bahasa Indonesia berorientasi pada hakikat pembelajaran bahasa. Belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Tujuan berkomunikasi lewat isyarat bahasa ialah pencapaian saling paham antara pembicara dan pendengar atau antara penulis dan pembaca. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan pemahaman teknik dan tata cara berbahasa karena komunikasi lewat bahasa yang efektif tergantung dan terikat pada beberapa faktor. Faktor-faktor penentu dalam komunikasi berbahasa yang efektif ialah (1) kekhasan ciri hubungan antara para pemakai bahasa atau antara para penutur, (2) waktu dan tempat pelangsungan komunikasi berbahasa, (3) sarana yang dipakai untuk berkomunikasi berbahasa, (4) tujuan komunikasi berbahasa, (5) ciri amanat yang berlangsung, dan (6) lingkungan pemakaian (Jos Daniel Parera, 1991: 3). Selain itu, pembelajaran bahasa bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan bernalar, meningkatkan kemampuan wawasan dan meningkatkan keterampilan berbahasa. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan bahasa Indonesia baik secara lisan maupun tertulis. Pelajaran bahasa lebih diutamakan untuk kepentingan komunikasi dengan memperhatikan kaidah kebahasaa, sedangkan sastra tak hanya berhenti pada komunikasi namun juga pada nilai moral, emosi, seni, kreativitas, humanitas, dan penghayatan nilai-nilai kehidupan. Herman J. Waluyo (2008) menyatakan sastra adalah cabang kesenian dengan bahasa sebagai mediumnya atau sarananya.Karya seni lainnya menggunakan suara sebagai mediumnya (seni suara), warna sebagai mediumnya (seni rupa), gerak sebagai mediumnya (seni tari), dan berperan sebagai to user karya sastra atau karya seni pada mediumnya (teater). Ditambahkancommit pula, hakikat

17

18 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

umumnya

adalah

imajinatif.

Artinya,

metode

yang

digunakan

untuk

menciptakannya dengan imajinasi (hasil fantasi) penciptannya. Hal ini berarti bahwa karya seni atau karya sastra tidak diperoleh melalui penelitian, pengamatan, dan pengalaman empirik namun melalui pengalaman batin ketika seorang pencipta atau seniman memiliki mood atau passion atau suasana hati yang luar biasa. Pelajaran sastra harus dapat menunjang pembelajaran Bahasa Indonesia pada umumnya sehingga murid-murid harus digiatkan dan dibangkitkan minatnya agar mereka tertarik serta mau berhubungan dengan karya sastra. Murid-murid harus membaca puisi, naskah drama, dan novel terutama karya-karya bermutu agar mereka mendapatkan pemahaman mengenai sastra dengan baik. Ketertarikan dan hubungan yang terjalin antara murid dan karya sastra tersebut akan menghasilkan suatu kegiatan apresiasi sastra dari murid. Menurut Andayani (2008: 1), apresiasi sastra adalah suatu aktivitas dengan karya sastra secara sungguh-sungguh sampai tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap karya sastra. Selain itu, apresiasi sastra juga dapat berupa tanggapan atau pemahaman yang intensif terhadap karya sastra. Tanggapan atau pemahaman ini bersentuhan langsung dengan nilai-nilai yang terdapat dalam karya sastra. Kegiatan apresiasi karya sastra bukan hanya sekedar kegiatan membaca kemudian menggemari karya sastra tersebut. Namun, harus sampai pada tahap yang lebih tinggi yakni tahap pemahaman karya sastra sehingga nilai-nilai yang terdapat dalam karya sastra dapat dipahami oleh pembaca. Nilai-nilai yang diungkapkan pengarang melalui karya sastra dapat memperkaya pengalaman, wawasan, dan kehidupan batin pembaca. Seperti yang dinyatakan oleh Horace bahwa karya sastra bukan sekedar memberi hiburan (dulce) kepada pembaca, tetapi juga memberi kemanfaatan (utile) kepada pembaca. Menghibur karena mementingkan keindahan dan bermanfaat karena karya sastra dicipta melalui renungan yang sungguh-sungguh dari penciptaan sehingga pesan atau amanat yang disampaikan pada pembaca dapat berguna. commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

19 digilib.uns.ac.id

Herman J. Waluyo (2003: 44) menyatakan bahwa apresiasi puisi berhubungan dengan kegiatan yang ada sangkut-pautnya dengan puisi, yaitu mendengar dan membaca puisi dengan penghayatan yang sungguh-sungguh, menulis puisi, mendeklamasikan, dan menulis resensi puisi. Kegiatan ini menyebabkan seseorang memahami puisi secara mendalam, merasakan apa yang ditulis penyair, mampu menyerap nilai-nilai yang terkandung di dalam puisi, dan menghargai puisi sebagai karya seni dengan keindahan atau kelemahannya. Dengan demikian, dalam pembelajaran apresiasi puisi pun murid harus benar-benar dapat membaca puisi dengan baik. Hal tersebut dimaksudkan agar mereka dapat menghayatinya sehingga dapat menumbuhkan pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap karya sastra. Bahasa puisi lebih padat, lebih indah, lebih cemerlang, dan lebih hidup daripada bahasa prosa ataupun bahasa percakapan sehari-hari. Bahasa puisi mengandung penggunaan lambang-lambang, metafora, dan bentuk-bentuk intuitif untuk mengekspresikan gagasan, perasaan, dan emosi (Mustopo dalam Herman J. Waluyo, Swandono, dan Slamet Mulyono, 2001 : 1). Kepadatan bahasa puisi sebenarnya sangat berkaitan secara sinkron dan integratif dengan penyair dalam upaya memadatkan sejumlah pikiran, perasan, dan emosi serta pengalaman hidup yang diungkapkannya. Kegiatan apresiasi sastra yang dilakukan murid akan membuat mereka menghayati pikiran, perasan, dan emosi serta pengalaman hidup penyair. Menurut Didin Widyartono (2010) membaca puisi merupakan jenis membaca indah dan salah satu kegiatan apresiasi sastra. Secara tidak langsung, bahwa dalam membaca puisi, pembaca akan mengenali, memahami, menggairahi, memberi pengertian, memberi penghargaan, membuat berpikir kritis, dan memiliki kepekaan rasa. Semua komponen dalam karya sastra dipahami, dihargai bagaimana persajakannya, irama, citra, diksi, gaya bahasa, dan apa saja yang dikemukakan oleh pengarang. Pembaca akan berusaha untuk menerjemahkan bait perbait untuk merangkai makna dari makna puisi yang hendak disampaikan commit to user interpretasi terhadap teks yang pengarang. Pembaca memberi apresiasi, tafsiran,

perpustakaan.uns.ac.id

20 digilib.uns.ac.id

dibacanya.Setelah diperoleh pemahaman yang dipandang cukup, pembaca dapat membaca puisi dengan indah. Pada silabus mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas VII disebutkan bahwa pembelajaran membaca puisi termuat dalam standar kompetensi (SK) membaca sastra, yang berbunyi memahami wacana sastra melalui kegiatan membaca puisi dan buku cerita anak. Adapun kompetensi dasar (KD) yang harus dikuasai adalah membaca indah puisi dengan menggunakan irama, volume suara, mimik, kinesik sesuai dengan isi puisi. Berdasarkan hasil pengamatan penulis terhadap kegiatan mengajar di kelas, penilaian guru terhadap kemampuan membaca puisi murid, hasil angket dan diskusi antara guru Bahasa Indonesia dan peneliti dapat dikemukakan bahwa kemampuan membaca, khususnya membaca indah puisi siswa kelas VII B SMP Negeri 1 Jaten belum menunjukkan hasil yang memuaskan atau maksimal. Hasil tersebut ditunjukkan dengan pembacaan puisi yang dilakukan oleh murid. Pada umumnya terkesan seadanya, artinya membaca puisi tidak layaknya seperti orang membaca puisi. Intonasi, lafal, penghayatan maupun penampilan sangat kurang. Jarang terlihat murid yang mampu membaca puisi dengan memperhatikan naik turun, tinggi rendah, dan keras lembut volume suara dalam bacaannya. Para murid juga malu dan tidak percaya diri ketika membaca puisi di depan kelas. Tidak ada siswa dengan kemauan sendiri tampil di depan kelas untuk membaca puisi. Hasilnya, siswa membaca dengan semaunya dan tidak bersungguh-sungguh. Penghayatan pada saat tampil membaca puisi di depan kelas masih sangat kurang. Tercermin dari ekspresi saat membaca puisi. Hal itu disebabkan murid tidak memahami terlebih dahulu puisi yang akan dibaca. Beberapa murid terlihat menutupi wajahnya dengan buku pada saat membaca puisi. Demikian juga dalam hal penampilan, siswa kurang memahami pembacaan puisi sebagai sebuah pertunjukan yang harus memperhatikan tentang teknik, gerakan tubuh, pandangan mata, dan bloking. Saat membaca puisi, penampilan murid adalah kaki dengan sikap sempurna, kedua tangan memegang buku hingga pembacaan selesai dan pandangan mata selalu tertuju pada teks. commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

21 digilib.uns.ac.id

Adapun dari segi lafal murid kurang jelas dalam mengucapkan kata-kata, dari deret belakang bangku hanya terdengar samar, bahkan ada pula yang tidak terdengar. Tempo rata-rata pembacaan puisi murid terlalu cepat. Hal itu terkesan bahwa membaca puisi adalah sesuatu yang terlalu memberatkan sehingga sesegera mungkin menyelesaikan puisi tersebut. Seseorang yang akan membaca sebuah puisi, sebelumnya harus memahami dan menghayati isi puisi yang akan dibacanya dengan bersungguhsungguh. Dia harus dapat mewujudkan kembali apa yang dikehendaki penyair. Seorang pembaca puisi adalah perantara antara penyair sebagai pencipta dengan pendengar sebagai penikmat. Oleh karena itu, tugas seorang pembaca puisi tidak dapat dikatakan ringan karena pembaca puisi harus berusaha mewujudkan ide/pesan penyair dengan cara setepat-tepatnya. Persiapan sangat diperlukan sebelum seseorang tampil membacakan puisi. Persiapan tersebut, antara lain: memahami isi puisi yang akan dibaca, menghayati makna dari puisi, mengekspresikan puisi, berlatih membaca sebelum tampil, dan memberi tanda atau anotasi pada puisi. Berdasarkan nilai dalam kegiatan membaca indah puisi tersebut diperoleh deskripsi sebagai berikut: rentangan nilai 44-53 diperoleh 3 siswa; rentangan nilai 54-63 diperoleh 4 siswa; rentangan nilai 64-73 diperoleh 15 siswa; dan rentangan nilai 74-83 diperoleh 9 siswa. Data tersebut menunjukkan bahwa dalam pembelajaran membaca indah puisi hanya 9 siswa dari 31 siswa yang mampu membaca puisi dengan indah. Jadi, ada 29,03% siswa yang mampu membaca puisi dengan menggunakan irama, volume suara, mimik, kinesik sesuai dengan isi puisi (kriteria ketuntasan minimal yang telah ditetapkan adalah

74).

Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti, permasalahan tentang kemampuan membaca puisi timbul karena: (1) siswa kurang antusias dalam pembelajaran membaca puisi, (2) siswa kurang percaya diri dan masih malu terhadap kemampuan membacanya karena siswa kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran sejak awal, (3) guru belum menggunakan strategi atau model pembelajaran yang tepat terhadap kemampuan membacanya, dan (4) guru kurang commit to user memberikan motivasi kepada siswa.

22 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Fakta-fakta di atas menunjukkan kualitas proses dan hasil pembelajaran kemampuan membaca puisi masih kurang optimal. Oleh karena itu, diperlukan perbaikan yang dapat mendorong seluruh siswa untuk dapat memahami dan menghayati puisi yang akan dibacanya agar mereka mampu membaca puisi tersebut dengan indah. Salah satu upaya yang dapat dilakukan agar pembelajaran membaca puisi di sekolah lebih menarik adalah dengan mengubah pendekatan pembelajaran yang digunakan oleh guru dengan lebih melibatkan keikutsertaan siswa dalam proses pembelajaran, yakni dengan menerapkan pendekatan pembelajaran quantum. Pembelajaran tersebut akan lebih mengoptimalkan kualitas proses dan hasil karena sesuai atau tepat dengan permasalahan yang terjadi. Selain itu, pembelajaran tersebut lebih menekankan pada proses kreatif, praktik, interaksi antara siswa dan lingkungan kelas, dan kegiatan berapresiasi. Berkenaan dengan hal itu, Nyoman S. Degeng (dalam Andayani, 2008: 18-19) menyatakan bahwa indikator keberhasilan pembelajaran terwujud apabila murid sejahtera dalam belajar. Untuk mewujudkannya maka perlu disajikan sebuah orkestrasi pembelajaran yang berbentuk aktivitas belajar murid yang menyenangkan dan menggairahkan. Agus Suprijono (2009: xi) menyatakan bahwa kegiatan pembelajaran yang menyenangkan dan menggairahkan adalah pembelajaran dengan suasana socio emotional climate positif. Murid merasakan bahwa proses belajar yang dialaminya bukan sebuah derita yang mendera dirinya, melainkan berkah yang harus disyukurinya. Belajar bukanlah tekanan jiwa pada dirinya,

namun

merupakan

panggilan

jiwa

yang harus

ditunaikannya.

Pembelajaran menyenangkan menjadikan murid ikhlas menjalaninya. Salah satu metode dari pendekatan pembelajaran quantum adalah metode TANDUR (Tanamkan. Alami, Namai, Demonstrasi, Ulangi, dan Rayakan). Metode tersebut juga mempertimbangkan segala sistem pembelajaran yang berupa interaksi dengan mempertimbangkan perbedaan kondisi murid dan mengoptimalkan peristiwa belajar dan berfokus pada hubungan dinamis dalam lingkungan kelas serta menciptakan interaksi yang efektif untuk pembelajaran. Melalui metode TANDUR, banyak hal positif yang bisa didapat. Bagi commitapa to user siswa, mereka akan mampu mengaitkan yang mereka dapat di sekolah dengan

23 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

sebuah peristiwa, pikiran, atau perasaan yang diperoleh dari kehidupan rumah, kehidupan sosial di luar rumah, serta kehidupan akademis yang dimiliki oleh mereka. Bagi guru, bisa mengubah kelas dari yang biasa menjadi kelas yang menarik. Perubahan keadaan ini akan memotivasi dan menumbuhkan minat membaca puisi siswa, yakni pada saat membaca puisi di depan kelas murid tidak merasa malu dan timbul kepercayan diri pada mereka. Keunggulan lain dari pendekatan pembelajaran quantum dengan metode TANDUR adalah (1) bisa mengubah keadaan kelas dari kelas biasa menjadi kelas yang menarik; (2) bisa memotivasi dan menumbuhkan minat siswa; (3) membangun rasa kebersamaan; (4) menumbuhkan dan mempertahankan daya ingat; dan (5) merangsang daya dengar siswa. Berdasarkan uraian di atas, peneliti terdorong untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas sebagai usaha perbaikan kualitas proses dan hasil pembelajaran

kemampuan

membaca

puisi

dengan

judul:

“Peningkatan

Kemampuan Membaca Puisi Melalui Penerapan Pendekatan Pembelajaran Quantum Pada Siswa Kelas VII B SMP Negeri 1 Jaten Karanganyar Tahun Ajaran 2010/2011”.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Apakah penerapan pendekatan pembelajaran quantum dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran membaca puisi pada siswa kelas VII B SMP Negeri 1 Jaten Karanganyar Tahun Ajaran 2010/2011 ? 2. Apakah penerapan pendekatan pembelajaran quantum dapat meningkatkan kualitas hasil pembelajaran membaca puisi pada siswa kelas VII B SMP Negeri 1 Jaten Karanganyar Tahun Ajaran 2010/2011 ?

C. Tujuan Penelitian Sejalan dengan permasalahan penelitian di atas, tujuan penelitian ini commit to user adalah untuk meningkatkan kualitas :

24 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

1. Proses pembelajaran membaca puisi pada siswa kelas VII B SMP Negeri 1 Jaten Karanganyar Tahun Ajaran 2010/2011 melalui penerapan pendekatan pembelajaran quantum. 2. Hasil pembelajaran membaca puisi pada siswa kelas VII B SMP Negeri 1 Jaten Karanganyar Tahun Ajaran 2010/2011 melalui penerapan pendekatan pembelajaran quantum.

D. Manfaat Hasil Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut. 1. Manfaat Teoretis a. Penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan khasanah keilmuan pembelajaran

Bahasa

dan

Sastra

Indonesia,

khususnya

dalam

pembelajaran membaca puisi. b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan pendekatan pembelajaran quantum. c. Sebagai pengembangan bahan ajar membaca puisi dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. 2. Manfaat Praktis a. Bagi siswa 1) Menumbuhkan kesenangan siswa pada karya sastra khususnya puisi; 2) Memberikan suasana pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa; 3) Meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca puisi; dan 4) Dapat meningkatkan kualitas pembelajaran membaca puisi siswa. b. Bagi guru 1) Dapat meningkatkan kinerja guru dalam mengajar khususnya dalam mengatasi kesulitan guru dalam pembelajaran membaca puisi; dan 2) Dapat digunakan sebagai alternatif dalam mengajarkan materi membaca puisi. commit to user

25 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

c. Bagi sekolah 1) Penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam upaya dalam menciptakan inovasi-inovasi pembelajaran bagi guru-guru yang lain; 2) Memberikan kontribusi dalam pengembangan kurikulum sekolah berdasarkan indikator-indikator pembelajaran membaca puisi yang telah ditentukan; dan 3) Meningkatkan kualitas pembelajaran membaca puisi baik proses maupun hasil. d. Manfaat bagi peneliti 1) Menambah pengalaman peneliti dalam penelitian mengenai pembelajaran terutama dalam pembelajaran membaca puisi; dan 2) Peneliti dapat melakukan kajian-kajian lebih lanjut untuk menyusun suatu rancangan pembelajaran membaca puisi dengan pendekatan pembelajaran quantum.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, PENELITIAN YANG RELEVAN, DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A. Kajian Pustaka

1. Hakikat Kemampuan Membaca Puisi a. Pengertian Kemampuan Membaca Puisi I Gusti Ngurah Bagus, dkk (1981: 6) menyatakan bahwa pemakaian bahasa sebagai alat komunikasi merupakan tanda kemampuan berbahasa yang hanya dimiliki oleh manusia. Namun, kemampuan berbahasa adalah suatu daya yang harus diusahakan dan dipelajari secara formal maupun informal sebelum manusia memiliki kemampuan tersebut. Seseorang dikatakan mampu berbahasa apabila orang tersebut dapat menggunakan bahasa lisan pada saat mendengarkan dan berbicara dan atau dapat menggunakan bahasa tulis pada saat membaca dan menulis. Sejalan dengan pernyataan tersebut, Suharno, dkk. (2000: 17) mengartikan kemampuan

sebagai

keterampilan

proses.

Keterampilan

proses,

yaitu

keterampilan yang diperoleh dari latihan kemampuan-kemampuan mental, fisik, dan sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan-kemampuan yang lebih tinggi. Dengan berbekal keterampilan proses itu, siswa mampu mengikuti interaksi dalam kegiatan berbahasa secara penuh. Menurut Satumahati (2010) kemampuan adalah tingkatan seberapa bisa manusia untuk melakukan suatu hal dengan tenaga, kekuatan dan pengetahuan yang dimiliki. Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan merupakan kesanggupan individu dalam melakukan suatu kegiatan secara maksimal untuk mendapatkan hasil yang maksimal. commit to user

26

27 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau belajar tulis, yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas, dan agar makna kata-kata secara individual akan dapat diketahui. Kalau hal ini tidak dipenuhi maka pesan yang tersurat dan tersirat tidak akan tertangkap atau dipahami, dan proses membaca itu tidak terlaksana dengan baik (Hodgson dalam Henry Guntur Tarigan, 2008: 7). Farris (dalam Abd.Rouf, 2010) mengungkapkan bahwa membaca sebagai pemrosesan

kata-kata,

konsep,

informasi,

dan

gagasan-gagasan

yang

dikemukakan oleh pengarang yang berhubungan dengan pengetahuan dan pengalaman awal pembaca. Dengan demikian pengalaman diperoleh apabila pembaca mempunyai pengetahuan atau pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya dengan apa yang terdapat dalam bacaan. Ditambahkan pula oleh Syafi‟i (dalam Abd. Rouf, 2010) membaca adalah suatu proses yang bersifat fisik atau yang disebut proses mekanik, berupa kegiatan mengamati tulisan secara visual, dan suatu proses psikologis berupa kegiatan berpikir dalam mengolah informasi. Menurut Nurhadi (1987: 13), membaca adalah sebuah proses yang kompleks dan rumit. Kompleks, artinya dalam proses membaca terlibat berbagai faktor internal dan faktor eksternal pembaca. Faktor internal dapat berupa intelegensi (IQ), minat, sikap, bakat, motivasi, tujuan membaca, dan sebagainya.Faktor eksternal bisa dalam bentuk sarana membaca, teks bacaan (sederhana–berat, mudah–sulit), faktor lingkungan, atau faktor latar belakang sosial ekonomi, kebiasaan, dan tradisi membaca. “Reading as a general process if we keep in mind a few key terms which apply to all kinds of reading” (Peters, 1991: 3). Ia mengatakan bahwa membaca sebagai sebuah proses umum apabila kita menjaga atau mengingat di dalam otak kita sebuah kunci atau istilah pendukung untuk menerapkan semua jenis kegiatan membaca. commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

28 digilib.uns.ac.id

Walaupun belajar membaca merupakan proses yang kompleks dan rumit, itu merupakan salah satu hal yang dapat dicapai oleh otak manusia. Ketika kita belajar membaca di tingkat sekolah dasar, mula-mula kita mempelajari hurufhurufnya, kemudian menghubungkan huruf-huruf tersebut menjadi kata-kata. Pada saat itu, kita membaca satu demi satu kata. Setelah sampai pada tahap tersebut, sebagian besar dari kita tidak mengalami kemajuan lagi dalam kegiatan membaca. Ada beberapa upaya untuk meningkatkan kemampuan kita dalam hal membaca. Bobbi DePorter dan Hernacki (2003: 252-259) menyatakan bahwa terdapat upaya-upaya untuk meningkatkan kemampuan, antara lain: (1) mengkondisikan keadaan mental dan fisik sebelum membaca. Meluangkan waktu beberapa saat untuk menyesuaikan pikiran dan tubuh; (2) Meminimalkan gangguan membaca. Dimulai dengan mencari tempat yang tenang dan nyaman untuk membaca. Musik dapat pula membantu bagi sebagian orang namun dapat pula menjadi penghambat konsentrasi dalam membaca. Apabila menginginkan musik, pemilihan jenis musik pun juga harus dilakukan karena tempo musik berpengaruh pada denyut jantung, otak kanan, dan kiri; (3) Duduk dengan sikap yang tegak. Hal ini berhubungan dengan tulang punggung saat membaca karena jika salah memposisikan tulang saat membaca dan berlangsung lama, akan mengakibatkan tulang punggung tumbuh tidak normal; (4) Menggunakan jari atau alat penunjuk. Seseorang ketika membaca secara alamiah akan bergerak mengikuti benda yang bergerak, maka bila ada penunjuk yang bergerak maka akan membantu gerak mata dalam melihat teks-teks bacaan secara cepat; dan (5) Melihat sekilas terlebih dahulu teks yang akan dibaca. Kegiatan ini bertujuan untuk mendapat harapan dan pikiran yang berguna untuk menuntun pemahaman saat kegiatan membaca. A. Teeuw (1983: 12) mengemukakan bahwa membaca dan menilai sebuah karya sastra bukanlah sesuatu yang mudah. Setiap pembaca roman atau puisi, baik modern ataupun klasik, pasti pernah mengalami kesulitan, merasa seakan-akan tidak memahami apa yang dikatakan ataupun dimaksudkan oleh pengarangnya. Kita dapat mengatakan bahwa proses membaca, yaitu memberi makna pada commit to user sebuah teks tertentu, yang kita pilih, atau yang dipaksakan kepada kita (dalam

29 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

pengajaran misalnya) adalah proses yang memerlukan pengetahuan sistem kode yang cukup rumit, kompleks, dan aneka ragam. Kode pertama yang kita kuasai jika ingin mampu memberi makna pada teks tertentu adalah kode bahasa yang dalam teks itu.Kode ini mengharuskan kita mampu membaca teks dengan sebaik-baiknya, melalui tata bahasa dan kosakatanya. Kode kedua adalah diperlukan penguasaan kode kebudayaan secara eksplisit dan implisit saat terciptanya teks tersebut. Jika pembaca tidak mengetahui latar kebudayaan penciptaan teks tersebut, maka orang tersebut hanya akan terdiam tidak mengerti maknanya. Kode terakhir adalah penguasaan kode sastra yang lebih khas.Kode ini sangat sulit dibedakan dengan kode kebudayaan namun pada prinsipnya pembaca harus mampu membedakannya.Masalah urutan kata, pilihan kata, struktur kalimat, pemakaian bunyi, dan unsur tata bahasa pada teks tidak hanya ditentukan oleh kode bahasa dan budaya tetapi juga kode sastra. Ditambahkan oleh Strang (dalam Abu Wahidji, dkk., 1985: 6), kegiatan membaca dibangun oleh lima kemampuan, yakni: (a) kemampuan mengerti yang dibaca, (b) kecakapan rekonstruksi makna, (c) menilai apa yang dibaca, (d) aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari, dan (e) sikap belajar membaca. Strang menyimpulkan hal tersebut dari teori Jap dan Strang (dalam Abu Wahidji, dkk., 1985: 6)yang mendasarkan teorinya sendiri pada taksonomi Bloom. Menurutnya, gambaran proses membaca dapat dilihat pada Gambar 1 berikut. Graphi c input

+

Aural input

recoding

Oral reading

decoding

meanin g

Gambar 1 : Proses Membaca Dari pengertian kemampuan dan membaca di atas, dapat disimpulkan bahwa

kemampuan

membaca

pada

dasarnya

merupakan

suatu

proses

kesanggupan individu baik fisikmaupun psikologis yang dilakukan oleh individu tersebut untuk memperoleh pesan yang disampaikan penulis melalui makna yang terkandung atau tersirat pada lambang-lambang tertulis secara maksimal. Makna itu akan berubah karena setiap pembaca memiliki pengalaman yang berbeda-beda commit user menginterpretasikan kata-kata yang akan dipergunakan sebagai alat tountuk

perpustakaan.uns.ac.id

30 digilib.uns.ac.id

tersebut. Selain itu, dalam pemaknaan apa yang dibaca menuntut beberapa kode, yakni (1) kode bahasa, (2) kode kebudayaan, dan (3) kode kode sastra. Kegiatan fisik pada saat membaca disebut proses mekanik yang berupa kegiatan mengamati tulisan secara verbal sedangkan kegiatan psikologis berupa kegiatan berpikir dalam mengolah informasi. Hornby (dalam Didin Widyartono, 2010) menyatakan bahwa kegiatan membaca puisi merupakan upaya apresiasi puisi. Secara tidak langsung, bahwa dalam membaca puisi, pembaca akan berusaha mengenali, memahami, menggairahi, memberi pengertian, memberi penghargaan, membuat berpikir kritis, dan memiliki kepekaan rasa. Semua aspek dalam karya sastra dipahami, dihargai bagaimana persajakannya, irama, citra, diksi, gaya bahasa, dan apa saja yang dikemukakan oleh media. Pembaca akan berusaha untuk menerjemahkan bait per bait untuk merangkai makna dari makna puisi yang hendak disampaikan pengarang. Pembaca memberi apresiasi, tafsiran, interpretasi terhadap teks yang dibacanya setelah diperoleh pemahaman yang dipandang cukup, pembaca dapat membaca puisi. Sawali Tuhusetya (dalam Maria Utami, 2010: vii-x) menyatakan bahwa pembelajaran apresiasi sastra merupakan salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk mengembangkan, menyuburkan, dan mengakarkan pendidikan karakter. Melalui pembelajaran sastra yang optimal, siswa akan dibawa pada situasi pembelajaran yang memungkinkan mereka untuk menafsirkan, menilai, menemukan, dan mengkonstruksi materi ajar yang mereka terima sesuai dengan pengalaman belajar yang mereka temukan. b. Tujuan dan Manfaat Membaca Puisi Nurhadi (dalam Laodesyamri, 2010) mengatakan tujuan membaca dibagi menjadi dua, umum dan khusus. Secara umum tujuan membaca adalah mendapat informasi, memperoleh pemahaman, dan memperoleh kesenangan. Secara khusus tujuan membaca adalah memperoleh informasi yang faktual, memperoleh keterangan tentang sesuatu yang khusus dan problematis, memberikan penilaian kritis terhadap karya tulis seseorang, memperoleh kenikmatan emosi, dan mengisi commit to user waktu luang.

31 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Lebih lanjut Waples (dalam Laodesyamri, 2010) menyatakan beberapa tujuan membaca, yakni: (1) mendapat alat atau cara praktis mengatasi masalah, (2) mendapat hasil yang berupa prestis yaitu agar mendapat rasa lebih bila dibandingkan dengan orang lain dalam lingkungan pergaulannya, (3) memperkuat nilai pribadi atau keyakinan, (4) mengganti pengalaman estetika yang sudah usang, dan (5) menghindarkan diri dari kesulitan, ketakutan, atau penyakit tertentu. Aidh

bin

Abdullah

al-Qarni

(dalam

Wijaya

Kusumah,

2010)

mengungkapkan tentang banyaknya manfaat membaca, yaitu : (1) Menghilangkan kecemasan dan kegundahan, (2) Ketika membaca, seseorang terhalang masuk ke dalam kebodohan, (3) Kebiasaan membaca membuat seseorang terlalu sibuk untuk bisa berhubungan dengan orang-orang malas dan tidak mau bekerja, (4) Mengembangkan keluwesan dan kefasihan dalam bertutur kata, (5) Membantu mengembangkan pemikiran dan menjernihkan cara berpikir, (6) Meningkatkan pengetahuan seseorang dan meningkatkan memori dan pemahaman, (7) Mengambil manfaat dari pengalaman orang lain, (8) Mengembangkan kemampuannya, baik untuk mendapat dan memproses ilmu pengetahuan maupun untuk mempelajari berbagai disiplin ilmu dan aplikasinya dalam hidup, (9) Menyegarkan pemikiran dari keruwetan dan menyelamatkan waktu agar tidak siasia, dan (10) Menguasai banyak kata dan mempelajari berbagai tipe dan pendekatan kalimat, lebih lanjut lagi membaca bisa meningkatkan kemampuan untuk menyerap konsep dan untuk memahami apa yang tertulis “diantara baris demi baris” (memahami apa yang tersirat). Dengan demikian tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, dan memahami makna bacaan. Makna (meaning) erat sekali berhubungan dengan maksud tujuan, atau intensif kita dalam membaca (Henry Guntur Tarigan, 2008: 9). c. Materi Pembelajaran Membaca Puisi di SMP Materi pembelajaran membaca di Sekolah Menengah Pertama di kelas VII semester I diarahkan pada standar kompetensi memahami ragam teks nonsastra commitkompetensi to user dasar menemukan makna kata dengan berbagai cara membaca dengan

32 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

tertentu dalam kamus secara cepat dan tepat sesuai dengan konteks yang diinginkan melalui kegiatan membaca memindai, menyimpulkan isi bacaan setelah membaca cepat 200 kata per menit, dan membacakan berbagai teks perangkat upacara dengan intonasi yang tepat sedangkan standar kompetensi kedua dan memahami isi berbagai teks bacaan sastra dengan membaca dengan kompetensi dasar menceritakan kembali cerita anak yang dibaca dan mengomentari buku cerita yang dibaca. Pada semester II, diarahkan pada standar kompetensi memahami wacana tulis melalui kegiatan membaca intensif dan membaca memindai dengan kompetensi dasar mengungkapkan hal-hal yang dapat diteladani dari buku biografi yang dibaca secara intensif, menemukan gagasan utama dalam teks yang dibaca, dan menemukan informasi secara cepat dari tabel/diagram yang dibaca dan standar kompetensi memahami wacana sastra melalui kegiatan membaca puisi dan buku cerita anak dengan kompetensi dasar membaca indah puisi dengan menggunakan irama, volume suara, mimik, kinesik yang sesuai dengan isi puisi dan menemukan realitas kehidupan anak yang terefleksi dalam buku cerita anak baik asli maupun terjemahan. d. Bentuk dan Gaya Membaca Puisi Setiap bentuk dan gaya membaca puisi selalu menuntut adanya ekspresi wajah, gerakan kepala, gerakan tangan, dan gerakan badan. Keempat ekspresi dan gerakan tersebut harus memperhatikan (1) jenis acara: pertunjukkan, pembuka acara resmi, performance-art, dll, (2) pencarian jenis puisi yang cocok dengan tema:

perenungan,

perjuangan,

pemberontakan,

perdamaian,

ketuhanan,

percintaan, kasih sayang, dendam, keadilan, kemanusiaan, dll, (3) pemahaman puisi yang utuh, (4) pemilihan bentuk dan gaya baca puisi, (5) tempat acara: indoor atau outdoor, (6) audien, (7) kualitas komunikasi, (8) totalitas performansi: penghayatan, ekspresi, (9) kualitas vokal, (10) kesesuaian gerak, dan (11) jika menggunakan bentuk dan gaya teaterikal, harus memperhatikan (a) pemilihan kostum yang tepat, (b) penggunaan properti yang efektif dan efisien, (c) setting yang sesuai dan mendukung tema puisi, (d) musik yang sebagai musik commit puisi. to user pengiring puisi atau sebagai musikalisasi

perpustakaan.uns.ac.id

33 digilib.uns.ac.id

Suwignyo (dalam Didin Widyartono, 2010) mengemukakan bahwa bentuk dan gaya baca puisi dapat dibedakan mejadi tiga, yaitu (1) bentuk dan gaya baca puisi secara poetry reading, (2) bentuk dan gaya baca puisi secara deklamatoris, dan (3) bentuk dan gaya baca puisi secara teaterikal. Ciri khas dari bentuk dan gaya baca puisi secara poetry reading adalah diperkenankannya pembaca membawa teks puisi. Adapun posisi dalam bentuk dan gaya baca puisi ini dapat dilakukan dengan (1) berdiri, (2) duduk, dan (3) berdiri, duduk, dan bergerak. Jika pembaca memilih bentuk dan gaya baca dengan posisi berdiri, maka pesan puisi disampaikan melalui gerakan badan, kepala, wajah, dan tangan. Intonasi baca seperti keras-lemah, cepat-lambat, tinggi-rendah dilakukan dengan cara sederhana. Bentuk dan gaya baca puisi ini relatif mudah dilakukan. Jika pembaca memilih bentuk dan gaya baca dengan posisi duduk, maka pesan puisi disampaikan melalui (1) gerakan-gerakan kepala: menengadah, menunduk menoleh, (2) gerakan raut wajah: mengerutkan dahi, mengangkat alis, (3) gerakan mata: membelakak, meredup, memejam, (4) gerakan bibir: tersenyum, mengatup, melongo, dan (5) gerakan tangan, bahu, dan badan, dilakukan seperlunya. Di lain pihak, intonasi baca dilakukan dengan cara (1) membaca dengan keras kata-kata tertentu, (2) membaca dengan lambat katakata tertentu, dan (3) membaca dengan nada tinggi kata-kata tertentu. Jika pembaca memilih bentuk dan gaya baca puisi duduk, berdiri, dan bergerak, maka yang harus dilakukan pada posisi duduk adalah (1) memilih sikap duduk dengan santai, (2) arah dan pandangan mata dilakukan secara bervariasi, dan (3) melakukan gerakan tangan dilakukan dengan seperlunya. Adapun hal yang dilakukan pada saat berdiri adalah (1) mengambil sikap santai, (2) gerakan tangan, gerakan bahu, dan posisi berdiri dilakukan dengan bebas, dan (3) ekspresi wajah: kerutan dahi, gerakan mata, senyuman dilakukan dengan wajar. Yang dilakukan pada saat bergerak adalah (1) melakukan dengan tenang dan terkendali, dan (2) menghindari gerakan-gerakan yang berlebihan. Intonasi baca dilakukan dengan cara (1) membaca dengan keras kata-kata tertentu, (2) membaca dengan lambat katakata tertentu, dan (3) membaca dengan nada tinggi kata-kata tertentu. commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

34 digilib.uns.ac.id

Ciri khas dari bentuk dan gaya baca puisi secara deklamatoris adalah lepasnya teks puisi dari pembaca. Jadi, sebelum mendeklamasikan puisi, teks puisi harus dihafalkan. Bentuk dan gaya baca puisi ini dapat dilakukan dengan posisi (1) berdiri, (2) duduk, dan (3) berdiri, duduk, dan bergerak. Jika deklamator memilih bentuk dan gaya baca dengan posisi berdiri, maka pesan puisi disampaikan melalui (1) gerakan-gerakan tangan: mengepal, menunjuk, mengangkat kedua tangan, (2) gerakan-gerakan kepala: melihat ke bawah, atas, samping kanan, samping kiri, serong, (3) gerakan-gerakan mata: membelalak, meredup, memejam, (4) gerakan-gerakan bibir: tersenyum, mengatup, melongo, (5) gerakan-gerakan tangan, bahu, badan, dan raut muka dilakukan dengan total. Intonasi baca dilakukan dengan cara (1) membaca dengan keras kata-kata tertentu, (2) membaca dengan lambat kata-kata tertentu, (3) membaca dengan nada tinggi kata-kata tertentu. Jika deklamator memilih bentuk dan gaya dengan posisi duduk, berdiri, dan bergerak, maka yang dilakukan pada posisi duduk adalah (1) memilih posisi duduk dengan santai, kaki agak ditekuk, posisi miring dan badan agak membungkuk, dan (2) arah dan pandangan mata dilakukan bervariasi: menatap dan menunduk. Adapun yang dilakukan pada posisi berdiri (1) mengambil sikap tegak dengan wajah menengadah, tangan menunjuk, dan (2) wajah berseri-seri dan bibir tersenyum.Yang dilakukan pada saat bergerak (1) melakukan dengan tenang dan bertenaga, dan (2) kaki dilangkahkan dengan pelan dan tidak tergesa-gesa. Intonasi dilakukan dengan cara (1) membaca dengan keras kata-kata tertentu, (2) membaca dengan lambat kata-kata tertentu, dan (3) membaca dengan nada tinggi kata-kata tertentu. Ciri khas bentuk dan gaya baca puisi teaterikal bertumpu pada totalitas ekspresi, pemakaian unsur pendukung, misal kostum, properti, seting, musik, dll., meskipun masih terikat oleh teks puisi/tidak. Bentuk dan gaya baca puisi secara teaterikal lebih rumit daripada poetry reading maupun deklamatoris. Puisi yang sederhana apabila dibawakan dengan ekspresi akan sangat memesona. Ekspresi jiwa puisi ditampakkan pada perubahan tatapan mata dan sosot mata. Gerakan kepala, bahu, tangan, kaki, dan badan harus dimaksimalkan. Potensi teks puisi dan commit to user potensi diri pembaca puisi harus disinergikan. Pembaca dapat menggunakan efek-

perpustakaan.uns.ac.id

35 digilib.uns.ac.id

efek bunyi seperti dengung, gumam, dan sengau diekspresikan dengan total. Lakuan-lakuan pembaca seperti menunduk, mengangkat tangan, membungkuk, berjongkok, dan berdiri bebas diekspresikan sesuai dengan motivasi dalam puisi. Aktualisasi jiwa puisi harus menyatu dengan aktualisasi diri pembaca. Inilah bentuk dari gaya baca puisi yang paling menantang untuk dilakukan. Cara mengucapkan puisi harus tunduk kepada aturan-aturan, yakni di mana harus ditekankan atau dipercepatkan, di mana harus dikeraskan, harus berhenti, dimana harus dilambatkan atau dilunakkan, di mana harus diucapkan biasa dan sebagainya. Jadi, bila kita mendeklamasikan puisi, maka harus dipakai tanda-tanda tersendiri. Tanda/ anotasi tersebut antara lain: (-------) diucapkan biasa saja, (/) berhenti sebentar untuk bernafas/ biasanya pada koma atau di tengah baris, (//) berhenti agak lama/biasanya koma di akhir baris yang masih berhubungan artinya dengan baris berikutnya, (///) berhenti lama sekali biasanya pada titik baris terakhir atau pada penghabisan puisi, (^) suara perlahan sekali seperti berbisik, (^^) suara perlahan saja, (^^^) suara keras sekali seperti berteriak, (V) tekanan kata pendek sekali, (VV) tekanan kata agak pendek, (VVV) tekan kata agak panjang, (VVVV) tekan kata agak panjang sekali, (____/) tekanan suara meninggi, dan (____) tekanan suara agak merendah. e. Puisi sebagai Salah Satu Materi Apresiasi Sastra Sejalan dengan pernyataan Didin Widyartono, Sawali (dalam Maria Utami, 2010: vii-x) mengemukakan bahwa pembelajaran apresiasi sastra yang penting dan strategis adalah puisi. Melalui pembelajaran apresiasi puisi yang optimal, siswa secara tidak langsung akan mendapatkan nutrisi dan gizi batin yang akan mampu memberikan imbas positif terhadap perkembangan kepribadian dan karakter mereka. Dengan puisi, hati dan perasaan siswa akan terlibat secara intens dan emosional ke dalam teks puisi yang mereka pelajari, sehingga kepekaan murni mereka menjadi lebih tersentuh dan terasah. Dengan cara demikian, tanpa melalui pola instruksional dan indoktrinasi yang monoton dan membosankan, siswa secara tidak langsung akan belajar mengenal, memahami, dan menghayati berbagai macam nilai kehidupan, untuk selanjutnya mereka commit user aplikasikan dalam ranah kehidupan nyata to sehari-hari.

perpustakaan.uns.ac.id

36 digilib.uns.ac.id

Membaca puisi ialah memahami apa yang terdapat dalam puisi atau apa yang ingin disampaikan penyair lewat puisinya. Suharianto (dalam Nanang Ismail, 2010) menyatakan bahwa membaca puisi tidak hanya menyuarakan lambang-lambang bahasa saja, tetapi lebih dari pada itu. Membaca puisi pada hakikatnya menyuarakan kembali apa yang pernah dirasakan, dipikirkan, atau dialami penyairnya. Oleh karena itu, pembaca puisi sebelumnya harus menginterpretasikan apa yang ada di balik puisi. Ekspresi dan emosi yang lahir merupakan hasil interpretasi pembaca terhadap puisi. Ditambahkan pula bahwa, membaca puisi atau poetry reading juga berupaya untuk menangkap curahan perasaan, buah pikiran, dan pengalaman batin penyair yang tertuang dalam karya sastra berbentuk puisi. Membaca puisi yang baik selalu didahului interpretasi yang tepat seperti yang diinginkan penyairnya. Apapun yang dilakukan pembaca oleh puisi di depan publik sebenarnya merupakan pencerminan perasaan, pikiran, dan pengalaman batin penyairnya. Kesedihan, kegembiraan, kebencian, semangat yang menyala-nyala, dan kebahagiaan pembaca puisi sebenarnya merupakan manifestasi pengalaman batin penyairnya. Suharianto (dalam Nanang Ismail, 2010) menambahkan pula bahwa selama membaca puisi di depan publik atau hadirin yang dapat dilihat atau didengar tidak dapat ditinggalkan. Semua yang terlahir pada waktu membaca puisi, baik teknik vokal maupun performance atau penampilan adalah sesuatu yang wajar sesuai dengan tuntunan puisi yang dibacanya. Bila puisi yang dibaca menghendaki semangat yang menyala-nyala, maka pembaca puisi harus bersemangat. Pembaca puisi akan bersedih, bila puisi yang dibacanya menuntut untuk bersedih. Dengan demikian interpretasi puisi yang dilakukan pembaca puisi sudah tepat, bila sudah mencerminkan apa yang diharapkan penyairnya. Jadi, membaca puisi ialah membaca suatu karya sastra berupa puisi dengan memperhatikan irama, volume suara, mimik, dan kinesik yang tepat sesuai dengan isi puisi. Irama adalah suatu gerak yang teratur, suatu rentetan bunyi berulang dan to user gerak yang hidup.Irama dalam menimbulkan variasi bunyi yangcommit menciptakan

perpustakaan.uns.ac.id

37 digilib.uns.ac.id

bahasa ialah pergantian naik-turun, panjang-pendek, keras-lembut ucapan bunyi bahasa dengan teratur. Berdasarkan itu, irama dapat diartikan sebagai pergantian berturut-turut secara teratur. Irama dapat dibagi menjadi dua bentuk: ritme dan metrum. Metrum adalah irama yang tetap, artinya pergantiannya sudah tetap disebabkan oleh jumlah suku kata yang sudah tetap, sehingga alun suara menjadi tetap. Apabila pertentangan bunyi mengalun dengan teratur, tetapi tidak merupakan jumlah suku kata yang tetap dan hanya menjadi gema dari dendang penyair dan deklamator, maka irama tersebut disebut ritme (M. Atar Semi, 1993: 120-121). Bonita. D Sampurno (2010) menyatakan bahwa volume suara adalah kekerasan suara yang dihasilkan oleh pembaca puisi. Volume suara yang dihasilkan saat membacakan sebuah puisi sebaiknya disesuaikan dengan situasi. Volume suara pun bisa berubah dari berbisik, lantang, hingga teriak yang bertujuan untuk mengekspresikan atau menggugah emosi pendengar. Mimik atau action dalam sebuah deklamasi puisi sangat besar pengaruhnya terhadap pembentukan suasana pembacaan puisi. Seorang pembawa puisi yang berhasil ia akan mengemukan sesuatu action atau mimik itu sesuai dengan perkembangan kata demi kata dalam tiap baris dan tidak bertentangan dengan jiwa dan isi kata-kata kalimat dalam puisi. Terjadinya kontradiksi antara apresiasi dan action menimbulkan kesan yang mungkin bisa menjadi bahan tertawaan pendengar puisi. Kartomiharjo (dalam Muhammad Zakii Al-aziz, 2010) menyatakan bahwa kinesik adalah ilmu yang mempelajari isyarat yang menggunakan berbagai bagian tubuh. Kinesik terdiri dari ekspressi wajah, sikap tubuh, gerakan jari-jemari, tangan, lengan, pundak, goyangan pinggul, dan gelengan kepala. Maria Utami (2010: 41) berpandangan bahwa setidaknya ada 9 karakter yang bisa dikembangkan melalui pembelajaran apresiasi puisi, di antaranya: (1) cinta Tuhan, (2) bertanggung jawab, mempunyai amanah, disiplin, dan mandiri, (3) bersikap jujur, (4) bersikap hormat dan santun, (5) mempunyai rasa kasih sayang dan peduli, (6) percaya diri, kreatif, dan pantang menyerah, (7) commit to user serta mampu bekerja sama,(8) mempunyai rasa keadilan dan sikap kepemimpinan

perpustakaan.uns.ac.id

38 digilib.uns.ac.id

baik, rendah hati dan mengampuni, dan (9) mempunyai toleransi dan cinta damai. Pandangan ini cukup menarik dan sesuai jika dikaitkan dengan situasi kekinian yang dinilai menunjukkan adanya kecenderungan perilaku anomali sosial yang menghinggapi kaum remaja yang semakin mengabaikan nilai-nilai luhur baku. f. Penilaian dalam Pembelajaran Membaca Puisi Penilaian adalah suatu proses untuk mengetahui keberhasilan (proses dan hasil) dari suatu pogram kegiatan telah sesuai dengan tujuan atau kriteria (Sarwiji Suwandi, 2010: 7). Teknik penilaian yang tepat memerlukan data yang berkaitan dengan objek penelitian yang dilakukan. Untuk mengkur keberhasilan tujuan pembelajaran dapat dilihat dari nilai (baik proses maupun hasil) yang dicapai oleh siswa. Oleh karenanya, diperlukan penilaian yang sesuai yang dapat mengukur hal tersebut. Format penilaian yang biasa digunakan dalam pengajaran sastra ada beberapa, di antaranya adalah teknik penilaian unjuk kerja. Format penilaian ini merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan sis dalam melakukan sesuatu. Penilaian ini cocok digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut siswa melakukan tugas tertentu misalnya membaca puisi. Untuk mengamati unjuk kerja peserta didik adalah dengan menggunakan instrumen skala penilaian (rating scale). Sarwiji Suwandi (2010: 74) menemukakan bahwa rating scale merupakan penilaian unjuk kerja yang memungkinkan penilai memberi nilai tengah terhadap penguasaan kompetensi tertentu, karena pemberian nilai secara kontinum di mana pilihan kategori lebih dari dua. Skala penilaian tersebut terentang dari tidak sempurna sampai sangat sempurna. Misalnya: 1 = tidak kompeten; 2 = cukup kompeten; 3 = kompeten; dan 4 = sangat kompeten. 1) Penilaian Proses Pembelajaran Penilaian proses dapat dilihat dari sikap siswa ketika mengikuti kegiatan pembelajaran. Sikap bermula dari perasaan suka atau tidak suka yang terkait dengan kecenderungan seseorang dalam merespon sesuatu/obyek. Sikap juga merupakan ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki seseorang. Sikap dapat dibentuk sehingga terjadi perilaku atau tindakan yang commit to user diinginkan.

39 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Nana Sujana (2008: 56) mengungkapkan bahwa apa yang dicapai oleh siswa merupakan akibat dari proses yang ditempuhnya melalui program dan kegiatan yang dirancang dan dilaksanakan oleh guru dalam proses mengajar. Ini berarti bahwa hasil (prestasi) belajar siswa tidak terlepas dari proses belajar yang dialaminya. Lebih lanjut Sarwiji Suwandi (2010: 80-81) mengungkapkan bahwa secara umum obyek/sikap yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran meliputi beberapa hal, yakni sikap terhadap materi pelajaran (motivasi mengikuti pelajaran, keseriusan, semangat); sikap terhadap guru/pengajar (interaksi, respon); dan sikap terhadap proses pembelajaran (perhatian, kerjasama, konsentrasi, dsb.). Berdasarkan hal tersebut maka pedoman penilaian proses yang digunakan dalam pembelajaran apresiasi puisi adalah sebagai berikut. Tabel 1. Penilaian Proses Pembelajaran No

Keaktifan siswa selama apersepsi

Nama Siswa

Keaktifan danperhatian siswa pada saat guru menyampaikan materi

Minat dan motivasi siswa saat mengikuti kegiatan pembelajaran

Skor

Nilai

Ket.

(Diadaptasi dari Sarwiji, 2010 : 130) a) Kolom penilaian sikap diisi dengan angka yang sesuai dengan kriteria berikut. 1 = sangat kurang

4 = baik

2 = kurang

5 = amat baik

3 = cukup b) Menghitung nilai Nilai

= Skor perolehan siswa x 100 = .... Skor maksimal (15)

c) Keterangan diisi dengan kriteria berikut. (1) Nilai = 10 – 29 sangat kurang

(4) Nilai = 70 – 89 baik

(2) Nilai = 30 – 49 kurangcommit to user (5). Nilai = 90 – 100 sangat baik

40 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

(3) Nilai = 50 – 69 cukup 1) Keaktifan siswa selama apersepsi Skor 5 : Jika siswa sepenuhnya atau sangat aktif selama apersepsi (menyanyikan lagu dengan semangat dan merespon setiap stimulus yang diberikan guru saat apersepsi dengan baik) Skor 4

: Jika siswa aktif selama apersepsi (ikut menyanyikan lagu dan cukup merespon stimulus yang diberikan guru saat apersepsi)

Skor 3

: Jika siswa cukup aktif pada saat apersepsi (ikut menyanyikan lagu namun tidak merespon stimulus yang diberikan guru)

Skor 2

: Jika siswa kurang aktif pada saat apersepsi (ikut menyanyikan lagu namun tidak serius dan sama sekali tidak mau merespon stimulus yang diberikan guru saat apersepsi).

Skor 1

: Jika siswa sama sekali tidak aktif (sama sekali tidak mau menyanyi dan merespon pertanyaan atau stimulus saat apersepsi).

2) Keaktifan dan perhatian siswa pada saat mengikuti pelajaran Skor 5

: Jika siswa sepenuhnya memperhatikan pada saat guru menyampaikan materi dan aktif bertanya, menjawab, menamai, serta

memberikan

tanggapan

(terjadi

interaksi),

dan

mengerjakan setiap tugas. Skor 4

: Jika siswa memperhatikan saat guru menyampaikan materi dan sesekali mau bertanya, menjawab, serta menamai memberikan tanggapan, dan mengerjakan setiap tugas.

Skor 3

: Jika siswa hanya memperhatikan saat guru menyampaikan materi dan sama sekali tidak mau bertanya, menjawab, serta memberikan tanggapan, dan mengerjakan setiap tugas.

Skor 2

: Jika siswa kurang memperhatikan serta kurang fokus saat guru menyampaikan materi dan sama sekali tidak mau bertanya, menjawab, menamai serta memberikan tanggapan. commit to user

41 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Skor 1

: Jika siswa sama sekali tidak memperhatikan guru saat menyampaikan materi (sibuk beraktivitas sendiri seperti berbicara atau membuat gaduh).

3) Minat dan motivasi siswa saat mengikuti kegiatan pembelajaran Skor 5

: Jika siswa tampak bersungguh-sungguh dan menunjukkan adanya kesenangan dalam mengerjakan setiap tugas yang diberikan; tampak antusias, senang serta bersemangat dalam mengikuti pembelajaran (tidak bosan, tidak mengantuk, secara sukarela membacakan pekerjaan yang dibuat).

Skor 4

: Jika siswa mengerjakan setiap tugas yang diberikan guru serta tampak

bersemangat

dan

antusias

dalam

mengikuti

pembelajaran (tidak bosan, tidak mengantuk). Skor 3

: Jika siswa mengerjakan setiap tugas yang diberikan namun kurang bersemangat dan antusias dalam pembelajaran (kurang serius).

Skor 2

: Jika siswa hanya sekedar mengerjakan tugas yang diberikan dan terlihat tidak bersemangat dalam pembelajaran (ogah-ogahan, meletakkan kepala di meja).

Skor 1

: Jika siswa sama sekali tidak mau mengerjakan tugas yang diberikan dan sama sekali tidak bersemangat (tampak bosan, tertidur).

2) Penilaian Hasil Pembelajaran Nana Sujana (2008:3) mengungkapkan bahwa penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa obyek yang dinilai adalah hasil belajar siswa yang disesuaikan dengan tujuan pembelajaran. Burhan Nurgiyantoro (2009: 326) menyatakan bahwa tes kesastraan (termasuk puisi) mencangkup tes kognitif, tef afektif, dan tes psikomotorik. Tes kognitif berhubungan dengan kemampuan proses berpikir. Ranah afektif berhubungan dengan sikap, pandangan, dan nilai-nilai yang diyakini commitsegala to usersesuatu yang berhubungan dengan seseorang. Tes psikomotorik adalah

42 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

aktivitas otot, fisik atau gerakan anggota badan. Lebih lanjut dikemukakan bahwa tes-tes yang disusun guru tersebut hendaklah disesuaikan dengan tujuan pengajaran kebahasaaan dan kesastraan yang hendak dicapai. Sebagaimana yang telah diungkapkan bahwa tes atau penilaian yang digunakan hendaknya disesuaikan dengan tujuan pembelajaran maka penilaian hasil dalam pembelajaran membaca indah puisi di kelas VII B ini didasarkan pada hasil pekerjaan siswa memahami dan membaca indah puisi dalam bentuk kegiatan membaca indah dengan irama, volume suara, mimik, dan kinesik sesuaidengan isi puisi. Hal tersebut disesuaikan dengan kompetensi dasar dan indikator yang telah ditetapkan sekolah di semester II dengan materi puisi. Di samping itu, pada pedoman penskoran tiap aspek juga dinilai sesuai dengan tingkat kemampuan siswa. Pada materi ini KKM yang ditentukan adalah

74, ini berarti bahwa siswa dinyatakan tuntas dalam

pembelajaran jika mendapatkan nilai

74. Dalam penelitian ini peneliti

mengadaptasi format dan bobot penilaian hasil pembelajaran menulis puisi sebagai berikut. Tabel 2. Penilaian Hasil Pembelajaran No Nama siswa Irama

Aspek yang Dinilai Volume Mimik Suara

Skor

Nilai

Kinesik

(Diadopsi dari Sarwiji Suwandi, 2010 : 78)

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

43 digilib.uns.ac.id

Tabel 3. Pedoman Penskoran No

Aspek yang dinilai

Skor

1.

Penggunaan Irama Penggunaan irama baik dan dapat menciptakan keindahan Penggunaan irama cukup baik dan cukup dapat menciptakan keindahan Penggunaan irama kurang baik dan kurang dapat menciptakan keindahan Belum dapat menggunakan irama dengan baik (Penggunaan irama sama sekali tidak menciptakan keindahan)

Skor 1 – 4

Volume Suara Volume suara sangat sesuai dengan isi puisi, suasana, keberadaan pendengar, dan setting pembacaan puisi Volume suara cukup sesuaidengan isi puisi, suasana, keberadaan pendengar, dan setting pembacaan puisi Volume suara kurang sesuai dengan isi puisi, suasana, keberadaan pendengar, dan setting pembacaan puisi Volume suara sama sekali tidak sesuai dengan isi puisi, suasana, keberadaan pendengar, dan setting pembacaan puisi

Skor 1 – 4

Mimik pengekspresian atau perubahan ekspresi wajah sesuai dengan isipuisi yang dibaca (sangat menghayati) ekspresi atau perubahan ekspresi wajah sudah cukup sesuai dengan isipuisi yang dibaca (cukup menghayati) ekspresi atau perubahan ekspresi wajah kurang sesuai dengan isipuisi yang dibaca (kurang menghayati) ekspresi atau perubahan ekspresi wajah sama sekali tidak sesuai dengan isipuisi yang dibaca (tidak menghayati) Kinesik Pemakaian gerakan kecil-kecil dari tangan, anggota badan atau wajah sesuai dengan isi puisi yang dibaca Pemakaian gerakan kecil-kecil dari tangan, anggota badan atau wajah cukup sesuai dengan isi puisi yang dibaca Pemakaian gerakan kecil-kecil dari tangan, anggota badan atau wajah kurang sesuai dengan isi puisi yang dibaca Sama sekali tidak menggerakkan tangan, anggota badan atau wajah sesuai dengan isi puisi yang dibaca

Skor 1 – 4

Skor maksimal 1, 2, 3, 4

16

   

2.    

3.     4.    

Nilai siswa = skor maksimum siswatoXuser 100 commit 16

4 3 2 1

4 3 2 1

4 3 2 1 Skor 1 – 4 4 3 2 1

perpustakaan.uns.ac.id

44 digilib.uns.ac.id

2. Hakikat Puisi a. Pengertian Puisi Puisi adalah salah satu karya seni sastra yang dapat dikaji dari berbagai macam aspek, struktur dan unsurnya, jenis dan kesejarahannya. Sepanjang zaman, puisi selalu mengalami perubahan dan perkembangan. Hal ini mengingat hakikatnya sebagai karya seni yang selalu terjadi ketegangan antara konvensi dan pembaharuan/inovasi. Puisi merupakan bentuk karya sastra yang paling tua. Karya-karya besar dunia yang bersifat monumental ditulis dalam bentuk puisi seperti Mahabaratha dan Ramayana yang berasal dari India. Puisi tidak hanya dipergunakan untuk penulisan katya-karya besar, namun puisi juga sangat erat dalam kehidupan kita sehari-hari. Menurut Rifaterre (dalam Maria Utami, 2010: 1), puisi selalu berubahubah sesuai dengan evolusi selera dan perubahan konsep estetiknya. Meskipun sampai sekarang orang tidak dapat memberikan definisi setepatnya apakah puisi itu tetapi untuk memahaminya perlu diketahui ancar-ancar pengertian puisi. Menurut Jabrohim (dalam Maria Utami, 2010: 1), puisi merupakan bentuk ekspresi dan konsentrasi rasa dan pengalaman jiwa penyair. Oleh karena itu, puisi merupakan jenis/genre sastra paling pekat dan padat. Efek yang terjadi pada keadaan puisi dari kondisi yang semacam itu adalah bahwa puisi itu singkat, padat, konotatif, poliinterpretabel, ekspresif, dan penuh kata irasional serta nongramatik. Coleridge (dalam Rachmat Djoko Pradopo, 2003: 7) mengemukakan bahwa puisi adalah kata-kata yang indah dalam susunan terindah. Penyair atau pengarang memilih kata-kata yang setepatnya dan disusun secara sebaik-baiknya, misalnya seimbang, simetris antara satu unsur dengan unsur yang lain yang sangat erat hubungannya. Richards (dalam Henry Guntur Tarigan, 1984: 9-10) menyatakan puisi mengandung suatu “makna keseluruhan”yang merupakan perpaduan antara tema penyair (yaitu mengenai inti pokok puisi itu), perasannya (yaitu sikap penyair commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

45 digilib.uns.ac.id

tehadap bahan atau objeknya), nada (yaitu sikap sang penyair terhadap pembaca atau penikmatnya), dan amanat (yaitu maksud dan tujuan sang penyair). Brahim (dalam Suminto A. Sayuti, 1985: 14) bahwa unsur-unsur yang membangun sebuah puisi meliputi imajinasi, emosi, dan bentuknya yang khas.Senada dengan pernyataan di atas, William J. Grace (dalam Suminto A. Sayuti, 1985: 14) menyatakan bahwa watak puisi lebih mengutamakan intuisi, imajinasi dan sintesa dibandingkan dengan prosa yang lebih mengutamakan pikiran, konstruksi, dan analisa. Dari beberapa pendapat mengenai pengertian puisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa puisi merupakan wacana berbentuk ekspresi dan konsentrasi rasa dan pengalaman jiwa penyair yang berisi unsur-unsur emosi, imajinasi, pemikiran, ide, nada, irama, kesan pancaindera, susunan kata, kata kiasan, kepadatan, dan perasaan yang bercampur baur. Puisi merupakan jenis/genre sastra paling pekat dan padat.Efek yang terjadi pada keadaan puisi dari kondisi yang semacam itu adalah bahwa puisi itu singkat, padat, konotatif, poliinterpretabel, ekspresif, dan penuh kata irasional serta nongramatik. b. Ciri- ciri Puisi Herman J. Waluyo (1995: 4) menyatakanbahwa jika menghadapi sebuah puisi, tidak hanya berhadapan dengan unsur kebahasaan, tetapi juga kesatuan bentuk pemikiran yang hendak diucapkan penyair. Unsur kebahasaan tersebut antara lain (Herman J. Waluyo, 2003: 2- 43): 1) Pamadatan bahasa Bahasa dipadatkan agar berkekuatan gaib. Jika puisi itu dibaca, deretan kata-kata tidak membentuk kalimat dan alinea, tetapi membentuk larik dan bait yang sama sekali berbeda hakikatnya. Larik memiliki makna yang lebih luas dari kalimat. Dengan perwujudan tersebut, diharapan kata atau frasa juga memiliki makna yang lebih luas dari kalimat biasa. 2) Pemilihan kata khas Kata-kata yang dipilih oleh seorang penyair bukan kata-kata untuk prosa atau bahasa sehari-hari. Kata-kata yang dipilih penyair dipertimbangkan betul to user Tidak jarang kata-kata tertentu dari berbagai aspek dan efek commit pengucapannya.

perpustakaan.uns.ac.id

46 digilib.uns.ac.id

dicoret beberapa kali karena belum secara tepat mewakili pikiran dan suara hati penyair. Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam pemilihan kata-kata adalah sebagai berikut : a) Makna kias Makna kias adalah makna yang bukan sebenanya atau disebut pula dengan makna konotatif. b) Lambang Lambang adalah suatu pola arti, sehingga antara apa yang dikatakan dan apa yang dimaksudkan terjadi hubungan asosiasi. Lambang sendiri tidak langsung menunjukkan sesuatu. Penikmatlah yang menghubungkan lambang dengan apa yang dilambangkan. Kebanyakan lambang-lambang bersifat metaforik namun beberapa lambang masih bersifat konvensional (Jan van Luxenburg, Mieke Bal, dan Willem G. Weststeijn, 1986: 190) c) Persamaan bunyi atau rima Kemiripan bunyi antara suku-suku kata. Bentuk-bentuk rima yang paling sering nampak ialah aliterasi (rima konsonan), asonansi (rima vokal), dan rima akhir. 3) Kata Konkret Penyair ingin menggambarkan sesuatu secara lebih konkret. Oleh karena itu, kata-kata diperkonkret. Bagi penyair mungkin dirasa lebih jelas karena lebih konkret, namun pembaca sering lebih sulit ditafsirkan maknanya. 4) Pengimajian Penyair juga menciptakan pengimajian (pencitraan) dalam puisinya. Pengimajian adalah kata atau susunan kata-kata yang dapat memperjelas atau memperkonkret apa yang dinyatakan oleh penyair. Melalui pengimajian, apa yang digambarkan seolah-olah dapat dilihat (imaji visual), didengar (imaji auditif), atau dirasa (imaji taktil). Imaji visual menampilkan kata atau susunan kata-kata yang menyebabkan apa yang digambarkan penyair lebih jelas seperti dapat dilihat oleh pembaca. Imaji auditif adalah penciptaan ungkapan oleh to user penyair, sehingga pembaca commit seolah-olah mendengarkan suara seperti yang

47 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

digambarkan oleh penyair. Imaji taktil adalah penciptaan ungkapan oleh penyair yang mampu mempengaruhi perasaan sehingga pembaca ikut terpengaruh perasannya. 5) Irama (Ritme) Irama (ritme) berhubungan dengan pengulangan bunyi, kata, frasa, dan kalimat. Dalam puisi, irama berupa pengulangan yang teratur suatu baris puisi yang menimbulkan gelombang serta menciptakan keindahan.Irama dapat juga berarti pergantian keras-lembut, tinggi-rendah, atau panjang-pendek kata secara

berulang-ulang

dengan

tujuan

menciptakan

gelombang

yang

memperindah puisi. 6) Tata Wajah Puisi yang mementingkan tata wajah, menciptakan puisi seperti gambar, disebut dengan puisi konkret karena tata wajahnya membentuk gambar yang mewakili maksud tertentu. Dibandingkan tata wajah non-konvensional, jauh lebih banyak puisi dengan tata wajah konvensional (apa adanya, tanpa membentuk gambar atau bentuk tertentu lainnya). Beberapa hal yang diungkapkan penyair, antara lain : 1. Tema Puisi Tema adalah

gagasan

pokok (subject-matter)

yang

dikemukakan oleh penyair melalui puisinya. Tema mengacu pada penyair. Pembaca sedikit banyak harus mengetahui latar belakang penyair agar tidak salah menafsirkan tema puisi tersebut. Oleh karena itu, tema bersifat khusus (diacu dari penyair), objektif (semua pembaca harus menafsirkan sama), dan lugas (bukan makna kias yang diambil dari konotasinya). Tema yang banyak terdapat dalam puisi adalah tema ketuhanan, kemanusiaan, cinta, patriotisme, perjuangan, kegagalan hidup, alam,

keadilan,

kritik

sosial,

kesetiakawanan. commit to user

demokrasi,

dan

tema

48 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

2. Nada dan Suasana Puisi Puisi juga mengungkapkan nada dan suasana kejiwaan. Nada mengungkapkan sikap penyair terhadap pembaca.Dari sikap itu terciptalah suasana puisi. Ada puisi yang bernada sinis, protes, menggurui, memberontak, main-main, serius, patriotik, belas kasih, takut, mencekam, santai, masa bodoh, pesimis, humor, mencemooh, kharismatik, filosofis, khusyuk, dan sebagainya. 3. Perasaan dalam Puisi Puisi mengungkapkan perasaan penyair. Nada dan perasaan penyair akan dapat ditangkap jika puisi itu dibaca keras dalam deklamasi. Membaca puisi dengan suara keras akan lebih membantu menemukan perasaan penyair yang melatarbelakangi terciptanya puisi tersebut. 4. Amanat Puisi Amanat, pesan atau nasihat merupakan kesan yang ditangkap pembaca setelah membaca puisi. Amanat dirumuskan sendiri oleh pembaca.Sikap dan pengalaman pembaca sangat berpengaruh kepada amanat puisi. Cara menyimpulkan amanat sangat berkaitan dengan cara pandang pembaca terhadap suatu hal. Meskipun ditentukan cara pandang pembaca, amanat tidak dapat lepas dari tema dan isi puisi yang dikemukakan penyair. c. Unsur-unsur Puisi Maria Utami (2010: 2-3) mengemukakan puisi dibangun atas dua unsur pokok, yaitu struktur fisik dan struktur batin. Struktur fisik puisi, yaitu diksi, pengimajian, kata konkret, majas, versifikasi, dan tipografi puisi. Diksi adalah pemilihan kata yang tercantum dalam puisi. Pengimajian adalah kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman sensoris seperti penglihatan, pendengaran dan perasaan. Kata konkret adalah kata yang dapat membangkitkan imaji (daya bayang), kata-kata yang dapat menyaran arti yang menyeluruh. Majas commit user adalah bahasa yang digunakan adalah bahasa yang figuratif. Bahasa yangtofiguratif

perpustakaan.uns.ac.id

49 digilib.uns.ac.id

penyair atau pengarang untuk mengatakan sesuatu dengan cara yang tidak biasa yakni secara tidak langsung mengungkapkan makna. Versifikasi rima, ritma, dan metrum. Rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi untuk membentuk musikalitas atau orkestrasi, ritma adalah pertentangan bunyi tinggi/rendah, panjang/pendek, keras/lemah yang mengalun dengan teratur sehingga membentuk suatu keindahan tertentu dan metrum adalah pengulangan kata-kata yang tetap. Tipografi adalah tata wajah puisi. Struktur batin puisi terdiri atas tema, nada, perasaan, dan amanat. Tema adalah gagasan pokok atau subject matter yang dikemukakan oleh penyair. Perasaan ialah suasana penyair yang terekspresikan di dalam puisi. Nada ialah sikap penyair kepada pembaca yang tergambar di dalam puisi. Suasana adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi atau akibat psikologis yang ditimbulkan oleh puisi terhadap pembacanya. Amanat adalah pesan yang disampaikan penyair melalui puisinya. Marjorie Boulton (dalam M. Atar Semi, 1993: 107) mengungkapkan hal yang sama mengenai unsur- unsur yang membangun puisi yakni bentuk fisik dan bentuk mental. Namun ditambahkan oleh Boulton, tidak mungkin untuk membedakan bentuk fisik dan bentuk mental secara komplit karena kedua bentuk itu berinterrelasi satu dengan yang lain. Oleh sebabitu, bila harus membicarakan bentuk fisik dan bentuk mental sebuah puisi maka dalam pembicaraan tidak dapat dilihat pertalian satu sama lain. Bentuk fisik mencakup penampilan puisi dalam bentuk nada dan larik puisi, irama, sajak, intonasi, pengulangan, dan perangkat kebahasaan lain. Bentuk mental terdiri dari tema, urutan logis, pola asosiasi, satuan arti yang dilambangkan, dan pola-pola citra dan emosi. Kedua bentuk ini, terjalin dan terkombinasi secara utuh yang membentuk dan memungkinkan sebuah puisi itu memantulkan makna, keindahan, dan imajinasi bagi pembaca (M. Atar Semi, 1993: 107). Bentuk fisik dan mental sebuah puisi dapat dilihat sebagi satu kesatuan yang terdiri dari tiga lapisan yaitu lapisan bunyi, arti, dan tema. Lapisan bunyi commitLapisan to user ini yang merupakan bentuk fisik yakni lambang-lambang bahasa sastra.

perpustakaan.uns.ac.id

50 digilib.uns.ac.id

sebuah puisi. Lapisan arti yakni sejumlah arti yang dilambangkan oleh struktur atau lapisan permukaan yang terdiri dari lapisan bunyi bahasa. Lapisan tema yakni suatu “dunia” pengucapan karya sastra, sesuatu yang menjadi tujuan penyair, atau sesuatu efek tertentu yang didambakan penyair. Lapisan arti dan tema ini merupakan bentuk mental sebuah puisi. Ketiga lapisan tersebut saling bertautan antara lapisan bunyi, arti, dan tema (M. Atar Semi, 1993: 108) d. Jenis-jenis Puisi Menurut Herman J. Waluyo (1995: 135- 140), puisi ditinjau dari aspek jenisnya, dapat dikelompokkan berdasarkan klasifikasi sebagai berikut: 1) Berdasarkan cara penyair mengungkapkan isi atau gagasan yang hendak disampaikan, puisi dibedakan atas puisi naratif, puisi lirik, dan puisi deskriptif. Puisi naratif, yaitu puisi yang mengungkapkan cerita atau penjelasan penyair. Ada puisi naratif yang sederhana, ada yang sugestif, dan ada yang kompleks. Puisi naratif misalnya epik, balada, romansa, dan syair. Epik adalah salah satu jenis puisi yang panjang. Ia menceritakan sesuatu peristiwa atau kejadian yang pada umumnya menyangkut tokoh-tokoh yang gagah perkasa, pemberani dalam membela kebenaran. Pada umumnya epik menyuguhkan sebagian besar tentang konflik fisik atau spiritual, atau keduanya. Beberapa tokoh cerita biasanya digambarkan secara luas dan mendetail. Gaya penyampaiannya megah dan formal serta cenderung untuk dibunga-bungai secara indah sehingga menjadi sangat memikat (M. Atar Semi, 1993: 105). Balada adalah puisi yang berisi tentang orang-orang perkasa, tokoh pujaan atau orang yang menjadi pujaan. Romansa adalah jenis puisi cerita yang menggunakan bahasa romantik yang berisi kisah cinta yang berhubungan dengan ksatria, dengan perkelahian dan petualangan yang menambah percintaan mereka lebih istimewa. Puisi lirik, yaitu puisi yang mengungkapkan gagasan pribadi penyair atau aku lirik. Ia tidak bercerita. Jenis puisi lirik antara lain: elegi, ode, dan serenade. Elegi adalah puisi yang mengungkapkan perasaan duka. Ode adalah commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

51 digilib.uns.ac.id

puisi yang berisi pujaan pada seseorang. Suatu hal, dan sesuatu keadaan. Serenada adalah sajak percintaan yang dapat dinyanyikan. Puisi deskriptif, yaitu puisi hasil karya penyair yang bertindak sebagai pemberi kesan terhadap keadaan peristiwa, benda, atau suasana yang dipandang menarik perhatian penyair. Puisi deskriptif adalah puisi yang mengedepankan penyair sebagai pemberi kesan terhadap keadaan atau peristiwa, benda, dan suasana yang dipandang menarik perhatian penyair. Jenis puisi deskriptif antara lainsatire, kritik sosial, dan puisi impresionistik. Satire adalah puisi yang berisi sindiran atau kritik terhadap kepuncangan yang terjadi. 2) Berdasarkan pada suara ataupun tempat yang cocok untuk pembacaannya dan jumlah pembaca, puisi dibedakan atas puisi kamar dan puisi auditorium. Puisi kamar, yaitu puisi yang cocok dibacakan sendirian atau dengan satu atau dua pendengar. Puisi auditorium yaitu puisi yang cocok untuk dibacakan di auditorium/ mimbar yang jumlah pendengarnya lebih dari puluhan orang. 3) Berdasarkan sifat atau isi yang dikemukakan puisi tersebut, puisi dibedakan atas puisi fisikal, puisi platonik, dan puisi metafisikal. Puisi fisikal bersifat realistis, artinya menggambarkan kenyataan yang dilukiskan adalah kenyataan dan bukan gagasan seperti hal yang didengar, dilihat, atau dirasakan. Puisi platonik adalah puisi yang sepenuhnya berisi halhal spiritual atau kejiwaan, dapat juga puisi tentang pengungkapan cinta yang luhur seorang kekasih atau orang tua kepada anaknya, puisi ini juga merupakan pengungkapan ide atau cita-cita. Puisi metafisikal adalah puisi yang bersifat filosofis dan mengajak pembaca merenungkan Tuhan. 4) Berdasarkan cara menafsirkan makna puisinya, puisi dibedakan menjadi puisi diafan, puisi gelap, dan puisi prismatik. Puisi diafan atau puisi polos adalah puisi yang kurang sekali menggunakan pengimajian, puisi ini biasanya menggunakan kata konkret dan bahasa figuratif, sehingga puisinya mirip dengan bahasa sehari-hari. Puisi yang demikian mudah dipahami maknanya seperti puisi anak-anak atau puisi karya commit to userpuisi. mereka yang baru mencoba belajar menulis

perpustakaan.uns.ac.id

52 digilib.uns.ac.id

Puisi gelap adalah puisi yang mempunyai banyak majas, lambang, dan kiasan sehingga sulit ditafsirkan. Puisi prismatik adalah puisi yang berisi majas, versifikasi, diksi, dan pengimajian sedemikian rupa sehingga pembaca tidak terlalu mudah menafsirkan makna puisinya namun tidak terlalu gelap. Pembaca tetap dapat menelusuri makna puisi itu namun makna itu bagaikan makna yang keluar dari prisma sehingga ada bermacam-macam makna yang muncul karena bahasa puisi bersifat multi interpretasi. Jika pembaca mempunyai latar belakang pengetahuan yang cukup mengenai penyair dan kenyataan sejarah maka pembaca akan lebih cepat dan tepat menafsirkan makna puisi tersebut. 5) Berdasarkan kandungan nilai keilmuwan, puisi dibedakan menjadi puisi parnasian dan puisi inspiratif. Puisi parnasian merupakan puisi yang mengandung unsur atau nilai–nilai keilmuwan. Puisi ini diciptakan dengan pertimbangan ilmu atau pengetahuan dan bukan didasari oleh inspirasi karena adanya mood dalam jiwa penyair. Puisi inspiratif adalah puisi yang didasarkan pada mood atau passion penyair benar-benar masuk ke dalam suasana yang hendak dilukiskan. Suasana batin penyair benar-benar terlibat dalam puisi tersebut.

e. Cara Memilih Puisi untuk Siswa SMP Pemilihan bahan ajar oleh guru yang akan disajikan pada siswa harus sesuai dengan kemampuan siswa pada suatu tahapan tertentu. Tanpa adanya kesesuaian antara bahan ajar dan siswanya maka pembelajaran yang disampaikan akan gagal. Begitu pula pada pemilihan karya sastra sebagai materi harus diklasifikasikan tingkat kesukarannya dengan kriteria tertentu. Dalam memilih materi pengajaran ada beberapa hal penting yang harus dipertimbangkan, yaitu tersedianya buku-buku di perpustakaan, kurikulum, kesesuaian, kesesuaian dengan tes akhir, dan lingkungan siswa. Selanjutnya terdapat tiga aspek dalam memilih bahan pengajaran sastra yaitu bahasa, psikologi siswa, dan latar budaya (Moody dalam Maria Utami, 2010: 5- 22). commit to user 1) Aspek bahasa

perpustakaan.uns.ac.id

53 digilib.uns.ac.id

Penguasaan suatu bahasa sebenarnya tumbuh dan berkembang melalui tahap-tahap yang nampak jelas pada setiap individu. Sementara perkembangan karya sastra melewati tahap-tahap yang meliputi banyak aspek kebahasaan. Aspek kebahasan dalam sastra tidak hanya meliputi masalah-masalah yang dibahas tetapi juga faktor-faktor lain seperti penulisan yang dipakai pengarang. Ciri-ciri karya sastra pada waktu penulisan karya dan kelompok pembaca yang ingin dijangkau oleh pengarang (Rahmanto dalam Maria Utami, 2010: 6). Oleh karena itu, agar pembelajaran sastra dapat berhasil guru perlu mengembangkan keterampilan atau semacam bakat khusus untuk memilih bahan pengajaran sastra yang bahasanya sesuai dengan tingkat penguasaan bahasa siswa. Jadi dalam usaha memilih bahan ajar kita akan bertolak dari kebutuhan siswa yang dianggap telah melewati tahap penguasaan bahasa tingkat dasar. Dalam praktiknya, ketepatan pemilihan bahan ini sering kurang diperhatikan dan dalam beberapa hal faktor-faktor kebahasaan memang sulit dipisahkan dari faktor-faktor lain. Meski demikian, seorang guru hendaknya selalu berusaha memahami tingkat kebahasan siswa sehingga berdasarkan pemahaman itu guru dapat memilih materi yang cocok untuk disajikan. 2) Aspek Kejiwaan Keterkaitan karya sastra dengan pembaca sebenarnya bukanlah hal yang baru dalam penyajian karya sastra. Karya sastra akan dirasakan masyarakat atau pembacanya sebagai suatu hal yang menyenagkan dan sekaligus berguna tentunya apabila sesuai dengan tingkat kebutuhan dan pemahaman mereka. Tingkat pemahaman dan kebutuhan pembaca, antara lain ditentukan oleh tingkat perkembangan kejiwaan mereka sebagai manusia. Sebab secara psikologis, selama hidup manusia mengalami tingkat-tingkat perkembangan tertentu dengan konsekuensi, jenis-jenis kebutuhannya pun menjadi bervariasi. Sesuai dengan ciri masing-masing fase perkembangan (Monks dalam Maria Utami, 2010: 7). Oleh karena itu, pemahaman terhadap tingkat perkembangan kejiwaan commit to userdalam proses “penyapaian” karya pembaca menjadi faktor yang sangat penting

perpustakaan.uns.ac.id

54 digilib.uns.ac.id

sastra kepada pembaca. Karya sastra yang sesuai dengan tingkat perkembangan kejiwaan mereka akan dapat dengan mudah mereka “cerna”. Dalam lingkup yang khusus, pemahaman terhadap tingkat perkembangan kejiwaan siswa sangat berguna dalam upaya penentuan bahan ajar. Pemahaman terhadap tingkat kejiwaan siswa akan berimplikasi pada pemahaman atas sifatsifat khusus dan bermacam-macam kebutuhan mereka. Hal itu akan sangat membantu dalam proses penentuan dan pemberian bahan ajar yang sesuai dengan mereka, sehingga proses penyampaian dan penerimannya akan berjalan dengan optimal. 3) Aspek Budaya Pemahaman akan suatu bahasa akan lengkap jika kita memahami kode budaya pada bahasa itu (Herman J. Waluyo, 1995: 106). Banyak kata dan ungkapan yang sulit dipahami secara tepat dan langsung jika kita tidak memahami latar belakang budaya dari bahasa itu. Memahami bahasa memerlukan “cultural understanding”. Hal itu pula yang harus baerlaku dalam pemilihan bahan ajar puisi untuk siswa SMP, selain harus memperhatikan kemampuan siswa hendaklah juga memperhatikan keragaman lingkungan siswa (Hasjim dalam Maria Utami, 2010: 7). Penduduk Indonesia tersebar di berbagai lingkungan hidup. Kehidupan mereka pun terdiri dari bemacam tempat antara lain di desa, kota, pinggir pantai, dan pegunungan. Di lingkungan petani, pedagang, pegawai dan sebagainya. Puisi yang isinya akrab dengan kehidupan anak akan lebih mudah diterima dan dimengerti daripada puisi-puisi yang renggang hubungan isinya dengan mereka. Jadi dalam memilih bahan bacaan puisi, guru hendaknya juga mempertimbangkan latar belakang budaya siswa sehingga tidak terjebak pada kemonotonan yang membosankan yang akhirnya siswa tidak mampu menerima dan mengapresiasi puisi dengan maksimal. Pemilihan puisi pada bagian ini, dikhususkan untuk siswa SMP karena penelitian ini ditujukan untuk siswa SMP khususnya kelas VII SMP. Terdapat commit to user

55 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

banyak pertimbangan dalam menentukan puisi. Pertimbangan-pertimbangan tersebut yakni: a) Usia Siswa SMP Jenjang tingkat pendidikan di Indonesia yang berlaku sampai saat ini adalah Sekolah Dasr (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), dan Perguruan Tinggi (PT). Masa yang ditempuh untuk masing-masing jenjang adalah SD=6 tahun, SMP=3 tahun, SMA=3 tahun, dan PT=bervariasi. Anak-anak yang memasuki kelas satu SD pada umumnya berusia 6 atau 7 tahun. Dengan demikian, siswa SD berusia antara 6 atau 7 sampai 11 atau 12 tahun, siswaSMP berusia 12 atau 13 sampai 15 atau 16 tahun, SMA berusia 16 atau 17 tahun sampai 18 atau 19 tahun, dan mahasiswa berusia di atas 19 tahun. Mengacu pada tahapan perkembangan yang telah disebutkan di atas maka siswa SMP mempunyai karakteristik dari perkembangan bahasa, perkembangan intelektual/kognitif, perkembangan moral, dan perkembangan emosional. Dari segi perkembangan bahasa, siswa SMP berada pada tahap kompetensi lengkap. Pada akhir masa kanak-kanak, perbendaharaan kata terus meningkat, gaya bahasa mengalami perubahan dan semakin lancar serta fasih dalam berkomunikasi. Keterampilan dan performansi tata bahasa terus berkembang ke arah tercapainya kompetensi berbahasa secara lengkap sebagai perwujudan dari kompetensi komunikasi. Pada usia ini, individu diharapkan telah mempelajari

semua

sarana

bahasa

dan

keterampilan-ketrampilan

untuk

memahami dan menghasilkan bahasa tertentu dengan baik. Dari perkembangan intelektual/kognitif, siswa SMP adalah remaja awal. Pada masa ini, sejalan dengan perkembangan kognitifnya, remaja mulai mampu mengaplikasikan berpikir formal atau berpikir ilmiah secara baik pada setiap situasi dan mengurangi simbol-simbol dan terminologi konkret dalam mengkomunikasikannya. Sedangkan dari perkembangan moral siswa SMP sedang dalam tahap mencari identitas versus kebingungan. Pada fase ini, anak mencari dan commit to user

56 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

mengembangkan

identitas

personal,

berusaha

mencari

dan

menemukan

identitasnya. Tahap ini sejalan dengan tahap operasional. Terakhir adalah perkembangan emosional. Siswa SMP memasuki masa pubertas/ preadolence, yaitu umur 10/11 sampai 13/14 tahun. Pada masa pubertas, anak mencari mengembangkan identitas personal, berusaha mencari dan menemukan identitasnya. Tahap ini sejalan dengan tahap operasional. b)

Kriteria Puisi untuk Siswa SMP Kriteria puisi untuk siswa SMP dilihat dari unsur puisi, yaitu struktur fisik

puisi, struktur batin puisi dan jenis puisinya. (1) Struktur Fisik Puisi Struktur fisik puisi yaitu diksi, citraan/pengimajian, bahasa figuratif/majas, verifikasi, dan tipografi. Dari segi fiksi, siswa kelas VII bisa menerima kata lugas-kiasan, kata lugas-simbolik, dan kata lugasbertafsir luas. Dari segi citraan, semua jenis citraan bisa diterima dan dimengerti oleh semua jenjang kelas. Namun, dari segi bahasa figuratif/majas, ternyata tidak. Siswa kelas VII baru bisa menyerap majas simile, personifikasi, dan metafora. Dari segi pelambangan, siswa kelas VII mempunyai pemahaman mengenai lambang warna, lambang benda, lambang bunyi, dan lambang suara. Dari segi verifikasi, yaitu segi rima dan ritma, pemahaman siswa kelas VII pemahaman rima mengenai anomatope/tiruan bunyi, bentuk intern pola bunyi, alitersi/ pengulangan huruf yang sama di awal beberapa kata dalam sebuah frasa/kalimat, repetisi bunyi dan kata. Sedangkan segi ritme yaitu pengulangan kata, frasa, dan kalimat. Strutur fisik yang terakhir adalah tipografi. Siswa kelas VII mempunyai pemahaman tipografi tipe blok, zig-zag, dan tangga. (2) Struktur Batin Puisi Strutur batin puisi terdiri dari tema, nada, suasana, dan perasaan. Tema

puisi

siswa

kelas

VII

yakni

persahabatan,

pendidikan,

kepahlawanan/patriotisme, kemanusiaan, ketuhanan, nasionalisme, dan commit to user lingkungan. Aspek nada puisi untuk siswa kelas VII yakni nada senang,

perpustakaan.uns.ac.id

57 digilib.uns.ac.id

sedih, main-main, religius, dan semangat. Aspek suasana yakni serius, gembira, haru, santai, dan khusyuk. Aspek selanjutnya perasaan, yakni serius, kagum, haru, khusyuk, simpati, sabar, dan sedih. Terakhir aspek amanat, siswa kelas VII mampu memahami amanat secara eksplisit dan beberapa jenis amanat yang bersifat menasehati atau mendidik. (3) Jenis Puisi Berdasarkan cara penafsirannya, siswa kelas VII mampu menafsirkan puisi jenis diafan karena pada tahap tersebut, pada umumnya siswa mempunyai pemahaman bahasa yang masih sederhana. Dari cara pengungkapannya, mereka mampu mengungkapkan jenis puisi naratif yakni epik, balada, dan syair sedangkan puisi lirik yaitu elegi dan ode. Selanjutnya, berdasarkan pada sifat isi puisi, siswa kelas VII mampu mengenal jenis puisi fisikal dan platonik karena puisi tersebut manggambarkan kenyataan dan ide /cita-cita luhur. c)

Aspek Budaya Latar budaya puisi yang mampu dipahami siswa kelas VII yakni puisi

yang isinya sudah terdengar akrab dalam kehidupan anak. Puisi yang berisi sesuatu yang renggang dari kehidupan siswa, akan membuat siswa kesulitan untuk memahami isi puisi tersebut. Oleh karena itu, sebelum memilih puisi guru hendaknya mempertimbangkan latar belakang budaya siswa sehingga tidak terjebak pada kemonotonan yang membosankan. 3. Hakikat Pendekatan Pembelajaran Quantum a. Pengertian Pendekatan Menurut Hasan Alwi (2011: 246), pendekatan mengandung arti proses atau cara mendekati. Dalam hubungannya dengan pembelajaran, Wardani (2005: 10) memisahkan secara operasional tentang perbedaan pengertian strategi pembelajaran, pendekatan pembelajaran, metode pembelajaran, dan teknik pembelajaran. Menurutnya, strategi pembelajaran adalah suatu siasat melakukan kegiatan pembelajaran yang bertujuan mengubah suatu keadaan pembelajaran kini menjadi keadaan pembelajaran yang diharapkan. Untuk mengubah keadaan itu commitpendekatan to user dapat ditempuh dengan berbagai pembelajaran. Pendekatan

58 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

pembelajaran adalah suatu konsep atau prosedur yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran berupa dicapainya kompetensi tertentu oleh siswa sebagai hasil belajar. Pada tiap prosedur pembelajaran dapat dipilih berbagai macam metode pembelajaran yang relevan. Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan dalam melaksanakan proses pembelajaran. Pada setiap metode pembelajaran dapat dipilih berbagai macam teknik pembelajaran yang relevan. Teknik pembelajaran adalah cara sistematis dalam melakukan suatu kegiatan sebagai bagian dari proses pembelajaran. Imam Syafi‟ie (1993: 16) menjelaskan bahwa pendekatan dalam pengajaran bahasa mengacu kepada teori-teori tentang hakikat bahasa dan pembelajaran bahasa yang berfungsi sebagai sumber landasan/prinsip-prinsip pengajaran bahasa. Teori tentang hakikat bahasa mengemukakan asumsi-asumsi dan tesis-tesis tentang hakikat bahasa, karakteristik bahasa, unsur-unsur bahasa, serta fungsi dan pemakaiannya sebagai media komunikasi dalam suatu masyarakat bahasa. Pendekatan bersifat aksiomatis dalam arti bahwa kebenaran teori-teori bahasa dan teori belajar bahasa yang digunakan tidak perlu dipersoalkan lagi. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya pendekatan adalah cara umum yang digunakan untuk mencapai tujuan bersama. b. Pengertian Pembelajaran Hasibuan

(dalam

Gino,

dkk.,

2000:

32)

memberikan

batasan

pembelajaran, yaitu usaha sadar guru untuk membuat siswa belajar dengan mengaktifkan faktor intern dan ekstern dalam belajar. Faktor intern yang dimaksud di sini meliputi minat, perhatian, motivasi, dan lain-lain. Faktor ekstern yang berpengaruh meliputi keluarga, sekolah dan masyarakat. Pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsurunsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling memengaruhi mencapai tujuan pembelajaran (Oemar Hamalik, 2003: 57). Lebih lanjut Oemar Hamalik mengungkapkan bahwa material meliputi buku-buku, papan tulis dan kapur, fotografi, slide dan film, audio, dan video tape. Fasilitas commit to user perlengkapan audio visual, dan dan perlengkapan terdiri dari ruangan kelas,

59 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

komputer. Prosedur meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi, praktik, belajar, ujian, dan sebagainya. Pengertian pengajaran dan pembelajaran menurut Oemar Hamalik (2003: 58), yaitu: (1) Pengajaran ialah upaya menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik/ siswa di sekolah; (2) Pengajaran adalah mewariskan kebudayaan kepada generasi muda melalui lembaga pendidikan sekolah; (3) Pembelajaran adalah upaya mengorganisasi lingkungan untuk menciptakan kondisi belajar bagi peserta didik; (4) Pembelajaran adalah upaya mempersiapkan peserta didik untuk menajdi warga masyarakat yang baik; dan (5) Pembelajaran adalah suatu proses membantu siswa mengahadapi kehidupan masyarakat sehari-hari. Agus Suprijono (2009: 11) menjelaskan tentang perbedaan antara pengajaran dan pembelajaran. Pembelajaran merupakan terjemahan dari learning dan pengajaran terjemahan dari teaching. Lebih lanjut, Suprijono mengungkapkan bahwa pengajaran adalah proses perbuatan, cara mengajarkan. Perbuatan atau cara mengajarkan diterjemahkan sebagai kegiatan guru mengajari peserta didik; guru menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik dan peserta didiksebagai pihak penerima. Pengajaran seperti ini merupakan proses instruktif. Guru bertindak sebagai „panglima‟, guru dianggap paling dominan, dan guru dipandang sebagai orang yang paling mengetahui. Lebih

lanjut,

Agus

Suprijono

(2009:

13)

menjelaskan

tentang

pembelajaran yang berarti proses, cara, perbuatan mempelajari. Perbedaan esensiil istilah ini dengan pengajaran adalah pada tindak ajar. Pada pengajaran guru mengajar, peserta didik belajar, sedangkan pada pembelajaran, guru mengajar diartikan sebagai upaya guru mengorganisir lingkungan terjadinya pembelajaran. Guru mengajar dalam perspektif pembelajaran adalah guru yang menyediakan fasilitas belajar bagi anak didiknya untuk mempelajarinya. jadi subjek pembelajaran adalah peserta didik. Pembelajaran adalah dialog interaktif. Pembelajaran merupakan proses organik dan konstruktif, bukan mekanis seperti halnya pengajaran. Gino, dkk. (2000: 32-33) memberikan batasan pembelajaran atau commit to useroleh guru untuk membuat siswa instruction sebagai usaha sadar dan disengaja

perpustakaan.uns.ac.id

60 digilib.uns.ac.id

belajar, yaitu terjadi terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang belajar dimana perubahan itu dengan didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relatif lama dan karena andanya usaha. Dengan demikian, ada tiga ciri utama pembelajaran, yaitu: (1) ada aktivitas yang menghasilkan perubahan tingkah laku pada diri pembelajar baik langsung maupun tidak langsung, (2) perubahan itu berupa diperolehnya kemampuan baru dan berlaku untuk waktu yang lama, dan (3) perubahan itu terjadi karena suatu usaha yang dilakukan secara sadar. c. Komponen- komponen Pembelajaran Proses pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang melibatkan beberapa komponen. Menurut Gino, dkk. (2000: 30) komponen tersebut antara lain sebagai berikut: 1) Guru Guru merupakan seseorang yang bertindak sebgai pengelola kegiatan belajar mengajar yang mempunyai tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. 2) Siswa Siswa adalah orang yang berperan sebagai pencari, penerima, dan pelaksana pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. 3) Tujuan Tujuan adalah perubahan yang diinginkan terjadi pada siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Perubahan perilaku tersebut meliputi perubahan kognitif, psikomotor, dan afektif. 4) Isi pelajaran Isi pelajaran atau materi pelajaran adalah segala informasi berupa fakta, prinsip, dan konsep yang diperlukan untuk mencapai tujuan pembelajaran. 5) Metode Metode merupakan suatu strategi pembelajaran yang dilakukan oleh guru yang meliputi seluruh kegiatan penyajian bahan pelajaran kepada siswa commit yang to user untuk mencapai tujuan pembelajaran telah ditentukan.

perpustakaan.uns.ac.id

61 digilib.uns.ac.id

6) Media Media merupakan bahan pengajaran yang digunakan untuk menyajikan informasi kepada siswa. 7) Evaluasi Evaluasi merupakan cara yang digunakan untuk menilai suatu proses dan hasilnya. Evaluasi dilakukan terhadap seluruh komponen kegiatan belajar mengajar dan sekaligus memberikan balikan bagi setiap komponen tersebut. d. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi berhasil tidaknya pembelajaran. Menurut Gino, dkk. (2000: 35-39) faktor yang mempengaruhi keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran antara lain: a. Motivasi belajar Motivasi diartikan sebagai suatu dorongan yang timbul pada diri seorang secara sadar atau tidak untuk melakuakn suatu tindakan untuk mencapai tujuan tertentu. b. Bahan belajar Bahan belajar merupakan isi dalam pembelajaran. Bahan atau materi yang digunakan dalam pembelajaran harus dideusiakan dengan tujuan yang akan dicapia oleh siswa dan harus disesuaikan dengan karakteristik siswa agar dapat dimintai olehnya. c. Alat bantu belajar Alat bantu belajar adalah semua alat yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan maksud menyampaikan pesan pembelajaran dari sumber belajar (guru) kepada penerima (siswa). Alat bantu belajar merupakan alat yang dapat membantu siswa untuk mencapai tujuan belajar, misalnya buku, komputer, tape recorder, dan lain-lain. d. Suasana belajar Suasana belajar merupakan situasi dan kondisi yang ada dalam lingkungan tempat proses pembalajaran berlangsung. Suasana yang dapat mendukung kegiatan pembelajaran yang baik antara lain yaitu: susana commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

62 digilib.uns.ac.id

kekeluargaan, suasana sekolah yang nyaman, suasana kelas diatur fleksibel, jumlah siswa tidak terlalu banyak, dan siswa belajar secara bervariasi. e. Kondisi siswa Kondisi siswa merupakan keadaan siswa pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Kondisi yang dimaksud bukan hanya keadaan fisik, melainkan juga keadaaan psikis siswa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses atau usaha untuk menjadikan siswa belajar dengan memberikan stimulasi kepada siswa agar menimbulkan respons yang tepat untuk mencapai tujuan belajar yang diinginkan. Pembelajaran merupakan proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan tindakan ke arah yang positif. Dengan mengetahui hakikat belajar dan pembelajaran tersebut, kita ketahui bahwa interaksi antar komponen menjadi faktor penting dalam keberhasilan suatu proses belajar mengajar. Oleh karena itu kerjasama antara guru dan murid sangat diperlukan demi kelancaran kegiatan belajar mengajar. e. Pengertian Pendekatan Pembelajaran Quantum Pendekatan pembelajaran quantum berakar dari upaya Dr. Georgi Lozanov, seorang pendidik berkebangsaan Bulgaria yang bereksperimen dengan apa yang disebutnya sebagai “suggestology” atau “suggestopedia”. Prinsipnya adalah bahwa sugesti dapat dan pasti mempengeruhi hasil situasi belajar, dan setiap detail apa pun memberikan sugesti positif ataupun negatif. Beberapa teknik yang digunakannya untuk memberikan sugesti positif adalah mendudukkan siswa secara nyaman, memasang musik latar di dalam kelas, meningkatkan partisipasi individu, menggunakan poster-poster untuk memberi kesan besar sambil menonjolkan informasi, dan menyediakan guru- guru yang terlatih baik dalam seni pengajaran sugestif (Bobbi DePorter, 2003: 14). Istilah lain yang hampir dapat dipertukarkan dengan suggestology adalah pemercepatan belajar (accelerated learning). Pemercepatan belajar didefinisikan sebagai

“memungkinkan

siswa untuk belajar dengan kecepatan yang to dan userdibarengi kegembiraan”. Cara ini mengesankan, dengan upaya yangcommit normal,

perpustakaan.uns.ac.id

63 digilib.uns.ac.id

menyatukan unsur-unsur yang secara sekilas tampak tidak mempunyai persamaan: hiburan, permainan, warna, cara berpikir positif, kebugaran fisik, dan kesehatah emosional. Namun semua unsur ini bekerja sama untuk menghasilkan pengalaman belajar yang efektif (Bobbi DePorter, 2003: 14). f. Karakteristik Pendekatan Pembelajaran Quantum Pendekatan pembelajaran quantum yang diterapkan pada penelitian ini mencakup aspek-aspek penting dalam accelerated learning. Selain itu, pada pendekatan ini juga berupaya menghubungkan antara bahasa dan perilaku. Pendekatan ini juga dapat digunakan untuk menciptakan jalinan pengertian antara siswa dan guru. Keberagaman yang dimiliki siswa akan menghasilkan jalinan antara siswa dan guru yang beragam pula oleh sebab itu diperlukan upaya guru untuk menggubah atau menciptakan sebuah lingkungan belajar, cara presentasi, dan rancangan pembelajaran (Lozanov dalam Andayani, 2000: 19) Pendekatan ini semula diterapkan dalam pembelajaran di SuperCamp, yaitu sebuah program pembelajaran yang mengacu pada percepatan. Pendekatan pembelajaran quantum dipopulerkan oleh Learning Forum, yaitu sebuah asosiasi pendidikan international yang menekankan keterampilan akademis, keterampilan dalam hidup, dan tantangan fisik. Di SuperCamp ini, semua kurikulum secara harmonis merupakan kombinasi dari tiga unsur tersebut. Pada dasarnya di Camp ini semua siswa harus belajar efektif. Keefektifan ini dapat dicapai melalui keadaan belajar yang menyenangkan (Bobbi DePorter,2003: 8). Dalam program SuperCamp tersebut, para siswa harus menginap selama kurang lebih dua belas hari. Para siswa terdiri dari usia sembilan sampai dua puluh empat tahun. Mereka memperoleh kiat-kiat yang akan membantu dalam kegiatan mencatat, menghafal, membaca cepat, menulis, berkreatifitas, berkomunikasi, dan membina hubungan. Hasil dari program ini adalah para siswa mendapatkan nilai yang lebih baik, lebih banyak berpartisipasi, dan merasa lebih bangga akan diri mereka sendiri (Vos Groenendal dalam Bobbi DePorter, 2003: 4). Pendekatan pembelajaran quantum oleh Learning Forum kemudian dikukuhkan sebagai salah satu metodologi pembelajaran dalam bentuk rancangan commit user pembelajaran yang tidak harus pembelajaran, penyajian bahan ajar, dan to fasilitas

64 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

dilaksanakan di SuperCamp namun dapat dilaksanakan di kelas-kelas biasa. Pendekatan pembelajaran quantum merangkaikan suatu pendekatan pembelajaran yang oleh asosiasi tersebut dianggap sebagai pendekatan yang efektif untuk dikembangkan menjadi sebuah pendekatan pembelajaran. Dikatakan demikian karena pendekatan ini mampu merangsang multi sensori, multi kecerdasan, dan relevan dengan perkembangan otak pada masa anak-anak, sehingga pada akhirnya dapat mengembangkan kemampuan guru untuk memacu kemampuan siswa agar berprestasi (Andayani, 2000: 19-20). Sebagai salah satu metodologi pembelajaran, pendekatan pembelajaran quantum hampir sama dengan sebuah simfoni. Apabila seseorang menonton sebuah simfoni, ada banyak unsur yang menjadi faktor pengalaman musik orang tersebut. Unsur-unsur tersebut dapat dibagi menjadi dua yakni konteks dan isi. Konteks adalah latar untuk pengalaman guru. Konteks merupakan keakraban ruang orkestra sendiri (lingkungan belajar siswa), semangat guru dalam menyampaikan materi pada siswa, semangat siswa dalam menerima materi guru, keseimbangan dalam pembelajaran, kerja sama antara guru, siswa dan lingkingan, dan interpretasi guru terhadap materi yang akan diberikan pada siswa. Semua unsur ini bersatu padu dan kemudian memunculkan pengalaman bermusik secara menyeluruh. Isi berbeda dengan konteks, namun peranan ini juga sangat penting dalam pembelajaran. Isi merupakan fasilitas berupa keahlian guru terhadap materi yang akan disampaikan serta mengandung makna menggunakan bakat dan potensi siswa. Pendekatan pembelajaran quantum memiliki petunjuk yang berguna untuk menciptakan

lingkungan

belajar

yang

efektif,

merancang

kurikulum,

menyampaikan isi, dan memudahkan proses belajar. Petunjuk-petunjuk tersebut antara lain: 1) Partisipasi dengan menggubah keadaan kelas dari yang biasa menjadi kelas yang menarik, 2) Menumbuhkan motivasi dan minat siswa dengan menerapkan metode TANDUR (Tanamkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan commit to user Rayakan),

perpustakaan.uns.ac.id

65 digilib.uns.ac.id

3) Membangkitkan rasa kebersamaan baik antara siswa dan guru maupun siswa dan siswa lainnya, 4) Meningkatkan daya ingat siswa, dan 5) Membangun daya dengar siswa. Semua petunjuk tersebut, akan menempatkan guru dan siswa pada kesuksesan belajar (Bobbi DePorter, 2003: 4-5). g. Prinsip-prinsip Utama dalam Pendekatan Pembelajaran Quantum Pendekatan pembelajaran quantum mengaitkan apa yang akan diajarkan guru dengan sebuah peristiwa, pikiran, atau perasan yang diperoleh dari kehidupan rumah, kehidupan sosial di luar rumah, serta kehidupan akademis yang dimiliki oleh siswa. Setelah kaitan tersebut terbentuk, guru dapat mengkonstruksi pembelajaran ke dalam benak mereka. Terdapat lima prinsip yang harus diketahui guru untuk mampu mengaitkan dan mengkonstruksi pembelajaran yaitu: 1) Segalanya berbicara Segalanya baik dari lingkungan kelas maupun bahasa tubuh merupakan penunjang dalam pengiriman pesan pembelajaran. 2) Segalanya bertujuan Semua yang terjadi khususnya gubahan dari guru adalah kegiatan yang bertujuan untuk siswa. 3) Pengalaman sebelum pemberian nama Otak manusia berkembang dengan pesat karena adanya rangsangan kompleks, yang akan menggerakkan rasa ingin tahu manusia. Oleh karena itu, proses belajar terbaik terjadi pada saat siswa telah mengalami informasi sebelum memperoleh nama untuk apa yang mereka pelajari. 4) Akui setiap usaha Pada saat siswa mulai berkeinginan untuk belajar dengan menerima setiap konsekuensi dari resiko belajar, mereka pantas menerima pengakuan atas kemampuan dan kepercayaan diri mereka. 5) Jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan Perayaan digunakan sebagai perangsang motivasi dan minat siswa. Selain commit toumpan user balik mengenai kemajuan dan itu, perayaan mampu memberikan

66 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

meningkatkan asosiasi emosi positif dengan belajar (Bobbi DePorter, 2003: 7-8). Beberapa prinsip dan petunjuk penerapan pendekatan pembelajaran quantum relevan dengan pembelajaran apresiasi sastra di sekolah. Dikatakan demikian karena menurut survei yang dilakukan penulis masih terdapat berbagai masalah dalam pembelajaran apresiasi sastra di Sekolah Menengah Pertama khususnya kompetensi dasar membaca indah puisi sebagai salah satu bentuk apresiasi sastra siswa. Permasalahan tersebut terjadi karena disebabkan oleh beberapa hal. Suasana dan keadaan belajar siswa di sekolah membuat siswa tidak termotivasi sehingga mereka masih merasa malu dan tidak percaya diri terhadap kemampuannya membaca puisi di depan kelas. Kemonotonan saat pembelajaran juga menimbulkan kebosanan pada suasana hati siswa. Selain itu, permasalahan di pihak guru juga mendorong terbentuknya masalah pendidikan yang baru. Hal ini disebabkan karena tindakan efektif dalam pembelajaran apresiasi sastra dianggap hanya akan menghabiskan waktu pelajaran. Fenomena yang terjadi sekarang, waktu pelajaran yang seharusnya digunakan guru untuk pembelajaran apresiasi sastra digunakan untuk memberikan materi-materi yang lain yang akan keluar saat ujian akhir. Terlebih lagi, selama ini format soal dalam ujian akhir yang terstandar tidak memadai untuk menangkap dan mengukur kenikmatan siswa dalam bersastra (Annita Lie dalam Andayani, 2000: 28). Masalah-masalah yang muncul tersebut dapat dipecahkan dengan penerapan pendekatan pembelajaran quantum. Petunjuk teknis pendekatan pembelajaran quantum adalah sebagai berikut : 1. Tanamkan (T)

: Sertakan diri mereka, pikat mereka,puaskan keingintahuan

mereka. Buatlah mereka tertarik atau penasaran tentang materi yang akan diajarkan. 2.Alami (A)

:

Berikan

mereka

pengalaman

“kebutuhan untuk mengetahui”. commit to user

belajar,

tumbuhkan

67 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

: Berikan “data” tepat saat minat memuncak dengan

3.Namai (N)

mengenalkan konsep-konsep pokok dari materi pelajaran. 4.Demontrasi (D)

: Berikan kesempatan bagi mereka untuk mengaitkan

pengalaman dengan data atau keterangan baru, sehingga mereka menghayati dan membuatnya sebagai pengalaman pribadi. 5.Ulangi (U)

: Rekatkan gambaran keseluruhannya. Ini dapat dilakukan

melalui pertanyaan, post test, atau penugasan maupun membuat ikhtisar hasil belajar. 6.Rayakan (R)

: Ingat, jika layak dipelajari maka layak pula dirayakan!

Perayaan menambahkan belajar dengan asosiasi positif. h. TANDUR sebagai Metode dalam pembelajaran Membaca Puisi Keistimewaan pendekatan pembelajaran quantum adalah penerapan petunjuk teknis langkah-langkah pembelajaran yang dikenal dengan Tanamkan, Alami, Namai, Demontrasi, Ulangi, dan Rayakan. Petunjuk teknis ini disingkat dengan metode TANDUR. 1) Penerapan metode T (Tanamkan) Konsep tumbuhkan merupakan konsep operasional dari prinsip “Bawalah dunia mereka ke dunia kita”. Melalui usaha penyertaan siswa dalam pikiran dan emosi, mereka dapat menciptakan jalinan dan kepemilikan bersama atau kemampuan saling memahami. Penyertaan akan memanfaatkan pengalaman mereka untuk menstimulus tanggapan “Oke, materi ini menarik dan bermakna”, selanjutnya akan mendapatkan komitmen untuk menjelajah dengan belajar bersama. Menyertakan pertanyaan, pantomim, lakon pendek dan lucu, drama, video, dan cerita. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa agar seseorang mengikuti keinginan kita maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah dengan menarik perhatian orang lain. Dalam pembelajaran terutama saat apersepsi untuk menarik minat siswa adalah dengan memfokuskan perhatian siswa. Tidak harus dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan dari materi sebelumnya, namun dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, commit to user

68 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

misalnya: penyajian gambar atau media yang menarik, penyajian peta konsep, puisi, cerita menarik atau lucu, dan sebagainya. Andayani (2008: 74) mengungkapkan bahwa penerapan konsep tumbuhkan khususnya dalam pembelajaran apresiasi sastra dapat pula dilakukan dengan berbagai aktivitas, seperti: tepuk tangan, menyanyi, dan bermain. Ditambahkan juga bahwa aktivitas murid pada saat bernyanyi bersama-sama

sambil

bertepuk

tangan,

dapat

digunakan

untuk

menumbuhkan minat murid ketika memulai proses kegiatan awal pembelajaran. Selain itu, kegiatan bermain juga dapat menumbuhkan minat dan kesenangan siswa terhadap sesuatu. Namun pemilihan jenis pemainan dan lagu yang akan dinyanyikan juga harus disesuaikan dengan manfaat atau tema yang akan diajarkan. Garis besar dari tujuan konsep “tumbuhkan” adalah memberi kebermaknaan yang cepat dan mudah dipahami siswa. 2) Penerapan metode A (Alami) Unsur ini memberi pengalaman kepada siswa dan manfaatnya dapat meningkatkan hasrat alami untuk menjelajah. Pengalaman membuat seseorang dapat mengajar “melalui pintu belakang” untuk memanfaatkan pengetahuan dan keingintahuan mereka. Tahap ini dapat menggunakan permainan, simulasi, dan sebagainya. Perankan unsur-unsur pelajaran baru dalam bentuk sandiwara. Beri mereka tugas individu atau kelompok dan kegiatan yang mengaktifkan pengetahuan yang sudah mereka miliki. Konsep alami merupakan suatu konsep murid mulai memasukkan proses belajar dalam pembelajaran. Pada konsep ini dapat dilakukan berbagai aktivitas, misalnya: murid mulai mencari dan menemukan bacaan yang akan dibicarakan, murid berkelompok membicarakan cerita yang dibaca, dan murid menyimak secara bersama-sama suatu cerita. Andayani (2008: 75) mengungkapkan bahwa pada tahap ini pembelajaran akan terkesan biasa atau tidak mencapai tujuan jika tidak didesaindengan baik. Sugiyanto (2009: 87) mengungkapkan bahwa pengalaman dapat commitsebagaimana to user menciptakan ikatan emosional yang kita ketahui bahwa

69 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

pengalaman akan menciptakan peluang untuk pemberian makna (penamaan). Dia mengungkapkan bahwa dalam konsep ini saat murid mempelajari sesuatu dalam kenyataan nyata. Siswa telah memiliki pemahaman awal yang telah berkaitan dengan konsep materi yang akan dipelajari. Saat pengalaman terkait, siswa dapat mengumpulkan informasi yang dapat membantunya untuk memaknai pengalaman tersebut sehingga informasi yang mulanya abstrak menjadi konkret. Dengan demikian, maka seorang siswa tidak hanya sekedar mendapatkan informasi tetapi melalui pengalaman yang telah diperoleh dapat membuat siswa benar-benar mendapatkan pengetahuan yang berarti. 3) Penerapan metode N (Namai) Penamaan memuaskan hasrat alami otak untuk memberikan identitas, menguatkan dan mendefinisikan. Penamaan dibangun di atas pengetahuan dan keingintahuan siswa saat itu. Penamaan merupakan sarana untuk mengajarkan konsep, keterampilan berpikir, dan strategi belajar. Dapat menggunakan media visual seperti susunan gambar, warna, alat bantu, kertas tulis, poster di dinding,dan sebagainya. Bobbi DePorter dkk (2003: 91) mengungkapkan bahwa konsep namai dapat memuaskan otak siswa yaitu dengan membuat siswa penasaran, penuh pertanyaan mengenai pengalaman mereka. Konsep ini dimulai dengan pengalaman siswa dan dari pengalaman dan informasi yang saling terkait siswa diarahkan untuk dapat menamainya sehingga pengalaman siswa tersebut akan lebih berarti. Selaras dengan pendapat di atas, Andayani (2008: 76) juga mengungkapkan bahwa konsep namai merupakan salah satu prosedur yang sangat penting. Hal ini dikarenakan pada konsep ini murid berkesempatan untuk mengaktualisasikan dirinya. Pengenalan murid terhadap konsep ini dalam keseluruhan proses belajar berada dalam tataran berpikir. commit to user

70 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

4) Penerapan metode D (Demonstrasi) Memberi siswa peluang untuk menerjemahkan dan menerapkan pengetahuan mereka ke dalam pembelajaran yang lain yaitu dalam permasalahan yang lebih riil sekaligus memberikan kesempatan kepada mereka untuk menunjukkan tingkat pemahaman dan penguasaan mereka terhadap materi yang telah dipelajari. Menggunakan sandiwara, video, permainan, rap, lagu, penjabaran dalam grafik. Setelah mengaitkan pengalaman dan nama, kemudian siswa diminta untuk menunjukkan atau mempraktekkannya, tahap yang demikian merupakan konsep demonstrasi. Konsep ini memberikan kesempatan siswa untuk mendemonstrasikan apa yang telah dipelajari dengan mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman dalam memori siswa. Aktivitas dalam konsep demonstrasi berwujud aktivitas gerak. Aktivitas ini dilakukan melalui praktik atau latihan. Praktik yang dilatihkan dalam konsep demonstrasi dapat berupa praktik membaca, berbicara, dan menulis. Praktik membaca misalnya membaca cerita di depan kelas, membaca puisi, dan membaca dialog. Praktik berbicara dapat berbentuk

diskusi

membahas

puisi,

cerita,

dan

drama

yang

didemonstrasikan. Praktik menulis dapat dilakukan dengan pemberian contoh menciptakan karangan oleh guru, atau seorang murid. Konsep demonstrasi dapat dilakukan secara berulang-ulang, Andayani (2008: 77). 5) Penerapan metode U (Ulangi) Pengulangan memperkuat koneksi saraf dan menumbuhkan rasa “aku tahu bahwa aku tahu ini”! jadi pengulangan hendaknya dilakukan secara multimodalis dan multikecerdasan, lebih baik lagi dalam konteks yang berbeda dengan adanya (permainan, pertunjukkan, drama, dan sebagainya). Tahap ini dapat membuat isian aku tahu bahwa aku tahu, ini merupakan kesempatan bagi siswa untuk mengajarkan pengetahuan baru mereka kepada orang lain (kelompok lain) menirukan orang-orang seperti to user isi, kesimpulan, bisa juga guru atau tokoh idola,commit pendahuluan,

71 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

menggemakan motto hidup tertentu yang bermakna, dan siswa diminta untuk mengulangnya secara serentak. Selain itu, untuk menunjukkan penguasaan atau pemahaman materi dapat juga dilakukan melalui pertanyaan-pertanyaan post test. Seperti yang telah dikemukakan bahwa aktivitas gerak dapat menjadikan murid memiliki keterampilan yang sempurna, khususnya dalam berbahasa. Syaratnya adalah pendemonstrasian dalam latihan keterampilan

berbahasa

yang

dilakukan

secara

berulang-ulang.

Pengulangan-pengulangan tersebut dapat dilakukan secara lisan maupun tulis yang disertai gerakan fisik. Hal ini lebih bermakna jika dalam aktivitas disertai balikkan atau tanggapan baik dari siswa maupun guru. Dari balikkan tersebut diharapkan siswa dapat memperoleh keterampilan berbahasa atau kemampuan psikomotorik yang lebih baik dibanding sebelum dilaksanakan pembelajaran. 6) Penerapan metode R (Rayakan) Jika layak dipelajari, maka layak dirayakan! Perayaan merupakan suatu bentuk rasa untuk menghomati ketekunan, usaha, dan kesuksesan, yang pada akhirnya dapat memberikan kepuasan dan kegembiraan. Kondisi akhir pembelajaran yang menyenangkan dapat membuat siswa bergairah untuk belajar lebih lanjut. Perayaan dapat dilakukan dengan pemberian pujian, bernyanyi bersama, pameran, pesta kelas. Andayani (2008: 77) berpendapat bahwa konsep “rayakan” dalam penerapan TANDUR melahirkan aspek sikap. Hal ini karena konsep rayakan tersebut murid diberi respon-respon khusus dari guru maupun murid-murid lain di kelas secara serentak. Respon tersebut dapat berupa tepuk tangan, gerakan toss yang diberikan guru kepada murid, dan memberikan seruan dengan kata-kata serentak disertai gerakan dua tangan diangkat di atas, dan sebagainya. Selaras dengan pendapat di atas Sugiyanto (2009: 93) juga mengemukakan bahwa konsep “rayakan” yang dilakukan dengan commit to userpujian, dan sebagainya dapat pemberian tepuk tangan, hadiah,

72 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

memperkuat kesuksesan dan memberi motivasi siswa. Penerapan konsep rayakan

juga

dapat

memberikan

penguatan

pada

siswa

dalam

pembelajaran. Bobbi DePorter dkk (2003: 93) juga mengungkapkan bahwa untuk memperkuat kesuksesan dan memotivasi maka anda harus mencobanya berulang-ulang dan siswa membutuhkan penguatan prinsip yang sama dalam belajar. Hal ini dikarenakan prinsip “rayakan” merupakan suatu bentuk pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi, dan pemerolehan keterampilan dan ilmu pengetahuan. Lebih lanjut dikemukakan bahwa respon dalam pendekatan pembelajaran quantum melibatkan seluruh peserta pembelajaran. Seluruh murid terlibat secara fisik, psikis, dan verbal. Predisposisi untuk tindakan positif yang dapat tumbuh dalam pembelajaran apresiasi sastra ini adalah sikap yang berbentuk: rasa senang menikmati, menghayati, menghargai karya sastra, dan sekaligus menyenangi pembelajaran membaca sastra khusunya puisi. B. Penelitian yang Relevan Anita Kusuma (2009) dalam penelitiannya, yang berjudul “Mengatasi Kesulitan Membaca Puisi Dengan Metode Variasi Dan Pemodelan Melalui VCD Pada Siswa Semester I Kelas X SMK Texmaco Karawang Tahun Pelajaran 2008/2009” menyimpulkan bahwa kondisi siswa mengalami peningkatan dalam membaca puisi dari hasil evaluasi akhir 80% siswa dapat dinyatakan tuntas secara individu dalam pembelajaran membaca puisi. Dalam mengajarkan membaca puisi menggunakan: (1) membaca nyaring tunggal, (2) membaca nyaring bersama, (3) membaca nyaring dengan musik atau tepukan sangat diperlukan agar siswa tidak merasa bosan, (4) metode Pemodelan melalui VCD. Selain itu, sebaiknya didukung dengan pemilihan materi yang tepat sesuai sehingga siswa akan senantiasa tertarik dan pada gilirannya akan senang membaca puisi. Teti Rostikawati (2005) dalam penelitiannya yang berjudul “Mind Mapping dalam Metode Pendekatan Quantum Pengaruhnya Terhadap Prestasi Belajar dan Kreativitas Siswa”, menyimpulkan bahwa metode pembelajaran to user adalah suatu cara atau jalan yang commit harus dilalui dalam proses belajar, pembelajaran

perpustakaan.uns.ac.id

73 digilib.uns.ac.id

memiliki dua unsur penting yakni guru dan siswa. Bagi siswa metode pembelajaran sangat penting dalam menentukan prestasi dan pengembangan potensi pribadi. Guru memiliki peranan penting dalam menerapkan metode pembelajaran di kelas untuk mencapai tujuan belajar yang diinginkan. Pendekatanquantum sebagai salah satu metode belajar yang dapat memadukan berbagai sugesti positif dan interaksinya dengan lingkungan yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa. Lingkungan belajar yang menyenangkan dapat menimbulkan motivasi pada diri seseorang sehingga secara langsung dapat mempengaruhi proses belajar siswa. Metode pembelajaran quantummelalui teknik peta pikiran (mind mapping) memiliki manfaat yang sangat besar untuk meningkatkan potensi akademik (prestasi belajar) siswa. Herman Waluyo, Budhi Setiawan, dan Handoko (2007) dalam penelitian yang berjudul “Pengembangan Pendekatan Keterpaduan Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dengan Pendekatan Quantum Learning (Berbahasa dan Bersastra dalam suasana Orkestra di SMP Daerah Surakarta)” menyimpulkan bahwa berdasarkan hasil uji coba empirik penggunaan pendekatan Quantum Learning dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMP Daerah Surakarta dapat menciptakan keaktifan dan partisipasi siswa yang tinggi dan signifikan pula. Selain itu, pendekatan pembelajaran ini juga dapat memotivasi siswa khususnya dalam belajar sastra dengan rasa senang, tidak membosankan, dan mempunyai kesempatan untuk menggunakan bahasa Indonesia secara nyata dengan mengakrabi karya sastra. Berdasarkan uji statistik lebih dari itu penggunaan pendekatan ini juga diterima oleh stakeholder di kota Surakarta. Alasan peneliti memilih ketiga penelitian tersebut sebagai penelitian yang relevan karena ketiga penelitian ini memiliki keterkaitan dengan penelitian yang peneliti lakukan. Keterkaitan tersebut terdapat pada pendekatan pembelajaran dan keterampilan berbahasa yang ditingkatkan melalui pendekatan pembelajaran tersebut. Keterkaitan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sukisno terdapat pada pendekatan pembelajaran yang digunakan, yakni pendekatan pembelajaran quantum. Pada penelitian yang dilakukan oleh Teti Rostikawati pendekatan commit to user

74 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

pembelajaran quantum juga terbukti dapat meningkatkan prestasi (hasil) belajar dan kreativitas siswa. Herman Waluyo, Budhi Setiawan, dan Handoko mengembangkan pendekatan Quantum Learning dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMP dan hasilnya pun pendekatan ini dapat meningkatkan keaktifan dan motivasi siswa saat mengikuti pembelajaran bahasa dan sastra (yang mana puisi juga termasuk bagian dari sastra). Berdasarkan alasan tersebut maka peneliti menerapkan pendekatan pembelajaran quantum dalam pembelajaran membaca indah puisi. C. Kerangka Berpikir Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia khususnya pada pembelajaran membaca puisi di SMP belum berlangsung seperti yang diharapkan. Guru cenderung menggunakan teknik pembelajaran yang bercorak teoretis dan hafalan sehingga kegiatan pembelajaran berlangsung kaku,monoton, dan membosankan. Guru sering meminta siswa untuk praktek membaca puisi di depan kelas. Pada umumnya siswa malu, tidak percaya diri, bosan dan malas ketika membaca indah puisi. Selain itu, cara membaca siswa juga kurang baik, suara kurang jelas, kurang lancar, mimik kurang menghayati, intonasi dan penampilan sangat kurang sertakinesik yang dilakukan juga masih kurang variatif. Oleh karena itu, diperlukan perbaikan yang dapat mendorong seluruh siswa untuk mampu membaca indah puisi dengan menggunakan irama, volume suara, mimik, dan kinesik yang sesuai dengan isi puisi. Pembelajaran akan lebih optimal

jika pendekatan atau metode yang

digunakan tepat. Melalui pendekatan pembelajaran quantum dengan petujuk teknis metode TANDUR diharapkan siswa akan berani membaca puisi dengan menggunakan irama, volume suara, mimik, dan kinesik yang sesuai dengan isi puisi. Guru dapat menggubah suasana kelas menjadi lebih menarik bagi siswa. Keunggulan lain yaitu membangkitkan rasa kebersamaan baik antara siswa dan guru maupun siswa dan siswa lainnya, meningkatkan daya ingat dan dengar siswa. Dengan demikian kualitas proses dan hasil pembelajaran kemampuan commit to user membaca indah puisi dapat meningkat.

75 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Untuk lebih jelasnya, kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2 berikut ini.

Kondisi awal pembelajaran membaca puisi di SMP Negeri 1 Jaten

Siswa malu, takut, tidak percaya diri, dan bosan karena monoton.

Siswa yang aktif saja yang mau membaca indah puisi, yang lain membaca puisi dengan seadanya (semaunya)

Guru belum menemukan metode pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran membaca puisi

Model Pembelajaran Quantum Learninr Metode TANDUR (Tanamkan, Alami, Namai, Demonstrasi, Ulangi, dan Rayakan)

Siswa berani membaca indah puisi di depan kelas

Siswa mau menghayati puisi yang dibacanya, bukan hanya siswa tertentu saja

Prestasi kemampuan membaca indah puisi lebih tinggi

Kemampuan membaca puisi siswa meningkat

Gambar 2. Bagan Kerangka Berpikir D. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teoretik dan kerangka berpikir di atas dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut : 1. Pendekatan pembelajaran quantum dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran kemampuan membaca indah puisi pada siswa kelas VII B SMP Negeri I Jaten Karanganyar. 2. Pendekatan pembelajaran quantum dapat meningkatkan kualitas hasil pembelajaran kemampuan membaca indah puisi pada siswa kelas VII B commit to user SMP Negeri I Jaten Karanganyar.

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri I Jaten yang beralamat di sebelah barat Dukuh Jaten, Kecamatan Jaten-Kabupaten Karanganyar. Pemilihan sekolah ini didasarkan beberap aalasan. Pertama, peneliti telah melaksanakan Program

Pengalaman

Lapangan (PPL). Dengan berbekal

pengalaman selama PPL itu, peneliti sedikit banyak sudah mengenal keadaan lingkungan fisik, administrasi, akademik, dan sosial psikologis siswa. Kedua, sekolah tersebut belum pernah menjadi objek penelitian yang sejenis, sehingga terhindar dari kemungkinan penelitian ulang. Ketiga, kemampuan membaca siswa kelas VII, khususnya membaca puisi masih rendah. Tindakan penelitian ini dilakukan di kelas VII B. Hal tersebut didasarkan pada hasil survei awal bahwa permasalahan di dalam pembelajaran membaca puisi terjadi di kelas VII B. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini direncanakan selama enam bulan, yaitu mulai Desember 2010 sampai dengan Mei 2011. Pelaksanaan pembelajaran membaca puisi diselenggarakan pada pertengahan semester II. Adapun rincian waktu dan jenis kegiatan penelitian dapat dilihat pada Tabel 4 berikut.

commit to user

76

77 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Tabel 4. Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian

No

Waktu

Desember 1 2

Januari

3 4 1 2 3 4

Februari

Maret

1 2 3 4 1 2 3

April 4 1 2 3 4

Mei 1 2 3

4

x x x

x

x x x

x

Kegiatan 1.

Persiapan survei

x x x x x x

awal sampai penyusunan proposal 2

Menentukan

x x x x

informan, menyiapkan peralatan dan instrumen 3

Pelaksanaan Pembelajaran 1. Siklus I

x x x

2. Siklus II

x x x x x

3. Siklus III 4

Penyusunan

x x x x

Laporan

B. Subjek dan ObjekPenelitian Subjek penelitian ini adalah para siswa kelas VII B SMP Negeri I Jaten tahun ajaran 2010/2011. Siswa kelas VII B berjumlah 31siswa, yang terdiri atas 15 siswa perempuan dan 16 siswa laki-laki. Dengan demikian, kelasVII B ditetapkan sebagai setting kelas. Sementara itu, guru bahasa Indonesia yang dijadikan subjek penelitian ini adalah Ibu Katrin Kusala, S. Pd. Adapun objek penelitian ini adalah pembelajaran kemampuan membaca puisi di kelasVII B SMP Negeri I Jaten.

commit to user

78 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

C. Bentuk dan StrategiPenelitian Penelitian ini berbentuk penelitian tindakan kelas (PTK) yaitu penelitian kolaboratif antara peneliti, guru, dan siswa maupun staf sekolah lain untuk menciptakan kinerja sekolah yang lebih baik. Menurut Suharsimi Arikunto (dalam Suharsimi Arikunto, dkk., 2008: 3), penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah kegiatan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi di dalam sebuah kelas secara bersama. Maksud kelas tersebut bukan hanya dalam ruangan, namun lebih pada kelompok yang sedang belajar. Sarwiji Suwandi (2009: 10-11) menyatakan bahwa PTK merupakan penelitian yang bersifat reflektif. Kegiatan penelitian berangkat dari permasalahan riil yang dihadapi guru dalam proses belajar-mengajar (PBM), kemudian direfleksikan. Alternatif pemecahan masalah dan ditindaklanjuti dengan tindakantindakan nyata (action) yang dilakukan oleh guru (bersama pihak lain) untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi dalam PBM. Tindakan itu harus direncanakan dengan baik dan dapat diukur tingkat keberhasilannya. Jika ternyata tindakan tersebut belum dapat menyelesaikan masalah yang ada, maka perlu dilakukan penelitian siklus berikutnya untuk mencoba tindakan lain (alternatif pemecahan yang lain sampai permasalahan tersebut dapat diatasi). PTK memiliki ciri khusus yang membedakan dengan jenis penelitian lain. Suhadjono (dalam Suharsimi Arikunto, dkk., 2008: 62) menjelaskan ada beberapa karakteristik PTK, antara lain: (1) adanya tindakan yang nyata yang dilakukan dalam situasi alami dan ditujukan untuk menyelesaikan masalah, (2) PTK berfokus pada masalah praktis bukan problem teoretis atau bersifat bebas konteks, (3) dimulai dari permasalahan sederhana, nyata, jelas, dan tajam mengenai hal-hal yang terjadi di dalam kelas, (4) adanya kolaborasi antara praktisi (guru, siswa, dan lain-lain) dan peneliti, dan (5) menambah wawasan keilmiahan dan keilmuwan. Sejalan dengan itu, Supardi (dalam Suharsimi Arikunto, dkk., 2008: 110) juga mengungkapkan ada tiga karakteristik penelitian tindakan kelas, yaitu: (1) inkuiri reflektif; (2) kolaboratif; dan (3) reflektif. commit to user

79 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan kualitas proses dan hasil pembelajaran kemampuan membaca puisi pada siswa kelas VII B SMP Negeri I Jaten tahun ajaran 2010/2011 dengan menerapkan pendekatan pembelajaran quantum metode TANDUR. Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Strategi ini bertujuan untuk menggambarkan serta menjelaskan kenyataan di lapangan. Kenyataan yang dimaksud adalah proses pembelajaran membaca puisi sebelum dan sesudah diberi tindakan berupa penerapan pendekatan quantum metode TANDUR. D. Data dan Sumber Data Data penelitian yang dikumpulkan berupa informasi tentang proses pembelajaran membaca, kemampuan siswa dalam membaca puisi, keaktifan siswa dalam pembelajaran membaca puisi, serta kemampuan guru melaksanakan pembelajaran membaca puisi di kelas. Data penilaian itu dikumpulkan dari berbagai sumber yang meliputi: 1. Tempat dan peristiwa berlangsungnya proses belajar mengajar kemampuan membaca puisi. 2. Informan atau nara sumber, yaitu guru Bahasa Indonesia dan siswa kelas VII B yang berjumlah 31 siswa. 3. Dokumen dari hasil rekaman dan catatan ujaran pembicaraan guru dan murid dalam proses pembelajaran membaca puisi, serta rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang dibuat guru dan peneliti, catatan wawancara serta hasil angket yang diisi oleh siswa.

E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Observasi/Pengamatan Teknik ini digunakan untuk mengamati kegiatan pembelajaran yang berlangsung di kelas, baik kegiatan pembelajaran yang dilakukan seperti biasa user (tradisional) maupun dengancommit metodeto TANDUR. Dengan demikian, tujuan

80 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

observasi ini adalah untuk mengamati perkembangan pembelajaran yang dilakukan siswa dan guru sejak sebelum pelaksanaan tindakan, pada saat pelaksanaan tindakan sampai akhir tindakan. Dalam observasi ini, peneliti sebagai partisipasi pasif. Pengamatan itu dilakukan terhadap guru ketika melaksanakan kegiatan belajar-mengajar di kelas maupun kinerja siswa selama proses belajar-mengajar berlangsung. Peneliti tidak melakukan tindakan yang dapat memengaruhi peristiwa yang sedang berlangsung. Peneliti hanya bertindak sebagai partisipan yang mengamati jalannya pembelajaran di kelas yang dipimpin oleh guru. Peneliti mengambil posisi tempat duduk paling belakang, mengamati jalannya proses pembelajaran sambil mencatat segala sesuatu yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung. Dengan demikian, peneliti dapat mengamati seluruh peristiwa yang terjadi di dalam kelas. Pengamatan difokuskan pada kegiatan guru dalam melaksanakan pembelajaran membaca puisi dengan menggunakan metode TANDUR. Pengamatan terhadap kinerja guru juga diarahkan pada kegiatan guru dalam membuka dan menutup pelajaran, menjelaskan pelajaran, mengajukan pertanyaan dan menanggapi jawaban siswa, mengelola kelas, dan memancing keaktifan siswa dalam pembelajaran. Selanjutnya, pengamatan terhadap siswa difokuskan pada tingkat partisipasi siswa dalam mengikuti pelajaran, seperti terlihat pada keaktifan siswa dalam pembelajaran, perhatian dan konsentrasi siswa terhadap pembelajaran membaca puisi dengan pendekatan pembelajaran quantum metode TANDURdan sebagainya. Hasil

pengamatan

peneliti

didiskusikan

dengan

guru

yang

bersangkutan kemudian dianalisis untuk mengetahui kelemahan-kelemahan yang ada dan mencari solusinya. Solusi dari hasil diskusi tersebut kemudian diterapkan dalam siklus selanjutnya. 2. WawancaraMendalam (in deptinterview) Wawancara dilakukan kepada guru bahasa Indonesia kelas VII B dan beberapa siswa kelas VII B. Wawancara dengan guru dilaksanakan sebelum commitpembelajaran to user dan selama melakukan pengamatan membaca. Dari wawancara

81 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

itu dan kegiatan pengamatan serta kajian dokuman yang telah dilakukan, diidentifikasi permasalahan-permasalahan yang ada berkenaan dengan pembelajaran membaca dan faktor-faktor penyebabnya. Selain untuk mengidentifikasi permasalahan, wawancara dilakukan setelah dan atas dasar hasil pengamatan di kelas maupun kajian dokumen dalam setiap siklus yang ada. Pada setiap akhir wawancara dan diskusi dengan guru, akan disepakati hal-hal yang perlu dilakukan pada siklus berikutnya. 3. Kajian dokumen Kajian juga dilakukan terhadap berbagai dokumen atau arsip yang ada, seperti rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang dibuat guru, buku atau materi pelajaran, dan nilai siswa. 4. Angket Angket yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua jenis, yaitu angket pratindakan dan pascatindakan. Angket pratindakan digunakan untuk mengetahui masalah pembelajaran membaca puisi yang dialami siswa sedangkan angket pascatindakan digunakan untuk mengetahui pendapat siswa siswa tentang pembelajaran membaca puisi.

F. TeknikValiditas Data Untuk mengkaji validitas data, digunakan teknik triangulasi. Teknik triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber data dan triangulasi metode. Triangulasi sumber atau data adalah mengumpulkan data yang sama atau sejenis yang digali dari berbagai sumber yang berbeda. Triangulasi metode digunakan untuk mengumpulkan data dari hasil observasi dan wawancara. Data yang merupakan dokumen akan lebih mantap kebenarannya apabila didukung dengan tindakan observasi dan wawancara dengan informan sebagai sumber lain. Dengan demikian, triangulasi data mengarahkan peneliti agar dalam mengumpulkan data, wajib menggunakan beragam sumber data yang tersedia. Misalnya, membandingkan nilai siswa dari survai awal sampai akhir atau dengan commit to user indikator. Selain itu, juga digunakan review informan. Teknik ini digunakan untuk

82 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

menanyakan kembali kepada informan dan kevalidan data yang diperoleh dari hasil wawancara.

G. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskripsi komparatif (statistik deskriptif komparatif) dan analisis interaktif. Teknik analisis deskripsi komparatif mencakup analisis kritis terhadap kelemahan dan kelebihan kinerja siswa dan guru dalam proses belajar-mengajar yang terjadi di dalam kelas selama penelitian berlangsung, membandingkan nilai antarsiklus maupun indikator kinerja. Hasil analisis tersebut kemudian dijadikan dasar untuk menyusun tindakan selanjutnya sesuai dengan siklus yang ada. Analisis data dilakukan bersama antara guru dan peneliti. Dalam pendekatananalisis ini, peneliti akan mencoba untuk mengatasi kekurangan atau kelemahan yang terjadi akibat tindakan yang dilakukan. Hal ini dilakukan agar menemukan cara atau strategi yang tepat untuk rencana pelaksanaan tindakan yang berikutnya. Analisis ini bertujuan untuk memperbaiki siklus yang sebelumnya agar dapat diperoleh pencapaian indikator yang telah direncanakan. Adapun perbaikan siklus disusun berdasarkan hasil reflleksi dari siklus sebelumnya. Analisis pendekatan interaktif merupakan interaksi dari empat komponen, yaitu: pengumpulan data, penyajian data, reduksi data, dan penarikan kesimpulan (ferifikasi). Pada saat melakukan tahap pengumpulan data, peneliti sudah melakukan reduksi dan display data sekaligus sesuai kemunculan data yang diperlukan. Proses analisis tersebut dapat dilihatpada gambar 3.

commit to user

83 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Pengumpulan Data Reduksi Data

Display Data

PenarikanKesimpulan

Gambar 3. Pendekatan Analisis Interaktif (Miles dan Huberman, dalam H.B.Sutopo, 2006: 120)

H. Indikator Ketercapaian Tujuan Indikator yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah meningkatnya kualitas proses dan hasil belajar dalam pembelajaran membaca puisi. Enco Mulyasa (2006: 101-102) berpendapat bahwa kualitas pembelajaran dapat dilihat dari segi

proses dan segi hasil. Proses pembelajaran dikatakan berhasil jika

seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%) peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik, mental, sosial selama proses pembelajaran. Selain itu, siswa juga menunjukkan kegairahan dan semangat yang tinggi terhadap pembelajaran. Dilihat dari segi hasil pembelajaran dikatakan berhasil jika seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagaian besar (75%) siswa mengalami perubahan positif dan output yang bermutu tinggi serta mendapat ketuntasan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Berdasarkan hal tersebut maka indikator dalam penelitian ini dirumuskan seperti pada Tabel berikut.

commit to user

84 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Tabel 5. Indikator Ketercapaian Belajar Siswa Aspek yang Diukur Keaktifan siswa selama apersepsi

Keaktifan dan perhatian siswa saat mengikuti pelajaran

Minat dan motivasi siswa saat mengikuti kegiatan pembelajaran

Kemampuan siswa dalam membaca puisi (nilai 74)

Persentase Pencapaian pada Siklus Akhir 75%

75%

75%

75%

commit to user

Cara Mengukur Diamati saat guru memberikan apersepsi kepada siswa dengan menggunakan lembar observasi oleh peneliti dan dihitung dari jumlah siswa yang menampakkan keaktifan yang ditandai dengan kemauan merespon stimulus yang diberikan guru saat apersepsi. Diamati saat pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi oleh peneliti dan dihitung dari jumlah siswa yang menunjukkan keaktifan bertanya, menjawab, serta menanggapi, mengerjakan tugas dan memperhatikan materi yang disampaikan guru (tidak berbicara dengan teman serta tidak sibuk beraktivitas sendiri). Diamati saat pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi oleh peneliti dan dihitung dari jumlah siswa memperlihatkan kesungguhan, antusias, dan bersemangat. Dihitung dari jumlah siswa yang memperoleh nilai 74 dalam membacai ndah puisi. Siswa yang mendapat nilai 74 dinyatakan telah mencapai ketuntasan belajar.

85 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

I. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian adalah rangkaian tahapan penelitian dari awal hingga akhir. Prosedur dalam PTK meliputi: persiapan, studi/survei awal, pelaksanaan siklus, dan penyusunan laporan. Pelaksanaan siklus meliputi kegiatan sebagai berikut: (1) perencanaan tindakan; (2) pelaksanaan tindakan; (3) observasi dan interpretasi; dan (4) analisis dan refleksi. Secara ringkas, tahapan penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4 berikut ini Permasalahan

Siklus I

Permasalahan Baru Hasil Refleksi

Perencanaan Tindakan I

PelaksanaanTindakan I

Refleksi I

Pengamatan/Pengumpulan Data

Perencanaan Tindakan II

Refleksi II

Siklus II

Apabila Permasalahan Belum Terselesaikan

PelaksanaanTindakan II

Pengamatan/Pengumpulan Data

Dilanjutkan ke Siklus Berikutnya

Gambar 4. Siklus Penelitian Tindakan Kelas (Suharsimi Arikunto, Suhardjono, dan Supardi, 2008) Keterangan : 1. Tahap Persiapan Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah: a. Mengidentifikasi masalah pembelajaran membaca puisi yang terdapat di commit to user SMP Negeri I Jaten. Adapun langkah yang ditempuh, yaitu melakukan

86 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

wawancara dengan siswa dan guru. Peneliti juga mengadakan diskusi dengan guru untuk mengetahui sejauh mana permasalahan yang dihadapi serta angket yang disebar pada siswa. Kemudian hasilnya diuji kebenarannya dengan melakukan observasi pembelajaran membaca puisi yang dilaksanakan guru; b. Menganalisis masalah secara mendalam dengan mengacu teori yang relevan; menetapkan solusi atas permasalahan tersebut yaitu menerapkan pendekatan pembelajaran quantum dengan metode TANDUR dan menyusun tindakan untuk siklus pertama, kedua, dan ketiga; c. Menyusun jadwal penelitian dan rancangan kegiatan penelitian; dan d. Menyiapkan berbagai sarana pendukung kelancaran proses belajar mengajar dan menyiapkan pedoman observasi guru dan siswa yang diisi selama penelitian. 2. Tahap Aplikasi Tindakan Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang akan dilaksanakan dalam siklus-siklus. Setiap siklus dalam penelitian ini mencakup 4 kegiatan, yaitu: (1) perencanaan tindakan (planning); (2) pelaksanaan tindakan (acting); (3) pengamatan (observing); dan (4) refleksi (reflecting) (dalam Suharsimi Arikunto, Suhardjono, dan Sapardi, 2008: 104). a. Rancangan Siklus I 1) Perencanaan Berdasarkan hasil identifikasi serta penetapan masalah dari kegiatan observasi survei awal, wawancara serta nilai siswa, dan hasil angket peneliti mengajukan alternatif pemecahan masalah dengan menerapkan pendekatan pembelajaran. Pada tahap ini, peneliti

dan guru menyusun

skenario pembelajaran

yang

menerapkan pendekatan pembelajaran quantum dengan metode TANDUR. Peneliti juga menyiapkan perangkat yang diperlukan selama pembelajaran dan perangkat yang diperlukan untuk observasi seperti lembar observasi, angket, dan dokumentasi. commit to user

87 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Skenario pembelajaran sebagai berikut. a) Guru memberikan apersepsi. Guru dan siswa bersama-sama menyanyikan sebuah lagu dan menonton video pembacaan puisi dalam sebuah lomba membaca puisi. Siswa bertanya jawab dengan guru mengenai pengalaman siswa dalam membaca puisi. b) Siswa menerima penjelasan dari guru bahwa setelah menonton video tersebut, siswa diminta berlatih memahami dan menandai teks puisi dengan anotasi. c) Siswa menerima penjelasan dari guru bahwa pengalamanpengalaman yang baru saja dilihatnya adalah sebuah pembacaan puisi dengan menggunakan irama, volume suara, mimik, dan kinesik. d) Guru memberi kesempatan siswa untuk mencoba membaca puisi di depan kelas. e) Guru meminta siswa memahami makna, tema, dan amanat yang terdapat dalam puisi dan menandai teks puisi dengan anotasi. f) Setelah itu, baru perwakilan siswa mendemonstrasikan kemampuannya dalam membaca puisi sesuai dengan apa yang dipahaminya, irama, volume suara, mimik, dan kinesik yang sesuai dengan isi puisi. g) Guru kembali memutarkan video tersebut, dan siswa mengamati kembali bagaimana cara membaca puisi yang lebih baik. h) Guru bertanya jawab pada siswa mengenai pembacaan puisi di video dan di depan kelas, apa yang harus diperhatikan dalam membaca indah puisi, menarikkah pembacaan puisi di video dan di depan kelas, dan sebagainya. i) Pembelajaran diakhiri dengan menyanyikan lagu lagi commit to user sambil bertepuk tangan.

88 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

j) Siswa mengerjakan evaluasi. k) Selama proses pembelajaran dari awal sampai akhir, guru melakukan penilaian dengan berkeliling. Guru mengisi penilaian dalam lembar observasi. l) Setelah selesai diskusi, guru melakukan refleksi atas pembelajaran diskusi siklus pertama ini. 2) Pelaksanaan Tahap ini dilakukan dengan melaksanakan skenario pembelajaran yang telah direncanakan. Dalam satu siklus, ada dua kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 40 menit. Tahap ini dilakukan bersamaan dengan observasi terhadap dampak tindakan. 3) Observasi dan Interpretasi Observasi dilakukan peneliti saat pembelajaran membaca indah puisi berlangsung. Observasi berupa kegiatan pemantauan, pencatatan, serta pendokumentasian segala kegiatan selama pelaksanaan pembelajaran.

Peneliti mengamati keaktifan siswa

selama apersepsi dan pembelajaran membaca indah puisi. Peneliti juga mengamati aktivitas guru selama pembelajaran. Adapun kegiatan guru adalah menilai kemampuan membaca puisi dengan mengisi rubrik penilaian yang telah disiapkan. Pada akhir tindakan, siswa diminta mengisi angket dan jurnal refleksi. Data yang diperoleh dari observasi kemudian diinterpretasi guna mengetahui kelebihan dan kekurangan dari tindakan yang dilakukan. 4) Analisis dan Refleksi Pada tahap ini, peneliti menganalisis data yang telah terkumpul dari hasil observasi kemudian menyajikannya pada guru pengampu. Dari hasil analisis berupa kelemahan-kelemahan dalam pembelajaran, peneliti dan guru berdiskusi untuk menentukan langkah-langkah perbaikan yang akan dilakukan pada siklus berikutnya. Dari tahapan inilah diketahui berhasil tidaknya to user tindakan yang telahcommit diberikan.

89 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

b. Rancangan Siklus II Dalam siklus II ini tahap yang dijalankan sama seperti yang dilakukan pada siklus I. Akan tetapi didahului dengan perencanaan ulang berdasarkan hasil yang telah diperoleh pada siklus I, sehingga kelemahan yang sudah terjadi tidak terjadi pada siklus II. Termasuk perwujudan tahap pelaksanaan, observasi dan interpretasi, serta analisis dan refleksi yang mengacu pada siklus sebelumnya. 3. Tahap Penyusunan Laporan Pada tahap ini, peneliti menyusun laporan berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Uraian mengenai hasil penelitian sebagai jawaban atas rumusan masalah yang telah dipaparkan dalam Bab I akan disajikan pada Bab IV. Namun sebelumnya, akan diuraikan terlebih dahulu mengenai kondisi awal (pratindakan) pembelajaran membaca puisi siswa kelas VIIB SMP Negeri 1 Jaten. Dengan demikian, pada bab ini akan dikemukakan mengenai: (1) kondisi awal proses pembelajaran membaca puisi siswa kelas VIIB SMP Negeri 1 Jaten; (2) pelaksanaan tindakan dan hasil penelitian; dan (3) pembahasan hasil penelitian. Penelitian tindakan dalam penelitian ini dilakukan sebanyak 3 siklus, masingmasing siklus terdiri atas 4 tahap. Tahapan tersebut meliputi: perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan interpretasi, serta analisis dan refleksi.

A. Deskripsi Kondisi Awal Survei pratindakan dilakukan untuk mengetahui keadaan nyata yang terjadi di lapangan sebelum peneliti melakukan proses penelitian. Dalam survei ini peneliti melakukan beberapa langkah, yakni: (1) mengamati proses pembelajaran membaca puisi di kelas VIIB (observasi); (2) menganalisis nilai membaca puisi siswa; dan (3) wawancara dengan guru dan siswa. Wawancara dengan guru dilaksanakan pada hari Rabu, 22 Desember 2010. Wawancara yang dilakukan peneliti dengan guru tersebut diketahui bahwa hasil pembelajaran membaca puisi pada siswa kelas VIIB SMP Negeri 1 Jaten kurang memuaskan. Menurut guru, hasil pembelajaran puisi kurang memuaskan karena kurangnya minat siswa terhadap pembelajaran membaca puisi, masih adanya perasaan malu pada diri siswa saat membaca puisi dan guru belum menemukan cara atau metode mengajar yang tepat untuk digunakan dalam materi pembelajaran sastra, termasuk puisi. Kurangnya minat siswa terhadap puisi juga diperkuat oleh hasil wawancara dengan siswa mengenai minat mereka terhadap pembelajaran puisi. Dari beberapa siswa yang diwawancarai, hanya dua siswa yang menyatakan suka commit to user (sepenuhnya) dengan pembelajaran puisi. Selain itu, pada umumnya mereka

90

91 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

mengungkapkan bahwa dalam pembelajaran puisi masih terdapat kesulitan. Sebagian besar siswa masih mengalami kesulitan terutama dalam membaca puisi. Pada umumnya mereka menyatakan masih kesulitan dalam memberikan anotasi dan irama pada teks puisi yang akan dibaca. Setelah

wawancara

dengan

guru,

peneliti

melakukan

observasi

pratindakan. Observasi ini dilakukan peneliti dengan melihat pembelajaran membaca puisi di kelas VIIB pada hari Selasa, 28 Desember 2010 pukul 10.00 – 11.20 WIB. Pada saat observasi awal, guru melaksanakan proses belajar-mengajar seperti biasa dan peneliti mengamati jalannya proses pembelajaran serta aktivitas siswa di dalam kelas. Segala kejadian yang terjadi pada saat survei awal peneliti amati dalam lembar observasi. Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai partisipan pasif dengan mengambil posisi di tempat duduk paling belakang. Hal ini dilakukan agar keberadaan peneliti tidak mengganggu jalannya proses pembelajaran. Adapun hasil observasi yang dilakukan peneliti menunjukkan keadaan saat pembelajaran membaca puisi di kelas VIIB sebagai berikut. 1. Siswa kurang antusias dalam pembelajaran membaca puisi Berdasarkan hasil survei awal terlihat bahwa pada saat kegiatan pembelajaran siswa cenderung masih pasif. Hanya sebagian siswa yang tampak memperhatikan penjelasan yang disampaikan guru, sedangkan sebagian lagi mereka kurang fokus dalam pembelajaran, seperti menopang dagu, berbicara dengan teman sebangku, serta sibuk beraktivitas sendiri. Berdasarkan hasil wawancara dan survei awal, kurangnya antusias siswa terhadap pembelajaran membaca puisi dikarenakan pembelajaran tersebut masih bersifat monoton. Hal ini terlihat dari penggunaan metode yang kurang variatif, kurangnya keterlibatan siswa pada saat kegiatan pembelajaran, dan belum adanya media yang digunakan saat pembelajaran membaca puisi. Pada saat survei awal, metode ceramah masih sangat mendominasi dalam pembelajaran membaca puisi. Penugasan yang diberikan guru juga terlihat kurang variatif karena setelah selesai memberikan materi tentang puisi dan meminta salah seorang siswa untuk maju dan membacakan puisi, guru commit user membaca puisi tanpa contoh kemudian menugaskan siswa lain tountuk

92 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

pembacaan puisi dengan menggunakan irama, volume suara, mimik, dan kinesik yang sesuai dengan isi puisi. Kemudian setelah semua siswa selesai membaca puisi di depan kelas guru menutup pelajaran. Oleh karenanya, pada saat survei awal ini guru juga terlihat belum memberikan diskusi mengenai kesulitan siswa dalam membaca puisi. Selain itu, pada saat survei awal siswa juga tampak kurang tertarik mengikuti

pembelajaran

puisi.

Mereka

terlihat

kurang

menikmati

pembelajaran. Bahkan, pada saat guru menyampaikan materi terlihat seorang siswa meletakkan kepalanya di atas meja sambil memainkan pensil, ada pula siswa yang menguap dan menggaruk-garuk kepalanya (seperti bosan). Kurangnya ketertarikan siswa terhadap materi puisi juga diperkuat dari hasil angket pratindakan yang telah diisi siswa. Berdasarkan angket pratindakan yang salah satunya menanyakan mengenai jenis materi sastra yang disenangi siswa sekitar 6 siswa

(19%) memilih puisi, sedangkan 25 siswa

(81%)

lainnya memilih karya sastra lain (seperti dongeng atau cerita rakyat dan drama). Ini berarti bahwa hanya sebagian kecil siswa saja yang ada di kelas tersebut yang menyukai puisi. 2. Siswa terlihat kurang aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran Berdasarkan hasil observasi dapat disimpulkan bahwa keaktifan siswa pada saat mengikuti kegiatan pembelajaran masih kurang. Hal ini dilihat dari keaktifan siswa untuk menanggapi pertanyaan guru. Pada saat guru mengadakan tanya jawab, sebagian besar siswa lebih banyak diam (tidak meresponss atau menjawab pertanyaan guru). Dalam proses pembelajaran keaktifan siswa juga belum terlihat. Misalnya, pada saat guru bertanya mengenai isi puisi yang telah dibacakan, tidak ada siswa yang menjawab sehingga guru yang mengungkapkan isi puisi tersebut dan siswa-siswa hanya mendengarkan apa yang dikatakan atau dijelaskan oleh guru. Selain itu, pada saat guru meminta siswa untuk membacakan puisi di depan kelas sebagian siswa tampak enggan dan kurang meresponss stimulus yang diberikan guru. commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

93 digilib.uns.ac.id

3. Guru belum menerapkan model pembelajaran yang tepat dalam mengajarkan materi membaca puisi Selama ini dalam mengajarkan puisi guru lebih banyak menggunakan metode ceramah. Pada awal kegiatan belajar-mengajar, siswa lebih banyak mendengarkan penjelasan guru yang berhubungan dengan puisi (secara teoretis). Ini dilakukan guru dengan cara mendektekan materi tersebut pada siswa dan kemudian menulisnya di papan tulis. Hal ini membuat siswa menjadi terlihat pasif karena hanya cenderung diam dan mendengarkan (meskipun ada beberapa siswa yang telah aktif, namun hanya sebagian kecil saja). Oleh karenanya, model pembelajaran seperti ini dirasa kurang sesuai jika digunakan karena kurang dapat mengoptimalkan kemampuan siswa, khususnya dalam pembelajaran membaca puisi. Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan guru bahwa adanya keterbatasan mengenai model pembelajaran sehingga dalam pembelajaran puisi selama ini guru belum menemukan model pembelajaran yang sesuai. Pada saat observasi awal tampak sebagian siswa masih mengalami kesulitan dalam membaca puisi. Pada saat siswa ditugaskan guru untuk membaca sebuah puisi sebagian siswa masih terlihat enggan untuk maju dan berani membacakan puisi tersebut di depan kelas. Sebagian besar siswa masih merasa malu untuk tampil di depan kelas, selain itu siswa kebingungan menemukan irama dan gerakan yang sesuai dengan isi puisi yang dibacanya. Dari wawancara dengan siswa tampak bahwa kesulitan tersebut dikarenakan guru belum menggunakan suatu media atau sarana yang mendukung yang dapat membantu menginspirasi atau mempermudah siswa dalam membaca puisi serta siswa masih kesulitan dalam memberikan volume suara dan ekspresi wajah yang cocok dengan puisi. Kurangnya kemampuan siswa dalam membaca puisi tampak dari nilai siswa. Berdasarkan hasil evaluasi guru yang dilakukan pada saat survei awal terlihat bahwa hanya sekitar 9 siswa (29,03%) yang telah mendapatkan nilai di atas batas ketuntasan ( 74), sedangkan sisanya masih mendapatkan nilai di to user puisi siswa tersebut diketahui bawah batas ketuntasan. Daricommit hasil pembacaan

94 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

bahwa kekurangan siswa dalam membaca puisi terletak pada pemakaian irama yang masih tidak sesuai (dibaca dengan irama datar seperti membaca teks nonsastra) dan kurangnya ekspresi siswa saat membaca puisi. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa hasil belajar siswa kelas VIIB dalam membaca puisi belum memuaskan. 4. Guru kurang dapat mengelola kelas pada saat mengajarkan materi membaca puisi Selama proses pembelajaran membaca puisi berlangsung, interaksi antara guru dan murid kurang dioptimalkan sehingga lebih sering hanya terjalin komunikasi satu arah. Selain itu, pada saat mengajar guru lebih banyak berdiri pada satu titik sehingga kurang dapat menjangkau siswa secara keseluruhan. Akibatnya, beberapa siswa yang tempat duduknya agak jauh dari jangkauan guru kurang fokus terhadap pelajaran dan melakukan aktivitas lain di luar pelajaran (seperti: berbicara dengan teman, melihat ke luar, memainkan pensil, dan sebagainya).

Berdasarkan kondisi awal tersebut, selanjutnya peneliti dengan guru melakukan diskusi untuk mencari solusi terhadap permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran membaca puisi di kelas VIIB. Akhirnya, tercapailah kesepakatan bahwa peneliti akan melakukan penelitian bersama guru kelas sebagai kolaborator dengan menerapkan pendekatan pembelajaran quantum dalam pembelajaran membaca puisi di kelas VIIB SMP Negeri 1 Jaten.

B. Deskripsi Hasil Penelitian Tindakan untuk mengatasi permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran membaca puisi yang bertujuan untuk meningkatkan proses dan hasil pembelajaran dilakukan dalam 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahapan yang saling berkaitan, yaitu: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan interpretasi, serta (4) analisis dan refleksi. commit to user

95 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

1. Siklus Pertama a. Perencanaan Tindakan Kegiatan perencanaan tindakan I dilaksanakan peneliti bersama Ibu Katrin Kusala, S. Pd. pada hari Selasa, 4 Januari 2011 (setelah siswa pulang sekolah) di ruang guru SMP Negeri 1 Jaten. Peneliti bersama dengan guru berdiskusi untuk membuat rancangan tindakan beserta skenario pembelajaran yang akan diberikan pada siswa dalam siklus pertama. Berdasarkan pertemuan ini juga disepakati bahwa siklus pertama akan dilaksanakan selama dua kali pertemuan (40 menit x 2), yakni pada hari Rabu dan Sabtu, 9 dan 12 Maret 2011. Tahap perencanaan tindakan I pada pertemuan pertama meliputi kegiatan berikut. 1) Peneliti bersama guru merancang skenario pembelajaran membaca puisi dengan pendekatan pembelajaran quantum. Langkah-langkah yang ditempuh antara lain: a) Guru

membuka

pelajaran

dan

memberikan

apersepsi

untuk

menumbuhkan minat dan kesenangan siswa dengan bersama-sama menyanyikan lagu “Sorak-Sorak Bergembira” sambil bertepuk tangan (T = Tumbuhkan). b) Guru memberikan pengantar bahwa sebagai generasi penerus

bangsa

kita harus tetap berjuang untuk bangsa dan negara meski perjuangan tersebut bukan lagi dalam bentuk peperangan. Kemudian siswa menanggapi pertanyaan guru, “Mengapa kita bangsa dan negara”, “Mengapa di awal siswa untuk menyanyikan lagu

harus berjuang untuk

pembelajaran guru meminta

terlebih dahulu”, “Bagaimana cara

siswa berjuang untuk bangsa dan negara di masa sekarang”, dengan demikian siswa mengalami sendiri (A = Alami). c) Guru memberi penjelasan mengenai materi membaca puisi disertai dengan tanya jawab. Dari penjelasan guru tersebut siswa diarahkan agar nantinya mereka dapat menyatakan pendapatnya sendiri mengenai commit to user

96 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

pembacaan puisi yang telah disajikan. Kemudian guru, membagikan transkrip puisi yang akan disajikan (N = Namai). d) Guru menyajikan pembacaan puisi oleh Fauziah (juara 1 lomba sajak kepahlawanan siswa SLTP se-Jawa Tengah) dengan media LCD (sebanyak 2-3 kali). Puisi yang disajikan puisi karya Asmara Hadi berjudul Generasi Sekarang (D = Demonstrasikan). e) Guru meminta siswa untuk memahami tema, suasana, perasaan, dan pesan

puisi

yang

baru

saja

disajikan.

Kemudian,

menandai

(membubuhkan anotasi) pada teks puisi yang diterimanya tadi. Hal ini dilakukan guru karena dengan memahami isi puisi nantinya akan mempermudah siswa dalam membaca puisi. f) Guru bersama dengan siswa membahas hasil pekerjaan secara

sekilas.

g) Guru memberi kesempatan pada siswa yang untuk bertanya hal-hal yang dirasa siswa kurang jelas. Kemudian memberikan tugas

rumah

pada siswa, yakni mengulangi menandai teks puisi yang pada pertemuan selanjutnya akan dibaca di depan kelas. Tahap perencanaan tindakan I pada pertemuan kedua meliputi kegiatan berikut. a) Guru

menyampaikan

tujuan

pembelajaran

kembali

dilanjutkan

mengulas dan bertanya jawab dengan siswa mengenai materi membaca puisi yang sudah didapatkan siswa/sebagai inspirasi (U = Ulangi). b) Guru meminta siswa untuk mengeluarkan tugas rumah. Kemudian siswa maju satu per satu untuk membaca puisi (yang sudah ditandai). c) Guru memberikan hadiah bagi siswa dengan pembacaan puisi 3 terbaik di kelas (R = Rayakan). d) Guru dan siswa melakukan refleksi terhadap proses belajar-mengajar yang telah dilakukan bersama. e) Guru memberikan tugas rumah pada siswa untuk pembelajaran berikutnya. f) Guru mengakhiri pelajaran dengan mengucapkan salam. commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

97 digilib.uns.ac.id

2) Guru bersama peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) materi membaca puisi yang akan digunakan pada siklus I. 3) Guru dan peneliti berdiskusi memilih puisi dan video pembacaan puisi (dibawa oleh peneliti) yang akan digunakan dalam siklus I dengan tema “perjuangan atau kepahlawanan”. 4) Peneliti memberikan video rekaman puisi yang berjudul “Generasi Sekarang”, yang akan digunakan dalam tindakan penelitian I. 5) Peneliti bersama guru menyusun instrumen penelitian. Instrumen untuk menentukan kualitas hasil pembelajaran membaca puisi dilakukan dengan menyusun seperangkat tes. Tes yang digunakan meliputi penugasan siswa secara individu. Kriteria penilaian instrumen tes yang digunakan adalah membaca puisi. Instrumen untuk menilai kualitas proses pembelajaran membaca puisi, dinilai berdasarkan rubrik penilaian proses pembelajaran membaca puisi yang meliputi keaktifan, perhatian, dan sikap siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung. b. Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan I (pertemuan pertama dan kedua) dilakukan pada hari Rabu dan Sabtu, 9 dan 12 Maret 2011 di kelas VIII SMP Negeri 1 Jaten. Tindakan dilaksanakan selama dua kali pertemuan (45 menit x 2), yakni pada jam kelima dan keenam (10.00 – 11.20 WIB). Pembelajaran dilaksanakan berdasarkan skenario yang telah dibuat dan disepakati oleh guru dan peneliti pada tahap perencanaan. Materi pada pelaksanaan tindakan I adalah video pembacaan puisi yang telah dipilih guru bersama peneliti, yaitu video pembacaan puisi yang berjudul “Generasi Sekarang” karya Asmara Hadi dan materi mengenai pembacaan puisi. Adapun urutan pelaksanaan tindakan I pertemuan pertama ini adalah sebagai berikut. 1) Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam dan menanyakan kondisi siswa. 2) Guru memulai apersepsi dengan meminta siswa untuk menyanyikan lagu user tangan (T = Tumbuhkan). ”Sorak-Sorak Bergembira”commit sambiltobertepuk

perpustakaan.uns.ac.id

98 digilib.uns.ac.id

3) Guru memberikan pengantar bahwa sebagai generasi penerus bangsa kita harus tetap berjuang untuk bangsa dan negara meski perjuangan tersebut bukan lagi dalam bentuk peperangan. Kemudian siswa menanggapi pertanyaan guru, “Mengapa kita harus berjuang untuk bangsa dan negara”, “Mengapa di awal pembelajaran guru meminta siswa untuk menyanyikan lagu terlebih dahulu”, “Bagaimana cara siswa berjuang untuk bangsa dan negara di masa sekarang”.(dengan demikian siswa mengalami sendiri) (A = Alami). 4) Guru memberi penjelasan mengenai materi membaca puisi disertai dengan tanya jawab. Dari penjelasan guru tersebut siswa diarahkan agar nantinya mereka dapat menyatakan pendapatnya sendiri mengenai pembacaan puisi yang akan disajikan. Kemudian guru membagikan transkrip puisi dan lembar kerja siswa (N = Namai). 5) Guru kemudian menyajikan video pembacaan puisi dengan media LCD (sebanyak 2-3 kali). Kemudian meminta siswa memahami tema, suasana, perasaan, dan pesan puisi yang disajikan (D = Demonstrasikan). 6) Guru juga meminta siswa untuk memberikan anotasi pada transkrip puisi yang telah diterimanya. Setelah itu guru membuka forum tanya jawab dengan memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya tentang materi yang telah disampaikan. 7) Guru menugasi siswa secara berkelompok (yang didasarkan pada tempat duduk) untuk menjawab beberapa pertanyaan mengenai tema, suasana, perasaan, dan pesan puisi yang disajikan. Adapun urutan pelaksanaan tindakan I pertemuan kedua ini adalah sebagai berikut. 1) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran kembali dilanjutkan mengulas dan bertanya jawab dengan siswa mengenai materi membaca puisi yang sudah didapatkan siswa. (sebagai inspirasi) (U = Ulangi). 2) Guru meminta siswa untuk mengeluarkan tugas rumah. Kemudian siswa maju satu per satu untuk membaca puisi (yang sudah ditandai) di depan commit to user kelas.

perpustakaan.uns.ac.id

99 digilib.uns.ac.id

3) Guru dan siswa bersama memilih pembacaan puisi 3 terbaik di kelas, kemudian guru memberikan hadiah bagi siswa yang dipilih tersebut (R = Rayakan). 4) Guru bersama siswa melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan. Setelah itu semua siswa diminta untuk bertepuk tangan dan agar termotivasi mengerjakan tugas berikutnya. 5) Sebelum mengakhiri pembelajaran dengan mengucapkan salam. c. Observasi dan Interpretasi Observasi ini dilaksanakan selama dua kali, yakni hari Rabu dan Sabtu, 9 dan 12 Maret 2011 yang berlangsung selama (45 menit x 2) pada jam kelima dan keenam (10.00 – 11.20 WIB) di ruang kelas VIII SMP Negeri 1 Jaten. Kegiatan peneliti selama tahap observasi adalah mengamati kegiatan pembelajaran membaca puisi siswa kelas VIII dengan menerapkan pendekatan pembelajaran quantum. Pada saat tindakan I ini guru memberikan materi membaca puisi dengan tema “perjuangan generasi muda”. Peneliti memfokuskan pengamatan pada proses pembelajaran yang terjadi pada saat kegiatan pembelajaran membaca puisi pada hari tersebut serta aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran berlangsung. Dalam pengamatan ini, peneliti bertindak sebagai partisipan pasif dengan mengambil posisi duduk di kursi belakang. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan peneliti, secara garis besar diperoleh gambaran mengenai jalannya kegiatan pembelajaran membaca puisi dengan pendekatan pembelajaran quantum, sebagai berikut. 1) Sebelum mengajar, guru telah mempersiapkan rencana pembelajaran yang akan digunakan sebagai pedoman dalam mengajar. Rencana pembelajaran tersebut sesuai dengan silabus mata pelajaran Bahasa Indonesia yang terdapat di dalam kurikulum yang berlaku di sekolah, yakni Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). 2) Pelaksanaan tindakan I berlangsung dalam dua kali pertemuan dan diikuti oleh seluruh siswa kelas VIII yang berjumlah 31 anak. commit to user

100 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

3) Guru melaksanakan pembelajaran membaca puisi dengan baik, serta guru mengajar dengan arah dan tujuan yang jelas dan terencana. Pada awal pelajaran guru memberikan apersepsi dengan meminta siswa untuk menyanyikan lagu perjuangan yang berjudul “Sorak-Sorak Bergembira” sambil bertepuk tangan bersama. Pada saat apersepsi siswa tampak menyanyikan

lagu

tersebut

dengan

semangat.

Selanjutnya,

guru

memberikan pengantar dan menanyakan , “Mengapa kita harus berjuang untuk bangsa dan negara”, “Mengapa di awal pembelajaran guru meminta siswa untuk menyanyikan lagu terlebih dahulu”, “Bagaimana cara siswa berjuang untuk bangsa dan negara di masa sekarang”. 4) Guru memberi penjelasan mengenai materi membaca puisi disertai dengan tanya jawab. Dari penjelasan guru tersebut siswa diarahkan agar nantinya mereka dapat menyatakan pendapatnya sendiri mengenai pembacaan puisi yang akan disajikan baik dari segi tema, suasana, perasaan, dan pesan yang disampaikan lewat puisi. Kemudian guru membagikan transkrip puisi yang akan disajikan. 5) Guru kemudian menampilkan video pembacaan puisi. Sebagian besar siswa terlihat mendengarkan namun tampak beberapa anak yang kurang fokus dan menolah-noleh. Setelah video selesai diperdengarkan guru menegur beberapa siswa tersebut Kemudian meminta siswa untuk menjawab pertanyaan di lembar kerja siswa mengenai tema, suasana, perasaan, dan pesan yang ada pada puisi. Selanjutnya guru juga meminya siswa untuk berlatih memberi anotasi pada transkrip puisi yang telah diterimanya bersama teman sebangkunya. Siswa pun tampak mulai memperhatikan guru. Dengan motode tanya jawab tersebut keaktifan dan partisipasi siswa dalam pembelajaran mulai terlihat. 6) Pada pertemuan kedua, guru kembali menyampaikan tujuan pembelajaran dan mengulang kembali materi pembacaan puisi. Setelah itu, guru meminta pada setiap siswa untuk mengeluarkan tugas rumah pada pertemuan sebelumnya. commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

101 digilib.uns.ac.id

7) Pada saat siswa diberikan tugas untuk membaca sebuah puisi yang sudah dibagikan dan diberi anotasi, sekitar 16 siswa (52%) siswa masih terlihat mengalami kesulitan, meski guru telah meminta siswa untuk menyaksikan video pembacaan puisi lewat media LCD. Suasana kelas menjadi agak gaduh karena beberapa anak terlihat menertawakan pembaca puisi di dalam video. 8) Pada tahap evaluasi beberapa siswa terlihat mulai berani memberikan penilaian mengenai pembacaan puisi siswa yang telah dibacakan. Sebagian siswa berpendapat bahwa penggunaan irama dan volume sudah cukup baik namun mimik dan kinesik pada pembacaan puisi tersebut masih kurang (hanya sedikit). Hal ini mengakibatkan segi keekspresifan siswa pada pembacaan puisi siswa belum tampak. 9) Guru meminta siswa untuk menilai 3 pembaca puisi terbaik di kelas kemudian memberikan hadiah (reward) pada 3 siswa tersebut. Selama pelaksanaan tindakan pada siklus I ini ditemukan beberapa kelemahan baik dari guru maupun siswa sebagai berikut. a) Kelemahan dari pihak guru: (1) Guru kurang dapat memantau siswa secara keseluruhan karena posisi guru lebih banyak di depan dan pada titik tertentu saja. (2) Guru terkesan masih agak kaku dan terlalu tegas dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran sehingga siswa terlihat takut untuk beraktualisasi. (3) Guru belum dapat membangkitkan semangat siswa secara optimal khususnya untuk memberikan pendapat atau menanggapi. Stimulus yang diberikan guru kurang diresponsss dengan baik oleh siswa. Selain itu, guru juga kurang mampu membaca puisi sebaik pembacaan puisi di dalam video. b) Kelemahan dari pihak siswa yaitu: (1) Beberapa siswa kurang berkonsentrasi saat menyimak video pembacaan puisi. Para siswa malah menertawakan pembaca puisi commit user gaduh. yang membuat suasana kelastomenjadi

102 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

(2) Siswa

terlihat

belum

sepenuhnya

fokus

saat

pembelajaran

berlangsung. Sebagian siswa masih terlihat melakukan aktivitas lain, seperti menolah-noleh, berbicara dengan teman satu meja. (3) Berdasarkan hasil pengamatan selama kegiatan pembelajaran, hanya beberapa siswa yang sudah tampak antusias dan sungguh-sungguh dalam pembelajaran. Sebagian siswa masih terlihat kurang menikmati pembelajaran. (4) Berdasarkan hasil karya siswa dalam membaca puisi tampak bahwa pembacaan puisi sebagian siswa belum baik karena dari segi mimik dan kinesik yang digunakan kurang sesuai dan masih sangat terbatas dalam pemakaian dalam kegiatan membaca puisi. 10) Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses dan hasil pembelajaran membaca puisi, diperoleh gambaran ketercapaian indikator dalam pelaksanaan siklus I ini, sebagai berikut. a) Siswa yang aktif saat apersepsi yang dinyatakan dengan kriteria “sangat baik dan baik” serta diindikatori oleh kemauan siswa menyanyikan lagu dan memberikan respons terhadap stimulus yang diberikan guru pada saat apersepsi sebanyak 14 siswa (45,16%); sedangkan 17 siswa (54,83%) lainnya mengikuti apersepsi, namun hanya sekedar menyanyi dan tidak ikut merespons stimulus yang diberikan guru. b) Siswa yang aktif dan perhatian pada saat mengikuti pelajaran yang dinyatakan dengan kriteria “sangat baik dan baik” serta diindikatori oleh kemauan siswa untuk memperhatikan, memberikan respons (baik menjawab/bertanya/menanggapi/menamai/mengalami) sebanyak 15 siswa (48,38%); sedangkan 16 siswa (51,61%) lainnya tampak berbicara dengan siswa lain, kurang memperhatikan guru, kurang meresponss guru, dan melakukan aktivitas lain (seperti berbicara dengan teman sebangku, menolah-noleh, dan sebagainya). Hal ini didasarkan pada hasil observasi selama kegiatan belajar-mengajar commit to user berlangsung.

perpustakaan.uns.ac.id

103 digilib.uns.ac.id

c) Siswa yang memiliki minat dan motivasi saat mengikuti pembelajaran yang dinyatakan dengan kriteria “sangat baik dan baik” serta diindikatori oleh adanya kesungguhan, keantusiasan, dan semangat dalam mengerjakan setiap tugas maupun saat kegiatan pembelajaran sebesar 15 siswa (48,38%) sedangkan 16 siswa (51,61%) lainnya tampak kurang sungguh-sungguh dan antusias. d) Siswa yang sudah dapat membaca puisi dengan baik dan telah mencapai ketuntasan belajar sebanyak 15 siswa (48,38%) sedangkan 16 siswa (51,61%) lainnya belum tuntas karena masih mendapatkan nilai di bawah 74. d. Analisis dan Refleksi Seperti yang telah dikemukakan pada tahap observasi dan interpretasi di atas bahwa dalam pelaksanaan siklus I sudah menunjukkan adanya peningkatan proses dan hasil belajar, namun masih terdapat kelemahankelemahan. Oleh karenanya, guru dan peneliti melakukan refleksi untuk memperbaiki hambatan-hambatan tersebut dan meningkatkan proses dan hasil belajar siswa dengan merumuskan langkah-langkah perbaikan sebagai berikut. 1) Sebaiknya posisi guru pada saat kegiatan pembelajaran tidak hanya berada pada titik tertentu saja. Guru dapat berkeliling untuk memantau siswa secara keseluruhan sehingga siswa akan lebih aktif dan termotivasi dalam mengikuti pembelajaran karena merasa diperhatikan guru. 2) Guru sebaiknya lebih berinteraksi dengan siswa dan dapat menciptakan suasana pembelajaran yang lebih akrab yang dapat dilakukan dengan memberikan intermezo kepada siswa agar pembelajaran tidak berlangsung kaku dan menegangkan. 3) Guru hendaknya lebih memotivasi siswa agar lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini dapat dilakukan guru misalnya dengan lebih melibatkan siswa dalam pembelajaran melalui diskusi, meminta siswa untuk menanggapi, bertanya, ataupun sekedar tanya jawab. Selain itu, agar siswa lebih fokus maka guru sebaiknya juga dapat mengkondisikan kelas commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

104 digilib.uns.ac.id

seefektif mungkin sehingga lebih banyak siswa yang berani meresponss stimulus yang diberikan guru. 4) Untuk meningkatkan keberanian dan minat siswa maka guru hendaknya memotivasi siswa agar lebih berani untuk membaca puisi di depan kelas. Oleh karenanya, untuk menumbuhkan minat siswa tersebut guru tidak hanya bisa melakukannya dengan memberi tepuk tangan dan hadiah (sesuai dengan prinsip “rayakan” yang telah dilaksanakan), namun bisa juga reward lain seperti menggunakan kata-kata pujian: “bagus sekali”, “baik sekali”, dan ”tepat sekali”, atau dengan memberi nilai tambahan pada siswa. 5) Sesuai prinsip “demonstrasi”, video pembacaan puisi tidak dilakukan melalui LCD tetapi peneliti langsung mendatangkan narasumber untuk membacakan sebuah puisi pada siswa. Dengan penggantian ini, siswa tidak akan membaca puisi sama persis dengan pembacaan puisi di dalam video karena narasumber akan membaca puisi tersebut berkali-kali dan dengan irama, volume, mimik, dan kinesik yang berbeda, namun tetap signifikan terhadap isi puisi yang akan dibacanya. 6) Mengganti materi pembacaan pusi dengan materi yang lebih mudah dipahami oleh siswa namun tetap mengandung hal-hal yang diperlukan dalam membaca puisi. 7) Penghapusan tugas untuk memberi anotasi pada transkrip puisi karena akan membuat siswa terlalu terpaku dengan anotasi yang dibuatnya sehingga kurang ekspresif dalam membaca puisinya. 8) Guru diharapkan lebih banyak memberikan balikan atau penguatan terutama pada pembacaan puisi siswa. Dengan adanya balikan atau penguatan tersebut siswa dapat mengetahui kesalahannya sehingga ada perbaikan-perbaikan pada tindakan selanjutnya. Adapun dari hasil belajar siswa dalam membaca puisi pada siklus I terlihat mulai ada peningkatan kemampuan siswa meskipun masih dalam skala kecil. Hal ini ditandai dengan meningkatnya sejumlah indikator yang meliputi commitdan to user penggunaan irama, volume, mimik, kinesik pada pembacaan puisi siswa.

105 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Selain itu, dibandingkan dengan nilai pretes pada saat survei awal pada siklus ini nilai rata-rata siswa juga mulai mengalami peningkatan sebesar 19,35 poin, yakni dari 29,03 menjadi 48,38 dan nilai tertinggi yang diraih siswa adalah 87,5. Adapun perolehan nilai peningkatan kemampuan siswa membaca puisi pada siklus I dapat dilihat pada lampiran 19 Berdasarkan hasil analisis dan refleksi, tindakan pada siklus I dikatakan belum mencapai hasil yang memuaskan. Peningkatan memang terjadi pada beberapa indikator yang telah ditentukan dibandingkan pada saat survei awal. Akan tetapi, dalam siklus ini hanya beberapa siswa (15 anak) yang telah tuntas, sedangkan sisanya masih jauh dari batas minimal ketuntasan yang telah ditetapkan (nilai minimal ketuntasan adalah 74). Oleh karenanya, perlu dilaksanakan siklus II untuk memperbaiki proses dan hasil belajar pada siklus I. Siklus II akan dilaksanakan pada 13 dan 20 April 2011.

2. Siklus Kedua a.

Perencanaan Tindakan Bertolak dari analisis dan hasil observasi tindakan siklus I, maka pada siklus II ini peneliti bersama guru kelas selaku kolaborator melakukan diskusi untuk mencari solusi terbaik dalam mengatasi permasalahan yang ditemukan pada siklus I. Diskusi ini dilakukan pada hari Selasa, 22 Maret 2011 di kantor guru SMP Negeri 1 Jaten (setelah guru selesai mengajar). Pada saat itu, peneliti juga menyampaikan beberapa kelebihan dan kekurangan yang terdapat pada siklus I. Untuk mengatasi beberapa kekurangan yang masih terdapat dalam siklus I, disepakati hal-hal yang sebaiknya dilakukan guru pada siklus II. Hal-hal yang disepakati tersebut, antara lain: 1) Agar guru dapat memantau siswa secara keseluruhan maka guru lebih fleksibel dalam menentukan posisinya selama kegiatan pembelajaran berlangsung. 2) Agar dalam pembelajaran guru tidak terkesan kaku dan tegang maka guru commit to user intermezo. Misalnya, dengan saat kegiatan pembelajaran memberikan

perpustakaan.uns.ac.id

106 digilib.uns.ac.id

diselingi humor atau siswa diajak menyanyikan kembali lagu yang berhubungan dengan materi yang akan dipelajari sehingga kesenangan siswa dapat dibangkitkan kembali. 3) Untuk dapat lebih mengaktifkan siswa maka pada siklus II nanti guru dan peneliti sepakat untuk membentuk diskusi. Dengan adanya diskusi diharapkan, siswa dapat bertukar pendapat dengan teman sebangku mengenai pembacaan puisiyang sudah beberapa kali dibaca di depan kelas dan mampu menampilkan pembacaan puisi yang lebih baik lagi. 4) Dihapuskannya tugas untuk memberi anotasi atau tanda pada teks puisi siswa saat video pembacaan puisi disajikan dilakukan karena agar siswa tidak terlalu terpaku pada anotasi yang mereka buat sehingga pembacaan puisi yang ada malah terdengar tidak ekspresif. 5) Pada saat apersepsi, lagu yang akan dinyanyikan siswa akan dipilih oleh siswa sendiri agar mereka tertarik pada pelajaran yang akan dilaluinya nanti. 6) Materi mengenai puisi dan cara pembacaannya juga disederhanakan menjadi lebih mudah dimengerti oleh siswa. 7) Puisi yang menjadi materi utama pada siklus I diganti menjadi puisi yang lain, yang sudah disepakati guru bersama peneliti agar siswa dapat lebih mudah memahami isi puisi yang ada. Dengan siswa mengerti isi puisi yang akan dibacanya, mereka akan menampilkan mimik dan kinesik yang sesuai saat pembacaan puisi. 8) Salah satu prinsip dalam metode TANDUR yang digunakan peneliti dan guru adalah prinsip demonstrasi. Pemakaian prinsip ini pada siklus kedua akan diganti, dari lewat LCD (video/tidak langsung) menjadi lewat narasumber (langsung). Hal ini diharapkan, siswa bisa belajar banyak dari narasumber saat membaca puisi selain itu untuk menghindari kesamaan irama dan nada siswa dengan pembaca puisi di dalam video. 9) Guru mengkondisikan kelas agar siswa dapat mengikuti pelajaran dengan senang dan nyaman namun tetap tenang dan fokus pada pembelajaran. commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

107 digilib.uns.ac.id

Selain beberapa hal di atas, disepakati pula bahwa tindakan pada siklus II akan dilaksanakan selama dua kali pertemuan (40 menit x 2), yakni hari Rabu dan Sabtu, 13 dan 16 April 2011. Adapun tahap perencanaan tindakan siklus II pada pertemuan pertama meliputi kegiatan sebagai berikut. 1) Peneliti bersama guru merancang skenario pembelajaran membaca puisi dengan pendekatan pembelajaran quantum. Langkah-langkah yang ditempuh antara lain: a) Guru membuka pelajaran dan memberikan apersepsi dengan meminta siswa menyanyikan lagu yang siswa pilih sendiri. Hal ini dilakukan untuk menumbuhkan minat dan semangat siswa sebelum memulai pelajaran (T = Tumbuhkan). b) Guru memberi materi puisi yang lebih sederhana tanpa mengurangi inti dari materi yang akan disampaikan. Materi ini dibuat agar siswa lebih mudah memahaminya. Selain itu, agar siswa dapat memahami isi puisi yang akan dibacanya nanti dengan mudah. Dengan begitu siswa akan menggunakan mimik dan kinesik yang tepat (A = Alami). c) Guru membagikan trankrip puisi beserta lembar pertanyaan dan jawab pada siswa. Setelah itu, siswa menjawab beberapa pertanyaan mengenai puisi yang akan disajikan oleh guru. Hal ini dilakukan agar siswa memahami isi puisi. Dari tema, suasana, perasaan, dan pesan yang diungkapkan penyair dalam puisinya. Dengan memahami dan mengerti isi puisi, siswa dapat dengan mudah untuk membacanya (N = Namai). d) Guru menampilkan narasumber yang sudah dipersiapkan. Narasumber tersebut akan membacakan puisi di depan kelas dan siswa yang lain mengamatinya. Selain itu, siswa juga diperbolehkan untuk bertanya kepada narasumber jika mengalami kemacetan dalam membaca puisi baik mengenai irama, volume, mimik, maupun kinesiknya. Narasumber juga akan beberapa kali meminta siswa untuk maju membaca puisi tersebut. Hal ini dilakukan, untuk memperlihatkan kepada siswa yang lain. Hal apa saja yang harus diperbaiki kembali (D = Demonstrasi). commit tohasil usertugas yang diberikan. e) Guru bersama siswa membahas

108 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

f) Guru menutup pembelajaran dengan menyanyi bersama-sama siswa. Adapun tahap perencanaan tindakan pada siklus II pada pertemuan kedua meliputi kegiatan sebagai berikut. a) Guru membuka kembali pembelajaran, mengulangi kemampuan siswa dalam membaca puisi dengan melontarkan beberapa pertanyaan pada siswa (U = Ulangi). b) Guru meminta pada setiap siswa untuk mengumpulkan lembar jawab mereka. Kemudian membahasnya bersama agar siswa yang ingin mengeluarkan pendapat dapat tertuangkan dalam diskusi bersama ini. c) Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk membaca puisi di depan kelas, sedangkan siswa lain diminta untuk memberikan komentar atau penilaian terhadap puisi yang telah dibuat temannya. d) Guru bersama dengan siswa menyimpulkan dan melakukan refleksi terhadap

pembelajaran

yang telah

dilakukan.

Kemudian

guru

memberikan pujian atau reward pada siswa dengan pembacaan puisi terbaik, yang diikuti dengan tepuk tangan dari siswa lain (R = Rayakan). e) Guru mengucapkan salam dan mengakhiri pelajaran dengan bernyanyi bersama. 2) Guru bersama peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) materi membaca puisi yang akan digunakan pada siklus II. 3) Peneliti bersama guru menyusun instrumen penelitian, yakni berupa tes dan nontes. Instrumen tes untuk mengetahui keberhasilan siswa dalam membaca puisi secara tulis dan unjuk kerja. Instrumen nontes dinilai berdasarkan rubrik penilaian proses pembelajaran apresiasi puisi yang meliputi keaktifan, perhatian, dan sikap siswa yang diamati selama kegiatan pembelajaran berlangsung. b. Pelaksanaan Tindakan Tindakan siklus II dilaksanakan dalam dua kali pertemuan yakni Rabu dan Sabtu, 13 dan 16 April 2011 pada jam kelima dan keenam (10.00 – 11.20 commit dilakukan to user di ruang media SMP Negeri 1 WIB). Pelaksanaan tindakan tersebut

perpustakaan.uns.ac.id

109 digilib.uns.ac.id

Jaten. Adapun urutan pelaksanaan tindakan II pada pertemuan pertama meliputi langkah-langkah sebagai berikut. 1) Guru membuka pelajaran dan memberikan apersepsi pada siswa dengan meminta siswa untuk menyanyikan lagu yang dipilih siswa bersama-sama. Setelah selesai menyanyi, guru mengungkapkan bahwa pada dasarnya lagu merupakan puisi yang didendangkan dengan irama dan nada yang indah. Seperti halnya lagu yang telah dinyanyikan (T = Tumbuhkan). 2) Guru menyampaikan kembali materi puisi disertai beberapa cara membaca puisi yang lebih sederhana. Materi ini dibuat agar siswa lebih mudah memahaminya. Selain itu, agar siswa dapat memahami isi puisi yang akan dibacanya nanti dengan mudah. Dengan begitu siswa akan menggunakan mimik dan kinesik yang tepat dalam membaca puisi (A = Alami). 3) Guru membagikan trankrip puisi yang berjudul “Aku” karya Chairil Anwar. Puisi ini sudah banyak didengar siswa namun belum pernah siswa membacanya di depan kelas. Transkrip juga disertai lembar pertanyaan dan jawab pada siswa (tes untuk siswa secara tulis). Setelah itu, siswa menjawab beberapa pertanyaan mengenai puisi yang akan disajikan oleh guru. Hal ini dilakukan agar siswa memahami isi puisi. Dari tema, suasana, perasaan, dan pesan yang diungkapkan penyair dalam puisinya. Dengan memahami dan mengerti isi puisi, siswa dapat dengan mudah untuk membacanya (N = Namai). 4) Guru menampilkan narasumber yang sudah dipersiapkan. Narasumber tersebut membacakan puisi di depan kelas dengan irama, volume, mimik, dan kinesik yang sangat sesuai yang membuat semua siswa diam memperhatikan pembacaan puisi yang bersemangat tersebut. Setelah narasumber selesai membaca puisi, narasumber bertanya jawab dengan siswa mengenai pembacaan puisi. Terlihat beberapa siswa antusias pada sesi tanya jawab tersebut dan beberapa kali bertanya kepada narasumber. Narasumber menjawab pertanyaan-pertanyaan siswa dengan sangat baik dan tepat sehingga siswa menjadi lebih mengerti. Narasumber juga usermembaca puisi tersebut. Hal ini meminta beberapa siswa commit untuk to maju

perpustakaan.uns.ac.id

110 digilib.uns.ac.id

dilakukan, untuk memperlihatkan kepada siswa yang lain. Hal apa saja yang harus diperbaiki kembali dalam membaca puisi (D = Demonstrasi). 5) Guru bersama siswa membahas hasil tugas tes yang diberikan. 6) Guru menutup pembelajaran dengan menyanyi bersama-sama siswa. Adapun urutan pelaksanaan tindakan II pada pertemuan kedua meliputi langkah-langkah sebagai berikut. 1) Guru membuka kembali pembelajaran, mengulas sedikit materi yang sudah diberikan dan dicatat siswa, dan mengulangi kemampuan siswa dalam membaca puisi dengan melontarkan beberapa pertanyaan pada siswa. Beberapa siswa tampak mampu menjawab dengan baik namun beberapa siswa yang lain masih belum bisa menjawabnya bahkan terkesan tidak peduli dengan pertanyaan guru (U = Ulangi). 2) Guru meminta pada setiap siswa untuk mengumpulkan lembar jawab mereka. Siswa maju ke meja guru dengan membawa tugas masing-masing. Kemudian guru dan siswa membahasnya bersama agar siswa yang ingin mengeluarkan pendapat dapat tertuangkan dalam diskusi bersama ini. 3) Guru memberikan kesempatan pada siswa satu per satu untuk membaca puisi di depan kelas, sedangkan siswa lain diminta untuk memberikan komentar atau penilaian terhadap puisi yang telah dibuat temannya. Setelah beberapa kali pembacaan puisi, dilakukan diskusi bersama agar siswa yang belum membaca ke depan kelas bisa memperbaiki pembacaannya. 4) Guru bersama dengan siswa menyimpulkan dan melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan. Kemudian guru memberikan pujian atau reward pada siswa dengan pembacaan puisi terbaik, yang diikuti dengan tepuk tangan dari siswa lain (R = Rayakan). 5) Guru mengucapkan salam dan mengakhiri pelajaran dengan bernyanyi bersama. c. Observasi dan Interpretasi Observasi tindakan II dilakukan pada hari Rabu dan Sabtu, 13 dan 16 commit to di user April 2011 pukul 10.00 – 11.20 WIB ruang media SMP Negeri 1 Jaten.

111 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Kegiatan peneliti

selama tahap observasi,

yaitu mengamati

proses

pembelajaran membaca puisi siswa kelas VII dengan penerapan pendekatan pembelajaran quantum. Pada hari itu guru mengajarkan materi puisi dengan tema ”semangat”. Pengamatan difokuskan pada kegiatan pembelajaran yang berlangsung di ruang media tersebut, baik proses maupun aktivitas siswa dan guru. Selain itu, observasi pada siklus II ini bertujuan untuk mengetahui apakah kelemahan yang terdapat pada siklus I sudah dapat diatasi atau belum. Peneliti bertindak sebagai partisipan pasif dan mengambil posisi di tempat duduk belakang agar bisa mengamati kegiatan pembelajaran yang dipimpin guru. Namun, sesekali peneliti berada di depan kelas untuk mengambil gambar untuk dokumentasi dalam penelitian. Berdasarkan pengamatan peneliti, secara garis besar diperoleh gambaran tentang jalannya kegiatan belajar mengajar sebagai berikut. 1) Sebelum

mengajar,

guru

sudah

membuat

rencana

pelaksanaan

pembelajaran yang dijadikan sebagai pedoman dalam mengajar. Rencana pembelajaran tersebut sesuai dengan silabus mata pelajaran Bahasa Indonesia yang ada di dalm kurikulum yang berlaku di sekolah, yakni Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). 2) Pelaksanaan tindakan siklus II berlangsung selama dua kali pertemuan dan diikuti oleh 31 siswa. 3) Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran membaca puisi sesuai dengan rancangan pembelajaran yang telah dibuat. 4) Pada saat kegiatan apersepsi yang dilakukan guru dengan meminta siswa menyanyikan lagu yang dipilih siswa, semua siswa terlihat bersemangat dan antusias, meski ada beberapa siswa yang belum begitu hafal dengan lagu tersebut namun mereka tetap mengikuti dan bernyanyi semampunya. 5) Pada saat guru menyampaikan materi, sebagian besar siswa tampak lebih memperhatikan guru. Meski, masih ada beberapa siswa yang kurang serius memperhatikan. Berdasarkan hasil observasi pada siklus I, siswa kurang commit to user memperhatikan guru karena saat penyampaian materi guru terkesan masih

perpustakaan.uns.ac.id

112 digilib.uns.ac.id

kaku dan timbul kebosanan pada diri siswa, sehingga pada siklus II ini guru meminta siswa untuk mencermati pembacaan puisi secara langsung. Dari kegiatan tersebut siswa dapat menghayati isi puisi yang disajikan. Pada tindakan siklus II ini guru saat memberikan materi lebih sering diselingi dengan tanya jawab. Selain itu, di tengah pembelajaran guru juga memberikan intermezo dengan mengajak siswa untuk menyanyikan sebuah lagu yang dipilih oleh siswa sehingga siswa pun terlihat lebih antusias dan menikmati pelajaran. 6) Setelah guru selesai menyampaikan materi, selanjutnya siswa diberi tugas untuk menjawab pertanyaan pada lembar jawab. Sama dengan siklus I pada siklus II ini, siswa diarahkan untuk berdiskusi dengan teman sebangku. Tugas ini merupakan tes secara tulis, yang diharapkan melalui tugas ini guru bersama peneliti dapat mengukur kemampuan siswa dalam hal membaca puisi. Oleh karenanya, setelah guru membahas tugas tersebut guru memberi kesempatan siswa untuk membaca puisi satu per satu ke depan kelas. Guru juga melakukan diskusi bersama dengan siswa agar siswa lain mampu membaca dengan lebih baik lagi. Melalui diskusi ini siswa pun terlihat lebih mudah dalam membaca puisi dibandingkan siklus sebelumnya. 7) Kemampuan membaca puisi siswa pada siklus II ini terlihat mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Hal ini didasarkan pada pembacaan puisi siswa yang lebih baik dibanding siklus sebelumnya. Ini dapat dilihat dari pemakaian irama yang cocok, volume yang sesuai, dan mimik serta kinesik yang lebih ekspresif . 8) Saat tahap evaluasi dan refleksi, jumlah siswa yang bersedia memberikan penilaian atau pendapat mengenai puisi yang dibacakan teman bertambah. Adanya reward dari guru yang berupa pujian, tepuk tangan, penambahan nilai, maupun hadiah ternyata cukup efektif meningkatkan minat dan motivasi siswa untuk mengungkapkan pendapat, serta meresponss pernyataan atau stimulus yang diberikan guru. commit to user

113 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

9) Selama pelaksanaan tindakan pada siklus II ini ditemukan beberapa kelemahan baik dari guru maupun siswa, sebagai berikut. a) Kelemahan dari pihak guru: (1) Guru masih terlihat kurang dalam pengelolaan kelas. Pada saat pembelajaran berlangsung beberapa siswa masih kurang dapat dikondisikan

untuk

pembelajaran.

Hal

tenang ini

atau

terutama

fokus

dalam

terlihat

pada

mengikuti saat

guru

menyampaikan materi beberapa siswa masih melakukan aktivitas di luar kegiatan pembelajaran. (2) Guru masih kesulitan dalam mengkondisikan siswa agar tidak gaduh. b) Kelemahan dari pihak siswa: (1) Beberapa siswa masih terlihat belum sepenuhnya fokus dalam kegiatan pembelajaran khususnya pada saat guru menyampaikan materi. Beberapa siswa masih terlihat melakukan aktivitas lain, seperti: menoleh-noleh ke belakang, mengganggu teman, melamun, ataupun berbicara dengan teman sebangku. (2) Belum semua siswa yang ikut meresponss stimulus atau pertanyaan dari guru. Misalnya, pada saat tahap refleksi dan evaluasi masih ada sebagian siswa yang belum bersedia memberikan penilaian atau mengutarakan pendapatnya. 10) Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses dan hasil pembelajaran membaca puisi, diperoleh gambaran ketercapaian indikator dalam pelaksanaan siklus II ini, sebagai berikut. a) Siswa yang menunjukkan keaktifan pada saat apersepsi yang dinyatakan dengan kriteria “sangat baik dan baik” serta diindikatori oleh kemauan siswa menyanyikan lagu dan memberikan respons terhadap stimulus yang diberikan guru pada saat apersepsi sebanyak 19 siswa (61,29%), sedangkan 12 anak (38,70%) lainnya mengikuti apersepsi namun baru terlihat sekedar ikut bernyanyi atau belum mau untuk meresponss guru saat apersepsi. commit to user

114 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

b) Siswa yang menunjukkan keaktifan dan perhatian pada saat mengikuti pelajaran yang dinyatakan dengan “kriteria sangat baik dan baik” serta diindikatori oleh kemauan siswa untuk memperhatikan, memberikan respons pada guru dengan menjawab/bertanya/menanggapi/menamai) sebanyak 18 siswa (58,06%), sedangkan 13 siswa (41,93%) sisanya masih tampak kurang fokus dan aktif. c) Siswa yang memiliki minat dan motivasi saat mengikuti pembelajaran yang dinyatakan dengan kriteria “sangat baik dan baik” serta diindikatori oleh adanya kesungguhan, keantusiasan dan semangat dalam mengerjakan setiap tugas maupun saat kegiatan pembelajaran sebesar 15 siswa (48,38%), sedangkan 16 siswa (51,61%) lainnya masih tampak kurang sungguh-sungguh dan antusias. d) Siswa yang sudah dapat membaca puisi dengan baik dan telah mencapai ketuntasan belajar sebanyak telah mendapatkan nilai

20 siswa (64,51%) karena

74 sedangkan 11 siswa (35,48%) lainnya

belum tuntas. Kemampuan siswa dalam membaca puisi semakin baik dilihat dari pemakaian irama, volume, mimik, dan kinesik yang digunakan siswa. d. Analisis dan Refleksi Berdasarkan hasil observasi, peneliti dapat menyimpulkan bahwa kualitas pembelajaran membaca puisi pada siklus II (baik proses maupun hasil) semakin menunjukkan adanya peningkatan daripada siklus I. Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan pada masing-masing indikator yang telah ditetapkan guru dan peneliti. Secara rinci seperti berikut ini. 1) Keaktifan siswa selama apersepsi dalam pembelajaran membaca puisi melalui penerapan pendekatan pembelajaran quantum pada siklus II mengalami peningkatan dari 45,16% (pada siklus I) menjadi 61%. Siswa pada tahap ini tampak lebih aktif dalam meresponss guru saat apersepsi. 2) Keaktifan dan perhatian siswa pada saat mengikuti kegiatan pembelajaran pada siklus II telah mengalami peningkatan dari 48,38% (pada siklus I) to user menjadi 58%. Pada sikluscommit ini siswa terlihat lebih aktif untuk meresponss

perpustakaan.uns.ac.id

115 digilib.uns.ac.id

stimulus guru (bertanya/menanggapi/menjawab/menamai), kemauan untuk memperhatikan atau lebih fokus saat kegiatan pembelajaran. 3) Minat dan motivasi siswa saat mengikuti kegiatan pembelajaran pada siklus II tidak mengalami peningkatan atau penurunan dari 48,38% (pada siklus I) tetap menjadi 48,38%. Pada siklus ini siswa tampak sungguhsungguh dalam mengerjakan tugas baik secara kelompok (teman sebangku) maupun individu dan siswa pun tampak bersemangat saat mengikuti pembelajaran. 4) Siswa yang telah mendapatkan ketuntasan belajar dalam membaca puisi pada siklus II telah mencapai 64,51% dibanding siklus I hanya 48,38%. Seperti siklus sebelumnya pada siklus II ini siswa membaca puisi berdasarkan irama, volume, mimik, dan kinesik yang sesuai dengan isi puisi namun contoh atau panduan siswa dibuat secara langsung dengan mendatangkan narasumber. Selain itu, dalam mengerjakan tugas ini siswa dapat berdiskusi bersama teman sebangku dan guru. Hal ini bertujuan di antara siswa dapat saling belajar atau pun bertukar pikiran meski cara pembacaan puisi mereka berbeda. Cara ini dipandang cukup efektif karena pada siklus ini nilai rata-rata siswa juga mengalami peningkatan sebesar 16,13 poin dari 48,38 (siklus I) menjadi 64,51 (siklus II). Nilai tertinggi yang diraih siswa adalah 93,75 dan nilai terendahnya 37,5. Adapun kemampuan siswa membaca puisi pada siklus II dapat dilihat pada lampiran 27. Meskipun telah terjadi peningkatan yang cukup signifikan pada beberapa indikator yang berhubungan dengan kemampuan proses maupun hasil belajar siswa, namun dalam siklus ini siswa yang telah mendapatkan ketuntasan belajar belum mencapai indikator yang telah ditentukan (siswa yang tuntas pada siklus ini 20 siswa). Oleh karenanya, perlu dilakukan siklus III yang diharapkan dapat lebih meningkatkan kemampuan proses dan hasil belajar siswa serta dapat mengatasi kekurangan yang masih terjadi pada siklus II. Adapun hal-hal yang dirumuskan pada tahap refleksi yang bertujuan untuk commit to user

116 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

meminimalkan kelemahan yang ditemukan pada siklus II dan nantinya akan dilaksanakan dalam siklus III, adalah sebagai berikut. 1) Pada siklus II masih ada sebagian siswa yang belum meresponss stimulus yang diberikan guru. Oleh karenanya, pada siklus III nanti guru akan lebih memotivasi dan melibatkan siswa dalam pembelajaran sehingga siswa dapat lebih aktif dan diharapkan akan semakin banyak siswa yang meresponss stimulus yang diberikan guru. 2) Agar siswa lebih tertarik dan antusias maka peneliti dan guru sepakat untuk membuat pembelajaran membaca puisi lebih variatif dengan mengadakan permaianan untuk guru dan siswa. 3) Puisi yang dibaca siswa saat evaluasi, adalah puisi hasil bermain saat apersepsi sehingga siswa menjadi lebih antusias terhadap pembelajaran. 4) Unsur pendemonstrasian juga akan dilakukan oleh teman sekelas sehingga siswa yang masih merasa malu akan merasa lebih baik dan nyaman. 5) Pemberian

metode

pengerjaan

tugas

secara

berkelompok

telah

memberikan hasil yang baik. Pengerjaan tugas secara berkelompok juga memberikan pengalaman pada siswa untuk bekerja sama dengan siswa lain sehingga masing-masing siswa dapat saling belajar ataupun bertanya. Pengerjaan dengan berkelompok ini juga dimaksudkan sebagai dorongan bagi siswa agar pada pertemuan selanjutnya siswa dapat mengerjakan tugas secara mandiri dan dapat berhasil baik pula.

3. Siklus Ketiga a) Perencanaan Tindakan Tahap perencanaan ini dilakukan pada hari Sabtu, 30 April 2011 di ruang guru SMP Negeri 1 Jaten (setelah guru selesai mengajar). Perencanaan ini didasarkan pada hasil analisis dan refleksi tindakan siklus II, maka pada siklus III ini peneliti bersama dengan guru berdiskusi untuk mengatasi kekurangan yang masih ditemukan pada siklus sebelumnya. Dalam diskusi tersebut disepakati bahwa untuk mengatasi kekurangan commit to user maka guru dan peneliti membuat yang terdapat pada siklus-siklus sebelumnya

117 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

pembelajaran membaca puisi yang lebih variatif, yakni pada tahap apersepsi dibuat menjadi lebih menyenangkan agar siswa menjadi lebih antusias dan aktif meresponss guru. Disepakati pula bahwa tindakan pada siklus III dilaksanakan dalam dua kali pertemuan (40 menit x 2), yakni pada hari Rabu 11 dan 18 Mei 2011. Adapun hal-hal yang dilakukan pada tahap perencanaan dalam siklus III pada pertemuan pertama sebagai berikut. 1) Peneliti dan guru merancang skenario pembelajaran membaca puisi. Adapun tahap perencanaan tindakan pada siklus ini meliputi langkahlangkah pembelajaran sebagai berikut. a) Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, mengkondisikan kelas,

dan

mengecek

presensi

siswa.

Kemudian

guru

juga

menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa. Setelah itu, guru melakukan apersepsi dengan sebuah permainan bersama siswa untuk membuat sebuah puisi yang akan dibaca nanti (T = Tumbuhkan). b) Guru meminta seorang siswa untuk membacakan hasil dari permainan yang telah dilakukan tadi. Berdasarkan hasil yang berbentuk narasi tersebut, guru mengaitkannya dengan pengalaman yang pernah dialami atau diamati siswa yakni narasi tersebut akan diubah menjadi sebuah puisi dan dibaca di depan kelas seperti pertemuan sebelumnya. Guru juga mengulang kembali materi pembacaan puisi pada pembelajaran sebelumnya (A = Alami). c) Guru membagikan lembar pertanyaan dan lembar kosong (untuk menuliskan teks puisi yang akan dibuat bersama-sama) kepada siswa, guru juga memandu siswa sehingga dengan bimbingan guru, siswa dapat menjawab beberapa pertanyaan yang tersedia dan menyimpulkan sendiri bahwa pengalaman maupun pengamatan terhadap sesuatu yang dilihat dan dirasakan dapat diungkapkan dalam sebuah tulisan. Dan jika tulisan tersebut dibuat dengan pemilihan kata yang tepat dan indah akan menjadi sebuah puisi. Puisi tersebut akan dibaca oleh siswa sendiri pada commit to user pertemuan selanjutnya (N = Namai).

perpustakaan.uns.ac.id

118 digilib.uns.ac.id

d) Siswa bersama guru membuat puisi. e) Guru meminta salah satu siswa untuk membacakan sebuah puisi yang sudah dibuat di depan kelas sebagai contoh bagi siswa lain (D = Demonstrasi). f) Guru menutup pembelajaran dengan menyanyikan sebuah lagu. Adapun tahap perencanaan tindakan pada siklus III pada pertemuan kedua meliputi kegiatan sebagai berikut. a) Guru membuka pembelajaran dan menyampaikan tujuan pembelajaran kembali pada siswa. Guru juga mengulang kembali materi yang sudah disampaikan melalui tanya jawab ringan. Kemudian siswa diminta untuk mengumpulkan lembar pertanyaan beserta jawabannya (U = Ulangi). b) Guru meminta semua siswa untuk membacakan puisi yang sudah dibuat di depan kelas satu persatu. Sementara guru menilai pembacaan puisi siswa (baik dari pemggunaan volume, irama, mimik, dan kinesiknya). c) Guru bersama siswa melakukan evaluasi dan bersama memilih pembaan puisi terbaik. Guru memberikan pujian atau reward pada siswa tersebut (R = Rayakan). d) Guru dan siswa melakukan refleksi terhadap proses belajar-mengajar yang telah dilakukan. 2) Guru bersama peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk materi membaca puisi yang akan digunakan pada siklus III. 3) Peneliti bersama guru menyusun instrumen penelitian, yakni berupa tes dan nontes. Instrumen tes untuk mengetahui keberhasilan siswa dalam membaca puisi yang berupa pembacaan puisi hasil karya siswa. Instrumen nontes dinilai berdasarkan rubrik penilaian proses pembelajaran membaca puisi yang meliputi keaktifan, perhatian, dan sikap siswa yang diamati selama kegiatan pembelajaran berlangsung. b) Pelaksanaan Tindakan Tindakan siklus III dilaksanakan dalam dua kali pertemuan yakni pada commit to user hari Rabu, 11 dan 18 Mei 2011 (40 menit x 2). Pelaksanaan tindakan tersebut

perpustakaan.uns.ac.id

119 digilib.uns.ac.id

dilakukan di ruang kelas VIIB SMP Negeri 1 Jaten pada jam pelajaran kelima dan keenam (10.00 – 11.20 WIB). Adapun urutan pelaksanaan tindakan pada siklus III (pertemuan I) ini meliputi langkah-langkah, sebagai berikut. 1) Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, mengkondisikan kelas, dan mengecek presensi siswa pada hari itu. Setelah itu, guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan pada siswa. Kemudian guru memulai pembelajaran dengan melakukan apersesi dalam bentuk permainan. Permainan tersebut, yakni guru mengeluarkan secarik kertas. Kemudian kertas tersebut diedarkan kepada seluruh siswa sesuai urutan bangku. Setiap siswa yang menulisi kertas tersebut dengan satu kata pilihan mereka sendiri (kertas sudah memiliki tema, yakni “Ketuhanan” agar kata-kata yang dipilih siswa tidak melebar sehingga sulit dirubah menjadi sebuah puisi). Setelah 31 siswa menulisi kertas tersebut, guru meminta teks tersebut dan membacakannya di depan kelas. Setelah itun guru menjelaskan bahwa teks tersebut bisa dijadikan sebuah puisi. Kemudian guru dan siswa bersama-sama merubah teks menjadi sebuah puisi beserta member judul puisi yang sudah mereka buat bersama (T = Tumbuhkan). 2) Kemudian guru menjelaskan bahwa pada pertemuan tersebut, akan mempelajari materi pembacaan puisi yang sudah dibuat tadi (A = Alami). 3) Berdasarkan apa yang telah disampaikan guru, siswa dapat menyimpulkan bahwa rangkaian kata-kata bisa diubah menjadi sebuah puisi dengan tema, suasana, amanat, dan perasaan yang sesuai pula. Dari puisi tersebut, siswa harus berlatih membacanya di rumah (N = Namai). 4) Untuk memperkuat mimik dan kinesik siswadalam membaca puisi, guru member tugas pada siswa untuk menentukan tema, suasana, perasan, dan amanat puisi tersebut secara berkelompok (teman sebangku). Pemberian tugas tersebut, melalui lembar pertanyaan yang berisi tugas mereka dan lembar teks puisi yang akan mereka tulisi puisi yang baru saja dibuat tadi. 5) Setelah selesai, guru memberi kesempatan siswa untuk membacakan puisi user yang bernama Roisyah maju yang telah jadi. Secara commit sukarelato siswa

120 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

membacakan puisi

tersebut,

kemudian

guru

mendiskusikan cara

pembacaan puisi bersama siswa (D = Demonstrasikan). 6) Guru menutup pembelajaran dengan bertepuk tangan bersama untuk Roisyah karena sudah mampu membaca puisi dengan menggunakan irama, volume, mimik, dan kenesik yang sesuai. Adapun urutan pelaksanaan tindakan pada siklus III pada pertemuan kedua meliputi langkah-langkah, sebagai berikut. 1) Guru kembali memberikan materi mengenai puisi dan membaca puisi pada siswa. Kemudian guru melakukan tanya-jawab untuk apersepsi siswa. 2) Guru meminta siswa untuk mengumpulkan tugas pada lembar pertanyaan kemarin. Siswa mengumpulkan di meja guru dengan maju hampir bersamaan sehingga membuat kelas sedikit gaduh. 3) Setelah 31 tugas terkumpul, guru meminta siswa untuk menbacakan puisi di depan kelas. Pembacaan pertama diambil dari tanggal pelaksanan pembelajaran saat itu yakni tanggal 18, kemudian siswa dengan nomor absen 18 maju dan membacakan puisi. Selanjutnya, siswa dengan nomor absen 18, menunjuk salah seorang temannya untuk mendapat giliran untuk maju dan seterusnya hingga selesai. Pembelajaran sedikit gaduh, tetapi terlihat siswa lebih antusias dan senang (U = Ulangi). 4) Guru bersama dengan siswa mendiskusikan pembacaan puisi tadi dan bersama memilih pembacaan puisi terbaik. P embacaan puisi terbaik jatuh pada Roisyah, dan bersama mimik meberikan applaus meriah kepada siswa tersebut (R = Rayakan). 5) Guru dan siswa melakukan refleksi terhadap proses belajar-mengajar yang telah dilakukan. 6) Guru menutup pembelajaran dengan bernyanyi bersama. c) Observasi dan Interpretasi Seperti pada siklus sebelumnya, kegiatan observasi ini bertujuan untuk mendeskripsikan kekurangan yang terdapat pada siklus II sudah dapat teratasi atau belum. Pelaksanaan tindakan pada siklus III dilakukan pada hari Rabu, 11 commit WIB to user dan 18 Mei 2011 pukul 10.00-11.20 (jam pelajaran kelima&keenam) di

perpustakaan.uns.ac.id

121 digilib.uns.ac.id

ruang kelas VIIB SMP Negeri 1 Jaten. Kegiatan peneliti selama tahap observasi yaitu mengamati proses pembelajaran membaca puisi siswa kelas VIIB dengan penerapan pendekatan pembelajaran quantum. Tindakan pada siklus III ini guru mengajarkan materi puisi dengan tema ”Ketuhanan”. Peneliti bertindak sebagai partisipan pasif dan mengambil posisi di tempat duduk di bagian belakang agar bisa mengamati proses pembelajaran. Berdasarkan pengamatan peneliti, secara garis besar diperoleh gambaran tentang jalannya kegiatan belajar mengajar sebagai berikut. 1) Sebelum mengajar, guru telah mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang dijadikan sebagai pedoman saat mengajar. Rencana pembelajaran tersebut telah sesuai dengan silabus mata pelajaran Bahasa Indonesia yang ada di dalam kurikulum yang digunakan sekolah, yakni Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). 2) Pelaksanaan tindakan siklus III berlangsung dalam dua kali pertemuan. Pada kedua pertemuan, jumlah yang hadir 31 siswa. 3) Berdasarkan observasi pada siklus II tampak beberapa anak kurang begitu fokus pada kegiatan pembelajaran, masih ada yang menengok ke luar jendela jika ada keributan di luar atau berbicara dengan teman sebangkunya. Selain itu masih terdapat pula siswa yang kurang merespons guru misalnya pada saat berdiskusi bersama, tampak beberapa siswa di bangku belakang tidak memperhatikan jalannya diskusi. Ada pula siswa yang mengikuti tetapi kurang menikmatinya, berbeda dengan siklus III ini semua siswa diajak untuk apersepsi bersama secara aktif, tidak hanya bernyanyi tetapi juga berpikir kata apa yang harus ditilisnya sehingga membuat hampir semua siswa berkonsentrasi dan fokus terhadap pembelajaran. Pada siklus ini guru juga melaksanakan pembelajaran membaca puisi dengan baik dan semakin menunjukkan adanya peningkatan, terutama dalam pengelolaan kelas dan menerapkan pendekatan pembelajaran quantum. Guru juga mengulang kembali materi yang telah diberikan pada pertemuan sebelumnya. Selanjutnya, kegiatan commitguru to user inti diawali dengan penjelasan mengenai rangkaian kata-kata yang

perpustakaan.uns.ac.id

122 digilib.uns.ac.id

terkumpul dari siswa mampu diubah menjadi sebuah puisi. Respons dan interaksi siswa dengan guru pada tahap ini sangat baik. Siswa senang sekali pada saat pembuatan puisi karena puisi tersebut hasil dari pemikiran mereka dan bangga kelasnya bisa membuat sebuah puisi bersama. 4) Berbeda dengan siklus sebelumnya, pada siklus III ini demonstrasi tidak dilakukan lewat media LCD atau nara sumber, tetapi salah seorang siswa secara sukarela berani memberikan contoh membaca puisi pada temantemannya. Terlihat dari sini, siswa sudah tidak merasa malu dan sebaliknya siswa sudah merasa nyaman dengan kegiatan membaca puisi di depan kelas. 5) Guru juga yang membacakan rangkaian kata-kata yang akan dijadikan puisi agar guru lebih dekat dengan siswa. 6) Pada saat tahap evaluasi dan refleksi, siswa terlihat lebih aktif dalam merespons atau menjawab pertanyaan dari guru. Siswa terlihat lebih berani untuk mengemukakan idenya dan berinteraksi dengan guru atau pun teman. 7) Selama kegiatan pembelajaran berlangsung pada tahap ini, hampir semua siswa mengikutinya dengan baik, interaksi, keaktifan, maupun respons siswa pada guru juga semakin baik. 8) Dapat dikatakan bahwa kekurangan atau kelemahan selama pelaksanaan tindakan pada siklus III ini hampir tidak terlihat atau telah sesuai dengan yang diharapkan. Ini menunjukkan bahwa guru telah mampu mengatasi kekurangan-kekurangan yang terjadi pada kedua siklus sebelumnya dengan baik. Selain itu, dalam siklus ini sikap siswa dalam pembelajaran juga terlihat semakin baik (saat apersepsi, kegiatan inti, maupun penutup). 9) Keberhasilan proses dan hasil pembelajaran apresiasi puisi siklus III dapat dilihat dari beberapa indikator, sebagai berikut. a) Siswa yang menunjukkan keaktifan pada saat apersepsi yang diindikatori oleh kemauan siswa menyanyikan lagu dan memberikan respons terhadap stimulus yang diberikan guru pada saat apersepsi commit dengan to user kriteria sangat baik dan baik. 5 mencapai 26 siswa (83,8%)

123 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

siswa (16,12%) dengan nilai cukup karena tampak kurang merespons guru saat apersepsi. b) Siswa yang menunjukkan keaktifan dan perhatian pada saat mengikuti pembelajaran yang dinyatakan dengan “kriteria amat baik dan baik” serta diindikatori oleh kemauan siswa untuk memperhatikan serta memberikan

responss

(menjawab/bertanya/menanggapi/menamai)

sekitar 25 siswa (80,64%), sedangkan 19,35% lainnya mendapatkan kriteria cukup. Hal ini dikarenakan 6 siswa tersebut terlihat masih kurang fokus saat pelajaran (salah satunya berbicara dengan teman sebangku). c) Siswa yang memiliki minat dan motivasi saat mengikuti pembelajaran yang dinyatakan dengan kriteria “sangat baik dan baik” serta diindikatori oleh adanya kesungguhan, keantusianan dan semangat dalam mengerjakan setiap tugas maupun saat kegiatan pembelajaran sebesar 25 siswa (80,64%), sedangkan 19,35% lainnya masih tampak kurang bersungguh-sungguh saat pembelajaran. d) Siswa yang sudah dapat menulis puisi dengan baik dan telah mencapai ketuntasan belajar sekitar 26 siswa (83,87%), sedangkan 5 siswa lainnya (16,12%) masih mendapatkan nilai di bawah 74. d) Analisis dan Refleksi Berdasarkan hasil observasi, peneliti menyimpulkan bahwa kualitas pembelajaran membaca puisi pada siklus III (baik proses maupun hasil) telah menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan. Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan pada masing-masing indikator, sebagai berikut. 1) Keaktifan siswa selama apersepsi dalam pembelajaran membaca puisi melalui penerapan pendekatan pembelajaran quantum pada siklus III mengalami peningkatan dari 61% (pada siklus II) menjadi 84%. Penerapan pendekatan pembelajaran quantum berhasil membuat siswa aktif pada saat apersepsi. Hal ini sesuai dengan pelaksanaan “prinsip tumbuhkan” yang dilakukan guru dengan membuat sebuah puisi bersama. Semua siswa telah commit sehingga to user merasa senang dan nyaman terlihat bersemangat dalam

124 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

melaksanakannya. Guru juga berperan aktif dalam permainan sehingga membuat suasana lebih menyenangkan. Hal ini membuat siswa terlihat lebih rileks dalam meresponss stimulus yang diberikan guru dan terlihat menikmati pada saat apersepi. 2) Keaktifan dan perhatian siswa saat mengikuti pembelajaran membaca puisi pada siklus III telah mengalami peningkatan dari 58% (pada siklus II) menjadi 81%. Berdasarkan pengamatan selama kegiatan pembelajaran berlangsung, terlihat siswa lebih aktif untuk meresponss stimulus guru (bertanya/menanggapi/menjawab/menamai)

serta

mau

untuk

memperhatikan atau lebih fokus dalam pembelajaran. 3) Minat dan motivasi siswa saat mengikuti pembelajaran pada siklus III ini juga mengalami peningkatan dari 48% (pada siklus II) menjadi 81%. Hal ini berdasarkan pada kemauan dan kesungguhan siswa dalam mengerjakan tugas, serta antusias dan semangat siswa saat mengikuti pelajaran. 4) Siswa yang telah mendapatkan ketuntasan belajar dalam membaca puisi pada siklus III mengalami peningkatan daripada siklus II sebanyak 64,51% menjadi 83,87%. Skor dalam setiap aspek membaca puisi telah mengalami peningkatan meskipun puisi yang dihasilkan siswa masih sederhana. Pada siklus ini terlihat lebih bisa menyesuaikan mimik dan kinesik dengan puisi yang dibacanya. Hal ini terjadi karena merekalah sendiri yang membuat puisi tersebut sehingga penghayatn terhadap puisi semakin terlihat jelas. Pada siklus ini siswa yang telah tuntas karena telah mendapatkan nilai ketuntasan belajar ( 74) sebanyak 26 siswa atau sekitar 84%. Adapun kemampuan siswa membaca puisi pada siklus III dapat dilihat pada lampiran 35 Melihat indikator keberhasilan proses dan hasil belajar yang telah dicapai siswa dalam pelaksanaan siklus III maka penelitian ini dipandang cukup untuk dilaksanakan. Meskipun dalam pelaksanaan siklus III masih terlihat beberapa siswa belum aktif dalam mengikuti pembelajaran dan belum mendapatkan nilai ketuntasan (belum mencapai nilai 74). Namun secara commit to user keseluruhan dapat dikatakan bahwa pelaksanaan siklus III sudah berhasil dan

125 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

sudah mencapai indikator ketercapaian yang telah ditetapkan yakni 75%. Oleh karenanya, pada penelitian ini selesai pada siklus III.

4. Deskripsi Hasil Penelitian Hasil pelaksanaan pembelajaran membaca puisi setiap siklus tindakan di atas dapat digambarkan secara rinci pada tabel rekapitulasi di bawah ini. Tabel 6. Hasil Tindakan Berdasarkan Indikator Ketercapaian No

Aktivitas dalam Pembelajaran Siswa

1

aktif

selama

apersepsi

Persentase Siklus I

Siklus II

Siklus III

45%

61%

84%

48%

58%

80%

48%

48%

80%

49%

65%

84%

(indikator: mau menyanyikan lagu dan meresponss pada saat apersepsi) Siswa aktif dan memperhatikan saat mengikuti

2

pelajaran

(indikator:

memperhatikan atau fokus terhadap pelajaran, ikut meresponss, aktif mengerjakan tugas) Siswa

3

berminat

dan

memiliki

motivasi saat kegiatan pembelajaran (indikator: semangat, antusias, dan menunjukkan kesungguhan) Siswa

4.

mampu

dengan baik belajar

dalam

mendapat nilai

membaca

puisi

(ketuntasan hasil menulis

puisi

74).

Berdasarkan tabel di atas dapat dinyatakan bahwa telah terjadi peningkatan pada indikator yang telah ditetapkan dari hasil siklus I, II, dan III. Peningkatan terjadi dari siklus I ke siklus II pada indikator 1 sampai dengan 4 cukup signifikan, meskipun pada indikator 3 tidak mengalami penurunan atau kenaikan commit to user

126 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

(tetap). Demikian juga, peningkatan yang terjadi pada siklus II ke siklus III pada indikator-indikator tersebut mencapai 10 % - 32%. Pada siklus II ke siklus III persentase keberhasilan tersebut menunjukkan bahwa tingkat keaktifan siswa pada saat apersepsi mengalami peningkatan 23%, keaktifan dan perhatian siswa saat mengikuti pembelajaran meningkat sekitar 22%, dan minat serta motivasi siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran pun meningkat sebesar 32%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan pembelajaran quantum dapat meningkatkan proses pembelajaran membaca puisi pada siswa kelas VIIB SMP Negeri 1 Jaten. Selain itu, pada siklus ini persentase peningkatan keberhasilan juga terjadi pada ketuntasan hasil belajar siswa dalam membaca puisi, berupa kemampuan siswa dalam membaca puisi di depan kelas yang meningkat sekitar 19%. Peningkatan tersebut tampak pada pembacaan puisi siswa yang pada setiap siklusnya menunjukkan semakin adanya perbaikan baik dalam penggunaan irama, volume, mimik, dan kinesik. Pada siklus III nilai rata-rata siswa lebih tinggi dibanding pada saat survei awal dan siklus-siklus sebelumnya (siklus I dan II). Siklus III nilai rata-rata siswa menjadi 78,83 atau mengalami peningkatan sekitar 5,25 poin dibandingkan pada saat survei awal (nilai rata-rata siswa 61,1). Dengan demikian, dapat dikatakan pula bahwa penerapan pendekatan pembelajaran quantum dapat meningkatkan hasil pembelajaran membaca puisi pada siswa kelas VIIB SMP Negeri 1 Jaten. Berdasarkan hasil analisis di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan pembelajaran quantum dapat meningkatkan proses dan hasil pembelajaran membaca puisi pada siswa kelas VIIB SMP Negeri 1 Jaten.

C. Pembahasan Berdasarkan hasil pengamatan terhadap tindakan yang dilakukan pada siklus I sampai dengan siklus III dapat dinyatakan bahwa terjadi peningkatan kualitas pembelajaran, baik pada proses maupun hasil kemampuan membaca puisi dengan penerapan pendekatan pembelajaran quantum di kelas VIIB SMP Negeri 1 commit user siswa ketika mengikuti kegiatan Jaten. Penilaian proses, dapat dilihat daritosikap

perpustakaan.uns.ac.id

127 digilib.uns.ac.id

pembelajaran. Sikap bermula dari perasaan suka atau tidak suka yang terkait dengan kecenderungan seseorang dalam merespons sesuatu/obyek. Sikap juga merupakan ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki seseorang. Sikap dapat dibentuk sehingga terjadi perilaku atau tindakan yang diinginkan. Ditambahkan pula oleh Sarwiji Suwandi (2010: 80-81) bahwa secara umum obyek/sikap yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran meliputi beberapa hal, yakni sikap terhadap materi pelajaran (motivasi mengikuti pelajaran, keseriusan, semangat); sikap terhadap guru/pengajar (interaksi, respons); dan sikap terhadap proses pembelajaran (perhatian, kerjasama, konsentrasi, dsb.) sedangkan penilaian hasil, Nana Sujana (2008: 3) mengungkapkan bahwa penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa obyek yang dinilai adalah hasil belajar siswa yang disesuaikan dengan tujuan pembelajaran. Berdasarkan penilaian proses dan hasil yang sudah dilakukan guru dan peneliti di atas, dihasilkan keberhasilan peningkatan dalam tingkat keaktifan siswa pada saat apersepsi (23%), keaktifan dan perhatian siswa saat mengikuti pembelajaran (22%), dan minat serta motivasi siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran (32%). Selain itu, peningkatan persentase keberhasilan juga terjadi pada ketuntasan hasil belajar siswa dalam membaca puisi, berupa kemampuan siswa dalam membaca puisi di depan kelas yang meningkat (19%). Peningkatan tersebut tampak pada pembacaan puisi siswa yang pada setiap siklusnya menunjukkan semakin adanya perbaikan baik dalam penggunaan irama, volume, mimik, dan kinesik. Dengan demikian, penelitian ini telah berhasil menjawab rumusan masalah yang dikemukakan peneliti. Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga siklus, dengan uraian kegiatan sebagai berikut: Sebelum dilaksanakan siklus I, peneliti terlebih dahulu melakukan survei awal untuk mengetahui permasalahan yang terjadi sebenarnya di lapangan. Berdasarkan hasil kegiatan pada survei awal, peneliti menemukan bahwa kualitas proses dan hasil pembelajaran membaca puisi di kelas VIIB SMP Negeri 1 Jaten masih kurang memuaskan. Hasil tersebut ditunjukkan dengan to user pembacaan puisi yang dilakukan commit oleh murid. Pada umumnya terkesan seadanya,

perpustakaan.uns.ac.id

128 digilib.uns.ac.id

artinya membaca puisi tidak layaknya seperti orang membaca puisi. Intonasi, lafal, penghayatan maupun penampilan sangat kurang. Jarang terlihat murid yang mampu membaca puisi dengan memperhatikan naik turun, tinggi rendah, dan keras lembut volume suara dalam bacaannya. Para murid juga malu dan tidak percaya diri ketika membaca puisi di depan kelas. Melihat keadaan di lapangan tersebut, guru bersama peneliti mencari sebuah solusi atau jalan keluar untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi. Diperlukan sebuah keadaan baru dan positif dalam pembelajaran dimana dengan keadaan baru tersebut siswa akan lebih fokus dan berkonsentrasi pada materi yang pada akhirnya mampu meningkatkan proses dan hasil tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Keinginan guru dan peneliti untuk meningkatkan proses dan hasil siswa tersebut diperkuat oleh pernyataan Agus Suprijono (2009: xi) bahwa kegiatan pembelajaran yang menyenangkan dan menggairahkan adalah pembelajaran dengan suasana socio emotional climate positif. Murid merasakan bahwa proses belajar yang dialaminya bukan sebuah derita yang mendera dirinya, melainkan berkah yang harus disyukurinya. Belajar juga bukanlah tekanan jiwa pada dirinya, namun merupakan panggilan jiwa yang harus ditunaikannya. Salah satu penerapan pendekatan yang mampu mengubah keadaan pembelajaran dengan kegiatan-kegiatan yang menyenangkan adalah penerapan pembelajaran quantum. Pendekatan pembelajaran quantum, mengaitkan apa yang akan diajarkan guru dengan sebuah peristiwa, pikiran, atau perasan yang diperoleh dari kehidupan rumah, kehidupan sosial di luar rumah, serta kehidupan akademis yang dimiliki oleh siswa. Oleh karenanya, peneliti melakukan kolaborasi bersama dengan guru kelas untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan menerapkan pendekatan pembelajaran quantum dalam pembelajaran membaca puisi. Selain itu, pendekatan pembelajaran quantum memungkinkan siswa untuk belajar dengan kecepatan yang mengesankan, dengan upaya yang normal, dan dibarengi kegembiraan. Cara ini menyatukan unsur-unsur yang secara sekilas tampak tidak mempunyai persamaan: hiburan, permainan, warna, cara berpikir positif, kebugaran fisik, dan kesehatah emosional. Namun semua unsur ini bekerja commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

129 digilib.uns.ac.id

sama untuk menghasilkan pengalaman belajar yang efektif (Bobbi DePorter, 2003: 14). Pelaksanaan pendekatan pembelajaran quantum dalam siklus I sampai siklus III didasarkan pada prinsip TANDUR. Prinsip TANDUR diterapkan sebagai metode atau petunjuk teknis pendekatan quantum. TANDUR merupakan singkatan dari beberapa langkah pembelajaran, yakni Tanamkan, Alami, Namai, Demonstrasi, Ulangi, dan Rayakan. Semua langkah-langkah pembelajaran tersebut, menghantarkan siswa pada prestasi yang luar biasa. Lebih lanjut Bobbi DePorter dkk (2003: 93) mengemukakan bahwa respons dalam pendekatan pembelajaran quantum dengan didasarkan pada prinsip TANDUR, melibatkan seluruh peserta pembelajaran. Seluruh murid terlibat secara fisik, psikis, dan verbal. Predisposisi untuk tindakan positif yang dapat tumbuh dalam pembelajaran apresiasi sastra ini adalah sikap yang berbentuk: rasa senang menikmati, menghayati, menghargai karya sastra, dan sekaligus menyenangi pembelajaran membaca sastra khususnya puisi. Sebelum melaksanakan siklus I peneliti bersama dengan guru kelas sebagai kolaborator menyusun rencana pembelajaran (RPP). Siklus I ini merupakan tindakan awal untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang ditemukan dalam pembelajaran membaca puisi di kelas tersebut. Berdasarkan kesepakatan antara guru dan peneliti pada siklus I ini tema yang digunakan dalam materi membaca puisi adalah “Perjuangan Generasi Muda”. Oleh karenanya, lagu yang dinyanyikan pada saat apersepsi dan puisi yang digunakan disesuaikan dengan temanya. Penilaian proses belajar didapat ketika kegiatan pembelajaran berlangsung sedangkan penilaian hasil belajar didapat dari tugas siswa untuk membaca puisi yang sudah disepakati guru dan peneliti di depan kelas. Pada siklus ini pembelajaran membaca puisi dengan menerapkan pendekatan pembelajaran quantum yang didasarkan pada prinsip “TANDUR” dilaksanakan sesuai dengan RPP yang telah dibuat. Dari pelaksanaan siklus I tersebut diperoleh deskripsi hasil pembelajaran membaca puisi yang menyatakan bahwa masih terdapat beberapa kekuranganto Kekurangan user kekurangan di dalam pelaksanaancommit tindakan. tersebut berasal dari guru

130 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

dan siswa. Kekurangan dari pihak guru, yakni: (1) guru kurang dapat memantau siswa secara keseluruhan karena karena posisi guru lebih banyak di depan dan pada titik tertentu saja (dekat meja guru) pada saat melaksanakan kegiatan pembelajaran; (2) guru masih terkesan agak kaku dan terlalu tegas dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran sehingga siswa terkesan takut untuk beraktualisasi terhadap materi;dan (3) guru belum dapat membangkitkan semangat siswa secara optimal khususnya untuk memberikan pendapat atau menanggapi sehingga stimulus yang diberikan guru kurang diresponss dengan baik oleh siswa. Kelemahan yang terdapat dari pihak siswa, yakni: (1) beberapa siswa kelihatan kurang berkonsentrasi saat menyimak video pembacaan puisi; (2) sebagian siswa terlihat belum sepenuhnya fokus saat pembelajaran berlangsung (melakukan aktivitas lain, seperti menolah-noleh, berbicara dengan teman satu meja, dan sebagainya); (3) sebagian siswa belum mampu menyesuaikan mimik dan kinesik pada saat pembacaan puisi. Kekurangan-kekurangan yang ditemukan dalam pelaksanaan tindakan pada siklus I ini merupakan faktor penyebab kurang memuaskannya hasil tes kemampuan membaca puisi siswa. Hal ini didasarkan pada jumlah siswa yang telah memperoleh nilai

74 (dinyatakan tuntas) dalam membaca puisi hanya 15

siswa atau sekitar 48% dari jumlah keseluruhan. Selanjutnya, kekurangankekurangan yang terdapat dalam siklus I tersebut dievaluasi oleh peneliti dan guru hingga menghasilkan perencanaan pembelajaran baru. Melalui perencanaan ini diharapkan dapat mengatasi kekurangan-kekurangan yang terdapat dalam pelaksanaan tindakan I. Tindakan pada siklus II dilaksanakan untuk mengatasi kekurangan yang terdapat dalam siklus I. Pada siklus II ini guru juga menerapkan pendekatan pembelajaran quantum yang didasarkan pada prinsip “TANDUR” dalam pembelajaran membaca puisi. Berbeda dengan siklus I, pada siklus ini tema yang diambil adalah “Pemberontakan Diri”. Adapun tugas yang dikerjakan siswa pada siklus II sama dengan tugas pada siklus I, yakni membaca puisi dan menentukan tema, amanat, suasana, dan perasaan dalam puisi. Perbedaan tugas yang diberikan user pada siswa dalam tidakan II commit adalah, toditiadakannya tugas untuk memberi

131 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

anotasi/tanda pada teks puisi. Hal ini sudah disepakati oleh guru dan peneliti, karena akan mengurangi konsentrasi siswa pada mimik dan kinesik saat membaca puisi. Siswa terlalu bergantung pada anotasi tanpa mengindahkan ekspresi yang seharusnya harus dimunculkan saat membaca puisi. Tugas membaca puisi ini bersifat individu, namun tempat duduk siswa dibuat berkelompok seperti diskusi. Berdasarkan pengamatan pada pelaksanaan siklus II terlihat bahwa terjadi peningkatan proses dan hasil pembelajaran membaca puisi dari siklus I. Peningkatan proses dapat dilihat dari meningkatnya keaktifan siswa pada saat apersepsi, dan keaktifan dan perhatian siswa pada saat guru menyampaikan materi pembelajaran sedangkan minat dan motivasi siwa saat mengikuti kegiatan pembelajaran tidak mengalami penurunan atau kenaikan yakni tetap. Peningkatan hasil dilihat dari meningkatnya jumlah siswa yang telah mencapai ketuntasan belajar dalam membaca puisi. Pada siklus I siswa yang dinyatakan telah tuntas dalam membaca puisi sekitar 48% (15 orang) dan pada siklus II ini terjadi peningkatan menjadi 65% ( 20 orang). Meskipun dalam siklus II ini telah ada peningkatan baik dari proses maupun hasil namun dalam pelaksanaannya masih ditemukan kekurangan-kekurangan, seperti guru masih terlihat kurang dalam pengelolaan kelas dan mengkondisikan siswa agar tidak gaduh, beberapa siswa masih terlihat belum sepenuhnya fokus dalam kegiatan pembelajaran, dan belum semua siswa yang meresponss stimulus yang diberikan guru. Selanjutnya, peneliti bersama-sama dengan guru berdiskusi untuk merancang rencana pembelajaran baru yang bertujuan untuk mengatasi segala kekurangan yang masih terdapat dalam pelaksanaan siklus II. Pada siklus III ini guru dan peneliti berusaha untuk memperkecil segala kelemahan yang terjadi selama pelaksanaan pembelajaran membaca puisi. Hal ini dikarenakan siklus III merupakan perencanaan siklus terakhir dalam penelitian ini. Pada pelaksanaan siklus III guru juga menerapkan pendekatan

pembelajaran quantum yang

didasarkan pada kerangka prinsip “TANDUR” dalam pembelajaran membaca puisi. Tema yang diambil pada siklus ini adalah “Ketuhanan”. Berbeda dengan siklus-siklus sebelumnya, agar kegiatan pembelajaran lebih bervariatif maka pada commit to user yang akan membuat siswa lebih siklus ini dibuat apersepsi semenarik mungkin

perpustakaan.uns.ac.id

132 digilib.uns.ac.id

konsentrasi, fokus dan senang dalam pembelajaran. Pemberian contoh pembacaan puisi juga dilakukan secara langsung oleh salah seorang siswa dengan sukarela. Dari pelaksanaan siklus III terlihat bahwa terjadi peningkatan proses dan hasil pembelajaran membaca puisi dari siklus II. Peningkatan proses dapat dilihat dari meningkatnya keaktifan siswa pada saat apersepsi, keaktifan dan perhatian siswa pada saat guru menyampaikan materi pembelajaran, serta minat dan motivasi siwa saat mengikuti kegiatan pembelajaran, sedangkan untuk peningkatan hasil dilihat dari meningkatnya jumlah siswa yang telah mencapai ketuntasan belajar dalam membaca puisi yang berupa pembacaan puisi yang telah dibuat siswa pada siklus ini mencapai 84% (pada siklus II sebesar 65%). Dalam siklus III kekurangan-kekurangan yang terdapat pada siklus-siklus sebelumnya sudah dapat teratasi dan tujuan pembelajaran yang telah direncanakan pun juga telah tercapai. Oleh karenanya, dalam penelitian ini hanya dilaksanakan sampai pada siklus III. Berdasarkan tindakan-tindakan yang telah dilakukan, dapat dikatakan bahwa penerapan pendekatan pembelajaran quantum dalam pembelajaran membaca puisi di kelas VIIB SMPNegeri 1 Jaten telah berhasil. Keberhasilan pendekatan pembelajaran quantum dalam upaya meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran membaca puisi dapat dilihat dari indikator-indikator sebagai berikut. 1. Peningkatan kualitas proses pembelajaran membaca puisi Penentuan persentase kualitas proses dihitung dari jumlah siswa yang telah mendapatkan kriteria “sangat baik dan baik” pada masing-masing indikator selama kegiatan pembelajaran per jumlah siswa dalam kelas (31) dikalikan 100. Adapun bentuk keaktifan yang diamati adalah sikap siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung, keaktifan dalam meresponss, kesungguhan dalam mengerjakan tugas, dan semangat serta antusias dalam mengikuti pembelajaran. a. Siswa lebih aktif saat mengikuti apersepsi Selama pelaksanaan penelitian pada siklus I hingga III, tampak bahwa commit apersepsi. to user siswa antusias dalam mengikuti Keantusiasan ini ditunjukkan

133 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

dengan kemauan siswa untuk menyanyikan lagu yang diminta guru dengan penuh semangat, membaca puisi di depan kelas, dan respons siswa terhadap stimulus yang diberikan guru pada saat apersepsi. Keaktifan siswa saat apersepsi ditunjukkan dengan “kriteria sangat baik dan baik” yang diindikatori adanya kemauan siswa untuk mengikuti apersepsi (ikut menyanyikan lagu dan memberikan respons terhadap stimulus yang diberikan guru). Dari siklus I hingga siklus III mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari persentase keaktifan siswa antar siklus, yaitu 45% atau sebanyak 14 siswa (siklus I) menjadi sekitar 61% atau sebanyak 19 siswa (pada siklus II) dan mencapai 84% atau sebanyak 26 siswa (pada siklus III). b. Siswa terlihat lebih aktif dan perhatian saat mengikuti pelajaran Keaktifan dan perhatian siswa pada saat mengikuti pelajaran di setiap siklus semakin menunjukkan adanya peningkatan. Indikator yang menunjukkan keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran adalah kemauan siswa untuk memperhatikan atau fokus terhadap kegiatan pembelajaran serta kemauan dan keaktifan siswa untuk meresponss stimulus yang diberikan guru (bertanya/menjawab/menanggapi/menamai). Peningkatan keaktifan siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran pada siklus I hanya 48% atau sebanyak 15 siswa, siklus II sekitar 58% atau sebanyak 18 siswa, dan siklus III menjadi 81% atau sebanyak 25 siswa. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti pada saat survei awal, beberapa siswa terlihat kurang fokus pada saat kegiatan pembelajaran. Selain itu, keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran juga belum begitu terlihat, karena saat pembelajaran siswa lebih banyak mendengarkan dan sebagian siswa kurang aktif dalam meresponss stimulus yang diberikan guru. Setelah adanya tindakan melalui penerapan pembelajaran quantum sebagai pendekatan pembelajaran dalam membaca puisi keaktifan siswa semakin meningkat. commit to user

134 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

c. Minat dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran membaca puisi Pada mulanya, pembelajaran yang dilakukan di kelas tampak monoton dan membuat siswa menjadi jenuh dan bosan. Hal ini dikarenakan model pembelajaran yang digunakan guru kurang menarik. Saat pembelajaran guru lebih banyak memberikan penjelasan yang menitik beratkan pada aspek kognitif dan keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran pun juga belum tampak, kemudian dilanjutkan dengan tugas membaca puisi yang tanpa memanfaatkan suatu media sehingga dalam membaca pun siswa tampak kesulitan dan bingung. Dikarenakan kurang bervariasi dan monoton mengakibatkan siswa kurang

bersemangat

dan

kurang

termotivasi

dalam

mengikuti

pembelajaran. Namun setelah diterapkannya pendekatan pembelajaran quantum siswa mulai menunjukkan adanya ketertarikan saat mengikuti pembelajaran. Hal ini dilihat dari kesungguhan siswa saat mengerjakan tugas, antusias dan semangat siswa dalam mengikuti pembelajaran. Siswa menjadi termotivasi karena dalam kegiatan pembelajaran siswa tidak lagi hanya diam dan mendengarkan tetapi dibuat untuk lebih aktif. Selain itu, siswa juga tampak termotivasi karena dalam membaca puisi siswa dibuat seolah seperti kompetisi yang mana usaha siswa akan diberikan penghargaan sehingga setiap siswa berusaha semaksimal mungkin untuk mengerjakan tugas yang diberikan. Tindakan yang dilakukan dengan menerapkan pendekatan pembelaran quantum membuat siswa tampak lebih berminat dan termotivasi saat mengikuti pembelajaran membaca puisi. Hal ini didasarkan pada pengamatan peneliti dari jumlah siswa yang mendapatkan kriteria sangat baik dan baik di setiap siklusnya. Pada siklus I siswa yang tampak berminat dan memiliki motivasi saat mengikuti pembelajaran sekitar 48% dan pada siklus II tetap menjadi 48%. Pada siklus terakhir terjadi peningkatan yang cukup signifikan yakni sebesar 81% atau sebanyak 25 siswa tampak berminat serta termotivasi pada pembelajaran membaca commit to user puisi.

135 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

2. Peningkatan kualitas hasil pembelajaran membaca puisi Peningkatan kualitas hasil dapat dinilai dari hasil belajar siswa yang mengalami peningkatan dari satu siklus ke siklus berikutnya. Peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran membaca puisi didasarkan pada ketuntasan siswa dalam membaca puisi yang penilaiannya didasarkan pada beberapa kriteria, yakni: a. Penggunaan irama Siswa telah mampu menggunakan irama dengan baik sesuai dengan isi puisi yang dibacanya. Pada saat pretes siswa membaca puisi hanya berdasarkan pada imajinasi atau pengetahuannya tanpa ada suatu media yang mendukung. Hal ini menyebabkan sebagian besar siswa merasa kesulitan dalam membaca karena siswa tidak memiliki gambaran. Berbeda dengan saat adanya tindakan. Pendekatan pembelajaran quantum mengoptimalkan segala hal yang terdapat di sekitar lingkungan pembelajaran, termasuk pemanfaatan media. Oleh karenanya, pada saat tindakan guru menggunakan media LCD dan nara sumber terjadi kenaikan pada nilai hasil membaca puisi siswa. Dengan adanya media tersebut siswa memperoleh gambaran atau inspirasi serta dapat mengimajinasikannya kemudian

membacakan

puisi

yang

sudah

dipersiapkan

dengan

menirukankan video pembacaan puisi. Pada setiap siklus, aspek ini mengalami peningkatan yang signifikan. b. Volume Berdasarkan hasil pekerjaan siswa tampak bahwa siswa telah mampu menggunakan tingkat volume yang tepat dan sesuai dengan isi puisi dan jumlah pendengar meskipun masih sedikit malu. Sebagian besar siswa dalam membaca puisi telah mampu menggunakan volume yang sesuai sehingga pendengar puisi tersebut mampu menikmatinya. Berbeda saat pretes, yang mana sebagian besar siswa saat pembacaan puisi masih belum mampu menggunakan volulme yang sesuai. Hal ini menyebabkan unsur keindahan pada puisi dirasa sangat kurang dan masih seperti cerita biasa. commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

136 digilib.uns.ac.id

Namun setelah adanya tindakan dapat dilihat pada karya siswa hal tersebut dapat diminimalkan. c. Mimik Salah satu cara agar pendengar pembacaan puisi merasakan apa yang dirasakan penulis puisi adalah dengan penggunaan mimik atau ekspresi wajah pembaca puisi yang harus sesuai dengan isi puisi. Dengan kesesuaian antar isi puisi dan mimik pembaca puisi, mampu meningkatkan pemahaman dan penghayatan teks puisi yang dibaca. Setelah dilakukan tindakan antara peneliti dan guru dalam setiap pembacaan puisi siswa telah mampu menggunakan mimik yang sesuai. Dari siklus ke siklus siswa mulai dapat menggunakan mimik dengan cukup baik sehingga puisi yang dibacakan siswa juga terlihat semakin indah dan harmonis. d. Kinesik Sebagian siswa sudah terlihat menggunakan kinesik dalam pembacaan puisinya (meski awalnya hanya beberapa siswa yang mendapatkan kriteria baik). Hal ini diindikatori oleh penggunaan kinesik atau gerak tangan dan tubuh yang sesuai dengan isi puisi. Pada awalnya, siswa merasa masih malu untuk menggunakan kinesik namun setelah diberikan pendekatan pembelajaran quantum oleh guru, peningkatan siswa yang menggunakan kinesik tiap siklus bertambah secara signifikanl. Hal itu membuat pembacaan puisi lebih indah dan menarik untuk didengarkan dan dihayati. Adanya peningkatan pada setiap kriteria pembacaan puisi tersebut menjadikan nilai siswa dalam membaca puisi juga mengalami peningkatan. Pada saat pretes, terlihat bahwa kemampuan membaca puisi siswa masih kurang memuaskan. Hal tersebut tampak pada jumlah siswa yang telah mendapatkan nilai ketuntasan belajar yang telah ditetapkan ( 74). Persentase ketuntasan belajar yang dicapai siswa pada saat pretes hanya sekitar 28% (9 siswa dari jumlah siswa keseluruhan 31) dengan nilai rata-rata 68,51. Peningkatan mulai tampak pada siklus I dari 31 siswa 15 siswa (sekitar 48%) telah mencapai ketuntasan hasil belajar dan nilai rata-ratanya adalah 68,34. commit to user Pada siklus II kemampuan siswa dalam membaca puisi mengalami peningkatan

137 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

yang signifikan. Hal ini tampak pada persentase ketuntasan hasil belajar siswa yang mencapai 65% (20 siswa) dengan nilai rata-rata 73,5. Pada siklus III persentase ketuntasan belajar siswa meningkat menjadi 84% (26 siswa dari jumlah keseluruhan) dengan nilai rata-rata 78,83. Dengan

menerapkan

pendekatan

pembelajaran

quantum

dalam

pembelajaran membaca puisi, kemampuan membaca puisi siswa dalam bentuk pembacaan puisi di depan kelas mengalami peningkatan yang dinyatakan dengan semakin banyaknya siswa yang telah mendapatkan nilai ketuntasan belajar. Pada penelitian yang dilakukan peneliti ditemukan juga beberapa fakta mengenai kemampuan siswa dalam membaca puisi baik proses maupun hasilnya. Beberapa siswa menunjukkan nilai proses yang kurang baik (tidak tuntas), namun pada nilai hasil membaca puisi siswa-siswa tersebut mencapai nilai yang tinggi (tuntas). Begitupun sebaliknya, terdapat beberapa siswa lain yang nilai proses membaca puisinya sangat baik (tuntas) namun nilai hasil membaca puisinya kurang baik (tidak tuntas). Menurut peneliti, keadaan di atas terjadi karena beberapa faktor. Bakat, minat, jenis kecerdasan, dan tingkat kepercayaan diri menjadi faktor-faktor dalam hal tersebut. Siswa yang kemampuan kognitifnya tinggi namun tidak memiliki bakat membaca puisi, minat terhadap sastra dan kurang memiliki rasa kepercayaan diri akan sulit sekali untuk mampu membaca puisi di depan kelas. Mereka cenderung kurang mampu mengekspresikan diri saat membaca puisi di depan kelas. Dari diskusi yang dilakukan antara guru dan peneliti, siswa-siswa tersebut merasa malu dan kurang nyaman jika harus berada di depan kelas dan menjadi pusat perhatian siswa lain. Sebaliknya, terdapat siswa-siswa yang tingkat kognitifnya kurang namun memiliki bakat dan minat yang besar terhadap sastra khususnya membaca puisi, mereka sangat berkompeten di bidang ini. Mereka mampu berekspresi sesuai hatinya, merasa nyaman dan percaya diri ketika membaca puisi di depan kelas. Mereka juga tidak malu jika harus berteriak atau menangis demi penghayatan tehadap puisi yang dibacanya. commit to user

138 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Siswa-siswa tersebut memang memiliki kecerdasan linguistik sehingga mampu mengungkapkan apa yang dirasakan atau apa yang dipikirkan dalam bentuk kemampuan membaca, menulis, atau berkomunikasi. Berdasarkan pemaparan di atas tampak bahwa penerapan pendekatan pembelajaran quantum dalam pembelajaran membaca puisi pada siswa kelas VIIB SMP Negeri 1 Jaten dapat meningkatkan proses dan hasil belajar siswa. Peningkatan proses didasarkan pada meningkatnya keaktifan dan perhatian siswa saat mengikuti kegiatan pembelajaran baik pada saat apersepsi maupun keaktifan siswa dalam meresponss stimulus yang diberikan guru, kesungguhan dalam mengerjakan tugas, keantusiasan dan semangat siswa dalam mengikuti pembelajaran. Dan peningkatan hasil didasarkan pada meningkatnya hasil pekerjaan siswa dalam membacas puisi (jumlah siswa yang mendapatkan nilai 74). Selain itu, berdasarkan hasil angket pasca tindakan siswa kelas VIIB 25 siswa menyatakan bahwa melalui penerapan pendekatan pembelajaran quantum dapat membantu mereka dalam pembelajaran ataupun pengajaran membaca puisi sehingga kualitas proses dan hasil belajar siswa kelas VIIB SMP Negeri 1 Jaten pun meningkat.

commit to user

139 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN

A. Simpulan Simpulan yang dihasilkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Penerapan pendekatan pembelajaran quantum dapat meningkatkan proses pembelajaran membaca puisi pada siswa kelas VIIB SMP Negeri 1 Jaten. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan proses pembelajaran, yang meliputi: (a) meningkatnya keaktifan siswa saat mengikuti apersepsi. Hal tersebut dapat dilihat dari peningkatan keaktifan siswa saat mengikuti apersepsi pada tiap siklus. Pada siklus I keaktifan siswa saat mengikuti apersepsi sebesar 45%, pada siklus II sebesar 61%, dan pada siklus III meningkat menjadi 84%; (b) meningkatnya keaktifan dan perhatian pada saat mengikuti pembelajaran. Hal ini terbukti dengan meningkatnya keaktifan siswa dalam merespons stimulus yang diberikan guru (bertanya, menjawab, menanggapi, menamai) dan perhatian pada saat pembelajaran di setiap siklusnya. Siklus I siswa yang aktif mengikuti kegiatan pembelajaran sebesar 48%. Pada siklus-siklus berikutnya keaktifan siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran mengalami peningkatan yang signifikan. Peningkatan tersebut sebesar 58% pada siklus II dan 81% pada siklus III; (c) meningkatnya motivasi dan minat siswa dalam mengikuti pembelajaran membaca puisi. Hal ini tampak pada kesungguhan siswa saat mengerjakan tugas serta keantusiasan dn semangat siswa saat mengikuti kegiatan pembelajaran. Pada siklus I siswa yang tampak berminat dan termotivasi sebanyak 43%, pada siklus berikutnya tetap pada hasil 43% pada siklus II dan meningkat menjadi 81% pada siklus III. 2. Penerapan pendekatan pembelajaran quantum dapat meningkatkan hasil pembelajaran membaca puisi pada siswa kelas VIIB SMP Negeri 1 Jaten. Adanya peningkatan hasil pembelajaran membaca puisi dilihat dari meningkatnya kemampuan siswa dalam membaca puisi. Hal ini terbukti dengan meningkatnya kemampuan siswa dalam membaca puisi yang commit to user penilaiannya didasarkan pada penggunaan irama, volume, mimik, dan kinesik

140 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

yang sesuai dengan isi puisi yang dibaca. Peningkatan kemampuan siswa terjadi pada siklus I hingga III yang ditunjukkan dengan semakin banyaknya siswa yang telah mencapai batas ketuntasan (KKM

74). Pada siklus I siswa

yang telah mencapai ketuntasan belajar sebesar 48% atau sebanyak 15 siswa, pada siklus II meningkat menjadi 65% atu sebanyak 20 siswa, dan pada siklus III sebanyak 84% atu sebanyak 26 siswa.

B. Implikasi Penelitian ini memberikan gambaran yang jelas bahwa keberhasilan proses dan hasil pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya guru, siswa, pendekatan pembelajaran, model pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar. Pemilihan model pembelajaran yang kurang tepat akan berpengaruh pada kurangnya minat dan keaktifan siswa dalam pembelajaran serta rendahnya hasil belajar siswa. Oleh karenanya, dalam memilih model atau pendekatan pembelajaran guru hendaknya juga memperhatikan kesenangan dan kebermanfaatannya bagi perkembangan peserta didik. Penelitian ini membuktikan bahwa melalui penerapan pendekatan pembelajaran quantum dapat meningkatkan proses dan hasil belajar siswa dalam materi membaca puisi. Penerapan kerangka prinsip ”TANDUR” yang terdapat dalam

pendekatan

pembelajaran

quantum

merupakan

langkah-langkah

pembelajaran yang efektif. Dimulai dari ”tumbuhkan” yang dilakukan pada saat apersepsi dengan menyanyikan sebuah lagu yang bertujuan untuk menumbuhkan ketertarikan dan minat siswa mengikuti kegiatan pembelajaran. Dan diakhiri dengan ”rayakan” yang dilakukan guru untuk memberikan penghargaan atas usaha atau kerja keras yang telah dilakukan siswa serta untuk memacu siswa agar lebih baik dalam kegiatan pembelajaran selanjutnya. Oleh karenanya, penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi untuk mengembangkan pengajaran bahasa yang lebih kreatif dan inovatif, seperta dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi tenaga pengajar yang ingin menerapkan pendekatan pembelajaran quantum di kelasnya. commit to user

141 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Pendekatan pembelajaran quantum dapat meningkatkan minat dan kemampuan membacai puisi siswa karena melalui penerapan pendekatan pembelajaran ini tidak sekedar dapat menumbuhkan kesenangan pada diri siswa, namun juga dapat melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran, memupuk keberanian, serta merespons sesuatu yang ada di sekitar. Responsrespons tersebut diungkapkan melalui kegiatan membaca puisi. Dengan demikian, diakhir pembelajaran siswa dapat mengungkapkan pikiran dan perasaannya secara tertulis dalam bentuk puisi.

C. Saran Berkaitan dengan simpulan dan implikasi di atas, maka peneliti mengajukan saran-saran sebagai berikut. 1. Bagi Siswa Siswa disarankan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran hendaknya lebih aktif dan mengikuti pelajaran dengan perasaan senang. Hal ini dikarenakan dengan adanya rasa senang pada diri siswa maka akan menumbuhkan rasa ingin tahu siswa terhadap materi yang dipelajari dan lebih memudahkan siswa untuk mendalami materi tersebut. Selain itu, jika sekiranya siswa mengalami kesulitan dan kurang menyenangi dengan cara guru mengajarkan suatu materi, hendaknya siswa dapat menyampaikan hal tersebut pada guru sehingga ini dapat menjadi masukan atau perbaikan bagi guru. 2. Bagi Guru a. Dalam kegiatan pembelajaran guru hendaknya dapat memanfaatkan sarana penunjang seperti media pembelajaran yang menarik dan dapat membuat siswa lebih aktif. Penggunaan media pembelajaran ini selain bertujuan untuk mempermudah siswa dalam mengerjakan tugas juga sebagai sarana bagi guru dalam menyampaikan materi pelajaran. b. Guru hendaknya melakukan suatu perencanaan dan evaluasi terhadap segala tindakan yang akan ditempuh. Hal ini penting dilakukan agar dalam pelaksanaannya, guru dapat kemungkinan munculnya commitmemperkecil to user

142 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

hambatan dalam proses pembelajaran. Selain itu, guru hendaknya juga dapat menumbuhkan keaktifan dan kesadaran siswa agar kegiatan pembelajaran membaca puisi berlangsung lebih kondusif. 3. Bagi Sekolah a. Pihak sekolah hendaknya menambah sarana atau fasilitas belajar-mengajar yang dapat digunakan oleh siswa dan guru untuk mendukung dan lebih mengoptimalkan kegiatan pembelajaran. Misalnya, untuk materi sastra, khusunya puisi perlu ditambah kaset atau rekaman atau video pembacaan puisi yang lebih variatif. b. Pihak sekolah hendaknya dapat memotivasi dan memfasilitasi guru dalam meningkatkan kemampuan mengajar. Baik dengan mengikut sertakan guru dalam

kegiatan

seminar,

workshop,

penataran,

maupun

dengan

mendukung guru untuk melakukan berbagai penelitian dalam pendidikan dan pengajaran. 4. Bagi Peneliti Lain Diharapkan bagi peneliti lain agar mampu berkolaborasi secara aktif dengan guru dan dapat menciptakan pendekatan atau model atau metode pembelajaran baru yang dapat mengembangkan bakat, potensi, dan kreativitas siswa sehingga kualitas pendidikan di Indonesia dapat meningkat.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

DAFTAR PUSTAKA Abd.

Rouf. 2010. “Metode Pengajaran Membaca”, dalam http://www.mtsppiu.sch.id/bahasa-indonesia/metode-pengajaran-membaca, diakses 16 Januari 2011.

Abu Wahidji, Mansoer Pateda, Ny. M.M. Kasim, Husain Yunus, dan Ny. Aisa Daud. 1985. Kemampuan Berbahasa Indonesia (Membaca dan Menulis) Murid Kelas VI Sekolah Dasar di Daerah Gorontalo. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud. Agus Suprijono. 2009.Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogjakarta: Pustaka Pelajar. Anita Kusuma. 2010. “Mengatasi Kesulitan Membaca Puisi dengan Metode Variasi dan Pemodelan Melalui VCD pada Siswa Semester I Kelas X SMK Texmaco Karawang Tahun Pelajaran 2008/2009”. Skripsi dalam http://www. uis. edu/ servicelearning/ faculty/documents/ ReflectionJournals.pdf, diakses 25 Januari 2011. Hasan Alwi. 2011. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Bandung: Remadja Rosdakarya. Andayani. 2008. Pembelajaran Apresiasi Sastra Berbasis Quantum Learning di Sekolah Dasar. Surakarta: UNS Press. A. Teeuw. 1983. Membaca dan Menilai Sastra. Jakarta: Gramedia. Bobbi DePorter dan Mike Hernacki. 2003. Quantum Learning. Bandung: Kaifa. Bobbi DePorter, Mark Reardon, dan Sarah Singer-Nourie. 2003. Quantum Teaching: Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang-ruang Kelas. Bandung: Kaifa. Bonita D. Sampurno. 2010. “Tips Sukses Berbicara di Muka Umum”, dalam http://simpang5.wordpress.com/2010/09/24/tips-sukses-berbicara-di mukaumum/, diakses 18 Januari 2011. Burhan Nurgiyantoro. 2009. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa Indonesia. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta. Didin Widyartono. 2010. “Membaca Puisi”, dalam http:// endonesa.wordpress. com/lentera-sastra/membaca-puisi/, diakses 3 Januari 2011. Enco Mulyasa. 2006. Kurikulum Yang Disempurnakan: Pengembangan Standar user Kompetensi dan Kompetensicommit Dasar.to Bandung: Remaja Rosdakarya.

143

perpustakaan.uns.ac.id

144 digilib.uns.ac.id

Gino, Suwarni, Suripto, Maryanto, dan Sutijan. 2000. Belajar dan Pembelajaran I. Surakarta : Depdikbud. H.B. Sutopo, 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Press. Herman J. Waluyo. 1995. Teori dan Apresiasi Puisi. Surakarta: Erlangga. Herman J. Waluyo. 2003. Apresiasi Puisi. Jakarta: Gramedia. Herman J. Waluyo. 2008. Kesusastraan Jawa. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13. Herman J Waluyo, Swandono, dan Slamet Mulyono. 2001. Sastra Jawa (Tembang Dan Puisi Jawa). Jakarta: Pusat Bahasa. Herman J. Waluyo, Budi Setiawan, Handoko. 2007. “Pengembangan Model Keterpaduan Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dengan Pendekatan Quantum Learning (Berbahasa dan Bersastra dalam Suasana Orkestrasi di SMP Daerah Surakarta)”. Penelitian Tim PascaSarjana. Program Bahasa Indonesia. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Henry Guntur Tarigan.1984. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa. Henry Guntur Tarigan, 2008. Membaca. Bandung: Angkasa. I Gusti Ngurah Bagus, I Made Denes, Anom Meko Mbete, I Ketut Ginarsa, dan I Ketut Mantra. 1981. Kemampuan Berbahasa Indonesia Murid Kelas VI Sekolah Dasar Di Bali: Mendengarkan dan Berbicara. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud. Imam Syafi‟ie. 1993. Terampil Berbahasa Indonesia I. Jakarta: Depdikbud. Jan van Luxenburg, Mieke Bal, dan Willem G. Weststeijn. 1986. Pengantar Ilmu Sastra. Penerjemah Dick Hartoko. Jakarta: Gramedia. Peters, John. 1991. The Elements of Critical Readings. New York: Macmillan Publishing. Jos Daniel Parera. 1991. Belajar Mengemukakan Pendapat. Jakarta: Erlangga. Laodesyamri. 2010. “Tujuan Membaca”, dalam http://id.shvoong.com/writingand-speaking/2060356-tujuan-membaca/, diakses 16 Januari 2011. M. Atar Semi. 1993. Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Raya. Maria Utami. 2010. Memilihcommit puisi,to user Membangun Karakter. Semarang: BandunganInstitute.

perpustakaan.uns.ac.id

145 digilib.uns.ac.id

Muhammad Zakii Al-aziz. 2010. “Membahas Kinesik dan Contohnya”, dalam http://bahasa.kompasiana.com/2010/10/29/membahas-kinesik-dancontohnya/, diakses 18 Januari 2011. Nana Sujana. 2008. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nanang Ismail. 2010. “Pengertian Membaca Puisi”, dalam http://na2ngismail.blogspot.com/2010/11/hakikatmembacapuisipoetry reading.htmlil.com, diakses 3 Januari 2011. Nurhadi. 1987. Membaca Cepat dan Efektif. Bandung: Sinar Baru. Oemar Hamalik. 2003. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Rachmat Djoko Pradopo. 2003. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gajahmada University Press. Sarwiji Suwandi. 2010. Model Assesmen dalam Pembelajaran. Surakarta: Yuma Pustaka. Sarwiji Suwandi. 2009. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan Karya Tulis Ilmiah. Surakarta: UNS Press. Satumahati. 2010. “Kemampuan, Wawasan dan Kejujuran”, dalam http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/2054773-kemampuanwawasan-dan-kejujuran/, diakses 12 Januari 2011. Sugiyanto. 2009. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: UNS Press. Suharno, Sukardi, Hj. Chodijah HA, dan Suwalni S. 2000. Belajar dan Pembelajaran II. Surakarta. UNS Press. Suharsimi Arikunto, Suhardjono, dan Supardi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Akasara. Suminto A. Sayuti. 1985. Puisi dan Pengajarannya. Yogyakarta: IKIP Semarang press. Teti Rostikawati. 2005. “Mind Mapping dalam Metode Quantum Learning Pengaruhnya Terhadap Prestasi Belajar dan Kreativitas Siswa”. Tesis : Program PascaSarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta (tidak dipublikasikan). Sri Wardani. 2005. Pembelajaran Kontekstual. Yogyakarta: Ditjen PLP. commit to user

146 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Wijaya Kusumah. 2010. “Manfaat Membaca”, dalam http:// edukasi.kompasiana. com/2010/01/19/manfaat-membaca/, diakses 16 Januari 2011.

commit to user

147 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

LAMPIRAN

commit to user

148 Lampiran 1. Silabus Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Nama Sekolah : SMP Negeri I Jaten Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas : VII Semester :2 Standar Kompetensi : Membaca Membaca indah puisi dengan menggunakan irama, volume suara, mimik, kinesik yang sesuai dengan isi puisi

Kompetensi Dasar

Materi Pembelajaran

Kegiatan Pembelajaran

Indikator Tehnik

Membaca indah puisi dengan menggunakan irama, volume suara, mimik, kinesik yang sesuai dengan isi puisi

- Puisi berjudul “Berita Kepada Kawan” karya Ebiet G Ade - Buku paket Bahasa dan Sastra Indonesia - materi tentang rima, diksi, ekspresi/mimik, vokal

• Mencermati dan memahami puisi/teks lagu • Membaca puisi/teks lagu • Mendengarkan dan berdiskusi pembacaan puisi teman

Alokasi Waktu

Penilaian

• Siswa dapat membaca puisi berjudul ”Berita Kepada Kawan” karya Ebiet G Ade dengan irama, volume, mimik, dan kinesik yang sesuai dengan isi puisi

Terlampir

Bentuk Instrumen Terlampir

Contoh Instrumen Terlampir

2 x 40 menit

Sumber

Terlampir

Jaten, September 2010 Katrin Kusala, S. Pd

149 Lampiran : Tehnik

: Tes Unjuk Kerja

Bentuk Instrumen

: Tes Simulasi Uji Petik Kerja Produk

Contoh Instrumen

: 1. Bagaimana cara/teknik membaca indah pada puisi berjudul ”Berita Kepada Kawan” karya Ebiet G Ade!

Kegiatan Siswa menuliskan 4 teknik/cara membaca indah Siswa menuliskan 3 teknik/cara membaca indah Siswa menuliskan 2 teknik/cara membaca indah Siswa menuliskan 1 teknik/cara membaca indah Siswa tidak menuliskan teknik/cara membaca indah Skor maksimal: No 1= 4 Jumlah = 4 Perhitingan nilai akhir dalam skala 0s/d 10 adalah sebagai berikut: Nilai akhir = Perolehan Skor X Skor Ideal (10) = Skor Maksimum (4)

Sumber ajar : Teks Puisi (majalah, koran) Kaset/VCD Narasumber Buku Pelajaran Bahasa Indonesia

Skor 4 3 2 1 0

150 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Lampiran 2. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Standar Kompetensi Membaca

Kompetensi Dasar 3.1 Membaca indah puisi dengan

3. Memahami wacana sastra melalui kegiatan menggunakan irama, volume suara, membaca puisi dan buku cerita anak

mimik, kinesik yang sesuai dengan isi puisi 3.2 Menemukan realitas kehidupan anak yang terefleksi dalam buku cerita anak baik asli maupun terjemahan

commit to user

151 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Lampiran 3. Instrumen Penelitian

No

Aktivitas dalam Pembelajaran

Persentase Siklus I

1.

Siswa aktif selama apersepsi

2.

Siswa aktif dan perhatian saat kegiatan pembelajaran

3.

Siswa berminat dan memiliki motivasi saat kegiatan pembelajaran

4.

Siswa mampu membaca puisi dengan baik (ketuntasan hasil belajar membaca puisi mendapat nilai 74)

commit to user

Siklus II

Siklus III

145 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Lampiran 4. Lembar Observasi Kinerja Guru Saat Mengajar Siklus

: (I/II/III)*

Nama Guru

: Ibu Katrin Kusala, S. Pd

Hari/Tanggal : Waktu No 1. 2.

3.

: Aspek

Keterangan

Materi Interest (menarik) Modal Kesiapan: a. Gerak: 1). Posisi guru waktu menjelaskan 2). Posisi guru saat menulis 3). Mimik guru waktu menjelaskan b. Suara: 1). Kekuatan/kekerasan (Keras/jelas/lemah)* 2). Intonasi lagu (Naik turun/menarik/datar)* 3). Tekanan bicara pada hal yang (Ada/sebagian kecil/tidak ada)* penting c. Titik perhatian: (Menyeluruh/sebagian)* 1). Pandangan guru terhadap siswa (Ada/tidak ada)* 2). Interaksi bertemu pandang guru- (Siswa/papan tukis/benda lain)* siswa 3). Perhatian guru waktu (Ada/tidak ada)* menjelaskan materi (Ada/tidak ada)* d. Isyarat Verbal 1). Ucapan reward 2). Ucapan punishment e. Waktu selang: 1). Ucapan 2). Diam produktif Keterampilan Operasional a. Membuka Pelajaran: 1) Membuka dengan salam 2) Memberikan sedikit pengantar untuk menumbuhkn interest siswa pada materi yang akan dipelajari 3) Menjelaskan tujuan dan penilaian materi secara rinci b. Mendorong dan melibatkan siswa: 1). Guru mengajukan pertanyaan/persoalan agar dijawab/dipecahkan oleh siswa 2). Memberikan kesempatan pada siswa untuk berpendapat. c. Mengajukan pertanyaan: commit to user 1). Pertanyaan ditujukan pada

146 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

d.

e.

f. g.

seluruh siswa di kelas 2). Setiap siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk diberi pertanyaan/menjawab 3). Suasana bertanya-jawab 4). Apabila tidak ada siswa yang menjawab soal dan perhatian dialihkan pada siswa lain 5). Pertanyaan yang diajukan sesuai dengan pokok penting yang harus diketahui siswa dan tujuan pembelajaran 6). Pertanyaan untuk siswa yang tidak memperhatikan Menggunakan isyarat non-verbal 1). Gerakan guru yang dapat mendukung kejelasan materi 2). Mimik guru yang dapat mendukung kejelasan materi Menanggapi siswa: 1). Memberikan penguatan di akhir pembelajaran 2). Memberikan jawaban yang meyakinkan atas pertanyaan siswa Alokasi waktu Mengakhiri pelajaran: 1). Saran atau nasihat agar siswa mempelajari lagi di rumah 2). Mengingatkan hal-hal yang harus dipelajari siswa pada pertemuan berikutnya

(Efektif/tidak efektif)*

Hal-Hal Lain No

Pertanyaan A

1. 2. 3. 4.

Penguasaan bahan ajar Hubungan dengan siswa Bahasa yang digunakan Jawaban terhadap pertanyaan siswa

Sumber: Nana Sujana, 2001 : 77) Keterangan: A = Baik sekali B = Baik C = Cukup D = Kurang commit to user * = Coret yang tidak perlu

Nilai Sikap B C

D

147 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Lampiran 5. Pedoman Wawancara dengan Guru

Hari/tanggal

: ………………………………………

Waktu

: ………………………………………

Jenis

: ………………………………………

Informan

: ………………………………………

Setting

: ………………………………………

Daftar Pertanyaan

:

Peneliti : Seperti yang telah saya sampaikan pada ibu kemarin, saya ingin mengajukan beberapa pertanyaan sehubungan dengan penelitian yang akan saya lakukan, bu. Guru :: ……………………………………………………………………….. Peneliti

: Selama ini pembelajaran sastra yang paling sulit dipahami oleh

siswa siswa, apa bu? Guru……………………………………………………………………….. : Peneliti

: Untuk kelas VII sendiri siswa yang paling banyak mengalami kesulitan dalam pembelajaran puisi, khususnya membaca puisi terdapat pada kelas apa bu?

Guru……………………………………………………………………….. : Peneliti

: Selama ini, bagaimana proses pembelajaran membaca puisi di kelas tersebut ?

Guru……………………………………………………………………….. : Peneliti

: Mengenai model, metode, atau media pembelajaran yang ibu gunakan untuk mengajar materi membaca puisi seperti apa bu?

Guru……………………………………………………………………….. : Peneliti

: Bagaimana tingkat pemahaman siswa dalam materi pembelajaran membaca puisi?

Guru……………………………………………………………………….. : Peneliti

: Kendala apa saja yang ibu hadapi dalam pembelajaran membaca puisi?

commit to user Guru……………………………………………………………………….. :

148 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Peneliti

: Bagaimana cara ibu untuk mengatasi kendala-kendala tersebut?

Guru……………………………………………………………………….. : Peneliti

: Baik, terima kasih atas waktu dan kerjasamanya bu. Saya rasa wawancara kali ini cukup sampai disini dulu. Sekali lagi terima kasih ya bu.

Guru……………………………………………………………………….. :

commit to user

149 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Lampiran 6. Pedoman Wawancara dengan Siswa

Hari/tanggal

: ………………………………………

Waktu

: ………………………………………

Jenis

: ………………………………………

Informan

: ………………………………………

Setting

: ………………………………………

Daftar Pertanyaan

:

Peneliti Siswa Peneliti Siswa Peneliti Siswa Peneliti Siswa Peneliti Siswa Peneliti Siswa Peneliti Siswa Peneliti

: Nama adik siapa? : ………………………………………………………………….. : Kamu suka mendapat pelajaran puisi dik? : ………………………………………………………………….. : Kenapa dik kok suka/tidak suka? : ………………………………………………………………….. : Kalau membaca puisi suka ngga dik? : ………………………………………………………………….. : Kenapa kok suka/tidak suka? : ………………………………………………………………….. : Ada kesulitan waktu membaca puisi? : ………………………………………………………………….. : Bisa diceritakan dik bagaimana ibu guru mengajarkan puisi? : ………………………………………………………………….. : Menurut adik, pembelajaran dari ibu guru sudah menarik apa belum?

Siswa Peneliti

: ………………………………………………………………….. : Adik menginginkan pembelajaran puisi itu yang seperti apa?

Siswa

: …………………………………………………………………..

Peneliti

: Kenapa adik lebih menyukai pembelajaran yang adik ceritakan?

Siswa

: …………………………………………………………………..

Peneliti

: Mbak rasa cukup dik, terima kasih ya dik commit to user : …………………………………………………………………..

Siswa

150 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Lampiran 7. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nomor : 15.1

Sekolah

:

SMP Negeri 1 Jaten

Mata Pelajaran

:

Bahasa Indonesia

Kelas /Semester

:

VII /2

Standar Kompetensi

:

Membaca Sastra 15. Memahami

wacana sastra melalui

kegiatan membaca puisi dan buku cerita anak Kompetensi Dasar

:

15.1

Membaca

indah

puisi

dengan

menggunakan irama, volume suara, mimik, kinesik yang sesuai dengan isi puisi. Indikator

:

(1) Mampu membaca indah puisi berjudul “Berita Kepada Kawan” karya Ebiet G. Ade dengan irama, volume suara, mimic, kinesik yang sesuai dengan isi puisi.

A. Tujuan Pembelajaran Siswa dapat membaca indah puisi dengan menggunakan irama, volume suara, mimik, kinesik yang sesuai dengan isi puisi.

B. Materi Pembelajaran Pembacaan Puisi 1. Puisi berjudul “Berita Kepada Kawan” karya Ebiet G. Ade 2. Buku Paket Bahasa dan Sastra Indonesia Penerbit Erlangga 3. Rima, diksi, ekspresi/mimik,vokal C. Metode Pembelajaran 1. Pemodelan 2. Inquiri 3. Demonstrasi 4. Diskusi

commit to user

151 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

D. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran 1. Kegiatan Awal a. Siswa mencermati wacana/teks puisi berjudul “Berita Kepada Kawan” b. Siswa memahami teks puisi berjudul “Berita Kepada Kawan” 2. Kegiatan Inti - Eksplorasi a. Siswa membaca aindah teks puisi yang berjudul “Berita Kepada Kawan” karya biet G. Ade b. Siswa mendengarkan pembacaan puisi dari siswa yang lain dengan memperhatikan irama, volume suara, mimik, kinesik yang sesuai dengan isi pusi c.

Siswa

menanggapi

pembacaan

puisi

siswa

lai

dengan

mendiskusikannya d. Siswa dan guru menyepakati format penilaian pembacaan puisi 3. Kegiatan Akhir a. Siswa dan guru merangkum dan menyimpulkan teknik/cara membaca puisi yang indah b. Siswa dan guru melakukan refleksi c. Siswa dan guru merancang pembelajaran berikutnya berdasarkan pengalaman pembelajaran saat ini. E. Sumber Belajar 1. Teks Puisi (majalah, koran) 2. Kaset/VCD 3. Narasumber 4. Buku pelajaran Bahasa Indonesia F. Penilaian 1. Teknik

: Tes Unjuk Kerja

2. Bentuk Instrumen

: Tes Simulasi dan Uji Petik Kerja dan

Produk 3. Soal /Instrumen :

commit to user

152 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

1. Bagaimana cara/teknik membaca indah pada puisi berjudul “Berita Kepada Kawan” karya biet G. Ade! Pedoman Penskoran: Kegiatan

Skor

Siswa menuliskan 4 teknik/cara membaca indah

4

Siswa menuliskan 3 teknik/cara membaca indah

3

Siswa menuliskan 2 teknik/cara membaca indah

2 1

Siswa menuliskan 1teknik/cara membaca indah 0 Siswa tidak menuliskan apa-apa

Skor Maksimal: No 1.

=4

Jumlah

=4

Penghitungan akhir nilai dalam skala 0 s.d 10 adalah sebagai berikut:

Perolehan Skor Nilai akhir = -------------------------------- X Skor Ideal (10) = . . . Skor Maksimun (4)

Mengetahui Kepala SMP Negeri 1 Jaten

Jaten, September 2010 Guru Bahasa Indonesia

Sri Djoko Widodo, S.H NIP 19510701 196712 1 002

Katrin Kusala, S.Pd NIP 19691122 200701 2 004

commit to user

153 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Lampiran 8. Daftar Nilai Pratindakan Membaca Puisi No

Nama

Nilai

1

Abi Fernanda Majid

68

2

Aldila Tri Warsisso

78

3

Aprilia Nurul Fatimah

76

4

Bagas Aji Saputro

58

5

Catur Wulandari

70

6

Dody Arya Nugraha

56

7

Faradila Gita Intan Pratiwi

70

8

Feri Endah Suryan

66

9

Ikhsan Ananto W

78

10

Ipho Dhanys Priyambodo

64

11

Ipunk Divos Vorenso

50

12

KrisnataliaSukma Nigita

74

13

Kusuma Dewi Al Aminsyah

80

14

Linda Ayu Ningsih

82

15

Meyla Krisia

84

16

Monica Rachmawati

68

17

Mukharomah Nur MS

74

18

Mukhtar Khairudin Anwar

52

19

Nanda Maulana Wicaksono

58

20

Niccolast Adnandito Saputra

66

21

Nina Indriyani

64

22

Rahadrian Satrio Ajie

68

23

Rivan Aditya Pradana

68

24

Roisyah Ashashaddiqah

86

25

Rona Wahyu Wijaya

54

26

Rossela Ayu Neny

66

27

Siska Mutia Ardani

64

28

Stanislaus Agung Vincenza

68

29

Syandi Kresna Dwi Adhitama

78

30

Tri Solikhati Pamuji

72

31

Yodheta Apriliasari

64

Keterangan : Siswa yang dinyatakan tuntas sebanyak 9 orang (29%), sedangkan 22 orang (71%) lainnya belum tuntas (mendapatkan nilai di bawah 74).

commit to user

154 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Lampiran 9. Catatan Lapangan Survai Awal

Hari / Tanggal

: Selasa, 28 Desember 2010

Tempat

: Ruang Kelas VIIB SMP Negeri 1 Jaten

Jenis

: Observasi mendalam

Subjek Penelitian

: - Guru kelas VIIB SMP Negeri 1 Jaten - Siswa kelas VIIB SMP Negeri 1 Jaten

Setting: Survai awal dilaksanakan pada hari Selasa saat pelajaran V (10.00 WIB). Saat observasi di dalam kelas VIIB terdapat 31 siswa yang terdiri atas 15 siswa putra dan 16 siswa putri, ada 22 buah meja, 22 kursi, 1 buah almari, jam dinding, papan tulis, penghapus, penggaris, kapur tulis, kaca, dan beberapa gambar pahlawan yang terpasang pada dinding kelas. Selain itu, di kelas ini juga terdapat papan hasil kreativitas siswa dan beberapa papan daftar kegiatan yakni daftar mata pelajaran, daftar kalender pendidikan dan daftar regu kerja siswa.

Deskripsi: Sebelum memberikan tindakan atau siklus, peneliti melakukan survai awal untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya terjadi di dalam kelas. Peneliti mengamati jalannya proses pembelajaran membacai puisi di kelas VIIB dengan bertindak sebagai partisipan pasif. Agar tidak mengganggu jalannya proses pembelajaran maka peneliti menempati posisi duduk di kursi paling belakang. Pada hari Selasa, 28 Desember 2010 pelajaran bahasa Indonesia di kelas VIIB dilaksanakan jam kelima sampai dengan jam keenam, yaitu pukul 10.00 – 11.20 WIB. Saat guru dan peneliti memasuki kelas, suasana kelas belum kondusif karena siswa-siswa baru saja istirahat pertama dan beberapa siswa masih di luar kelas. Mengetahui kondisi kelas yang demikian, guru kemudian menunggu beberapa saat hingga semua siswa masuk kelas. Setelah siswa terlihat siap, guru meminta ketua kelas untuk menyiapkan kemudian guru mengucapkan salam. ”Selamat pagi, anak-anak”. ”Selamat, pagi Bu”, jawab siswa dengan bersamaan. commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

155 digilib.uns.ac.id

Dilanjutkan dengan guru menanyakan kondisi siswa dan mengabsen kehadiran siswa. Sebelum memulai pembelajaran guru meminta siswa untuk mengeluarkan bukubuku dan catatan bahasa Indonesia. Guru membuka pembelajaran dengan menanyakan keadaan siswa dan menyampaikan kepada siswa bahwa materi yang akan dipelajari hari ini adalah mengenai membaca puisi. Guru memberikan apersepsi mengenai puisi. Kemudian guru melakukan tanya jawab mengenai pengertian membaca dan apa itu puisi, namun beberapa siswa terlihat pasif dan mengabaikan pertanyaan guru tersebut. Guru tidak menegur siswa dan tetap memberikan penjelasan mengenai pengertian membaca puisi dan mendekte untuk catatan siswa. Dalam survei awal ini guru lebih banyak mengajar dengan menggunakan metode ceramah, meski sesekali guru juga melakukan tanya jawab dengan siswa. Namun beberapa siswa terlihat bosan dan kurang memperhatikan guru. Hal ini tampak dari sikap-sikap siswa selama pembelajaran berlangsung. Mereka melakukan aktivitas di luar pembelajaran, seperti berbicara dengan teman, melamun, mengantuk, memainkan pensil, menyandarkan dagu di meja, dan mengganggu teman disebelahnya. Bahkan ada siswa yang tidak ikut mencatat materi pelajaran meski sudah didekte oleh guru. Siswa yang tidak memperhatikan pelajaran tersebut terutama mereka yang berada di bangku bagian belakang. Mengetahui siswa dalam keadaan demikian, guru berusaha memusatkan perhatian siswa dengan menegur siswa tersebut. Namun, tidak berapa lama setelah ditegur guru kebanyakan siswa kembali mengulangi perbuatannya sehingga kelas menjadi gaduh. Untuk lebih menarik perhatian siswa guru menunjukkan sebuah puisi yang berjudul ”Pangeran Diponegoro” (yang diambil dari buku paket dari sekolah). Guru kemudian menawarkan pada siswa untuk membacakan puisi tersebut ke depan. Pada awalnya, tak ada satu siswapun yang mau membacakan puisi di depan kelas, siswa hanya terlihat diam. Akhirnya, guru menunjuk salah seorang siswa untuk membacakan puisi tersebut, karena siswa tersebut terlihat takut dan commit tosiswa user lain untuk menggantikan (siswa tidak segera maju maka guru menunjuk

perpustakaan.uns.ac.id

156 digilib.uns.ac.id

tersebut bernama Roisyah). Setelah siswa membacakan puisi, guru kemudian menjelaskan bahwa dalam membaca puisi ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yakni irama, volume, mimik, dan kinesik. Guru kemudian meminta siswa untuk membacakan kembali puisi tersebut sesuai dengan apa yang telah dijelaskan namun kebanyakan siswa terlihat malu-malu dan hanya ada dua orang siswa yang berani (setelah ditunjuk guru) untuk membacakan puisi tersebut ke depan kelas secara bergantian. Guru melanjutkan pelajaran dengan menanyakan isi puisi yang telah dibacakan tersebut. Semua anak terlihat diam dan tidak menjawab pertanyaan guru. Guru kemudian mengajukan pertanyaan, ”apakah ada yang ingin kalian tanyakan mengenai puisi?”, semua siswa terlihat kembali diam dan tidak ada yang mengajungkan jari. Guru mengatakan bhawa puisi tersebut merupakan sebuah puisi yang berisi perjuangan salah satu pahlawan kita yakni Pangeran Diponegoro dalam mengusir penjajah. Guru pun melanjutkan, ”Karena tidak ada yang bertanya berarti ibu anggap kalian sudah paham. Sekarang, coba kalian memilih puisi yang ada di buku paket. Setelah itu, guru meminta setiap siswa membacakan puisi pilihannya di depan kelas. Guru kemudian terdiam sejenak dan melanjutkan perkataanya, ”Untuk mempermudah kalian bisa melihat contoh pembacaan puisi oleh Roisyah tadi”. Dari pengamatan penulis terlihat sebagian siswa masih mengalami kesulitan dan belum mulai mengerjakan tugas yang diberikan guru mereka terlihat berbicara dengan teman sebangku, memainkan pensil, menguap, dan menggaruk-garuk kepala. Sebagaian besar dari mereka tidak segera berlatih membaca namun hanya bercanda dengan teman sebangku. Setelah semua siswa membaca puisi, bersamaan dengan itu bel istirahat berbunyi dan guru mengakhiri pelajaran. Refleksi

:

Dari kegiatan survei awal ini, peneliti dapat menyimpulkan bahwa proses pembelajaran membaca puisi di kelas VIIB SMP Negeri 1 Jaten belum maksimal. Siswa belum menunjukkan antusias dan keaktifannya dalam mengikuti commit to user pembelajaran. Hal ini ditunjukkan dengan banyak siswa yang masih enggan

157 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

(belum berani) untuk membacakan puisi di depan kelas dengan sukarela. Pada saat guru menugaskan siswa untuk maju ke depan dan membaca puisi, siswa juga masih terlihat kesulitan untuk mengerjakan tugas tersebut dan guru juga belum menggunakan media apa pun (misal gambar, kartu kerja, dan sebagainya) untuk mempermudah dan membantu siswa dalam mengerjakan tugas. Selain itu, motivasi atau minat siswa dalam pembelajaran sastra khususnya membaca puisi juga masih kurang. Hal ini terlihat dari sikap siswa yang terkadang kurang memperhatikan guru atau kurang fokus saat pembelajaran berlangsung. Dalam kegiatan pembelajaran pun peran siswa dirasa belum dioptimalkan, misalnya saat pembelajaran berlangsung siswa belum diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapat mengenai materi atau tugas yang diberikan dan belum guru belum sempat memberikan evaluasi. Oleh karenanya, guru dirasa perlu untuk mengubah model pembelajaran yang diharapkan dapat lebih membangkitkan minat siswa sehingga dapat membuat siswa lebih tertarik dan menyenangi pembelajaran apresiasi puisi serta lebih melibatkan peran aktif siswa dalam kegiatan pembelajaran.

Peneliti

Rininta Citra Ayu Sari

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

158 digilib.uns.ac.id

Lampiran 10. Catatan Lapangan Hasil Wawancara dengan Guru (PraTindakan)

Hari/Tanggal : Rabu, 22 Desember 2010 Waktu

: 11.25 WIB

Tempat

: Kantor Guru SMP Negeri 1 Jaten

Jenis

: Wawancara mendalam (observasi awal)

Informan

: Katrin Kusala, S. Pd. (guru kelas VII)

Setting Wawancara ini dilaksanakan di ruang kantor guru SMP Negeri 1 Jaten, setelah guru selesai mengajar jam ke enam. Suasana kantor pada waktu itu sedikit ramai karena pada saat wawancara dilaksanakan merupakan jam istirahat. Meski sesekali ada bapak atau ibu guru yang mengobrol namun semua itu tidak mengganggu jalannya wawancara yang dilakukan. Deskripsi: Informan adalah guru kelas VII SMP Negeri 1 Jaten. Berikut transkrip wawancara yang dilakukan antara peneliti dengan guru tersebut. P

: Seperti yang telah saya sampaikan pada ibu beberapa hari yang lalu saya

ingin mengajukan pertanyaan sehubungan dengan penelitian yang akan saya lakukan, Bu. G

: Iya mbak, bagaimana?

P

: Selama ini pembelajaran sastra yang paling sulit dipahami oleh siswa

siswa, apa bu? G

: Yang paling sulit pembelajaran sastra, khususnya membaca puisi.

P

: Untuk kelas VII sendiri siswa yang paling banyak mengalami kesulitan

dalam pembelajaran puisi, khususnya membaca puisi terdapat pada kelas apa bu? G

: Sebagian besar kelas VII mengalami kesulitan tapi kelas VIIB itu yang

paling parah. Itu kelas saya mbak, saya wali kelasnya. P ibu?

: Selama ini, bagaimana proses pembelajaran membaca puisi di kelas VIIB commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

G

159 digilib.uns.ac.id

: Proses pembelajarannya ya, saat di kelas siswa diajarkan mengenai puisi

termasuk hal-hal yang diperhatikan saat membaca puisi. Setelah saya beri puisi, siswa langsung membacanya di depan kelas mbak. P

: Mengenai model, metode, maupun media pembelajaran yang biasa Ibu

gunakan dalam pembelajaran membaca puisi, seperti apa Bu? G

: Kalau model mengajar pada dasarnya sama mbak dengan mata pelajaran

lain karena untuk sastra sendiri saya juga belum menemukan cara mengajar yang cocok. Saya juga tidak bisa memberikan contoh membaca puisi yang baik di kelas karena saya memang tidak bisa membaca puisi.Tapi biasanya setelah memberikan materi saya meminta siswa untuk tampil ke depan, mbak. P

: Maaf, Bu. Kalo siswa tampil ke depan biasanya atas kemauan siswa

sendiri atau ditunjuk? G

: Biasanya saya tunjuk dulu mbak.

P

: Kalau untuk media pembelajarannya, Bu?

G

: Biasanya saya meminta siswa memilih sendiri puisinya mbak. Kalau

anak yang memiliki bakat biasanya bisa membacakan puisi dengan baik. Dan yang sudah bagus akan dilatih lagi untuk lomba puisi. P

: Bagaimana tingkat pemahaman siswa dalam materi membaca puisi, Bu?

G

: Ya, ada yang sudah baik meski hanya beberapa sebagian lagi harus

ditingkatkan mbak. P

: Berarti masih ada kendala, ya Bu?

G

: Iya, mbak.

P

: Apa saja kendala yang ibu hadapi dalam pembelajaran membaca puisi?

G

: Kendalanya mungkin pada alokasi waktu mbak, dalam pembelajaran

Bahasa Indonesia waktunya sedikit sehingga dalam satu semester di RPP pembelajaran puisi hanya beberapa kali pertemuan setelah itu berganti sehingga pembelajarannya tidak dapat maksimal. Selain itu, masih banyak siswa yang merasa malu untuk membaca puisi. P G

: Bagaimana keantusiasan dan minat siswa saat proses pembelajaran, Bu?

: Kalau minat siswa macam-macam mbak, ada yang suka puisi dan juga commit to user yang mungkin kurang suka.

perpustakaan.uns.ac.id

P

160 digilib.uns.ac.id

: Apa upaya yang ibu lakukan dalam pembelajaran membaca puisi untuk

mengatasi kendala-kendala tersebut? G

: Kalau cara mengatasinya, saya meminta siswa untuk berlatih membaca

di rumah saja mbak. P

: Apakah ibu pernah menerapkan model pembelajaran tertentu khususnya

dalam pembelajaran membaca puisi? G

: Belum mbak, karena ya kendalanya waktu itu dan pengetahuan saya

mengenai model-model pembelajaran juga terbatas. P

: Mohon maaf, Bu. Jika sebelum dilaksanakan tindakan terlebih dahulu

diadakan evaluasi namun dengan cara mengajar Bapak selama ini, Bagaimana Bu? Untuk mengetahui ada atau tidak peningkatan hasil dalam pembelajaran membaca puisi setelah dilaksanakan tindakan G

: Iya, mbak silakan.

P

: Iya, Bu. Terima kasih atas waktu dan kerjasamanya, Bu. Saya rasa

wawancara kali ini sudah cukup dulu. Sekali lagi terima kasih, Bu. G

: Sama-sama mbak.

Refleksi Berdasarkan hasil wawancara, informan mengungkapkan bahwa pembelajaran membaca puisi di kelas VII masih ditemukan beberapa kendala. Selain karena kurangnya tingkat keaktifan dan antusias siswa dalam pembelajaran, guru juga mengungkapkan bahwa adanya keterbatasan waktu, belum digunakannya media pembelajaran, dan belum adanya cara yang sesuai untuk mengajarkan puisi mengakibatkan hasil pembelajaran puisi selama ini belum maksimal. Dari hasil wawancara dengan guru dan murid serta analisis yang dilakukan pada saat survei awal maka peneliti kemudian mengusulkan kepada guru untuk menerapkan pendekatan pembelajaran quantum dalam pembelajaran membaca puisi untuk meningkatkan proses dan hasil belajar siswa. Setelah peneliti mengemukakan mengenai pendekatan pembelajaran tersebut serta langkahlangkahnya yang diterapkan sehubungan dengan pembelajaran puisi maka guru pun menyambut baik dan menyetujui saran peneliti. Selain itu, guru juga bersedia to ini. user untuk menjadi kolaborator dalam commit penelitian

161 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Keterangan: P = Rininta Citra Ayu Sari G = Katrin Kusala, S. Pd.

Narasumber

(Ibu Katrin Kusala, S. Pd.)

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

162 digilib.uns.ac.id

Lampiran 11. Catatan Lapangan Hasil Wawancara dengan Siswa (PraTindakan)

Hari/Tanggal : Sabtu, 25 Desember 2010 Waktu

: 09.45 WIB ( jam istirahat)

Tempat

: Ruang Kelas VIIB SMP N 1 Jaten

Jenis

: Wawancara terstruktur

Informan

: Roisyah A.

Setting : Wawancara dilaksanakan pada saat jam istirahat, di kelas VII SMP Negeri 1 Jaten. Suasana kelas pada saat itu agak gaduh karena beberapa anak mendekati peneliti dan informan. Selain itu, juga ada beberapa siswa yang bermain dan berbicara dengan temannya di dalam kelas. Deskripsi : Informan adalah siswa di kelas VII. Berikut hasil wawancara dengan informan. P

: Nama adik siapa?

S

: Rois, mbak.

P

: Kamu suka mendapat pelajaran puisi, dhik?

S

: iya mbak suka (sambil tersenyum).

P

: Kenapa suka terhadap pelajaran puisi?

S

: Ya dari kecil saya suka puisi mbak

P

: Suka menulis atau membaca puisi?

S

: Dua-duanya mbak.

P

: Pernah membacakan puisi di depan kelas dhik?

S

: Pernah mbak

P

: Ada kesulitan tidak waktu membacakan puisi itu?

S

: Tidak ada mbak.

P

: Bisa diceritakan bagaimana cara bu guru mengajarkan materi puisi,

dhek? S

: Diberi catatan trus dikasih beberapa contoh puisi mbak setelah itu diberi tugas membacanya di depan kelascommit to user

163 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

P

: Menurut adik pembelajaran puisi yang diajarkan bu guru bagaimana,

apakah sudah menarik atau belum? S

: Kurang mbak (sambil senyum-senyum)

P

: Mengapa dengan cara seperti itu, menurut adik pembelajaran puisi yang

diajarkan bu guru saat ini kurang menarik? S

: Terlalu cepat mbak dan agak membosankan karena hanya mendengarkan

dan prakteknya sedikit. Bingung juga mbak karena tidak ada contoh cara membaca puisi yang baik itu gimana. P

: Adik menginginkan bu guru dalam mengajarkan materi puisi bagaimana,

agar bisa membuat adik lebih tertarik? S

: Penjelasaannya tidak cepat mbak, sedang-sedang saja, dan ada contoh

membaca puisinya mbak. P

: Kenapa adik lebih menyukai pembelajaran yang adik ceritakan?

S

: Karena jadi bisa lihat pembacaan puisi trus mencontohnya mbak.

P

: Dalam pembelajaran jika diawali dengan menyanyi, ada gambar-gambar

yang mendukung juga yang ditempel di kelas, mengamati lingkungan sekitar bagaimana dhik. Kamu suka apa tidak? S

: Iya suka mbak.

P

: Mbak rasa cukup dhik, terima kasih ya.

S

: Iya.

Refleksi Berdasarkan hasil wawancara dengan informan tersebut, dapat disimpulkan bahwa informan menyenangi pembelajaran puisi, tidak ada kendala namun juga merasa masih bingung jika diminta maju ke depan kelas untuk membaca puisi oleh guru. Selain itu, informan juga mengungkapkan bahwa dia kurang tertarik dengan pembelajaran puisi yang diajarkan selama ini karena guru kurang menggunakan media yang dapat menarik minat siswa dan dalam pembelajaran siswa lebih sering mendengarkan sehingga muncul kebosanan. Oleh karenanya, keaktifan siswa dan pemanfaatan media perlu lebih dioptimalkan. commit to user

164 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Keterangan: P = Rininta Citra Ayu Sari S = Roisyah Ashashaddiqah Informan

Roisyah Ashashaddiqah

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

165 digilib.uns.ac.id

Lampiran 12. Catatan Lapangan Hasil Wawancara dengan Siswa (PraTindakan)

Hari/Tanggal : Sabtu, 25 Desember 2010 Waktu

: 08.45 WIB ( jam istirahat)

Tempat

: Ruang Kelas VIIB SMP N 1 Jaten

Jenis

: Wawancara terstruktur

Informan

: Tri Solikhati

Setting : Wawancara ini dilaksanakan pada saat jam istirahat, di dalam kelas VIIB SMP Negeri 1 Jaten (setelah peneliti mewawancarai informan I). Suasana lebih gaduh karena sebagian besar siswa telah kembali masuk ke kelas. Namun situasi tersebut tidak terlalu mengganggu karena atas pengertian dari siswa-siswa kondisi tersebut dapat dikendalikan. Deskripsi : Informan adalah siswa di kelas VIIB. Berikut hasil wawancara dengan informan. P

: Nama adik siapa?

S

: Tri mbak

P

: Kamu senang mendapat pelajaran puisi, dhik?

S

: (Tidak menjawab tetapi malah senyum-senyum)

P

: Lho kok senyum, suka atau tidak dhik dengan materi puisi?

S

: Agak mbak.

P

: Boleh tau kenapa dhik?

S

: Kadang-kadang susah mbak.

P

: Pernah membacakan puisi di depan kelas dhik?

S

: Pernah mbak

P

: Ada kesulitan tidak waktu membacakan puisi itu?apa dhek?

S

: Iya mbak, malu.

P

: Kenapa malu dhik?

S

: Ya malu mbak (sambil senyum-senyum) commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

P

166 digilib.uns.ac.id

: Bisa diceritakan bagaimana cara ibu guru mengajarkan materi puisi,

dhek? S

: Dijelaskan, disuruh memilih dan diminta untuk membaca puisi.

P

: Menurut adik pembelajaran puisi yang diajarkan ibu guru bagaimana,

apakah sudah menarik atau belum? S

: (Tidak menjawab dan hanya tersenyum terlihat malu)

P

: Kok senyum dhek, bagaimana dhek sudah menarik atau belum?

S

: Agak-agak mbak.

P

: Mengapa dengan cara seperti itu, menurut adik pembelajaran puisi yang

diajarkan ibu guru saat ini ”agak-agak” menarik? S

: Susah dan contoh cara membaca puisinya tidak ada mbak

P

:Adik menginginkan bu guru dalam mengajarkan materi puisi bagaimana,

agar bisa membuat adik lebih tertarik? S

: Ada cara membaca puisinya mbak

P

: Dalam pembelajaran jika diawali dengan menyanyi atau ada gambar-

gambar yang mendukung di kelas, mengamati lingkungan sekitar bagaimana dhik. Kamu suka apa tidak? S

: Iya mbak.

P

: Mbak rasa cukup dhik, terima kasih ya.

S

: Iya.

Refleksi Berdasarkan hasil wawancara, dapat peneliti simpulkan bahwa informan tersebut masih mengalami kesulitan dalam membaca puisi. Tidak seperti informan I, informan II masih malu dalam membaca puisi. Informan juga mengungkapkan bahwa menurutnya pembelajaran puisi kurang (agak-agak) menarik karena guru kurang memberikan contoh pembacaan puisi sehingga informan masih merasa kesulitan dan bingung dalam membaca sebuh puisi. Dengan demikian, melalui penerapan pendekatan quantum sebagai pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran puisi diharapkan dapat membantu siswa dalam membaca commit to user

167 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

puisi karena siswa mengalami sesuatu sendiri sehingga lebih mudah bagi siswa dalam mengungkapkan perasaannya dalam membaca puisi.

Keterangan: P = Rininta Citra Ayu Sari S = Tri Solikhati Informan

Tri Solikhati

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

168 digilib.uns.ac.id

Lampiran 13. Catatan Lapangan Hasil Wawancara dengan Siswa (PraTindakan)

Hari/Tanggal : Sabtu, 25 Desember 2010 Waktu

: 09.45 WIB ( jam istirahat)

Tempat

: Ruang Kelas VIIB SMP N 1 Jaten

Jenis

: Wawancara terstruktur

Informan

: Rosella Ayu Neny

Setting : Wawancara ini dilaksanakan pada saat jam istirahat, di dalam kelas VIIB SMPN 1 Jaten. Suasana cukup ramai karena siswa sedang istirahat dan banyak siswa yang lalu-lalang di depan informan dan peneliti. Namun keadaan tersebut tidak mengganggu informan sehingga wawancara ini tetap dapat berjalan lancar. Deskripsi : Informan adalah salah satu siswa kelas VIIB. Berikut hasil wawancara dengan informan. P

: Nama adik siapa?

S

: Rosella

P

: Kamu suka mendapat pelajaran puisi, dhik?

S

: Senang.

P

: Senang pembelajaran puisi kenapa dhik?

S

: Ya senang mbak karena bisa mengekspresikan perasaan (sambil senyum-

senyum). P

: Pernah membacakan puisi di depan kelas dhik?

S

: Pernah mbak

P

: Ada kesulitan tidak waktu membacakan puisi itu?

S

: Lumayan, mbak (sambil senyum).

P

: Bisa diceritakan bagaimana cara bu guru mengajarkan materi puisi, dhik?

S

: Dijelaskan kemudian diminta membacakannya mbak.

P

: Menurut adik pembelajaran puisi yang diajarkan bu guru bagaimana, commit to user apakah sudah menarik atau belum?

169 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

S

: Belum mbak.

P

: Mengapa dengan cara seperti itu, menurut adik pembelajaran puisi yang

diajarkan bu guru saat ini belum menarik? S

: Cuma disuruh membaca mbak, nggak dikasih contohnya.

P

: Adik menginginkan ibu guru dalam mengajarkan materi puisi

bagaimana, agar bisa membuat adik lebih tertarik? S

: Ya sebelum membaca puisi itu dikasi tau isinya puisi apa mbak dan cara

membacanya biar bisa mengikuti. P

: Dalam pembelajaran jika diawali dengan menyanyi atau ada gambar-

gambar yang mendukung di kelas, pengamatan lingkungan sekitar bagaimana dhik. Kamu suka apa tidak? S

: Suka.

P

: Mbak rasa cukup dhik, terima kasih ya.

S

: Iya.

Refleksi Dari wawancara tersebut diketahui bahwa informan menyukai pembelajaran membaca puisi. Namun berdasarkan keterangannya dapat disimpulkan bahwa dalam membaca puisi informan masih mengalami kesulitan. Hal ini didasarkan pada jawaban informan yang mengatakan bahwa ”sedikit” mengalami kesulitan atau ”agak” bisa dalam dua hal tersebut. Selain itu, informan juga mengungkapkan dalam pembelajaran puisi, contoh pembacaan puisi yang diberikan guru tidak ada sehingga dalam mencontoh atau memahami puisi siswa masih menemui kendala. Selain itu, siswa juga tidak diberi materi untuk menganalisis isi puisi yang akan dibaca. Oleh karenanya, siswa sebaiknya diberikan atau ditunjukkan beberapa contoh puisi, dari contoh tersebut siswa diberi materi untuk memahami isi puisi agar lebih mengetahui bagaimana isi puisi dan mampu mengungkapkan sesuatu lewat ekspresi membaca puisi. Selain itu ketiadaan media lain membuat kebosanan pada siswa sehingga sehingga dapat dipakai media pemelajaran yang dapat memberikan suasana baru dan agar membuat siswa lebih tertarik. commit to user

170 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Keterangan: P = Rininta Citra Ayu Sari S = Rosella Ayu Nenny

Informan

Rosella Ayu Nenny

commit to user

171 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Lampiran 14. Catatan Lapangan Hasil Wawancara dengan Siswa (PraTindakan)

Hari/Tanggal : Sabtu, 25 Desember 2010 Waktu

: 09.45 WIB ( jam istirahat)

Tempat

: Ruang Kelas VIIB SMP N 1 Jaten

Jenis

: Wawancara terstruktur

Informan

: Meyla Krisia

Setting : Wawancara ini dilaksanakan pada saat jam istirahat, di dalam kelas VIIB SMP Negeri 1 Jaten. Suasana agak ramai karena beberapa anak berada di dalam kelas dan melakukan aktivitas sepeti mengobrol dengan teman dan berlarian. Namun keadaan tersebut dirasa tidak mengganggu informan dan wawancara berlangsung agak santai. Deskripsi : Informan adalah salah satu siswa kelas VIIB. Berikut hasil wawancara dengan informan. P

: Nama adik siapa?

S

: Meyla

P

: Kamu senang mendapat pelajaran puisi, dhik?

S

: Suka mbak.

P

: Pernah membacakan puisi di depan kelas dhik?

S

: Pernah mbak

P

: Ada kesulitan tidak waktu membacakan puisi itu?apa dhek?

S

: volumenya mbak, takut salah membacanya.

P

: Bisa diceritakan bagaimana cara bu guru mengajarkan materi puisi,

dhek? S

: Diberi catatan, dijelaskan dan diberi tugas membaca puisi.

P

: Menurut adik pembelajaran puisi yang diajarkan bu guru bagaimana, h

sudah menarik atau belum? S

: Belum.

commit to user

172 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

P

: Mengapa dengan cara seperti itu, menurut adik pembelajaran puisi yang

diajarkan ibuk guru saat ini belum menarik? S

: Bingung mbak, kalau puisinya panjang susah makai volumenya

P

: Adik menginginkan ibuguru dalam mengajarkan materi puisi bagaimana,

agar bisa membuat adik lebih tertarik? S

: Ada salah satu teman yang membaca terlebih dahulu mbak untuk contoh

gitu (sambil tersenyum) P

: Dalam pembelajaran jika diawali dengan menyanyi atau ada gambar-

gambar yang mendukung di kelas, bagaimana dhik. Kamu suka apa tidak? S

: Suka mbak.

P

: Mbak rasa cukup dhik, terima kasih ya.

S

: Iya.

Refleksi Dari wawancara tersebut diketahui bahwa informan menyukai puisi namun masih mengalami hambatan dalam masalah penggunaan volume membaca puisi, sehingga dalam membaca puisi masih mengalami kesulitan dan bingung. Oleh karenanya, perlu ditumbuhkan kesenangan yang lebih pada siswa terhadap puisi sehingga memungkinkan siswa memiliki kemampuan yang lebih baik dalam membaca puisi. Selain itu, cara mengajar guru selama ini cenderung pada cara mengajar lama (konvensional) yakni dijelaskan kemudian diberi tugas sedangkan pemanfaatan sarana, misal media yang dapat membantu siswa agar siswa lebih mudah dalam mengungkapkan perasaan ke dalam sebuah puisi belum digunakan. Keaktifan siswa dalam pembelajaran pun juga belum terlihat secara optimal.

Keterangan: P = Rininta Citra Ayu Sari S = Meyla Krisia Informan

commit to user

Meyla Krisia

perpustakaan.uns.ac.id

173 digilib.uns.ac.id

Lampiran 15. Catatan Lapangan Hasil Wawancara dengan Siswa (PraTindakan)

Hari/Tanggal : Sabtu, 25 Desember 2010 Waktu

: 09.45 WIB ( jam istirahat)

Tempat

: Ruang Kelas VIIB SMP N 1 Jaten

Jenis

: Wawancara terstruktur

Informan

: Rahadrian Satrio Ajie

Setting : Wawancara dilaksanakan pada saat jam istirahat di dalam kelas VIIB SMP Negeri 1 Jaten. Meski berada di dalam kelas dan banyak siswa yang bermain di dalam kelas namun suasana tersebut tidak mengganggu jalannya wawancara. Deskripsi : Informan adalah siswa kelas VIIB. Berikut hasil wawancara dengan informan. P

: Nama adik siapa?

S

: Rahadrian mbak

P

: Kamu suka mendapat pelajaran puisi, dhik?

S

: nggak suka mbak

P

: Kenapa adik nggak suka terhadap pelajaran puisi?

S

: Ribet mbak (sambil tersenyum)

P

: Pernah membacakan puisi di depan kelas dhik?

S

: Pernah mbak

P

: Ada kesulitan tidak waktu membacakan puisi itu?apa itu?

S

: Malu mbak.

P

: Bisa diceritakan bagaimana cara bu guru mengajarkan materi puisi,

dhek? S

: Diberi catatan trus tugas membaca puisi.

P

: Menurut adik pembelajaran puisi yang diajarkan ibu guru bagaimana,

apakah sudah menarik atau belum? S

: Belum mbak (sambil senyum-senyum) commit to user

174 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

P

: Mengapa dengan cara seperti itu, menurut adik pembelajaran puisi yang

diajarkan ibu guru saat ini belum menarik? S

: Teman-teman seringnya rame, jadi gak kedengaran dan puisinya juga

susah mbak. P

: Adik menginginkan ibu guru dalam mengajarkan materi puisi

bagaimana, agar bisa membuat adik lebih tertarik? S

: Ya... (tidak menjawab dan kemudian tersenyum)

P

: Dalam pembelajaran puisi nanti jika diawali dengan menyanyi, ada

gambar-gambar yang mendukung ditempel di kelas, atau mengamati lingkungan sekitar bagaimana dhik. Kamu suka apa tidak? S

: Iya mbak.

P

: Mbak rasa cukup dhik, terima kasih ya.

S

: Iya (sambil mengangguk).

Refleksi Berdasarkan hasil wawancara tersebut, informan mengungkapkan bahwa dia tidak menyenangi puisi. Hal ini dikarenakan, menurut informan membaca puisi merepotkan. Banyak yang harus dikerjakan, lebih lanjut dikemukakan pula bahwa hal ini dikarenakan belum adanya media penunjang yang digunakan oleh guru pada saat mengajar yang dapat mempermudah siswa dalam membaca puisi. Selain itu, pada saat pelajaran puisi sebagian siswa terlihat belum sepenuhnya aktif sehingga beberapa siswa masih kurang fokus dalam pembelajaran. Oleh karenanya, dalam pembelajaran puisi berikutnya diupayakan agar siswa dapat lebih aktif pada saat mengikuti pelajaran dan lebih memanfaatkan penggunaan media tertentu sehingga akan dapat mempermudah siswa khususnya dalam menulis puisi. Keterangan: P = Rininta Citra Ayu Sari S = Rahadrian Satrio Ajie Informan, commit to user

Rahadrian Satrio Ajie

perpustakaan.uns.ac.id

175 digilib.uns.ac.id

Lampiran 16. Catatan Lapangan Hasil Wawancara dengan Siswa (PraTindakan) Hari/Tanggal : Sabtu, 25 Desember 2010 Waktu

: 09.45 WIB ( jam istirahat)

Tempat

: Ruang Kelas VIIB SMP N 1 Jaten

Jenis

: Wawancara terstruktur

Informan

: Aldila Tri Warsisso

Setting : Wawancara masih dilaksanakan pada jam istirahat di dalam ruang kelas VIIB. Siswa yang lain sudah mulai memasuki kelas karena kurang beberapa menit bel berbunyi, namun keadaan tersebut tidak mengganggu jalannya wawancara. Deskripsi : Informan adalah siswa kelas VIIB. Berikut hasil wawancara dengan informan. P

: Nama adik siapa?

S

: Aldila

P

: Kamu senang mendapat pelajaran puisi, dhik?

S

: Tidak suka mbak

P

: Kenapa adik tidak suka terhadap pelajaran puisi?

S

: Harus pakai perasaan mbak, sulit..

P

:Waktu membacakan puisi kesulitannya apa dhik?

S

: Takut salah memakai perasaan mbak.

P

: Bisa diceritakan bagaimana cara bu guru mengajarkan materi puisi,

dhek? S

: Mencacat dan membaca puisi mbak.

P

: Menurut adik pembelajaran puisi yang diajarkan ibu guru bagaimana,

apakah sudah menarik atau belum? S

: Belum mbak.

P

: Mengapa dengan cara seperti itu, menurut adik pembelajaran puisi yang

diajarkan bu guru saat ini belum menarik?

S

commit to user puisi yang benar : Ya, karena nggak bisa tahu cara membaca

176 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

P

: Adik menginginkan bu guru dalam mengajarkan materi puisi bagaimana,

agar bisa membuat adik lebih tertarik? S

: Diterangin, puisinya gak susah dan ada contoh membaca puisinya juga

mbak. P

: Dalam pembelajaran puisi nanti jika diawali dengan menyanyi, ada

gambar-gambar yang mendukung ditempel di kelas, atau mengamati lingkungan sekitar bagaimana dhik. Kamu suka apa tidak? S

: Iya mbak.

P

: Mbak rasa cukup dhik, terima kasih ya.

S

: Iya.

Refleksi Berdasarkan hasil wawancara di atas, informan mengungkapkan bahwa dalam pembelajaran puisi masih ditemukan kesulitan karena informan masih menganggap puisi itu sulit dan masih binggung terutama dalam membaca puisi. Selain itu, dalam pembelajaran puisi siswa terlihat kurang berperan aktif dan kurang terlihat adanya variasi pembelajaran, di mana guru hanya memberikan penjelasan atau catatan kemudian siswa diberi tugas untuk membaca puisi. Hal ini mengakibatkan pembelajaran puisi terasa monoton dan kurang menarik minta siswa. Oleh karenanya, perlu diupayakan dalam materi membaca puisi dibuat lebih variatif sehingga siswa dapat lebih tertarik dan aktif dalam pembelajaran membaca puisi. Keterangan: P = Rininta Citra Ayu Sari S = Aldila Tri Warsisso

Informan

Aldila Tri Warsisso

commit to user

177 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Lampiran 17. Angket Pratindakan Materi Membaca Puisi

Nama : ________________________ Nomor: ________________________

Angket Pratindakan Materi Membaca Puisi 1. Tes ini bertujuan untuk mengetahui pendapat adik terhadap pembelajaran membaca puisi serta untuk mengungkap pembelajaran membaca puisi yang telah diajarkan. 2. Bentuk tes ini berupa tes objektif (pilihan ganda) yang terdiri atas tiga pilihan jawaban yakni a, b, c. 3. Jumlah butir tes sebanyak 14 soal. 4. Dengan bimbingan guru adik diminta untuk memilih salah satu jawaban dengan membubuhkan tanda silang (X). 5. Adik diminta untuk menjawab setiap soal dengan memilih jawaban yang adik anggap paling sesuai. Jawablah pertanyaan berikut dengan memberi tanda silang (X) pada jawaban yang sesuai.

commit to user

178 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

1. Apakah adik suka dengan materi sastra

a. Suka

seperti drama, cerita rakyat, puisi?

b. Kurang suka c. Tidak suka

a. Suka b. Kurang suka

6. Apakah

c. tidak suka

adik-adik

membacakan

puisi

berani di

depan

kelas? 2. Di dalam pelajaran bahasa Indonesia juga terdapat materi sastra. Materi sastra

a. Berani

yang diajarkan di bawah ini, yang mana

b. Tidak berani

yang paling adik-adik suka?

c. Malu

a. Drama

7. Apakah

b. Puisi

adik-adik

pernah

membaca puisi di depan kelas?

c. Dongeng atau cerita rakyat a. Pernah b. Belum pernah

3. Bagaimana perasaan adik-adik ketika diajarkan materi puisi?

c. Tidak tahu

a. Senang

8. Menurut adik-adik membaca puisi

b. Cukup senang

sukar tau tidak?

c. Tidak senang a. Sukar 4. Menurut

adik

puisi

itu

b. Mudah

termasuk

pelajaran yang sukar atau mudah?

c. Tidak Tahu

a. Sukar

9. Menurut adik bahasa atau kata-

b. Mudah

kata

c. Tidak tahu

dipahami atau tidak?

5. Apakah membaca puisi)?

adik

suka

puisi

melihat

orang

(mendeklamasikan commit to user

dalam

puisi

itu mudah

a. Mudah dipahami b. Kurang bisa atau sukar dipahami c. Tidak tahu

179 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

10. Apakah adik sudah bisa memahami

rakyat,

tema, amanat, perasaan, dan suasana

kumpulan

puisi,

atau

dongeng di perpustakaan sekolah?

puisi yang diajarkan oleh bu guru? a. Sering a. Sudah bisa

b. Kadang-kadang

b. Kurang bisa

c. Belum pernah

c. Tidak bisa 14. Apakah adik-adik senang jika 11. Kesulitan apa yang adik pernah alami saat membaca puisi?

nanti

sebelum

mulai

mempelajari puisi, kalian diajak bu guru menyanyi, di sekitar ada

a. Memahami tema, amanat,

gambar-gambar,

suasana, dan pesan dalam

lingkungan

puisi

melihat sekitar

sebagainya?

b. Memberikan anotasi-anotasi pada teks puisi

a. Senang

c. ................................................ ................................................ ................................................ ............ 12. Apakah

adik-adik

pernah

mendapat

tugas dari bu guru untuk mencari puisi di buku, koran, majalah, internet, atau media yang lain? a. Pernah b. Belum pernah c. Tidak tahu 13. Apakah

adik-adik

sering

membaca atau meminjam buku commit to user karya sastra seperti buku, cerita

b. Kurang senang c. Tidak tahu

dan

180 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Lampiran 18. Tabel Hasil Pengisian Angket Pratindakan

No. 1.

2.

Uraian Siswa suka dengan materi sastra seperti drama, cerita rakyat, puisi. Siswa lebih meyukai materi sastra

Suka : 21 siswa atau 67,74%

Pilihan Jawaban Kurang Suka : Tidak Suka : 9 siswa atau 1 siswa atau 29,03% 3,22%

Keterangan Sebagian siswa menyukai materi sastra

Drama : 11 siswa atau 35,48%

Puisi : 4 siswa atau 12,90%

Dongeng : Hanya 16 siswa atau sebagian 51,61% kecil siswa yang menyukai materi sasra berupa puisi

3.

Perasaan siswa ketika diajarkan materi puisi

Senang : 11 siswa atau 35,48%

Cukup senang : 16 siswa atau 51,61%

Tidak senang : 4 siswa atau 12,90%

Siswa mayoritas senang dan cukup senang dengan materi puisi

4.

Pendapat siswa mengenai pelajaran puisi

Sukar : 22 siswa atau 70,96%

Mudah : 9 siswa atau 29,03%

Tidak tahu : 0

Sebagian besar siswa menganggap puisi sebagai pelajaran yang sukar

commit to user

181 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

5.

Perasaan siswa saat melihat orang membaca puisi

Suka : 20 siswa atau 64,51%

Kurang suka : 10 siswa atau 32,25%

Tidak suka : 1 siswa atau 3,22%

6.

Siswa yang menyatakan berani membacaka n puisi di depan kelas

Berani : 6 siswa atau 19,35%

Tidak berani : 10 siswa atau 32,25%

Malu : Sebagian 15 siswa atau besar siswa 48,38% menyatakan malu dan tidak berani saat disuruh membacaka n puisi

7.

Siswa yang menyatakan pernah membacaka n puisi di depan kelas

Pernah : 31 siswa atau 100%

Tidak pernah : 0

Tidak Tahu 0

Hampir seluruh siswa sudah pernah membacaka n puisi di depan kelas

8.

Pendapat siswa mengenai membaca puisi

Sukar : 25 siswa atau 80,64%

Mudah : 2 siswa atau 6,45%

Tidak tahu : 4 siswa atau 12,90%

Sebagian siswa menganggap membaca puisi sukar

commit to user

Sebagian besar siswa suka melihat orang membaca puisi

182 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

9.

Pendapat siswa mengenai bahasa dalam puisi

Mudah : 10 siswa atau 32,25%

Sulit : 21 siswa atau 67,74%

Tidak tahu : 0

Sebagian besar siswa sulit memahami bahasa dalam puisi

10.

Pendapat siswa mengenai pemahaman isi puisi (tema, amanat, perasaan, dan suasana ) yang diajarkan guru Pendapat siswa mengenai kesulitan dalam membaca puisi Guru memberi tugas siswa untuk mencari puisi di buku, koran, majalah, internet, atau media lain

Sudah : 11 siswa atau 35,48%

Kurang : 20 siswa atau 64,51%

Tidak : 0

Sebagian siswa kurang bisa memahami materi guru

Isi Puisi : 6 siswa atau 19,35%

Anotasi : 18 siswa atau 58,06%

Lain-lain : 7 siswa atau 22,58%

Sebagian besar siswa mengalami kesulitan menggunaka n anotasi

Pernah : 22 siswa atau 70,96%

Belum pernah: 9 siswa atau 29,03%

Tidak tahu : 0

Sebagian besar siswa menyatakan bahwa guru pernah memberi tugas siswa untuk mencari puisi di buku, koran, majalah, atau media lain

11.

12.

commit to user

183 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

13.

Intensitas siswa membaca atau meminjan buku karya sastra

Sering : 5 siswa atau 16,12%

Kadangkadang : 21 siswa atau 67,74%

Belum Pernah : 5 siswa atau 16,12%

14.

Perasaan siswa jika sebelum memulai pelajaran diajak bernyanyi, melihat gambar ataupun lingkungan sekitar

Senang : 17 siswa atau 54,83%

Kurang senang: 12 siswa atau 38,70%

Tidak Tahu : 2 siswa atau 6,45%

d.

commit to user

Sebagaian siswa terkadang membaca atau meminjam buku karya satra Siswa senang dan cukup senang jika sebelum memulai pelajaran diajak bernyanyi, melihat gambar ataupun lingkungan sekitar

184 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Lampiran 19. Refleksi Angket Pratindakan Setelah dilakukan penyebaran angket pratindakan dapat diketahui bahwa hanya sebagian kecil siswa yang menyukai materi sastra berupa puisi. Menurut mereka,materi membaca puisi merupakan pelajaran yang sukar karena bahasa dalam puisi masih kurang bisa mereka pahami. Meskipun seluruh siswa pernah membaca puis di depan kelas, tetapi hal itu tidak membuat siswa berminat terhadap pembelajaran materi sastra khususnya puisi sehingga dalam pembacaan puisi tersebut sebagaian siswa merasa malu dan tidak percaya diri saat membaca puisi di depan kelas. Kesulitan yang paling sering dialami siswa adalah pemakaian anotasi atau tanda pada teks puisi selain itu penjelasan dari guru juga kurang dapat dipahami. Selain itu, dari hasil angket pratindakan diketahui siswa antusias dan mau diajak bernyanyi atau melihat gambar atau mengamati lingkungan sekitar yang merupakan pendekatan pembelajaran quantum dengan prinsip TANDUR dalam pembelajaran.

commit to user

185 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Lampiran 20. Dokumentasi Pratindakan

Peneliti mewawancarai guru saat pratindakan.

Peneliti mewawancarai siswa I saat pratindakan

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

Peneliti mewawancarai siswa II saat pratindakan

Peneliti mewawancarai siswa III saat pratindakan

commit to pratindakan user Peneliti mewawancarai siswa IV saat

186 digilib.uns.ac.id

187 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Peneliti mewawancarai siswa V saat pratindakan

Peneliti mewawancarai siswa VI saat pratindakan

commit to user

188 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

LAMPIRAN SIKLUS I

commit to user

189 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Lampiran 21. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Mata Pelajaran

: Bahasa Indonesia

Kelas/ Semester

: VII Bahasa/II

Alokasi Waktu

: 80 menit (2 jam pelajaran)

Standar Kompetensi : Membaca 15. Memahami wacana sastra melalui kegiatan membaca puisi dan buku cerita anak.

Kompetensi Dasar

:

15.1 Membaca indah puisi dengan menggunakan irama, volume suara, mimik, kinesik yang sesuai dengan isi puisi.

Indikator

:

1. Peserta didik mampu memahami tema, perasaan, suasana, dan pesan penyair dalam puisi agar lebih menghayati isi puisi saat dibaca. 2. Peserta didik mampu memberikan anotasi-anotasi pada teks puisi agar tercipta keindahan irama saat dibacakan. 3. Peserta didik mampu membaca indah puisi dengan menggunakan irama, volume suara, mimik, kinesik yang sesuai dengan isi puisi.

Tujuan Pembelajaran

:

Peserta didik dapat membaca indah puisi dengan menggunakan irama, volume suara, mimik, kinesik yang sesuai dengan isi puisi.

Pendekatan dan Metode Pembelajaran

:

Pendekatan Pembelajaran

: Quantum

Metode Pembalajaran

: TANDUR (Tanamkan, Alami, Namai, commit to user Ulangi, dan Rayakan) Demonstrasikan,

190 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

1. Tanya jawab 2. Ceramah 3. Inkuiri 4. Penugasan 5. Demonstrasi

Materi Pembelajaran

:

Pengertian Puisi Puisi merupakan bentuk karya sastra yang paling tua. Karya-karya besar dunia yang bersifat monumental ditulis dalam bentuk puisi seperti Mahabaratha dan Ramayana yang berasal dari India. Puisi tidak hanya dipergunakan untuk penulisan katya-karya besar, namun puisi juga sangat erat dalam kehidupan kita sehari-hari. Puisi juga merupakan wacana berbentuk ekspresi dan konsentrasi rasa dan pengalaman jiwa penyair yang berisi unsur-unsur emosi, imajinasi, pemikiran, ide, nada, irama, kesan pancaindera, susunan kata, kata kiasan, kepadatan, dan perasaan yang bercampur baur. Puisi merupakan jenis/genre sastra paling pekat dan padat. Efek yang terjadi pada keadaan puisi dari kondisi yang semacam itu adalah bahwa puisi itu singkat, padat, konotatif, poliinterpretabel, ekspresif, dan penuh kata irasional serta nongramatik. Ciri- ciri Puisi 7) Pamadatan bahasa Bahasa dipadatkan agar berkekuatan gaib. Jika puisi itu dibaca, deretan kata-kata tidak membentuk kalimat dan alinea, tetapi membentuk larik dan bait yang sama sekali berbeda hakikatnya. 8) Pemilihan kata khas Kata-kata yang dipilih oleh seorang penyair bukan kata-kata untuk prosa atau bahasa sehari-hari. Kata-kata yang dipilih penyair dipertimbangkan betul dari

berbagai

aspek

dan

efek

pengucapannya.

Faktor-faktor

dipertimbangkan dalam pemilihan kata-kata adalah sebagai berikut : commit to user

yang

191 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

d) Makna kias Makna kias adalah makna yang bukan sebenanya atau disebut pula dengan makna konotatif. e) Lambang Lambang adalah suatu pola arti, sehingga antara apa yang dikatakan dan apa yang dimaksudkan terjadi hubungan asosiasi. Lambang sendiri tidak langsung menunjukkan sesuatu. f) Persamaan bunyi atau rima Kemiripan bunyi antara suku-suku kata. Bentuk-bentuk rima yang paling sering nampak ialah aliterasi (rima konsonan), asonansi (rima vokal), dan rima akhir. 9) Kata Konkret Penyair ingin menggambarkan sesuatu secara lebih konkret. Oleh karena itu, kata-kata diperkonkret. Bagi penyair mungkin dirasa lebih jelas karena lebih konkret, namun pembaca sering lebih sulit ditafsirkan maknanya. 10) Pengimajian Penyair juga menciptakan pengimajian (pencitraan) dalam puisinya. Pengimajian adalah kata atau susunan kata-kata yang dapat memperjelas atau memperkonkret apa yang dinyatakan oleh penyair. 11) Irama (Ritme) Irama (ritme) berhubungan dengan pengulangan bunyi, kata, frasa, dan kalimat. Dalam puisi, irama berupa pengulangan yang teratur suatu baris puisi yang menimbulkan gelombang serta menciptakan keindahan. Irama dapat juga berarti pergantian keras-lembut, tinggi-rendah, atau panjang-pendek kata secara

berulang-ulang

dengan

tujuan

menciptakan

gelombang

yang

memperindah puisi. 12) Tata Wajah Puisi yang mementingkan tata wajah, menciptakan puisi seperti gambar, disebut dengan puisi konkret karena tata wajahnya membentuk gambar yang mewakili maksud tertentu. commit to user

192 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Hal-hal yang Diungkapkan Penyair 5. Tema Puisi Tema adalah gagasan pokok (subject-matter) yang dikemukakan oleh penyair melalui puisinya. Tema mengacu pada penyair. Tema yang banyak terdapat dalam puisi adalah tema ketuhanan, kemanusiaan, cinta, patriotisme, perjuangan, kegagalan hidup, alam, keadilan, kritik sosial, demokrasi, dan tema kesetiakawanan. 6. Nada dan Suasana Puisi Puisi

juga

mengungkapkan

nada

dan

suasana

kejiwaan.

Nada

mengungkapkan sikap penyair terhadap pembaca. Dari sikap itu terciptalah suasana puisi. Ada puisi yang bernada sinis, protes, menggurui, memberontak, main-main, serius, patriotik, belas kasih, takut, mencekam, santai, masa bodoh, pesimis, humor, mencemooh, kharismatik, filosofis, khusyuk, dan sebagainya. 7. Perasaan dalam Puisi Puisi mengungkapkan perasaan penyair. Nada dan perasaan penyair akan dapat ditangkap jika puisi itu dibaca keras dalam deklamasi. Membaca puisi dengan suara keras akan lebih membantu menemukan perasaan penyair yang melatarbelakangi terciptanya puisi tersebut. 8. Amanat Puisi Amanat, pesan atau nasihat merupakan kesan yang ditangkap pembaca setelah membaca puisi. Amanat dirumuskan sendiri oleh pembaca. Sikap dan pengalaman pembaca sangat berpengaruh kepada amanat puisi. Meskipun ditentukan cara pandang pembaca, amanat tidak dapat lepas dari tema dan isi puisi yang dikemukakan penyair. Membaca Puisi Membaca puisi ialah memahami apa yang terdapat dalam puisi atau apa yang ingin disampaikan penyair lewat puisinya. Membaca puisi tidak hanya menyuarakan lambang-lambang bahasa saja, tetapi lebih dari pada itu. Membaca puisi pada hakikatnya menyuarakan kembali apa yang pernah dirasakan, commit user itu, pembaca puisi sebelumnya dipikirkan, atau dialami penyairnya. Olehtokarena

perpustakaan.uns.ac.id

193 digilib.uns.ac.id

harus menginterpretasikan apa yang ada di balik puisi. Ekspresi dan emosi yang lahir merupakan hasil interpretasi pembaca terhadap puisi. Sehingga membuat saat membaca puisi, unsur emosi sangat penting. Jadi, membaca puisi ialah membaca suatu karya sastra berupa puisi dengan memperhatikan irama, volume suara, mimik, dan kinesik yang tepat sesuai dengan isi puisi. Irama adalah suatu gerak yang teratur, suatu rentetan bunyi berulang dan menimbulkan variasi bunyi yang menciptakan gerak yang hidup. Irama dalam bahasa ialah pergantian naik-turun, panjang-pendek, keras-lembut ucapan bunyi bahasa dengan teratur. Berdasarkan itu, irama dapat diartikan sebagai pergantian berturut-turut secara teratur. Irama dapat dibagi menjadi dua bentuk: ritme dan metrum. Metrum adalah irama yang tetap, artinya pergantiannya sudah tetap disebabkan oleh jumlah suku kata yang sudah tetap, sehingga alun suara menjadi tetap. Apabila pertentangan bunyi mengalun dengan teratur, tetapi tidak merupakan jumlah suku kata yang tetap dan hanya menjadi gema dari dendang penyair dan deklamator, maka irama tersebut disebut ritma Volume suara adalah kekerasan suara yang dihasilkan pembaca puisi. Volume suara pada saat membacakan sebuah puisi sebaiknya disesuaikan dengan situasi. Volume pun bisa berubah dari berbisik, lantang, hingga teriak yang bertujuan untuk mengekspresikan atau menggugah emosi pendengar. Mimik atau action dalam sebuah deklamasi puisi sangat besar pengaruhnya terhadap pembentukan suasana pembacaan puisi. Seorang pembawa puisi yang berhasil ia akan mengemukan sesuatu action atau mimik itu sesuai dengan perkembangan kata demi kata dalam tiap baris dan tidak bertentangan dengan jiwa dan isi kata-kata kalimat dalam puisi. kinesik adalah ilmu yang mempelajari isyarat yang menggunakan berbagai bagian tubuh. Kinesik terdiri dari ekspressi wajah, sikap tubuh, gerakan jarijemari, tangan, lengan, pundak, goyangan pinggul, dan gelengan kepala. Tanda/ anotasi untuk Menandai Teks Puisi yang akan Dibaca 1. (-------)

diucapkan biasa saja,

2. (/)

berhenti sebentar untuk bernafas/ biasanya pada koma atau di commit to user tengah baris,

194 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

3. (//)

berhenti agak lama/biasanya koma di akhir baris yang masih berhubungan artinya dengan baris berikutnya,

4. (///)

berhenti lama sekali biasanya pada titik baris terakhir atau pada penghabisan puisi,

5. (^)

suara perlahan sekali seperti berbisik,

6. (^^)

suara perlahan saja,

7. (^^^)

suara keras sekali seperti berteriak,

8. (V)

tekanan kata pendek sekali,

9. (VV)

tekanan kata agak pendek,

10. (VVV)

tekan kata agak panjang,

11. (VVVV) tekan kata agak panjang sekali, 12. (____/)

tekanan suara meninggi, dan

13. (____)

tekanan suara agak merendah.

Langkah-langkah Pembelajaran

:

Pertemuan Pertama No

Kegiatan

Alokasi

Metode yang digunakan

Waktu

1

Kegiatan Awal : a. Guru

memberi

mengkondisikan

salam,

kelas,

dan

mengecek presensi peserta didik. b. Guru

menyampaikan

tujuan

pembelajaran yang ingin dicapai yaitu membaca dengan

indah puisi

menggunakan

volume suara, mimik,

10 menit

irama, kinesik

yang sesuai dengan isi puisi. c. Guru memulai apresepsi dengan meminta

siswa

untuk commit to user

(T=Tanamkan)

195 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

menyanyikan lagu ”Sorak-Sorak Bergembira”

sambil

bertepuk

memberikan

sedikit

tangan.

2

Kegiatan Inti: a. Guru

pengantar bahwa sebagai generasi penerus bangsa kita harus tetap berjuang untuk bangsa dan negara meski perjuangan tersebut bukan lagi dalam bentuk peperangan. 20 menit Kemudian

siswa

(A = Alami).

menanggapi

pertanyaan guru, ”Mengapa kita harus berjuang untuk bangsa dan negara kita”, ”Mengapa di awal pembelajaran guru meminta siswa untuk menyanyikan lagu ‟SorakSorak Bergembira”, bagaimana cara kita berjuang untuk bangsa dan negara di masa sekarang”. b. Guru

memberikan

penjelasan

mengenai materi puisi (hal-hal yang harus diperhatikan dalam membaca puisi) disertai dengan tanya jawab (dari penjelasan guru tersebut siswa diarahkan agar dapat

menyatakan

pendapat

to user tentang pertanyaan dari commit guru dan

(N = Namai)

196 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

materi yang telah disampaikan guru). c. Guru

memperlihatkan

video

pembacaan puisi oleh juara 1 lomba sajak kepahlawanan siswa SLTP se Jawa tengah (Fauziyah dari SMP 14 Pekalongan) dalam sebuah pembacaan puisi yang berjudul

”Generasi

Sekarang

karya Asmara Hadi” yang telah dipersiapkan serta membagikan transkrip puisi tersebut. d. Guru

meminta

memahami

siswa

tema,

untuk suasana,

perasaan, dan pesan puisi. e. Kemudian menandai teks puisi dengan anotasi yang digunakan. f. Siswa menerima penjelasan dari guru

bahwa

pengalaman-

pengalaman

yang

dilihatnya

adalah

baru

saja sebuah

pembacaan indah puisi dengan menggunakan

irama,

volume

suara, mimik, dan kinesik.

commit to user

(D = Demonstrasikan)

197 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

3

Kegiatan Penutup : a. Guru bertanya jawab pada siswa mengenai

pembacaan

puisi

dalam video, apa yang harus diperhatikan indah

dalam

puisi,

membaca menarikkah

pembacaan puisi dalam video, dan sebagainya. b. Guru bersama siswa melakukan refleksi

dan

menyimpulkan

kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. c. Guru memberikan kesempatan

10 menit

siswa untuk menanyakan hal-hal yang kurang jelas. d. Guru memberikan tugas rumah untuk memperbaiki pemahaman dan pemberian anotasi pada teks puisi

yang

pada

pertemuan

selanjutnya akan dibaca di depan kelas. e. Guru menutup pelajaran dengan menyanyikan lagu lagi sambil bertepuk tangan.

commit to user

198 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Pertemuan kedua No

Kegiatan

Alokasi

Metode yang digunakan

Waktu 1

Kegiatan Awal : a. Guru

memberi

mengkondisikan

salam,

kelas,

dan

mengecek presensi siswa. b. Guru

menyampaikan

tujuan

pembelajaran yang ingin dicapai yaitu membaca dengan

indah puisi

menggunakan

volume suara, mimik,

irama,

5 menit

(U = Ulangi)

kinesik

yang sesuai dengan isi puisi. c. Guru melakukan apersepsi dengan mengulang sekilas materi yang telah disampaikan dengan tanya jawab. 2

Kegiatan Inti a. Guru

meminta

mengeluarkan

setiap tugas

siswa pada

pertemuan sebelumnya. b. Guru meminta peserta didik untuk

membaca

indah

puisi

dengan menggunakan d irama, volume suara, mimik,

kinesik

yang sesuai dengan isi puisi di 30 menit depan kelas satu persatu. c. Setelah semua siswa mendapat giliran membaca indah, bersama guru

memilih

siswa commit dengan to user

(R = Rayakan)

199 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

pembacaan puisi terbaik. d. Guru

memberikan

sebagai

penghargaan

hadiah kepada

siswa. 3

Kegiatan Penutup : a. Guru bersama siswa melakukan refleksi

dan

menyimpulkan

kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. b. Guru

memberikan

kesempatan 5 menit

siswa untuk menanyakan hal-hal yang kurang jelas. c. Guru menutup pelajaran dengan menyanyikan lagu lagi sambil bertepuk tangan.

Sumber Belajar 1. LKS 2. Herman J. Waluyo. 2003. Apresiasi Puisi. Jakarta: Gramedia. 3. Maria Utami. 2010. Mamilih Puisi, Membangun Karakter. Semarang: bandunganInstitut. Media 1. Video pembacaan puisi oleh juara 1 lomba sajak kepahlawanan siswa SLTP se Jawa tengah (Fauziyah dari SMP 14 Pekalongan) dengan judul ”Generasi Sekarang karya Asmara Hadi” dengan menggunakan irama, volume suara, mimik, dan kinesik yang sesuai dengan isi puisi. (audio-visual) 2. Materi disajikan dengan media Power Point melalui LCD. 3. Traskrip puisi berjudul ” Generasi Sekarang”, yang dibagikan pada siswa.

commit to user

200 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Penilaian / Evaluasi

:

Jenis Tes

: tes lisan (membaca indah puisi) dan tertulis (pemahaman dalam bentuk tema, perasaan, suasana,

dan pesan puisi dan anotasi pada

teks puisi). 1. Bentuk Tes a. teknik

: tes unjuk kerja (lisan) dan produk (tertulis)

b. bentuk instrumen

: tes praktik

c. Soal

:

1. Pahamilah teks puisi yang dibagikan kemudian tentukan: a. Tema b. Perasaan c. Suasana d. Pesan 2. Berilah tanda/anotasi pada teks puisi sesuai dengan pemahamanmu terhadap isi puisi tersebut. 3. Bacalah puisi tersebut di depan kelas dengan menggunakan irama, volume suara, mimik, kinesik yang sesuai dengan isi puisi.

d.

Kunci Jawaban Terlampir

1) Penilaian Hasil Penilaian Hasil Pembelajaran No Nama siswa

Aspek yang Dinilai Irama

Volume

Skor Mimik

Nilai

Kinesik

Suara

(Diadopsi dari Sarwiji Suwandi, 2010 : 78) commit to user

201 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Pedoman Penskoran No

Aspek yang dinilai

Skor

1.

Penggunaan Irama  Penggunaan irama baik dan dapat menciptakan keindahan  Penggunaan irama cukup baik dan cukup dapat menciptakan keindahan  Penggunaan irama kurang baik dan kurang dapat menciptakan keindahan  Belum dapat menggunakan irama dengan baik (Penggunaan irama sama sekali tidak menciptakan keindahan) Volume Suara  Volume suara sanagt sesuai dengan isi puisi, suasana, keberadaan pendengar, dan setting pembacaan puisi  Volume suara cukup sesuaidengan isi puisi, suasana, keberadaan pendengar, dan setting pembacaan puisi  Volume suara kurang sesuai dengan isi puisi, suasana, keberadaan pendengar, dan setting pembacaan puisi  Volume suara sama sekali tidak sesuai dengan isi puisi, suasana, keberadaan pendengar, dan setting pembacaan puisi Mimik  pengekspresian atau perubahan ekspresi wajah sesuai dengan isi puisi yang dibaca (sangat menghayati)  ekspresi atau perubahan ekspresi wajah sudah cukup sesuai dengan isi puisi yang dibaca (cukup menghayati)  ekspresi atau perubahan ekspresi wajah kurang sesuai dengan isi puisi yang dibaca (kurang menghayati)  ekspresi atau perubahan ekspresi wajah sama sekali tidak sesuai dengan isi puisi yang dibaca (tidak menghayati) Kinesik  Pemakaian gerakan kecil-kecil dari tangan, anggota badan atau wajah sesuai dengan isi puisi yang dibaca  Pemakaian gerakan kecil-kecil dari tangan, anggota badan atau wajah cukup sesuai dengan isi puisi yang dibaca  Pemakaian gerakan kecil-kecil dari tangan, anggota badan atau wajah kurang sesuai dengan isi puisi yang dibaca  Sama sekali tidak menggerakkan tangan, anggota badan atau wajah sesuai dengan isi puisi yang dibaca Skor maksimal 1, 2, 3, 4

Skor 1 - 4 4 3

2.

3.

4.

Nilai siswa = skor maksimum siswa X 100 commit to user 16

2 1 Skor 1 – 4 4 3 2 1 Skor 1 – 4 4 3 2 1 Skor 1 – 4 4 3 2 1 16

202 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

2. Bentuk Tes a. teknik

: Tes individu

b. Bentuk instrumen

: Tes praktik

c. Soal

: (Individu)

Rubrik penilaian proses saat berlangsung pembelajaran membaca indah puisi di kelas VII-B SMP Negeri I Jaten. d.Kunci jawaban

:

kondisional. 2) Penilaian Proses Penilaian Proses Pembelajaran No

Nama Siswa Keaktifan siswa selama apersepsi

Keaktifan dan perhatian siswa pada saat guru menyampaika n materi

Minat dan Skor motivasi siswa saat mengikuti kegiatan pembelajaran

Nilai

Ket.

(Diadaptasi dari Sarwiji Suwandi, 2010 : 130) Pedoman Penskoran d) Kolom penilaian sikap diisi dengan angka yang sesuai dengan kriteria berikut. 1 = sangat kurang

4 = baik

2 = kurang

5 = amat baik

3 = cukup e) Menghitung nilai Nilai

= Skor perolehan siswa x 100 = .... Skor maksimal (15)

commit to user

203 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

f) Keterangan diisi dengan kriteria berikut. (4) Nilai = 10 – 29 sangat kurang

(4) Nilai = 70 – 89 baik

(5) Nilai = 30 – 49 kurang

(5). Nilai = 90 – 100 sangat baik

(6) Nilai = 50 – 69 cukup 1) Keaktifan siswa selama apersepsi Skor 5 : Jika siswa sepenuhnya atau sangat aktif selama apersepsi (menyanyikan lagu dengan semangat dan merespon setiap stimulus yang diberikan guru saat apersepsi dengan baik) Skor 4

: Jika siswa aktif selama apersepsi (ikut menyanyikan lagu dan cukup merespon stimulus yang diberikan guru saat apersepsi)

Skor 3

: Jika siswa cukup aktif pada saat apersepsi (ikut menyanyikan lagu namun tidak merespon stimulus yang diberikan guru)

Skor 2

: Jika siswa kurang aktif pada saat apersepsi (ikut menyanyikan lagu namun tidak serius dan sama sekali tidak mau merespon stimulus yang diberikan guru saat apersepsi).

Skor 1

: Jika siswa sama sekali tidak aktif (sama sekali tidak mau menyanyi dan merespon pertanyaan atau stimulus saat apersepsi).

2) Keaktifan dan perhatian siswa pada saat mengikuti pelajaran Skor 5

: Jika siswa sepenuhnya memperhatikan pada saat guru menyampaikan materi dan aktif bertanya, menjawab, menamai, serta

memberikan

tanggapan

(terjadi

interaksi),

dan

mengerjakan setiap tugas. Skor 4

: Jika siswa memperhatikan saat guru menyampaikan materi dan sesekali mau bertanya, menjawab, serta menamai memberikan tanggapan, dan mengerjakan setiap tugas.

Skor 3

: Jika siswa hanya memperhatikan saat guru menyampaikan materi dan sama sekali tidak mau bertanya, menjawab, serta memberikan tanggapan, dan mengerjakan setiap tugas. commit to user

204 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Skor 2

: Jika siswa kurang memperhatikan serta kurang fokus saat guru menyampaikan materi dan sama sekali tidak mau bertanya, menjawab, menamai serta memberikan tanggapan.

Skor 1

: Jika siswa sama sekali tidak memperhatikan guru saat menyampaikan materi (sibuk beraktivitas sendiri seperti berbicara atau membuat gaduh).

3) Minat dan motivasi siswa saat mengikuti kegiatan pembelajaran Skor 5

: Jika siswa tampak bersungguh-sungguh dan menunjukkan adanya kesenangan dalam mengerjakan setiap tugas yang diberikan; tampak antusias, senang serta bersemangat dalam mengikuti pembelajaran (tidak bosan, tidak mengantuk, secara sukarela membacakan pekerjaan yang dibuat).

Skor 4

: Jika siswa mengerjakan setiap tugas yang diberikan guru serta tampak

bersemangat

dan

antusias

dalam

mengikuti

pembelajaran (tidak bosan, tidak mengantuk). Skor 3

: Jika siswa mengerjakan setiap tugas yang diberikan namun kurang bersemangat dan antusias dalam pembelajaran (kurang serius).

Skor 2

: Jika siswa hanya sekedar mengerjakan tugas yang diberikan dan terlihat tidak bersemangat dalam pembelajaran (ogah-ogahan, meletakkan kepala di meja).

Skor 1

: Jika siswa sama sekali tidak mau mengerjakan tugas yang diberikan dan sama sekali tidak bersemangat (tampak bosan, tertidur).

commit to user

205 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Surakarta, Guru Kolaborator,

Februari 2011

Peneliti

Katrin Kusala, S. Pd

Rininta Citra Ayu Sari

Mengetahui, Kepala Sekolah

Sri Djoko Widodo, S. H. M. H NIP 195107 196712 1 002

commit to user

206 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Puisi Generasi Sekarang

Di atas puncak gunung fantasi Berdiri aku dan dari sana memandang ke bawah ke tempat berjuang Generasi sekarang di padang masa Menciptakan kemegahan baru Panteon keindahan di Indonesia yang akan menjadi kenang-kenangan pada zamannya dalam dunia Bersorak jiwaku girang gemirang melihat bendera berkibar-kibar Tamsil kegembiraan limpah melimpah dalam kencana sinar suminar Sebagai angkatan kapal terbang gembira dahsyat getarkan udara Begitulah angkatan zaman sekarang Dunia raya penuh suara Dan jiwaku mesra tau… Generasi sekarang pasti kan menang Akan meninggalkan berkas dan jejak Dalam riwayat abadi dan terang.

Karya: Asmara Hadi Ket : Panteon = Kuil tempat pemujaan dewa-dewa. Tamsil = persamaan sebagai umpama atau ibarat. Jawaban: 1. Pahamilah teks puisi yang dibagikan kemudian tentukan: a. Tema b. Perasaan c. Suasana d. Pesan commit to user

207 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

2. Berilah tanda/anotasi pada teks puisi sesuai dengan pemahamanmu terhadap isi puisi tersebut. Puisi Generasi Sekarang

Di atas puncak gunung fantasi Berdiri aku dan dari sana memandang ke bawah ke tempat berjuang Generasi sekarang di padang masa Menciptakan kemegahan baru Panteon keindahan di Indonesia yang akan menjadi kenang-kenangan pada zamannya dalam dunia Bersorak jiwaku girang gemirang melihat bendera berkibar-kibar Tamsil kegembiraan limpah melimpah dalam kencana sinar suminar Sebagai angkatan kapal terbang gembira dahsyat getarkan udara Begitulah angkatan zaman sekarang Dunia raya penuh suara Dan jiwaku mesra tau… Generasi sekarang pasti kan menang Akan meninggalkan berkas dan jejak Dalam riwayat abadi dan terang Karya: Asmara Hadi

commit to user

208 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Lampiran 22. Daftar Penilaian Proses Membaca Puisi Siklus 1 No

Nama Siswa

Keaktifan Siswa selama apersepsi

Keaktifan dan perhatian siswa pada saat guru menyampaikan materi

Minat dan motivasi siswa saat mengikuti kegiatan pembelajaran

Skor

Nilai

Ket.

1

Abi Fernanda Majid

2

2

2

6

40

BT

2

Aldila Tri Warsisso

3

3

3

9

60

BT

3

Aprilia Nurul Fatimah

4

4

4

12

80

T

4

Bagas Aji Saputro

4

3

3

10

66,66

BT

5

Catur Wulandari

3

3

4

10

66,66

BT

6

Dody Arya Nugraha

2

4

3

9

60

BT

7

Faradila Gita Intan P

4

4

4

12

80

T

8

Feri Endah Suryan

3

3

4

10

66,66

BT

9

Ikhsan Ananto W

3

3

3

9

60

BT

10

Ipho Dhanys P

4

2

2

8

53,33

BT

11

Ipunk Divos Vorenso

2

3

3

8

53,33

BT

12

Krisnatalia Sukma N

4

4

4

12

80

T

13

K Dewi Al Aminsyah

3

5

4

12

80

T

14

Linda Ayu Ningsih

4

4

4

13

86,6

T

15

Meyla Krisia

4

4

4

13

86,6

T

16

Monica Rachmawati

4

4

4

12

80

T

17

Mukharomah Nur MS

4

5

3

12

80

T

18

Mukhtar Khairudin A

2

3

3

8

53,33

BT

19

Nanda Maulana W

4

4

5

13

86,6

T

20

Niccolast Adnandito S

3

3

2

8

53,33

BT

21

Nina Indriyani

5

3

4

12

80

T

22

Rahadrian Satrio Ajie

4

2

2

8

53,33

BT

23

Rivan Aditya Pradana

3

4

3

10

66,66

BT

24

Roisyah A

4

4

4

12

80

T

25

Rona Wahyu Wijaya

2

3

3

9

60

BT

26

Rosella Ayu Neny

4

4

4

12

80

T

27

Siska Mutia Ardani

3

4

4

11

73,33

BT

28

Stanislaus Agung V

2

2

2

6

40

BT

29

Syandi Kresna Dwi A

2

2

2

6

40

BT

30

Tri Solikhati Pamuji

3

3

3

9

60

BT

31

Yodheta Apriliasari

3

4

4

11

60

BT

commit to user

209 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Lampiran 23. Daftar Penilaian Hasil Membaca Puisi Siklus 1 No

Nama siswa

Aspek yang Dinilai Irama

Volume

Mimik

Kinesik

Skor

Nilai

Ket

Suara 1

Abi Fernanda Majid

1

1

2

1

5

31,25

BT

2

Aldila Tri Warsisso

3

3

3

3

12

75

T

3

Aprilia Nurul Fatimah

3

4

3

2

12

75

T

4

Bagas Aji Saputro

3

3

3

2

11

68,75

BT

5

Catur Wulandari

3

3

2

3

11

68,75

BT

6

Dody Arya Nugraha

2

2

2

2

8

50

BT

7

Faradila Gita Intan Pratiwi

3

4

3

4

14

87,5

T

8

Feri Endah Suryan

3

3

3

3

12

75

T

9

Ikhsan Ananto W

3

3

3

2

11

68,75

BT

10

Ipho Dhanys Priyambodo

2

3

2

1

8

50

BT

11

Ipunk Divos Vorenso

3

3

3

2

11

68,75

BT

12

Krisnatalia Sukma Nigita

3

3

3

3

12

75

T

13

K. Dewi Al Aminsyah

3

3

2

2

10

62,5

BT

14

Linda Ayu Ningsih

4

3

3

2

12

75

T

15

Meyla Krisia

3

4

3

3

13

81,2

T

16

Monica Rachmawati

3

4

3

3

13

81,2

T

17

Mukharomah Nur MS

3

3

3

3

12

75

T

18

Mukhtar Khairudin Anwar

2

3

3

2

10

62,5

BT

19

Nanda Maulana W

4

4

3

3

14

87,5

T

20

Niccolast Adnandito S

2

3

3

2

10

62,5

BT

21

Nina Indriyani

4

4

3

3

14

87,5

T

22

Rahadrian Satrio Ajie

3

3

3

2

11

68,75

BT

23

Rivan Aditya Pradana

3

3

3

2

11

68,75

BT

24

Roisyah Ashashaddiqah

4

4

3

3

14

87,5

T

25

Rona Wahyu Wijaya

3

3

3

3

12

75

T

26

Rosella Ayu Neny

3

4

3

3

13

81,2

T

27

Siska Mutia Ardani

3

3

3

3

12

75

T

28

Stanislaus Agung V

1

2

1

1

5

31,25

BT

29

Syandi Kresna Dwi A

2

3

3

2

10

62,5

BT

30

Tri Solikhati Pamuji

2

2

2

2

8

50

BT

31

Yodheta Apriliasari

2

2

2

2

8

50

BT

Keterangan BT = Belum Tuntas T = Tuntas Pada tindakan siklus I sebanyak 15 siswa (48,38 mendapatkan nilai commit to %) user tuntas.

74 dan dinyatakan

210 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Lampiran 24. Lembar Observasi Kegiatan Siswa Siklus 1

No

Aktivitas dalam Pembelajaran

Presentase Siklus I

1.

Siswa aktif selama apersepsi

45,16 %

2.

Siswa aktif dan perhatian saat

48,38 %

kegiatan pembelajaran 3.

Siswa berminat dan memiliki

48,38 %

motivasi saat kegiatan pembelajaran 4.

Siswa mampu membaca puisi

48,38 %

dengan baik (ketuntasan hasil belajar membaca puisi mendapat nilai 74)

commit to user

Siklus II

Siklus III

211 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Lampiran 25. Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus 1 Siklus : (I/II/III) Nama Guru : Katrin Kusala, S. Pd. Hari/Tanggal : 9 dan 12 Maret 2011 Waktu : 10.00 - 11.20 No Aspek 1. Materi Interest (menarik)

2.

Modal Kesiapan: a. Gerak: 1) Posisi guru waktu menjelaskan 2) Posisi guru saat menulis 3) Mimik guru waktu menjelaskan

b. Suara: 1) Kekuatan/kekerasan 2) Intonasi lagu 3) Tekanan bicara pada hal yang penting c. Titik perhatian: 1) Pandangan guru terhadap siswa 2) Interaksi bertemu pandang guru-siswa 3) Perhatian guru waktu menjelaskan materi d. Isyarat Verbal 1) Ucapan reward 2) Ucapan punishment e. Waktu selang: 1) Ucapan

2) Diam produktif

Keterangan Ketertarikan siswa sudah mulai terlihat pada materi yang disampaikan guru karena pada saat memberikan materi guru lebih banyak disertai tanya jawab.

Posisi guru saat memberikan materi berdiri namun lebih sering hanya berada di depan (tidak berjalan mengelilingi siswa). Guru diam atau saat menulis guru tidak dengan menjelaskan. Dengan ekspresi wajah datar dan terlihat tegas (Keras/jelas/lemah)* (Naik turun/menarik/datar)* (Ada/sebagian kecil/tidak ada)*

(Menyeluruh/sebagian)* (Ada/tidak ada)* (Siswa/papan tulis/benda lain)* (Ada/tidak ada)* Sesuai dengan prinsip rayakan (Ada/tidak ada)* (Ada/tidak ada)*

Kata perkata yang diucapkan guru berganti dalam waktu kurang lebih 1 detik Hanya berlangsung sebentar dan diam ini digunakan guru sebagai jeda di sela-sela menjelaskan commit to user materi

212 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

3.

Keterampilan Operasional a. Membuka Pelajaran: 1) Membuka dengan salam 2) Memberikan sedikit pengantar untuk menumbuhkan interest siswa pada materi yang akan dipelajari 3) Menjelaskan tujuan dan penilaian materi secara rinci b. Mendorong dan melibatkan siswa: 1) Guru mengajukan pertanyaan/persoalan agar dijawab/dipecahkan oleh siswa 2) Memberikan kesempatan pada siswa untuk berpendapat.

c. Mengajukan pertanyaan: 1) Pertanyaan ditujukan pada seluruh siswa di kelas 2) Setiap siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk diberi pertanyaan/menjawab 3) Suasana bertanya-jawab

4) Apabila tidak ada siswa yang menjawab soal dan perhatian dialihkan pada siswa lain 5) Pertanyaan yang diajukan sesuai dengan pokok penting yang harus diketahui siswa dan tujuan pembelajaran 6) Pertanyaan untuk siswa yang tidak memperhatikan

d. Menggunakan isyarat non-verbal 1) Gerakan guru yang dapat mendukung kejelasan materi

Ya (Selamat pagi anak-anak) Ya (Guru mengawali apersepsi dengan mengajak siswa untuk menyanyikan lagu perjuangan dan keterkaitan lagu dan ungkapan perjuangan) Tidak

Ya (Guru menanyakan keterkaitan lagu perjuangan yang dinyanyikan dengan teks puisi yang akan dibaca) Ya (pada sat kegiatan inti dan evaluasi guru lebih banyak memberi kesempatan siswa untuk berpendapat meski baru sebagian yang bersedia)

Ya Ya

Siswa sudah mulai menunjukkan adanya keaktifan meski hanya sebagian siswa Ya (karena siswa yang ditunjuk tidak berani membacakan puisi maka guru menunjuk siswa lain) Ya (pertanyaan yang diberikan guru berhubungan erat dengan materi) Ya (siswa yang tidak memperhatikan ditegur dan diberi pertanyaan secara tiba-tiba) Disertai gerakan tangan yang mendukung materi yang dijelaskan

commit to user

213 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

2) Mimik guru yang dapat mendukung kejelasan materi e. Menanggapi siswa: 1) Memberikan penguatan di akhir pembelajaran 2) Memberikan jawaban yang meyakinkan atas pertanyaan siswa f. Alokasi waktu g. Mengakhiri pelajaran: 1) Saran atau nasihat agar siswa mempelajari lagi di rumah 2) Mengingatkan hal-hal yang harus dipelajari siswa pada pertemuan berikutnya

Telah menunjukkan raut wajah dengan ekspresi yang mendukung saat menjelaskan materi Guru belum sepenuhnya memberikan penguatan pada siswa Cukup meyakinkan

(40 menit x 4) -

Hal-Hal Lain No

Pertanyaan A

1. 2. 3. 4.

Penguasaan bahan ajar Hubungan dengan siswa Bahasa yang digunakan Jawaban terhadap pertanyaan siswa

Nilai Sikap B C v v v v

Peneliti

Rininta Citra Ayu Sari

commit to user

D

perpustakaan.uns.ac.id

214 digilib.uns.ac.id

Lampiran 26. Catatan Lapangan Siklus I

Hari / tanggal : 9 dan 12 Maret 2011 Tempat

: Ruang kelas VIIB Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Jaten

Deskripsi

:

Siklus I dilaksanakan selama dua kali pertemuan, yaitu pada tanggal 9 dan 12 Maret 2011 yang dilaksanakan pada jam kelima dan keenam yakni pukul 10.00 – 11.20. Pada saat memasuki kelas, siswa terlihat belum siap karena belum semua siswa masuk kelas dan sebagian lagi masih berkerumun di depan kamar mandi siswa. Guru pun memberikan waktu beberapa saat pada siswa untuk masuk kelas. Guru mengawali pelajaran dengan mengucapkan salam dan menanyakan kondisi siswa. Guru juga mengabsen semua siswa dsan menanyakan siapa siswa yang tidak masuk sekolah pada hari itu. Kemudian guru meminta siswa untuk menyanyikan lagu ”Sorak-Sorak Bergembira” bersama-sama sambil bertepuk tangan. Semua siswa terlihat bersemangat dalam menanyikan lagu perjuangan tersebut. Selanjutnya guru menanyakan keterkaitan antara lagu tersebut dan teks puisi yang akan dibaca siswa, sebagian siswa terlihat menjawab pertanyaan guru dengan berbagai jawaban sehingga kelas sedikit gaduh. Guru pun mencoba untuk menenangkan kelas kembali. Guru pun kembali bertanya pada siswa dan siswasiswa pun dapat menjawab bahwa tulisan tersebut merupakan puisi yang bertemakan perjuangan atau kepahlawanan. Guru melanjutkan pembelajaran dengan menjelaskan mengenai beberapa cara membaca puisi yang baik (beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membaca puisi meliputi bagaimana menggunakan irama, volume suara, mimik, dan kinesik yang sesuai dengan isi puisi yang dibaca). Dalam siklus I ini guru lebih banyak mengajar dengan menggunakan metode tanya jawab dan siswa menyambut pertanyaan guru tersebut dengan cukup antusias. Beberapa siswa terlihat antusias memberikan jawaban atas pertanyaan dan merespon pertanyaan guru. Setelah itu, guru memperdengarkan sebuah pembacaan puisi melalui video yang telah commit to user dipersiapkan sebelumnya serta membagikan teks puisi pada masing-masing siswa.

215 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Hampir semua siswa terlihat mendengarkan pembacaan puisi tersebut sambil mencermati teks puisi yang dipegangnya. Namun ada beberapa anak yang terlihat kurang memperhatikan dan menolah-noleh, guru pun menegur siswa tersebut. Setelah guru memberikan contoh pembacaan puisi, kemudian siswa diberi waktu untuk memahami puisi tersebut. Guru membagi siswa secara berkelompok, masing-masing kelompok 2 orang yang didasarkan pada teman sebangku (teman satu meja), kemudian guru menugaskan untuk memahami isi puisi (termasuk tema, amanat, suasana, dan perasaan di dalam puisi) serta belajar membaca puisi melalui kegiatan mendengarkan video pembacaan puisi. Pada saat itu, siswa menjadi gaduh dan terlihat masih bingung terhadap tugas yang diberikan guru. Guru pun menenangkan serta membimbing siswa dan mulai mengarahkan agar setiap kelompok menjawab pertanyaan di lembar jawab yang sudah dibagikan tersebut dan memaknainya. Siswa pun terlihat lebih tenang setelah dibimbing guru. Akhirnya, guru bersama-sama dengan siswa mengevaluasi tugas yang telah dikerjakan. Guru kemudian kembali melakukan tanya jawab dengan siswa. ”Mengapa generasi muda seperti kita harus berjuang untuk bangsa dan negara?”, ”agar nera kita maju buk”, jawab beberapa siswa. ”Iya, benar selain itu agar bangsa dan negara kita tetap terjaga persatuan dan kesatuannya, tambah bu guru. Guru pun melanjutkan perkataannya ”Sekarang coba kalian melihat teks puisi yang sudah dibagikan”. Ada juga beberapa siswa yang terlihat tidak mendengarkan dan merespon. Guru melanjutkan bahwa siswa dapat melihat video pembacaan puisi di layar. Setelah selesai melihat, guru bertanya “Ada yang ingin ditanyakan?”. Kemudian seorang siswa terlihat mengacungkan jari dan berkata, “Bu, pemberian anotasinya bagaimana”. “sesuai dengan materi yang sudah ibu catatkan tadi”, jawab guru. Beberapa siswa masih terlihat kesulitan, namun sebagian besar siswa mulai mengerjakan tugas sambil sesekali melihat catatan dan pembacaan puisi.

commit to user

216 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Pada siklus ini ada tiga orang siswa pertama yang membacakan karyanya di depan kelas sedangkan siswa lain diminta untuk memberikan penilaian terhadap puisi yang telah dibacakan. Sebagian siswa berpendapat bahwa puisi yang dibacakan tersebut sudah baik namun mimik dan kinesik kurang ditunjukkan. Guru kemudian memberikan reward pada tiga orang siswa karena telah berani dan dapat membacakan puisi dengan baik serta diikuti dengan tepuk tangan dari siswa lain. Guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran yang telah dilakukan. Diakhir pembelajaran guru memberikan tugas rumah pada siswa agar memperbaiki tugas yang telah diberikan tadi di rumah. Kemudian pada pertemuan berikutnya, semua siswa diminta untuk membacakan puisinya di depan kelas. Refleksi: Pelaksanaan tindakan pada siklus I ini memiliki beberapa kelemahan, yakni (1) guru kurang dapat memantau siswa secara keseluruhan karena posisi guru hanya berada pada titik tertentu saja pada saat mengajar sehingga kurang menyeluruh atau tidak menjangkau siswa yang ada dibagian belakang; (2) guru masih terkesan agak kaku dalam pembelajaran sehingga suasana pembelajaran agak terasa kaku dan tegang; (3) pada saat evaluasi guru belum sepenuhnya memberikan penguatan pada hasil pekerjaan yang telah dibuat siswa; (4) siswa belum dapat terkondisikan dengan baik sehingga saat pembelajaran berlangsung masih terlihat gaduh; (5) sebagian siswa keaktifannya masih kurang terutama dalam menjawab pertanyaan yang diberikan atau menanggapi stimulus yang diberikan guru.

commit to user

217 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Lampiran 27 Dokumentasi Pembelajaran Membaca Puisi Siklus I

Guru sedang mengajar materi membaca puisi

Siswa belum sepenuhnya fokus pada saat pembelajaran

commit to user

218 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Sebagian siswa masih kurang berkonsentrasi saat guru memberikan materi

Beberapa siswa juga tampak belum menikmati pembelajaran

commit to user

219 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

LAMPIRAN SIKLUS II

commit to user

220 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Lampiran 29. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Mata Pelajaran

: Bahasa Indonesia

Kelas/ Semester

: VII Bahasa/II

Alokasi Waktu

: 80 menit (2 jam pelajaran)

Standar Kompetensi : Membaca 15. Memahami wacana sastra melalui kegiatan membaca puisi dan buku cerita anak.

Kompetensi Dasar

:

15.1 Membaca indah puisi dengan menggunakan irama, volume suara, mimik, kinesik yang sesuai dengan isi puisi.

Indikator

:

1. Peserta didik mampu memahami tema, perasaan, suasana, dan pesan penyair dalam puisi agar lebih menghayati isi puisi saat dibaca. 2. Peserta didik mampu membaca indah puisi dengan menggunakan irama, volume suara, mimik, kinesik yang sesuai dengan isi puisi.

Tujuan Pembelajaran

:

Peserta didik dapat membaca indah puisi dengan menggunakan irama, volume suara, mimik, kinesik yang sesuai dengan isi puisi.

Pendekatan dan Metode Pembelajaran

:

Pendekatan Pembelajaran

: Quantum

Metode Pembalajaran

: TANDUR (Tanamkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan) commit to user

221 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

1. Tanya jawab 2. Ceramah 3. Inkuiri 4. Penugasan 5. Demonstrasi 6. Diskusi

Materi Pembelajaran

:

Pengertian Puisi Puisi merupakan bentuk karya sastra yang paling tua. Puisi tidak hanya dipergunakan untuk penulisan karya-karya besar, tetapi puisi juga sangat erat hubungannya dalam kehidupan sehari-hari. Puisi juga merupakan wacana berbentuk ekspresi yang berisi unsure-unsur emosi, imajinasi, pemikiran, ide, nada, irama, kesan pancaindera, susunan kata, kata kiasan, kepadatan, dan perasaan yang bercampur baur. Puisi merupakan jenis/genre sastra yang paling pekat dan padat. Ciri- ciri Puisi 1) Pamadatan bahasa Bahasa dipadatkan agar membentuk larik dan bait yang sama sekali berbeda hakikatnya. 2) Pemilihan kata khas Kata-kata yang dipilih penyair dipertimbangkan betul dari berbagai aspek dan efek pengucapannya. Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam pemilihan kata-kata adalah sebagai berikut : a) Makna kias Makna kias adalah makna yang bukan sebenanya atau disebut pula dengan makna konotatif. b) Lambang Lambang adalah suatu pola arti, sehingga antara apa yang dikatakan dan apa yang dimaksudkan terjadi hubungan asosiasi. Lambang sendiri commitsesuatu. to user tidak langsung menunjukkan

perpustakaan.uns.ac.id

222 digilib.uns.ac.id

c) Persamaan bunyi atau rima Kemiripan bunyi antara suku-suku kata. 3) Kata Konkret Penyair ingin menggambarkan sesuatu secara lebih konkret. Bagi penyair mungkin dirasa lebih jelas karena lebih konkret, namun pembaca sering lebih sulit ditafsirkan maknanya. 4) Pengimajian Penyair juga menciptakan pengimajian (pencitraan) dalam puisinya. Pengimajian adalah kata atau susunan kata-kata yang dapat memperjelas atau memperkonkret apa yang dinyatakan oleh penyair. 5) Irama (Ritme) Irama (ritme) berhubungan dengan pengulangan bunyi, kata, frasa, dan kalimat. Dalam puisi, irama berupa pengulangan yang teratur suatu baris puisi yang menimbulkan gelombang serta menciptakan keindahan. 6) Tata Wajah Puisi yang mementingkan tata wajah, menciptakan puisi seperti gambar, disebut dengan puisi konkret karena tata wajahnya membentuk gambar yang mewakili maksud tertentu. Hal-hal yang Diungkapkan Penyair 1. Tema Puisi Tema adalah gagasan pokok (subject-matter) yang dikemukakan oleh penyair melalui puisinya. Tema mengacu pada penyair. Tema yang banyak terdapat dalam puisi adalah tema ketuhanan, kemanusiaan, cinta, patriotisme, perjuangan, kegagalan hidup, alam, keadilan, kritik sosial, demokrasi, dan tema kesetiakawanan. 2. Nada dan Suasana Puisi Puisi juga mengungkapkan nada dan suasana kejiwaan. Dari sikap itu terciptalah suasana puisi. Ada puisi yang bernada sinis, protes, menggurui, memberontak, main-main, serius, patriotik, belas kasih, takut, mencekam, santai, masa bodoh, pesimis, humor, mencemooh, kharismatik, filosofis, commit to user khusyuk, dan sebagainya.

perpustakaan.uns.ac.id

223 digilib.uns.ac.id

3. Perasaan dalam Puisi Puisi mengungkapkan perasaan penyair. Nada dan perasaan penyair akan dapat ditangkap jika puisi itu dibaca keras dalam deklamasi. Membaca puisi dengan suara keras akan lebih membantu menemukan perasaan penyair yang melatarbelakangi terciptanya puisi tersebut. 4. Amanat Puisi Amanat, pesan atau nasihat merupakan kesan yang ditangkap pembaca setelah membaca puisi. Amanat dirumuskan sendiri oleh pembaca. Sikap dan pengalaman pembaca sangat berpengaruh kepada amanat puisi. Meskipun ditentukan cara pandang pembaca, amanat tidak dapat lepas dari tema dan isi puisi yang dikemukakan penyair. Membaca Puisi Membaca puisi ialah memahami apa yang terdapat dalam puisi atau apa yang ingin disampaikan penyair lewat puisinya. Membaca puisi tidak hanya menyuarakan lambang-lambang bahasa saja, tetapi lebih dari pada itu. Membaca puisi pada hakikatnya menyuarakan kembali apa yang pernah dirasakan, dipikirkan, atau dialami penyairnya. Oleh karena itu, pembaca puisi sebelumnya harus menginterpretasikan apa yang ada di balik puisi. Ekspresi dan emosi yang lahir merupakan hasil interpretasi pembaca terhadap puisi. Sehingga membuat saat membaca puisi, unsur emosi sangat penting. Jadi, membaca puisi ialah membaca suatu karya sastra berupa puisi dengan memperhatikan irama, volume suara, mimik, dan kinesik yang tepat sesuai dengan isi puisi. Irama adalah suatu gerak yang teratur, suatu rentetan bunyi berulang dan menimbulkan variasi bunyi yang menciptakan gerak yang hidup. Irama dalam bahasa ialah pergantian naik-turun, panjang-pendek, keras-lembut ucapan bunyi bahasa dengan teratur. Berdasarkan itu, irama dapat diartikan sebagai pergantian berturut-turut secara teratur. Irama dapat dibagi menjadi dua bentuk: ritme dan metrum. Metrum adalah irama yang tetap, artinya pergantiannya sudah tetap disebabkan oleh jumlah suku kata yang sudah tetap, sehingga alun suara menjadi tetap. Apabila pertentangan bunyi mengalun dengan teratur, tetapi tidak commit to user

224 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

merupakan jumlah suku kata yang tetap dan hanya menjadi gema dari dendang penyair dan deklamator, maka irama tersebut disebut ritma Volume suara adalah kekerasan suara yang dihasilkan pembaca puisi. Volume suara pada saat membacakan sebuah puisi sebaiknya disesuaikan dengan situasi. Volume pun bisa berubah dari berbisik, lantang, hingga teriak yang bertujuan untuk mengekspresikan atau menggugah emosi pendengar. Mimik atau action dalam sebuah deklamasi puisi sangat besar pengaruhnya terhadap pembentukan suasana pembacaan puisi. Seorang pembawa puisi yang berhasil ia akan mengemukan sesuatu action atau mimik itu sesuai dengan perkembangan kata demi kata dalam tiap baris dan tidak bertentangan dengan jiwa dan isi kata-kata kalimat dalam puisi. kinesik adalah ilmu yang mempelajari isyarat yang menggunakan berbagai bagian tubuh. Kinesik terdiri dari ekspressi wajah, sikap tubuh, gerakan jarijemari, tangan, lengan, pundak, goyangan pinggul, dan gelengan kepala. Langkah-langkah Pembelajaran

:

Pertemuan Pertama No

Kegiatan

Alokasi

Metode yang digunakan

Waktu 1

Kegiatan Awal : a. Guru

memberi

mengkondisikan

salam,

kelas,

dan

mengecek presensi peserta didik. b. Guru

menyampaikan

tujuan

pembelajaran yang ingin dicapai 10 menit yaitu membaca indah puisi dengan

menggunakan

volume suara, mimik,

irama, kinesik

yang sesuai dengan isi puisi. c. Guru memulai apresepsi dengan to user meminta siswa commit untuk

(T=Tanamkan)

225 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

menyanyikan lagu yang sudah dipilih sendiri oleh siswa sambil bertepuk tangan. 2

Kegiatan Inti: a. Guru

menyampaikan

kembali

materi puisi disertai beberapa cara membaca puisi yang lebih sederhana.

Dilakukan

tanya

jawab dengan siswa sehingga siswa

terarah

menyatakan

untuk

pendapat

dapat tentang

20 menit

(A = Alami).

pertanyaan dari guru dan materi yang telah disampaikan guru. b. Guru membagikan trankrip puisi yang

berjudul

“Aku”

karya

Chairil Anwar. Transkrip juga disertai lembar pertanyaan dan jawab untuk siswa (tes untuk siswa secara tulis).

(N = Namai)

c. Guru menampilkan narasumber yang sudah dipersiapkan. Setelah narasumber

selesai

membaca

puisi, narasumber bertanya jawab dengan

siswa

mengenai

pembacaan puisinya. d. Siswa penjelasan

kembali dari

menerima guru

bahwa

pengalaman-pengalaman

yang

baru saja dilihatnya adalah sebuah pembacaan indah puisicommit dengan to user

(D = Demonstrasikan)

226 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

menggunakan

irama,

volume

suara, mimik, dan kinesik yang sesuai dengan isi puisi. 3

Kegiatan Penutup : a. Guru meminta siswa menjawab pertanyaan di lembar kerja yang sudah

dibagikan

bersama

kelompok (teman sebangku). b. Guru memberikan kesempatan siswa untuk menanyakan hal-hal 10 menit

yang kurang jelas. c. Guru memberikan tugas rumah untuk

memperbaiki

jawaban

pertanyaan pada lembar kerja tersebut. d. Guru menutup pelajaran dengan menyanyikan

lagu

sambil

bertepuk tangan.

commit to user

227 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Pertemuan kedua No

Kegiatan

Alokasi

Metode yang digunakan

Waktu 1

Kegiatan Awal : a. Guru

memberi

mengkondisikan

salam,

kelas,

dan

mengecek presensi siswa. b. Guru

menyampaikan

tujuan

pembelajaran yang ingin dicapai yaitu membaca

indah puisi 5 menit menggunakan irama,

dengan

volume suara, mimik,

kinesik

yang sesuai dengan isi puisi. c. Guru melakukan apersepsi dengan mengulang sekilas materi yang telah disampaikan melalui tanya jawab. 2

Kegiatan Inti a. Guru

meminta

mengeluarkan

setiap

siswa

tugas

pada

pertemuan sebelumnya. b. Guru meminta peserta didik untuk

membaca

dengan

indah

menggunakan

volume suara, mimik,

puisi irama, kinesik

yang sesuai dengan isi puisi di depan (diselingi

kelas

satu

dengan

persatu. diskusi 30 menit

pembacaan puisi) commit to user c. Setelah semua siswa mendapat

(U = Ulangi)

228 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

giliran membaca indah, bersama guru

memilih

siswa

dengan

pembacaan puisi terbaik. d. Guru memberikan pujian atau reward

sebagai

penghargaan

kepada siswa. 3

(R = Rayakan)

Kegiatan Penutup : a. Guru bersama siswa melakukan refleksi

dan

menyimpulkan

kegiatan

pembelajaran

yang

telah dilakukan. b. Guru memberikan kesempatan 5 menit siswa untuk menanyakan hal-hal yang kurang jelas. c. Guru menutup pelajaran dengan menyanyikan

lagu

sambil

bertepuk tangan.

Sumber Belajar 4. LKS 5. Herman J. Waluyo. 2003. Apresiasi Puisi. Jakarta: Gramedia. 6. Maria Utami. 2010. Mamilih Puisi, Membangun Karakter. Semarang: bandunganInstitut. Media 4. Materi disajikan dengan media Power Point melalui LCD. 5. Traskrip puisi berjudul ” Aku ”, yang dibagikan pada siswa. Penilaian / Evaluasi

:

Jenis Tes

: tes lisan (membaca indah puisi) dan tertulis (pemahaman dalam bentuk tema, perasaan, commit todan user suasana, pesan puisi)

229 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

1. Bentuk Tes a. teknik

: tes unjuk kerja (lisan) dan produk (tertulis)

b. bentuk instrumen

: tes praktik

c. Soal

:

1) Pahamilah teks puisi yang dibagikan kemudian tentukan: e. Tema f. Perasaan g. Suasana h. Pesan 2) Bacalah puisi tersebut di depan kelas dengan menggunakan irama, volume suara, mimik, kinesik yang sesuai dengan isi puisi. b.

Kunci Jawaban Terlampir

3) Penilaian Hasil Penilaian Hasil Pembelajaran No Nama siswa

Aspek yang Dinilai Irama

Volume

Skor Mimik

Nilai

Kinesik

Suara

(Diadopsi dari Sarwiji Suwandi, 2010 : 78) Pedoman Penskoran No

Aspek yang dinilai

Skor

1.

Penggunaan Irama  Penggunaan irama baik dan dapat menciptakan keindahan  Penggunaan irama cukup baik dan cukup dapat menciptakan keindahan  Penggunaan irama kurang baik dan kurang dapat menciptakan keindahan  Belum dapat menggunakan irama dengan baik (Penggunaan irama sama sekali tidak menciptakan keindahan) commit to user

Skor 1 - 4 4 3 2 1

230 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

2.

3.

4.

Volume Suara  Volume suara sanagt sesuai dengan isi puisi, suasana, keberadaan pendengar, dan setting pembacaan puisi  Volume suara cukup sesuaidengan isi puisi, suasana, keberadaan pendengar, dan setting pembacaan puisi  Volume suara kurang sesuai dengan isi puisi, suasana, keberadaan pendengar, dan setting pembacaan puisi  Volume suara sama sekali tidak sesuai dengan isi puisi, suasana, keberadaan pendengar, dan setting pembacaan puisi Mimik  pengekspresian atau perubahan ekspresi wajah sesuai dengan isi puisi yang dibaca (sangat menghayati)  ekspresi atau perubahan ekspresi wajah sudah cukup sesuai dengan isi puisi yang dibaca (cukup menghayati)  ekspresi atau perubahan ekspresi wajah kurang sesuai dengan isi puisi yang dibaca (kurang menghayati)  ekspresi atau perubahan ekspresi wajah sama sekali tidak sesuai dengan isi puisi yang dibaca (tidak menghayati) Kinesik  Pemakaian gerakan kecil-kecil dari tangan, anggota badan atau wajah sesuai dengan isi puisi yang dibaca  Pemakaian gerakan kecil-kecil dari tangan, anggota badan atau wajah cukup sesuai dengan isi puisi yang dibaca  Pemakaian gerakan kecil-kecil dari tangan, anggota badan atau wajah kurang sesuai dengan isi puisi yang dibaca  Sama sekali tidak menggerakkan tangan, anggota badan atau wajah sesuai dengan isi puisi yang dibaca Skor maksimal 1, 2, 3, 4

Skor 1 – 4 4 3 2 1 Skor 1 – 4 4 3 2 1 Skor 1 – 4 4 3 2 1 16

Nilai siswa = skor maksimum siswa X 100 16 2. Bentuk Tes a. teknik

: Tes individu

b. Bentuk instrumen

: Tes praktik

c. Soal

: (Individu)

Rubrik penilaian proses saat berlangsung pembelajaran membaca indah puisi di kelas VII-B SMP Negeri I Jaten. d.Kunci jawaban kondisional.

: commit to user

231 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

4) Penilaian Proses Penilaian Proses Pembelajaran No

Nama Siswa Keaktifan siswa selama apersepsi

Keaktifan dan perhatian siswa pada saat guru menyampaika n materi

Minat dan Skor motivasi siswa saat mengikuti kegiatan pembelajaran

Nilai

Ket.

(Diadaptasi dari Sarwiji Suwandi, 2010 : 130) Pedoman Penskoran a) Kolom penilaian sikap diisi dengan angka yang sesuai dengan kriteria berikut. 1 = sangat kurang

4 = baik

2 = kurang

5 = amat baik

3 = cukup b) Menghitung nilai Nilai

= Skor perolehan siswa x 100 = .... Skor maksimal (15)

c) Keterangan diisi dengan kriteria berikut. (7) Nilai = 10 – 29 sangat kurang

(4) Nilai = 70 – 89 baik

(8) Nilai = 30 – 49 kurang

(5). Nilai = 90 – 100 sangat baik

(9) Nilai = 50 – 69 cukup 1) Keaktifan siswa selama apersepsi Skor 5 : Jika siswa sepenuhnya atau sangat aktif selama apersepsi (menyanyikan lagu dengan semangat dan merespon setiap stimulus yang diberikan guru saat apersepsi dengan baik) Skor 4

: Jika siswa aktif selama apersepsi (ikut menyanyikan lagu dan cukup merespon stimulus yang diberikan guru saat apersepsi)

Skor 3

: Jika siswa cukup aktif pada saat apersepsi (ikut menyanyikan commit to user lagu namun tidak merespon stimulus yang diberikan guru)

232 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Skor 2

: Jika siswa kurang aktif pada saat apersepsi (ikut menyanyikan lagu namun tidak serius dan sama sekali tidak mau merespon stimulus yang diberikan guru saat apersepsi).

Skor 1

: Jika siswa sama sekali tidak aktif (sama sekali tidak mau menyanyi dan merespon pertanyaan atau stimulus saat apersepsi).

2) Keaktifan dan perhatian siswa pada saat mengikuti pelajaran Skor 5

: Jika siswa sepenuhnya memperhatikan pada saat guru menyampaikan materi dan aktif bertanya, menjawab, menamai, serta

memberikan

tanggapan

(terjadi

interaksi),

dan

mengerjakan setiap tugas. Skor 4

: Jika siswa memperhatikan saat guru menyampaikan materi dan sesekali mau bertanya, menjawab, serta menamai memberikan tanggapan, dan mengerjakan setiap tugas.

Skor 3

: Jika siswa hanya memperhatikan saat guru menyampaikan materi dan sama sekali tidak mau bertanya, menjawab, serta memberikan tanggapan, dan mengerjakan setiap tugas.

Skor 2

: Jika siswa kurang memperhatikan serta kurang fokus saat guru menyampaikan materi dan sama sekali tidak mau bertanya, menjawab, menamai serta memberikan tanggapan.

Skor 1

: Jika siswa sama sekali tidak memperhatikan guru saat menyampaikan materi (sibuk beraktivitas sendiri seperti berbicara atau membuat gaduh).

3) Minat dan motivasi siswa saat mengikuti kegiatan pembelajaran Skor 5

: Jika siswa tampak bersungguh-sungguh dan menunjukkan adanya kesenangan dalam mengerjakan setiap tugas yang diberikan; tampak antusias, senang serta bersemangat dalam mengikuti pembelajaran (tidak bosan, tidak mengantuk, secara sukarela membacakan pekerjaan yang dibuat). commit to user

233 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Skor 4

: Jika siswa mengerjakan setiap tugas yang diberikan guru serta tampak

bersemangat

dan

antusias

dalam

mengikuti

pembelajaran (tidak bosan, tidak mengantuk). Skor 3

: Jika siswa mengerjakan setiap tugas yang diberikan namun kurang bersemangat dan antusias dalam pembelajaran (kurang serius).

Skor 2

: Jika siswa hanya sekedar mengerjakan tugas yang diberikan dan terlihat tidak bersemangat dalam pembelajaran (ogah-ogahan, meletakkan kepala di meja).

Skor 1

: Jika siswa sama sekali tidak mau mengerjakan tugas yang diberikan dan sama sekali tidak bersemangat (tampak bosan, tertidur).

Surakarta, April 2011

Guru Kolaborator,

Peneliti

Katrin Kusala, S. Pd

Rininta Citra Ayu Sari

Mengetahui, Kepala Sekolah

Sri Djoko Widodo, S. H. M. H NIP 195107 196712 1 002

commit to user

234 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Aku

Kalau sampai waktuku Ku mau tak seorang kan merayu Tidak juga kau Tak perlu sedu sedan itu Aku ini binatang jalang dari kumpulannya terbuang Biar peluru menembus kulitku, Aku tetap meradang menerjang Luka dan bisa kubawa berlari berlari hingga hilang pedih perih Dan aku akan lebih tidak peduli Aku mau hidup seribu tahun lagi

Karya: Chairil Anwar

commit to user

235 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Lembar pertanyaan : 1) Pahamilah teks puisi yang dibagikan kemudian tentukan: e. Tema

f. Perasaan

g. Suasana

h. Pesan

Lembar Jawab :

commit to user

236 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Lampiran 30. Daftar Penilaian Proses Membaca Puisi Siklus II No

Nama Siswa

Keaktifan

Keaktifan dan

Minat dan

Siswa

perhatian siswa

motivasi siswa

selama

pada saat guru

saat

apersepsi

menyampaikan

mengikuti

materi

Skor

Nilai

Ket.

kegiatan pembelajaran

1

Abi Fernanda Majid

2

2

2

6

40

BT

2

Aldila Tri Warsisso

3

3

3

9

60

BT

3

Aprilia Nurul Fatimah

4

4

4

12

80

T

4

Bagas Aji Saputro

4

3

3

10

66,66

BT

5

Catur Wulandari

4

4

4

12

80

T

6

Dody Arya Nugraha

2

4

3

9

60

BT

7

Faradila Gita Intan P

4

4

4

12

80

T

8

Feri Endah Suryan

4

3

5

12

80

T

9

Ikhsan Ananto W

4

5

3

12

80

T

10

Ipho Dhanys P

4

2

2

8

53,33

BT

11

Ipunk Divos Vorenso

2

3

3

8

53,33

BT

12

Krisnatalia Sukma N

4

4

4

12

80

T

13

K Dewi Al Aminsyah

3

5

4

12

80

T

14

Linda Ayu Ningsih

4

4

4

13

86,6

T

15

Meyla Krisia

4

4

4

13

86,6

T

16

Monica Rachmawati

4

4

4

12

80

T

17

Mukharomah Nur MS

4

5

3

12

80

T

18

Mukhtar Khairudin A

2

3

3

8

53,33

BT

19

Nanda Maulana W

4

4

5

13

86,6

T

20

Niccolast Adnandito S

3

3

2

8

53,33

BT

21

Nina Indriyani

5

3

4

12

80

T

22

Rahadrian Satrio Ajie

4

2

2

8

53,33

BT

23

Rivan Aditya Pradana

3

4

3

10

66,66

BT

24

Roisyah A

4

4

4

12

80

T

25

Rona Wahyu Wijaya

2

3

3

9

60

BT

26

Rosella Ayu Neny

4

4

4

12

80

T

27

Siska Mutia Ardani

3

5

4

12

80

T

28

Stanislaus Agung V

2

2

2

6

40

BT

29

Syandi Kresna Dwi A

2

2

2

6

40

BT

30

Tri Solikhati Pamuji

5

4

3

12

80

T

31

Yodheta Apriliasari

4

4

4

12

80

T

commit to user

237 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Lampiran 31. Daftar Penilaian Hasil Membaca Puisi Siklus 1I No

Nama siswa Irama

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31

Abi Fernanda Majid Aldila Tri Warsisso Aprilia Nurul Fatimah Bagas Aji Saputro Catur Wulandari Dody Arya Nugraha Faradila Gita Intan Pratiwi Feri Endah Suryan Ikhsan Ananto W Ipho Dhanys Priyambodo Ipunk Divos Vorenso Krisnatalia Sukma Nigita K. Dewi Al Aminsyah Linda Ayu Ningsih Meyla Krisia Monica Rachmawati Mukharomah Nur MS Mukhtar Khairudin Anwar Nanda Maulana W Niccolast Adnandito S Nina Indriyani Rahadrian Satrio Ajie Rivan Aditya Pradana Roisyah Ashashaddiqah Rona Wahyu Wijaya Rosella Ayu Neny Siska Mutia Ardani Stanislaus Agung V Syandi Kresna Dwi A Tri Solikhati Pamuji Yodheta Apriliasari

2 4 3 3 3 2 4 3 3 3 3 3 2 2 4 4 4 2 4 2 4 3 3 4 2 4 3 2 3 2 2

Aspek yang Dinilai Volume Mimik Suara 2 1 3 3 4 3 4 3 3 3 2 1 4 3 4 2 4 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 2 3 3 4 3 4 4 3 2 4 3 3 2 3 4 4 3 3 3 4 3 3 2 4 4 3 3 2 1 3 3 3 2 3 2

Skor

Nilai

Ket

37,5 81,25 81,25 75 75 37,5 93,75 75 75 75 81,25 75 68,75 56,25 81,25 87,5 93,75 68,75 93,75 68,75 93,75 75 75 93,75 56,25 93,75 75 37,5 68,75 56,25 56,25

BT T T T T BT T T T T T T BT BT T T T BT T BT T T T T BT T T BT BT BT BT

Kinesik 1 3 3 2 3 1 4 3 2 3 3 3 2 2 3 3 3 2 4 3 4 2 3 4 2 3 3 1 2 2 2

6 13 13 12 12 6 15 12 12 12 13 12 11 9 13 14 15 11 15 11 15 12 12 15 9 15 12 6 11 9 9

Keterangan BT = Belum Tuntas T = Tuntas Pada tindakan siklus II sebanyak 20 siswa (64,51%) dinyatakan tuntas dengan nilai 74. commit to user

238 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Lampiran 32. Lembar Observasi Kegiatan Siswa Siklus 1I

No

Aktivitas dalam Pembelajaran

Presentase Siklus I

Siklus II

1.

Siswa aktif selama apersepsi

45,16 %

61 %

2.

Siswa aktif dan perhatian saat

48,38 %

58 %

48,38 %

48 %

48,38 %

64,51 %

kegiatan pembelajaran 3.

Siswa berminat dan memiliki motivasi saat kegiatan pembelajaran

4.

Siswa mampu membaca puisi dengan baik (ketuntasan hasil belajar membaca puisi mendapat nilai 74)

commit to user

Siklus III

239 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Lampiran 33. Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus 1I Siklus : (I/II/III) Nama Guru : Katrin Kusala, S. Pd. Hari/Tanggal : 13 dan 16 April 2011 Waktu : 10.00 - 11.20 No Aspek 1. Materi Interest (menarik)

2.

Keterangan Ketertarikan siswa sudah mulai terlihat pada materi yang disampaikan guru karena pada saat memberikan materi guru lebih banyak disertai tanya jawab.

Modal Kesiapan: a. Gerak: 1). Posisi guru waktu menjelaskan 2). Posisi guru saat menulis 3). Mimik guru waktu menjelaskan

b. Suara: 1). Kekuatan/kekerasan 2). Intonasi lagu 3). Tekanan bicara pada hal yang penting c. Titik perhatian: 1). Pandangan guru siswa 2). Interaksi bertemu guru-siswa 3). Perhatian guru menjelaskan materi d. Isyarat Verbal 1). Ucapan reward 2). Ucapan punishment e. Waktu selang: 1). Ucapan

2). Diam produktif

Posisi guru saat memberikan materi berdiri namun lebih sering hanya berada di depan (tidak berjalan mengelilingi siswa). Guru diam atau saat menulis guru tidak dengan menjelaskan. Dengan ekspresi wajah yang gembira. (Keras/jelas/lemah)* (Naik turun/menarik/datar)* (Ada/sebagian kecil/tidak ada)*

(Menyeluruh/sebagian)* terhadap (Ada/tidak ada)* pandang (Siswa/papan tulis/benda lain)* waktu (Ada/tidak ada)* Sesuai dengan prinsip rayakan (Ada/tidak ada)*

Kata perkata yang diucapkan guru berganti dalam waktu kurang lebih 1 detik Hanya berlangsung sebentar dan commit to user diam ini digunakan guru sebagai

240 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

jeda di sela-sela menjelaskan materi 3.

Keterampilan Operasional a. Membuka Pelajaran: 1) Membuka dengan salam 2) Memberikan sedikit pengantar untuk menumbuhkan interest siswa pada materi yang akan dipelajari 3) Menjelaskan tujuan dan penilaian materi secara rinci b. Mendorong dan melibatkan siswa: 1). Guru mengajukan pertanyaan/persoalan agar dijawab/dipecahkan oleh siswa 2). Memberikan kesempatan pada siswa untuk berpendapat.

c. Mengajukan pertanyaan: 1). Pertanyaan ditujukan pada seluruh siswa di kelas 2). Setiap siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk diberi pertanyaan/menjawab 3). Suasana bertanya-jawab

Ya (Selamat pagi anak-anak) Ya (Guru mengawali apersepsi dengan mengajak siswa untuk menyanyikan lagu yang dipilih siswa) Ya

Ya (Guru menanyakan apakah terdapat hubungan antara lagu dan puisi) Ya (pada sat kegiatan inti dan evaluasi guru lebih banyak memberi kesempatan siswa untuk berpendapat, sudah lebih banyak siswa yang berani berpendapat) Ya (untuk diskusi penilaian pembacaan puisi) Ya

Siswa sudah mulai menunjukkan adanya keaktifan meski hanya sebagian siswa Ya (karena siswa yang ditunjuk tidak berani membacakan puisi maka guru menunjuk siswa lain) Ya (pertanyaan yang diberikan guru berhubungan erat dengan materi membaca puisi)

4). Apabila tidak ada siswa yang menjawab soal dan perhatian dialihkan pada siswa lain 5). Pertanyaan yang diajukan sesuai dengan pokok penting yang harus diketahui siswa dan tujuan pembelajaran 6). Pertanyaan untuk siswa yang Ya (siswa yang tidak memperhatikan memperhatikan ditegur diberi pertanyaan secara tiba) d. Menggunakan isyarat non-verbal 1). Gerakan guru yang dapat Disertai gerakan tangan commit to user mendukung kejelasan materi mendukung materi

tidak dan tiba-

yang yang

241 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

dijelaskan 2). Mimik guru yang dapat Telah menunjukkan raut wajah mendukung kejelasan materi dengan ekspresi yang mendukung saat menjelaskan materi membaca puisi e. Menanggapi siswa: 1). Memberikan penguatan di Guru belum sepenuhnya akhir pembelajaran memberikan penguatan pada siswa 2). Memberikan jawaban yang Cukup meyakinkan meyakinkan atas pertanyaan siswa f. Alokasi waktu (40 menit x 4) g. Mengakhiri pelajaran: 1). Saran atau nasihat agar siswa mempelajari lagi di rumah 2). Mengingatkan hal-hal yang harus dipelajari siswa pada pertemuan berikutnya Hal-Hal Lain No

Pertanyaan

Nilai Sikap A

1.

Penguasaan bahan ajar

2.

Hubungan dengan

B

C

v v

siswa 3.

Bahasa yang digunakan

4.

Jawaban terhadap

v v

pertanyaan siswa

Peneliti

Rininta Citra Ayu Sari

commit to user

D

242 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Lampiran 34. Catatan Lapangan Siklus II

Hari/Tanggal : 13 dan 16 April 2011 Tempat

: Ruang kelas VIIB Sekolah Menengah Negeri 1 Jaten

Deskripsi

:

Siklus II dilaksanakan dalam dua kali pertemuan, yaitu pada hari Rabu, 13 April dan Sabtu, 16 April 2011 yang keduanya dilaksanakan pada jam kelima dan keenam yakni pukul 10.00 – 11.20 WIB.

Seperti biasanya, jam kelima

dimulai setelah jam keempat selesai diteruskan istirahat pertama, oleh karenanya meski sudah terdengar bel jam kelima, beberapa anak terlihat masih di luar kelas dan sebagian lagi masih membawa makanan. Siswa diberikan waktu 5 menit untuk masuk kelas dan mempersiapkan pelajaran. Setelah guru mengucapkan salam dan menanyakan kondisi siswa, kemudian guru mengajak siswa untuk bernyanyi namun sebelumnya guru dan siswa memilih bersama lagu yang akan dinyanyikan bersama. Terlihat beberapa siswa mulai memberikan pilihan-pilihan judul lagu yang membuat kelas sedikit gaduh karena secara bersama-sama. Semua siswa menyanyikannya dengan serentak. Ada beberapa siswa yang terlihat kurang hafal, namun mereka tetap mengikuti dan menyanyikan lagu tersebut dengan bertepuk tangan. Guru mengungkapkan bahwa lagu pada dasarnya merupakan sebuah puisi yang dinyanyikan. Seperti halnya lagu yang telah dinyanyikan guru dan siswa di awal pembelajaran. Guru selanjutnya, menanyakan pada siswa mengenai materi membaca puisi yang sudah diberikan pada pertemuan sebelumnya. Guru mengulangi materi dengan cara yang lebih sederhana. Tampak beberapa siswa terlihat memahami materi yang disampaikan. Kemudian guru membagikan teks puisi, lembar pertanyaan, dan lembar jawab untuk siswa. Guru menjelaskan bahwa sebelum membaca puisi sebaiknya harus memahami isi puisi. Isi puisi berupa tema, amanat, suasana, dan perasaan yang terdapat di dalam puisi. Guru kemudian menampilkan seorang narasumber untuk membacakan puisi tersebut di depan kelas. Pembacaan puisi oleh narasumber membuat siswa fokus terhadap commit user jawab dengan siswa mengenai pembelajaran kemudian narasumber juga to bertanya

243 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

cara membaca puisi yang baik. Guru memberikan tugas rumah untuk dibawa saat di pertemuan selanjutnya dan menutup pelajaran. Pada pertemuan kedua guru mengulas materi dengan beberapa pertanyaan pada siswa. Setelah siswa dan guru berdiskusi, guru memberikan kesempatan pada siswa yang ingin membacakan puisi yang telah dibawa. Seorang siswa yang bernama Nanda maju membacakan puisi. Mendengar cara membaca Nanda, siswa-siswa lain tertawa hingga suasana agak gaduh namun guru berusaha mengkondisikan kelas kembali. Setelah itu guru menanyakan isi puisi tersebut, ada yang menjawab mengenai semagat manusia, pemberontakan manusia, keberanian manusia, dan sebagainya. Suasana kelas pun menjadi gaduh. Gurupun kembali menenangkan siswa bahwa apa yang mereka ungkapan tidak salah. Guru memandu siswa untuk berlatih membaca puisi. Guru pun bertanya, “siapa yang mau membaca puisi pertama kali”? Terlihat siswa saling menunjuk teman-temannya. Suasana ini membuat kelas gaduh penuh dengan canda tawa dan guru kembali menormalkan keadaan dengan meminta siswa yang memiliki nomor absen sama dengan tanggal pada hari itu. Siswa yang merasa nomor absennya, malu-malu maju untuk membaca puisi. Siswa pun terlihat mendengarkan pembacaan puisi teman-temannya. Pada saat memberikan materi guru lebih banyak menggunakan metode tanya jawab dan terlihat lebih banyak siswa yang memperhatikan serta merespon pertanyaan guru daripada saat siklus sebelumnya. Setelah semua siswa membaca puisi di depan, guru pun meminta siswa lain untuk memberikan tanggapan mengenai puisi yang telah dibacakan. Dalam siklus ini lebih banyak siswa yang mau berpendapat, kebanyakan mereka berpendapat bahwa pembacaan puisi temannya sudah bagus. Guru juga memberi pengutan bahwa pembacaan puisi tersebut sudah menggunakan irama, volume, mimik, dan kinesik yang sesuai dengan isi puisi. Guru bersama-sama siswa menentukan beberapa siswa dengan hasil pekerjaan terbaik dan memberikan reward pada mereka. Guru pun mengajak siswa lain untuk bertepuk tangan dan mengakhiri pelajaran. commit to user

244 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Refleksi: Pelaksanaan tindakan pada siklus II ini secara keseluruhan sudah cukup baik namun masih terdapat beberapa kelemahan, yakni: (1) Guru masih kesulitan dalam mengkondisikan siswa yang gaduh; (2) Guru masih belum total dalam pelaksaan metode pembelajaran sehingga terlihat masih kaku; (3) siswa belum terkondisi dengan baik sehingga masih terlihat gaduh di dalam kelas; (4) untuk lebih mendorong siswa agar lebih merespon guru dalam mengikuti pembelajaran membaca puisi maka pembelajaran sebaiknya dibuat lebih bervariasi lagi misalnya dengan kegiatan apersepsi yang lebih menyenangkan.

commit to user

245 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Lampiran 36. Dokumentasi Pembelajaran Membaca Puisi siklus II

Guru menerangkan materi dengan mimik dan gerakan yang mendukung

Narasumber membaca puisi di depan kelas

commit to user

246 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Siswa lebih memperhatikan guru saat pembelajaran

Narasumber juga meminta siswa untuk berlatih membaca puisi

commit to user

247 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

LAMPIRAN SIKLUS III

commit to user

248 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Lampiran 37. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Mata Pelajaran

: Bahasa Indonesia

Kelas/ Semester

: VII Bahasa/II

Alokasi Waktu

: 80 menit (2 jam pelajaran)

Standar Kompetensi : Membaca 15. Memahami wacana sastra melalui kegiatan membaca puisi dan buku cerita anak.

Kompetensi Dasar

:

15.1 Membaca indah puisi dengan menggunakan irama, volume suara, mimik, kinesik yang sesuai dengan isi puisi.

Indikator

:

1. Peserta didik mampu memahami tema, perasaan, suasana, dan pesan penyair dalam puisi agar lebih menghayati isi puisi saat dibaca. 2. Peserta didik mampu membaca indah puisi dengan menggunakan irama, volume suara, mimik, kinesik yang sesuai dengan isi puisi.

Tujuan Pembelajaran

:

Peserta didik dapat membaca indah puisi dengan menggunakan irama, volume suara, mimik, kinesik yang sesuai dengan isi puisi.

Pendekatan dan Metode Pembelajaran

:

Pendekatan Pembelajaran

: Quantum

Metode Pembalajaran

: TANDUR (Tanamkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan) commit to user

249 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

1. Tanya jawab 2. Ceramah 3. Inkuiri 4. Penugasan 5. Demonstrasi 6. Diskusi

Materi Pembelajaran

:

Pengertian Puisi Puisi merupakan bentuk karya sastra yang paling tua. Puisi juga merupakan wacana berbentuk ekspresi, konsentrasi rasa dan pengalaman jiwa penyair yang berisi unsur-unsur emosi, imajinasi, pemikiran, ide, nada, irama, kesan pancaindera, susunan kata, kata kiasan, kepadatan, dan perasaan yang bercampur baur. Puisi merupakan jenis/genre sastra paling pekat dan padat. Efek yang terjadi pada keadaan puisi dari kondisi yang semacam itu adalah bahwa puisi itu singkat, padat, konotatif, poliinterpretabel, ekspresif, dan penuh kata irasional serta nongramatik. Ciri- ciri Puisi 1) Pamadatan bahasa Bahasa dipadatkan agar membentuk larik dan bait yang sama sekali berbeda hakikatnya. 2) Pemilihan kata khas Kata-kata yang dipilih penyair dipertimbangkan betul dari berbagai aspek dan efek pengucapannya. Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam pemilihan kata-kata adalah sebagai berikut : a) Makna kias Makna kias adalah makna yang bukan sebenanya atau disebut pula dengan makna konotatif.

commit to user

250 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

b) Lambang Lambang adalah suatu pola arti, sehingga antara apa yang dikatakan dan apa yang dimaksudkan terjadi hubungan asosiasi. Lambang sendiri tidak langsung menunjukkan sesuatu. c) Persamaan bunyi atau rima Kemiripan bunyi antara suku-suku kata. 3) Kata Konkret Penyair ingin menggambarkan sesuatu secara lebih konkret. Bagi penyair mungkin dirasa lebih jelas karena lebih konkret, namun pembaca sering lebih sulit ditafsirkan maknanya. 4) Pengimajian Penyair juga menciptakan pengimajian (pencitraan) dalam puisinya. Pengimajian adalah kata atau susunan kata-kata yang dapat memperjelas atau memperkonkret apa yang dinyatakan oleh penyair. 5) Irama (Ritme) Irama (ritme) berhubungan dengan pengulangan bunyi, kata, frasa, dan kalimat. Dalam puisi, irama berupa pengulangan yang teratur suatu baris puisi yang menimbulkan gelombang serta menciptakan keindahan. 6) Tata Wajah Puisi yang mementingkan tata wajah, menciptakan puisi seperti gambar, disebut dengan puisi konkret karena tata wajahnya membentuk gambar yang mewakili maksud tertentu. Hal-hal yang Diungkapkan Penyair 1. Tema Puisi Tema adalah gagasan pokok (subject-matter) yang dikemukakan oleh penyair melalui puisinya. Tema mengacu pada penyair. Tema yang banyak terdapat dalam puisi adalah tema ketuhanan, kemanusiaan, cinta, patriotisme, perjuangan, kegagalan hidup, alam, keadilan, kritik sosial, demokrasi, dan tema kesetiakawanan. commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

251 digilib.uns.ac.id

2. Nada dan Suasana Puisi Puisi juga mengungkapkan nada dan suasana kejiwaan. Dari sikap itu terciptalah suasana puisi. Ada puisi yang bernada sinis, protes, menggurui, memberontak, main-main, serius, patriotik, belas kasih, takut, mencekam, santai, masa bodoh, pesimis, humor, mencemooh, kharismatik, filosofis, khusyuk, dan sebagainya. 3. Perasaan dalam Puisi Puisi mengungkapkan perasaan penyair. Nada dan perasaan penyair akan dapat ditangkap jika puisi itu dibaca keras dalam deklamasi. Membaca puisi dengan suara keras akan lebih membantu menemukan perasaan penyair yang melatarbelakangi terciptanya puisi tersebut. 4. Amanat Puisi Amanat, pesan atau nasihat merupakan kesan yang ditangkap pembaca setelah membaca puisi. Amanat dirumuskan sendiri oleh pembaca. Sikap dan pengalaman pembaca sangat berpengaruh kepada amanat puisi. Meskipun ditentukan cara pandang pembaca, amanat tidak dapat lepas dari tema dan isi puisi yang dikemukakan penyair. Membaca Puisi Membaca puisi ialah memahami apa yang terdapat dalam puisi atau apa yang ingin disampaikan penyair lewat puisinya. Membaca puisi tidak hanya menyuarakan lambang-lambang bahasa saja, tetapi lebih dari pada itu. Membaca puisi pada hakikatnya menyuarakan kembali apa yang pernah dirasakan, dipikirkan, atau dialami penyairnya. Oleh karena itu, pembaca puisi sebelumnya harus menginterpretasikan apa yang ada di balik puisi. Ekspresi dan emosi yang lahir merupakan hasil interpretasi pembaca terhadap puisi. Sehingga membuat saat membaca puisi, unsur emosi sangat penting. Jadi, membaca puisi ialah membaca suatu karya sastra berupa puisi dengan memperhatikan irama, volume suara, mimik, dan kinesik yang tepat sesuai dengan isi puisi. Irama adalah suatu gerak yang teratur, suatu rentetan bunyi berulang dan menimbulkan variasi bunyi yang menciptakan gerak yang hidup. Irama dalam commit to user bahasa ialah pergantian naik-turun, panjang-pendek, keras-lembut ucapan bunyi

252 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

bahasa dengan teratur. Berdasarkan itu, irama dapat diartikan sebagai pergantian berturut-turut secara teratur. Irama dapat dibagi menjadi dua bentuk: ritme dan metrum. Metrum adalah irama yang tetap, artinya pergantiannya sudah tetap disebabkan oleh jumlah suku kata yang sudah tetap, sehingga alun suara menjadi tetap. Apabila pertentangan bunyi mengalun dengan teratur, tetapi tidak merupakan jumlah suku kata yang tetap dan hanya menjadi gema dari dendang penyair dan deklamator, maka irama tersebut disebut ritma Volume suara adalah kekerasan suara yang dihasilkan pembaca puisi. Volume suara pada saat membacakan sebuah puisi sebaiknya disesuaikan dengan situasi. Volume pun bisa berubah dari berbisik, lantang, hingga teriak yang bertujuan untuk mengekspresikan atau menggugah emosi pendengar. Mimik atau action dalam sebuah deklamasi puisi sangat besar pengaruhnya terhadap pembentukan suasana pembacaan puisi. Seorang pembawa puisi yang berhasil ia akan mengemukan sesuatu action atau mimik itu sesuai dengan perkembangan kata demi kata dalam tiap baris dan tidak bertentangan dengan jiwa dan isi kata-kata kalimat dalam puisi. kinesik adalah ilmu yang mempelajari isyarat yang menggunakan berbagai bagian tubuh. Kinesik terdiri dari ekspressi wajah, sikap tubuh, gerakan jarijemari, tangan, lengan, pundak, goyangan pinggul, dan gelengan kepala. Langkah-langkah Pembelajaran

:

Pertemuan Pertama No

Kegiatan

Alokasi

Metode yang digunakan

Waktu 1

Kegiatan Awal : d. Guru

memberi

mengkondisikan

salam,

kelas,

dan

mengecek presensi peserta didik. e. Guru

menyampaikan

35 menit

tujuan

pembelajaran yang ingin dicapai yaitu membaca

indah puisi commit to user

(T=Tanamkan)

253 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

dengan

menggunakan

irama,

volume suara, mimik,

kinesik

yang sesuai dengan isi puisi. f. Guru memulai apresepsi dengan permainan untuk siswa yakni guru akan mengeluarkan secarik kertas bertemakan Ketuhanan dengan judul

yang

belum

ditentukan

(karena akan ditentukan bersama murid).

Kertas

diputar

tersebut

ke

seluruh

akan kelas

(berurutan). Setiap siswa yang memegang kertas tersebut harus menuliskan

satu

kata,

begitu

seterusnya sampai semua siswa mendapat

bagian

untuk

menulisinya. g. Kemudian guru meminta beberapa orang siswa secara sukarela untuk membaca rangkaian kata tersebut di depan kelas. h. Guru

menjelaskan

rangkaian

kata

bahwa

tersebut

bisa

menjadi sebuah puisi. i. Setelah beberapa siswa maju dan guru memberi penjelasan, guru dan

siswa

memperbaiki

bersama-sama rangkaian

kata

tersebut menjadi sebuah puisi yang indah. commit to user

254 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

2

Kegiatan Inti: g. Siswa mendapatkan penjelasan dari guru bahwa pada pertemuan

(A = Alami).

kali ini mereka akan belajar membaca puisi dengan puisi yang mereka

buat

sendiri

bersama

teman-teman. Guru juga memberi materi mengenai membaca puisi. h. Guru

membagikan

lembar

kosong, lembar pertanyaan dan lembar jawab untuk siswa (tes tertulis untuk siswa). i. Setelah

puisi

tersebut

selesai

dan

siswa

sudah

dibuat

menuliskannya di lembar kosong yang

sudah

ditugasi

dibagikan,

untuk

siswa 30 menit

(N = Namai)

mencari tema,

suasana, perasaan, dan pesan yang terkandung di dalam puisi buatan mereka sendiri tersebut di lembar yang sudah dibagikan (secara berkelompok, teman sebangku) j. Guru

kembali

meminta

salah

seorang siswa untuk membaca puisi yang baru saja di buat tadi di depan kelas. k. Siswa penjelasan

kembali dari

menerima guru

bahwa

pengalaman-pengalaman

yang

baru saja dilihatnya adalah sebuah to user pembacaan indah puisicommit dengan

(D = Demonstrasikan)

255 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

menggunakan

irama,

volume

suara, mimik, dan kinesik yang sesuai dengan isi puisi. 3

Kegiatan Penutup : f. Guru

meminta

siswa

untuk

memperbaiki tugas yang sudah diberikan

tadi

membaca

puisi

dan

belajar

tersebut

di

rumah. g. Guru memberikan kesempatan

15 menit

siswa untuk menanyakan hal-hal yang kurang jelas. h. Guru menutup pelajaran dengan menyanyikan

lagu

sambil

bertepuk tangan.

Pertemuan kedua No

Kegiatan

Alokasi

Metode yang digunakan

Waktu 1

Kegiatan Awal : d. Guru

memberi

mengkondisikan

salam,

kelas,

dan

mengecek presensi siswa. e. Guru

kembali

menyampaikan

tujuan pembelajaran yang ingin 5 menit dicapai yaitu membaca

indah

puisi dengan menggunakan irama, volume suara, mimik,

kinesik

yang sesuai dengan isi puisi. f. Guru melakukan apersepsi dengan commit to user

(U = Ulangi)

256 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

mengulang sekilas materi yang telah disampaikan melalui tanya jawab.

2

Kegiatan Inti e. Guru

meminta

setiap

mengeluarkan

siswa

tugas

pada

pertemuan sebelumnya. f. Guru meminta peserta didik untuk

membaca

dengan

indah

menggunakan

volume suara, mimik,

puisi 70 menit irama, kinesik

yang sesuai dengan isi puisi di depan

kelas

(diselingi

satu

persatu.

dengan

diskusi

pembacaan puisi) g. Setelah semua siswa mendapat giliran membaca indah, bersama guru

memilih

siswa

dengan

pembacaan puisi terbaik. h. Guru memberikan pujian atau reward

sebagai

penghargaan

kepada siswa. 3

Kegiatan Penutup : e. Guru bersama siswa melakukan refleksi

dan

menyimpulkan

kegiatan pembelajaran yang telah 5 menit dilakukan. f. Guru

memberikan

kesempatan

siswa untuk menanyakan hal-hal commit to user

(R = Rayakan)

257 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

yang kurang jelas. g. Guru menutup pelajaran dengan menyanyikan

lagu

sambil

bertepuk tangan.

Sumber Belajar 1. Herman J. Waluyo. 2003. Apresiasi Puisi. Jakarta: Gramedia. 2. Maria Utami. 2010. Mamilih Puisi, Membangun Karakter. Semarang: Bandungan Institut. Media 1. Materi disajikan dengan media Power Point melalui LCD. 2. 2 lembar kertas yang dibagikan pada siswa. Penilaian / Evaluasi

:

Jenis Tes

: tes lisan (membaca indah puisi) dan tertulis (pemahaman dalam bentuk tema, perasaan, suasana, dan pesan puisi)

1. Bentuk Tes a. teknik

: tes unjuk kerja (lisan) dan produk (tertulis)

b. bentuk instrumen

: tes praktik

c. Soal

:

1. Pahamilah teks puisi yang dibagikan kemudian tentukan: a. Tema b. Perasaan c. Suasana d. Pesan 2. Bacalah puisi tersebut di depan kelas dengan menggunakan irama, volume suara, mimik, kinesik yang sesuai dengan isi puisi. d. Kunci Jawaban Terlampir commit to user

258 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

1) Penilaian Hasil Penilaian Hasil Pembelajaran No Nama siswa

Aspek yang Dinilai Irama

Volume

Skor Mimik

Nilai

Kinesik

Suara

(Diadopsi dari Sarwiji Suwandi, 2010 : 78) Pedoman Penskoran No

Aspek yang dinilai

Skor

1.

Penggunaan Irama  Penggunaan irama baik dan dapat menciptakan keindahan  Penggunaan irama cukup baik dan cukup dapat menciptakan keindahan  Penggunaan irama kurang baik dan kurang dapat menciptakan keindahan  Belum dapat menggunakan irama dengan baik (Penggunaan irama sama sekali tidak menciptakan keindahan) Volume Suara  Volume suara sanagt sesuai dengan isi puisi, suasana, keberadaan pendengar, dan setting pembacaan puisi  Volume suara cukup sesuaidengan isi puisi, suasana, keberadaan pendengar, dan setting pembacaan puisi  Volume suara kurang sesuai dengan isi puisi, suasana, keberadaan pendengar, dan setting pembacaan puisi  Volume suara sama sekali tidak sesuai dengan isi puisi, suasana, keberadaan pendengar, dan setting pembacaan puisi Mimik  pengekspresian atau perubahan ekspresi wajah sesuai dengan isi puisi yang dibaca (sangat menghayati)  ekspresi atau perubahan ekspresi wajah sudah cukup sesuai dengan isi puisi yang dibaca (cukup menghayati)  ekspresi atau perubahan ekspresi wajah kurang sesuai dengan isi puisi yang dibaca (kurang menghayati)  ekspresi atau perubahan ekspresi wajah sama sekali tidak sesuai dengan isi puisi yang dibaca (tidak menghayati) commit to user

Skor 1 - 4 4 3

2.

3.

2 1 Skor 1 – 4 4 3 2 1 Skor 1 – 4 4 3 2 1

259 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

4.

Kinesik  Pemakaian gerakan kecil-kecil dari tangan, anggota badan atau wajah sesuai dengan isi puisi yang dibaca  Pemakaian gerakan kecil-kecil dari tangan, anggota badan atau wajah cukup sesuai dengan isi puisi yang dibaca  Pemakaian gerakan kecil-kecil dari tangan, anggota badan atau wajah kurang sesuai dengan isi puisi yang dibaca  Sama sekali tidak menggerakkan tangan, anggota badan atau wajah sesuai dengan isi puisi yang dibaca Skor maksimal 1, 2, 3, 4

Skor 1 – 4 4 3 2 1 16

Nilai siswa = skor maksimum siswa X 100 16 2. Bentuk Tes a. teknik

: Tes individu

b. Bentuk instrumen

: Tes praktik

c. Soal

: (Individu)

Rubrik penilaian proses saat berlangsung pembelajaran membaca indah puisi di kelas VII-B SMP Negeri I Jaten. d.Kunci jawaban

:

kondisional. 2) Penilaian Proses Penilaian Proses Pembelajaran No

Nama Siswa Keaktifan siswa selama apersepsi

Keaktifan dan perhatian siswa pada saat guru menyampaikan materi

Minat dan Skor motivasi siswa saat mengikuti kegiatan pembelajaran

Nilai

Ket.

(Diadaptasi dari Sarwiji Suwandi, 2010 : 130) Pedoman Penskoran a) Kolom penilaian sikap diisi dengan angka yang sesuai dengan kriteria berikut.

commit to user

260 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

1 = sangat kurang

4 = baik

2 = kurang

5 = amat baik

3 = cukup b) Menghitung nilai Nilai

= Skor perolehan siswa x 100 = .... Skor maksimal (15)

c) Keterangan diisi dengan kriteria berikut. (10)

Nilai = 10 – 29 sangat kurang

(4) Nilai = 70 – 89 baik

(11)

Nilai = 30 – 49 kurang

(5). Nilai = 90 – 100 sangat

baik (12)

Nilai = 50 – 69 cukup

1) Keaktifan siswa selama apersepsi Skor 5 : Jika siswa sepenuhnya atau sangat aktif selama apersepsi (menyanyikan lagu dengan semangat dan merespon setiap stimulus yang diberikan guru saat apersepsi dengan baik) Skor 4

: Jika siswa aktif selama apersepsi (ikut menyanyikan lagu dan cukup merespon stimulus yang diberikan guru saat apersepsi)

Skor 3

: Jika siswa cukup aktif pada saat apersepsi (ikut menyanyikan lagu namun tidak merespon stimulus yang diberikan guru)

Skor 2

: Jika siswa kurang aktif pada saat apersepsi (ikut menyanyikan lagu namun tidak serius dan sama sekali tidak mau merespon stimulus yang diberikan guru saat apersepsi).

Skor 1

: Jika siswa sama sekali tidak aktif (sama sekali tidak mau menyanyi dan merespon pertanyaan atau stimulus saat apersepsi).

2) Keaktifan dan perhatian siswa pada saat mengikuti pelajaran Skor 5

: Jika siswa sepenuhnya memperhatikan pada saat guru menyampaikan materi dan aktif bertanya, menjawab, menamai, serta

memberikan

tanggapan

mengerjakan setiap tugas. commit to user

(terjadi

interaksi),

dan

261 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Skor 4

: Jika siswa memperhatikan saat guru menyampaikan materi dan sesekali mau bertanya, menjawab, serta menamai memberikan tanggapan, dan mengerjakan setiap tugas.

Skor 3

: Jika siswa hanya memperhatikan saat guru menyampaikan materi dan sama sekali tidak mau bertanya, menjawab, serta memberikan tanggapan, dan mengerjakan setiap tugas.

Skor 2

: Jika siswa kurang memperhatikan serta kurang fokus saat guru menyampaikan materi dan sama sekali tidak mau bertanya, menjawab, menamai serta memberikan tanggapan.

Skor 1

: Jika siswa sama sekali tidak memperhatikan guru saat menyampaikan materi (sibuk beraktivitas sendiri seperti berbicara atau membuat gaduh).

3) Minat dan motivasi siswa saat mengikuti kegiatan pembelajaran Skor 5

: Jika siswa tampak bersungguh-sungguh dan menunjukkan adanya kesenangan dalam mengerjakan setiap tugas yang diberikan; tampak antusias, senang serta bersemangat dalam mengikuti pembelajaran (tidak bosan, tidak mengantuk, secara sukarela membacakan pekerjaan yang dibuat).

Skor 4

: Jika siswa mengerjakan setiap tugas yang diberikan guru serta tampak

bersemangat

dan

antusias

dalam

mengikuti

pembelajaran (tidak bosan, tidak mengantuk). Skor 3

: Jika siswa mengerjakan setiap tugas yang diberikan namun kurang bersemangat dan antusias dalam pembelajaran (kurang serius).

Skor 2

: Jika siswa hanya sekedar mengerjakan tugas yang diberikan dan terlihat tidak bersemangat dalam pembelajaran (ogah-ogahan, meletakkan kepala di meja).

Skor 1

: Jika siswa sama sekali tidak mau mengerjakan tugas yang diberikan dan sama sekali tidak bersemangat (tampak bosan, tertidur). commit to user

262 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Surakarta, Mei 2011 Guru Kolaborator

Peneliti

Katrin Kusala, S. Pd

Rininta Citra Ayu Sari

NIP 19691122 200701 2 014

X1207015

Mengetahui, Kepala Sekolah

Sri Djoko Widodo, S. H. M. H NIP 195107 196712 1 002

commit to user

263 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Lembar Pertanyaan

3. Pahamilah teks puisi yang sudah kalian buat, kemudian tentukan: i. Tema j. Perasaan k. Suasana l. Pesan 4. Bacalah puisi tersebut dengan menggunakan irama, volume, mimik, dan kinesik yang sesuai dengan isi puisi.

Lembar Jawab

commit to user

264 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Lampiran 38. Daftar Penilaian Proses Membaca Puisi Siklus III No

Nama Siswa

Keaktifan

Keaktifan

dan

Siswa

perhatian siswa pada

motivasi siswa

selama

saat

saat mengikuti

apersepsi

menyampaikan

kegiatan

materi

pembelajaran

guru

Minat

dan

Skor

Nilai

Ket.

1

Abi Fernanda Majid

4

4

4

12

80

T

2

Aldila Tri Warsisso

4

4

4

12

80

T

3

Aprilia Nurul Fatimah

4

4

4

12

80

T

4

Bagas Aji Saputro

4

4

4

12

80

T

5

Catur Wulandari

4

4

4

12

80

T

6

Dody Arya Nugraha

4

4

3

11

73,33

BT

7

Faradila Gita Intan P

4

5

4

13

86,66

T

8

Feri Endah Suryan

4

4

5

13

86,66

T

9

Ikhsan Ananto W

4

4

3

11

73,33

BT

10

Ipho Dhanys P

4

4

4

12

80

T

11

Ipunk Divos Vorenso

5

4

4

13

86,66

T

12

Krisnatalia Sukma N

4

3

4

11

73,33

BT

13

K Dewi Al Aminsyah

4

4

5

13

86,66

T

14

Linda Ayu Ningsih

5

5

4

14

93,33

T

15

Meyla Krisia

4

3

5

12

80

T

16

Monica Rachmawati

4

5

3

12

80

T

17

Mukharomah Nur MS

4

4

5

13

86,66

T

18

Mukhtar Khairudin A

3

5

4

12

80

T

19

Nanda Maulana W

4

4

5

13

86,66

T

20

Niccolast Adnandito S

4

4

3

11

73,33

BT

21

Nina Indriyani

4

5

4

13

86,66

T

22

Rahadrian Satrio Ajie

4

4

4

12

80

T

23

Rivan Aditya Pradana

5

5

4

14

93,33

T

24

Roisyah A

5

4

4

13

86,66

T

25

Rona Wahyu Wijaya

5

3

5

13

86,66

T

26

Rosella Ayu Neny

3

4

5

12

80

T

27

Siska Mutia Ardani

3

3

4

10

66,67

BT

28

Stanislaus Agung V

3

2

3

8

53,33

BT

29

Syandi Kresna Dwi A

3

3

3

9

60

BT

30

Tri Solikhati Pamuji

4

4

5

13

86,66

T

31

Yodheta Apriliasari

4

4

4

12

80

T

commit to user

265 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Lampiran 39. Daftar Penilaian Hasil Membaca Puisi Siklus 1II No

Nama siswa

Aspek yang Dinilai Irama

Volume

Mimik

Kinesik

Skor

Nilai

Ket

Suara 1

Abi Fernanda Majid

3

2

3

2

10

62,5

BT

2

Aldila Tri Warsisso

4

3

3

3

13

81,25

T

3

Aprilia Nurul Fatimah

4

4

3

3

14

87,5

T

4

Bagas Aji Saputro

4

4

3

3

14

87,5

T

5

Catur Wulandari

3

2

3

3

11

68,75

BT

6

Dody Arya Nugraha

3

3

3

3

12

75

T

7

Faradila Gita Intan P

3

4

4

3

14

87,5

T

8

Feri Endah Suryan

4

4

3

3

14

87,5

T

9

Ikhsan Ananto W

4

3

3

2

12

75

T

10

Ipho Dhanys Priyambodo

3

3

3

3

12

75

T

11

Ipunk Divos Vorenso

3

3

3

3

12

75

T

12

Krisnatalia Sukma Nigita

4

4

3

3

14

87,5

T

13

K. Dewi Al Aminsyah

4

3

4

3

14

87,5

T

14

Linda Ayu Ningsih

4

3

3

3

13

81,25

T

15

Meyla Krisia

4

3

4

3

14

87,5

T

16

Monica Rachmawati

3

4

3

3

13

81,25

T

17

Mukharomah Nur MS

4

4

4

3

15

93,75

T

18

Mukhtar Khairudin A

4

4

2

2

12

75

T

19

Nanda Maulana W

4

3

3

4

14

87,5

T

20

Niccolast Adnandito S

4

3

3

3

13

81,25

T

21

Nina Indriyani

3

4

3

3

13

81,25

T

22

Rahadrian Satrio Ajie

3

4

3

3

13

81,25

T

23

Rivan Aditya Pradana

4

3

3

3

13

81,25

T

24

Roisyah Ashashaddiqah

4

4

3

4

15

93,75

T

25

Rona Wahyu Wijaya

2

3

3

3

11

68,75

BT

26

Rosella Ayu Neny

4

4

3

4

15

93,75

T

27

Siska Mutia Ardani

3

4

3

3

13

81,25

T

28

Stanislaus Agung V

3

2

3

2

10

62,5

BT

29

Syandi Kresna Dwi A

2

3

3

2

10

62,5

BT

30

Tri Solikhati Pamuji

3

4

3

3

13

81,25

T

31

Yodheta Apriliasari

3

3

3

3

12

75

T

Keterangan BT = Belum Tuntas T = Tuntas Pada tindakan siklus III sebanyakcommit 26 siswa (83,87%) dinyatakan tuntas dengan to user nilai 74

266 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Lampiran 40. Lembar Observasi Kegiatan Siswa Siklus 1II

No

Aktivitas dalam Pembelajaran

Presentase Siklus I

Siklus II

Siklus III

1.

Siswa aktif selama apersepsi

45,16 %

61 %

83,8 %

2.

Siswa aktif dan perhatian saat

48,38 %

58 %

80,64

48,38 %

48 %

80,64

48,38 %

64,51 %

83,87 %

kegiatan pembelajaran 3.

Siswa berminat dan memiliki motivasi saat kegiatan pembelajaran

4.

Siswa mampu membaca puisi dengan baik (ketuntasan hasil belajar membaca puisi mendapat nilai

74)

commit to user

267 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Lampiran 41. Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus 1II Siklus : (I/II/III) Nama Guru : Katrin Kusala, S. Pd. Hari/Tanggal : 11 dan 18 Mei 2011 Waktu : 10.00 - 11.20 No Aspek 1. Materi Interest (menarik)

2.

Modal Kesiapan: a. Gerak: 1) Posisi guru waktu menjelaskan 2) Posisi guru saat menulis 3) Mimik guru waktu menjelaskan

Keterangan Ketertarikan siswa sudah mulai terlihat pada materi yang disampaikan guru karena pada saat memberikan materi guru lebih banyak disertai tanya jawab dan diskusi

Posisi guru saat memberikan materi berdiri (berjalan mengelilingi siswa) Guru memberikan pertanyaan saat sebelum menulis Dengan ekspresi wajah yang mendukung pembelajaran

b. Suara: 1) Kekuatan/kekerasan (Keras/jelas/lemah)* 2) Intonasi lagu (Naik turun/menarik/datar)* 3) Tekanan bicara pada hal yang (Ada/sebagian kecil/tidak ada)* penting c. Titik perhatian: 1) Pandangan guru terhadap siswa (Menyeluruh/sebagian)* 2) Interaksi bertemu pandang guru-siswa (Ada/tidak ada)* 3) Perhatian guru waktu menjelaskan materi (Siswa/papan tulis/benda lain)* d. Isyarat Verbal 1). Ucapan reward (Ada/tidak ada)* Sesuai dengan 2). Ucapan punishment prinsip rayakan e. Waktu selang: (Ada/tidak ada)* 1). Ucapan Kata perkata yang diucapkan guru berganti dalam waktu 2). Diam produktif kurang lebih 1 detik Hanya berlangsung sebentar dan diam ini digunakan guru sebagai commit to user jeda di sela-sela menjelaskan

268 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

materi 3.

Keterampilan Operasional a. Membuka Pelajaran: 1) Membuka dengan salam 2) Memberikan sedikit pengantar untuk menumbuhkan interest siswa pada materi yang akan dipelajari 3) Menjelaskan tujuan dan penilaian materi secara rinci b. Mendorong dan melibatkan siswa: 1) Guru mengajukan pertanyaan/persoalan agar dijawab/dipecahkan oleh siswa

Ya (Selamat pagi anak-anak) Ya (Guru mengawali apersepsi bermain games yang sudah disiapkan peneliti dan guru)

Ya

Ya (Guru menanyakan mengenai rangkaian kata yang sudah dibuat tadi dan hubungannya dengan membaca puisi) 2) Memberikan kesempatan pada Ya (pada sat kegiatan inti dan siswa untuk berpendapat. evaluasi guru lebih banyak memberi kesempatan siswa untuk berpendapat, sudah lebih banyak siswa yang berani berpendapat) c. Mengajukan pertanyaan: 1) Pertanyaan ditujukan pada Ya (untuk diskusi penilaian seluruh siswa di kelas pembacaan puisi teman secara langsung) 2) Setiap siswa mempunyai Ya kesempatan yang sama untuk diberi pertanyaan/menjawab 3) Suasana bertanya-jawab Sebagian besar siswa sudah mulai menunjukkan adanya keaktifan 4) Apabila tidak ada siswa yang Ya (karena siswa yang ditunjuk menjawab soal dan perhatian tidak berani membacakan puisi dialihkan pada siswa lain maka guru menunjuk siswa lain) 5) Pertanyaan yang diajukan Ya (pertanyaan yang diberikan sesuai dengan pokok penting guru berhubungan erat dengan yang harus diketahui siswa dan materi membaca puisi) tujuan pembelajaran 6) Pertanyaan untuk siswa yang Ya (siswa yang tidak tidak memperhatikan memperhatikan ditegur dan diberi pertanyaan secara tibatiba) d. Menggunakan isyarat non-verbal 1) Gerakan guru yang dapat Disertai gerakan tangan yang commit to user mendukung kejelasan materi mendukung materi yang

269 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

dijelaskan 2) Mimik guru yang dapat Telah menunjukkan raut wajah mendukung kejelasan materi dengan ekspresi yang mendukung saat menjelaskan materi membaca puisi e. Menanggapi siswa: 1) Memberikan penguatan di Guru belum sepenuhnya akhir pembelajaran memberikan penguatan pada siswa 2) Memberikan jawaban yang Cukup meyakinkan meyakinkan atas pertanyaan siswa f. Alokasi waktu (40 menit x 4) g. Mengakhiri pelajaran: 1) Saran atau nasihat agar siswa mempelajari lagi di rumah 2) Mengingatkan hal-hal yang harus dipelajari siswa pada pertemuan berikutnya Hal-Hal Lain No

Pertanyaan

Nilai Sikap A

1.

Penguasaan bahan ajar

2.

Hubungan dengan

B

C

v v

siswa 3.

Bahasa yang digunakan

v

4.

Jawaban terhadap

v

pertanyaan siswa

Peneliti

Rininta Citra Ayu Sari

commit to user

D

perpustakaan.uns.ac.id

270 digilib.uns.ac.id

Lampiran 42. Catatan Lapangan Siklus III Hari/Tanggal : 11 dan 18 Mei 2011 Tempat : Ruang kelas VIIB Sekolah Menengah Negeri 1 Jaten Deskripsi : Siklus III dilaksanakan dalam dua kali pertemuan, yaitu pada hari Rabu,11 Mei dan Rabu, 18 Mei 2011 yang keduanya dilaksanakan pada jam kelima dan keenam yakni pukul 10.00 – 11.20 WIB. Seperti hari Rabu biasanya jam kelima dimulai setelah istirahat pertama. Oleh karenanya, beberapa anak terlihat masih di luar kelas dan sebagian lagi masih membawa makanan. Siswa diberikan waktu 5 menit untuk masuk kelas dan mempersiapkan pelajaran. Setelah guru mengucapkan salam dan menanyakan kondisi siswa, kemudian guru mengajak siswa untuk bermain games secara bersama-sama. Guru mengeluarkan selembar kertas dan membagikan ke seluruh kelas. Setiap siswa menulis sebuah kata pilihannya. Beberapa siswa terlihat berdiskusi kata apa yang dipilih karena kata tersebut harus bertemakan Ketuhanan. Setelah semua siswa menulis, guru membacanya di depan kelas dan mengungkapkan bahwa rangkaian kata yang ditulis tadi bisa menjadi sebuah puisi. Kemudian rangkaian kata tadi di diskusikan bersama agar menjadi sebuah puisi yang nantinya akan dibaca siswa. Guru selanjutnya, membagikan lembar kosong, pertanyaan, dan jawab pada siswa. “Bu, lembar yang kosong buat apa?” Tanya seorang siswa bernama Rosella. Guru menjawab, lembar yang kosong kalian gunakan untuk menuliskan puisi yang sudah dibuat bersama. Kemudian di lembar jawab kalian tulis jawaban dari pertanyaan di lembar pertanyaan. Setelah itu, guru meminta tugas tersebut dikerjakan di rumah dan akan dikumpulkan pada pertemuan selanjutnya. Tak lupa guru meminta secara sukarela salah seorang siswa mau membacakan puisi di depan. Siswa bernama Roisyah maju untuk membaca puisi dengan sanagt bagus sehingga mendapat tepuk tangan dari teman-teman yang lain. Guru mengucapkan terimakasih pada siswa tersebut dan mempersilakan duduk. Di akhir pelajaran guru mengingatkan untuk tetap berlatih membaca puisi di rumah kemudian guru menutup pelajaran. Pada pertemuan kedua, guru membahas sedikit materi dengan tanya commit to user jawab. Beberapa siswa sudah mampu menjawab pertanyaan dari guru. Siswa

271 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

bernama Yodheta bertanaya “Bu, tugasnya dikumpulkan tidak?” Guru menjawab “Ya tugasnya dikumpulkan di meja saya.” Siswa maju ke depan bersama-sama dan membuat gaduh di depan kelas karena ada siswa yang masih belum selesai mengerjakan tugas. Guru menenangkan kegaduhan dengan meminta siswa tersebut mengerjakan terlebih dahulu tugasnya di bangkunya sendiri. Kemudian guru meminta siswa membacakan puisinya di depan kelas satu persatu dengan diselingi diskusi pembacaan puisi. Guru bertanya “menurut kalian, dari semua pembacaan puisi, siapa yang terbaik?‟ Siswa terlihat gaduh karena saling menunjuk teman-temannya. Kemudian guru dan siswa berdiskusi dan Roisyah lah yang mempu menjadi pembaca puisi terbaik di kelasnya. Guru memberikan reward pada Roisyah dan diikuti tepuk tanagan dari siswa lain. Setelah suasana tenag kembali, guru menutup pelajaran dengan bernyanyi bersama. Refleksi: Secara keseluruhan, proses pembelajaran membaca puisi dengan menerapkan pendekatan pembelajaran Quantum dengan dipadukan dengan metode TANDUR pada siklus III ini berjalan dengan baik. Kekurangankekurangan yang terjadi pada siklus I dan siklus II telah dapat diatasi pada tindakan siklus III ini. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pembelajaran membacas puisi pada siklus ini telah berhasil sesuai dengan indikator yang telah disepakati antara guru dan peneliti. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya peningkatan baik dari proses maupun hasil belajar menulis puisi siswa.

commit to user

272 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Lampiran 44. Dokumentasi Pembelajaran Membaca Puisi Siklus III

Siswa lebih berkonsentrasi pada pembelajaran siklus III

Siswa lebih fokus pada pembelajaran siklus III

commit to user

273 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Siswa membaca puisi di depan kelas dengan sukarela

commit to user

274 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

LAMPIRAN PASCATINDAKAN

commit to user

275 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Lampiran 45. Angket Pascatindakan Materi Membaca Puisi Nama : ……………………… No

: ……………………....

Angket Pascatindakan Materi Membaca Puisi Petunjuk mengisi angket: 1. Tes ini bertujuan untuk mengetahui pendapat adik terhadap pembelajaran membaca indah puisi serta untuk mengungkap pembelajaran membaca indah puisi dikelas. 2. Bentuk tes ini berupa tes objektif berbentuk check list. 3. Jumlah butir tes sebanyak 7 soal. 4. Dengan bimbingan guru adik diminta untuk memberi tanda (V) pada kolom yang sesuai dengan kondisi adik. 5. Adik diminta untuk menjawab setiap soal dengan melengkapi kolom yang tersedia. No Pertanyaan 1. Apakah adik sekarang ini masih mengalami kesulitan dalam membaca indah puisi menggunakan: a. Irama b. Volume suara c. Mimik d. Kinesik

Ya

Tidak

..... ..... ..... .....

..... ..... ..... .....

2.

Apakah penjelasan materi tentang puisi saat ini oleh bu guru cukup jelas?

.....

.....

3.

Apakah adik senang dengan penerapan pendekatan pembelajaran quantum pada pembelajaran membaca indah puisi yang diajarkan bu guru saat ini, (misalnya dimulai dengan menyanyi; menonton video, merayakan; dan lainnya)?

.....

.....

4.

Apakah dengan pendekatan pembelajaran quantum seperti ini adik-adik lebih mudah dalam memahami dan membaca puisi?

.....

.....

5.

Apakah adik sekarang menjadi lebih senang dan commit to user

.....

.....

276 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

6.

7.

Apakah sekarang ini adik lebih senang terhadap karya sastra, terutama puisi? Apakah dengan penerapan pendekatan pembelajaran quantum pada pembelajaran puisi yang diajarkan bu guru saat ini, (misalnya dimulai dengan menyanyi; menonton video; merayakan; mengamati lingkungan sekitar; dan lainnya), dapat meningkatkan kemampuan adik atau adik saat ini merasa lebih bisa dalam membaca indah puisi?

commit to user

.....

.....

.....

.....

277 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Lampiran 46. Tabel Hasil Angket Pascatindakan

No 1.

Daftar Pertanyaan Siswa

sudah

kesulitan

tidak

dalam

Ya

Tidak

mengalami

membaca

puisi

menggunakan : a. Irama

b. Volume suara

c. Mimik

d. kinesik

2.

Siswa menyatakan penjelasan materi puisi oleh ibu guru cukup jelas.

3.

Siswa

senang

pendekatan

dengan

pembelajaran

30 siswa

1 siswa atau

atau 96,77%

3,22%

30 siswa

1 siswa atau

atau 96,77%

3,22%

27 siswa

4 siswa atau

atau 87,09%

12,90%

25 siswa

6 siswa atau

atau 80,64%

19,35%

29 siswa atau 93,54%

2 siswa atau 6,45%

penerapan quantum

pada pembelajaran membaca indah puisi yang diajarkan bu guru saat ini,

28 siswa

3 siswa atau

(misalnya dimulai dengan menyanyi;

atau 90,32%

39,67%

25 siswa

6 siswa atau

atau 80,64%

19,35%

menonton

video,

merayakan;

dan

lainnya).

4.

Siswa lebih mudah dalam memahami dan

membaca

puisi

dengan

pendekatan pembelajaran quantum.

commit to user

278 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

5.

Siswa menjadi lebih senang dan bersemangat dengan materi puisi yang diajarkan ibu guru.

6.

Siswa menjadi lebih senang dan bersemangat dengan materi puisi yang diajarkan ibu guru.

7.

Siswa

dapat

27 siswa

4 siswa atau

atau 87,09%

12,90%

30 siswa

1 siswa atau

atau 96,77%

3,22%

26 siswa

5 siswa atau

atau 83,87%

16,12%

meningkatkan

kemampuan dalam membaca indah puisi dengan penerapan pendekatan pembelajaran

quantum

(misalnya

dimulai dengan menyanyi; menonton video;

merayakan;

mengamati

lingkungan sekitar; dan lainnya).

commit to user

279 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Lampiran 47. Refleksi Angket Pascatindakan Setelah dilakukan penyebaran angket pascatindakan dapat diketahui bahwa siswa yang mulanya tidak berminat dengan pembelajaran puisi sekarang menjadi berminat untuk membaca puisi. Kesulitan-kesulitan yang dialami siswa saat survai awal mulai dapat teratasi dengan adanya tindakan siklus I, siklus II, dan siklus III. Penjelasan materi dari guru juga menunjukkan peningkatan yang dapat mempermudah siswa dalam memahami materi membaca puisi. Selain itu, penerapan pendekatan pembelajaran quantum pada pembelajaran membaca indah puisi dapat meningkatkan minat siswa untuk membaca puisi. Pendekatan pembelajaran quantum merupakan pendekatan pembelajaran baru yang sangat disukai siswa. Hal tersebut terlihat dari pengisian angket pascatindakan bahwa 90,32 % siswa menyatakan senang dengan penerapan pendekatan pembelajaran quantum pada pembelajaran membaca indah puisi. Pendekatan pembelajaran quantum memberikan inovasi pembelajaran baru yang lebih menarik dan menyenangkan sehingga menimbulkan suasana pembelajaran yang tidak menegangkan dan monoton. Penerapan pendekatan pembelajaran quantum tersebut, mampu meningkatkan kemampuan membaca puisi siswa dengan menggunakan irama, volume suara, mimik, dan kinesik yang sesuai dengan isi puisi. Pernyataan-pernyataan tersebut menunjukkan bahwa siswa menjadi senang dengan materi puisi.

commit to user

280 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

commit to user

281 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

commit to user

282 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

commit to user

283 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

commit to user

284 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

commit to user