peningkatan minat dan kemampuan membaca melalui penerapan ...

173 downloads 145845 Views 3MB Size Report
meningkatkan kemampuan membaca, (2) hasil program jam baca dalam meningkatkan ... Data penelitian ini dikumpulkan dengan cara menggunakan ... sukses Soekarno dan R. A. Kartini yang memiliki hobi membaca. Peningkatan hasil ...
PENINGKATAN MINAT DAN KEMAMPUAN MEMBACA MELALUI PENERAPAN PROGRAM JAM BACA SEKOLAH DI KELAS VII SMP NEGERI 1 PURI

SKRIPSI

OLEH OLYNDA ADE ARISMA NIM 208211416552

UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS SASTRA JURUSAN SASTRA INDONESIA S1 PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA DAN DAERAH AGUSTUS 2012 1

2

PENINGKATAN MINAT DAN KEMAMPUAN MEMBACA MELALUI PENERAPAN PROGRAM JAM BACA SEKOLAH DI KELAS VII SMP NEGERI 1 PURI

SKRIPSI Diajukan kepada Universitas Negeri Malang untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan program Sarjana

Oleh Olynda Ade Arisma NIM 208211416552

UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS SASTRA JURUSAN SASTRA INDONESIA S1 PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA DAN DAERAH AGUSTUS 2012

3

4

5

6

ABSTRAK Arisma, Olynda Ade. 2012. Peningkatan Minat dan Kemampuan Membaca melalui Penerapan Program Jam Baca Sekolah di Kelas VII SMP Negeri 01 Puri. Skripsi, Jurusan Pend. Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (I) Dr. Nurchasanah, M. Pd, (II) Dr. Muakibatul Hasanah, M.Pd. Kata Kunci : minat membaca, kemampuan membaca, program jam baca sekolah. Kemampuan membaca berhubungan dengan minat dan kebiasaaan membaca. Setiap siswa dituntut untuk memiliki minat dan kemampuan membaca yang baik karena besarnya manfaat membaca bagi seseorang. Namun, hal itu tidak sesuai dengan fenomena yang terjadi saat ini. Rendahnya minat membaca siswa berdampak pula pada kemampuan membacanya. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian di SMP Negeri 01 Puri yang membuktikan bahwa siswa memiliki minat dan kemampuan membaca yang rendah. Oleh karena itu, peneliti melakukan tindak lanjut dengan menerapkan program jam baca untuk meningkatkan minat dan kemampuan membaca siswa. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan minat dan kemampuan membaca siswa kelas VIIE SMP Negeri 1 Puri dengan menerapkan program jam baca. Penelitian ini berfokus pada: (1) proses penerapan program jam baca dalam meningkatkan kemampuan membaca, (2) hasil program jam baca dalam meningkatkan kemampuan membaca siswa, dan (3) hasil program jam baca dalam meningkatkan minat membaca siswa. Masalah kemampuan membaca siswa yang akan dikaji oleh peneliti yaitu terkait membaca pemahaman siswa, sehingga KD yang akan dicapai oleh siswa adalah KD 7.2 mengomentari buku cerita yang dibaca. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas. Data penelitian ini dikumpulkan dengan cara menggunakan instrumen pengumpul data yaitu peneliti sebagai instrumen utama. Peneliti bertindak sebagai pengumpul data melalui teknik observasi, teknik wawancara, teknik kuesioner, dan jurnal membaca. Proses penerapan program jam baca terdiri atas empat tahap meliputi: (1) tahap praprogram, (2) tahap awal program, (3) tahap inti program, dan (4) tahap penutup program. Pada siklus 1, tahap praprogram adalah tahap pengumpulan siswa di perpustakaan. Namun, pada siklus 2, jadwal mengalami perubahan yaitu program dimulai 15 menit setelah jam pelajaran sekolah berakhir. Tahap awal program adalah pemberian apersepsi terkait minat membaca siswa di perpustakaan dan pengalaman menulis jurnal membaca dan pengarahan tentang langkah-langkah pelaksanaan program. Selain itu, apersepsi yang diberikan juga terkait perubahan minat membaca siswa dan kesulitan yang dialami siswa dari pelaksanaan program pada petemuan sebelumnya dan pengarahan diberikan terkait adanya perubahan metode. Tahap inti program dilakukan dengan pemberian materi tentang kompetensi “mengomentari buku cerita yang dibaca” dan pelatihan menulis contoh jurnal dari cerita Legenda Batu Menangis. Tahap berikutnya yaitu

7

pemilihan bahan bacaan berdasarkan deret bangku. Tahap selanjutnya adalah tahap membaca buku masing-masing oleh siswa. Pada tahap pembacaan hasil komentar dan tanggapan siswa, pemilihan siswa dilakukan secara dengan menggunakan metode talking stik. Pada penutup program adalah pengungkapan kesan dan kesulitan yang dialami siswa. Pada tahap terakhir yaitu pemberian motivasi oleh guru untuk meningkatkan minat dengan menambah frekuensi membaca dan menambah variasi bahan bacaan. Selain itu, motivasi juga diberikan melalui contoh tokoh sukses Soekarno dan R. A. Kartini yang memiliki hobi membaca. Peningkatan hasil kemampuan membaca melalui penerapan program jam baca dapat dilihat dari nilai hasil jurnal membaca 25 siswa sesuai kualifikasi. Siswa yang berkualifikasi sangat baik meningkat dari 12% (siklus 1) menjadi 36% (siklus 2) dan siswa yang berkualifikasi baik meningkat dari 20% (siklus 1) menjadi 40% (siklus 2). Berdasarkan data tersebut disimpulkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan membaca melalui penerapan program jam baca. Peningkatan kualitas hasil minat membaca melalui penerapan program jam baca dapat dilihat dari peningkatan frekuensi membaca dan variasi bahan bacaan. Ditinjau dari frekuensi membacanya, siswa yang berkualifikasi sedang meningkat dari 12% (siklus 1) menjadi 56% (siklus 2) dan siswa yang berkualifikasi tinggi meningkat dari 0% (siklus 1) menjadi 16% (siklus 2). Jika ditinjau dari variasi bahan bacaan, siswa yang memiliki 2 variasi bacaan meningkat dari 1 siswa (siklus 1) menjadi 21 siswa (siklus 2) dan siswa yang memiliki 3 variasi bacaan dari tidak ada siswa (siklus 1) menjadi 1 siswa (siklus 2). Berdasarkan temuan-temuan penelitian disarankan kepada Kepala Sekolah agar meningkatkan fasilitas perpustakaan agar siswa merasa nyaman saat membaca di perpustakaan. Saran bagi guru Bahasa Indonesia agar menerapkan program jam baca secara terorganisasi untuk diikuti semua siswa. Guru juga perlu melaksanakan pembelajaran membaca dengan memanfaatkan fasilitas ruang perpustakaan untuk meningkatkan minat dan kemampuan membaca siswa. Hal tersebut dapat membantu pencapaian tujuan program jam baca.

8

ABSTRACT Arisma, Olynda Ade. 2012. The Improvement of Interest and Skill in Reading Ability Through the Application of Reading Hours School Program in Grade VII Students on SMP Negeri 01 Puri. Thesis, Department of Language Education, Indonesian and Region Literature, Faculty of Literature, Universitas Negeri Malang. Supervisor: (I) Dr. Nurchasanah, M.Pd, Co-Supervisor (II) Dr. Mukibatul Hasanah, M.Pd. Key words : reading interest, reading ability, reading hours school program. Reading ability closely related with interest and habit in reading. Each student must have a good reading interest and ability because of the huge advantages of reading itself. Nevertheless, those criteria are not sufficient with the reality. The low Reading interest can impact the reading ability. The previous statement is in line with the research result in SMP Negeri 01 Puri reveals that the reading interest and the reading ability are very low. Consequently, the researcher takes an action as the follow up by applying reading hour program for improving the students’ interest and skill in reading. This research is aimed to raise the interest and skill in reading for VIIE students of SMP Negeri I Puri by applying reading hour program. This research focuses on: (1) The process of reading hours application in the improvement of reading ability, (2). The result of reading hour program in the improvement of students’ reading ability, and (3). The result of reading hour program in the improvement of students’ reading interest. The problems that will be discovered by the researcher that is, related to identifying students’ understanding. With the result, the KD that will be reached is KD 7.2 about giving comments toward the books which is read. This research uses qualitative approach by using research action design. The data of this research is collected by using research instrument with the researcher as the main instrument. The researcher acts as data collector through observation technique, interview technique, questionnaire technique, and experiment test in reading skill. The research instruments are used to answer research problems are observation guide, interview guide, questionnaire, and test in reading skill. There are four steps in the application of reading hour program. Those four steps are: (1) pre-program, (2) beginning program, (3) core program, and (4) closing program. At cycle 1, the stage is the stage praprogram students in the library collection. However, in cycle 2, the schedule changes that the program started 15 minutes after school hours ended. The early stages of the program is the provision of related apperception reading interests of students in the library and read journal writing experience and guidance on program implementation steps. In addition, given apperception is also related changes in reading interests of students and the difficulties experienced by students from the implementation of the program and guidance given earlier petemuan related changes in the method. The core stage of the program conducted by administering material about the competence " mengomentari buku cerita yang dibaca " and the training of journal writing examples of Legenda Batu Menangis. The next stage is the

9

selection of reading materials based on the rows of benches. The next stage is the stage reading their books by the students. At this stage of reading the comments and responses of students, student selection is done using the talking stick. On the program cover impression is disclosure and the difficulties experienced by students. In the last stage of the motivation by the teachers to increase interest by increasing the frequency of reading and reading materials add variety. In addition, motivation is also provided through the example of successful leaders Soekarno and R. A. Kartini who has a hobby of reading. Improved literacy outcomes through the implementation of program hours reading the results can be seen from reading the journals of 25 students according to qualifications. Very well qualified students increased from 12% (cycle 1) to 36% (cycle 2) and well-qualified students increased from 20% (cycle 1) to 40% (cycle 2). Based on these data concluded that an increased ability to read through the application of program hours to read. Improving the quality of the results of interest to read through the application program can be seen from the read clock frequency increase reading and variety of reading materials. Judging from the frequency of reading, students who qualified are being increased from 12% (cycle 1) to 56% (cycle 2) and highly qualified students increased from 0% (cycle 1) to 16% (cycle 2). If viewed from the variation of reading material, students who have two variations of reading students increased from 1 (cycle 1) to 21 students (cycle 2) and students who have 3 variations of no student reading (cycle 1) to be a student (cycle 2) . Based on research findings suggested to the principal to improve library facilities so that students feel comfortable while reading in the library. Suggestions for Indonesian teachers to implement an organized program for reading hour followed by all students. Teachers also need to carry out learning to read by utilizing the library facilities to enhance students' reading interests and abilities. It can aid in the achievement of program hours to read.

10

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Peningkatan Minat dan Kemampuan Membaca melalui Penerapan Program Jam Baca Sekolah di Kelas VII SMP Negeri 1 Puri. Sehubungan dengan itu, penulis menyadari bahwa tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan. Oleh sebab itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak berikut. 1. Dr. Nurchasanah, M.Pd, selaku dosen pembimbing I yang telah berkenan meluangkan waktu dengan sabar memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini. 2. Dr. Muakibatul Hasanah, M.Pd, selaku dosen pembimbing II yang telah berkenan meluangkan waktu dengan sabar memberikan dorongan, motivasi serta saran-saran dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. 3. Prof. Dr. H. Suparno, selaku rektor Universitas Negeri Malang yang telah memberikan kesempatan dalam menyelesaikan skripsi ini. 4. Prof. Dr. H. Dawud, M.Pd, selaku dekan Sastra Indonesia yang telah mendukung dan memberikan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini. 5. Prof. Dr. Suyono, M.Pd, selaku ketua jurusan Sastra Indonesia yang telah memberikan dorongan serta berbagai fasilitas untuk menyelesaikan studi. 6. Kedua orang tuaku, Bapak Bambang Muharto dan Ibu Misini serta adik tercinta Angelina Putri Wirandani dan kakak tersayang Rhendra Adie Fandanata yang telah memberikan dorongan, semangat, serta doanya yang tak pernah henti, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dan studi ini. 7.

Mahar Luhur Pambudi, A. Md dan keluarga besar Drs. Slamet Basuki yang telah memberikan semangat, doa, dan dukungan penuh dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

8. Teman-teman “Abilowo”, Adisti Astarina, dan Wayan Nana A. yang telah memberikan bantuan, dorongan, dan hiburan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

11

9. Pihak-pihak yang belum dapat disebutkan satu per satu karena keterbatasan penulisan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak dan mengharapkan saran dan kritik dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak khususnya dunia pendidikan. Amin.

Malang, 04 Juli 2012

Penulis

12

DAFTAR ISI

ABSTRAK ..................................................................................................... i KATA PENGANTAR ................................................................................... v DAFTAR ISI ................................................................................................. vii DAFTAR TABEL ......................................................................................... ix DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... x DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 1.3 Manfaat Penelitian .......................................................................... 1.4 Asumsi Pemelitian .......................................................................... 1.5 Ruang Lingkup Penelitian............................................................... 1.6 Definisi Operasional .......................................................................

1 6 6 7 8 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Membaca ........................................................................ 2.1.1 Tujuan Membaca ........................................................................ 2.1.2 Faktor-faktor dalam Membaca .................................................... 2.1.3 Kemampuan Membaca ............................................................... 2.1.4 Hakikat Membaca Pemahaman ................................................... 2.1.5 Pembelajaran Membaca ............................................................... 2.2 Minat Membaca ............................................................................. 2.2.1 Faktor-faktor yang Menentukan Minat Baca Anak ...................... 2.3 Tinjauan Program Jam Baca ..........................................................

11 12 13 13 14 16 17 19 20

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian .................................................................... 3.2 Peranan Peneliti ............................................................................. 3.3 Kancah Penelitian .......................................................................... 3.4 Subjek Penelitian ........................................................................... 3.5 Data dan Sumber Data ................................................................... 3.6 Rancangan Tindakan ...................................................................... 3.7 Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 3.7.1 Observasi .................................................................................... 3.7.2 Wawancara .................................................................................. 3.7.3 Angket ........................................................................................ 3.7.4 Jurnal Membaca .......................................................................... 3.8 Analisis Data, Evaluasi, dan Refleksi ............................................. 3.8.1 Analisis Data ..............................................................................

22 23 24 26 26 27 29 29 30 31 32 32 33

13

3.8.2 Evaluasi ...................................................................................... 33 3.8.3 Refleksi ...................................................................................... 34 3.9 Prosedur Penelitian ........................................................................ 34 BAB IV PAPARAN DAN TEMUAN DATA 4.1 Studi Pendahuluan ......................................................................... 4.2 Paparan Data dan Temuan Penelitian Siklus 1 ............................... 4.2.1 Proses Penerapan Program Jam Baca dalam Peningkatan Kemampuan Membaca ................................................................... 4.2.2 Hasil Penerapan Program Jam Baca ........................................... 4.2.2.1 Hasil Program Jam Baca dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca ...................................................................................... 4.2.2.2 Hasil Program Jam Baca dalam Meningkatkan Minat Membaca ..................................................................................... 4.2.3 Temuan Penelitian ....................................................................... 4.2.4 Refleksi dan Tindak Lanjut ......................................................... 4.3 Paparan Data dan Temuan Penelitian Siklus 2 ............................... 4.3.1 Proses Penerapan Program Jam Baca dalam Peningkatan Kemampuan Membaca ................................................................... 4.3.2 Hasil Penerapan Program Jam Baca ............................................ 4.3.2.1 Hasil Program Jam Baca dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca ....................................................................................... 4.3.2.2 Hasil Program Jam Baca dalam Meningkatkan Minat Membaca ....................................................................................... 4.3.3 Temuan Penelitian ....................................................................... 4.3.4 Refleksi dan Tindak Lanjut .........................................................

38 41 41 47 47 54 57 61 63 63 69 69 75 80 83

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Proses Penerapan Program Jam Baca pada Siswa SMP Negeri 01 Puri ........................................................................ 84 5.2 Hasil Penerapan Program Jam Baca pada Siswa SMP Negeri 01 Puri........................................................................ 89 BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan ................................................................................... 97 6.2 Saran ............................................................................................. 99 DAFTAR RUJUKAN ................................................................................... 100

14

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

3.1 Kualifikasi Minat Baca pada Program Jam Baca ........................................ 33 4.1 Hasil Kemampuan Membaca tiap Indikator Studi Pendahuluan .................. 137 4.2 Hasil Observasi Penerapan Program Jam Baca Siklus 1 ............................. 46 4.3 Hasil Kemampuan Membaca tiap Indikator Siklus 1 ................................. 138 4.4 Hasil Kemampuan Membaca Siklus 1 ........................................................ 49 4.5 Minat Baca Siklus 1 ................................................................................... 56 4.6 Hasil Observasi Penerapan Program Jam Baca Siklus 2 ............................ 68 4.7 Hasil Kemampuan Membaca tiap Indikator Siklus 2 ................................. 139 4.8 Hasil Kemapuanl Membaca Siklus 2 ......................................................... 70 4.9 Hasil Kemampuan Membaca Studi Pendahuluan, Siklus 1, dan Siklus 2 .... 75 4.11 Minat Baca Siklus 2 ................................................................................ 79 4.12 Variasi Bacaan Studi Pendahuluan, Siklus 1, dan Siklus 2 ........................ 79

15

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

4.1 Contoh Jurnal Membaca dengan Kualifikasi Sangat Baik (SB)................... 50 4.2 Contoh Jurnal Membaca dengan Kualifikasi Baik (B) ................................ 51 4.3 Contoh Jurnal Membaca dengan Kualifikasi Cukup (C) ............................. 52 4.4 Contoh Jurnal Membaca dengan Kualifikasi Kurang (K)............................ 53 4.5 Diagram Frekuensi Membaca Siklus 1 ....................................................... 56 4.6 Contoh Jurnal Membaca dengan Kualifikasi Sangat Baik (SB)................... 71 4.7 Contoh Jurnal Membaca dengan Kualifikasi Baik (B) ................................ 72 4.8 Contoh Jurnal Membaca dengan Kualifikasi Cukup (C) ............................. 74 4.9 Diagram Frekuensi Membaca Siklus 2 ....................................................... 76 4.10 Diagram Frekuensi Membaca Studi Pendahuluan, Siklus 1, dan Siklus 2 . 77

16

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Halaman

1. Surat Ijin Penelitian ..................................................................................... 102 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ............................................................. 103 3. Data Mentah ................................................................................................ 114 4. Data Tersaji ................................................................................................. 138 5. Foto Proses Pembelajaran ............................................................................ 141

17

BAB I PENDAHULUAN

Pada bagian ini disajikan latar belakang, rumusan masalan, manfaat penelitian, asumsi penelitian, ruang lingkup penelitian, dan definisi operasional.

1.1 Latar Belakang Kurikulum memberikan amanat penting agar pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah diselenggarakan secara lebih bermakna. Melalui pembelajaran Bahasa Indonesia, siswa memperoleh kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik, yaitu membaca, menulis, berbicara, dan menyimak dalam berbagai aspek berbahasa. Untuk itu, pengajar dan siswa harus memiliki kerja sama yang baik dalam proses pembelajaran bahasa. Setiap proses pembelajaran berbahasa hendaknya lebih diperhatikan agar tepat sasaran dan mampu meningkatkan kemampuan berbahasa siswa. Termasuk di dalamnya adalah keterampilan membaca yang memiliki banyak manfaat dalam perkembangan berbahasa siswa. Melalui kegiatan membaca siswa mampu memperoleh banyak pengetahuan. Oleh sebab itu, guru sebaiknya memiliki perhatian khusus dalam kompetensi membaca ini karena selain manfaatnya yang besar bagi siswa, membaca juga merupakan kegiatan yang kompleks. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Nurhadi (1987:13) yang menyatakan bahwa membaca adalah sebuah proses yang kompleks dan rumit. Kompleks artinya dalam proses membaca terlibat faktor internal dan faktor eksternal pembaca. Faktor internal

18

dapat berupa intelegensi (IQ), minat, sikap, bakat, motivasi, tujuan membaca, dan sebagainya. Faktor eksternal bisa dalam membentuk sarana membaca, teks bacaan (sederhana-berat, mudah-sulit), faktor lingkungan, atau faktor latar belakang sosial ekonomi, kebiasaan, dan tradisi membaca. Selain kompleksitas membaca, guru juga perlu memperhatikan rendahnya minat baca siswa yang kini menjadi masalah besar di Indonesia. Sesuai pernyataan Kusmana (2009), berdasarkan hasil penelitian Programme for International Student Assessment, diketahui minat baca siswa kita rendah. Jika dibandingkan dengan negara-negara di Asia Timur, siswa Indonesia termasuk paling rendah. Dari 42 negara yang disurvey, siswa Indonesia menduduki peringkat ke-39, sedikit di atas Albania dan Peru. Kemampuan siswa kita itu masih di bawah siswa Thailand yang menduduki peringkat ke-32. Demikian pula dengan penguasaan materi dari bacaan, siswa kita hanya mampu menyerap 30% dari materi bacaan yang tersaji dalam bahan bacaan. Fenomena tersebut merupakan masalah besar bagi para guru, khususnya guru Bahasa Indonesia. Sebagai tenaga pendidik profesional, masalah ini harus menjadi tantangan utama yang harus segera dicari jalan keluarnya karena rendahnya minat baca juga dapat mempengaruhi kemampuan membaca siswa. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Supriyoko (2009) yang menyatakan bahwa secara teoritis ada hubungan yang positif antara minat baca (reading interest) dengan kebiasaan membaca (reading habit) dan kemampuan membaca (reading ability). Rendahnya minat baca masyarakat menjadikan kebiasaan membaca yang rendah, dan kebiasaan membaca yang rendah ini menjadikan kemampuan membaca menjadi rendah. Itulah yang sedang terjadi pada masyarakat kita sekarang ini.

19

Menurut Siauseni (2010), hal-hal yang menjadi kendala dalam meningkatkan kegemaran membaca anak adalah derasnya arus hiburan serta permainan dari media elektronik. Dalam meningkatkan minat dan kemampuan membaca, siswa dapat dibiasakan sejak dini untuk mengunjungi perpustakaan. Selain memiliki dampak besar dalam perkembangan minat dan kemampuan membaca siswa, perpustakaan juga merupakan alternatif yang efektif dan efisien. Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Munaf (2002:247) yang menyatakan bahwa dalam menumbuhkan minat baca erat sekali hubungan dengan perpustakaan. Boediono (2004) juga menyatakan bahwa untuk membiasakan anak untuk membaca, sebenarnya adalah alternatif yang lebih murah dari membeli buku, yaitu anak bisa meminjam ataupun menumpang baca buku di perpustakaan. Perpustakaan sebagai rumah kedua di mana kita bisa asyik membaca tanpa mengeluarkan biaya. Oleh karena itu, tidaklah berlebihan jika perpustakaan dianggap sebagai salah satu wahana pendidikan masyarakat umum. Di sekolah, guru dan komite sekolah dapat bekerja sama memanfaatkan perpustakaan sekolah sebagai fasilitas dalam upaya peningkatan hasil pembelajaran. Sesuai dengan pengertiannya perpustakaan sekolah merupakan semua perpustakaan umum yang diselenggarakan di sekolah baik tingkat Sekolah Dasar maupun Sekolah Lanjutan guna menunjang proses belajar mengajar di sekolah, maka perpustakaan dapat digunakan sesuai fungsinya (Nurhadi, 1983:9). Pemanfaatan perpustakaan tersebut juga harus memperhatikan suasana dan kondisinya agar mampu menarik minat baca siswa. Menurut pendapat Rosidi (2009), yang perlu dilakukan oleh pihak sekolah untuk meningkatkan minat baca

20

siswa yaitu penciptaan atmosfir kelas yang mendukung dengan menempel pajangan hasil karya siswa dengan rapi serta slogan-slogan ajakan agar siswa gemar membaca, penyediaan buku-buku bacaan yang memadai, baik dari segi kuantitas judul buku maupun kualitas buku di perpustakaan dan setiap ruang kelas, rak buku yang dipajang rapi dan menarik untuk dieksplorasi isinya dengan ditampilkan laksana “gedung bioskop” atau “gedung teater”, dan ada display/pajangan atau informasi buku-buku baru dan bestseller dengan gaya yang atraktif di perpustakaan. Besarnya kendala dalam memerangi rendahnya minat baca siswa menghendaki kesadaran dan kerja keras dari para guru. Guru hendaknya memiliki kebijakan khusus, seperti yang telah diterapkan oleh SMAN 1 Wonosari yaitu jam wajib baca. Program tersebut mulai diterapkan pada tahun ajaran 2010/2011. Pelaksanaan jam wajib baca ini belum dilaksananakan setiap hari, tetapi dimulai sekali dalam seminggu dahulu. Dalam penerapannya pun belum dapat murni dilaksanakan selama 1 jam pelajaran (45 menit), tetapi baru 25 menit dahulu pada hari Jumat. Penerapan jam baca yang rutin dilaksanakan di sekolah-sekolah akan memberikan dampak positif bagi peningkatan perilaku membaca anak bangsa di masa yang akan datang. Namun, dalam penerapannya tidak hanya membutuhkan partisipasi dari para siswa, tetapi juga membutuhkan kerja sama dari kepala sekolah, guru, dan petugas perpustakaan. Penelitian terkait program jam baca sebelumnya pernah diangkat oleh Qurrota A’yun, mahasiswi program studi pendidikan bahasa, sastra Indonesia dan daerah Universitas Negeri Malang, melalui penelitian peningkatan minat baca

21

siswa kelas IV MI Muawanah Banjaranyar Paciran, Lamongan melalui penerapan program jam baca pada tahun 2008. Pada penelitian ini hanya mengangkat masalah rendahnya minat baca siswa kelas IV SD sedangkan, penelitian yang diangkat oleh peneliti kali ini tidak hanya meningkatkan rendahnya minat baca tapi juga kemampuan membaca siswa melalui program jam baca. Tindakan ini juga dilakukan pada siswa kelas VII SMP yang lebih tinggi jenjangnya. Menurut hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 30 September 2011, minat dan kemampuan membaca siswa kelas VIIE SMP Negeri 1 Puri tergolong rendah. Rendahnya minat membaca siswa terbukti dari hasil jawaban angket siswa yang diperoleh yaitu 100% siswa menjawab menyukai kegiatan membaca namun, frekuensi membaca mereka masih rendah. Hal tersebut terbukti dari kunjungannya ke perpustakaan hanya 52% siswa yang ke perpustakaan hanya sekali dalam seminggu, sedangkan 48% siswa lain mengaku tidak pernah mengunjungi perpustakaan. Indikator lain untuk mengetahui minat membaca siswa yaitu kesediaan dalam memperoleh bahan bacaan. Melalui hasil angket diperoleh hasil kesediaan siswa untuk mendapatkan bahan bacaan dengan meminjam buku di perpustakaan hanya 48 % siswa yang menjawab jarang meminjam buku, sedangkan 41% siswa tidak pernah meminjam buku di perpustakaan. Masalah kemampuan membaca siswa yang akan dikaji oleh peneliti yaitu terkait membaca pemahaman siswa, sehingga KD yang akan dicapai oleh siswa adalah KD 7.2 mengomentari buku cerita yang dibaca. Alasan pemilihan KD tersebut oleh peneliti dikarenakan dalam pencapaian KD siswa tidak hanya dituntut untuk memahami isi dari suatu teks bacaan sastra, tetapi siswa juga harus

22

kritis dalam memahami suatu teks sastra agar mampu mengomentari buku cerita tersebut, baik dari segi isi maupun bahasa. Berdasarkan hasil uji kompetensi pada studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 30 September 2011, diperoleh hasil hanya terdapat 24% siswa memperoleh skor lebih dari Kriteria Kelulusan Minimal (KKM), sedangkan 76% siswa memperoleh hasil di bawah KKM. Berdasarkan masalah tersebut peneliti akan mengadakan penelitian pada siswa SMP Negeri 1 Puri untuk meningkatkan perilaku membaca meliputi minat dan kemampuan membacanya melalui program jam baca sekolah.

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dijabarkan rumusan masalah sebagai berikut. (1) Bagaimanakah proses penerapan program jam baca dalam meningkatkan kemampuan membaca siswa kelas VIIE SMP Negeri 01 Puri? (2) Bagaimanakah hasil program jam baca pada siswa kelas VIIE SMP Negeri 01 Puri: (a) dalam meningkatkan kemampuan membaca dan (b) dalam meningkatkan minat membaca?

1.3 Manfaat Penelitian Berdasarkan masalah penelitian dan tujuan penelitian yang dikemukakan sebelumnya, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat sebagai berikut.

23

(1) Bagi siswa, hasil penelitian ini diharapkan bisa membantu siswa mengatasi masalah minat dan kemampuan membaca yang rendah. (2) Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pandangan baru yang bisa dimanfaatkan oleh guru mata pelajaran bahasa Indonesia untuk meningkatkan minat dan kemampuan membaca dengan menerapkan program jam baca. (3) Bagi Sekolah, hasil penelitian ini bermanfaat sebagai acuan untuk menerapkan program jam baca di sekolah dan memaksimalkan fungsi perpustakaan sekolah. (4) Bagi peneliti, hasil penelitian ini bermanfaat sebagai rujukan dalam melakukan penelitian yang sejenis. (5) Bagi pengembangan teori, hasil penelitian ini bermanfaat dalam pengembangan ilmu tentang metode peningkatan minat dan kemampuan membaca.

1.4 Asumsi Penelitian Penelitian peningkatan minat dan kemampuan membaca melalui penerapan program jam baca sekolah di kelas VII SMP Negeri 01 Puri memiliki asumsi sebagai berikut. 1)

Program jam baca digunakan sebagai sarana untuk membiasakan siswa untuk membaca.

2)

Penerapan program jam baca mempermudah peserta didik dalam menguasai kompetensi dalam kemampuan mengomentari buku cerita.

24

3)

Pemberian motivasi dalam program jam baca secara langsung akan merangsang berkembangnya pola pikir peserta didik sehingga peserta didik menyukai kegiatan membaca.

4)

Kegiatan mengisi jurnal membaca dan membacakan komentar terhadap buku cerita yang dibaca dimaksudkan untuk memberikan dasar-dasar membaca pemahaman yang benar dan diperlukan oleh peserta didik untuk mengembangkan kemampuan membaca selanjutnya.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah peningkatan minat dan kemampuan membaca siswa kelas VIIE SMP Negeri 1 Puri dengan menerapkan program jam baca. Penelitian ini berfokus pada: (1) proses penerapan program jam baca dalam peningkatan kemampuan membaca, (2) hasil program jam baca dalam peningkatan kemampuan membaca siswa, dan (3) hasil program jam baca dalam peningkatan minat membaca siswa. Pada penelitian proses program jam baca dalam peningkatan kemampuan membaca, kegiatan difokuskan pada saat proses penerapan program jam baca yang meliputi: (1) proses saat praprogram jam baca, (2) proses saat kegiatan awal program jam baca, (3) proses saat kegiatan inti program jam baca, dan (4) proses saat kegiatan penutup program jam baca. Pada penelitian hasil program jam baca dalam peningkatan kemampuan membaca siswa, kegiatan difokuskan pada uji kompetensi siswa terhadap kemampuan membaca pemahaman siswa yang yang dibatasi pada kemampuan membaca kritis siswa. Pada penelitian hasil kemampuan membaca kritis siswa difokuskan pada: (1) kemampuan menulis identitas buku, (2) kemampuan siswa

25

menuliskan ringkasan bacaan, (3) kemampuan memberikan komentar terhadap bacaan dengan disertai alasan, dan (4) kemampuan menuliskan kutipan dari bagian bacaan yang dikomentari. Pada penelitian hasil program jam baca dalam peningkatan minat membaca siswa, kegiatan difokuskan pada: (1) frekuensi membaca siswa dan (2) variasi bahan bacaan. 1.6 Definisi Operasional Adapun definisi yang terkait dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. (1) Program jam baca adalah program jam wajib baca bagi siswa untuk meningkatkan minat dan kemampuan membaca siswa yang dilaksanakan di luar jam sekolah satu kali dalam seminggu selama 60 menit dengan indikator kegiatan meliputi: persiapan selama 10 menit, proses membaca secara individual selama 25 menit, pengisian jurnal membaca secara individual selama 15 menit, dan proses mengemukakan komentar tentang hasil bacaan selama 10 menit. (2) Membaca adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam mengkritisi suatu bahan bacaan dengan waktu 25 menit yang dilaksanakan dengan cara membandingkan gagasan dalam bacaan dengan pengetahuan yang dimiliki, menganalisis keakuratan dan kesesuaian, serta menarik kesimpulan atas kelebihan atau kekurangan dalam unsur bahan bacaan. (3) Minat membaca adalah suatu keinginan yang kuat disertai usaha-usaha untuk membaca yang diwujudkan melalui indikator frekuensi membaca dan jumlah variasi bahan bacaan yang tinggi.

26

(4) Kemampuan membaca adalah kecakapan siswa dalam melakukan kegiatan membaca yang diukur melalui indikator meliputi: (1) mampu menulis identitas buku, (2) mampu menuliskan ringkasan, (3) mampu memberi komentar serta alasan yang sesuai, dan (4) mampu menuliskan kutipan dari bacaan yang sesuai dengan bagian yang dikomentari.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Pada bagian ini akan disajikan tinjauan membaca, tinjauan minat membaca, dan tinjauan program jam baca. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut.

2.1 Tinjauan Membaca Membaca adalah satu dari empat kemampuan bahasa pokok, dan merupakan satu bagian atau komponen dari komunikasi tulisan (Tampubolon, 1987:5), sedangkan menurut Soedarso (2004:4), membaca adalah aktivitas yang kompleks dengan mengerahkan sejumlah besar tindakan yang terpisah-pisah, meliputi: orang harus menggunakan pengertian dan khayalan, mengamati, dan mengingat-ingat. Membaca dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja. Selain itu, membaca merupakan suatu aktivitas yang memiliki banyak manfaat. Melalui membaca, seseorang diharapkan antara lain sebagai berikut, (1) memperoleh informasi dan tanggapan yang tepat, (2) mencari sumber, menyimpulkan, menjaring, dan menyerpa informasi dari bacaan, dan (3) mampu mendalami, menghayati, menikmati, dan mengambil manfaat dari bacaan (Syafi’ie, 1993:2). Pendapat lain dikemukakan oleh Rahim (2001:163) yang menyatakan bahwa membaca meliputi informasi tekstual yang dihubungkan dengan istilah skemata menunjukkan kelompok konsep yang

27

28

tersusun dalam otak seseorang yang berhubungan dengan objek-objek, tempattempat, tindakan-tindakn atau peristiwa-peristiwa. Membaca mempunyai peranan sosial yang amat penting dalam kehidupan manusia sepanjang masa karena pertama, membaca itu merupakan satu alat komunikasi yang amat diperlukan dalam suatu masyarakat berbudaya, kedua bahwa bahan bacaan yang dihasilkan dalam setiap kurun waktu zaman dalam sejarah sebahagian besar dipengaruhi oleh latar belakang sosial tempatnya berkembang, dan ketiga bahwa sepanjang masa sejarah terekam. Oleh karena itu, dengan membaca dapat diketahui sejarah suatu bangsa, kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa waktu lampau, maupun waktu sekarang di tempat lain, atau berbagai cerita yang menarik tentang masalah kehidupan di dunia ini (Munaf, 2002:241). Berdasarkan pendapat-pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa membaca adalah salah satu dari kemampuan berbahasa yang memiliki banyak manfaat yang bersifat kompleks dan rumit dengan tujuan memperoleh pemahaman yang bersifat menyeluruh.

2.1.1 Tujuan Membaca Suatu kegiatan yang akan dilakukan hendaknya disertai dengan adanya tujuan. Begitu pula dengan kegiatan membaca, hendaknya pembaca memiliki tujuan sebelum melakukannya. Tujuan dalam membaca akan menentukan arah dan hasil yang akan diperoleh oleh pembaca. Setiap pembaca memiliki tujuan yang berbeda-beda. Penentuan tujuan tersebut didasarkan pada kebutuhan individu masing-masing. Berdasarkan pendapat

29

Rahim (2008:11), adapun macam-macam tujuan membaca yaitu: (1) kesenangan; (2) menyempurnakan membaca nyaring; (3) menggunakan strategi tertentu; (4) memperbaharui pengetahuannya tentang suatu topik; (5) mengaitkan informasi yang baru dengan informasi yang telah diketahuinya; (6) memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis; (7) mengkonfirmasikan atau menolak prediksi; (8) menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi yang diperoleh dari suatu teks dalam cara lain dan mempelajari tentang struktur teks; (9) menjawab pertanyaan-pertanyaan yang spesifik.

2.1.2 Faktor-Faktor dalam Membaca Menurut Pandawa, dkk (2009) ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap proses pemahaman. Faktor-faktor tersebut adalah: 1) faktor kognitif, 2) faktor afektif, 3) faktor teks bacaan,dan 4) faktor penguasaan bahasa. Faktor yang pertama berkaitan dengan pengetahuan, pengalaman, dan tingkat kecerdasan (kemampuan berpikir) seseorang. Faktor kedua berkaitan dengan kondisi emosional, sikap, dan situasi. Faktor ketiga berkaitan dengan tingkat kesukaran dan keterbacaan suatu bacaan yang dipengaruhi oleh pilihan kata, struktur, isi bacaan, dan penggunaan bahasanya. Selanjutnya faktor terakhir berkaitan dengan tingkat kemampuan berbahasa yang berkaitan dengan penguasaan perbendaharaan kata, struktur, dan unsur-unsur kewacanaan. 2.1.3 Kemampuan Membaca Menurut Tampubolon (1987:7), kemampun membaca ialah kecepatan membaca dan pemahaman isi secara keseluruhan. Siswa yang memiliki kemampuan

30

membaca yang memadai akan mampu menyerap berbagai informasi yang dibutuhkan (Syamsi dan Kusmiyatun, 2006:219-220). Ia juga menyimpulkan bahwa berdasarkan temuan lapangan, ternyata ada beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya kemampuan membaca pemahaman siswa. faktor penyebab tersebut dapat digolongkan dalam faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor yang ada dari dalam diri siswa, sedangkan faktor eksternal adalah dari luar diri siswa. faktor internal dapat berupa motivasi, semangat, kemampuan dan lainnya, sedangkan faktor eksternal dapat berupa guru, model belajar, pendekatan dan teknik belajar, media, sarana, dan sebagainya.

2.1.4 Hakikat Membaca Pemahaman Menurut Syamsi dan Kusmiyatun (2006:219-220), membaca komprehensif atau membaca pemahaman adalah membaca yang ditujukan untuk memahami bacaan sesuai kebutuhan dan harapan penulisnya. Selain itu, Faris menyatakan bahwa membaca pemahaman terdiri atas tiga bagian, yakni (1) suatu proses konstruktif dan aktif; (2) suatu proses berpikir sebelum, selama, dan sesudah membaca; dan (3) suatu interaksi antara pembaca, teks, dan konteks (Runtu:2004). Menurut Burns yang dikemukakan oleh Runtu (2004) membaca pemahaman ada beberapa jenis pemahaman yang dapat diperoleh pembaca, yaitu meliputi (1) pemahaman literal, yakni jenis pemahaman yang paling dasar, dan (2) pemahaman tingkat tinggi, yang mencakup (a) pemahaman interpretatif, (b) pemahaman kritis, dan (3) pemahaman kreatif. (a) Pemahaman Literal

31

Pemahaman literal adalah pemahaman yang diperoleh dengan membaca apa yang dinyatakan secara langsung dalam teks bacaan. Khususnya, bagian dari paragraf atau bab yang dinyatakan secara eksplisit yang memuat informasi dasar, seperti rincian yang mendukung gagasan utama hubungan sebab akibat, inferensi, dan sebagainya. Untuk menemukan rincian-rincian tersebut secara efektif, dapat digunakan pertanyaan dengan kata tanya: apa, siapa, di mana, kapan, bagaimana, dan mengapa. (b) Pemahaman tingkat tinggi Pemahaman tingkat tinggi adalah pemahaman yang melebihi pemahaman literalteks. Pemahaman literal-teks didasarkan pada proses berpikir tingkat tinggi, seperti menginterpretasi, menganalisis, dan mensintesis informasi. Membaca interpretatif adalah membaca antarbaris untuk memperoleh inferensi. Membaca interpretatif meliputi pembuatan simpulan, misalnya tentang gagasan utama, hubungan sebab akibat, serta analisis bacaan seperti menemukan tujuan pengarang menulis bacaan. Membaca kritis adalah membaca mengevaluasi materi tertulis, yakni membandingkan gagasan yang tercakup dalam materi dengan standar yang diketahui dan menarik kesimpulan tentang keakuratan, kesesuaian, dan urutan waktu, pembaca kritis harus menjadi pembaca aktif bertanya, meneliti faktafakta, dan menggantungkan penilaian sampai ia mempertimbangkan semua materi. (c) Membaca kreatif adalah membaca yang berusaha mencari makna di balik materi yang dinyatakan oleh penulis. Seperti halnya membaca kritis, membaca kreatif

32

menuntut pembaca untuk berpikir ketika mereka membaca dan menuntut mereka menggunakan imajinasi mereka. Dengan membaca seperti itu, pembaca akan menghasilkan gagasan-gagasan baru.

2.1.5 Pembelajaran Membaca Pembelajaran adalah sesuatu kegiatan yang sangat kompleks karena adanya interaksi pada semua komponen pembelajaran yaitu interaksi antara siswa dengan guru, interaksi siswa dengan media, interaksi siswa dengan siswa lainnya. Dalam proses pembelajaran semua unsur penunjang perlu diperhatikan, yaitu materi, metode pembelajaran, sumber, media, alat penilaian, dan instrumen penilaian. Kompleksitas dalam kegiatan pembelajaran juga terdapat pada pembelajaran membaca. Pembelajaran membaca harus memperhatikan kebiasaan cara berfikir teratur dan baik. Hal ini disebabkan membaca sebagai proses yang sangat kompleks dengan melibatkan semua proses mental yang lebih tinggi, seperti ingatan, pemikiran, daya khayal, pengaturan, penerapan, dan pemecahan masalah (Iskandarwassid, 2009:264). Pembelajaran membaca tidak berdiri sendiri sebagai sebuah mata pelajaran. Pembelajaran membaca merupakan salah satu aspek pembelajaran bahasa Indonesia yang diarahkan untuk mengembangkan kompetensi membaca. Dengan demikian, pembelajaran membaca dapat dilakukan terpadu dengan pembelajaran keterampilan berbahasa lainnya. Kemampuan yang disampaikan dalam pembelajaran membaca adalah kemampuan berbahasa dan bersastra. Oleh karena itu, wacana dalam

33

pembelajaran membaca bisa berupa wacana sastra maupun nonsastra (Depdiknas, 2009).

2.2 Minat Membaca Secara operasional, Hasanah, dkk (2011:34) menyatakan bahwa minat baca merupakan hasrat yang kuat seseorang baik disadari ataupun tidak yang terpuaskan lewat perilaku membacanya. Minat menentukan kegiatan dan frekuensi membaca, mendorong pembaca untuk memilih jenis bacaan yang dibaca, menentukan tingkat partisipasi di kelas dalam mengerjakan tugas, bertanya-jawab, dan kesanggupan membaca di luar kelas. Selain itu, Lilawati juga mengartikan minat membaca adalah suatu perhatian yang kuat dan mendalam disertai dengan perasaan senang terhadap kegiatan membaca sehingga mengarahkan anak untuk membaca dengan kemauannya sendiri (Sandjaya, 2005). Aspek minat membaca meliputi kesenangan membaca, kesadaran akan manfaat membaca, frekuensi membaca, dan jumlah buku yang dibaca anak. Sedangkan menurut Sinambela yang dikutip oleh Sandjaya (2005) bahwa minat membaca adalah sikap positif dan adanya rasa keterikatan dalam diri anak terhadap aktivitas membaca dan tertarik terhadap buku bacaan. Aspek minat membaca meeliputi kesenangan membaca, frekuensi membaca, dan kesadaran akan menfaat membaca. Menurut Hernowo (2002:68), kebiasaan membaca bersifat individual, tidak bisa disamaratakan. Namun, kebiasaan yang baik adalah kebiasaan yang terprogram

34

atau terencana. Hal-hal yang berkaitan dengan masalah kebiasaan membaca adalah sebagai berikut. Waktu membaca Membaca kapan saja dan di mana saja belum menjadi budaya masyarakat Indonesia. Masyarakat indonesia lebih suka berbicara dan menyimak dibanding membaca dan menulis sehingga menganggap tidak terlalu penting untuk mengalokasikan waktu untuk membaca. Sebenarnya alokasi jam baca tidak memerlukan waktu yang terlalu lama. Cukup 45 menit dalam seminggu untuk membaca apa saja yang menarik minatnya untuk membaca. Frekuensi membaca Frekunsi membaca tiap orang berbeda. Hal tersebut tergantung pada minat seseorang dalam membaca dan kepentingan tertentu yang mendasari orang membaca. Seseorang bisa saja membaca tiga kali sehari rutin dalam seminggu, bisa juga seseorang membaca hanya sekali setahun ketika ia berada dalam keadaan yang mengharuskan ia harus membaca. Sikap membaca Adapun sikap-sikap dalam membaca adalah sebagai berikut. 1) Sabar Kesabaran diperlukan saat membaca karena bila tergesa-gesa dalam memaknai suatu gagasan, bisa jadi kesimpulan yang didapt akan salah. 2) Telaten

35

Ketelatenan mengambil makna-makna yang tersebar di sepanjang halaman buku kemudian mengumpulkan dan menghimpunnya kembali amat diperlukan karena kalau tidak, akan banyak gagasan hilang. 3) Tekun Ketekunan diperlukan untuk membantu kita menyisir himpunan kata, kalimat, alinea, bab, dan bagian demi bagian yang menyimpan gagasan pokok dan hal-hal penting yang perli diperhatikan. 4) Gigih Kegigihan akan mendorong seseorang untuk mengulang lebih dari sekali bahan bacaan yang belum dipahaminya. 5) Sungguh-sungguh Kesungguhan dalam menemukan makna dan memahami maksud penulis sangat penting dalam proses membaca.

2.2.1 Faktor-faktor yang Menentukan Minat Baca Anak Minat membaca seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor. Menurut Hasanah, dkk (2011:54), minat baca dipengaruhi oleh aspek-aspek internal yang menyebabkan tumbuhnya motivasi intrinsik dan aspek-aspek eksternal yang berkaitan dengan motivasi ekstrinsik. Unsur eksternal berkaitan dengan: tingkat sosial pembaca, karakteristik bacaan itu sendiri, asal-usul tempat tinggal pembaca. Pendapatt tersebut serupa dengan pendapat Purves dan Beach yang dikutip oleh Sandjaya (2005) yang menyatakn bahwa ada dua kelompok besar faktor yang

36

mempengaruhi minat membaca anak, yaitu faktor personal dan faktor institusional yang dijabarkan sebagai berikut. Faktor Personal Faktor personal adalah faktor-faktor yang ada dalam diri anak, yaitu meliputi usia, jenis kelamin, intelegensi, kemampuan membaca, sikap, dan kebutuhan psikologis. Faktor institusional Faktor institusional adalah faktor-faktor di luar diri anak, yaitu meliputi ketersediaan jumlah buku-buku bacaan dan jenis-jenis bukunya, status sosial ekonomi orang tua dan latar belakang etnis, kemudian pengaruh orang tua, guru, dan teman sebaya.

2.3 Tinjauan Program Jam Baca Membaca merupakan kegiatan yang memberikan banyak manfaat bagi pembacanya. Namun, tidak semua orang memiliki kesadaran akan manfaat membaca. Bagi orang-orang yang memiliki kesadaran tersebut pada umumnya memiliki jam baca. Jam baca merupakan waktu yang secara khusus digunakan oleh seorang pembaca untuk membaca dengan tujuan tertentu. Setiap pembaca memiliki alokasi dan frekuensi yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhannya. Program jam baca adalah suatu program khusus yang sengaja diselenggarakan untuk meningkatkan minat dan kemampuan membaca siswa dengan memanfaatkan perpustakaan sekolah di luar jam pelajaran. Program ini bertujuan meningkatkan minat dan kemampuan membaca siswa dengan pembiasaan siswa untuk membaca

37

secara rutin di perpustakaan. Dengan begitu siswa akan dilatih untuk gemar membaca dengan adanya motivasi-motivasi akan pentingnya kegiatan membaca pada saat program jam baca. Program jam baca memberikan banyak keuntungan, terutama pada siswa. Adapun kelebihan dari penerapan program jam baca ini adalah mampu fasilitas sekolah yaitu perpustakaan sesuai dengan tujuannya, biaya yang diperlukan tidak terlalu besar karena dalam penerapannya buku-buku di perpustakaan sebagai alatnya, siswa dapat menjalani program dengan santai karena tidak termasuk dalam kurikulum yang menuntut nilai, dan tidak mengganggu jam pelajaran karena dilakukan seusai jam pelajaran. Namun, dalam penerapan program ini juga memiliki kelemahan yaitu untuk keberhasilan program ini juga menuntut ditingkatkannya fasilitas perpustakaan sekolah dan koleksi bukunya agar siswa lebih tertarik untuk membaca di perpustakaan. Kenyamanan siswa dalam membaca merupakan perhatian penting.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas. Penelitian ini bersifat kualitatif karena perolehannya yang berupa data verbal secara potensial dapat memberikan makna dan informasi yang sesuai dengan tujuan penelitian. Penelitian tindakan kelas yang akan dilakukan oleh peneliti sesuai dengan model Kemmis dan McTaggart, secara garis besar, siklus alur penelitian PTK adalah sebagai berikut (Sukarnyana, 2002:31—32). (1) Perencanaan tindakan Perencanaan tindakan dalam PTK disusun berdasarkan masalah yang hendak dipecahkan dan hipotesis yang diajukan. Secara operasional dapat dinyatakan bahwa rencana tindakan perlu disusun untuk menguji secara empirik ketetapan hipotesis tindakan yang diajukan. (2) Pelaksanaan tindakan Jenis tindakan yang dilakukan dalam PTK hendaknya selalu didasarkan atas pertimbangan teoretis dan empirik agar hasil yang diperoleh berupa peningkatan kinerja dan hasil program yang optimal. Selain itu, tindakan dilaksanakan sejalan dengan laju perkembangan pelaksanaan kurikulum dan aktivitas belajar mengajar di kelas. 38

39

(3) Observasi Kegiatan observasi atau pengamatan dalam PTK dapat disejajarkan kedudukannya dengan kegiatan pengumpulan data dalam penelitian formal. Observasi dipandang sebagai teknik yang paling tepat untuk mengumpulkan data tentang proses kegiatan. (4) Refleksi Pada dasarnya, refleksi merupakan kegiatan analisis-sintesis, interpretasi, dan eksplanasi terhadap semua informasi yang diperoleh dari pelaksanaan tindakan. Setiap informasi yang didapat hendaknya dikaji dan dipahami bersama (peneliti dan pihak lain). Informasi yang terkumpul perlu diurai dan dicari kaitan antara yang satu dengan yang lainnya, dibandingkan dengan pengalaman sebelumnya, dikaitkan dengan teori tertentu atau hasil penelitian yang relevan. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan untuk meningkatkan minat dan kemampuan membaca siswa kelas VIIE SMP negeri 1 Puri Mojokerto. Diharapkan setelah diterapkannya program jam baca, minat dan kemampuan membaca siswa kelas VIIE SMP Negeri 1 Puri akan meningkat. Selain itu, diharapkan perpustakaan sekolah dapat berfungsi lebih maksimal.

3.2 Peranan Peneliti Dalam pelaksanaan penelitian ini, peneliti berperan sebagai perencana pelaksanaan dan pemberi tindakan program jam baca. Sebagai perencana peneliti berperan: (1) perencana tindakan melalui pembuatan RPP sebelum pelaksanaan program jam baca dan pembuatan instrumen yang dibutuhkan berkaitan dengan penelitian terhadap proses dan hasil program jam baca, (2) pengumpul data

40

berkaitan dengan proses program jam baca dalam peningkatan minat baca siswa dan hasil program jam baca dalam peningkatan minat dan kemampuan baca siswa, (3) penganalisis data hasil yang didapat dari penerapan program jam baca, angket, wawancara, dan jurnal baca. dan (4) pelapor hasil penelitian berkaitan dengan proses dan hasil pelaksanaan program jam baca. Sebagai pemberi tindakan peneliti berperan: (1) penentu sumber bahan bacaan dalam pelaksanaan program jam baca bagi siswa, (2) pemberi tindakan dalam memberi pengarahan, perintah, dan bimbingan terhadap siswa dalam pelaksanaan program jam baca, dan (3) pengamat situasi dan sikap siswa pada saat pelaksanaan program jam baca.

3.3 Kancah Penelitian Penelitian ini berlokasi di SMP Negeri 1 Puri di Jalan Raya Tangunan nomor 02 Puri, Mojokerto. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti, didapatkan informasi bahwa sekolah ini memiliki jumlah siswa sebanyak 697 orang, yang terdiri atas 254 orang siswa kelas VII, 226 orang siswa kelas VIII, dan 217 orang siswa kelas IX yang sedangkan jumlah guru sebanyak 44 orang. SMP Puri ini juga dilengkapi oleh beberapa fasilitas antara lain yaitu laboratorium bahasa, laboratorium komputer, laboratorium fisika, laboratorium biologi, perpustakaan, musala, UKS, ruang keterampilan, koperasi siswa, ruang OSIS, ruang serba guna, ruang BP, dan kantin sekolah. Selain pendidikan akademik, pendidikan siswa dapat ditunjang dengan kemampuan non akademik dengan disediakan beberapa ekstrakurikuler, yaitu basket, pramuka, PMR, voli, sepak bola, musik, dan tari.

41

Perpustakaan yang dimiliki oleh SMP Negeri 1 Puri merupakan fasilitas sekolah yang dilengkapi oleh berbagai fasilitas yang menunjang kebutuhan siswa agar merasa nyama berada di perpustakaan. Adapun fasilitas tersebut antara lain, 8 kursi panjang, 4 meja panjang, kipas angin, televisi, peta, globe, majalah, koran, dan jam dinding. Begitu pula dengan koleksi buku yang terdapat di perpustakaan, ada berbagai macam jenis buku dengan jumlah yang cukup banyak. Adapun jenis dan jumlah buku yang dimiliki yaitu: 68 judul buku karya umum dengan jumlah sebanyak 234, 12 judul buku filsafat dengan jumlah sebanyak 26, 130 judul buku agama dengan jumlah sebanyak 681, 216 judul buku ilmu pengetahuan sosial dengan jumlah sebanyak 456, 84 judul buku bahasa dengan jumlah sebanyak 179, 167 judul buku ilmu penegetahuan murni dengan jumlah sebanyak 277, 257 judul buku teknologi dengan jumlah sebanyak 463, 61 judul buku seni, olahraga dan hiburan dengan jumlah sebanyak 152, 457 judul buku kesusastraan dengan jumlah sebanyak 791, 111 judul buku ilmu bumi dan sejarah dengan jumlah sebanyak 314, 780 judul buku fiksi dengan jumlah sebanyak 1565, dan 130 judul buku referensi dengan jumlah sebanyak 285. Pemilihan SMP Negeri 1 Puri sebagai lokasi penelitian karena sekolah ini dianggap memenuhi sebagian besar persyaratan sebagai lokasi penelitian. Adapun alasannya adalah sebagai berikut. (1) SMP Negeri 1 Puri memiliki perpustakaan dengan koleksi buku yang cukup banyak dan terdapat penambahan jumlah buku. Namun, minat dan kemampuan membaca siswanya rendah.

42

(2) SMP Negeri 1 Puri terletak di daerah pedesaan yang masih berkembang. Dengan membaca, siswa dapat memperoleh informasi tentang ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga siswa dapat mengikuti perkembangan IPTEK dengan baik.

3.4 Subjek Penelitian Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas VII E SMP Negeri 1 Puri, Mojokerto. Subjek penelitian ini adalah 25 siswa dengan rincian 10 orang siswa berjenis kelamin laki-laki dan 15 orang siswa berjenis kelamin perempuan tahun pelajaran 2011/2012.

3.5 Data dan Sumber Data Data dalam penelitian ini berupa data verbal. Adapun data tersebut yaitu data proses penerapan jam baca yang bersumber dari kegiatan jam baca. Data tersebut untuk menjawab rumusan masalah nomor 1. Data verbal lain berupa data hasil program jam baca dalam meningkatankan kemampuan membaca yang bersumber dari hasil kajian jurnal baca yang dikerjakan oleh siswa. Data tersebut untuk menjawab rumusan masalah nomor 2. Sedangkan, data untuk menjawab rumusan masalah nomor 3 berupa data hasil program jam baca dalam meningkatkan minat membaca yang bersumber dari kajian hasil angket siswa dan wawancara terhadap pengelola perpustakaan. Sumber data penelitian ini adalah subjek, responden, dan informan. Dalam penelitian ini, siswa menjadi subjek utama karena siswa yang melaksanakan program jam baca dan siswa pula yang mengikuti tindakan yang telah dilakukan oleh peneliti. Responden dalam penelitian ini adalah siswa dan pengelola

43

perpustakaan karena siswa dan guru merespon pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh peneliti dalam bentuk kuesioner dan wawancara untuk mengetahui minat dan kegemaran membaca siswa serta pendapat tentang penerapan program jam baca tersebut, sedangkan informan dalam penelitian ini adalah guru dan petugas perpustakaan. Guru dan petugas perpustakaan sebagai pemberi informasi awal yang dibutuhkan peneliti sebelum kegiatan penelitian dilaksanakan, yaitu tentang kondisi sekolah (jumlah siswa dan fasilitas sekolah) dan kondisi perpustakaan sekolah.

3.6 Rancangan Tindakan Sebelum pelaksanaan tindakan Program jam baca, peneliti dan guru menyusun rencana kegiatan jam baca. Adapun perencanaan kegiatan jam baca meliputi (1) tujuan kegiatan, (2) menentukan materi, (3) menentukan langkahlangkah, dan (4) menentukan dan menyusun alat tes hasil. Adapun tujuan kegiatan program jam baca pada siklus pertama meliputi: (1) meningkatkan minat membaca siswa dengan indikator peningkatan frekuensi membaca siswa dan variasi bahan bacaan siswa dan (2) meningkatkan kemampuan membaca siswa dengan indikator meliputi: (a) siswa mampu memilih buku cerita, (b) siswa mampu memahami isi buku cerita, (c) siswa mampu menuliskan identitas buku cerita, (d) siswa mampu menuliskan ringkasan cerita yang dibaca, (e) siswa mampu memberikan komentar dengan kalimat yang tepat, (f) siswa mampu memberikan alasan dari komentar yang diberikan, dan (g) siswa mampu menuliskan kutipan dari bagian cerita yang dikomentari. Pada siklus 1 materi yang akan diberikan pada siswa untuk meningkatkan kemampuan membaca siswa yaitu meliputi: (1) unsur intrinsik dalam cerita, (2)

44

langkah-langkah menulis identitas buku cerita, (3) langkah-langkah menulis ringkasan cerita, (4) langkah-langkah dan contoh menuliskan komentar terhadap cerita yang dibaca, dan (5) cara menuliskan kutipan dari bagian yang dikomentari. Berdasarkan hasil diskusi peneliti dan guru diperoleh hasil penentuan langkah-langkah dalam pelaksanaan program jam baca siklus 1. Adapun langkahlangkah tersebut meliputi 4 tahapan yaitu (1) tahap praprogram, (2) tahap awal program, (3) tahap inti program, dan (4) tahap penutup program. Dalam tahapantahapan tersebut terdapat beberapa kegiatan dalam pelaksanaannya. Kegiatan pada praprogram yaitu (1) pengarahan siswa untuk menempati tempat duduk masing-masing, dan (2) pengarahan siswa untuk persiapan mengikuti pelaksanaan program jam baca. Pada tahap kegiatan awal program terdapat beberapa kegiatan meliputi (1) apersepsi dan (2) pengarahan pelaksanaan program, sedangkan pada kegiatan inti program diisi oleh beberapa kegiatan antara lain (1) penjelasan materi, (2) pemilihan bahan bacaan, (3) membaca buku cerita, (4) mengisi jurnal membaca, (5) membacakan komentar di depan kelas, dan (6) siswa lain menanggapi komentar milik teman. Pada tahapan terakhir, penutup program, diisi oleh kegiatan pengungkapan kesan oleh siswa dan pemberian motivasi oleh guru kepada siswa. Pada perencanaan ini juga disusun alat tes untuk mengetahui keberhasilan pelaksanaan program jam baca. Alat tes tersebut dibagi menjadi tiga yaitu untuk mengetahui proses program jam baca, hasil minat baca, dan hasil kemampuan membaca siswa. Proses program jam baca akan diukur menggunakan pedoman observasi. Hasil minat baca diukur menggunakan angket yang diberikan pada

45

siswa, sedangkan hasil kemampuan membaca siswa akan diukur menggunakan jurnal membaca. Program jam baca siklus 1 ini diadakan pada hari Sabtu, 26 Nopember 2011 dengan alokasi waktu 60 menit. Kegiatan program ini akan dilaksanakan di perpustakaan SMP Negeri 01 Puri. Peneliti akan berperan sebagai pelaksana dan pemberi tindakan dalam program ini.

3.7 Teknik Pengumpulan Data Data penelitian ini dikumpulkan dengan cara menggunakan instrumen pengumpul data yaitu peneliti sebagai instrumen utama. Peneliti bertindak sebagai pengumpul data melalui teknik observasi, teknik wawancara, teknik kuesioner, dan jurnal membaca. Instrumen penelitian yang digunakan untuk menjawab rumusan masalah pada penelitian ini adalah pedoman observasi, pedoman wawancara, angket, dan jurnal membaca.

3.7.1 Observasi Observasi dilakukan oleh peneliti untuk mengamati dan sekaligus berpartisipasi dalam suasana dan latar perpustakaan ketika kegiatan program jam baca berlangsung. Dengan berpedoman pada lembar pedoman observasi, peneliti mengamati apa yang terjadi dalam proses pelaksanaan program jam baca. Instrumen pedoman observasi digunakan untuk menjawab rumusan masalah nomor 1, dengan hasil data berupa proses penerapan program jam baca dalam peningkatan kemampuan membaca siswa di SMP Negeri 1 Puri. Dalam teknik ini terdapat beberapa tahapan dalam pelaksanaan program jam baca yang hendak diamati, yaitu (1) praprogram, (2) kegiatan awal program,

46

(3) kegiatan inti program , dan (4) kegiatan penutup program. Dalam empat tahapan tersebut memiliki indikator yang berbeda. Pada tahapan praprogram peneliti mengamati aspek kesiapan siswa sebelum dimulainya program. Pada tahapan awal program indikator yang diamati adalah kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan apersepsi dan sikap siswa saat dijelaskan pengarahan. Sedangkan, pada tahapan inti program indikator yang diamati meliputi: (1) perhatian siswa ketika materi dijelaskan, (2) sikap tertib siswa dalam memilih bahan bacaan, (3) sikap membaca siswa dengan seksama, (4) kemampuan siswa dalam mengajukan pertanyaan saat kesulitan, (5) sikap siswa ketika mengisi jurnal, (6) kemampuan siswa mengemukakan komentar dan alasan, dan (7) keaktifan siswa mengemukakan tanggapan terhadap komentar teman. Selain itu, pada tahapan ini juga terdapat dua aspek lagi yang diamati yaitu penilaian proses dan hasil belajar serta penggunaan bahasa siswa. Pada tahapan penutup program, indikator yang diamati oleh peneliti yaitu keaktifan siswa mengungkapkan kesan dan kesulitan yang dialami serta antusias siswa dalam memperhatikan motivasi membaca yang diberikan.

3.7.2 Wawancara Wawancara dilakukan oleh peneliti yang digunakan untuk mengetahui minat membaca siswa sebelum program jam baca. Wawancara dilakukan kepada pengelola perpustakaaan yang mengetahui minat membaca siswa secara langsung berdasarkan hasil presensi siswa dan peminjaman buku di perpustakaan. Teknik tersebut dilakukan bedasarkan pada pedoman wawancara. Instrumen yang digunakan untuk menjawab rumusan masalah nomor 3 adalah wawancara untuk

47

mengetahui hasil penerapan program jam baca dalam peningkatan minat membaca siswa kelas VII SMP Negeri 1 Puri. Adapun indikator yang diamati melalui wawancara terhadap pengelola perpustakaan untuk mengetahui minat membaca siswa meliputi: (1) kondisi minat baca siswa di perpustakaan sekolah, (2) frekuensi kedatangan siswa ke perpustakaan sekolah, (3) jenis buku yang sering dibaca oleh siswa, (4) siswa lebih memilih membaca di perpustakaan atau dipinjam untuk dibawa pulang, (5) adakah kebijakan lain sebelum program jam baca untuk meningkatkan minat baca, (6) kebijakan apa yang telah dilakukan, dan (7) hasil perkembangan minat membaca siswa dari kebijakan yang telah dilakukan.

3.7.3 Angket Salah satu media untuk mengumpulkan data dalam penelitian pendidikan maupun penelitian sosial yang paling popular digunakan adalah angket. Angket/kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya (Arikunto, 2009:151). Dengan demikian, angket merupakan daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain yang untuk kepentingan penelitian. Angket digunakan oleh peneliti untuk mengetahui peningkatan minat baca siswa sebelum dan sesudah penerapan program jam baca sekolah. Instrumen tersebut untuk menjawab rumusan masalah nomor 3. Adapun aspek yang dikumpulkan melalui angket yang diberikan kepada siswa meliputi (1) minat membaca siswa, (2) alasan siswa suka membaca, (3) alasan siswa tidak suka membaca, (4) pemberi motivasi mereka untuk membaca, (5) minat berkunjung ke perpustakaan, (6) kegiatan yang dilakukan siswa di

48

perpustakaan, (7) alasan siswa tidak suka berkunjung ke perpustakaan, (8) frekuensi siswa berkunjung ke perpustakaan dalam seminggu, (9) jenis buku yang sering dibaca siswa, (10) frekuensi peminjaman buku di perpustakaan, (11) jenis buku yang terakhir dibaca siswa, (12) jenis buku yang terakhir dipinjam siswa, (13) kebiasaan membaca siswa, (14) tempat yang digunakan untuk melakukan kebiasaan membaca, dan (15) alasan siswa tidak mempunyai kebiasaan membaca.

3.7.4 Jurnal Membaca Jurnal membaca digunakan untuk mengetahui hasil kemampuan kompetensi membaca kritis siswa sebelum dan sesudah penerapan program jam baca, sehingga dapat diketahui adanya peningkatan yang terjadi atau tidak. Teknik tersebut untuk menjawab rumusan masalah nomor 2. Teknik ini berpedoman pada pedoman jurnal membaca. Adapun kemampuan membaca siswa yang diteliti adalah kemampuan membaca pemahaman yang berfokus pada kemampuan membaca kritis. Indikatorindikator yang dinilai meliputi: (1) kemampuan menulis identitas buku, (2) kemampuan siswa menulis ringkasan bahan bacaan, (3) kemampuan siswa memilih aspek dari bahan bacaan yang akan dikomentari, (4) kemampuan siswa menuliskan komentar serta alasan, dan (5) kemampuan siswa menuliskan kutipan pendukung dalam bahan bacaan sesuai yang dikomentari.

3.8 Analisis Data, Evaluasi, dan Refleksi Adapun analisis data, evaluasi, dan refleksi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

49

3.8.1 Analisis Data Analisis data sangat berguna untuk mendukung pemecahan masalah yang telah dirumuskan sebelum pelaksanaan program jam baca. Untuk pelaksanaan analisis data secara lebih konkrit, peneliti menganalisa data didapat dari teknik pengumpulan data. Langkah awal yang dilakukan peneliti adalah memeriksa ulang apakah seluruh informasi yang diperlukan dalam wawancara, angket, observasi, dan jurnal membaca sebelum pelaksanaan program jam baca. Analisis hasil jurnal membaca yang diisi siswa menggunakan kualifikasi yang telah ditetapkan oleh peneliti. kualifikasi tersebut yang merujuk pada Tabel 3.4 berikut. Tabel 3.1 Kualifikasi Minat Baca pada Program Jam Baca Frekuensi Membaca 1-2 kali/minggu 3-4 kali/minggu 5-6 kali/minggu

Kualifikasi Membaca Rendah Sedang Tinggi

Data yang telah didapat tersebut akan disesuaikan hasilnya satu sama lain. Apabila data tersebut tidak sesuai, peneliti harus merefleksi dimana sumber kesalahan itu.

3.8.2 Evaluasi Dalam pelaksanaan program jam baca, yang perlu dievaluasi peneliti adalah sebagai berikut. (1) Kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan kegiatan program jam baca (2) Kelemahan program jam baca (3) Perkembangan hasil kemampuan membaca siswa (4) Perencanaan ke siklus selanjutnya.

50

3.8.3 Refleksi Refleksi dilakukan untuk memahami dan memaknai proses dan hasil yang dicapai sebagai akibat dari pelaksanaan program jam baca yang dilakukan. Tahap refleksi yaitu menganalisis, mensintesis, memaknai, menjelaskan, dan menyimpulkan hasil dari pelaksanaan. Refleksi selalu diadakan setiap akhir kegiatan program jam baca di setiap siklus. Hasil refleksi dapat digunakan sebagai pedoman untuk perbaikan dalam pelaksanaan program jam baca siklus selanjutnya.

3.9 Prosedur Penelitian Secara rinci tahapan dalam pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut. (1) Perencanaan dan persiapan Dalam tahap ini peneliti melakukan beberapa kegiatan, yaitu: (a) mengidentifikasi masalah minat dan kemampuan membaca siswa. (b) merumuskan masalah peningkatan minat dan kemampuan membaca siswa melalui penerapan program jam baca. (c) menyusun rencana pelaksanaan program jam baca. Identifikasi masalah dilakukan berdasarkan hasil observasi peneliti terhadap hasil kegiatan pembelajaran. Berdasarkan hasil identifikasi masalah kemudian peneliti merumuskannya menjadi rumusan masalah. Masalah tersebut akan ditindaklanjuti dengan diawali penyusunan rencana tindakan yang diwujudkan dalam bentuk RPP. Pengidentifikasian masalah dilakukan dengan studi pendahuluan di sekolah yang akan diteliti. Studi pendahuluan dilakukan pada tanggal 30 September 2011 pukul 07.00 WIB. Teknik yang digunakan yakni wawancara,

51

penyebaran kuesioner, dan uji kompetensi awal (pretest) untuk mengetahui minat dan kemampuan membaca siswa kelas VIIE di SMP Negeri 1 Puri. Pihak yang diwawancara yaitu pengelola perpustakaan SMP Negeri 1 Puri, sedangkan penyebaran kuesioner dan uji kompetensi awal diberikan kepada siswa. Kuesioner yang diberikan kepada siswa berisi tentang pertanyaan untuk mengetahui minat membaca siswa. Rincian panduan pertanyaan pada kuesioner terdapat 15 soal. Untuk mengetahui kemampuan membaca siswa sebelum pelaksanaan program jam baca, peneliti melakukan pretest dengan memberikan soal sesuai KD 7.1 yaitu mengomentari buku cerita yang dibaca. Dalam uji kompetensi tersebut akan diketahui kemampuan membaca kritis siswa dengan indikator meliputi kemampuan meringkas bahan bacaan, kemampuan memberikan komentar dan alasan, serta menuliskan kutipan dari bagian yang dikomentari tersebut. Pada tahapan pertest ini, peneliti memberikan bahan bacaan yang berjudul “Si Tanduk Panjang” yang berasal dari buku “Kumpulan Cerita Rakyat Nusantara”. Dengan melaksanakan studi pendahuluan ini, peneliti mengetahui bahwa terdapat permasalahan pada minat dan kemampuan membaca siswa yang rendah. Maka, dari permasalahan tersebut peneliti merumuskan masalah yang dihadapi untuk diteliti. (2) Pelaksanaan Tahap pelaksanaan dilakukan peneliti dengan rencana yang tertulis, termasuk memuat prinsip-prinsip pendekatan proses yang diimplementasikan melalui kegiatan proses kegiatan jam baca.

52

Pada tahap ini, praktisi melaksanakan program jam baca sesuai perencanaan yang telah disusun. Kegiatan berlangsung 60 menit diadakan setelah jam pelajaran sekolah usai. Langkah-langkah dalam melaksanakan tindakan meliputi hal-hal sebagai berikut. (a) Praktisi melaksanakan program jam baca sesuai perencanaan yang telah disiapkan sebelumnya. (b) Selama kegiatan program jam baca berlangsung dilakukan pengamatan secara sistematis, cermat, dan objektif. (c) Melaksanakan penilaian terhadap minat dan kemampuan membaca siswa sebagai hasil dari program jam baca. Kemudian dilakukan refleksi untuk dijadikan sebagai tindak lanjut perbaikan dan penyempurnaan pada pelaksanaan selanjutnya. (3) Observasi atau pengamatan Pada waktu kegiatan program jam baca berlangsung, peneliti melakukan pengamatan dengan mencatat hal-hal yang terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan format observasi atau pengamatan yang telah disusun, termasuk pelaksanaan skenario tindakan serta dampak terhadap proses dan hasil kegiatan siswa dengan menggunakan instrumen berupa lembar observasi atau pengamatan. Hasil dari pengamatan ini dapat bermanfaat untuk pengambil keputusan apakah tindakan yang dilakukan sudah tepat atau perlu diadakan perbaikan. (4) Refleksi Kegiatan-kegiatan yang direncanakan dalam tahap refleksi meliputi: (1) merefleksi tindakan (program jam baca) yang telah dilakukan, (2) menyusun

53

rencana selajutnya. Dalam merefleksi tindakan dibahas mengenai kekurangan yang terjadi pada saat tindakan dan dilakukan revisi rencana. Temuan-temuan tersebut akan dibawa dan diperbaiki pada siklus berikutnya hingga hasil persiapan sampai refleksi tidak menampakkan adanya kelemahan-kelemahan atau kekurangan-kekurangan maka kegiatan penelitian selesai atau tujuan peningkatan minat dan kemampuan membaca siswa telah dicapai.

54

BAB IV PAPARAN DAN TEMUAN DATA

Pada bab ini diuraikan tentang paparan data dan temuan penelitian proses penerapan program jam baca untuk meningkatkan minat dan kemampuan membaca yang meliputi (1) studi pendahuluan, (2) paparan data dan temuan siklus 1, dan (3) paparan data dan temun siklus 2. Uraian tersebut adalah sebagai berikut.

4.1 Studi Pendahuluan Sebelum tindakan program jam baca, kegiatan studi pendahuluan dilakukan untuk mengetahui minat dan kemampuan membaca siswa. Hasil observasi tersebut akan dibandingkan dengan hasil minat dan kemampuan membaca siswa setelah dilakukan tindakan program jam baca untuk mengetahui perkembangan dan peningkatannya. Kegiatan studi pendahuluan dilaksanakan pada hari Jum’at, tanggal 30 September 2011 pukul 07.00 WIB. Teknik yang digunakan yakni wawancara, penyebaran angket , dan jurnal membaca awal untuk mengetahui minat dan kemampuan membaca siswa kelas VIIE di SMP Negeri 1 Puri. Tahap awal tindakan studi pendahuluan yang dilakukan adalah wawancara. Wawancara dilakukan dengan petugas perpustakaan untuk mengetahui minat membaca siswa SMP Negeri 01 Puri. Berdasarkan wawancara yang dilakukan diketahui bahwa minat membaca siswa SMP Negeri 01 Puri rendah. Hal tersebut ditandai dengan

55

jumlah pengunjung perpustakaan hanya 50 orang/hari, sedangkan jumlah keseluruhan siswa 697 orang. Sebelumnya, pihak sekolah dan guru mata pelajaran telah melakukan kebijakan untuk meningkatkan minat baca siswa. Kebijakan tersebut dilakukan dengan menambah koleksi buku dan memberi tugas pada siswa dengan memanfaatkan buku-buku di perpustakaan. Namun, hasil dari kebijakan tersebut belum mencapai hasil maksimal. Peningkatan minat baca siswa masih rendah karena jumlah siswa yang membaca di perpustakaan setiap harinya belum mencapai setengah dari jumlah keseluruhan siswa SMP Negeri 01 Puri. Selain wawancara, pada tahap studi pendahuluan juga dilakukan penyebaran angket. Angket tersebut diberikan pada siswa untuk mengetahui minat membaca. Berdasarkankan hasil penyebaran angket dapat diketahui bahwa minat baca siswa masih rendah jika dilihat dari frekuensi membacanya dengan kualifikasi yang telah ditentukan. Berdasarkan angket yang diberikan pada siswa terbukti bahwa dari 25 siswa, yang memiliki minat baca kategori rendah sebesar 96%. Dari jumlah tersebut 48% tidak memiliki minat baca dan 48% memiliki minat baca, tetapi rendah. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa minat baca siswa dikategorikan buruk karena hanya 4% siswa yang memiliki minat baca kategori sedang. Tidak ada siswa yang memiliki minat baca dengan kategori tinggi. Variasi bahan bacaan yang dibaca oleh siswa juga cenderung pada buku sastra atau fiksi saja. Sementara itu, koleksi buku yang terdapat di perpustakaan SMP Negeri 01 Puri bervariasi dan jumlahnya cukup banyak.

56

Selain minat membaca, kegiatan studi pendahuluan juga bertujuan untuk mengetahui kemampuan membaca siswa. Untuk mengetahui kemampuan membaca, peneliti memberikan bahan bacaan berupa cerita rakyat yang berjudul “Si Tanduk Panjang”. Cerita ini diambil dari buku cerita yang berjudul “Cerita Rakyat Nusantara”. Pada tahap awal, siswa diminta untuk membaca dengan waktu 25 menit. Setelah membaca cerita yang diberikan, siswa diminta mengisi jurnal membaca secara individu. Berdasarkan hasil kerja jurnal membaca pada kegiatan studi pendahuluan dapat diketahui kemampuan membaca siswa. Dari hasil kerja siswa dapat diketahui bahwa kemampuan minat baca siswa rendah. Hal tersebut terbukti dari jumlah siswa yang memperoleh kualifikasi sangat baik hanya 3 siswa (12%), siswa yang memperoleh kualifikasi baik sebanyak 5 siswa (20%), siswa yang memperoleh kualifikasi cukup sebanyak 10 siswa (40%). siswa yang memperoleh kualifikasi kurang sebanyak 2 siswa (8%), dan siswa yang memperoleh kualifikasi gagal sebanyak 5 siswa (20%). Selain itu,berdasarkan Tabel 4.1 (terlampir) dapat disimpulkan bahwa siswa yang memperoleh nilai di atas KKM sebanyak 24 %, sedangkan siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM sebanyak 76%. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan membaca siswa perlu dilakukan perbaikan. Untuk memperbaiki hasil minat dan kemampuan membaca yang rendah tersebut perlu diadakan program khusus yang terstruktur dan terencana untuk diikuti oleh siswa guna meningkatkan minat dan kemampuan membaca tersebut. Program yang sesuai adalah program jam baca. Program ini dilaksanakan setelah jam pelajaran sekolah berakhir. Alokasi waktu pelaksanaan program ini yaitu

57

selam 60 menit. Pada pelaksanaannya, siswa akan dibimbing oleh guru. Selain itu, program ini tidak terikat pada nilai sehingga siswa tidak merasa terbebani. Dengan begitu, secara tidak langsung program ini dapat berdampak positif dalam peningkatan hasil minat dan kemampuan membaca.

4.2

Paparan Data dan Temuan Penelitian Siklus 1 Pada bagian ini dipaparkan tentang (a) proses penerapan program jam baca

siklus 1 dalam peningkatan kemampuan membaca, (b) hasil program jam baca siklus 1 dalam meningkatkan minat dan kemampuan membaca, (c) temuan penelitian, dan (d) refleksi dan tindak lanjut.

4.2.1

Proses Penerapan Program Jam Baca dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Tahap praprogram diawali dengan mempersiapkan siswa untuk memulai

program. Pada siklus 1 ini program masih belum dapat berjalan lancar sesuai rencana karena guru harus mengarahkan siswa untuk berkumpul di perpustakaan. Siswa belum dapat dikondisikan dengan baik karena masih ada beberapa siswa yang ke toilet, kantin, atau musala. Keadaan ini mengakibatkan program jam baca tidak dimulai sesuai jadwal. Di perpustakaan, siswa juga belum siap menerima pengarahan dan materi dengan baik. Beberapa siswa masih asyik bermain dengan temannya dan sibuk sendiri. Ada pula siswa yang sibuk berebut tempat duduk dengan temannya. Oleh karena itu, kondisi tersebut menghambat jalannya program jam baca. Pada kegiatan awal program jam baca, guru memberi apersepsi dahulu untuk memancing konsentrasi siswa dan menggali pemahaman siswa. Guru memberikan apersepsi terkait minat membaca siswa di perpustakaan dan

58

pengalaman siswa dalam menulis jurnal membaca, Pada tahap ini siswa sudah cukup aktif menjawab pertanyaan awal dari guru. Selain itu, guru juga memberi pengarahan tentang langkah-langkah dalam penerapan program jam baca. Hal tersebut diberikan agar siswa dapat melaksanakan program sesuai rencana. Pada tahap ini siswa sudah dapat dikendalikan. Beberapa siswa juga tampak serius memperhatikan penjelasan dari guru. Namun, siswa lain kurang serius dan tampak kurang antusias pada materi yang diberikan. Pada kegiatan inti program, guru memberikan materi kepada siswa tentang kompetensi “mengomentari buku cerita yang dibaca”. Materi tersebut terkait tentang konsep dan langkah-langkah dalam menulis identitas buku, ringkasan cerita, komentar serta alasan, dan kutipan bagian yang dikomentari. Pada tahap ini tidak semua siswa tampak serius memperhatikan. Terdapat beberapa siswa yang asyik mengobrol dan bermain sendiri. Selanjutnya, guru meminta siswa memilih buku cerita yang disediakan sesuai keinginannya masing-masing. Buku cerita yang disediakan terdapat beberapa pilihan agar siswa bisa memilih bahan bacaan yang diminatinya. Dalam pemilihan buku tidak ada aturan khusus yang terorganisir sehingga siswa menjadi tidak tertib dalam memilih buku cerita. Siswa cenderung berebut karena takut tidak mendapatkan buku cerita sesuai dengan keinginannya. Namun, hal tersebut menandakan adanya antusiasme siswa untuk segera memulai kegiatan membaca. Pada kegiatan inti, kegiatan juga diisi dengan kegiatan membaca. Waktu yang diberikan untuk kegiatan membaca adalah 25 menit. Kegiatan ini dilakukan dengan baik. Siswa mulai membaca dengan seksama bukunya masing-masing. Meskipun demikian, masih terdapat beberapa siswa yang masih membolak-balik

59

bukunya dan ingin bertukar buku dengan temannya. Hal tersebut diduga karena siswa memperoleh buku yang tidak sesuai dengan minatnya.Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, beberapa siswa merasa tidak nyaman membaca dengan duduk di bangku. Hal tersebut disebabkan mereka saling berdesakan karena ukuran meja yang dikelilingi kecil, sehingga beberapa siswa meminta untuk membaca sambil duduk di lantai karena mereka merasa lebih leluasa. Saat kegiatan membaca, guru mengelilingi ruang perpustakaan untuk membantu siswa menyelesaikan masalah dalam memahami bahan bacaan. Pada proses ini terdapat siswa (x) yang aktif mengajukan pertanyaan saat mengalami kesulitan. Dialog antara siswa dan guru terlihat pada Dialog 4.1 berikut. S: G: S: G:

“Bu, saya mau tanya ini Bu?” “Iya, tanya apa?” “Ibu tahu nggak karang pantai seperti apa?” “Oh, karang pantai itu batu kapur yang mengeras yang ada di pantai, biasanya ukurannya besar.” S: “Hem, iya saya tahu, Bu. Kalau ini artinya apa, Bu?” G: “Scuba ya? Scuba itu alat untuk bernapas di bawah air yang digunakan oleh penyelam.” Dialog 4.1

Selain siswa (x) pada Dialog 4.1, terdapat juga siswa (y) yang mengajukan pertanyaan lain saat menemui kesulitan saat membaca. Dialog tersebut sebagaimana terlihat pada Dialog 4.2 berikut. S: G: S: G:

“Bu, ini saya ada yang tidak paham.” “Mana yang tidak mengerti?” “Ini lho Bu, ada kata-kata saling sir. Apa artinya, Bu?” “Nah, kalau ada kata-kata yang kurang bisa dipahami, lihat konteks ceritanya dulu. Ini bercerita tentang apa?” S : “Ceritanya tentang Putu Sasih yang menolong Ngurah yang terjatuh, Bu. Kemudian mereka saling memandang.” G: “Nah, berarti bercerita tentang seorang lelaki dan perempuan, kemudian mereka saling memandang. Berarti mereka di situ terlibat “saling sir”, yang artinya?” S : “Saling jatuh cinta, Bu?” G: “Iya bagus, tapi lebih tepatnya saling menyukai, atau biasa disebut naksir.” Dialog 4.2

60

Dari kedua dialog tersebut dapat disimpulkan bahwa adanya antusiasme siswa dalam program ini. Siswa berani mengajukan pertanyaaan saat mengalami kesulitan dalam membaca. Siswa tidak malu bertanya tentang arti kata-kata atau istilah sulit yang ditemui dam bahan bacaan. Siswa juga merespon dengan baik pertanyaan balikan yang diberikan untuk mempermudah memahami arti kata tersebut. Hal tersebut membuktikan adanya interaksi positif yang terjadi ketika program jam baca ini berlangsung. Setelah 25 menit waktu yang diberikan untuk membaca habis, siswa diminta untuk mengisi jurnal membaca yang telah diberikan secara individu. Pada kegiatan ini, tidak semua siswa mampu mengerjakan jurnal dengan lancar. Beberapa siswa masih bingung dalam mengerjakannya. Siswa mengalami kesulitan, sehingga mengajukan beberapa pertanyaan. Dialog saat mengisi jurnal membaca merujuk pada Dialog 4.3 berikut. S : “Bu, ini yang ditulis judul bukunya atau judul ceritanya?” G: “Untuk identitas buku, ya yang ditulis judul bukunya.” S : “Terus kalau bagian yang dikomentari ini pilih segi isi sama segi bahasa atau salah satu saja, Bu?” G: “Pilih salah satu saja.” Dialog 4.3

Pada kegiatan selanjutnya, siswa secara acak dipilih maju untuk membacakan komentar dari cerita yang dibaca dan kutipan dari bagian yang dikomentari, sedangkan siswa lain memberikan tanggapan baik persetujuan, penolakan, maupun pertanyaan. Proses pemilihan pada kegiatan ini tidak terdapat metode khusus, guru hanya memanggil nama siswa secara acak dari lembar presensi siswa.

61

Pada kegiatan ini siswa yang terpilih untuk membacakan komentarnya masih enggan untuk maju dan ragu atas jawabannya, terutama para siswi. Jadi, siswa perlu diyakinkan untuk percaya diri dengan jawaban yang dimiliki. Namun, setelah diyakinkan siswa mau maju untuk membacakan komentarnya. Guru kembali secara acak memilih siswa untuk memberikan tanggapan. Siswa yang terpilih dengan terpaksa memberikan komentarnya. Namun, metode ini dianggap kurang efektif untuk digunakan karena belum tampak antusiasme dan ketertarikan siswa pada tahap kegiatan ini. Tahap penutup program merupakan tahap terakhir dalam kegiatan program jam baca. Pada tahap ini, siswa diminta mengungkapkan kesan dan kesulitan siswa saat program jam baca. Siswa aktif mengungkapkan kesannya bahwa mereka senang dengan program tersebut dan ingin dilakukan kembali. Beberapa siswa lain masih bingung mengungkapkan kesulitan yang dialaminya. Terdapat pula siswa yang mengungkapkan bahwa mereka malas untuk membaca karena merasa capek dan lapar. Dialog ungkapan kesan dan kesulitan siswa saat program jam baca terlihat pada Dialog 4.4 berikut. G: “Nah, anak-anak kita tadi sudah melaksanakan program jam baca. Apa yang kalian rasakan setelah melakukan program jam baca tadi?” S: “Ehm, senang Bu bisa membaca bersama-sama di perpustakaan.” G: “Iya bagus, siapa lagi yang ingin mengungkapkan kesannya? Siapa yang berani angkat tangan?” S: “Itu Bu saya sudah capek sama lapar.” G: “Iya, memang program ini dilaksanakan setelah pulang sekolah. Bagaimana kalau minggu depan ada waktu istirahat dulu 15 menit? Jadi kalian bisa ke kantin, ke toilet, dan lain-lain.” S: “Setuju, Bu.” Dialog 4.4

Kegiatan akhir program jam baca ditutup dengan memberikan motivasi tentang manfaat kegiatan membaca dan pentingnya membaca bahan bacaan yang

62

bervariatif.. Siswa tampak antusias dengan motivasi yang diberikan. Berdasarkan hasil program jam baca siklus 1 secara keseluruhan diperoleh data yang dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut. Tabel 4.2 Hasil Observasi Penerapan Program Jam Baca Siklus 1 Kegiatan yang Diamati A. Kegiatan Praprogram 1. Siswa mengambil tempat masingmasing 2.

Kesiapan menerima pengarahan kegiatan oleh guru B. Kegiatan Awal Program 3. Siswa menjawab pertanyaan apersepsi oleh guru 4.

Siswa mendengarkan saat dijelaskan pengarahan guru C. Kegiatan Inti Program 5. Siswa memperhatikan ketika guru menjelaskan materi

6.

Siswa memilih bahan bacaan

7.

Siswa segera membaca bahan bacaan

8.

Siswa mengajukan pertanyaan saat mengalami kesulitan Siswa mengisi jurnal membaca

9.

10. Siswa membacakan komentar beserta alasan 11. Siswa mengemukakan tanggapan terhadap komentar teman 12. Siswa menjawab pertanyaan yang diajukan D. Kegiatan Penutup Program 13. Siswa mengungkapkan kesan dan kesulitan yang dialami 14. Siswa memperhatikan motivasi membaca yang diberikan

Deskripsi Sebagian besar siswa belum menempati tempat duduk di perpustakaan sesuai waktu yang ditentukan Siswa banyak yang belum siap menerima pengarahan, beberapa siswa masih sibuk sendiri. Beberapa siswa aktif menjawab pertanyaan apersepsi, sedangkan siswa lain kurang masih pasif. Siswa cukup memperhatikan pengarahan dengan seksamayang diberikan guru. Saat pemberian materi sebagian besar siswa tampak serius memperhatikan penjelasan, hanya beberapa siswa saja yang tidak begitu serius memperhatikan. Proses pemilihan bahan bacaan berjalan dengan tidak tertib. Siswa saling berdesakan dan berebut buku cerita. Siswa segera membaca buku cerita dengan seksama. Ada beberapa siswa tidak segera membaca dan ingin bertukar buku dengan teman. Siswa aktif mengajukan pertanyaan saat mengalami kesulitan. Siswa mengisi jurnal membaca sesuai arahan yang diberikan oleh guru. Beberapa siswa membacakan komentar dan alasan dengan tepat, tapi siswa masih enggan untuk maju. Rata-rata siswa tidak aktif dan malu mengemukakan tanggapan terhadap komentar teman. Beberapa siswa menjawab pertanyaan dengan benar. Beberapa siswa aktif mengungkapkan kesan, namun siswa masih bingung mengutarakan kesulitan yang dialami. Siswa dengan antusias memperhatikan motivasi yang diberikan oleh guru.

63

4.2.2

Hasil Program Jam Baca dalam Meningkatkan Kemampuan dan Minat Membaca Setelah dilakukan program jam baca diperoleh peningkatan hasil

kemampuan dan minat membaca. Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut.

4.2.2.1 Peningkatan Kemampuan Membaca Untuk mengetahui peningkatan kemampuan membaca siswa, peneliti menggunakan instrumen jurnal membaca yang terdiri beberapa indikator. Indikator tersebut meliputi: (1) kemampuan menulis identitas buku, (2) kemampuan menulis ringkasan bacaan, (3) kemampuan memberikan komentar terhadap bacaan yang disertai dengan alasan, dan (4) kemampuan menulis kutipan dari bagian bacaan yang dikomentari. Indikator-indikator tersebut merupakan aspek yang akan diukur untuk penguasaan kompetensi dasar “mengomentari buku cerita yang dibaca”. Dari hasil kemampuan membaca membaca siswa pada siklus 1, diperoleh temuan yang dapat dilihat pada Tabel 4.3 (terlampir). Berdasarkan hasil jurnal membaca pada Tabel 4.3 dapat disimpulkan bahwa ketuntasan penguasaan kompetensi pada siklus 1 sudah berhasil. Siswa yang sudah mencapai ketuntasan berjumlah 17 orang (68%.) Siswa yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) berjumlah lebih banyak, yaitu 8 orang (32%). Setelah dilakukan tindakan, kemampuan membaca pada siklus 1 mengalami peningkatan. Dari 25 siswa terdapat 2 siswa yang memperoleh nilai 95; 6 siswa memperoleh nilai 90; 1 siswa memperoleh nilai 85; 2 siswa memperoleh nilai 81,5; 4 siswa memperoleh nilai 80; 1 siswa memperoleh nilai 77,5; dan 1 siswa memperoleh nilai 76,5. Terdapat 8 siswa yang memperoleh nilai

64

di bawah KKM. Terdapat 2 siswa memperoleh nilai 72,5; 1 siswa memperoleh nilai 67,5, 1 siswa memperoleh nilai 62,5; 1 siswa memperoleh nilai 57,5; 1 siswa memperoleh nilai 52,5; dan 2 siswa memperoleh nilai 47,5. Berdasarkan hasil analisis, dari empat indikator yang harus dikuasai oleh siswa berkaitan dengan kompetensi dasar “mengomentari buku cerita yang dibaca”, skor terendah yang paling banyak diperoleh siswa yaitu terdapat pada indikator meringkas cerita. Siswa diduga mengalami kesulitan dalam membuat ringkasan, terutama cerita yang memiliki alur kompleks serta tampilan yang panjang. Siswa kurang mampu menyatukan antara awal cerita, inti, dan akhir cerita dengan baik, sehingga banyak terdapat ringkasan yang ditulis siswa hanya pada inti cerita saja. Selain itu, terdapat pula ringkasan yang tidak berurutan jalan ceritanya, sehingga susah untuk dipahami. Selain indikator ringkasan cerita, indikator yang paling banyak memperoleh nilai rendah yaitu indikator menulis kutipan bagian yang dikomentari. Kesalahan tersebut didominasi oleh kesalahan penggunaan EYD atau tidak sesuai dengan aturan pengutipan. Siswa cenderung menulis kutipan dari cerita menggunakan cara mereka sendiri, sehingga banyak tanda baca yang kurang dan kesalahan penggunaan huruf kapital. Selain data skor setiap indikator dan total nilai, dari hasil jurnal membaca diperoleh pula hasil rata-rata kemampuan membaca berdasarkan kualifikasi pada siklus 1 yang merujuk pada Tabel 4.4 berikut.

65

Tabel 4.4 Hasil Kemampuan Membaca Siklus 1 No Kualifikasi 1 Sangat baik 2 Baik 3 Cukup 4 Kurang 5 Gagal Jumlah

Interval 85-100 70-84 55-69 40-54 0-39

Jumlah 9 10 3 3 25

% 36 40 12 12 100

Berdasarkan Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki kualifikasi sangat baik hanya berjumlah 9 (36%) orang. Jumlah terbesar yaitu terdapat pada kualifikasi baik berjumlah 10 (40%) siswa. Pada tingkatan kualifikasi cukup juga terdapat jumlah yaitu 3 (12%) siswa. Pada kualifikasi kurang terdapat 3 (12%) siswa. Akan tetapi, tidak terdapat siswa yang memperoleh kualifikasi gagal. Setiap hasil kerja jurnal membaca memiliki kualifikasi yang berbeda. Hal tersebut disebabkan oleh kesulitan yang dialami setiap siswa bervariasi. Dari hasil jurnal membaca siklus 1 terdapat kualifikasi sangat baik (SB), baik (B), cukup (C), dan kurang (K). Pada program siklus 1 tidak terdapat hasil jurnal membaca yang memiliki kualifikasi gagal (G). Contoh jurnal membaca yang memiliki kualifikasi sangat baik (SB) merujuk pada Gambar 4.1. Jurnal membaca hasil kerja siswa yang asli dapat dilihat pada lampiran. Jurnal pada Gambar 4.1 memiliki termasuk pada kualifikasi sangat baik (SB). Pada indikator identitas buku, data yang disebutkan oleh siswa Mohammad sudah lengkap yaitu judul buku, pengarang, kota penerbit, nama penerbit, dan tahun penerbitan. Ringkasan yang ditulis siswa juga memenuhi kriteria kelengkapan. Cerita yang diringkas tersebut terdapat awal, inti, dan akhir cerita. Akan tetapi, penggunaan EYD belum tepat. Terdapat kesalahan yaitu penggunaan

66

huruf kapital di tengah kalimat, awalan yang yang dipisah, dan penulisan kata yang disingkat. Nama Kelas

: Mohammad Fahruddin Zuhri : VII E

Identitas buku : Judul Buku : Menembus Belantara Ujung Kulon Pengarang : T. Bachtiar Tahun Penerbit : 1982 Kota Penerbit : Bandung Penerbit : Gema cahaya Ringkasan Cerita : Pada suatu hari Nesi, Deri, Giri dan pak Kopral Berangkat ke Pulau Peucang Di antar oleh Pak Usup dan Pak wawan. Alasan mereka ke pulau peucang adalah mereka akan melihat pesona karang pantai atau Fringing reef yg tumbuh pada pantai keras terlihat sangat menakjubkan mereka kesana hanya untuk melihat-lihat pesona pantai keras. Mereka semua menyelam dan mereka semua memakai scuba. Nesi turut membantu dan mendokumentasikannya dalam foto. Karangnya ada yang seperti berjuta jari yang melambailambai ada yg seperti kue bintang , seperti landak, seperti kaktus dan seperti ular. Mereka pun keluar dari air dan pulang dengan bahagia. Komentar : Saya sangat suka dengan Tokoh utamanya karena sangat ramah dan ingin mendapat wawasan baru dari daerah lain. Kutipan bagian yang dikomentari : “Sambil menunggu kami menyelam, Giri dan Pak Kopral di tugasi untuk mengukur suhu air laut di tempat kami menyelam”

Gambar 4.1 Contoh Jurnal Membaca dengan Kualifikasi Sangat Baik (SB)

Hasil kerja siswa pada indikator menulis komentar dan alasan sudah tepat. Kalimat komentar yang ditulis sudah tepat dan jelas, serta alasan yang diberikan sesuai dengan komentar tersebut. Begitu pula pada indikator kutipan bagian yang dikomentari, kutipan yang ditulis sudah bersangkutan dengan komentar yang diberikan. Akan tetapi, kesalahan terjadi pada penulisan kutipan. Penulisan tidak sesuai pada teks. Berdasarkan data tersebut maka dapat disimpulkan bahwa siswa dengan kualifikasi sangat baik (SB) sudah mampu menguasai kompetensi “mengomentari buku cerita yang dibaca”, tetapi kesalahan masih banyak terjadi pada penggunaan EYD. Selain contoh jurnal membaca dengan kualifikasi SB,

67

terdapat pula jurnal membaca yang termasuk pada kualifikasi baik. Contoh jurnal membaca dengan kualifikasi baik dapat dilihat pada Gambar 4.2. Nama Kelas

: Nabilla Nanda K. P. : VII E

Identitas Buku : Judul buku : Si Dul Anak Jakarta Pengarang : Aman Dt. Madjoindo Penerbit : Balai Pustaka Kota Penerbit : Jakarta

Tahun Penerbitan : 2001

Ringkasan Cerita : Pada suatu hari Si Dul menggembala kambing milik engkongnya (engkong Salim) di hutan. “Ah, jangan nanti lepas, die lari ke jalan kereta api, dan kegiling,” kata engkong Salim. Akibat tidak mendengarkan apa yg dikatakan engkongnya, Si Dul membantah dan tetap menggembala kambing milik engkongnya sehingga kambing itu lari dengan kencang Si Dul terkejut dan karena kuatnya kambing itu berlari membuat leher Si Dul terlilit. Komentar dan alasan : Sebaiknya Si Dul tidak memperlakukan kambing (hewan) dengan kasar. Kutipan bagian yang dikomentari : “Nah ini, Lu rasain!” Lalu dipukulnya dengan kayu berulang-ulang.

Gambar 4.2 Contoh Jurnal Membaca dengan Kualifikasi Baik (B)

Berdasarkan hasil jurnal membaca pada Gambar 4.2 jika dibandingkan dengan jurnal membaca berkategori sangat baik, maka kekurangan bukan pada identitas buku karena data identitas yang ditulis sudah memenuhi kelengkapan. Namun, kesulitan yang dialami siswa yaitu terdapat pada indikator ringkasan cerita. Ringkasan tersebut disampaikan secara tidak lengkap. Cerita belum selesai pada akhir cerita. Siswa Nabilla diduga masih mengalami kesulitan dalam membuat ringkasan secara utuh dan kebingungan dalam menyampaikannya, sehingga siswa hanya menyelesaikan ringkasannya hanya hingga inti cerita. Akan tetapi, EYD yang digunakan siswa sudah tepat. Indikator yang penting dalam jurnal membaca ini adalah komentar siswa. Komentar yang diberikan siswa Nabilla sudah bagus. Kalimat komentar berupa

68

saran. Hal ini menunjukkan siswa dapat berpikir kritis dengan memberikan saran berdasarkan masalah yang terdapat pada bacaan. Akan tetapi, komentar tersebut tidak dilengkapi dengan alasan. Pada bagian kutipan, siswa tersebut dapat menuliskan kutipan yang bersangkutan dengan komentarnya. Penggunaan EYD juga sudah tepat sesuai dengan aturan. Contoh pada Gambar 4.3 adalah jurnal membaca dengan kategori cukup (C) untuk membandingkan hasil kerja siswa dengan jurnal membaca sebelumnya. Nama Kelas

: M. Diki Andriansyah : VII E

Identitas buku : Judul : M. Yudhistira Pengarang : Cerita rakyat Jawa barat Penerbit : mitra cendekia Kota penerbit : Surabaya tahun : 2001 Ringkasan cerita : Pada jaman dahulu, ada sepasang suami istri di daerah tasikmalaya. Pada suatu hari mereka menemukan seekor harimau kecil. Dan suatu hari harimau itu dididik dan diperlakukan seperti keluarga sendiri. Harimau itu tumbuh menjadi besar, ia sangat cerdas & tangkas. Dan ia diberi nama si loreng, ketika lahir anak laki-laki yg sehat dan menyenangkan yg ditunggu sejak lama. Komentar dan alasan : Alasan : si loreng yg tingkah lakunya gag kayak biasanya dan akhirnya dibunuh. Komentar : saya tidak suka tingkah laku si loreng yang aneh. Kutipan bagian yang dikomentari : Kutipan : suami istri yg bahagia. Dikomentari : karena tingkah laku si loreng yg aneh akhirnya dibunuh.

Gambar 4.3 Contoh Jurnal Membaca dengan Kualifikasi Cukup (C)

Berdasarkan hasil jurnal membaca pada Gambar 4.3 dengan kualifikasi cukup (C) dapat disimpulkan bahwa siswa telah mampu menulis identitas buku dengan lengkap. Namun, siswa tampak masih kesulitan membuat ringkasan cerita. Selain tidak lengkap, ringkasan tersebut juga tidak berurutan sehingga susah untuk dipahami. Pada penggunaan EYD, siswa juga cenderung menyingkat kata, menggunakan simbol, dan salah dalam menggunakan huruf kapital.

69

Pada indikator komentar dan alasan serta kutipan bagian yang dikomentari, siswa juga belum mampu dikuasai dengan baik. Kalimat komentar yang diberikan siswa sudah baik, tetapi alasan yang diberikan tidak berkaitan dengan komentar. Siswa masih kesulitan memberikan alasan yang tepat sesuai dengan komentarnya. Begitu pula dengan indikator kutipan bagian yang dikomentari, kutipan yang dituliskan tidak berkaitan dengan komentar yang diberikan. Berdasarkan hasil pengamatan pada jurnal tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa masih kesulitan dalam menulis ringkasan cerita, alasan yang sesuai komentar, dan pemilihan kutipan yang berkaitan dengan komentar. Gambar 4.4 berikut ini merupakan contoh jurnal membaca dengan kualifikasi kurang (K) untuk membandingkan jurnal membaca dengan kualifikasi sebelumnya. Nama Nama Kelas Kelas

:: Yulindra Yulindra Tri Tri Setya Setya Reni Reni :: VII VII E E

Identitas Identitas buku buku :: Judul :: Sampah Judul buku buku Sampah bulan bulan desember desember Nama Nama Pengarang Pengarang :: hamsad hamsad rangkuti rangkuti Penerbit :: Balai Penerbit Balai Pustaka Pustaka

kota kota penerbit penerbit :: Jakarta Jakarta tahun tahun penerbit penerbit :: 2001 2001

Ringkasan Ringkasan cerita cerita :: Tersiar Tersiar kabar kabar seorang seorang kaya kaya dengan dengan mobil mobil mercy mercy menbrak menbrak dinding dinding jembata jembata dan dan masuk masuk mencebur ke kali. Air sungai tengah banjir. Bulan desember adalah musim mencebur ke kali. Air sungai tengah banjir. Bulan desember adalah musim penghujan. penghujan. Sampah yang hanyut sangkut di buntut mercy Sampah yang hanyut dibawa dibawa air air bah, bah, sangkut di buntut mercy itu. itu. di di saat saat itu itu menyembul menyembul regu regu penolong berterjun ke penolong tidak penolong berterjun ke dalam dalam air. air. Orang Orang kaya kaya itu itu telah telah mati. mati. Regu Regu penolong tidak menghiraukan menghiraukan barang** barang** berharga berharga itu. itu. mereka mereka hanya hanya menyelamatkan menyelamatkan orang orang kaya kaya itu, itu, keluarganya, anak**nya. Dia Dia bersama istrinya mati mati seketika, seketika, jantung jantung mereka mereka tidak tidak kuat kuat keluarganya, anak**nya. bersama istrinya karena kaget, // terlalu terlalu lama lama tidak tidak menghirup menghirup udara. udara. Berita Berita itu itu hinggap hinggap di di telinga Tugimin karena kaget, telinga Tugimin Komentar Komentar dan dan alasan alasan :: Temanya sangat menjijikan karena ada bangkai** yang yang tidak tidak layak layak untuk untuk dilihat dilihat Temanya sangat menjijikan karena ada bangkai** Kutipan Kutipan bagian bagian yang yang dikomentari dikomentari :: Dia melihat kotoran hanyut. dia melihat celana Dia melihat kotoran manusia manusia hanyut. dia melihat celana dalam dalam wanita wanita hanyut. hanyut. balon** balon** tidak tidak berudara, berudara, popok popok bayi, bayi, bekas bekas pembalut pembalut wanita, wanita, sandal sandal jepit, jepit, sepatu sepatu tentara, tentara, peci peci lusuh, lusuh, potongan kemasan potongan karcis, karcis, putung** putung** rokok, rokok, kaleng**, kaleng**, kantong kantong semen, semen, goni goni kardus** kardus** bekas bekas kemasan alat alat elektronik, elektronik, Sampah Sampah pohon, pohon, Dahan Dahan patah, patah, papan papan peti peti sabun, sabun, Bangkai Bangkai Tikus, Tikus, Bangkai Bangkai Anjing, Anjing, Bangkai Bangkai ayam, ayam, bangkai bangkai kucing, kucing, pelepah pelepah pisang, pisang, Dan Dan lembaran lembaran uang uang sepuluh sepuluh ribu ribu rupiah. rupiah.

Gambar 4.4 Contoh Jurnal Membaca dengan Kualifikasi Kurang (K)

70

Berdasarkan pengamatan jurnal pada Gambar 4.4, kesulitan siswa tidak pada indikator menulis identitas buku, melainkan pada indikator menulis ringkasan cerita. Ringkasan yang ditulis siswa selain tidak lengkap, juga banyak terdapat kesalahan penggunaan EYD. Ringkasan tersebut belum sampai pada akhir cerita, sehingga susah dipahami isi cerita. Selain itu, siswa cenderung menggunakan simbol untuk kata ulang dan tidak menggunakan huruf kapital untuk merek sebuah mobil. Kesalahan juga terdapat pada penentuan bagian yang dikomentari. Siswa menulis tema yang akan dikomentari, tetapi sebenarnya bagian yang sesuai dengan alasan yang disebutkan adalah latar cerita. Oleh karena itu, maka kutipan yang diberikan juga tidak sesuai dengan komentar siswa. Sama halnya dengan penggunaan EYD pada ringkasan cerita, siswa juga sering menggunakan simbol untuk kata ulang. Berdasarkan hasil pengamatan jurnal membaca dari seluruh kualifikasi maka dapat disimpulkan bahwa kesulitan yang banyak dialami siswa yaitu pada bagian membuat ringkasan secara lengkap yang berisikan awal, inti, dan akhir cerita. Siswa juga kesulitan dalam memberikan alasan yang sesuai dengan komentar. Selain itu, kesalahan yang juga banyak ditemui adalah penggunaan EYD pada ringkasan cerita dan kutipan bagian yang dikomentari. Dari hasil tersebut maka diperlukan adanya tindak lanjut pada siklus selanjutnya.

4.2.2.2 Peningkatan Minat Membaca Berdasarkan hasil angket dan wawancara pada studi pendahuluan, minat membaca siswa sangat rendah. Semua siswa menyatakan bahwa mereka suka membaca. Namun, frekuensi membaca mereka masih sangat rendah. Bahan

71

bacaan yang dibaca juga tidak variatif. Hal tersebut disebabkan oleh kurang adanya motivasi yang diberikan oleh guru bahasa Indonesia. Siswa belum sadar akan pentingnya frekuensi membaca yang tinggi dan bahan bacaan yang bervariasi. Oleh karena itu, pada siklus 1 guru memberikan motivasi untuk meningkatkan minat membaca siswa. Data peningkatan minat membaca pada siklus 1 diperoleh dengan menggunakan instrumen angket yang diberikan pada siswa pada pertemuan siklus 2. Hal tersebut karena hasil tindak lanjut dari siklus 1 baru dapat diketahui 1 minggu setelah pertemuan pada siklus 1. Hasil minat membaca siswa diukur dari aspek frekuensi membaca siswa dan variasi bahan bacaan yang dibaca dalam waktu 1 minggu. Frekuensi membaca siswa diklasifikasikan berdasarkan kategori khusus yang telah ditentukan oleh peneliti sesuai pada Tabel 3.1. Berdasarkan hasil dari angket yang diberikan pada siswa maka diperoleh temuan peningkatan minat membaca. Berdasarkan hasil angket tersebut dapat disimpulkan bahwa minat membaca siswa masih rendah. Siswa yang memiliki kategori membaca rendah berjumlah 22 (88%) orang, sedangkan jumlah kategori sedang hanya berjumlah 3 (12%) siswa. Namun, minat membaca siswa sudah mengalami peningkatan dari hasil studi pendahuluan meskipun peningkatannya tidak terlalu besar. Pada hasil studi pendahuluan, frekuensi kunjungan siswa ke perpustakaan masih sangat rendah. Begitu pula jumlah prosentase siswa yang tidak memiliki minat baca, jumlahnya cukup besar. Setelah tindakan siklus 1, tidak terdapat siswa yang tidak memiliki minat membaca di perpustakaan. Dari data tersebut minat membaca siswa pada siklus 1 dapat dilihat pada Gambar 4.5 berikut.

72

88% 90% 80% 70% 60% 50%

Siklus 1

40% 30% 12%

20%

0%

10% 0% Rendah

Sedang

Tinggi

Gambar 4.5 Diagram Frekuensi Membaca Siklus 1

Selain frekuensi membaca, variasi bahan bacaan juga diamati dari tindakan siklus 1. Variasi bahan bacaan yang dibaca oleh siswa belum mengalami peningkatan. Dari 25 siswa, hanya terdapat 1 siswa yang mengalami peningkatan variasi minat baca dari koran/majalah menjadi buku sastra. Bahan bacaan 24 siswa yang lain masih cenderung sesuai minat masing-masing saja. Sebagian besar siswa lebih senang membaca buku satra/fiksi dibandingkan buku pelajaran dan pengetahuan. Hanya terdapat 4 siswa yang cenderung membaca buku pengetahuan dan 3 siswa membaca koran atau majalah. Data tersebut sebagaimana terlihat pada Tabel 4.5 berikut. Tabel 4.5 Minat Baca Siswa pada Siklus 1 No. 1. 2. 3.

Variasi Bacaan 3 2 1

Jumlah Siswa 1 24

Frekuensi Membaca Tinggi Sedang Rendah

Jumlah Siswa 3 22

Faktor yang menjadi penyebab belum adanya peningkatan minat membaca, baik dari segi frekuensi membaca maupun variasi bahan bacaan yaitu kurangnya kesadaran siswa tentang manfaat dari membaca. Siswa juga belum

73

menyadari bahwa pengetahuan dan wawasan dapat dari berbagai jenis bacaan. Oleh karena itu, untuk meningkatkan minat membaca siswa perlu adanya tindak lanjut pada siklus selanjutnya dengan memberikan motivasi tentang manfaat membaca yang lebih menarik minat siswa.

4.2.3

Temuan Penelitian Berdasarkan hasil paparan data dirangkum temuan sebagai berikut.

a. Temuan Penelitian Proses Penerapan Program Jam Baca Berikut ini merupakan paparan temuan proses penerapan program jam baca siklus 1 yang terdiri atas empat tahap, yaitu (1) tahap praprogram, (2) tahap awal program, (3) tahap inti program, dan (4) tahap penutup program. 1) Pada tahap praprogram, siswa diminta untuk menempati tempat duduk yang telah disediakan di ruang perpustakaan untuk menerima pengarahan langkahlangkah pelaksanaan kegiatan program jam baca oleh guru. Namun, kesiapan siswa dalam mengikuti program jam baca masih kurang. Hal tersebut dikarenakan setelah berakhirnya jam pelajaran sekolah siswa masih harus beristirahat seperti ke kantin dan toilet. Selain itu, beberapa siswa izin melaksanakan ibadah terlebih dahulu. Dengan begitu, jam pelaksanaan program jam baca tidak sesuai dengan yang direncanakan. 2) Pada tahap awal program siswa dan guru melakukan apersepsi terkait minat membaca siswa di perpustakaan dan pengalaman menulis jurnal membaca. Selain itu, guru juga memberikan pengarahan tentang langkah-langkah pelaksanaan program agar siswa dapat melaksanakannya dengan teratur. Pada tahap ini, siswa sudah mulai aktif menjawab pertanyaan apersepsi meskipun jumlahnya tidak terlalu banyak. Akan tetapi, terdapat beberapa siswa yang

74

masih asyik sendiri dan berbicara dengan temannya. Siswa juga mendengarkan pengarahan yang diberikan oleh guru dengan seksama. 3) Pada tahap pelaksanaan inti program, guru memberikan materi tentang kompetensi “mengomentari buku cerita yang dibaca”. Materi yang diberikan yaitu konsep dan langkah-langkah menuliskan identitas buku, ringkasan cerita, komentar dan alasan, serta kutipan begian yang dikomentari. Ketika pemberian materi, siswa sudah mampu memperhatikan penjelasan materi dengan baik dan tampak serius. Kemudian, guru meminta semua siswa memilih bahan bacaan sesuai minat. Proses pemilihan tidak terorganisasi khusus sehingga suasana tidak dapat terkondisikan dengan baik dan tampak saling berebut. Selanjutnya, siswa diminta langsung membaca buku pilihan masing-masing dan mengerjakan jurnal membaca. Keaktifan siswa sudah mulai ditunjukkan dengan adanya interaksi positif. Siswa sudah berani mengajukan pertanyaan jika menemui kesulitan, baik kesulitan dalam memahami kata-kata sulit maupun kesulitan dalam mengerjakan jurnal baca. Namun, terdapat beberapa siswa tidak nyaman membaca di bangku karena merasa kurang nyaman akibat meja yang dikelilingi siswa terlalu kecil. Pada tahap selanjutnya, pembacaan hasil kerja jurnal baca berupa komentar siswa, guru meminta siswa maju untuk membacakan jurnal membacanya. Proses pemilihan siswa dilakukan secara acak sehingga siswa cenderung masih raguragu dan tidak percaya diri untuk maju. Begitu pula dengan tahap pemberian tanggapan, jumlah siswa yang memberikan tanggapan sangat minim. 4) Pada tahap terakhir, penutup program, guru meminta siswa menceritakan kesan dan kesulitannya dalam mengikuti program jam baca. Siswa aktif

75

mengutarakan kesannya terhadap pelaksanaan program jam baca. Siswa merasa senang dengan adanya program tersebut dan ingin diadakan kembali. Namun, siswa masih bingung menyampaikan kesulitan yang dialami. Pada kegiatan terakhir, memberikan motivasi terkait manfaat membaca dan pentingnya membaca bahan bacaan yang bervariatif untuk meningkatkan minat membaca siswa.

b. Temuan Penelitian Hasil Peningkatan Kemampuan Membaca Dari penerapan program jam baca siklus 1 diperoleh temuan data peningkatan kemampuan membaca sebagai berikut. 1) Pada indikator menulis identitas buku siswa sudah mampu menguasai dengan baik. Identitas yang ditulis oleh siswa sudah lengkap sesuai identitas buku cerita yang dibaca masing-masing siswa. 2) Pada jurnal membaca, sebagian besar siswa sudah mampu memberikan komentar dengan alasan yang sesuai. Hanya terdapat beberapa siswa yang belum mampu memberikan komentar dengan benar. Siswa tersebut biasanya masih sulit menuliskan kalimat komentar yang sesuai. 3) Pada kutipan yang ditulis siswa didominasi oleh kesalahan yang terdapat pada penulisan EYD. Kesalahan tersebut biasanya terdapat pada kurangnya tanda baca dan penggunaan huruf kapital. Selain itu, kesalahan pada bagian kutipan dari komentar yaitu kesesuaian antara kutipan dengan komentar yang diberikan. Beberapa siswa mampu memberikan komentar dengan tepat, namun masih bingung menentukan kutipan yang mendukung komentar yang diberikan.

76

4) Kesalahan terbanyak terdapat pada hasil kerja jurnal membaca, siswa masih mengalami kesulitan membuat ringkasan cerita yang dibaca. Siswa masih cenderung meringkas cerita dengan tidak memperhatikan kelengkapan cerita. Ringkasan cerita yang dibuat biasanya hanya sampai bagian tengah cerita. Selain itu, EYD pada ringkasan masih tidak sesuai aturan. Siswa juga cenderung sering menggunakan singkatan dan menggunakan simbol-simbol untuk mempermudah penulisan. 5) Peningkatan terjadi dari hasil pada studi pendahuluan. Pada siklus 1 siswa yang memperoleh nilai dengan kualifikasi sangat baik dari 3 siswa (12%) bertambah menjadi 9 siswa (36%), siswa yang memperoleh nilai dengan kualifikasi baik dari 5 siswa (20%) bertambah menjadi 10 siswa (40%), siswa yang memperoleh nilai dengan kualifikasi cukup dari 10 siswa (40%) berkurang menjadi 3 siswa (12%), siswa yang memperoleh nilai dengan kualifikasi kurang dari 2 siswa (8%) bertambah menjadi 3 siswa (12%), dan siswa dengan kualifikasi gagal berkurang total dari 5 siswa (20%). c. Temuan Penelitian Hasil Peningkatan Minat Membaca Dari penerapan program jam baca siklus 1 diperoleh temuan data peningkatan minat membaca sebagai berikut. 1) Pada siklus 1, frekuensi membaca masih rendah. Hal tersebut terlihat dari data yang diperoleh dari hasil tindakan yaitu terdapat 22 siswa (88% ) dengan kualifikasi rendah, 3 siswa (12%) dengan kualifikasi sedang, dan tidak terdapat siswa yang memiliki frekuensi membaca dengan kualifikasi tinggi. 2) Jika ditinjau dari variasi bahan bacaan, pada siklus 1 terdapat 24 siswa yang memiliki 1 variasi bahan bacaan, hanya 1 siswa yang memiliki 2 variasi

77

bahan bacaan, dan tidak terdapat siswa yang memiliki 3 variasi bahan bacaan. Siswa masih cenderung membaca buku fiksi, dibandingkan dengan buku pengetahuan, buku pelajaran, dan koran/majalah. Siswa belum memiliki motivasi untuk menambah wawasan dengan membaca buku dengan variasi lain. Hal tersebut diduga karena buku fiksi merupakan buku yang ringan dan mudah untuk dipahami dibandingkan buku jenis lain, sehingga siswa cenderung memilih buku fiksi.

4.2.4 Refleksi dan Tindak Lanjut Refleksi dilakukan untuk upaya perbaikan pada siklus berikutnya. Berdasarkan paparan data proses dan hasil penerapan program jam baca terdapat beberapa catatan penting untuk ditindaklanjuti pada siklus berikutnya. Refleksi pada siklus 1 dijabarkan sebagai berikut. 1) Pelaksanaan program belum berjalan tepat waktu sesuai yang telah direncanakan karena siswa masih harus beribadah dan istirahat seperti ke kantin atau toilet. Hal tersebut terjadi karena siswa belum diberikan waktu untuk istirahat setelah jam pelajaran sekolah berakhir. 2) Pengelolaan siswa pada tahap pemilihan bahan bacaan tidak berjalan dengan baik. Siswa saling berdesakan dan berebut bahan bacaan yang telah disediakan. Hal tersebut terjadi karena kurang koordinasi dalam urutan pemilihan bahan bacaan. Semua siswa maju untuk memilih bahan bacaan tanpa adanya aturan khusus. 3) Pada tahap pembacaan hasil komentar siswa pada siklus ini, siswa kurang percaya diri dalam membacakan komentarnya. Model pemilihan siswa secara acak juga mengakibatkan siswa dengan terpaksa membacakan hasilnya.

78

4) Pada hasil pengisian jurnal membaca siswa masih terdapat banyak kesalahan. Kesalahan yang ditemui sebagian besar pada indikator menulis ringkasan cerita. Hal tersebut terjadi karena belum adanya latihan untuk melatih kemampuan siswa sebelumnya. 5) Selain indikator menulis ringkasan cerita, kesalahan juga banyak ditemui pada indikator menulis kutipan yang mendukung komentar. Kesalahan EYD banyak ditemui pada kutipan yang ditulis. 6) Pada hasil minat membaca siswa diketahui bahwa frekuensi membaca siswa masih rendah. Jumlah siswa yang memiliki frekuensi membaca sedang hanya sedikit. Selain itu, variasi membaca siswa juga masih didominasi oleh buku fiksi/sastra. Berdasarkan paparan di atas perlu adanya tindak lanjut untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan yang terjadi, baik dari segi proses penerapan program jam baca, maupun hasil minat dan kemampuan membaca. Beberapa tindak lanjut yang dilakukan sebagai rancangan kegiatan siklus 2 adalah sebagai berikut. 1) Penjadwalan waktu program jam baca pada siklus selanjutnya mengalami perubahan untuk memberikan waktu siswa melaksanakan ibadah dan beristirahat. Atas dasar tersebut perubahan jadwal dilakukan agar pelaksanaan program jam baca tidak terganggu, serta durasi pelaksanaan menjadi tidak berkurang. Program dimulai 15 menit setelah jam pelajaran sekolah berakhir. (Refleksi poin 1) 2) Ketidakteraturan pemilihan bahan bacaan dapat disiasati dengan pengondisian siswa dengan lebih terprogram, misalnya pemilihan bahan bacaan bergantian berdasarkan deretan bangku. (Refleksi poin 2)

79

3) Guru menerapkan metode talking stik. Metode ini dirasa lebih menyenangkan dan membuat siswa tidak enggan dalam membacakan hasil kerjanya. (Refleksi poin 3) 4) Guru memberikan latihan sebelum memulai kegiatan membaca untuk menindaklanjuti banyaknya kesalahan penulisan ringkasan cerita. Pada latihan tersebut siswa akan diberikan bacaan. Selanjutnya, secara bersamasama siswa akan membuat ringkasan dari cerita tersebut. (Refleksi poin 4) 5) Guru akan kembali menjelaskan contoh penentuan dan penulisan kutipan yang benar dan sesuai dengan komentar yang diberikan. Siswa akan dilatih dahulu untuk menentukan dan menuliskan kutipan yang benar. (Refleksi poin 5) 6) Guru akan memberikan motivasi lain untuk tentang contoh tokoh penting dan sukses di Indonesia yang memiliki hobi membaca. (Refleksi poin 6)

4.3

Paparan Data dan Temuan Penelitian Siklus 2 Pada bagian ini akan dipaparkan (a) proses penerapan program jam baca

siklus 2 dalam peningkatan kemampuan membaca, (b) hasil program jam baca siklus 2 dalam meningkatkan minat dan kemampuan membaca, (c) temuan penelitian, dan (d) refleksi dan tindak lanjut.

4.3.1 Proses Penerapan Program Jam Baca dalam Peningkatan Kemampuan dan Minat Membaca Pada kegiatan praprogram terjadi peningkatan antusiasme siswa. Hal tersebut dilihat dari kesiapan siswa mengikuti program jam baca. Siswa lebih bersemangat dibandingkan dengan siklus 1. Siswa sudah tidak perlu didatangi di kelas untuk berkumpul di perpustakaan seperti pada siklus sebelumnya. Mereka

80

sudah datang sesuai jadwal yang ditentukan. Beberapa siswa datang langsung ke perpustakaan seusai jam pelajaran sekolah berakhir dan menempati tempat duduk masing-masing. Terdapat pula beberapa siswa yang masih izin untuk beribadah dahulu, dan lainnya ke kantin serta toilet. Namun, hal tersebut tidak mengganggu jadwal pelaksanaan program. Pada tahap praprogram siswa lebih kondusif dibandingkan dengan pertemuan sebelumnya. Siswa sudah mampu menempati tempat duduk masingmasing di perpustakaan dan siap menerima pengarahan tentang program jam baca. Jumlah siswa yang masih asyik bermain dan mengobrol dengan temannya sudah berkurang. Kegiatan awal program dimulai dengan pemberian apersepsi dan pengarahan oleh guru. Kegiatan apersepsi ini bertujuan untuk memancing konsentrasi dan konsep pemahaman siswa untuk terfokus pada program jam baca dan kompetensi yang ingin dicapai. Apersepsi yang diberikan dengan menanyakan perubahan minat membaca siswa setelah diadakan program jam baca dan mengingatkan kompetensi “mengomentari buku cerita yang dibaca”. Pada kegiatan ini siswa lebih aktif dibandingkan siklus 1. Hal tersebut dikarenakan siswa sudah memiliki modal pemahaman tentang kompetensi “mengomentari buku cerita yang dibaca” dari pertemuan sebelumnya. Selain apersepsi, pada kegiatan ini siswa juga diberikan pengarahan tentang adanya perubahan langkah pelaksanaan program jam baca. Hal ini bertujuan agar siswa dapat mengikuti langkah-langkah yang telah ditentukan dengan tertib. Setelah tahap awal program, kegiatan dilanjutkan pada tahap inti program. Pada tahap ini, guru memberikan materi sebagai pemantapan pemahaman siswa,

81

serta memperbaiki kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus 1. Pemberian materi pada siklus 2 ini tidak seperti pada siklus sebelumnya. Pada pertemuan kali ini siswa diberi pelatihan (drill) untuk meningkatkan kemampuan siswa. Siswa diberikan cerita yang berjudul “Legenda Batu Menangis”. Siswa diminta membaca teks, kemudian dilanjutkan dengan membahas jawaban yang sesuai bersama-sama dengan guru. Namun, sebelum guru memberikan jawaban yang tepat siswa dipancing untuk memberikan jawaban menurut mereka yang benar. Latihan tersebut meliputi menentukan identitas buku, menulis ringkasan, memberikan komentar, dan menentukan kutipan sesuai komentar yang diberikan. Akan tetapi, latihan ini difokuskan pada indikator ringkasan cerita dan menuliskan kutipan bagian yang dikomentari. Hal tersebut disebabkan oleh hasil kerja siswa masih banyak mengalami kesalahan di bagian penulisan ringkasan dan kutipan cerita yang dikomentari. Pada tahap selanjutnya siswa diminta memilih bahan bacaan. Situasi sudah berjalan tenang dan tertib. Hal tersebut terjadi karena adanya perubahan metode yaitu dengan penggiliran sesuai barisan tempat duduk. Siswa secara bergantian maju berdasarkan deretan tempat duduk masing-masing untuk memilih bahan bacaan yang diinginkan. Selesai memilih bahan bacaan masing-masing siswa kembali menempati tempat duduknya. Namun, terdapat beberapa siswa yang diperbolehkan membaca di lantai agar lebih leluasa sesuai keinginannya. Selama proses mebaca, guru berkeliling untuk mengawasi siswa dan membantu jika ada siswa yang mengalami kesulitan. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, siswa mulai merasa nyaman dengan suasana dan posisi mereka masing-masing pada siklus ini, sehingga proses

82

membaca siswa lebih cepat dimulai dibandingkan dengan siklus sebelumnya. Namun, saat proses membaca siswa masih menemui kesulitan. Kesulitan tersebut berasal dari kata-kata atau istilah sulit pada bahan bacaan yang mereka temui. Dialog pertanyaan dari siswa tampak pada Dialog 4.5. Berdasarkan Dialog 4.5 dapat disimpulkan bahwa interaksi aktif kembali terjadi pada kegiatan di siklus 2. Siswa berani mengajukan pertanyaan saat menemui kesulitan tanpa memendam rasa ketidaktahuannya. S1: G: S1: G:

S1: G: S1: S2: G:

“Bu, saya mau tanya.” “Iya, tanya apa?” “Artinya fantasi itu apa, Bu?” “Fantasi itu khayalan atau sesuatu yang hanya di angan-angan. Begini, apa kamu pernah membayangkan nanti jika besar kamu akan menjadi dokter?” “Oh, pernah Bu, tapi saya membayangkan menjadi tentara.” “Ya seperti itu, nah itu yang disebut dengan fantasi.” “Iya, saya mengerti Bu sekarang.” “Oh berarti dunia fantasi itu dunia khayalan ya, Bu?” “Iya, permainan-permainan yang ada di sana berasal dari khayalan anak-anak, makanya permainannya bermacammacam.”

Dialog 4.5

Selain Dialog 4.5, pada siklus ini terdapat pula dialog interakasi siswa dengan siswa lain yang juga mengalami kesulitan pemahaman saat proses membaca. Adapun dialog tersebut terlihat pada Dialog 4.6 berikut. S1: S2 : G: S2: G: S1:

Bu, kombong itu apa, Bu? Oalah, aku tahu itu. Iya, coba apa artinya? Kombong ‘kan bahasa jawa, Bu artinya kandang ya? Iya, bagus. Kombong itu kandang. Oh, terima kasih Bu.

Dialog 4.6

Dialog 4.6 menandakan adanya interaksi positif sesama siswa dalam memecahkan masalah. Siswa lain mampu mengutarakan pendapatnya tentang pengertian kata sulit yang ditemui oleh temannya. Berdasarkan dialog tersebut

83

dapat disimpulkan adanya interaksi sesama teman dapat membantu proses membaca siswa dalam memahami bahan bacaan. Pada tahap berikutnya, kegiatan diisi dengan kegiatan mengisi jurnal membaca. Berdasarkan pengamatan peneliti pada tahap ini siswa sudah tidak banyak menemui kesulitan dalam mengerjakan. Hanya terdapat beberapa siswa yang menemui kesulitan. Namun, siswa-siswa tersebut adalah siswa yang cenderung tidak memperhatikan saat diberi pengarahan dan materi. Jadi, guru memberikan penjelasan ulang saat melakukan kesalahan dalam mengerjakan jurnal. Setelah tahap mengerjakan jurnal selesai, tahap selanjutnya siswa diminta membacakan komentar. Siklus 2 ini, kegiatan diisi dengan metode “talking stik”. Penerapan metode ini mendapat antusiasme besar dari siswa karena permainan ini menggunakan media stik, siswa juga dapat menyanyikan lagu hingga permainan dihentikan. Berdasarkan pengamatan, siswa mulai berani menanggapi hasil komentar temannya. Namun, siswa yang memberi tanggapan cenderung siswa yang mendapat bahan bacaan yang sama. Hal tersebut membuktikan adanya peningkatan kemampuan membaca siswa dibandingkan dengan siklus 1. Di akhir program jam baca, siswa mengungkapkan kesannya tentang program jam baca. Beberapa siswa mengungkapkan keinginannya untuk terus diadakan program jam baca. Namun, beberapa siswa lain tampak bermalasmalasan. Setelah ditanyakan pada siswa yang bersangkutan, mereka mengungkapkan ingin segera pulang karena sudah mengantuk dan lelah. Pada tahap akhir, motivasi kembali diberikan kepada para siswa untuk terus membaca. Selain itu, untuk meningkatkan frekuensi dan variasi bahan bacaan siswa, guru

84

memberi motivasi lain tentang contoh tokoh sukses yang memiliki hobi membaca seperti Soekarno dan R.A. Kartini. Siswa tampak memperhatikan setiap kata-kata motivasi yang diberikan sebagai wujud antusiasme mereka. Berdasarkan hasil program jam baca siklus 1 secara keseluruhan diperoleh data yang dapat dilihat pada Tabel 4.6 berikut. Tabel 4.6 Hasil Observasi Penerapan Program Jam Baca Siklus 2 Kegiatan yang Diamati A. Kegiatan Praprogram 1. Siswa mengambil tempat masingmasing 2. Kesiapan menerima pengarahan kegiatan oleh guru B. Kegiatan awal program 3. Siswa menjawab pertanyaan apersepsi oleh guru 4. Siswa mendengarkan saat dijelaskan pengarahan oleh guru C. Kegiatan inti program 5. Siswa memperhatikan ketika guru menjelaskan materi 6. 7.

Siswa memilih bahan bacaan

Siswa segera membaca bahan bacaan 8. Siswa mengajukan pertanyaan saat mengalami kesulitan 9. Siswa mengisi jurnal membaca sesuai arahan 10. Siswa membacakan komentar beserta alasan 11. Siswa mengemukakan tanggapan terhadap komentar teman 12. Siswa menjawab pertanyaan yang diajukan D. Kegiatan penutup program 13. Siswa f mengungkapkan kesan dan kesulitan yang dialami 14. Siswa memperhatikan motivasi membaca yang diberikan

Deskripsi Semua siswa menempati tempat duduk di perpustakaan sesuai waktu yang ditentukan Siswa siap menerima pengarahan, sedikit siswa yang masih sibuk sendiri. Siswa sudah aktif menjawab pertanyaan apersepsi. Hampir semua siswa memperhatikan pengarahan yang diberikan guru. Saat pemberian materi siswa tampak serius memperhatikan penjelasan, hanya beberapa siswa saja yang kurang serius memperhatikan. Proses pemilihan bahan bacaan berjalan dengan tertib. Siswa segera membaca buku cerita dengan seksama. Banyak siswa aktif mengajukan pertanyaan saat mengalami kesulitan. Siswa mengisi jurnal membaca sesuai arahan yang diberikan oleh guru. Siswa membacakan komentar dan alasan dengan tepat. Siswa cukup aktif mengemukakan tanggapan terhadap komentar teman. Sebagian besar siswa menjawab pertanyaan dengan benar. Siswa aktif mengungkapkan kesan dan kesulitan yang dialami. Semua siswa dengan antusias memperhatikan motivasi yang diberikan oleh guru.

85

4.3.2

Hasil Program Jam Baca untuk Peningkatan Kemampuan dan Minat Membaca Setelah pelaksanaan program jam baca siklus 2 mengalami peningkatan

hasil karena adanya perbaikan-perbaikan yang dilakukan. Peningkatan hasil kemampuan dan minat membaca siswa adalah sebagai berikut.

4.3.2.1 Hasil Program Jam Baca dalam Meningkatkan Kemampuann Membaca Pada siklus 2 kemampuan membaca juga diukur menggunakan jurnal membaca seperti pada siklus 1. Berdasarkan hasil kerja siswa diperoleh beberapa temuan kemampuan membaca yang dipaparkan sebagai berikut. Berdasarkan hasil kemampuan membaca membaca tiap indikakor siklus 2 pada Tabel 4.7 (terlampir), maka dapat disimpulkan bahwa ketuntasan penguasaan kompetensi pada siklus 2 sudah berhasil. Siswa yang sudah mencapai ketuntasan berjumlah 21 (84%). Siswa yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) berjumlah lebih banyak, yaitu 4 orang (16%). Dari hasil kemampuan membaca siklus 2 setelah dilakukan tindakan peningkatan yang dicapai sudah berhasil. Terdapat 3 siswa memperoleh nilai 100; 5 siswa yang memperoleh nilai 95; 3 siswa memperoleh nilai 90; 1 siswa memperoleh nilai 87,5; 2 siswa memperoleh nilai 85; 2 siswa memperoleh nilai 82,5; dan 5 siswa memperoleh nilai 80. Terdapat 4 siswa yang memperoleh nilai dibawah KKM. Terdapat 1 siswa memperoleh nilai 72,5; 2 siswa memperoleh nilai 70, dan 1 siswa memperoleh nilai 67,5. Berdasarkan hasil pengamatan hasil kerja siswa yang yang diperoleh pada siklus 2, beberapa kesalahan yang dilakukan siswa dalam mengerjakan sama dengan pada siklus 1. Siswa kurang teliti dalam membuat ringkasan cerita dan

86

penulisan ejaan kalimat kutipan. Siswa juga cenderung menulis kata-kata menggunakan singkatan. Hal tersebut diduga karena siswa terbiasa menggunakan singkatan-singkatan dan simbol dalam menulis. Meskipun demikian, hasil yang diperoleh sudah mengalami peningkatan dari siklus sebelumnya. Selain data skor setiap indikator dan total nilai, dari hasil jurnal membaca pada siklus ini diperoleh pula hasil prosentase kemampuan membaca berdasarkan kualifiksi pada siklus 1 yang merujuk pada Tabel 4.8. Tabel 4.8 Hasil Kemampuan Membaca Siklus 2 No Kualifikasi 1 Sangat baik 2 Baik 3 Cukup 4 Kurang 5 Gagal Jumlah

Interval 85-100 70-84 55-69 40-54 0-39

Jumlah 14 10 1 25

% 56 40 4 100

Berdasarkan Tabel 4.8 dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki kualifikasi sangat baik berjumlah cukup besar yaitu 14 (56%) siswa. Pada kualifikasi baik berjumlah 10 (40%) siswa. Pada tingkatan kualifikasi cukup hanya terdapat 1 (4%) siswa. Tidak terdapat siswa pada kualifikasi kurang dan gagal. Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa tindakan pada siklus 2 sudah berhasil meningkatkan kemampuan membaca siswa. Setiap hasil kerja jurnal membaca memiliki kualifikasi yang berbeda. Hal tersebut disebabkan oleh kesulitan yang dialami setiap siswa bervariasi. Dari hasil jurnal membaca siklus 2 terdapat kualifikasi sangat baik (SB), baik (B), dan cukup (C). Pada program siklus 2 tidak terdapat hasil jurnal membaca yang memiliki kualifikasi kurang (K) dan gagal (G). Jurnal membaca yang memiliki kualifikasi sangat baik (SB) merujuk pada Gambar 4.6 berikut. Jurnal membaca hasil kerja siswa yang asli dapat dilihat pada lampiran.

87

Jurnal membaca Nama Kelas

: Irawati : VII E

Identitas Buku: Judul buku : Gerhana Nama pengarang : Muhammad Ali Penerbit : PT. Pustaka Utama Grafiti

Kota penerbit Tahun penerbit

: Jakarta : 2007

Ringkasan Cerita: Sudah tiga hari tukang becak yang bernama Cak Nyoto tidak muncul. Cak nyoto adalah tukang becak langgananku. Aku tak tahu mengapa Cak Nyoto tidak muncul. Memang perkerjaan sebagai penarik becak susah. Akhirnya aku memutuskan untuk mengunjungi rumahnya. Kudatangi rumahnya. Keadaan rumah sangat memprihatinkan rumah Cak nyoto reyot dan sama sekali tidak mirip dengan sebuah rumah. Lalu aku masuk rumahnaya, rumahnya gelapakhirnya kulihat Cak Nyoto yang terbaring lemah di kamar dan di dekatnya istri dan keempat anaknya. Kutanya pada Cak Nyoto apa yg sedang dialaminya, ternyata Cak Nyoto sakit radang paru-paru, kira-kira sudah lima tahun ini. Cak Nyoto sudah pernah berobat ke Puskesmas dan diberi resep obat tersebut seharga lima ribu rupiah, tapi bagi Cak Nyoto lima ribu itu mahal. Lalu aku segera berpamitan, kubilang padanya, “Lekas sembuh ya Cak”. Setelah sampai di rumah ada orang yang memberi kabar bahwa Cak Nyoto baru saja meninggal. Aku terkejut dan langsung mengucap “Innalillahi Wainnailaihiroojiun”. Komentar dan alasan: Saya merasa kasihan kepada Cak Nyoto ia mati-matian bekerja sebagai penarik becak demi menghidupi keluarganya. Kutipan bagian yang dikomentari: “Jika saya tidak bekerja anak dan keluarga saya makan apa?”

Gambar 4.6 Jurnal Membaca Siklus 2 dengan Kualifikasi Sangat Baik (SB)

Pada Gambar 4.6, identitas buku sudah memenuhi kategori lengkap. Semua indikator identitas buku sudah disebutkan, yaitu judul buku, pengarang, kota penerbit, nama penerbit, dan tahun penerbitan. Ringkasan yang ditulis siswa juga sudah lengkap dan runtut sehingga dapat dimengerti jalan ceritanya, hanya sedikit kesalahan EYD yang digunakan siswa. Siswa sudah mampu menulis ringkasan dengan baik. Pada jurnal membaca, komentar dan alasan yang diberikan siswa juga sudah baik. Komentar yang diberikan jelas dan disertai dengan alasan yang sesuai. Berdasarkan hasil komentar dan alasan siswa, siswa telah menguasai isi cerita

88

dengan baik. Selain itu, kutipan yang dituliskan siswa berdasarkan teks juga sudah sesuai dengan isi komentar dan penulisan EYD yang tepat. Berdasarkan hasil tersebut disimpulkan bahwa siswa mampu menguasai kompetensi yang ingin dicapai. Selain contoh jurnal membaca dengan kualifikasi SB, terdapat pula jurnal membaca yang termasuk pada kualifikasi baik. Contoh jurnal membaca dengan kualifikasi baik merujuk pada Gambar 4.7 berikut. Nama Kelas

: Isnun Lailatul Komariah : VII E

Identitas Buku: Judul buku : Sampah bulan Desmber Nama pengarang : Hamsad Rangkuti Penerbit : CV. Moutindo Mitra Abadi

Kota penerbit Tahun penerbit

: Bekasi : 2007

Ringkasan Cerita: Pada suatu hari dihalte ada seorang wanita dan seorang anak. Waktu itu libur umum. Kota sepi. Hari waktu itu panas terik. Seorang wanita itu mengenakan kalung emas yg kutaksir dua puluh gram. Aku gelisah melihat kalung itu, sedang dia tenang-tenang saja. Dia buka sedikit kerah bajunya karena terik matahari itu. dia seolah tampak ingin menyombongkan perhiasan itu. memamerkan miliknya kepada orang lain. pada saat seperti itulah datang dua orang lelaki dari dalam gang dan langsung menodongkan dua pucuk pisau belati. Kalung emas itu direntapkan oleh laki-laki yg menodongkan pisau belati ke leher si wanita dengan tangannya yg tidak memegang pisau. Komentar dan alasan: Saya tidak suka dengan laki-laki yg dari gang itu karena ia mencuri kalung wanita itu walaupun kalung itu hanya imitasi. Kutipan bagian yang dikomentari: Pada saat seperti itulah datang dua orang lelaki dari dalam gang dan langsung menodongkan dua pucuk pisau belati. Satu diarahkan ke leher wanita muda itu direntapkan oleh laki-laki yg menodongkan pisau belati ke leher si wanita dengan tangannya yg tidak memegang pisau. Kalung itu tampak olehku putus dan menimbulkan bekas merah wanita muda itu. kedua laki-laki dengan cepat menghilang masuk ke dalam gang melarikan perhiasan wanita muda itu.

Gambar 4.7 Jurnal Membaca Siklus 2 dengan Kualifikasi Baik (B)

Berdasarkan hasil pengamatan jurnal membaca pada Gambar 4.7, kesalahan bukan pada indikator identitas buku, melainkan ringkasan cerita. Ringkasan tersebut masih belum lengkap. Cerita yang dituliskan hanya sampai pada inti cerita. Oleh karena itu, isi cerita belum sepenuhnya mampu dipahami.

89

Siswa diduga masih kesulitan membuat ringkasan yang padat dengan memenuhi kelengkapan isi cerita. Selain itu, masalah penggunaan EYD yang belum tepat kembali terjadi pada siklus ini. Siswa masih cenderung menggunakan singkatan pada kata “yang”. Indikator yang paling penting ,menulis komentar dan alasan, sudah mampu dikuasai oleh siswa. siswa sudah dapat memberikan komentar dengan kalimat yang jelas, serta alasan yang sesuai berdasarkan isi pada cerita tersebut. Kutipan yang dituliskan siswa juga sudah tepat dan mendukung komentar yang diberikan. Akan tetapi, tulisan belum sesuai dengan EYD yang tepat. Siswa kembali menggunakan singkatan kata seperti pada indikator ringkasan cerita. Hal tersebut diduga siswa terbiasa menulis menggunakan singkatan seperti itu. Contoh pada gambar 4.8 berikut adalah jurnal membaca dengan kategori cukup (C) untuk membandingkan hasil kerja siswa dengan jurnal membaca sebelumnya. Berdasarkan hasil jurnal membaca dengan kualifikasi cukup (C) pada Gambar 4.8 siswa sudah menguasai indikator menulis identitas buku. Namun, pada ringkasan cerita siswa belum dapat menulis ringkasan dengan lengkap. Siswa hanya menuliskan awal dan akhir cerita. Siswa justru menghilangkan inti cerita pada ringkasannya. Hal ini mengakibatkan ringkasan tidak memenuhi kategori lengkap. Siswa juga mengalami banyak kesalahan pada penulisan EYD. Kesalahan tersebut antara lain berupa penggunaan simbol untuk kata ulang, singkatan kata-kata tertentu, dan penggunaan huruf kapital. Pada indikator komentar dan alasan, siswa tampak masih kesulitan dalam menuliskan komentarnya. Siswa masih bingung menyampaikan komentar dengan

90

baik, sehingga hanya disampaikan alasannya saja. Oleh karena itu, kutipan yang ditulis juga tidak sesuai karena tidak ada komentar yang diberikan. Nama Kelas

: Liska Apriliani : VII E

Identitas Buku: Judul buku : Sampah bulan Desmber Nama pengarang : Hamsad Rangkuti Penerbit : CV. Moutindo Mitra Abadi

Kota penerbit Tahun penerbit

: Bekasi : 2007

Ringkasan Cerita: Banyak tidakan kejahatan yg dinilai sadis yg pernah kita baca di koran2. Perbuatan nekat dan sadis itu tampaknya dilakukan karena Putus asa. Waktu libur umum, kota sepi. hanya aku dan seorang wanita muda yg menunggu datangnya kendaraan umum di halte bus. Hari ini panas terik. Aku sejak berdiri dekat wnita muda itu tetap jaga sikapnya yg sopan. Dia mengenakan kalung Emas yg kutaksir 2 puluh gram. aku gelisah melihat kalung emas itu, sedangkan dia tenang2 saja. Pd saat itulah datang dua orang Lelaki dari dlm gang & langsung menodongkan 2 Pucuk Pisau belati. “Makan! Telan kalung imitasimu ini!”Wanita itu putus asa membuka mulutnya dan akhirnya dia telan. Sejurus kemudian, wanita itu pulih kesadarannya. Dia menjerit “tolong2”ia Histeris. Komentar dan alasan: Karena perempuan muda itu memperlihatkan kalung emasnya itu, sehingga munculah 2 lelaki dari 2 gang dan mengambil kalung emas milik perempuan itu. Kutipan bagian yang dikomentari: Dia mengenakan kalung emas yg kutaksir 20 gram. aku gelisah kalung emas itu direntapkan oleh laki2 yg menodongkan Pisau belati ke leher wanita itu.

Gambar 4.8 Jurnal Membaca Siklus 2 dengan Kualifikasi Cukup (C)

Berdasarkan hasil analisis jurnal membaca dari kualifikasi sangat baik (SB), baik (B), dan cukup (C) pada siklus 2 maka dapat disimpulkan bahwa kesalahan yang banyak terjadi pada penulisan EYD yang tepat baik pada ringkasan cerita maupun kutipan yang mendukung komentar. Hal tersebut disebabkan siswa terbiasa menggunakan singkatan kata dan simbol saat menulis. Namun, sebagian besar siswa sudah mampu menuliskan identitas buku, ringkasan cerita, komentar dan alasan, serta kutipan bagian yang dikomentari dengan baik. Pada siklus 2 ini, kemampuan membaca mengalami peningkatan dibandingkan dengan studi pendahuluan dan siklus 1. Data hasil perbandingan kemampuan membaca siswa dapat dilihat pada Tabel 4.9 berikut.

91

Tabel 4.9 Hasil Kemampuan Membaca Studi Pendahuluan, Siklus 1, dan Siklus 2 No

Kualifikasi

1 Sangat baik 2 Baik 3 Cukup 4 Kurang 5 Gagal Jumlah

Interval 85-100 70-84 55-69 40-54 0-39

Studi Pendahuluan Jumlah % 3 12 5 20 10 40 2 8 5 20 25 100

Siklus 1 Jumlah % 9 36 10 40 3 12 3 12 25 100

Siklus 2 Jumlah % 14 56 10 40 1 4 25 100

Berdasarkan Tabel 4.9 dapat diketahui bahwa hasil kemampuan membaca setiap siklus mengalami peningkatan. Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah hasil jurnal membaca siswa yang memiliki kualifikasi sangat baik (SB) terus meningkat. Pada studi pendahuluan Prosentase jumlah siswa pada kualifikasi SB adalah 12%. Setelah pelaksanaan program jam baca siklus 1, jumlah siswa dengan kulifikasi SB mengalami peningkatan cukup besar yaitu menjadi 36%. Pada siklus 2 peningkatan jumlah siswa dengan kualifikasi SB kembali mengalami peningkatan besar menjadi 56%. Selain itu, setiap siklus juga mengalami penurunan jumlah siswa dengan kualifikasi cukup (C), kurang (K), dan gagal (G). Bahkan pada siklus 2, sudah tidak terdapat siswa dengan kualifikasi kurang dan gagal. Hal tersebut menunjukkan pelaksanaan program jam baca berhasil meningkatkan kemampuan membaca siswa.

4.3.2.2 Hasil Program Jam Baca dalam Meningkatkan Minat Membaca Perolehan hasil minat membaca siswa siklus 2 diperoleh dari angket yang diberikan siswa pada pertemuan seminggu setelah pelaksanaan siklus 2. Hasil minat membaca siswa diukur dari aspek frekuensi membaca siswa dan variasi bahan bacaan yang dibaca dalam waktu 1 minggu. Berdasarkan hasil angket tersebut didapatkan beberapa temuan yang disajikan pada Tabel 4.10 (terlampir).

92

Pada siklus 2 hasil minat membaca siswa mengalami peningkatan, baik frekuensi membaca siswa maupun variasi bacaan. Siswa yang memiliki frekuensi membaca dengan kategori rendah berkurang menjadi 7 (28%) siswa. siswa yang memiliki kategori membaca sedang meningkat menjadi 14 (56%) siswa, sedangkan pada siklus ini juga terdapat siswa yang memiliki kategori membaca tinggi yaitu 4 (16%) siswa. Hal tersebut menandakan adanya kesadaran diri pada siswa tentang manfaat membaca. Siswa sudah mulai membiasakan diri untuk membaca, meskipun peningkatan yang terjadi tidak terlalu pesat karena masih membutuhkan penerapan program secara berkala. Berdasarkan data di atas maka perolehan peningkatan minat membaca siklus 2 merujuk pada Gambar 4.9.

56%

60% 50% 40% 28%

30%

Siklus 2 16%

20% 10% 0% Rendah

Sedang

Tinggi

Gambar 4.9 Diagram Frekuensi Membaca Siklus 2

Pada kegiatan program jam baca perkembangan minat membaca siswa selalu diamati. Hasil tersebut dibandingkan dengan hasil sebelumnya. Jika peningkatan yang dialami belum maksimal dilakukan refleksi dan tindak lanjut untuk meningkatkan hasil pada siklus selanjutnya. Hasil minat membaca siswa dari studi pendahuluan, siklus 1, dan siklus 2 dapat dilihat pada Gambar 4.10 berikut.

93

100%

96% 88%

80%

Studi Pendahuluan 56%

60% 40%

Siklus 1 Siklus 2

28%

20%

4%

16%

12% 0% 0%

0% Rendah

Sedang

Tinggi

Gambar4.10 Diagram Frekuensi Membaca Studi Pendahuluan, Siklus 1, Siklus 2

Berdasarkan data tersebut, pada studi pendahuluan siswa frekuensi minat membaca siswa sangat rendah. Pada studi pendahuluan siswa frekuensi minat membaca siswa sangat rendah. Hal tersebut terbukti dari jumlah siswa yang tidak memiliki minat membaca dengan kualifikasi rendah yaitu 24 siswa (96%). Dari 24 siswa tersebut, 12 siswa (48%) tidak memiliki minat baca dan 12 siswa (48%) memiliki minat baca. Siswa yang memiliki minat membaca dengan kualifikasi sedang hanya 1 siswa (4%). Akan tetapi, tidak terdapat siswa yang memiliki minat membaca dengan kategori tinggi. Sebagian besar siswa memeiliki frekuensi membaca yaitu hanya 1-2 kali seminggu. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa masih belum memiliki minat untuk membaca. Setelah dilakukan tindakan program jam baca, pada siklus 1 minat membaca siswa mengalami peningkatan. Pada siklus ini tidak terdapat siswa yang tidak memiliki minat baca seperti pada studi pendahuluan. Namun, frekuensi membaca siswa masih cenderung rendah. Frekuensi membaca siswa dengan kualifikasi rendah terdapat 22 siswa (88%), sedangkan siswa dengan kualifikasi

94

sedang meningkat menjadi 3 orang (12%). Namun, belum terdapat siswa yang memiliki frekuensi membaca dengan kualifikasi tinggi. Peningkatan yang terjadi tidak begitu besar. Sebagian besar siswa masih memiliki frekuensi membaca 1-2 kali seminggu, hanya sedikit yang memiliki frekuensi 3-4 kali seminggu. Akan tetapi, dengan adanya peningkatan ini menunjukkan adanya peningkatan pula pada antusias siswa untuk mulai menyukai kegiatan membaca. Pada siklus 2, hasil minat membaca siswa juga mengalami peningkatan frekuensi membaca. Siswa yang memiliki frekuensi membaca dengan kategori rendah berkurang menjadi 7 siswa (28%). siswa yang memiliki kategori membaca sedang meningkat menjadi 14 siswa (56%), sedangkan pada siklus ini juga terdapat siswa yang memiliki kategori membaca tinggi yaitu 4 siswa (16%). Sebagian besar siswa sudah membaca 3-4 kali seminggu. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa secara bertahap minat dan antusias siswa dalam membaca sudah meningkat. Demikian pula dengan variasi membaca, bahan bacaan siswa sudah cukup variatif. Terdapat 21 siswa (84%) sudah memiliki 2 variasi, bahkan ada 1 siswa (4%) yang sudah memiliki 3 variasi bacaan. Akan tetapi, masih ada 3 siswa (12%) yang belum memiliki variasi bacaan. Berdasarkan data tersebut maka dapat disimpulkan bahwa program jam baca siklus 2 sudah berhasil meningkatkan minat membaca siswa dari segi variasai bahan bacaan. Siswa sudah mencari wawasan dari jenis buku bacaan lain. Mereka tidak cenderung lagi membaca buku sesuai minat mereka saja. Data tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.11 berikut.

95

Tabel 4.11 Minat Baca Siswa pada Siklus 2 Variasi Bacaan 3 2 1

No. 1. 2. 3.

Jumlah Siswa 1 21 3

Frekuensi Membaca Tinggi Sedang Rendah

Jumlah Siswa 7 14 4

Jika dibandingkan dengan hasil pada studi pendahuluan dan siklus 1, program jam baca pada siklus 2 mengalami peningkatan variasi bahan bacaan. Perbandingan hasil peningkatan variasi bahan bacaan tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.12 berikut. Tabel 4.12 Variasi Bacaan Studi Pendahuluan, Siklus 1, dan Siklus 2 1.

Jumlah Variasi 3

2.

2

No.

3.

1

Jenis teks Koran/buku sastra/buku pengetahuan/buku pelajaran Koran, buku sastra/buku sastra, buku pengetahuan/buku sastra, koran, buku sastra Buku sastra, koran, buku pengetahuan Jumlah

Studi Pendahuluan

Siklus 1

Siklus 2

-

-

1

-

1

21

25 25

24 25

3 25

Berdasarkan data pada Tabel 4.12 dapat diketahui bahwa pada studi pendahuluan variasi bahan bacaan siswa sangat kurang. Semua siswa belum memiliki variasi bahan bacaan. Setiap siswa hanya membaca satu jenis bahan bacaan. Dari jumlah siswa yang memiliki minat membaca, 8 siswa (32%) memiliki kecenderungan membaca buku sastra/fiksi. Siswa yang memiliki bahan bacaan lain yaitu berupa buku pengetahuan dan koran/majalah yaitu 5 siswa (20%). Dari 5 siswa tersebut terdapat 2 siswa memiliki kecenderungan membaca koran/majalah dan 3 siswa membaca buku pengetahuan. Kecenderungan bahan bacaan yang dibaca siswa menunjukkan bahwa siswa belum memiliki kesadaran akan pentingnya membaca bahan bacaan variatif. Siswa hanya membaca buku yang sesuai dengan minatnya masing-masing. Variasi bacaan setelah dilakukan tindakan siklus 1 belum mengalami peningkatan. Setiap siswa belum mengalami peningkatan variasi bacaan dibandingkan dengan studi pendahuluan. Hanya terdapat 1 siswa yang memiliki 2

96

variasi yaitu membaca koran/majalah dan buku sastra/fiksi. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa tindakan siklus 1 belum berhasil meningkatkan variasi bahan bacaan siswa. Dari hasil tindakan siklus 2 bahan bacaan siswa sudah cukup variatif. Terdapat 21 siswa (84%) sudah memiliki 2 variasi bacaan, bahkan ada 1 siswa (4%) yang sudah memiliki 3 variasi bacaan. Akan tetapi, masih ada 3 siswa (12%) yang belum memiliki variasi bacaan. Berdasarkan data tersebut maka dapat disimpulkan bahwa program jam sudah berhasil meningkatkan minat membaca siswa SMP Negeri 1 Puri.

4.3.3

Temuan Penelitian Berdasarkan paparan data proses dan hasil penerapan program jam baca

siklus 2 diperoleh beberapa temuan sebagai berikut. a. Temuan Proses Penerapan Program Jam Baca Berikut ini merupakan paparan temuan proses penerapan program jam baca siklus 2 yang terdiri atas empat tahap, yaitu (1) tahap praprogram, (2) tahap awal program, (3) tahap inti program, dan (4) tahap penutup program. 1) Pada tahap praprogram, siswa kembali diminta untuk menempati tempat duduk masing-masing yang telah disediakan di perpustakaan untuk menerima pengarahan dari guru terkait langkah penerapan program jam baca. Pada siklus ini diterapkan perubahan waktu agar pelaksanaan program tidak terganggu sehingga kegiatan sudah berjalan sesuai rencana. Waktu pelaksanaan program dimulai 15 menit setelah jam pelajaran sekolah berakhir. Siswa juga semakin antusias dibandingan dengan siklus 1. Hal tersebut terbukti dengan siswa datang lebih awal ke perpustakaan sebelum jadwal yang ditentukan.

97

2) Pada kegiatan awal program, guru melakukan apersepsi terkait perubahan minat membaca siswa dan kesulitan yang dialami siswa dari pelaksanaan program pada siklus 1. Pada siklus ini, siswa sudah mulai antusias dan aktif dalam menjawab pertanyaan apersepsi. Selanjutnya guru memberikan pengarahan terkait adanya perubahan metode. Pengarahan diberikan agar siswa dapat melaksanakan program sesuai langkah-langkah yang diberikan. Pada tahap ini, siswa dapat memperhatikan pengarahan yang diberikan dengan kondusif. 3) Pada kegiatan inti guru memberikan materi melalui pelatihan bersama menuliskan ringkasan, komentar, dan kutipan bagian yang dikomentari dari cerita “Legenda Batu Menangis”. Pada tahap ini, siswa aktif memberikan pendapat terkait indikator latihan yang dikerjakan. Selanjutnya, guru meminta siswa memilih bahan bacaan dengan bergilir berdasarkan deretan bangku. Dengan adanya perubahan metode ini, siswa lebih tertib dan tidak saling berebut. Selanjutnya, siswa diminta membaca buku masing-masing, sedangkan guru mengawasi dan membantu jika ada yang mengalami kesulitan. Siswa lebih aktif bertanya saat menemui kesulitan dalam membaca dan mengerjakan jurnal membaca dan mengutarakan pendapatnya. Setelah selesai mengerjakan jurnal, guru dan siswa melakukan metode talking stik. Siswa tampak antusias dengan adanya metode talking stik sehingga siswa tidak ragu lagi untuk maju karena pemilihan dilakukan dengan adil. Pada proses selanjutnya, siswa dengan mengajukan pertanyaan dan menanggapi komentar yang dibacakan temannya.

98

4) Pada kegiatan penutup, guru menanyakan kesan-kesan siswa dalam mengikuti program jam baca siklus 2. Siswa senang mengikuti program jam baca ini dan ingin diadakan kembali. Hal tersebut tampak dari kesan-kesan yang diungkapkan oleh siswa. Namun, ada beberapa siswa yang mengungkapkan ingi segera pulang karena lapar dan mengantuk. Selanjutnya, guru juga memberikan motivasi dengan memberikan contoh tokoh sukses di Indonesia seperti Soekarno dan R. A Kartini yang memiliki hobi membaca. Dengan motivasi ini tampak antusiasme siswa lebih besar. b. Temuan Penelitian Peningkatan Kemampuan Membaca Berdasarkan hasil jurnal membaca siklus 2 sebagian besar sudah mampu mengomentari buku cerita yang dibaca. Pada siklus ini terdapat peningkatan dari siklus 1 yaitu dari 9 (36%) siswa menjadi 14 (56%) siswa yang memperoleh nilai dengan kualifikasi sangat baik, 10 (40%) siswa tetap memperoleh nilai dengan kualifikasi baik sesuai siklus 1, 3 (12%) siswa berkurang menjadi 1 (4%) siswa yang memperoleh nilai dengan kualifikasi cukup, dan dari 3 (12%) siswa pda siklus 1 berkurang total menjadi tidak terdapat siswa dengan kualifikasi cukup, sedangkan pada kualifikasi terakhir sama seperti pada siklus 1, tidak terdapat siswa yang memperoleh nilai dengan kualifikasi gagal. Sebagian besar siswa (56%) sudah mampu menguasai kompetensi dengan mampu menulis identitas buku dengan lengkap, ringkasan cerita lengkap dan runtut, komentar dan alasan yang tepat dan logis, serta kutipan cerita yang sesuai dan tepat penulisannya. Berdasarkan data tersebut disimpulkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan membaca melalui penerapan program jam baca. c. Temuan Penelitian Peningkatan Minat Membaca

99

Berdasarkan penerapan program jam baca siklus 2 siswa sudah mengalami peningkatan minat membaca, baik dari segi frekuensi membaca maupun variasi bahan bacaan siswa. Peningkatan kualitas hasil minat membaca melalui penerapan program jam baca dapat dilihat dari peningkatan frekuensi membaca dan variasi bahan bacaan. Pada siklus 2, terdapat 7 (28%) siswa dengan kategori rendah, 14 (56%) siswa yang memiliki kategori sedang, 4 (16%) siswa yang memiliki kategori membaca tinggi. Jika ditinjau dari variasi bahan bacaan, pada siklus 2, terdapat 3 siswa (12%) yang memiliki 1 variasi bahan bacaan, 21 siswa (84%) yang memiliki 2 variasi bahan bacaan, hanya terdapat 1 siswa (4%) yang memiliki 3 variasi bahan bacaan.

4.3.4

Refleksi Secara keseluruhan, siklus 2 berjalan sesuai dengan target yang

diharapkan. Pada siklus ini sudah mengalami peningkatan kemampuan dan minat membaca siswa. Hal tersebut terbukti dari adanya peningkatan kemampuan dan minat membaca siswa pada siklus 2 dibandingkan siklus sebelumnya. Adanya peningkatan minat dan kemampuan membaca siswa terjadi karena adanya perbaikan rencana dari siklus ke siklus sebagai tindak lanjut dari kekurangan yang dialami.

100

BAB V PEMBAHASAN

Pada bagian ini diuraikan pembahasan penelitian tentang “Peningkatan Minat dan Kemampuan Membaca melalui Penerapan Program Jam Baca Sekolah di Kelas VII SMP Negeri 01 Puri” yang meliputi: (1) proses penerapan program jam baca dalam meningkatkan kemampuan membaca siswa SMP Negeri 01 Puri, (2) hasil program jam baca pada siswa SMP Negeri 01 Puri yang terdiri atas: (1) kemampuan membaca siswa SMP Negeri 01 Puri dan (2) minat membaca siswa SMP Negeri 01 Puri.

5. 1

Proses Penerapan Program Jam Baca dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Siswa SMP Negeri 01 Puri Program jam baca merupakan program yang bertujuan untuk

meningkatkan minat dan kemampuan membaca siswa SMP Negeri 01 Puri. program ini dilaksanakan karena rendahnya minat dan kemampuan membaca siswa di SMP Negeri 01 Puri. Hal tersebut diperoleh berdasarkan hasil studi pendahuluan. Dengan adanya program yang berjalan dengan berfokus pada peningkatan kemampuan mengomentari cerita, frekuensi membaca, dan variasi bahan bacaan ini akan berdampak positif pada peningkatan minat dan kemampuan membaca. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan sesuai dengan perencanaan tindakan yang telah disusun selama dua siklus, maka diperoleh

101

beberapa hasil terkait proses penerapan program jam baca dalam meningkatkan kemampuan membaca siswa SMP Negeri 01 Puri. Proses program jam baca terdiri atas empat tahap meliputi: (1) tahap praprogram, (2) tahap awal program, (3) tahap inti program, dan (4) tahap penutup program. Pertama, dalam tahap praprogram siswa diminta untuk menempati tempat duduk masing-masing di perpustakaan untuk menerima pengarahan langkah-langkah kegiatan program jam baca oleh guru. Pada siklus 1, siswa belum dapat dikondisikan dengan baik. Setelah jam sekolah berakhir, siswa masih sibuk ke kantin, toilet, dan musala. Hal tersebut mengakibatkan jadwal program tidak sesuai dengan yang telah ditentukan. Di perpustakaan tidak semu siswa siap mengikuti program jam baca karena masih asyik bermain dan mengobrol. Hal tersebut berbeda dengan pertemuan pada siklus 2. Tahap praprogram pada siklus 2 sudah berjalan sesuai rencana karena adanya perubahan waktu agar pelaksanaan program tidak terganggu. Waktu pelaksanaan program dimulai 15 menit setelah jam pelajaran sekolah berakhir. Kedua, pada tahap awal program, guru melakukan apersepsi dan memberi pengarahan kegiatan program jam baca. Guru memberikan apersepsi dengan menanyakan minat siswa membaca di perpustakaan dan pengalaman mereka menulis jurnal membaca. Pada siklus 1, siswa mulai aktif menjawab pertanyaan apersepsi meskipun jumlahnya tidak terlalu banyak. Akan tetapi, terdapat beberapa siswa yang masih asyik sendiri dan berbicara dengan temannya. Siswa juga mendengarkan pengarahan yang diberikan oleh guru dengan seksama. Pada siklus 2, terjadi peningkatan antusiasme siswa dalam mengikuti program jam baca. Siswa sudah mulai aktif dalam menjawab pertanyaan apersepsi. Apersepsi

102

yang diberikan guru pada siklus 2 berbeda dengan siklus sebelumnya. Apersepsi yang diberikan dengan menanyakan perubahan minat baca siswa setelah mengikuti program jam baca dan memancing ingatan siswa tentang kompetensi “mengomentari buku cerita yang dibaca” yang diperoleh dari pertemuan sebelumnya. Siswa juga memperhatikan pengarahan yang diberikan terkait perubahan metode dalam siklus 2 ini oleh guru. Jumlah siswa yang asyik sendiri dan mengobrol sudah berkurang. Oleh karena itu, siswa dapat memperhatikan pengarahan yang diberikan dengan kondusif. Pada tahap ini sangat dibutuhkan perhatian siswa. perhatian siswa sangat penting agar siswa dapat melaksanakan program jam baca sesuai arahan dan teratur. Hal tersebut sesuai pendapat Dimyati (2006:42) yang menyatakan bahwa perhatian mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar. Perhatian terhadap pembelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran itu dirasakan sebagai sesuatu yang dibutuhkan, diperlukan untuk belajar lebih lanjut atau diperlukan dalam kehidupan sehari-hari akan membangkitkan motivasi untuk mempelajarinya. Ketiga, pada tahap pelaksanaan inti program, guru menjelaskan materi tentang konsep dan langkah-langkah menulis identitas buku, ringkasan cerita, komentar dan alasan, serta kutipan bagian yang dikomentari. Pada siklus, 1 siswa mampu memperhatikan penjelasan materi dengan baik. Siswa tampak serius mendengarkan penjelasan guru. Pada kegiatan selanjutnya, siswa diminta memilih sesuai dengan minatnya masing-masing bahan bacaan yang telah disiapkan oleh guru. Namun, dalam proses pemilihan tidak terdapat metode khusus dalam penggiliran jadi semua siswa maju untuk memilih bahan bacaan. Bahan bacaan tersebut telah disesuaikan dengan kompetensi yang ingin dicapai oleh siswa.

103

Selain itu, buku cerita tersebut dipilih sesuai pertimbangan kemampuan dan kebutuhan sesuai dengan usianya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Franz dan Meier (1983:17) yang menyatakan bahwa perhatian utama sudah sewajarnya diberikan kepada buku remaja yang sifatnya bercerita dengan mempertimbangkan kriteria yang sesungguhnya mengenai bahasa, susunan, dan cara menceritakan sesuai dengan usianya. Pada tahap ini tidak berjalan tertib. Hal tersebut disebabkan siswa saling berebut buku yang disediakan karena takut tidak mendapatkan buku yang sesuai dengan minat mereka. Selanjutnya, siswa mulai membaca buku yang diperoleh masing-masing. Akan tetapi, ada beberapa siswa yang tidak segera membaca bukunya. Siswa tersebut masih sibuk membolakbalikan bukunya dan ada juga siswa yang ingin bertukar buku dengan milik temannya. Waktu yang diberikan pada siswa untuk membaca yaitu 25 menit. Selama siswa membaca, guru berkeliling untuk memantau dan membantu siswa yang mengalami kesulitan. Pada tahap ini beberapa siswa aktif mengajukan pertanyaan saat mengalami kesulitan memahami kata-kata atau teks pada buku cerita tersebut. Siswa lain juga berinteraksi positif dengan membantu temannya mengartikan kata-kata sulit. Tahap selanjutnya, guru meminta siswa mengejakan jurnal membaca sesuai buku cerita masing-masing. Siswa mampu mengisi jurnal sesuai arahan yang diberikan. Siswa juga berani mengajukan pertanyaan saat menemui kesulitan dalam mengisi jurnal. Setelah selesai membaca, siswa diminta membuat komentar dan alasan dari segi isi atau bahasa dari buku cerita yang dibaca. Hal tersebut sesuai pendapat Reinlander yang mengatakan bahwa pelajar harus dapat merefleksikan secara kritis isi buku remaja dalam hubungannya dengan kenyataan

104

(Franz dan Meier, 1983:21). Salah satu tujuan umum refleksi yaitu pelajar seharusnya dapat membentuk kesan menyeluruh dari suatu buku remaja dan dapat mewujudkannya kembali serta dapat memberikan alasan mengenai kesannya terhadap suatu buku remaja. Pada siklus 1 terdapat kekurangan pada tahap pembacaan komentar siswa. Siswa merasa enggan dan malu untuk maju membacakan komentar masingmasing. Guru memilih siswa secara acak dengan memanggil nama berdasarkan daftar presensi untuk membacakan komentarnya. Hal tersebut juga terjadi pada tahap menanggapi komentar teman. Siswa kurang aktif menanggapi komentar yang dibacakan oleh teman. Oleh karena itu, perlu adanya banyak perbaikan perencanaan pada siklus selanjutnya karena menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:46), belajar harus dilakukan siswa secara aktif, baik individual maupun kelompok. Dengan adanya antusiasme siswa maka proses pembelajaran akan lebih mudah dalam mencapai tujuan. Pada siklus 2 mengalami beberapa perubahan rencana dan perbaikan. Perubahan rencana tersebut antara lain yaitu (1) materi yang diberikan berupa latihan mengisi jurnal dari cerita “Legenda Batu Menangis”, (2) penggiliran pemilihan bahan bacaan menurut deret meja siswa, dan (3) penggunaan metode talking stik saat pelaksanaan kegiatan pembacaan komentar siswa. Dengan adanya perbaikan ini pelaksanaan program jam baca lebih efektif. Siswa juga lebih aktif bertanya saat menemui kesulitan dalam membaca dan mengerjakan jurnal membaca dan mengutarakan pendapatnya. Siswa tampak antusias dengan adanya metode talking stik.

105

Keempat, pada tahap terakhir, penutup program, guru menanyakan kesan dan kesulitan siswayang dialami dalam mengikuti program jam baca. Pada siklus 1, siswa aktif mengutarakan kesannya terhadap pelaksanaan program jam baca. Siswa merasa senang dengan adanya program tersebut dan ingin diadakan kembali. Namun, siswa masih bingung menyampaikan kesulitan yang dialami. Pada kegiatan terakhir, guru memberikan motivasi kepada siswa untuk meningkatkan minat dan antusiasnya untuk terus membaca. Motivasi yang diberikan dengan menjelaskan manfaat membaca dan pentingnya membaca bahan bacaan yang bervariatif. Pada siklus 2, tampak antusiasme siswa lebih besar yang dilihat dari kesan-kesan yang diungkapkan oleh siswa dengan adanya program ini. Motivasi juga diberikan oleh guru dengan memberikan contoh tokoh penting Indonesia yang sukses karena memiliki hobi membaca. Minat membaca dapat terwujud karena untuk meningkatkannya guru bertugas memberikan motivasi, menciptakan suasana yang menyenangkan bagi anak-anak untuk membaca, dan mengusahakan ketersediaan buku-buku bacaan Wiryodijoyo (1989:194).

5.2

Hasil Penerapan Program Jam Baca pada Siswa SMP Negeri 01 Puri Dalam penerapan program jam baca, aspek yang diamati tidak hanya

proses penerapan program, tetapi juga hasil dari penerapan program. Hasil program jam baca yang diamati meliputi: (1) kemampuan membaca siswa SMP Negeri 01 Puri dan (2) minat membaca siswa SMP Negeri 01 Puri. Hal tersebut sesuai pendapat Wiryodijoyo (1989:39) yang menyatakan bahwa program membaca meliputi bahan pelajaran serta pelaksanaan kegiatan untuk memajukan sikap (senang atau tidak senang) dan ketrampilan membaca.

106

5.2.1 Kemampuan Membaca Siswa SMP Negeri 01 Puri Dalam penerapan program jam baca, kompetensi yang diajarkan pada siswa yaitu “Mengomentari Buku Cerita yang Dibaca”. Kompetensi ini terdiri atas beberapa indikator yaitu meliputi: (1) kemampuan menulis identitas buku, (2) kemampuan siswa menuliskan ringkasan bacaan, (3) kemampuan memberikan komentar terhadap bacaan dengan disertai alasan, dan (4) kemampuan menuliskan kutipan dari bagian bacaan yang dikomentari. Dalam kompetensi ini bertujuan agar siswa memiliki kemampuan membaca yang baik untuk memahami isi bacaan dan memberikan penilaian atau pendapat sesuai skemata yang dimiliki oleh siswa. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Oka (1983:87-88) yaitu sebagai berikut. Kemampuan membaca yang baik bercirikan (1) kemampuan memahami atau menangkap isi bacaan secara secara komprehensif, baik isinya yang tersurat maupun yang tersirat dan tersorot, (2) kemampuan menilai bacaan secara kritis dalam rangka menentukan kualitas intrinsik bacaan (bahasanya, tatananya, keakuratannya, dan keshahihannya) di satu pihak, dan nilai, fungsi, dan kebergunaan bacaan itu di pihak lain, dan (3) kemampuan memanfaatkan bacaan itu secara kreatif untuk memecahkan masalah kehidupan yang sedang dihadapi, untuk memproyeksikan masalah kehidupan di masa-masa yang akan datang, dan untuk menghasilkan hal-hal yang baru. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa pada studi pendahuluan, siswa yang mengalami ketuntasan atau nilai mencapai KKM hanya sebesar 24%. Setelah dilakukan tindakan penerapan program jam baca, siswa yang mencapai KKM meningkat sebesar 44% sehingga menjadi 68%. Untuk siklus 2 dilakukan beberapa perbaikan dari kekurangan pada pelaksanaan tindakan siklus 1 sehingga terjadi peningkatan. Peningkatan yang dialami sebesar 16%, sehingga jumlah ketuntasan hasil kemampuan membaca menjadi 84%.

107

Peningkatan kemampuan membaca terjadi akibat adanya tindak lanjut dari refleksi pada setiap siklus. Tindak lanjut tersebut diberikan berupa pemberian pelatihan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam meringkas cerita dan menulis kutipan. Pelatihan itu diberikan karena adanya identifikasi kesulitan yang dialami siswa dari hasil kerja jurnal membaca. Untuk memperoleh hasil membaca yang baik guru perlu menyusun program kembali untuk siklus berikutnya dengan mempertimbangkan kesalahan siswa dalam belajar membaca dari hasil jurnal membaca. Hasil kemampuan membaca dilihat juga dari segi kualifikasi nilai yang diperoleh. Pada studi pendahuluan, persentase jumlah siswa pada kualifikasi SB adalah 12%. Setelah pelaksanaan program jam baca siklus 1, jumlah siswa dengan kulifikasi SB mengalami peningkatan cukup besar yaitu menjadi 36%. Pada siklus 2 peningkatan jumlah siswa dengan kualifikasi SB kembali mengalami peningkatan besar menjadi 56%. Selain itu, setiap siklus juga mengalami penurunan jumlah siswa dengan kualifikasi cukup (C), kurang (K), dan gagal (G). Bahkan pada siklus 2, sudah tidak terdapat siswa dengan kualifikasi kurang dan gagal. Hal tersebut menunjukkan pelaksanaan program jam baca berhasil meningkatkan kemampuan membaca siswa.

5.2.2 Minat Membaca Siswa SMP Negeri 01 Puri Selain untuk meningkatkan kemampuan membaca, tujuan pelaksanaan program jam baca adalah juga untuk meningkatkan minat membaca siswa SMP Negeri 01 Puri. Peningkatan minat membaca dalam hal ini berfokus pada frekuensi membaca dan variasi bahan bacaan (jenis teks). Fokus tersebut menjadi pengukur dalam peningkatan minat membaca pada siswa. Selain itu, indikator

108

pengukur tersebut merupakan aspek keadaan membaca seseorang. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Franz/Meier (1983:11) yang menyatakan bahwa aspek keadaan membaca yaitu jenis teks, motif membaca, tempat membaca, asal dan pemilihan literatur, frekuensi membaca, dan intensitas membaca. Dalam proses peningkatan minat membaca, guru memberikan motivasi kepada siswa untuk memiliki antusias membaca yang tinggi karena manfaat dari kegiatan membaca sangat banyak. Menurut Giehrl yang dikemukakan oleh Franz/Meier (1983:8), terdapat tiga motivasi membaca berupa rangsangan dasar yaitu sebagai berikut. (1) Rangsangan dasar pertama untuk membaca adalah keinginan untuk menangkap dan menghayati yang dijumpai di dunia-dalamnya, disadari oleh hasrat berorientasi pada dunia sekelilingnya dan untuk dapat menjelaskan adanya dunia disekelilingnya itu, (2) rangsangan dasar kedua untuk membaca berasal dari hasrat untuk mengatasi atau setidaknya melonggarkan keterikatan manusia (mengisi waktu, melupakan sesuatu, menghibur atau melipur, dan mengganti sesuatu dalam kehidupan), dan (3) rangsangan dasar untuk membaca yaitu mencari keteraturan dan bentuk, mencari apa arti dan makna kehidupan manusia. Ketiga jenis motivasi tersebut dirangkum menjadi manfaat-manfaat membaca yang dijadikan motivasi yang diberikan pada siswa. dengan adanya pemberian motivasi berupa rangsangan dasar tersebut terbukti dapat meningkatkan minat membaca siswa. Pada kegiatan program jam baca perkembangan minat membaca siswa selalu diamati. Hasil tersebut dibandingkan dengan hasil sebelumnya. Jika peningkatan yang dialami belum maksimal dilakukan refleksi dan tindak lanjut untuk meningkatkan hasil pada siklus selanjutnya. Pada studi pendahuluan siswa frekuensi minat membaca siswa sangat rendah. Hal tersebut terbukti dari jumlah siswa yang tidak memiliki minat membaca dengan kualifikasi rendah yaitu 24

109

siswa (96%). Dari 24 siswa tersebut, 12 siswa (48%) tidak memiliki minat baca dan 12 siswa (48%) memiliki minat baca. Siswa yang memiliki minat membaca dengan kualifikasi sedang hanya 1 siswa (4%). Akan tetapi, tidak terdapat siswa yang memiliki minat membaca dengan kategori tinggi. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa masih belum memiliki minat untuk membaca. Setelah dilakukan tindakan program jam baca, pada siklus 1 minat membaca siswa mengalami peningkatan. Peningkatan hasil terjadi karena adanya motivasi oleh guru tentang manfaat membaca dan pentingnya variasi bahan bacaan. Pada siklus ini tidak terdapat siswa yang tidak memiliki minat baca seperti pada studi pendahuluan. Namun, frekuensi membaca siswa masih cenderung rendah. Frekuensi membaca siswa dengan kualifikasi rendah terdapat 22 siswa (88%), sedangkan siswa dengan kualifikasi sedang meningkat menjadi 3 siswa (12%). Namun, belum terdapat siswa yang memiliki frekuensi membaca dengan kualifikasi tinggi. Peningkatan yang terjadi tidak begitu besar. Akan tetapi, dengan adanya peningkatan ini menunjukkan adanya peningkatan pula pada antusias siswa untuk mulai menyukai kegiatan membaca. Pada siklus 2, hasil minat membaca siswa juga mengalami peningkatan frekuensi membaca. Peningkatan tersebut terjadi karena adanya motivasi oleh guru tentang contoh tokoh sukses di Indonesia yang memiliki hobi membaca seperti Soekarno dan R. A. Kartini. Siswa yang memiliki frekuensi membaca dengan kategori rendah berkurang menjadi 7 siswa (28%). siswa yang memiliki kategori membaca sedang meningkat menjadi 14 siswa (56%), sedangkan pada siklus ini juga terdapat siswa yang memiliki kategori membaca tinggi yaitu 4

110

siswa (12%). Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa secara bertahap minat dan antusias siswa dalam membaca sudah meningkat. Berdasarkan hasil keseluruhan ditinjau dari frekuensi membaca, peningkatan minat membaca siswa kelas VII SMP Negeri 01 Puri belum mengalami peningkatan yang besar. Hal tersebut terjadi karena dalam pembiasaan minat membaca siswa melalui program jam baca membutuhkan waktu yang lama karena hanya dalam waktu 3 minggu tidak dapat membuat perubahan besar dalam peningkatan minat membaca. Selain itu, pembinaan minat membaca perlu dilakukan secara berkelanjutan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Mudjito yang menyatakan bahwa pembinaan minat membaca memiliki ciri-ciri yaitu pembinaan minat baca merupakan suatu proses yang berkelanjutan (Suradi 2010:29). Pada studi pendahuluan, semua siswa belum memiliki variasi bahan bacaan. Setiap siswa hanya membaca satu jenis bahan bacaan. Dari jumlah siswa yang memiliki minat membaca, 8 orang (32%) memiliki kecenderungan membaca buku sastra/fiksi. Siswa yang memiliki bahan bacaan lain yaitu berupa buku pengetahuan dan koran/majalah yaitu 5 siswa (20%). Dari 5 siswa tersebut, terdapat 2 siswa (8%) memiliki kecenderungan membaca koran/majalah dan 3 siswa (12%) membaca buku pengetahuan. Kecenderungan bahan bacaan yang dibaca siswa menunjukkan bahwa siswa belum memiliki kesadaran akan pentingnya membaca bahan bacaan variatif. Siswa hanya membaca buku yang sesuai dengan minatnya masing-masing. Nurhadi (1989:4) menyatakan bahwa salah satu ciri pembaca yang buruk yaitu bahan bacaan yang dibacanya itu-itu saja.

111

Variasi bacaan setelah dilakukan tindakan siklus 1 belum mengalami peningkatan. Setiap siswa belum mengalami peningkatan variasi bacaan dibandingkan dengan studi pendahuluan. Hanya terdapat 1 siswa yang mengalami variasi yaitu membaca koran/majalah dan buku sastra/fiksi. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa tindakan siklus 1 belum berhasil meningkatkan variasi bahan bacaan siswa. Untuk menindaklanjuti variasi bahan bacaan siswa yang tidak mengalami peningkatan maka siswa diberikan kembali motivasi tentang manfaat membaca bahan bacaan dengan variasi lain dan memberikan contoh tokoh sukses di Indonesia yang memiliki hobi membaca. Menurut pendapat Wiryodijoyo (1989:192), kegemaran membaca hendaknya diarahkan untuk memperluas pandangan murid-murid terhadap kehidupan, sesuai dengan naluri manusia pada umumnya. Perkembangan budaya, ilmu, seni, dan fantasi manusia makin memperluas ragam pustaka dunia saat ini. Oleh karena itu, pemilihan bahan bacaan untuk para pelajar perlu diusahakan seluas mungkin. Dari hasil tindakan siklus 2 bahan bacaan siswa sudah cukup variatif. Terdapat 21 siswa (84%) sudah memiliki 2 variasi bacaan, bahkan ada 1 siswa (4%) yang sudah memiliki 3 variasi bacaan. Akan tetapi, masih ada 3 siswa (12%) yang belum memiliki variasi bacaan. Berdasarkan data tersebut maka dapat disimpulkan bahwa program jam baca siklus 2 sudah berhasil meningkatkan minat membaca siswa SMP Negeri 1 Puri. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian sebelumnya yang berjudul “Peningkatan Minat Baca Siswa kelas IV MI Muawanah Banjaranyar Paciran Lamongan melalui Penerapan Program Jam

112

Baca” yang dilakukan oleh Qurrota A’yun. Pada penelitian tersebut hanya memiliki tujuan untuk meningakatkan minat baca saja. Selain itu, indikator yang digunakan untuk mengukur minat baca yaitu kuantitas buku, sehingga minat baca siswa dilihat dari banyaknya buku yang dibaca saat program jam baca berlangsung.

113

BAB VI PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan, maka diperoleh kesimpulan dan saran yang diharapkan dapat berguna bagi kepala sekolah, guru bahasa Indonesia, dan peneliti lain. Kesimpulan dan saran tersebut adalah sebagai berikut.

6.1

Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa

penerapan program jam baca mampu meningkatkan minat dan kemampuan membaca siswa SMP Negeri 01 Puri. Adanya peningkatan hasil minat dan kemampuan membaca pada siklus 1 dan 2 menunjukkan keefektifan proses penerapan program jam baca. Proses penerapan program jam baca terdiri atas empat tahap meliputi: (1) tahap praprogram, (2) tahap awal program, (3) tahap inti program, dan (4) tahap penutup program. Pada siklus 1, tahap praprogram adalah tahap pengumpulan siswa di perpustakaan. Namun, pada siklus 2, jadwal mengalami perubahan yaitu program dimulai 15 menit setelah jam pelajaran sekolah berakhir. Tahap awal program adalah pemberian apersepsi terkait minat membaca siswa di perpustakaan dan pengalaman menulis jurnal membaca dan pengarahan tentang langkah-langkah pelaksanaan program. Selain itu, apersepsi yang diberikan juga terkait perubahan minat membaca siswa dan kesulitan yang dialami

114

siswa dari pelaksanaan program pada petemuan sebelumnya dan pengarahan diberikan terkait adanya perubahan metode. Tahap inti program dilakukan dengan pemberian materi tentang kompetensi “mengomentari buku cerita yang dibaca” dan pelatihan menulis contoh jurnal dari cerita Legenda Batu Menangis. Tahap berikutnya yaitu pemilihan bahan bacaan berdasarkan deret bangku. Tahap selanjutnya adalah tahap membaca buku masing-masing oleh siswa. Pada tahap pembacaan hasil komentar dan tanggapan siswa, pemilihan siswa dilakukan secara dengan menggunakan metode talking stik. Pada penutup program adalah pengungkapan kesan dan kesulitan yang dialami siswa. Pada tahap terakhir yaitu pemberian motivasi oleh guru untuk meningkatkan minat dengan menambah frekuensi membaca dan menambah variasi bahan bacaan. Selain itu, motivasi juga diberikan melalui contoh tokoh sukses Soekarno dan R. A. Kartini yang memiliki hobi membaca. Peningkatan hasil kemampuan membaca melalui penerapan program jam baca dapat dilihat dari nilai hasil jurnal membaca 25 siswa sesuai kualifikasi. Siswa yang berkualifikasi sangat baik meningkat dari 12% (siklus 1) menjadi 36% (siklus 2) dan siswa yang berkualifikasi baik meningkat dari 20% (siklus 1) menjadi 40% (siklus 2). Berdasarkan data tersebut disimpulkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan membaca melalui penerapan program jam baca. Peningkatan kualitas hasil minat membaca melalui penerapan program jam baca dapat dilihat dari peningkatan frekuensi membaca dan variasi bahan bacaan. Ditinjau dari frekuensi membacanya, siswa yang berkualifikasi sedang meningkat dari 12% (siklus 1) menjadi 56% (siklus 2) dan siswa yang berkualifikasi tinggi

115

meningkat dari 0% (siklus 1) menjadi 16% (siklus 2). Jika ditinjau dari variasi bahan bacaan, siswa yang memiliki 2 variasi bacaan meningkat dari 1 siswa (siklus 1) menjadi 21 siswa (siklus 2) dan siswa yang memiliki 3 variasi bacaan dari tidak ada siswa (siklus 1) menjadi 1 siswa (siklus 2).

6.2

Saran Saran yang dapat diberikan peneliti berdasarkan kesimpulan hasil

penelitian tersebut adalah sebagai berikut. (1) Kepala Sekolah Kepala sekolah perlu meningkatkan fasilitas perpustakaan agar siswa merasa nyaman saat membaca di perpustakaan. Dengan adanya fasilitas perpustakaan yang nyaman akan meningkatkan minat membaca siswa di perpustakaan. (2) Guru Bahasa Indonesia Saran bagi guru Bahasa Indonesia adalah mampu menerapkan program jam baca secara terorganisasi untuk diikuti semua siswa. Guru juga perlu melaksanakan pembelajaran membaca dengan memanfaatkan fasilitas ruang perpustakaan untuk meningkatkan minat dan kemampuan membaca siswa. Hal tersebut dapat membantu pencapaian tujuan program jam baca. (3) Peneliti Lain Saran bagi peneliti lain yang melakukan penelitian sejenis adalah dapat menindaklanjuti dengan penelitian yang lain. Tindak lanjut tersebut dalam rangka mengembangkan dan meningkatkan hasil pembelajaran.

116

DAFTAR RUJUKAN Arikunto , S., dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara A’yun, Qurrota. 2008. Peningkatan Minat Baca Siswa Kelas IV MI Muawanah Banjaranyar Paciran Lamongan melalui Penerapan Program Jam Baca. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang Boediono, W. 2004. Gemar Membaca, (Online), (http://www.mentaritimur.com/mentari/dec04/gemar_membaca.htm), diakses Senin, 14 Maret 2011 Depdiknas. 2009. Pembelajaran Membaca. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Franz, Kurt & Benhard Meier. 1983. Membina Minat Baca. Bandung: Remadja Karya Hasanah, Muakibatul, Nurchasanah & Hamidah, S. C. 2011. Membaca Ekstensif: Teori, Praktik, dn Pembelajaran. Malang: Pustaka Kaiswaran Hernowo. 2002. Mengikat Makna. Bandung:Kaifa Iskandarwassid. 2009. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Kusmana, Suherli. 2009. Minat Baca Siswa Rendah, (Online), (http://suherlicentre.blogspot.com/2009/01/minat-baca-siswarendah.html), diakses Senin, 14 Maret 2011 Munaf, Yarni. 2002. Upaya Meningkatkan Minat Baca Siswa. Jurnal Pendidikan Bahasa Sastra dan Seni, 3 (2): 241-250 Nurhadi. 1987. Membaca Cepat dan Efektif. Bandung: Sinar Baru Nurhadi. 1989. Bagaimana Meningkatkan Kemampuan Membaca. Bandung: CV Sinar Baru Offset Nurhadi, Muljani A. 1983. Sejarah Perpustakaan dan Perkembangannya di Indonesia. Yogyakarta: Andi Offset Oka, I Gusti Ngurah. 1983. Pengantar Membaca dan Pengajarannya. Surabaya: Usaha Nasional

117

Pandawa, Nurhayati, Hairudin & Sakdiyah M. 2009. Pembelajaran Membaca. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, (Online), (http://www.scribd.com), diakses 26 Juli 2012 Rahim, Farida. 2008. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar (Edisi Kedua). Jakarta: Bumi Aksara. Rahim, Farida. 2001. Pengajaran Membaca Pemahaman berdasarkan Teori Skema. Komposisi Jurnal Pendidikan Bahasa Sastra dan Seni, 2 (2):157172 Rosidi, Imron. 2009. Meningkatkan Minat Baca Siswa, (Online), (http://guruumarbakri.blogspot.com/2009/05/meningkatkan-minat-baca-siswa.html), diakses Senin, 14 Maret 2011 Runtu, Anastasia. 2004. Pembelajaran Membaca Pemahaman dengan Strategi SQ4R Siswa Kelas II SLTP Ketolik Santa Maria Gorontalo. Tesis tidak diterbitkan. Malang:PPS UM Sandjaya, Soeyanto. 2005. Pengaruh Keterlibatan Orang Tua terhadap Minat Membaca Anak Ditinjau dari pendekatanSter Lingkungan, (Online), (http://www.unika.ac.id/fakultas/psikologi/artikel/ss-1pdf), diakses Senin, 21 Maret 2011 Sinauseni. 2010. Menumbuhkan Kegemaran Membaca, (Online), (http://sinauseni.wordpress.com/2010/03/28/menumbuhkan-kegemaranmembaca/), diakses Senin 14 Maret 2011 Sman1wonosari. 2010. Jam Wajib Baca di Sekolah, (Online), (http://sma1wonosari.sch.id/html/index.php?id=berita&kode=25), diakses Senin, 14 Maret 2011 Soedarso. 2004. Speed Reading: Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta: Gramedia Pustaka Umum Sukarnyana, I Wayan. 2002. Penelitian Tindakan Kelas: Bahan Penataran untuk Instruktur. Jakarta: Depdiknas Supriyoko, Ki. 2009. Minat Baca dan Kualitas Bangsa, (Online), (http://www.bit.lipi.go.id/masyarakat-literasi/index.php/minat-baca/72minat-baca-dan-kualitas-bangsa), diakses Senin, 14 Maret 2011 Suradi. 2010. Pelayanan Perpustakaan Sekolah dalam Meningkatkan Minat Baca Siswa (Studi Kasus di SD Negeri Percobaan 1 Malang). Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang Syafi’ie, Imam. 1993. Pandai Berbahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud

118

Syamsi, Kastam & Kusmiyatun, Ari. 2006. Peningkatan Kemampuan Membaca Siswa dengan Pendekatan Proses. Litera, 5 (2): 219-232 Tampubolon, DP. 1987. Kemampuan Membaca: Teknik Membaca Efektif dan Efisien. Bandung: Angkasa Wiryodijoyo, Suwaryono. 1989. Membaca: Strategi Pengantar dan Tekniknya. Jakarta: Depdikbud

119

LAMPIRAN 1 SURAT-SURAT UNTUK PENELITIAN

120

121

LAMPIRAN 2 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

122

Lampiran : Rencana Perbaikan Pembelajaran Melalui Metode Program Jam Baca Pelaksanaan Tindakan Siklus I

Nama Sekolah

: SMP Negeri 01 Puri

Mata Pelajaran

: Bahasa Indonesia

Kelas / Semester

: VII / 1

Materi Pokok

: Membaca

Standar Kompetensi : 7. Memahami isi berita berbagai teks bacaan sastra dengan membaca Kompetensi Dasar

: 7.2 Mengomentari buku cerita yang dibaca

Indikator

: 1. Siswa mengindentifikasi identitas buku cerita yang dibaca 2. Siswa menulis ringkasan isi cerita yang dibaca 3. Siswa memberikan komentar dan alasan dari cerita yang dibaca 4. Siswa menulis kutipan dari bagian yang dikomentari

Alokasi Waktu

: 60 menit

A. Tujuan Pembelajaran Siswa mampu memilih buku cerita Siswa mampu membaca buku cerita Siswa mampu menuliskan ringkasan cerita yang dibaca Siswa mampu menentukan bagian dari cerita yang akan dikomentari Siswa mampu memberikan komentar dengan kalimat yang tepat Siswa mampu memberikan alasan dari komentar yang diberikan Siswa mampu menuliskan kutipan dari bagian ceritan yang dikomentari

B. Materi Pembelajaran Dalam mengomentari buku cerita dapat menyorotinya dari segi isi dan bahasa. Segi isi meliputi unsur-unsur intrinsik cerita yang meliputi tema, alur, penokohan, latar, sudut pandang, dan amanat serta ilustrasi gambar

123

yang digunakan atau kemenarikan isi buku cerita. Adapun dari segi bahasa meliputi keruntutan, kekomunikatifan kalimat dan penggunaan bahasa dalam buku cerita tersebut. Unsur-unsur intrinsik dalam sebuah cerita adalah: Tema adalah ide pokok sebuah cerita, yang diyakini dan dijadikan sumber cerita Latar . setting adalah tempat, waktu , suasana yang terdapat dalam cerita. Sebuah cerita harus jelas dimana berlangsungnya, kapan terjadi dan suasana serta keadaan ketika cerita berlangsung. Alur / plot adalah susunan peristiwa atau kejadian yang membentuk sebuah cerita. Alur meliputi beberapa tahap: 1. Pengantar : bagian cerita berupa lukisan , waktu, tempat atau kejadian yang merupakan awal cerita. 2. Penampilan masalah : bagian yang menceritakan maslah yang dihadapi pelaku cerita. 3. Puncak ketegangan / klimaks : masalah dalam cerita sudah sangat gawat, konflik telah memuncak. 4. Ketegangan menurun / antiklimaks : masalah telah berangsur – angsur dapat diatasi dan kekhawatiran mulai hilang. 5. Penyelesaian / resolusi : masalah telah dapat diatasi atau diselesaikan. Penokohan : Menggambarkan watak atau karakter seseorang tokoh yang dapat dilihat dari tiga segi yaitu melalui: - Dialog tokoh - Penjelasan tokoh - Penggambaran fisik tokoh Nilai (amanat) : pesan atau nasihat yang ingin disampaikan pengarang melalui cerita. Sudut Pandang :Sudut pandang (point of view) merupakan strategi, teknik, siasat, yang secara sengaja dipilih pengarang untuk mengemukakan gagasan dan ceritanya.

124

Contoh menulis Identitas Buku: Judul buku

: Benang-benang Kuning

Kota penerbit :

Nama Pengarang

: Sukamti

Tahun penerbit : 1997

Penerbit

: Balai Pustaka

Jakarta

Langkah-langkah menulis ringkasan cerita: 1. Membaca naskah asli 2. Mencatat gagasan utama 3. Menyusun gagasan-gagasan tersebut menjadi paragraf sesuai susunan cerita 4. Mengedit kembali susunan, kelengkapan isi cerita dan ejaannya dengan benar

Cara-cara dalam mengomentari buku cerita: Bacalah buku cerita dengan seksama. Perhatikan kelebihan dan kekurangan dari buku cerita tersebut. Tulislah identitas dari buku cerita yang dibaca. Tulislah ringkasan dari cerita yang dibaca. Tentukan bagian dari cerita yang akan dikomentari. Tulis komentar dengan kalimat yang tepat. Komentar dapat menyoroti isi cerita (tema, alur, penokohan, latar, sudut pandang, amanat, kemenarikan isi atau gambar) atau bahasa (keruntutan, kekomunikatifan kalimat, dan penggunaan kalimat). Berikan alasan yang logis dan jelas. Tulislah kutipan dari bagian yang dikomentari.

Berikut ini contoh kalimat dalam mengomentari buku cerita: Buku cerita itu sangat bagus karena ilustrasinya menarik. Isi cerita buku itu tidak masuk akal karena buaya tidak bisa berbicara. Saya sangat menyukai tokoh utamanya karena memiliki sifat yang baik hati, suka menolong, dan tidak sombong.

125

Bahasa dalam cerita ini mudah dipahami karena tidak menggunakan banyak istilah sulit. Tema cerita tentang kebersihan ini sangat bagus karena dapat mengingatkan kita untuk menjaga kebersihan. Cerita ini sangat membingungkan karena kalimat tidak runtut. Contoh menulis kutipan teks dalam cerita: Setelah mendengar keterangan dan cerita buaya, timbullah rasa iba Wuwung Sewe. Ia berkata, "Kalau demikian, engkau akan kubantu."

C. Metode Pembelajaran Program Jam Baca

D. Langkah-langkah Pembelajaran Uraian Kegiatan

Waktu

Metode

(menit) Kegiatan Awal 1. Apersepsi: salam dan do’a. Guru

5 menit

Ceramah

memberikan pengarahan langkah-langkah pelaksanaan Program Jam Baca. Kegiatan Inti Ceramah

2. Guru memberikan materi terkait kompetensi yang akan dicapai. 3. Guru meminta siswa memilih salah satu buku atau bahan bacaan secara individu.

Penugasan

4. Siswa diminta untuk membaca dengan waktu yang telah ditentukan. 5. Setelah waktu habis, siswa lalu

50 menit

mengerjakan lembar jurnal membaca secara individu. 6. Setelah semua siswa selesai mengerjakan lalu siswa diminta membacakan komentarnya. Siswa yang lain diminta

Random

126

memberikan tanggapan untuk komentar teman. Kegiatan Akhir 1. Guru menanyakan pada siswa kesan dan

5 menit

Refleksi

kesulitan yang dialami siswa setelah melaksankan pembelajaran. Guru juga memotivasi siswa untuk terus gemar membaca.

E. Sumber Belajar 1. Buku bacaan di perpustakaaan 2. Jurnal Membaca

F. Penilaian 1. Penilaian Proses : Dilakukan pada saat pembelajaran dengan menekankan pada keaktifan dalam pembelajaran. 2. Penilaian hasil a. Teknik

: tes tulis untuk penilaian hasil dan nontes

untuk penilaian proses b. Bentuk instrumen

: penilaian hasil berupa jurnal membaca dan

penilaian proses berupa observasi selama proses pembelajaran.

127

Lampiran : Rencana Perbaikan Pembelajaran Melalui Metode Program Jam Baca Pelaksanaan Tindakan Siklus II

Nama Sekolah

: SMP Negeri 01 Puri

Mata Pelajaran

: Bahasa Indonesia

Kelas / Semester

: VII / 1

Materi Pokok

: Membaca

Standar Kompetensi : 7. Memahami isi berita berbagai teks bacaan sastra dengan membaca Kompetensi Dasar

: 7.2 Mengomentari buku cerita yang dibaca

Indikator

: 1. Siswa mengindentifikasi identitas buku cerita yang dibaca 2. Siswa menulis ringkasan isi cerita yang dibaca 3. Siswa memberikan komentar dan alasan dari cerita yang dibaca 4. Siswa menulis kutipan dari bagian yang dikomentari

Alokasi Waktu

: 60 menit

G. Tujuan Pembelajaran Siswa mampu memilih buku cerita Siswa mampu membaca buku cerita Siswa mampu menuliskan ringkasan cerita yang dibaca Siswa mampu menentukan bagian dari cerita yang akan dikomentari Siswa mampu memberikan komentar dengan kalimat yang tepat Siswa mampu memberikan alasan dari komentar yang diberikan Siswa mampu menuliskan kutipan dari bagian ceritan yang dikomentari

H. Materi Pembelajaran Contoh kalimat komentar terhadap cerita yang dibaca: 1. Tema yang dingkat tentang kemiskinan sangat menarik, karena menceritakan kondisi kehidupan mereka yang kesusahan.

128

2. Saya menyukai alur klimaksnya karena terjadi perdebatan antara Sukarni dan karjo yang sangat seru. 3. Tokoh utama yang digambarkan dalam cerita sangat menarik karena dia suka menolong pengemis. 4. Penggambaran latar tempat tinggal putri sangat bagus karena terdapat sawah yang hijau. 5. Amanat dari cerita ini sangat baik untuk pembaca karena mengingatkan kita untuk selalu bersyukur. 6. Kalimat dalam cerita mudah dipahami karena semua diceritakan dengan runtut. 7. Cerita ini sangat mudah dipahami karena bahasanya tidak sulit. Contoh penulisan kutipan: Kedua anak itu terdiam beberapa saat. Ramelan tidak menyangka kalau Antok akan seberani itu berbuat curang dalam perlombaan Hmmm... itu bagus. Tapi sebaiknya kamu juga melihat sekelilingmu, Tikus Tua. Kamu harus tahu bahwa tidak semua kucing terbuat dari kertas. Misalnya, aku! Lihatlah aku! Apakah aku termasuk kucing yang bisa kamu makan?” si Kucing menjilati mulutnya sambil menatap tajam Tikus Tua.

I. Metode Pembelajaran Program Jam Baca

J. Langkah-langkah Pembelajaran Uraian Kegiatan

Waktu

Metode

(menit) Kegiatan Awal 7. Apersepsi: salam dan do’a. Guru memberikan

5 menit

Ceramah

pengarahan langkah-langkah pelaksanaan Program Jam Baca. Kegiatan Inti 8. Guru memberikan materi terkait kompetensi

Ceramah

yang akan dicapai. 9. Guru meminta siswa memilih salah satu buku atau bahan bacaan secara individu. 10. Siswa diminta untuk membaca dengan waktu

Penugasan

129

yang telah ditentukan. 11. Setelah waktu habis, siswa lalu mengerjakan

50 menit

lembar jurnal membaca secara individu. 12. Setelah semua siswa selesai mengerjakan lalu siswa diminta membacakan komentarnya. Siswa Random

yang lain diminta memberikan tanggapan untuk komentar teman. Kegiatan Akhir 2. Guru menanyakan pada siswa kesan dan

5 menit

Refleksi

kesulitan yang dialami siswa setelah melaksankan pembelajaran. Guru juga memotivasi siswa untuk terus gemar membaca.

K. Sumber Belajar 3. Buku bacaan di perpustakaaan 4. Jurnal Membaca

L. Penilaian 3. Penilaian Proses : Dilakukan pada saat pembelajaran dengan menekankan pada keaktifan dalam pembelajaran. 4. Penilaian hasil c. Teknik

: tes tulis untuk penilaian hasil dan nontes

untuk penilaian proses d. Bentuk instrumen

: penilaian hasil berupa jurnal membaca dan

penilaian proses berupa observasi selama proses pembelajaran.

130

Lampiran Bacaan Studi Pendahuluan Si Tanduk Panjang Cerita dari Tanah Batak Dahulu kala di sebuah desa tinggalah sebuah keluarga miskin. Keluarga itu terdiri dari seorang ayah, ibu, dan anak perempuan.Ayah dan ibu tersebut sangat sayang kepada anaknya. Namun, mereka masih merasa kecewa karena belum dikaruniai seorang anak laki-laki. Setiap hari mereka berdoa kepada Tuhan agar dikaruniai anak laki-laki sebagai penyambung keturunannya. Bulan berganti tahun berlalu, tiada jemu mereka berdoa. Akhirnya si isteri hamil. Keluarga itupun merasa gembira. Terlebih setelah diketahui sibayi ternyata laki-laki. Namun, kegembiraan mereka mendadak lenyap setelah mengetahui ternyata di kepala si bayi laki-laki itu ada tanduknya. Mereka merasa malu dan takut dihina maupun diejek oleh orang-orang sedesa. Pada malam hari bayi laki-laki itu dimasukkan ke dalam peti, ia dibekali dengan sebutir telur ayam dan secangkir beras, lalu peti itu dihanyutkan di sungai. Kakak perempuan si bayi mengetahui perbuatan orang tuanya. Ia sangat sedih. Diam-diam ia meninggalkan rumah dan mengikuti adiknya yang dihanyutkan ke sungai. Ia terus melangkah mengikuti adiknya yang hanyut. beberapa lama kemudia terdengar adiknya menangis karena lapar. Maka si kakak perempuan itu menghiburnya dengan berkata “adikku sayang si tanduk panjang, janganlah engkau menangis. Jika engkau lapar makanlah sebutir beras agar engkau kenyang!” Tak berapa lama kemudian tangis adiknya berhenti. Beberapa hari kemudian si kakak perempuan mendengar ciap anak ayam dari peti yang hanyut di tengah sungai itu. ia tak dapat mendekati peti itu, tapi ia dapat menduga pastilah telur yang dibekalkan kepada adiknya telah menetas. Bila mendengar adiknya menangis ia terus menghiburnya dengan ucapan penuh kasih sayang. Berbulan-bulan peti itu hanyut, dengan susah payah dan setia si kakak terus mengikutinya. Pada suatu hari peti itu terbawa arus sungai hingga ke tepian, si kakak dengan wajah gembira berusaha meraihnya. Peti dapat diraihnya. Ketika peti dibuka melompatlah seorang anak lakilaki yang gagah dan tampan. Tidak terlihat tanduk di kepalanya. Di belakangnya seekor ayam jantan yang bagus sekali menemaninya. Betapa gembira si kakak perempuan melihat kenyataan itu. Ia bersyukur kepada tuhan yang telah menyelamatkan adik yang sangat dikasihinya itu. Selnjutnya, kakak beradik itu segera berjalan menuju desa terdekat. Di depan pintu gerbang desa mereka ditegur oleh penduduk. Kepala desa segera memberitahu bahwa untuk dapat masuk ke desa mereka harus mengadu ayamnya dengan ayam penduduk desa itu. jika mereka menang mereka akan mendapat harta kekayaan, jika mereka kalah maka mereka akan dijadikan budak di desa itu. Jika mereka tidak berani menenerima tantangan, maka mereka dipersilahkan pergi meninggalkan desa itu. Kakak beradik itu menyanggupi tantangan kepala desa. Pada hari yang ditentukan ayam mereka diadu dengan disaksikan seluruh masyarakat desa. Ternyata ayam si tanduk panjanglah yang menang. Maka mereka dipersilahkan masuk desa, dijamu dengan makanan-makanan lezat dan diberi harta kekayaan. Sesudah itu kedua kakak beradik itu minta diri meninggalkan desa.

131

Untuk memasuki desa yang lain ternyata mereka dikenai syarat serupa. Mereka harus menyabung ayam. Untung ayam kakak beradik itu selalu menang sehingga harta benda mereka semakin berlimpah ruah. Kini untuk mengangkut harta bendanya mereka harus membawa beberapa orang pengikut. Akhirnya tibalah kedua kakak beradik itu di desa kelahirannya. Para penduduk desa itu menanyakan asal usulnya. Mereka menceritakan kisah mereka yang sebenarnya. Mendengar cerita itulah penduduk setempat tahu siapa sebenarnya kakak beradik itu. Kabar segera tersebar ke pelosok desa bahwa si tanduk panjang dan kakak raya telah kembali. Kedua orang tuanya yang miskin merasa bahagia, mereka segera menyongsong kedatangan kedua anaknya. Tetapi, kakak beradik itu menolak. “Kami tidak mempunyai orang tua lagi karena sewaktu kami membutuhkan kasih saya serta perlindungan orang tua, justru kami dibuang!” Betapa kecewa kedua orang tua miskin itu. mereka baru menyadari kesalahannya. Mereka sangat menyesal sehingga jatuh sakit dan akhirnya meninggal dunia. Tetapi ini hanya dongeng, tentang kebenaran cerita ini tidak ada yang tahu namun, hikmahnya ialah: kita tidak boleh menyia-nyiakan anak kandung kita sekalipun ia buruk rupa. Kita tidak dapat meramalkan nasib seseorang. Kini nasibnya buruk, mungkin kelak nasib anak itu menjadi baik.

132

Lampiran Bacaan Siklus 2 Legenda Batu Menangis Di sebuah bukit yang jauh dari desa, di daerah Kalimantan hiduplah seorang janda miskin dan seorang anak gadisnya. Anak gadis janda itu sangat cantik jelita. Namun sayang, ia mempunyai perilaku yang amat buruk. Gadis itu amat pemalas, tak pernah membantu ibunya melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah. Kerjanya hanya bersolek setiap hari. Selain pemalas, anak gadis itu sikapnya manja sekali. Segala permintaannya harus dituruti. Setiap kali ia meminta sesuatu kepada ibunya harus dikabulkan, tanpa memperdulikan keadaan ibunya yang miskin, setiap hari harus membanting tulang mencari sesuap nasi. Pada suatu hari ank gadis itu diajak ibunya turun ke desa untuk berbelanja. Letak pasar desa itu amat jauh, sehingga mereka harus berjalan kaki yang cukup melelahkan. Anak gadis itu berjalan melenggang dengan memakai pakaian yang bagus, dan bersolek agar orang di jalan yang melihatnya nanti akan mengagumi kecantikannya. Sementar, ibunya berjalan di belakang sambil membawa keranjang dengan pakaian yang sangat dekil. Karena mereka hidup di tempat yang terpencil, tak seorangpun mengetahui bahwa kedua perempuan yang berjalan itu adalah ibu dan anak. Ketika mereka mulai memasuki desa, orang-orang desa memandangi mereka. Mereka begitu terpesona melihat kecantikan anak gadis itu, terutama para pemuda desa yang tak puas-puasnya memandang wajah gadis itu. namun, ketika melihat orang yang berjalan di belakang anak gadis itu, sungguh kontras keadaannya. Hal itu membuat orang bertanya-tanya. Di antara orang yang melihatnya itu, seorang pemuda mendekati dan bertanya kepada gadis itu, “ Hai gadis cantik, apakah yang berjalan di belakang itu ibumu?” Namun, apakah jawaban anak gadis itu? “Bukan,” katanya dengan angkuh. “Ia adalah pembantuku!” Kedua ibu dan anak itu kemudian meneruskan perjalanan. Tak seberapa jauh, mendekat lagi seorang pemuda dan bertanya kepada anak gadis itu. “Hai, manis, apakah yang berjalan dibelakangmu itu ibumu?” “Bukan, bukan,” jawab gadis itu dengan mendongakkan kepalanya. “Ia adalah budakku!” Begitulah setiap gadis itu bertemu dengan seseorang di sepanjang jalan yang menanyakan perihal ibunya, selalu jawabannya itu. ibunya diperlakukan sebagai pembantu atau budaknya. Pada mulanya mendengar jawaban putrinya yang durhaka jika ditanya orang, si ibu masih dapat menahan diri. Namun, setelah berulang kali didengarnya jawaban yang sama dan yang amat menyakitkan hati, akhirnya si ibu yang malang itu tak dapat menahan diri. Si ibu itu berdo’a. “Ya Tuhan, hamba tak kuat menahan hinaan ini. Anak hamba begitu teganya memperlakukan diri hamba sedemikian rupa. Ya, Tuhan hukumlah anak durhaka ini! Hukumlah dia.....” Atas kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa, perlahan-lahan tubuh gadis durhaka itu berubah menjadi batu. Perubahan itu dimulai dari kaki. Ketika

133

perubahan itu telah mencapai setengah badan, anak gadis itu menangis memohon ampun kepada ibunya. “Oh, ibu.. ibu.. ampunilah saya, ampunilah kedurhakaan anakmu selama ini. Ibu... ibu... ampunilah anakmu...” Anak gadis itu terus meratap dan menangis memohon kepada ibunya. Akan tetapi, semuanya telah terlambat. Seluruh tubuh gadis itu akhirnya berubah menjadi batu.

134

Lampiran Rubrik Penilaian Hasil No 1

Aspek Penilaian Siswa menulis identitas buku: Judul buku, pengarang, penerbit buku, tahun penerbitan, dan kota penerbit Identitas buku lengkap (12,5) Identitas buku tidak lengkap (9) 2 Siswa menulis ringkasan bacaan Ringkasan lengkap, EYD tepat (25) Ringkasan lengkap, EYD tidak tepat (20) Ringkasan tidak lengkap, EYD tepat (15) Ringkasan tidak lengkap, EYD tidak tepat (10) 3 Siswa menulis komentar serta alasan Kalimat komentar tepat, alasan sesuai (37,5) Kalimat komentar tepat, alasan tidak sesuai (25) Kalimat komentar tidak tepat, tanpa alasan (15) 4 Siswa menulis kutipan dari bagian yang dikomentari Kutipan yang ditulis bersangkutan, EYD tepat (25) Kutipan yang ditulis bersangkutan, EYD tidak tepat (20) Kutipan yang ditulis tidak bersangkutan, EYD tepat (15) Kutipan tidak bersangkutan, EYD tidak tepat (10) Skor Akhir

Bobot

1

2

3

2

Total

135

LAMPIRAN 3 DATA MENTAH

136

Lampiran Hasil Wawancara Pengelola Perpustakaan Sebelum Penerapan Program Jam Baca Tempat

: SMP Negeri 01 Puri

Tanggal

: 30 September 2011

Narasumber

: Elik Waluyaningsih

Pertanyaan 1. Bagaimana minat baca siswa di perpustakaan sekolah? 2. Bagaimana frekuensi kedatangan para siswa ke perpustakaan sekolah? 3. Buku apa saja yang biasanya dibaca oleh siswa di perpustakaan?

4. Apakah siswa lebih sering membaca di perpustakaan atau meminjam buku untuk dibawa pulang? 5. Apakah sebelumnya ada kebijakan dari guru atau sekolah untuk meningkatkan minat membaca siswa? 6. Bagaimana proses penerapan kebijakan yang telah dilakukan?

7. Bagaimana hasil perkembangan minat membaca siswa dari penerapan kebijakan yang telah dilakukan?

Jawaban Kalau minat membaca siswa di sini itu biasabiasa saja. Biasanya, cuma siswa yang pandai saja yang gemar membaca di perpustakaan Mbak. Rata-rata per hari jumlah siswa yang mengunjungi perpustakaan hanya mencapai 50 siswa. itupun sudah termasuk siswa yang hanya membaca koran dan meminjam buku. Mereka paling sering membaca majalah, surat kabar, ya koran-koran begitu, sama buku cerita baik fiksi maupun nonfiksi. Siswa-siswa jarang membaca buku pengetahuan atau pelajaran di perpustakaan. Lebih sering meinjam buku untuk dibawa pulang. Hanya beberapa saja yang membaca disini, mungkin karena waktunya juga terbatas.

Sudah ada.

Sudah menambah koleksi buku, saya juga biasanya mencari tahu buku yang keluaran terbaru supaya buku-buku di sini bisa menarik siswa. selain itu, para guru juga biasanya memberi tugas buat siswa dengan mendapatkan buku-buku di perpustakaan sebagai referensinya, ya hanya itu saja Mbak. Minat membaca siswa lebih meningkat, tapi ya masih sedikit, belum maksimal.

137

138

139

140

141

142

143

144

145

146

147

148

149

150

151

152

153

154

155

156

157

158

159

LAMPIRAN 4 DATA TERSAJI

160

Tabel 4.1 Hasil Kemampuan Membaca pada Studi Pendahuluan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25

Nama Siswa APP AFA AA AS DP FAA FHP FYA I ILK KNK LN LA MAK MDA MFZ MFA MI NNK NPS RLP SM SMS WAK YTSR

MIB

MRB

MKB

MK

Nilai

9 12,5 12,5 12,5 12,5 12,5 12,5 12,5 12,5 12,5 12,5 12,5 12,5 12,5 12,5 12,5 12,5 12,5 12,5 12,5 12,5 12,5 12,5 12,5 12,5

15 20 25 20 20 10 15 15 25 15 20 15 10 20 15 20 10 20 25 15 20 10 15 20 15

37,5 37,5 0 25 25 15 37,5 37,5 15 15 15 15 15 15 25 25 0 0 37,5 15 37,5 0 25 0 15

0 25 0 20 0 0 20 10 10 25 25 10 25 25 0 0 0 0 25 15 10 0 10 0 25

61,5 95 37,5 77,5 57,5 37,5 85 75 62,5 67,5 72,5 52,5 62,5 72,5 57,5 52,5 22,5 32,5 100 57,5 80 22,5 62,5 32,5 67,5

Keterangan: MIB : Menulis Identitas Buku Bacaan MRB : Menulis Ringkasan Bacaan MKB : Menulis Komentar Bacaan MK : Menulis Kutipan

161

Tabel 4.3 Hasil Kemampuan Membaca Siklus 1 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25

Nama Siswa APP AFA AA AS DP FAA FHP FYA I ILK KNK LN LA MAK MDA MFZ MFA MI NNK NPS RLP SM SMS WAK YTSR

MIB

MRB

MKB

MK

Nilai

12,5 12,5 12,5 12,5 9 9 12,5 12,5 12,5 12,5 12,5 12,5 9 12,5 12,5 12,5 12,5 12,5 12,5 12,5 12,5 12,5 12,5 12,5 12,5

15 10 10 20 10 10 10 15 20 10 20 10 15 20 10 20 10 20 15 15 10 15 20 20 10

37,5 15 37,5 37,5 37,5 37,5 37,5 25 15 37,5 37,5 37,5 37,5 37,5 25 37,5 37,5 15 25 37,5 25 15 37,5 37,5 15

25 10 20 25 25 20 25 25 15 20 20 20 20 20 10 20 20 25 25 25 25 10 20 25 10

90 47,5 80 95 81,5 76,5 85 67,5 62,5 80 90 80 81,5 90 57,5 90 80 72,5 77,5 90 72,5 52,5 90 95 47,5

Keterangan: MIB : Menulis Identitas Buku Bacaan MRB : Menulis Ringkasan Bacaan MKB : Menulis Komentar Bacaan MK : Menulis Kutipan

162

Tabel 4.7 Hasil Kemampuan Membaca Siklus 2 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25

Nama Siswa APP AFA AA AS DP FAA FHP FYA I ILK KNK LN LA MAK MDA MFZ MFA MI NNK NPS RLP SM SMS WAK YTSR

MIB

MRB

MKB

MK

Nilai

12,5 12,5 12,5 12,5 12,5 12,5 12,5 12,5 12,5 12,5 12,5 12,5 12,5 12,5 12,5 12,5 12,5 12,5 12,5 12,5 12,5 12,5 12,5 12,5 12,5

25 10 25 25 20 20 25 25 25 10 20 15 20 20 10 25 10 10 25 20 25 25 20 20 15

37,5 37,5 37,5 25 37,5 37,5 37,5 25 37,5 37,5 37,5 37,5 15 37,5 37,5 37,5 37,5 37,5 37,5 37,5 25 37,5 37,5 37,5 25

20 10 20 20 25 10 25 25 25 20 20 25 20 10 10 20 20 20 25 15 20 20 15 20 20

95 70 95 82,5 95 80 100 87,5 100 80 90 90 67,5 80 70 95 80 80 100 85 82,5 95 85 90 72,5

Keterangan: MIB : Menulis Identitas Buku Bacaan MRB : Menulis Ringkasan Bacaan MKB : Menulis Komentar Bacaan MK : Menulis Kutipan

163

LAMPIRAN 5 FOTO-FOTO PROSES PEMBELAJARAN

164

Proses Kegiatan Program Jam baca

Pada tahap pemilihan bahan bacaan siklus 1, siswa tampak kurang tertib dan berebut agar mendapat bahan bacaan sesuai minat masing-masing.

Pada siklus 1, tahap pembacaan hasil komentar siswa terhadap buku cerita yang dibaca, siswa tampak kurang percaya diri saat di depan karena takut hasil kerjanya salah.

165

Foto Proses Kegiatan Program Jam Baca

Pada tahap pengerjaan jurnal membaca siklus 2, siswa tampak serius dalam mengerjakan sesuai buku cerita yang dibaca masing-masing.

Pada tahap pembacaan hasil jurnal membaca siklus 2, siswa tampak seksama dalam membacakan komentarnya di depan temantemannya.

166

SEKILAS TENTANG PENULIS

Olynda Ade Arisma, lahir di Jayapura, 23 Januari 1990. Pendidikan TK ia tempuh di Kota kelahirannya yaitu, di TK Bhayangkari 14. Namun, pendidikan SD hingga SMA ia tempuh di Mojokerto karena orang tuanya dipindah tugas yaitu di SDN 01 Mojosari , SMP Negeri 1 Mojokerto, dan SMA Negeri 1 Sooko. Setelah lulus SMA, ia memutuskan untuk meneruskan studinya di Universitas Negeri Malang (UM) Prodi Pend. Bahasa, Sastra, Indonesia, dan Daerah pada tahun 2008 dengan pilihan minor Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA). Sejak dirinya mengenyam pendidikan di Sekolah Dasar hingga SMP, ia mulai belajar mengikuti kegiatan ekstrakurikuler, utamanya adalah Gerakan Pramuka. Selain itu, di SMP dan SMA ia sempat mengikuti ekstrakurikuler Tari daerah. Akan tetapi, ketika di SMA ekstrakurikuler yang membuahkan prestasi yang ia ikuti yaitu Paskibra. Ia mengikuti banyak perlombaan dan pernah menjadi salah satu Paskibra Kabupaten Mojokerto tahun 2006. Saat menjalani kuliah dirinya menemukan pengalaman baru dengan menjadi Tutor dalam Critical Language Scholarship Program yang merupakan kerja sama antara BIPA UM dengan American Councils for International Education. Dengan secuil perjalanan hidup dan pengalaman tersebut, ia memiliki moto “Tujuan hidup bukan hanya berjalan karena mimpi, tapi juga karena ada action dan pray.”

167

PENINGKATAN MINAT DAN KEMAMPUAN MEMBACA MELALUI PENERAPAN PROGRAM JAM BACA SEKOLAH

Olynda Ade Arisma1, Nurchasanah2, Muakibatul Hasanah3 E-mail: [email protected] Universitas Negeri Malang Jalan Semarang 5 Malang ABSTRAK:Tujuan penelitian ini memaparkan proses dan hasil penerapan program jam baca dalam meningkatkan minat dan kemampuan membaca. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan rancangan penelitian tindakan kelas. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini meliputi pedoman wawancara, pedoman observasi, angket, dan jurnal membaca. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa program jam baca dapat meningkatkan minat dan kemampuan membaca siswa SMP Negeri 01 Puri. Kata Kunci: Minat membaca, kemampuan membaca, program jam baca

ABSTRACT:This study is conducted figure out the application of reading hours program in order to improve the skill and interest in reading activity. This study uses qualitative approach with classroom action research design. The instrument used in this study are interview guide, observation guide, and journal of reading.This study reveals that reading hours program can improve the interest and skill in reading for the students in SMP Negeri 01 Puri. Key word:Interest reading, skill reading, reading hours program

Kurikulum memberikan amanat penting agar pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah diselenggarakan secara lebih bermakna. Melalui pembelajaran Bahasa Indonesia, siswa memperoleh kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik, yaitu membaca, menulis, berbicara, dan menyimak dalam berbagai aktivitas berbahasa.Untuk itu, pengajar dan siswa harus memiliki kerja sama yang baik dalam proses pembelajaran bahasa. 1

Olynda adalah Sarjana Universitas Negeri Malang (UM), Malang. Artikel ini diangkat dari skripsi Sarjana Sastra Indonesia. Program Sarjana Universitas Negeri Malang, 2012. 2 Nurchasanah adalah dosen Sastra Indonesia Universitas Negeri Malang(UM) 3 MuakibatulHasanah adalah dosen Sastra Indonesia Universitas Negeri Malang (UM)

168

Melalui kegiatan membaca, siswa mampu memperoleh banyak pengetahuan dan informasi. Oleh sebab itu, guru sebaiknya memiliki perhatian khusus dalam kompetensi membaca ini karena selain manfaatnya yang besar bagi siswa, membaca juga merupakan kegiatan yang kompleks. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Nurhadi (1987:13) bahwa membaca adalah sebuah prosesyang kompleks dan rumit. Kompleks artinya dalam proses membaca terlibat faktor internal dan faktor eksternal pembaca. Faktor internal berupa intelegensi (IQ), minat, sikap, bakat, motivasi, tujuan membaca, dan sebagainya. Faktor eksternal berupa sarana membaca, teks bacaan, lingkungan, atau latar belakang sosial ekonomi, kebiasaan, dan tradisi membaca. Selain kompleksitas membaca, guru juga perlu memperhatikan rendahnya minat baca siswa yang kini menjadi masalah besar di Indonesia. Minat baca, sebagaiman dikatakan oleh Hasanah, dkk. (2011:34) merupakan hasrat yang kuat seseorang baik disadari ataupun tidak yang terpuaskan lewat perilaku membacanya. Rendahnya minat baca merupakan masalah besar bagi para guru, khususnya guru Bahasa Indonesia. Sebagai tenaga pendidik profesional, masalah ini harus menjadi tantangan utama yang harus segera dicari jalan keluarnya karena rendahnya minat baca juga dapat mempengaruhi kemampuan membaca siswa. Masalah tersebutdapat diatasi di antaranya dengan penerapan program jam baca di sekolah. Program ini sejalan dengan pendapat Wiryodijoyo (1989:39) yang menyatakan bahwa program membaca meliputi bahan pelajaran serta pelaksanaan kegiatan untuk memajukan sikap (senang atau tidak senang) dan ketrampilan membaca. Hasil studi pendahuluan pada tanggal 30 September 2011, menunjukkan minat dan kemampuan membaca siswa kelasVIIE SMP Negeri 1 Puri tergolong rendah. Rendahnya minat membaca siswa terbukti dari hasil jawaban angket siswa yang diperoleh yaitu 100% siswa menjawab menyukai kegiatan membaca namun, frekuensi membaca mereka masih rendah. Hal tersebut terbukti dari kunjungannya ke perpustakaan hanya separo (52%) siswa yang ke perpustakaan hanya sekali dalam seminggu, sedangkan 48% siswa lain mengaku tidak pernah mengunjungi perpustakaan. Indikator lain untuk mengetahui minat membaca siswa yaitu kesediaan dalam memperoleh bahan bacaan. Melalui hasil angket diperoleh hasil kesediaan siswa untuk mendapatkan bahan bacaan dengan meminjam buku di perpustakaan hanya kurang dari separo (48%) siswa yang menjawab jarang meminjam buku, sedangkan kurang dari separo (41%) siswa juga tidak pernah meminjam buku di perpustakaan. Masalah kemampuan membaca siswa yang akan diteliti terkait membaca pemahaman siswa. KD yang akan dicapai oleh siswa adalah KD 7.2 mengomentari buku cerita yang dibaca. Alasan pemilihan KD tersebut karena dalam pencapaian KD siswa tidak hanya dituntut untuk memahami isi teks sastra (buku cerita), tetapi siswa juga harus kritis dalam memahami suatu teks sastra agar mampu mengomentari buku cerita tersebut, baik dari segi isi maupun bahasa. Berdasarkan hasil studi pendahuluan diperoleh hasil hanya terdapat sebagian kecil (24%) siswa memperoleh skor lebih dari Kriteria Kelulusan Minimal (KKM), sedangkan sebagian besar (76%) siswa memperoleh hasil di bawah KKM. Berdasarkan masalah tersebut,penelitian dilakukan pada siswa SMP Negeri 1 Puri untuk meningkatkan perilaku membaca meliputi minat dan

169

kemampuanmembacanya melalui program jam baca sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk (1) memaparkan proses penerapan program jam baca dalam meningkatkan kemampuan membaca siswa kelas VIIE SMP Negeri 01 Puri dan (2) memaparkan hasil program jam baca dalam meningkatkan kemampuan dan minat membaca siswa kelas VIIE SMP Negeri 01 Puri.Penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan minat dan kemampuan membaca siswa di SMP Negeri 01 Puri melalui penerapan program jam baca. METODE Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas. Bersifat kualitatif karena perolehannya yang berupa data verbal dan non verbal secara potensial dapat memberikan makna dan informasi yang sesuai dengan tujuan penelitian. Penelitian ini berlokasi di SMP Negeri 1 Puri di Jalan Raya Tangunan nomor 02 Puri, Mojokerto.Subjekpenelitian ini adalah siswa kelas VII E SMP Negeri 1 Puri, Mojokerto. Subjek penelitian ini adalah 25 siswa dengan rincian 10 orang siswa berjenis kelamin laki-laki dan 15 orang siswa berjenis kelamin perempuan tahun pelajaran 2011/2012. Data dalam penelitian ini berupa data verbal. Adapun data verbal tersebut tentang proses penerapan jam baca yang bersumber dari kegiatan jam baca. Data verbal lain berupa hasil program jam baca dalam meningkatankan kemampuan membaca yang bersumber dari hasil analisis jurnal baca yang dikerjakan oleh siswa, sedangkan data berikutnya tentang hasil program jam baca dalam meningkatkan minat membaca yang bersumber dari analisis hasil angket siswa dan wawancara terhadap pengelola perpustakaan. Instrumen penelitian yang digunakan untuk menjawab rumusan masalah pada penelitian ini meliputi pedoman observasi, pedoman wawancara, angket, dan jurnal membaca. Instrumen yang digunakan telah diuji coba dan divalidasi untuk memperoleh hasil yang efektif. Teknik analisis data yang digunakan yaitu memilih data (reduksi data) yang diperlukan yaitu hasil wawancara dengan guru untuk mengetahui minat membaca siswa, hasil observasi proses program jam baca berupa catatan proses tahapan program, hasil angket berupa tentang minat membaca siswa, dan hasil jurnal membaca oleh siswa berupa skor. Hasil tersebut dipaparkan dalam bentuk data verbal. Hasil skor siswa dianalisis menggunakan pedoman kualifikasi nilai, sedangkan hasil angket minat membaca dianalisis menggunakan pedoman kualifikasi frekuensi membaca dan variasi bahan bacaan.Adapun pedoman kualifikasi nilai dan pedoman kualifikasi frekuensi minat membaca adalah sebagai berikut. Pedoman Kualifikasi Nilai No 1 2 3 4 5

Kualifikasi Sangat baik Baik Cukup Kurang Gagal

Interval 85-100 70-84 55-69 40-54 0-39

170

Pedoman Kualifikasi Frekuensi Minat Membaca Frekuensi Membaca Kualifikasi Membaca 1-2 kali/minggu Rendah 3-4 kali/minggu Sedang 5-6 kali/minggu Tinggi Untuk mengetahui peningkatan minat dan kemampuan membaca, data yang diperoleh dianalisis dengan membandingkan dengan data pada siklus sebelumnya.Dari hasil analisis tersebut ditarik kesimpulan tentang proses program jam baca dan hasil peningkatan minat dan kemampuan membaca siswa SMP Negeri 01 Puri. HASIL Hasil penelitian ini mencakup hasil analisis data proses dan data hasil peningkatan kemampuan dan minat membaca melalui program jam baca yang meliputi (1) data siklus 1 dan (2) data siklus 2. Proses program jam baca terdiri atas empat tahap meliputi: (1) tahap praprogram, (2) tahap awal program, (3) tahap inti program, dan (4) tahap penutup program. Proses pada siklus 1 tahap praprogram, jadwal pelaksanaan program jam bacatidak sesuai dengan yang direncanakan.Hal tersebut dikarenakan setelah berakhirnya jam pelajaran sekolah siswa masih harus beristirahat seperti ke kantin, toilet, dan musala. Pada tahap awal program, guru melakukan apersepsi terkait minat membaca siswa di perpustakaan dan pengalaman menulis jurnal membaca dan pengarahan tentang langkah-langkah pelaksanaan program.Siswa mulai aktif menjawab pertanyaan apersepsi, tapi terdapat beberapa siswa yang masih asyik sendiri dan berbicara dengan temannya. Pada tahap pelaksanaan inti program, guru memberikan materi tentang kompetensi “mengomentari buku cerita yang dibaca”. Siswa mampumemperhatikan penjelasan materi dengan baik. Tahap selanjutnya, guru meminta semua siswa memilih bahan bacaan sesuai minat.Namun, suasana tidak dapat terkondisikan dengan baik karena tidak adanya aturan khusus dalam pemilihan.Tahap selanjutnya, siswa langsung membaca bacaan masing-masing, hanya sedikit yang belum siap karena tidak mendapat buku sesuai minatnya. Siswa sudah berani mengajukan pertanyaan jika menemui kesulitan.Beberapa siswa tidak nyaman membaca di bangku yang telah disediakan di perpustakaan karena tidak nyaman berdesakan dengan teman yang lain. Hal tersebut dikarenakan meja yang dikelilingi siswa terlalu kecil.Pada tahap pembacaan hasil kerja jurnal baca berupa komentar, siswa cenderung masih ragu-ragu dan malu untuk maju. Metode pemilihan secara acak dirasa tidak efisien. Hal ini mengakibatkan siswa yang maju merasa terpaksa. Begitu pula dengan tahap pemberian tanggapan,jumlah siswa yang memberikan tanggapan sangat minim. Pada penutup program, guru meminta siswa menceritakan kesan dan kesulitannya dalam mengikuti program jam baca. Siswa aktif mengutarakan kesannya terhadap pelaksanaan program jam baca. Siswa merasa senang dengan adanya program tersebut dan ingin diadakan kembali. Namun, siswa masih bingung menyampaikan kesulitan yang dialami. Pada kegiatan terakhir, guru memberikan motivasi kepada siswa untuk meningkatkan minat dengan menambah frekuensi membaca dan menambah variatif bahan bacaan.

171

Hasil kemampuan membaca pada siklus 1 terdapat sebagian besar (76%) siswa yang mencapai KKM dengan kualifikasi sangat baik (36%) dan baik (40%).Sebagian sisanya memperoleh kualifikasi cukup (12%), kurang (12%). Namun, hasil peningkatan minat membaca pada siklus 1, terdapat sebagian besar (88%)siswa memperoleh kualifikasi rendah dansebagian kecil (12%)siswa dengan kualifikasi sedang. Jika ditinjau dari variasi bahan bacaan, pada siklus 1 hampir semua(24) siswa yang memiliki 1 variasi bahan bacaan; hanya 1 siswa yang memiliki 2 variasi bahan bacaan; dan tidak terdapat siswa yang memiliki 3 variasi bahan bacaan. Proses program jam baca siklus 2 terdiri atas empat tahap meliputi: (1) tahap praprogram, (2) tahap awal program, (3) tahap inti program, dan (4) tahap penutup program. Proses pada siklus 2 tahap preprogramsudah berjalan sesuai rencana karena adanya perubahan waktu agar pelaksanaan program tidak terganggu. Waktu pelaksanaan program dimulai 15 menit setelah jam pelajaran sekolah berakhir. Pada siklus 2, siswa semakin antusias dibandingan dengan siklus 1. Pada kegiatan awal program, guru melakukan apersepsi terkait perubahan minat membaca siswa dan kesulitan yang dialami siswa dari pelaksanaan program pada siklus 1 dan memberikan pengarahan terkait adanya perubahan metode. Siswa sudah mulai antusias dan aktif dalam menjawab pertanyaan apersepsi. Jumlah siswa yang asyik sendiri dan mengobrol sudah berkurang. Pada kegiatan inti program siklus 2 guru memberikan materi melalui pelatihan bersama menuliskan ringkasan, komentar, dan kutipan bagian yang dikomentari dari cerita “Legenda Batu Menangis”. Pada tahap ini, siswa aktif memberikan pendapat terkait indikator latihan yang dikerjakan. Pada tahap pemilihan bahan bacaan, siswa lebih tertib dan tidak saling berebut dikarenakan adanya penggiliran berdasarkan deretan bangku. Saat siswa membaca, guru mengelingi ruangan untuk mengawasi dan membantu siswa yang kesulitan. Siswa sudah lebih aktif bertanya saat menemui kesulitan dan mengutarakan pendapatnya. Siswa juga tampak antusias dengan adanya metode talking stik saat membacakan komentar di depan tema-temannya. Siswa lain juga aktif memberikan tanggapan. Pada kegiatan penutup program siklus 2 tampak antusiasme siswa lebih besar yang dilihat dari kesan-kesan yang diungkapkan oleh siswa dengan adanya program ini. Motivasi juga diberikan oleh guru agar frekuensi membaca siswa terus ditingkatkan serta bahan bacaan siswa lebih bervariatif dengan memberikan contoh tokoh sukses Soekarno dan R. A. Kartini yang hobi membaca. Berdasarkan hasil jurnal membaca siklus 2 sebagian besar sudah mampu mengomentari buku cerita yang dibaca. Pada siklus inihampir semua (96%) siswa mencapai KKM, yaitu terdiri darilebih dari separo (56%) siswa memperoleh kualifikasi sangat baik dan hampir separo (40%) siswa memperoleh nilai dengan kualifikasi baik. Sebagian sisanya terdapat 1 (4%) siswa memperoleh nilai dengan kualifikasi cukup. Berdasarkan data tersebut disimpulkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan membaca melalui penerapan program jam baca. Berdasarkan penerapan program jam baca siklus 2 siswa sudah mengalami peningkatan minat membaca, baik dari segi frekuensi membaca maupun variasi bahan bacaan siswa. Peningkatan kualitas hasil minat membaca melalui penerapan program jam baca dapat dilihat dari peningkatan frekuensi membaca dan variasi

172

bahan bacaan. Pada siklus 2, terdapat sebagian kecil(28%) siswa dengan kategori rendah, lebih dari separo (56%) siswa yang memiliki kategori sedang, dan sedikit(16%) siswa yang memiliki kategori membaca tinggi. Jika ditinjau dari variasi bahan bacaan, pada siklus 2, terdapat 3 siswa yang memiliki 1 variasi bahan bacaan; 21 siswa yang memiliki 2 variasi bahan bacaan; dan hanya terdapat 1 siswa yang memiliki 3 variasi bahan bacaan. PEMBAHASAN Pada bagian pembahasan ini dipaparkan hasil (1) proses penerapan program jam baca dalam meningkatkan kemampuan membaca siswa, (2) hasil program jam baca dalam meningkatkan kemampuan membaca siswa smp negeri 01 puri, dan (3) hasil program jam baca dalam meningkatkan kemampuan membaca siswa smp negeri 01 puri. Proses Penerapan Program Jam Baca dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Siswa SMP Negeri 01 Puri Program jam baca merupakan program yang bertujuan untuk meningkatkan minat dan kemampuan membaca siswa SMP Negeri 01 Puri. program ini dilaksanakan karena rendahnya minat dan kemampuan membaca siswa di SMP Negeri 01 Puri. Hal tersebut diperoleh berdasarkan hasil studi pendahuluan. Dengan adanya program yang berjalan dengan berfokus pada peningkatan kemampuan mengomentari cerita, frekuensi membaca, dan variasi bahan bacaan ini akan berdampak positif pada peningkatan minat dan kemampuan membaca. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan sesuai dengan perencanaan tindakan yang telah disusun selama dua siklus, maka diperoleh beberapa hasil terkait proses penerapan program jam baca dalam meningkatkan kemampuan membaca siswa SMP Negeri 01 Puri. Proses program jam baca terdiri atas empat tahap meliputi: (1) tahap praprogram, (2) tahap awal program, (3) tahap inti program, dan (4) tahap penutup program. Pada tahap pelaksanaan inti program, guru menjelaskan materi tentang konsep dan langkah-langkah menulis identitas buku, ringkasan cerita, komentar dan alasan, serta kutipan bagian yang dikomentari, dan latihan mengisi contoh jurnal dari cerita “Legenda Batu Menangis”. Pada tahap berikutnya adalah pemilihan bahan bacaanmenggunakan penggiliran berdasarkan deret meja siswa.Bahan bacaan tersebut telah disesuaikan dengan kompetensi yang ingin dicapai oleh siswa. Selain itu, buku cerita tersebut dipilih sesuai pertimbangan kemampuan dan kebutuhan sesuai dengan usianya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Franz dan Meier (1983:17) yang menyatakan bahwa perhatian utama sudah sewajarnya diberikan kepada buku remaja yang sifatnya bercerita dengan mempertimbangkan kriteria yang sesungguhnya mengenai bahasa, susunan, dan cara menceritakan sesuai dengan usianya. Waktu yang diberikan pada siswa untuk membaca yaitu 25 menit. Selama siswa membaca, guru berkeliling untuk memantau dan membantu siswa yang mengalami kesulitan. Tahap selanjutnya, guru meminta siswa mengerjakan jurnal membaca sesuai buku cerita masing-masing. Siswa mampu mengisi jurnal sesuai

173

arahan yang diberikan. Setelah selesai membaca, siswa diminta membuat komentar dan alasan dari segi isi atau bahasa dari buku cerita yang dibaca. Hal tersebut sesuai pendapat Reinlander yang dikutip oleh Franz dan Meier(1983:21) yang mengatakan bahwa pelajar harus dapat merefleksikan secara kritis isi buku remaja dalam hubungannya dengan kenyataan. Salah satu tujuan umum refleksi yaitu pelajar seharusnya dapat membentuk kesan menyeluruh dari suatu buku remaja dan dapat mewujudkannya kembali serta dapat memberikan alasan mengenai kesannya terhadap suatu buku remaja. Tahap berikutnya dilakukan dengan pembacaan hasil komentar dan pemberian tanggapan oleh teman yang lain. Tahap ini dilakukan dengan menggunakan metode talking stik. Pada tahap terakhir, penutup program,guru menanyakan kesan dan kesulitan siswayang dialami dalam mengikuti program jam baca. Pada kegiatan terakhir, guru memberikan motivasi dengan menjelaskan manfaat membaca dan pentingnya membaca bahan bacaan yang bervariatif dan memberikan contoh tokoh penting Indonesia yang sukses karena memiliki hobi membaca. Minat membacadapat terwujud karena untuk meningkatkannya guru bertugasmemberikan motivasi, menciptakan suasana yang menyenangkan bagi anak-anak untuk membaca, dan mengusahakan ketersediaan buku-buku bacaan Wiryodijoyo (1989:194). Hasil Program Jam Baca dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Siswa SMP Negeri 01 Puri Dalam penerapan program jam baca, kompetensi yang diajarkan pada siswa yaitu “Mengomentari Buku Cerita yang Dibaca Dalam kompetensi ini bertujuan agar siswa memiliki kemampuan membaca yang baik untuk memahami isi bacaan dan memberikan penilaian atau pendapat sesuai skemata yang dimiliki oleh siswa. Hal tersebut sesuai denganpendapat Oka (1983:87-88) yaitu kemampuan membaca yang baik bercirikan kemampuan menilai bacaan secara kritis dalam rangka menentukan kualitas intrinsik bacaan di satu pihak, dan nilai, fungsi, dan kebergunaanbacaan itu di pihak lain. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa pada studi pendahuluan, siswa yang mengalami ketuntasan atau nilai mencapai KKM hanya seperempat 24% siswa. Setelah dilakukan tindakan penerapan program jam baca,siswa yang mencapai KKMmeningkatsebesar 44% sehingga menjadi 68%. Untuk siklus 2 dilakukan beberapa perbaikan dari kekurangan pada pelaksanaan tindakan siklus 1 sehingga terjadi peningkatan. Peningkatan yang dialami sebesar 16%, sehingga jumlah ketuntasan hasil kemampuan membaca menjadi 84%. Hasil kemampuan membaca dilihat juga dari segi kualifikasi nilai yang diperoleh. Pada studi pendahuluan,persentase jumlah siswa pada kualifikasi SB adalah 12%. Setelah pelaksanaan program jam baca siklus 1, jumlah siswa dengan kulifikasi SB mengalami peningkatan cukup besar yaitu menjadi 36%. Pada siklus 2 peningkatan jumlah siswa dengan kualifikasi SB kembali mengalami peningkatan besar menjadi 56%. Selain itu, setiap siklus juga mengalami penurunan jumlah siswa dengan kualifikasi cukup (C), kurang (K), dan gagal (G). Bahkan pada siklus 2, sudah tidak terdapat siswa dengan kualifikasi kurang dan gagal. Hal tersebut menunjukkan pelaksanaan program jam baca berhasil meningkatkan kemampuan membacasiswa.

174

Hasil Program Jam Baca dalam Meningkatkan Minat Membaca Siswa SMP Negeri 01 Puri Selain untuk meningkatkan kemampuan membaca, tujuan pelaksanaan program jam baca adalah juga untuk meningkatkan minat membaca siswa SMP Negeri 01 Puri. Peningkatan minat membaca dalam hal ini berfokus pada frekuensi membaca dan variasi bahan bacaan (jenis teks). Fokus tersebut menjadi pengukur dalam peningkatan minat membaca pada siswa. Selain itu, indikator pengukur tersebut merupakan aspek keadaan membaca seseorang. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Franz dan Meier (1983:11) yang menyatakan bahwa aspek keadaan membaca yaitu jenis teks, motif membaca, tempat membaca, asal dan pemilihan literatur, frekuensi membaca, dan intensitas membaca. Pada siklus 1 minat membaca siswa mengalami peningkatan. Pada siklus ini tidak terdapat siswa yang tidak memiliki minat baca seperti pada studi pendahuluan. Namun, frekuensi membaca siswa masih cenderung rendah. Frekuensi membaca siswa dengan kualifikasi rendah terdapat sebagian besar (88%) siswa, sedangkan siswa dengan kualifikasi sedang meningkat menjadi 3 siswa. Namun, belum terdapat siswa yang memiliki frekuensi membaca dengan kualifikasi tinggi. Peningkatan yang terjadi tidak begitu besar. Akan tetapi, dengan adanya peningkatan ini menunjukkan adanya peningkatan pula pada antusiasme siswa untuk mulai menyukai kegiatan membaca. Pada siklus 2, hasil minat membaca siswa juga mengalami peningkatanfrekuensi membaca. Siswa yang memiliki frekuensi membaca dengan kategori rendah berkurang dari 88% menjadi 28%, siswa yang memiliki kategori membaca sedang meningkat dari 12% menjadi 56%, sedangkan pada siklus ini juga terdapat siswa yang memiliki kategori membaca tinggi yaitu 12%. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa secara bertahap minat dan antusiasme siswa dalam membaca sudah meningkat. Berdasarkan hasil keseluruhan ditinjau dari frekuensi membaca, peningkatan minat membaca siswa kelas VII SMP Negeri 01 Puri belum mengalami peningkatan yang besar. Hal tersebut terjadi karena dalam pembiasaan minat membaca siswa melalui program jam baca membutuhkan waktu yang lama karena hanya dalam waktu 3 minggu tidak dapat membuat perubahan besar dalam peningkatan minat membaca. Selain itu, pembinaan minat membaca perlu dilakukan secara berkelanjutan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Mudjito (dalam Suradi 2010:29)yang menyatakan bahwa pembinaan minat membaca memiliki ciri-ciri yaitu pembinaan minat baca merupakan suatu proses yang berkelanjutan. Pada studi pendahuluan,semua siswa belum memiliki variasi bahan bacaan. Setiap siswa hanya membaca satu jenis bahan bacaan. Dari jumlah siswa yang memiliki minat membaca, sebagian kecil(32%) siswamemiliki kecenderungan membaca buku sastra/fiksi. Siswa yang memiliki bahan bacaan lain yaitu berupa buku pengetahuan dan koran/majalah yaitu seperlima (20%) siswa. Dari 5 siswa tersebut, terdapat 2 siswa (8%) memiliki kecenderungan membaca koran/majalah dan 3 siswa (12%) membaca buku pengetahuan. Kecenderungan bahan bacaan yang dibaca siswa menunjukkan bahwa siswa belum memiliki kesadaran akan pentingnya membaca bahan bacaan variatif. Siswa hanya membaca buku yang sesuai dengan minatnya masing-masing.

175

Nurhadi (1989:4) menyatakan bahwa salah satu ciri pembaca yang buruk yaitu bahan bacaan yang dibacanya itu-itu saja. Variasi bacaan setelah dilakukan tindakan siklus 1 belum mengalami peningkatan relatif tetap. Hanya terdapat 1 siswa yang mengalami variasi yaitu membaca koran/majalah dan buku sastra/fiksi. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa tindakan siklus 1 belum berhasil meningkatkan variasi bahan bacaan siswa. Dari hasil tindakan siklus 2 bahan bacaan siswa cukup variatif, terdapat sebagian besar (84%)siswa sudah memiliki 2 variasi bacaan, 1 (4%)siswamemiliki 3 variasi bacaan, tetapi masih ada sebagian kecil (12%) siswa bacaannya belum bervariasi. Berdasarkan data tersebut maka dapat disimpulkan bahwa program jam baca siklus 2 sudah berhasil meningkatkan minat membaca siswa SMP Negeri 1 Puri. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa penerapan program jam baca mampu meningkatkan minat dan kemampuan membaca siswa SMP Negeri 01 Puri. Adanya peningkatan hasil minat dan kemampuan membaca pada siklus 1 dan 2 menunjukkan keefektifan proses penerapan program jam baca. Proses penerapan program jam baca terdiri atas empat tahap meliputi: (1) tahap praprogram, (2) tahap awal program, (3) tahap inti program, dan (4) tahap penutup program. Dalam tahapan program jam baca terdiri atas beberapa langkah yaitu tahap praprogram terdiri atas kegiatan menyiapkan siswa di perpustakaan untuk menerima pengarahan; tahap awal program terdiri atas kegiatan guru memberi apersepsi dan pengarahan; tahap inti program terdiri atas kegiatan pemberian materi oleh guru, pemilihan bahan bacaan oleh masing-masing siswa; membaca bahan bacaan, mengisi jurnal membaca, membacakaan komentar, dan memberikan tanggapan terhdap komentar teman; dan tahap penutup program terdiri atas kegiatan pengungkapan kesan dan kesulitan siswa dan pemberian motivasi membaca oleh guru. Peningkatan hasil kemampuan membaca melalui penerapan program jam baca dapat dilihat dari nilai hasil jurnal membaca 25 siswa sesuai kualifikasi. Siswa yang berkualifikasi sangat baik meningkat dari 12% (siklus 1) menjadi 36% (siklus 2) dan siswa yang berkualifikasi baik meningkat dari 20% (siklus 1) menjadi 40% (siklus 2). Berdasarkan data tersebut disimpulkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan membaca melalui penerapan program jam baca. Peningkatan kualitas hasil minat membaca melalui penerapan program jam baca dapat dilihat dari peningkatan frekuensi membaca dan variasi bahan bacaan. Ditinjau dari frekuensi membacanya, siswa yang berkualifikasi sedang meningkat dari 12% (siklus 1) menjadi 56% (siklus 2) dan siswa yang berkualifikasi tinggi meningkat dari 0% (siklus 1) menjadi 16% (siklus 2). Jika ditinjau dari variasi bahan bacaan, siswa yang memiliki 2 variasi bacaan meningkat dari 1 siswa (siklus 1) menjadi 21 siswa (siklus 2) dan siswa yang memiliki 3 variasi bacaan dari tidak ada siswa (siklus 1) menjadi 1 siswa (siklus 2).

176

SARAN Berdasarkan kesimpulantersebut disarankan kepadaguru Bahasa Indonesia adalah mampu menerapkan program jam baca secara terorganisasi untuk diikuti semua siswa. Guru juga perlu melaksanakan pembelajaran membaca dengan memanfaatkan fasilitas ruang perpustakaan untuk meningkatkan minat dan kemampuan membaca siswa. Hal tersebut dapat membantu pencapaian tujuan program jam baca. Untuk menunjang hal tersebut, Kepala Sekolah SMP Negeri 01 Puri perlu meningkatkan fasilitas buku bacaan perpustakaan agar siswa merasa nyaman saat membaca di perpustakaan.Saran bagi peneliti lain yang melakukan penelitian sejenis adalah dapat menindaklanjuti dengan penelitian yang lain. Tindak lanjut tersebut dalam rangka mengembangkan dan meningkatkan hasil pembelajaran membaca

Daftar Rujukan Franz, Kurt&Benhard Meier. 1983. Membina Minat Baca. Bandung: Remadja Karya Hasanah, Muakibatul, Nurchasanah & Hamidah, S. C. 2011. Membaca Ekstensif: Teori, Praktik, dn Pembelajaran. Malang: Pustaka Kaiswaran Nurhadi. 1987. Membaca Cepat dan Efektif. Bandung: Sinar Baru Nurhadi. 1989. Bagaimana Meningkatkan Kemampuan Membaca. Bandung: CV Sinar Baru Offset Oka, I Gusti Ngurah. 1983. Pengantar Membaca dan Pengajarannya. Surabaya: Usaha Nasional Suradi. 2010. Pelayanan Perpustakaan Sekolah dalam Meningkatkan Minat Baca Siswa (Studi Kasus di SD Negeri Percobaan 1 Malang). Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang Wiryodijoyo, Suwaryono. 1989. Membaca: Strategi Pengantar dan Tekniknya. Jakarta: Depdikbud