peran guru agama islam dalam membentuk akhlakul karimah siswa ...

80 downloads 738 Views 2MB Size Report
membantu anak-anak dalam membentuk akhlakul karimah, guru bukan hanya ... Untuk mempertahankan dan meningkatkan akhlakul karimah siswa maka.
PERAN GURU AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK AKHLAKUL KARIMAH SISWA MTS. DARUL MA’ARIF

Di susun Oleh :

NURMALINA 106011000146

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI Peran Guru Agama Islam Dalam Membentuk Akhlakul Karimah Siswa MTs. Darul Ma’arif

Skripsi ini Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh :

NURMALINA 106011000146

Mengetahui Dosen Pembimbing

Dra. Hj. Djunaidatul Munawarah, M. Ag 19580918 198701 2 001

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 M / 1432 H i

LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul : PERAN GURU AGAMA ISLAM DALAM MEMBNETUK AKHLAKUL KARIMAH SISWA MTS. DARUL MA’ARIF telah diajukan dalam sidang Munaqosah pada tanggal 16 Maret 2011, skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Jurusan Pendidikan Agama Islam. Jakarta, 16 Maret 2011

Panitia Sidang Munaqosah Ketua Panitia Tanggal

Bahrissalim, M.Ag. NIP. 1968030.199803.1.002

Tanda Tangan

.............

.....................

...............

.....................

................

.....................

................

....................

Sekretaris Drs. Sapiudin Shidiq, M.Ag. NIP. 19670328.20000 3.1.001 Penguji I

Dr. Muhammad Dahlan, M. Hum NIP. 150.29.4450 Penguji II

Bahrissalim, M.Ag. NIP. 1968030.199803.1.002

Mengetahui : Dekan,

Prof. Dr. Dede Rosyada, MA NIP. 19571005.198703.1.003 ii

LEMBAR PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama

: Nurmalina

Tempat/Tgl Lahir

: Jakarta/20 April 1989

NIM

: 106011000146

Fakultas

:Tarbiyah dan Keguruan

Jurusan

: PAI

Judul Skripsi

: Peran Guru Agama Islam dalam Membentuk Akhlakul Karimah Siswa-Siswi MTs. Darul Ma’arif

Dosen Pembimbing

: Dra. Hj. Djunaidatul Munawarah M. Ag

Dengan ini saya menyatakan: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sangsi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 10 Februari 2011 Mahasiswa Ybs.

Materai 6000

Nurmalina 106011000146

iii

ABSTRAK Nama : Nurmalina NIM : 106011000146 Judul : Peran Guru Agama Islam dalam Membentuk Akhlakul Karimah SiswaSiswi MTs. Darul Ma’arif Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan apa saja peran guru agama Islam dalam membentuk akhlakul karimah siswa di MTs. Darul Ma’arif. Guru adalah orang yang mendidik, membimbing dan ikut bertanggung jawab dalam membantu anak-anak dalam membentuk akhlakul karimah, guru bukan hanya seseorang yang berdiri didepan kelas untuk transfer ilmu, akan tetapi guru juga menjadi contoh dalam kehidupan sehari-hari baik di lingkungan masyarakat maupun keluarga. Sedangkan peran adalah keseluruhan tingkah laku yang harus dilakukan guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru. Untuk mempertahankan dan meningkatkan akhlakul karimah siswa maka penulis menyarankan kepada pihak sekolah untuk menjadikan akhlak sebagai orientasi utama dan pertama didalam penilaian dengan diimbangi oleh kapasitas intelektual anak didik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriftif analisis yaitu menganalisa data dan informasi yang penulis peroleh dari hasil penelitian kemudian memaparkannya secara sistematis dan rasional. Aspek dalam penelitian ini adalah peran guru agama Islam dalam membentuk akhlakul karimah siswa di MTs. Darul Ma’arif dan perilaku siswa dalam lingkungan sekolah baik terhadap guru maupun terhadap teman. Penulis menggunakan tekhnik pengumpulan data dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi. Dalam mendeskripsikan hasil wawancara penulis menggunakan observasi dan dokumentasi sebagai penguat terhadap data yang diperoleh dari hasil wawancara terhadap peran guru agama Islam dalam membentuk akhlakul karimah siswa. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan penulis dapat menyimpulkan bahwa peran guru agama Islam sangat dominan dalam membentuk akhlakul karimah siswa secara menyeluruh dan berkesinambungan, dengan cara keteladanan, pembiasaan, ajakan, teguran dan larangan yang diterapkan di dalam lingkungan sekolah selain guru agama Islam guru BK pun memiliki tugas yang signifikan dalam mengontrol siswa dan kebijakan-kebijakan kepala sekolah dengan mengadakan acara maulid Nabi Muhammad, Isra Mi’raj dan muhadhoroh yang dapat membentuk akhlakul karimah siswa.

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT Sang Pencipta dan Penguasa Alam yang telah melimpahkan kasih sayang, pemberi segala potensi dalam diri manusia. Shalawat serta salam tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW seorang yang di utus oleh Ilahi yang menjadi suri tauladan manusia sepanjang jalan kehidupan. Dengan cinta dan kasihnya yang tulus Beliau telah menunjukkan kepada jalan kebenaran dan kebahagiaan yang diridhai-Nya. Alhamdulillah berkat bantuan dan petunjuk dari semua pihak baik secara moril maupun materil, penulis dapat menyelesaikan penelitian ini walaupun masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu dengan selesainya skripsi ini, penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih pada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Dede Rosyada, M. A. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak Bahrissalim M. Ag. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bapak Drs. Safiudin Shidiq, M. Ag. Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Ibu Dra. Hj. Djunaidatul Munawarah, M. Ag. Dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 5. H. Antung Abdullah. Kepala MTs. Darul Ma’arif Jakarta yang telah memberikan izin dalam penelitian skripsi. 6. Semua pihak yang ada di MTs. Darul Maarif yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu sehingga penelitian skripsi ini dapat diselesaikan. 7. Ungkapan terima kasih dan penghargaan yang sangat spesial penulis haturkan dengan rendah hati dan rasa hormat kepada kedua Orang Tua penulis yang tercinta , Ayah Hambali dan Ibunda Tihanah tersayang yang telah mendidik

v

dan mengasuh penulis dari kecil hingga sekarang dengan penuh kasih sayang serta memberikan semangat dan do’anya dalam menyelesaikan skripsi ini baik moril maupun materil. 8. Adik Abu sofyan tercinta dan sepupu-sepupu tersayang, yang telah memberikan motivasi kepada penulis. 9. Bapak pimpinan beserta para staff Perpustakaan Utama, Perpustakaan Fakulatas Tarbiyah dan Keguruan, atas segala kemudahan yang diberikan kepada penulis untuk mendapatkan referensi yang mendukung penyelesaian skripsi ini. 10. Ivand Nurdin atas semangat dan dorongan yang tidak pernah berhenti mengalir, karenanya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabat penulis (Rukoyah, Ela, Rara, Ikah, Rika, Fitri) yang telah memberikan semangat bagi penulis dalam penulisan skripsi ini. 12. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam, khususnya kelas D angkatan 2006 yang tidak disebutkan satu persatu.

Akhirnya penulis berharap semoga amal baik dari semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini mendapatkan balasan pahala dari rahmat Allah SWT dan semoga skripsi ini bisa bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya bagi para pembaca. Amin ya robbal alamiin.

Jakarta, 10 Maret 2011 Penulis

vi

DAFTAR ISI Lembar Pengesahan ........................................................................................

i

Surat Pernyataan...............................................................................................

iii

Abstrak ............................................................................................................

iv

Kata pengantar ................................................................................................

v

Daftar isi ..........................................................................................................

vii

Daftar Tabel dan Lampiran . ............................................................................

ix

BAB I

BAB II

PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah ...........................................................

1

B. Masalah penelitian ...................................................................

5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................

6

LANDASAN TEORI MENGENAI PERAN GURU AGAMA ISLAM DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK SISWA A. Guru Agama .............................................................................

8

1.

Pengertian Guru ................................................................

8

2.

Kedudukan dan Peran Guru .............................................

11

3.

Sikap dan sifat guru yang baik .........................................

14

4.

Syarat-syarat Guru ............................................................

16

B. Akhlak .....................................................................................

19

1.

Pengertian Akhlak ............................................................

19

2.

Pembentukan Akhlak .......................................................

21

3.

Aspek Akhlak ...................................................................

24

4.

Metode Pembentukan Akhlak di Sekolah ........................

25

C. Peran guru agama Islam dalam membentuk akhlakul karimah siswa ...........................................................................

29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metodologi Penelitian .............................................................

31

B. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................

32

C. Aspek Penelitian ......................................................................

32

vii

D. Sumber Data .............................................................................

32

E. Tekhnik Pengolahan Data ........................................................

33

F. Tekhnik Pengolahan Analisa Data ...........................................

35

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran umum MTs. Darul Ma’arif ....................................

36

B. Peran Guru Agama Islam dalam Membentuk

BAB V

Akhlakul Karimah Siswa .........................................................

45

C. Penyadaran Akhlak Siswa MTs Darul Ma’arif ........................

46

D. Akhlak Siswa ............................................................................

55

E. Analisis ....................................................................................

65

PENUTUP A. Kesimpulan ..............................................................................

66

B. Saran ........................................................................................

67

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................

68

LAMPIRAN

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1

Pendidikan guru .......................................................................38

Tabel 2

Data guru dan pelajaran yang di ajarkan ...................................38

Tabel 3

Status kepegawaian guruMTs. Darul Ma’arif ...........................38

Tabel 4

Jumlah siswa MTs. Darul Ma’arif ............................................41

Tabel 5

Keadaan sarana dan prasarana ..................................................42

ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Menurut undang-undang Republik Indonesia No. 20 Th 2003 tentang sistem pendidikan nasional disebutkan pengertian pendidikan sebagai berikut: “ Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

dan

proses

pembelajaran

agar

peserta

didik

secara

aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Abu Hurairah r.a meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda :

“Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang berakhlak paling mulia.” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi, dan Ahmad)1 Ibnu Qayyim menuturkan : keseluruhan isi agama Islam merupakan akhlak. Jadi, barang siapa yang akhlaknya lebih luhur daripada dirimu, berarti ia memiliki derajat agama yang lebih tinggi daripada dirimu".

1

Mahmud Al-Mishri, Ensiklopedia Akhlak Muhammad SAW, (Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2009) h. 31

1

2

Dari hadist di atas dijelaskan di antara hal yang paling mulia bagi manusia sesudah iman dan ibadah kepada Allah ialah akhlak yang mulia (Akhlakul Karimah). Dengan akhlak yang mulia terciptalah kemanusiaan manusia dan perbedaannya dengan hewan.2 Di dalam undang-undang tersebut dicantumkan juga tentang tujuan pendidikan nasional sebagai berikut : Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa serta mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, sehat jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap, menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Ini usaha dan sekaligus tujuan pendidikan nasional yang menjadikan tugas dari guru agama sebagai pemegang peran utama, menjadi guru dibutuhkan kepribadian yang baik dan berakhlakul karimah, guru adalah ujung tombak dalam proses belajar mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan akhlakul karimah. Akhlak guru mempunyai pengaruh yang besar sekali pada akhlak-akhlak siswa. Karena guru menjadi contoh teladan bagi siswa, sebab itu haruslah guru berpegang teguh dengan ajaran agama, serta berakhlak mulia, berbudi luhur, dan penyayang kepada siswanya.3 Profesi guru berperan sebagai pendidik. Mendidik itu sebagian dilakukan dalam bentuk mengajar, memberikan dorongan, memuji, menghukum, memberi contoh, dan membiasakan. Guru juga bertugas : (1) wajib menemukan pembawaan yang ada pada siswa dengan berbagai cara seperti wawancara, observasi, pergaulan dan angket. (2) berusaha menolong siswa mengembangkan pembawaan yang baik dan menekan perkembangan pembawaan yang buruk agar tidak berkembang. (3) mengadakan evaluasi

2

Sudirman Tebba, Manusia Malaikat, (Yogyakarta : Cangkir Geding, 2005), cet. 1, h. 67 Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Jakarta : Hidakarya Agung, 1983), cet 11, h. 15. 3

3

setiap waktu untuk mengetahui apakah perkembangan siswa berjalan dengan baik.4 Ironisnya, selama ini pelaksanaan pendidikan akhlak masih terbatas hanya pada aspek kognisi untuk pembekalan pengetahuan siswa. Hal ini nampak jelas pada proses pembelajaran maupun pada evaluasi pendidikan yang lebih terbatas pada penyerapan pengetahuan. Guru di depan kelas lebih banyak mengajarkan pengetahuan, belum sampai pada menciptakan situasi pendidikan yang mendorong tertanamnya nilai-nilai untuk membentuk akhlak siswa. Padahal sebenarnya tugas guru bukan hanya sebatas itu, akan tetapi ia juga harus dapat memperbaiki pendidikan akhlak yang telah diterima siswa, baik dalam keluarga maupun masyarakat sekitarnya, sekaligus mengadakan pendidikan ulang (re-education) terhadap apa yang telah diterima siswa dimasa sebelumnya. Tugas tersebut merupakan kewajiban utama guru, karena ajaran agama Islam membimbing manusia agar memperbaiki akhlak diri pribadi dan masyarakatnya. Lingkungan masyarakat yang rusak agar segera diubah akhlaknya, sehingga perbuatan dan perilakunya baik. Masalah pembentukan akhlak sama dengan berbicara tentang tujuan pendidikan, karena banyak dijumpai pendapat para ahli yang mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah pembentukan akhlak. Ada pula pendapat yang mengatakan bahwa akhlak adalah hasil dari pendidikan, latihan, pembinaan dan perjuangan keras yang sunguh-sungguh. Pada kenyataannya di lapangan, usaha-usaha pembinaan akhlak melalui berbagai lembaga pendidikan dan melalui berbagai macam metode terus dikembangkan, dan pembinaan ini ternyata membawa hasil berupa terbentuknya pribadi-pribadi muslim yang berakhlak mulia, taat kepada Allah dan Rasulnya, hormat kepada Ibu-Bapak, sayang kepada sesama makhluk Tuhan. Dewasa ini telah terjadinya dekadensi akhlak siswa, tata kesopanan peserta didik yang kurang dan perilakunya tidak sesuai dan bertentangan 4

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Persefektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001) cet 4, h 79

4

dengan nilai-nilai moral yang berlaku di sekolah. Seperti melecehkan gurunya, berkata buruk, mencela, mengejek dan melawan guru (fisik atupun non-fisik), melanggar disiplin sekolah, merokok, berambut gondrong, membolos, berkelahi, pacaran, narkoba yang terus mengalami peningkatan yang tajam terutama dalam lingkungan sekolah jumlahnya mencapai 45 %,5 tawuran antar sekolah, dan tindakan-tindakan yang bersifat kriminalitas lainnya. Oleh sebab itu perlunya peran aktif dari berbagai kalangan terkait, untuk bersama-sama mengentaskan problematika akhlak siswa, tentu dalam hal ini guru di tuntut lebih berperan ekstra dalam proses pembentukan akhlak siswa agar mereka tidak terperangkap dalam jurang bencana yang teramat dalam, Ini menunjukkan bahwa akhlak memang perlu dibina.6 Salah satu peran guru, terutama guru agama adalah memberikan contoh dan teladan yang baik kepada para siswanya. Contohnya dalam hal memberikan pelajaran kepada siswa, sikap guru dan penyampaiannya yang baik tentu akan membuat siswanya nyaman dalam proses belajar mengajar di sekolah. Kenyamanan tersebut memberikan efek positif, misalnya siswa mudah menangkap pelajaran, siswa tidak bosan dengan penyampaian guru, atau siswa akrab dengan guru. Sebaliknya sikap dan cara penyampaian guru yang tidak baik, tidak ramah, bermuka masam bahkan marah-marah tentu akan mengganggu proses pembelajaran siswa, terlebih lagi guru menjadi tidak berwibawa, dibenci dan dijauhkan, maka sikap dan penyampaian seorang guru sangat berpengaruh pada proses pembelajaran dan pembentukan akhlak siswa. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis tertarik untuk meneliti dan membahas masalah akhlak tersebut di dalam skripsi dengan judul : “PERAN GURU AGAMA ISLAM

DALAM MEMBENTUK

AKHLAKUL KARIMAH SISWA-SISWI MTS. DARUL MA’ARIF.”

5

______, Keadaan Darurat atau Siaga Remaja Jakarta Pemakai Narkoba, (Jakarta: Koran anak Indonesia, 2006) 6 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2003), cet v, h.157

5

B. Masalah Penelitian 1. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka penulis dapat mengidentifikasi beberapa masalah yang terdapat pada judul di atas, antara lain : a.

Kurang

efektifnya

rumpun

pelajaran

Agama

Islam

dalam

pembelajaran akhlakul karimah. b.

Aspek tujuan pembelajaran akhlak belum tercapai secara afektif dan psikomotorik, tetapi masih terkonsentrasi pada aspek kognitif.

c.

Kemauan dan kemampuan guru dalam membentuk akhlakul karimah siswa.

d.

Belum optimalnya pembelajaran budaya Islami di lingkungan sekolah.

e.

Peran guru dalam membentuk akhlakul karimah bagi siswa.

f.

Masih ditemukan beberapa pelanggaran moral dikalangan siswa.

g.

Faktor pendukung dan penghambat dalam upaya pembentukan akhlak siswa.

2. Pembatasan Masalah Untuk

menghindari

perbedaan

persepsi

serta

pengarahan

permasalahan yang terlalu meluas maka permasalahan dalam penelitian ini peneliti batasi sebagai berikut : a. Peranan guru : a) Pendidik yang mengarahkan siswa agar dapat membentuk perilaku yang baik. b) Pembimbing yang berkewajiban memberikan contoh yang baik kepada siswa supaya mereka dapat mempertinggi perilaku yang baik. c) Pengajar dengan cara mengajar, memberi dorongan, memberi contoh, memuji dan membiasakan siswa. d) Kemauan dan kemampuan seorang guru dalam membina akhlak siswa. b. Akhlak siswa dalam berinteraksi dengan guru dan teman di sekolah.

6

3. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah yang dikemukakan di atas dan untuk memfokuskan kajian permasalahan dalam skripsi ini penulis membatasi permasalahannya adalah : a. Apa saja peran yang dilakukan guru agama Islam dalam membentuk akhlakul karimah siswa? b. Bagaimana akhlak siswa dalam berinteraksi dengan guru dan teman di sekolah?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan dari penulisan skrpsi ini adalah sebagai berikut : a. Mendeskripsikan peran guru dalam membentuk akhlakul karimah siswa. b. Mendeskripsikan tingkat keefektifan peran yang dilakukan guru dalam membentuk akhlakul karimah bagi siswa. 2. Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dalam penelitian ini adalah : a. Diharapkan skripsi ini dapat memberikan dorongan kepada semua lembaga-lembaga pendidikan untuk lebih memberikan perhatian kepada mata pelajaran Agama Islam khususnya tentang akhlakul Karimah. b. Untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan penulis dan sebagai bahan rujukan bagi mereka yang ingin membahasa topik yang berkaitan dengan masalah ini. c. Bagi guru agar mengetahui tugas dan tanggung jawab yang diembannya dalam membentuk akhlakul karimah siswa. d. Sebagai bahan sumbangan pemikiran dalam rangka turut serta mempersiapkan generasi yang memiliki pribadi yang berpola pikir islam, berakhlakul karimah serta berguna bagi agama nusa dan bangsa.

Dalam usaha untuk memperoleh data-data dan informasi mengenai berbagai hal dalam pembahasan skripsi ini, penulis mengadakan penelitian

7

dengan

menggunakan

penelitian

lapangan

(Feld

Research),

yakni

mengadakan penelitian lapangan untuk mengumpulkan dan mendapatkan data yang jelas. Adapun untuk menjelaskan permasalahan dalam skripsi ini penulis menggunakan metode deskriftif informasi

yang

penulis

analisis, yaitu menganalisa data dan

peroleh

dari

memaparkannya secara sistematis dan rasional.

hasil

penelitian

kemudian

BAB II LANDASAN TEORI MENGENAI PERAN GURU AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK AKHLAKUL KARIMAH SISWA A. Guru Agama Kegiatan pembelajaran merupakan suatu kondisi yang sengaja diciptakan, dan gurulah yang menciptakan guna membelajarkan siswa. Dari kedua belah pihak ini akan lahir interaksi edukatif dengan mempersiapkan siswa agar beriman kepada Allah dan berakhlak mulia, membimbingnya untuk mencapai kematangan berfikir dan keseimbangan psikis, serta mengarahkannya agar membekali diri dengan berbagai ilmu dan keterampilan yang bermanfaat. maka semua komponen diperankan secara optimal guna mencapai tujuan pendidikan, maka untuk mencapai kesuksesan yang diharapkan, peran guru amatlah penting di samping harus ada usaha dari siswa itu sendiri. Berikut akan penulis jelaskan mengenai pengertian guru agama Islam serta perannya dan pembinaan akhlak siswa. 1. Pengertian Guru Agama Dalam kamus bahasa Indonesia, guru diartikan sebagai orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya) mengajar.1 Kata Guru yang dalam 1

Muhammad Ali, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern, (Jakarta : Pustaka Amani)

h. 116

8

9

bahasa Arab disebut mu’allim dan dalam Bahasa inggris teacher itu memang memiliki arti sederhana, yakni seseorang yang pekerjannya mengajar orang lain.2 Menurut Ahmad Tafsir pendidik adalah siapa saja yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak.3 Menurut WJS Poerwadarminta yang dikutip oleh Abuddin Nata guru adalah orang yang mendidik.4 Pengertian ini memberikan kesan bahwa pendidik adalah orang yang melakukan kegiatan dalam bidang mendidik. Abudin

Nata

mendefinisikan

guru

adalah

seseorang

yang

memberikan bimbingan, arahan dan ajaran.5 Tugas pendidik dalam pandangan Islam secara umum ialah mendidik, yaitu mengupayakan perkembangan seluruh potensi anak didik, baik potensi psikomotorik, kognitif maupun potensi afektif.6 Dalam undang-undang No 14 tahun 2005 dijelaskan bahwa : Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.7 Dari pengertian para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa guru adalah orang yang mendidik, membimbing dan ikut bertanggung jawab dalam membantu anak-anak dalam membentuk akhlakul karimah. Guru bukanlah sekedar orang yang berdiri di depan kelas untuk menyampaikan materi pengetahuan tertentu, akan tetapi merupakan anggota masyarakat yang harus ikut aktif dan berjiwa bebas serta kreatif dalam mengarahkan

2

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, suatu pendekatan baru, (Bandung: Remaja Rosdakrya offset, 1996), cet 3, h. 223 3 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Persefektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001) cet 4, h.74 4 Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta:Gaya Media Pratama, 2005) h.113 5 Abudin Nata, Perspektif Islam Tentang Pola Hubungan Guru-Murid, (Jakarta : Raja Grafindo Persada,2001), h. 84 6 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Persefektif Islam, h.74 7 Bapsi, Guru, dalam www.undip.ac.id, 2005

10

perkembangan anak didiknya menjadi dewasa dan menjadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab. Orang yang menerima amanat orang tua untuk mendidik anak itu disebut guru. Namun guru bukan hanya penerima amanat dari orang tua untuk mendidik anaknya, melainkan dari setiap orang yang memerlukan bantuan untuk dididiknya. Sebagai pemegang amanat, guru bertanggung jawab atas amanat yang diserahkan kepadanya. Allah swt menjelaskan :               

              “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat”.(Qs. Annisa : 58)8 Jadi predikat guru yang melekat pada seseorang didasarkan atas amanat yang diserahkan orang lain kepadanya. Tanpa amanat itu, seseorang tidak akan disebut guru. Sedangkan pengertian agama adalah kebenaran yang bersumber dari wahyu Tuhan mengenai berbagai hal kehidupan manusia dan lingkungannya. Agama dapat mempertinggi akal pikiran perseorangan dan memimpin supaya berfikiran waras dan cerdas tentang kejadian alam semesta. Agama adalah obor yang menerangi seseorang untuk menempuh jalan kebaikan serta mengatur perhubungannya dengan Khaliknya, dan perhubungan dengan keluarga dan masyarakatnya.9 Secara terminologi dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia, agama di artikan aturan atau tata 8

Al-qur’an dan terjemahnya Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Jakarta : Hidakarya Agung, 1983), cet 11, h.6 9

11

cara hidup hubungan manusia dengan Tuhan dan sesamanya.10 Dalam kamus besar Bahasa Indonesia agama adalah kepercayaan kepada Tuhan.11 Menurut Abdurrahman An-Nahlawi Islam berarti berserah diri kepada Allah.12 Dengan demikian agama Islam adalah Agama Allah yang disampaikan kepada Nabi Muhammad saw, untuk diteruskan kepada umat manusia mengenai berbagai hal tentang kehidupan manusia dan lingkungannya. Serta agama fitrah dan agama amalan, agama rohani dan perasaan, agama logika dan fikiran, agama masyarakat dan peraturan.13 Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa guru agama Islam adalah tenaga pengajar yang memiliki tugas dan tanggung jawab bidang agama yang tidak hanya mengajar tetapi berfungsi sebagai pendidik dan seseorang atau pendidik yang bertanggung jawab dalam membimbing anak untuk membentuk akhlakul karimah. Selain itu, guru agama mempunyai peran yang penting dalam membentuk akhlak siswa bukan hanya sekedar menyampaikan materi yang diajarkan akan tetapi, seorang guru juga harus dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga siswa dapat melihat contoh dari guru tersebut.

2. Kedudukan dan Peran guru agama Dalam rangka ini guru tidak semata-mata sebagai pengajar, tetapi juga sebagai pendidik dan sekaligus sebagai pembimbing yang memberikan pengarahan dan menuntun siswa dalam belajar. Salah satu hal yang menarik pada ajaran Islam yaitu penghargaan Islam yang sangat tinggi terhadap guru. Begitu

tingginya

penghargaan

itu

sehingga

menempatkan

kedudukan guru setingkat di bawah kedudukan Nabi dan Rasul, dikatakan seperti itu karena guru selalu terkait dengan ilmu pengetahuan, sedangkan Islam amat menghargai pengetahuan, pengetahuan itu didapat dari belajar 10

______, definisi-pengertian agama, dalam blogspot.com Muhammad Ali, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern , h.3 12 Abdurrahman An-Nahlawi, Pendidikan Islam di rumah, sekolah, dan masyarakat, (Jakarta : Gema Insani, 1995), h. 24 13 Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama, , h.8 11

12

dan mengajar, yang belajar adalah calon guru, dan yang mengajar adalah guru. Karena itu, Islam memuliakan guru. Dalam mengajar

guru

memiliki tujuan,

hal

ini

meliputi

perkembangan aspek-aspek akhlakul karimah yang diharapkan terjadi pada peserta didiknya, seperti : pengetahuan, pengertian, sikap, kebiasaan, keterampilan, budi pekerti, dan cita-cita.14 Peranan (role) guru artinya keseluruhan tingkah laku yang harus dilakukan guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru.15 Guru mempunyai peranan yang amat luas, baik di sekolah, keluarga maupun masyarakat. Di sekolah guru berperan sebagai pengajar dan pendidik, di dalam keluarga guru berperan sebagai family educator sedangkan di masyarakat guru berperan sebagai social developer (pembina masyarakat), dan social motivator (pendorong masyarakat). Di bawah ini ada beberapa pendapat mengenai peran seorang guru : Menurut Abdurrahman An-nahlawi dalam bukunya yang berjudul Pendidikan Islam di rumah, sekolah dan masyarakat mengatakan bahwa guru memiliki dua fungsi yaitu : 1) Fungsi penyucian: artinya seorang guru pembersih diri, pemelihara diri, pengembang serta pemelihara fitrah manusia, 2) Fungsi pengajaran: artinya seorang guru berfungsi untuk menyampaikan ilmu pengetahuan agar siswa menerapkan seluruh pengetahuannya dalam kehidupan sehari-hari.16 Menurut Abuddin Nata peran yang dilakukan guru demikian luas, guru di tuntut agar berperan sebagai informator, motivator, instruktur.17 Menurut Adams dan Dickley peran guru di sekolah sesungguhnya sangat luas, meliputi: 1. Guru sebagai pengajar (Teacher as an instructor), 2. Guru sebagai pembimbing (Teacher as a counsellor), 3. Guru sebagai ilmuwan (Teacher as a scientist), 4. Guru sebagai pribadi (Teacher as a person), 4. Guru sebagai

14

Departemen Agama, Wawasan Tugas Guru dan Tenaga Kependidikan, (Jakarta, 2005),

h. 36 15

Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, ( Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2006), h. 165 16 Abdurrahman An-nahlawi, Pendidikan Islam di rumah,sekolah dan masyarakat, (Jakarta : Gema Insani, 1995), h. 170 17 Abuddin Nata, Pendidikan dalam Persepektif Al-Qur’an, (Jakarta, UIN Press, 2005), h. 152

13

penghubung (Teacher as a communicator), 5. Guru sebagai pembangun (Teacher as a constructor).18 Peran guru dapat digambarkan melalui bagan berikut : Bagan Tugas Guru Tugas Guru Mendidik

Profesi

Mengajar

Melatih

Meneruskan dan mengembangkan nilainilai hidup Meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi Mengembangkan keterampilan dan penerapannya

Menjadi orang tua kedua Kemanusiaa n

Transformasi diri Auto identifikasi

Mendidik dan mengajar masyarakat untuk menjadi warga negara Indonesia yang bermoral pancasila Kemasyarakatan Mencerdaskan bangsa Indonesia

Sumber : Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung : Rosdakarya.1990), h.6

Bagan di atas tampak bahwa guru mempunyai peranan yang sangat penting dalam upaya membentuk, mengarahkan dan membina siswa

18

Departemen Agama, Wawasan Tugas Guru dan Tenaga Kependidikan, h. 71

14

sehingga ia mampu membentuk akhlakul karimah siswa baik di sekolah maupun di masyarakat. Menurut S. Nasution tugas guru sebagai pendidik profesional adalah: a) guru sebagai orang yang mengkomunikasikan pengetahuan b) guru sebagai model, guru tersebut menjadi contoh dalam kehidupan seharihari, bagaimana guru bersikap dalam lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat. c) guru menjadi model sebagai pribadi, apakah ia berdisiplin, cermat berfikir dan mencintai pelajarannya.19 Menurut Ag. Soejono tugas guru adalah: a) Wajib menemukan pembawaan pada siswa dengan berbagai cara seperti pendekatan guru kepada siswa. b) Berusaha menolong siswa mengembangkan pembawaan yang baik dan menekan perkembangan pembawaan yang buruk agar tidak berkembang. c) memberikan bimbingan jika siswa menemui kesulitan dalam mengembangkan potensinya.20 Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa peran dan fungsi guru tidak hanya membimbing siswa saja, melainkan mendidik, mengajar, serta menjadi contoh bagi siswa. Mampu mengembangkan potensi siswa, menjadi informator dan motivator siswa dan menjadi sosok yang baik dalam lingkungan sekolah, keluarga maupun lingkungan masyarakat. 3. Sikap dan Sifat-Sifat Guru yang Baik Mengajar adalah suatu usaha yang sangat kompleks, sehingga sukar menentukan bagaimanakah sebenarnya mengajar yang baik. Ada guru yang mengajar baik kepada Taman Kanak-kanak akan tetapi menemui kegagalan di kelas-kelas tinggi SD, dan sebaliknya ada guru besar yang pandai mengajar kepada mahasiswa akan tetapi tidak sanggup menghadapi murid-murid di kelas SD. Sikap Guru yang baik dikutip oleh Prof. Dr. S. Nasution adalah : 1. Guru yang baik memahami dan menghormati murid. 2. Guru yang baik menghormati bahan pelajaran yang diberikannya. Ia harus menguasai bahan itu sepenuhnya jangan 19 20

Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, h.115 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Persefektif Islam, h.79

15

3. 4. 5.

6.

hanya mengenal isi buku pelajaran saja. Melainkan juga menyukainya serta mangetahui pemakaian dan manfaatnya bagi kehidupan anak dan manusia umumnya. Guru yang baik menyesuaikan metode mengajar dengan bahan pelajaran. Guru yang baik menyesuaikan bahan pelajaran dengan kesanggupan individu. Guru yang baik memberi pengertian dan bukan hanya kata-kata belaka. Salah satu penyakit yang terbesar di sekolah ialah verbalisme, yakni anak mengenal kata-kata tetapi tidak menyelami artinya, anak dapat mengatakan pelajaran di luar kepala, akan tetapi tidak memahami isinya. Guru menghubungkan pelajaran dengan kebutuhan murid.21 Menurut Parker dalam bukunya yang berjudul keberanian mengajar dijelaskan bahwa guru yang baik memiliki kapasitas untuk menjalin hubungan yang utuh di antara mereka sendiri, pelajaran mereka, dan siswa-siswa mereka.22

Menentukan apakah guru itu baik sangat sukar, oleh sebab itu mengajar baik ditentukan oleh macam-macam faktor yang setiap kali berlainan. Walaupun seorang guru mengajar baik di satu kelas, anak-anak setiap tahun berbeda dari tahun-tahun yang lalu, sehingga tidak dapat dipakainya setiap tahun cara-cara yang sama. Untuk

menjamin

terselenggaranya

berkewajiban

mencintai

tugasnya

yang

pendidikan, mulia

setiap

dengan

guru

kesadaran

pengabdian hidupnya terhadap manusia, bangsa dan negara yang diridhai oleh Allah SWT. Untuk mencapai hal-hal tersebut, maka di bawah ini tata cara yang wajib diamalkan oleh seorang guru dalam jabatannya. Hubungan guru dengan murid : 1. Guru selaku pendidik, hendaknya selalu menjadikan suri teladan bagi siswa.

21

22

h.16

S. Nasution, Didaktik Asas-Asas Mengajar, (Jakarta : Bumi Aksara) h. 8-11 Parker J. Palmer, Keberanian Mengajar, (Indonesia : Macanan Jaya Cemerlang,2009),

16

2. Berikanlah pujian karena pujian menyebabkan siswa memahami guru sebagai seorang yang sangat berperikemanusiaan dan untuk itu selayaknya dihargai.23 3. Menyayangi dan memperingatkan siswanya bahwa tujuan menuntut ilmu adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah swt.24 Ciri-ciri guru yang paling disukai peserta didik, di dalam buku Didaktik Asas-asas Mengajar dijelaskan, Seorang guru profesional harus: (1)Suka membantu dalam pekerjaan sekolah, menerangkan pelajaran dan tugas dengan jelas serta mendalam dan menggunakan contoh-contoh sewaktu mengajar. (2)Riang, Gembira, mempunyai perasaan humor dan suka menerima lelucon atas dirinya. (3)Bersikap akrab seperti sahabat, merasa seorang anggota dalam kelompok kelas. (4)Menunjukkan perhatian pada murid dan memahami mereka. (5)Berusaha agar pekerjaan sekolah menarik, membangkitkan keinginan belajar. (6)Tegas, sanggup menguasai kelas, membangkitkan rasa hormat pada murid.(7)Tidak pilih kasih, tidak mempunyai anak kesayangan. (8)Tidak suka memarahi, mencela, mengejek, menyindir. (9)Betul-betul mengajarkan sesuatu kepada murid yang berharga bagi mereka.(10)Mempunyai pribadi yang menyenangkan.25 Jadi dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri guru yang baik adalah seorang guru yang dapat memahami dan menghormati murid, tidak suka mengomel, mempunyai pribadi yang menyenangkan dan dewasa. Serta dapat menunjukkan perhatian kepada murid.

1. Syarat-Syarat Guru Kalau kita perhatikan apa yang telah diuraikan tentang pengertian guru agama Islam, sifat-sifat guru, serta peran sebagai seorang guru tidaklah mudah. Menurut Abdurrahman An-nahlawi, ada beberapa syarat seorang guru yang perlu diperhatikan guru, yaitu: 1) Seorang guru hendaknya mengajarkan ilmunya dengan sabar. 2) Seorang guru ketika menyampaikan ilmunya kepada anak didik, seorang guru harus memiliki kejujuran dengan menerapkan apa yang dia ajarkan dalam kehidupan pribadinya. 23

Thomas Gordon, Guru yang Efektif, (Jakarta : Rajawali, 1986) cet.2., h. 4 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Persefektif Islam, h.83 25 S. Nasution, Didaktik Asas-Asas Mengajar, h. 15-16 24

17

3) Seorang guru senantiasa meningkatkan wawasan, pengetahuan, dan kajiannya. 4) Seorang guru dituntut cerdik dan terampil dalam menciptakan metode pengajaran yang variatif serta sesuai dengan situasi. 5) Seorang guru dituntut mampu bersikap tegas dan meletakkan sesuatu sesuai proporsinya sehingga dia akan mampu mengontrol dan menguasai siswa. 6) Seorang guru dituntut untuk memahami psikologi anak, psikologi perkembangan, dan psikologi pendidik sehingga ketika guru mengajar, dia akan memahami dan memperlakukan ana didiknya sesuai kadar intelektual dan kesiapan psikologisnya. 7) Seorang guru dituntut untuk peka terhadap fenomena kehidupan sehingga dia mampu memahami berbagai kecenderungan dunia beserta dampak dan akibat bagi peserta didik, terutama dampak dalam pola pikir mereka.26 Soejono menambahkan syarat guru yang dikutip oleh Ahmad Tafsir, adalah : (1) Umur harus sudah dewasa, (2) tentang kemampuan mengajar, (3) ia harus ahli, dan (4) harus berdedikasi tinggi.

a. b. c. d. e. f. g. h.

a. b. c. 26

Sebagaimana pula dijelaskan pada peraturan pemerintah Republik Indonesia No 14 tahun 2005 tentang kompetensi yang harus dimiliki guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurangkurangnya meliputi: Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan Pemahaman terhadap peserta didik Pengembangan kurikulum atau silabus Perancangan pembelajaran Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis Pemanfaatan teknologi pembelajaran Evaluasi hasil belajar, dan Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Kompetensi kepribadian, kemampuan pribadi ini meliputi halhal sebagai berikut: Beriman dan bertakwa Berakhlak mulia Arif dan bijaksana

Abdurrahman An-nahlawi, Pendidikan Islam di rumah,sekolah dan masyarakat, h. 170

18

d. e. f. g. h. i. j. k. l.

a. b. c.

d. e.

a.

b.

Demokratis Mantap Berwibawa Stabil Dewasa Jujur Sportif Menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat, dan Secara obyektif mengevaluasi kinerja sendiri, dan mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan. Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat yang sekurang-kurangnya meliputi kompetensi untuk: Berkomunikasi lisan, tulis, dan/atau isyarat secara santun Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, pimpinan satuan pendidikan, orang tua atau wali peserta didik Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan mengindahkan norma serta sistem nilai yang berlaku, dan Menerapkan prinsip persaudaraan sejati dan semangat kebersamaan. Kompetensi professional merupakan kemampuan guru dalam menguasai pengetahuan bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan budaya yang sekurang-kurangnya meliputi penguasaan: Materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar isi program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu; dan Konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang relevan, yang secara konseptual menaungi atau koheren dengan program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu.27

Menurut Al-Ghazali pendidik harus mempunyai sifat kasih sayang terhadap siswa, melakukan aktifitas karena Allah swt, mampu membrikan nasehat yang baik kepada siswa, mampu mengarahkan siswa kepada hal yang positif, mengetahui intelektualitas siswa, dan mampu menumbuhkan kegairahan siswa terhadap ilmu yang dipelajarinya.28 27

Peraturan Pemerintah RI nomor 74 Tahun 2008, Guru, (Jakarta: BP. Cipta Jaya, 2009) Asrorun Niam Sholeh, Reorientasi Pendidikan Islam Mengurai Relevansi Konsep AlGhazali dalam Konteks Kekinian, (Jakarta : Elsas, 2006) h.72 28

19

Dari pengertian para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa seorang guru di harapkan memiliki syarat-syarat, ada beberapa syarat yang harus dimiliki seorang guru, diantaranya kemampuan dalam mengajar siswa, karena jika guru tidak memiliki kemampuan dalam mengajar di khawatirkan akan menjerumuskan siswa kepada hal-hal yang negatif, guru diharapkan mempunyai sifat kasih sayang terhadap siswa, karena sifat kasih sayang ini pada akhirnya akan melahirkan keakraban dan ketentraman belajar selain itu harus memiliki kompetensi guru menurut Undang-undang No 14 tahun 2005 yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional dan sosial..

B. Akhlak 1. Pengertian Akhlak Kata akhlak berasal dari bahasa Arab, jama dari “khuluqun” (

)

yang menurut bahasa diartikan : budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Dan akhlakul karimah adalah budi pekerti mulia atau tingkah laku mulia.29 Ibnu Atsir mendefinisikan akhlak berarti dien, tabiat dan sifat, hakikatnya adalah batin manusia, yaitu jiwa dan kepribadiannya.30 Secara istilah (terminologis ) Imam Al-Ghazali mendefinisikan :

“akhlak sebagai sifat yang tertanam di dalam jiwa yang menimbulkan bermacam-macam perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan”.31

29

Asmaran As, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), cet 3, h.1 Fariq bin Qasim Abnuz, Bengkel Akhlak, (Jakarta: Darul Falah, 2003), cet 2, h. 13 31 Zahruddin AR, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta : Raja Grafindo Persada,2004), h. 4 30

20

Ada beberapa pendapat ahli dalam mendefinisikan akhlak sebagai berikut: Al-Jahizh mengatakan bahwa akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang selalu mewarnai setiap tindakan dan perbuatannya, tanpa pertimbangan ataupun keinginan.32 Tebba mengutip pendapat Hamzah ya’qub dalam bukunya Manusia Malaikat : 1. Akhlak adalah ilmu yang menentukan batas antara yang baik dan buruk, antar yang terpuji dan yang tercela dan tentang perkataan atau perbuatan manusia lahir dan bathin. 2. Pengetahuan yang memberikan pengertian tentang baik dan buruk serta ilmu yang mengatur pergaulan manusia dalam bermasyarakat.33

Prof. Dr. Ahmad Amin mengatakan bahwa akhlak adalah kebiasaan kehendak. Kehendak adalah ketentuan dari beberapa keinginan manusia setelah bimbang, sedangkan kebiasaan merupakan perbuatan yang diulangulang sehingga mudah melakukannya, jika kehendak itu dibiasakan melakukan sesuatu maka kebiasaannya itu disebut akhlak.34 Pendapat seorang filosof muslim yang bernama Ibnu Maskawaih, mendefinisikan akhlak secara luas sebagai berikut:

“akhlak adalah kondisi kejiwaan saat seorang manusia tergerak melakukan sesuatu dengan tanpa berfikir terlebih dahulu. Dan ini terbagi dua bagian yaitu : tabiat dan kebiasaan”.35

32

Mahmud Al-Mishri Abu Ammar, Ensiklopedia Akhlak Muhammad saw, (Jakarta : Pundi Akasara, 2009), cet 1, h. 6 33 Sudirman Tebba, Manusia malaikat, (Yogyakarta : Cangkir Geding, 2005), cet. 1, h. 66 34 Ahmad Amin, Ilmu Akhlak, Terj Farid Ma’ruf (Jakarta : Bulan Bintang, 1975) cet. viii, h. 62 35 Abuddin Nata, Pendidikan dalam Persefektif Hadist, (Jakarta : UIN Jakarta Press,2005), h. 274

21

Betapapun semua definisi akhlak di atas berbeda rumusannya, tetapi sebenarnya tidak berjauhan maksudnya yaitu sifat, perangai, tabiat, perilaku yang tertanam dalam diri seseorang, yang dapat membedakan antara yang baik dan buruk. serta sebagai media yang memungkinkan adanya hubungan baik antara Khaliq dengan makhluk dan antara makhluk dengan makhluk.

2. Pembentukan Akhlak Pribadi manusia itu pada dasarnya dapat menerima segala usaha pembentukan melalui kebiasaan. Jika manusia terbiasa berbuat jahat, maka ia akan menjadi orang yang jahat. Sebaliknya jika manusia membiasakan diri dengan cara bertingkah laku yang mulia, maka ia dapat membentuk pribadi yang mulia. Pendidikan Akhlak adalah roh dan tujuan utama pendidikan Islami. Ketika memberikan pendidikan akhlak terhadap anak-anak, berarti kita membiasakan anak untuk berakhlak mulia dan menjauhkannya dari akhlak tercela dan mengembangkan anak supaya menjadi manusia yang sempurna akhlaknya, dimana ia akan menjadi kunci pembuka kebaikan dan kunci penutup kejahatan.36 Dalam hal membentuk dan membina tingkah laku dan etika anak merupakan suatu kewajiban agama yang lazim bagi setiap pendidik berdasarkan dalil dari Al-Qur’an dan Allah memerintahkan baik berbentuk pengajaran, perlindungan dan peribadatan.37 Menurut sebagian ahli bahwa akhlak tidak perlu dibentuk, karena akhlak adalah insting yang dibawa manusia sejak lahir. Dengan pandangan seperti ini, maka akhlak akan tumbuh dengan sendirinya, walaupun tanpa dibentuk dan diusahakan. Selanjutnya ada pula pendapat yang mengatakan

36

Syaikh Muhammad Sa’id Mursi, Seni Mendidik Anak 2, ( Kairo : Dar At-Tauzi wa AnNasyar Al-Islamiyah, 2001), cet.1, h. 50 37 Al-Maghribi bin As-Said al-Maghribi, Begini Seharusnya Mendidik Anak, Terj dari Kaifa Turabbi Waladan Shalihan (Pakistan : Darul Kitab was Sunnah), Cet. 5, h. 201

22

bahwa akhlak adalah hasil dari pendidikan, latihan, pembinaan, perjuangan keras dan sungguh-sungguh. Kelompok yang mendukung pendapat yang kedua ini umumnya datang dari ulama-ulama Islamyang cenderung pada akhlak. Ibnu Miskawih, Ibnu Sina, Al-Ghazali dan lain-lain termasuk kepada kelompok yang mengatakan bahwa akhlak adalah hasil usaha. Akhlak adalah bagian integral dari Islam, sebagaimana halnya iman dan ibadah. Artinya orang yang beriman harus beribadah dan berakhlak mulia. Seorang muslim tidak lengkap keislamannya bila hanya beriman dan beribadah, tetapi tidak berakhlak mulia. Sebaliknya, kalau orang berakhlak tanpa iman, maka akhlaknya mempunyai dasar yang kuat. Tanpa iman orang tidak memiliki pegangan hidup dalam menjalankan akhlaknya.38 Di dalam ajaran Islam, akhlak tidak dapat dipisahkan dari Iman. Iman merupakan pengakuan hati, sedangkan akhlak pantulan dari Iman berupa perilaku, ucapan dan sikap. Iman adalah maknawi, sedangkan akhlak butuh keimanan dalam perbuatan yang dilakukan dengan kesadaran dan hanya karena Allah swt. Pembinaan

akhlak

dalam

Islam

juga

terintegrasi

dengan

pelaksanaan rukun Iman dan rukun Islam, karena ajaran Islam tentang keimanan sangat berkaitan erat dengan mengerjakan serangkaian amal saleh dan perbuatan yang terpuji. Sedangkan mengenai rukun Islam sudah jelas mengandung konsep pembinaan akhlak. Di antaranya ialah tunduk kepada Allah dan Rasul-Nya sebagai pengamalan dari rukun Islam yang pertama, shalat dapat mencegah perbuatan yang keji dan munkar, mengeluarkan zakat dapat membersihkan diri dari sifat kikir, puasa dapat melatih kesabaran, dan haji dapat menghindarkan diri dari kejahatan dan permusuhan.

38

Sudirman Tebba, Manusia malaikat, h. 70

23

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi anak dalam proses pembentukan akhlak siswa. Faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak pada diri seseorang adalah: Pertama, faktor pembawaan dari dalam yang bentuknya dapat berupa kecenderungan, bakat, akal, keturunan/keluarga merupakan pendidikan yang utama bagi pembentukan akhlak anaknya. Yang dilakukan oleh orang tuanya biasanya si anak mengikutinya. Oleh karena itu peran orang tua sangat mempengaruhi watak dan karakter anakanaknya

dan

jika

seseorang

sudah

memiliki

pembawaan

atau

kecenderungan kepada yang baik maka dengan sendirinya orang tersebut akan menjadi baik. Kedua, faktor dari luar, yaitu faktor lingkungan, lingkungan masyarakat maupun lingkungan sekolah. Dari kedua faktor ini faktor pergaulan/lingkunganlah yang sangat dominan pengaruhnya dalam pembentukan karakter atau akhlak. Jika pembinaan yang diberikan kepada anak itu baik, maka baiklah anak itu. Begitu juga sebaliknya, jika pendidikan yang diberikan kepada anak itu tidak baik, maka buruklah akhlak anak itu, seperti orang tua dahulu bilang siapa yang bergaul dengan penjual minyak wangi maka akan dapat wanginya dan siapa yang bergaul dengan tukang las maka akan terkena percikan apinya. Ahmad amin dalam bukunya yang berjudul Ilmu Akhlak berpendapat bahwa faktor lingkunganlah yang sangat berpengaruh dalam mempengaruhi seseorang yakni sampai 80%. Singgih D. Gunarsa mengutip pendapat Anastasih dalam bukunya yang berjudul Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, di katakan bahwa kadang-kadang lingkungan sangat kecil pengaruhnya tapi ada masa-masa dimana pengaruhnya sangat besar. Seperti peristiwa traumatis (goncangan jiwa), terjadi dalam waktu yang singkat akan tetapi, menimbulkan reaksi dan akibat yang mungkin lama.39 39

Singgih D. Gunarsa, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Jakarta : Gunung Mulia, 1985), h. 18

24

Maka dapat disimpulkan bahwa faktor keturunan saja tidak menentukan munculnya suatu ciri tingkah laku seorang anak, karena masih ada faktor lain yaitu lingkungan yang paling berpengaruh dalam pembentukan tingkah laku seorang anak.

3. Aspek Akhlak Akhlak

merupakan

kebiasaan

kehendak.

kehendak

adalah

ketentuan dari beberapa keinginan manusia setelah bimbang, sedangkan kebiasaan merupakan perbuatan yang diulang-ulang sehingga mudah melakukannya,

jika kehendak itu bila dibiasakan sesuatu maka

kebiasaannya itu disebut akhlak. Yang termasuk kedalam aspek akhlak adalah: 1. Batiniyah, merupakan akhlak yang tidak tampak yaitu : a. Instinct: suatu sifat yang dapat menimbulkan perbuatan untuk mencapai tujuan tertentu dengan berfikir terlebih dahulu tanpa adanya latihan. Misalnya seorang ibu yang berusaha menjaga anaknya dan membesarkannya dengan memberikannya sandang, pangan dan papan. Instinct disini yaitu kekuatannya mendorong hal yang baik yaitu menjaga dan membesarkan anaknya.40 b. Kehendak: sebagai penggerak manusia sehingga akan timbul perbuatan dari hasil kehendak tersebut. Kehendak ini kadang menjadi pendorong dan kadang menjadi penolak yakni mendorong manusia supaya berbuat terkadang mencegah kekuatan tersebut. Misalnya ketika seorang anak sedang menulis, lalu ia merasakan lapar, seketika itu juga ia berhenti menulis dan menuju ke meja makan untuk makan. Kehendak disini yaitu ketika anak tersebut merasa lapar dan ingin makan. c. Suara hati: kekuatan untuk memerintahkan melakukan kewajiban dan melarang melakukan suatu perbuatan. Misalnya seorang abid terfikir untuk mencuri, akan tetapi ia menyadari bahwa mencuri itu 40

Ahmad Amin, Ilmu Akhlak, Terj Farid Ma’ruf, h. 13

25

perbuatan dosa, maka kekuatan dalam hatinya melarang melakukan pencurian, jadi disini suara hati itu adalah larangan mencuri. 2. Dzahiriah, merupakan akhlak yang nampak yaitu: Kebiasaan, suatu perbuatan yang di ulang-ulang sehingga menjadi mudah dikerjakan. Hal ini terjadi karena adanya faktor kesukaan hati melakukan perbuatan tersebut sehingga dapat melahirkan perbuatan yang diinginkan. Dapat disimpulkan bahwa suara hati itu terbentuk karena adanya kehendak, dan kehendak tersebut timbul karena adanya instinc, ketiga hal ini akan terbentuk menjadi akhlak (perilaku), dan semua ini dapat terbentuk apabila seseorang yang memiliki iman. Karena dikatakan bahwa orang mu’min yang sempurna imannya pasti memiliki akhlak yang paling mulia.

4. Metode Pembentukan Akhlak di Sekolah Mendidik akhlak termasuk pekerjaan yang sangat penting, karena anak-anak adalah amanat bagi kedua orang tuanya. Jika anak dibiasakan melakukan kebaikan maka baiklah dia, jika anak itu dibiasakan melakukan keburukan maka anak tersebut menjadi buruk pula. Anak-anak mempunyai pikiran yang terbatas, pengalaman yang sedikit dan percobaan yang kurang. Mereka hidup dengan akal pikirannya dalam alam yang nyata, yang dapat mereka ketahui dengan salah satu panca indera. Mereka belum dapat memikitkan soal-soal maknawi, soalsoal abstrak dan hukum-hukum yang umum. Bahkan mereka belum dapat memikirkan dalil-dalil dan teori yang dalam seperti Ilmu kalam dan Filsafat. Anak-anak itu sangat perasa, mempunyai perasaan halus, mudah terpengaruh begitu juga sifat anak-anak yang suka mencontoh dan meniru. Ditirunya apa-apa yang dilihatnya, dicontohnya kelakuan orang tuanya atau teman sejawatnya. Pendidikan agama khususnya akhlak yang akan diberikan kepada anak-anak, haruslah sesuai dengan akal pikirannya, sesuai dengan sifat-

26

sifatnya, berikan pendidikan agama dalam bidang yang praktis, berupa amal perbuatan dan akhlak yang mulia dan kelakuan yang baik, sebaiknya diberikan berupa kisah-kisah, seperti cerita keagamaan, riwayat pembesarpembesar Islam dan sebagian kisah-kisah Al-Qur’an yang mudah dimengerti oleh mereka serta sesuai pula dengan kebutuhannya.41 Perhatian Islam yang demikian terhadap pembinaan akhlak ini dapat pula dilihat dari perhatian Islam terhadap pembinaan jiwa yang harus didahulukan daripada pembinaan fisik, karena dari jiwa yang baik inilah akan lahir perbuatan-perbuatan yang baik yang pada tahap selanjutnya akan mempermudah menghasilkan kebaikan dan kebahagiaan pada seluruh kehidupan manusia lahir dan bathin. Perhatian Islam dalam pembinaan akhlak selanjutnya dapat dianalisis pada muatan akhlak yang terdapat pada seluruh aspek ajaran Islam. Ajaran Islam tentang keimanan misalnya sangat berkaitan erat dengan mengerjakan serangkaian amal salih dan perbuatan terpuji. Iman yang tidak disertai dengan amal salih dinilai sebagai iman yang palsu, bahkan dianggap sebagai kemunafikan. Allah berfirman :

            Dan antara manusia (orang munafik) itu ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian," padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.” (QS. Al-Baqarah : 8) Ayat di atas menunjukkan dengan jelas bahwa iman yang dikehendaki Islam bukan iman yang hanya sampai pada ucapan dan keyakinan, tetapi iman yang disertai dengan perbuatan dan akhlak yang mulia, seperti tidak ragu-ragu menerima ajaran yang dibawa Rasul, mau memanfaatkan harta dan dirinya untuk berjuang di jalan Allah. Ini menunjukkan bahwa keimanan harus membuahkan akhlak dan juga 41

Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama, h. 9

27

memperlihatkan bahwa islam sangat mendambakan terwujudnya akhlak yang mulia. Pembinaan

akhlak

dalam

Islam

juga

terintegrasi

dengan

pelaksanaan rukun Islam. Hasil analisis Muhammad Al-Ghazali terhadap rukun Islam yang lima telah menunjukkan dengan jelas, bahwa dalam rukun Islam yang lima itu terkandung konsep pembinaan akhlak. Rukun Islam yang pertama adalah mengucapkan dua kalimat syahadat, yaitu bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Orang yang tunduk dan patuh pada aturan Allah dan Rasul-nya sudah dapat dipastikan akan menjadi orang yang baik. Rukun Islam yang kedua adalah mengerjakan shalat lima waktu. Shalat yang dikerjakan akan membawa pelakunya terhindar dari perbuatan yang keji dan munkar. Rukun Islam yang ketiga, yaitu zakatjuga mengandung didikan akhlak, yaitu agar orang yang melaksanakannya dapat membersihkan dirinya dari sifat kikir, mementingkan diri sendiri, dan membersihkan hartanya dari hak orang lain, yaitu hak fakir miskin. Muhammad AlGhazali mengatakan bahwa hakikat zakat adalah untuk membersihkan jiwa dan mengangkat derajat manusia ke jenjang yang lebih mulia. Islam juga mengajarkan ibadah puasa sebagai rukun Islam yang keempat, bukan hanya sekedar menahan diri dari makan dan minum dalam waktu yang terbatas tetapi lebih dari itu merupakan latihan menahan diri dari keinginan melakukan perbuatan keji yang dilarang. Rukun Islam yang kelima adalah ibadah haji. Dalam ibadah haji inipun nilai pembinaan akhlaknya lebih besar lagi dibandingkan dengan nilai pembinaan akhlak yang ada pada ibadah dalam rukun Islam lainnya. Hal ini bisa dipahami karena ibadah haji ibadah yang dalam Islam bersifat komprehensif yang menuntut persyaratan yang banyak, yaitu disamping harus menguasai ilmunya, juga harus sehat fisiknya, ada kemauan keras,

28

bersabar dalam menjalankannya dan mengeluarkan biaya yang tidak sedikit, serta rela meninggalkan tanah air, harta kekayaan dan lainnya. Ada beberapa cara dalam pembentukan akhlakul karimah, Yaitu : 1. Pembiasaan yang dilakukan sejak kecil dan berlangsung secara terus menerus. Imam Ghazali mengatakan bahwa manusia itu pada dasarnya dapat menerima segala usaha pembentukan melalui pembiasaan. Jika manusia terbiasa berbuat jahat, maka ia akan menjadi orang yang jahat, begitupun sebaliknya jika manusia dibiasakan berbuat baik, maka ia akan menjadi orang yang baik. 2. Melalui keteladanan, akhlak yang baik tidak dapat dibentuk hanya dengan pelajaran, instruksi dan larangan. Menanamkan sopan santun memerlukan pendidikan yang panjang. Pendidikan itu tidak akan sukses jika disertai pemberian contoh teladan yang baik dan nyata.42 Al-Ghazali juga menekankan tentang metode dalam membentuk akhlakul karimah, ia menganjurkan agar anak-anak dijauhkan dari temannya yang berperangai buruk, karena dikhawatirkan anak tersebut juga berperangai buruk. Seorang anak juga tidak boleh dibiasakan manja, bersenang-senang, memperoleh kelezatan hidup, karena dampaknya akan tidak baik di kemudian hari. Cara agar anak tidak bermain yang tak berguna atau hanya bersenda gurau adalah membiasakan anak pada waktu senggang untuk membaca, terutama membaca Al-Qur’an dan riwayat-riwayat hadist, menghafalkan syair-syair yang mengandung kecintaan kepada orang yang berhak dicintai. Membiasakan melakukan peribadatan seperti bersuci, shalat, berpuasa pada bulan Ramadhan, diajarkan tentang ilmu syariah, dan diajarkan bahwa dunia ini tidak kekal, akhirat lah yang mempunyai kekekalan abadi. Seorang anak harus dibiasakan rendah hati dan memuliakan setiap orang yang bergaul dengannya, tutur katanya lemah lembut, tidak meludah dihadapan orang lain, tidak meletakkan kaki di atas kakinya, tidak 42

Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, h. 164-165

29

meletakkan telapak tangan di bawah dagunya, tidak menaruh kepala pada lengannya, karena hal ini menunjukkan sifat malas. Mendengarkan dengan baik tatkala orang lain yang lebih tua berbicara, berdiri untuk orang yang derajatnya lebih tinggi dan diberinya tempat yang lapang. Dapat dilihat dari metode di atas bahwa metode pendidikan akhlak itu dapat mendidik anak sebagai perangai pribadinya, watak dan kebiasaan-kebiasaannya sebagai individu bahkan meletakkan dasar-dasar yang wajib dilaluinya dalam interaksinya dengan orang lain.

C. Peran Guru Agama Islam dalam Pembentukan Akhlakul Karimah Siswa Guru agama Islam memiliki peranan khusus yang signifikan, peran yang dilakukan guru yaitu sebagai: a. Pembimbing: guru sebagai pembimbing siswa dalam hal membentuk akhlak dengan cara penyadar jiwa siswa, jika siswa melakukan kesalahan peran guru adalah membimbing siswa agar tidak melakukan kesalahan lagi dan memeri tahu dampak yang terjadi jika melakukan kesalahan. b. Pendidik:

guru mendidik

siswa dengan

cara meneruskan dan

mengembangkan nilai-nilai hidup, seperti nilai-nilai akhlak dalam kehidupan, bersikap baik terhadap orang lain, menghormati yang lebih tua dan menghargai yang lebih muda. c. Teladan: guru sebagai teladan atau contoh bagi siswa, perilaku yang guru lakukan merupakan teladan, maka guru tidak boleh membiasakan siswa melakukan atau berperilaku buruk. Ini perlu disadari oleh guru sebab perilaku guru akan mempengaruhi anak didik. d. Pembiasaan: Metode pembiasaan berjalan bersama-sama dengan metode keteladanan, sebab pembiasaan itu dicontohkan oleh guru. Guru sebagai tokoh

teladan

membiasakan

dalam tertib

mencontohkan

mengucap

salam,

sikap

teladannya,

seperti

inti

pembiasaan

adalah

30

pengulangan, jika guru setiap masuk kelas mengucapkan salam, itu dapat diartikan sebagai usaha membiasakan. e. Pengawas: guru juga berperan sebagai pengawas, mengawasi siswa yang berada di luar kelas maupun di dalam kelas. Jika siswa melakukan kesalahan maka guru seharusnya menegur dan menasehati, apabila kesalahn tersebut terulang kembali maka guru patut memberikan sanksi sesuai dengan kesalahan siswa tersebut. f. Pengajar: selain menjadi pembimbing, teladan dan pengawas peran guru paling penting yaitu menjadi pengajar, guru melakukan transformasi ilmu baik ilmu umum maupun ilmu agama, guru dapat melakukan penanaman nilai akhlak dalam diri siswa dalam proses pembelajaran, dengan cara bertutur kata lembut, tidak memaki siswa, menghormati siswa, dan mengucap salam ketika masuk kelas. Dengan demikian dapat disimpulkan peranan keteladanan guru, pembimbing, pembiasaan, pengawasan dan pengajaran berpengaruh besar terhadap perilaku siswa sebagai penerus bangsa. Melalui poses yang kontinyu dan berkesinambungan.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini diuraikan mengenai masalah dan hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan penelitian yang meliputi metodologi penelitian, waktu dan tempat penelitian, aspek penelitian, tekhnik pengumpulan data, dan tekhnik pengolahan analisa data.

A. Metodologi Penelitian Segala sesuatu untuk mencapai target yang diinginkan memerlukan metode. Demikian halnya dengan penelitian, juga memerlukan metode agar cara kerja yang ingin dihasilkan terarah dengan baik. Adapun penelitian ini menggunakan metode diskriftif analisis, yaitu memaparkan secara mendalam dengan apa adanya secara obyektif sesuai dengan data yang dikumpulkan. Menurut Moleong, data dalam penelitian deskriftif adalah data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka. Hal ini disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif. Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti.1

1

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT. Remaja Rosda Karya,

2002), h.6

31

32

Untuk mendapatkan data-data dalam penulisan ini, tekhnik yang digunakan oleh peneliti antara lain : 1. Penelitian Lapangan (Field Research): yakni untuk memperkuat data secara teoritis untuk memperoleh informasi pada responden yang terkait dengan judul sehingga diperoleh data yang valid dan dapat dipertanggung jawabkan. 2. Studi kasus, Penelitian studi kasus adalah studi yang mengeksplorasi suatu masalah dengan batasan terperinci, memiliki pengambilan data yang mendalam, dan menyertakan berbagai sumber informasi berupa dokumen, catatan-catatan selam proses penelitian.

B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Mts. Darul ma’arif, Jl. Fatmawati, Kelurahan Cipete-Selatan, Kecamatan Cilandak, Kota Jakarta, dan waktu penelitian ini dilangsungkan pada bulan Januari-Februari 2011

C. Aspek Penelitian Aspek dalam penelitian yang berjudul “Peran Guru Agama Islam dalam Membentuk Akhlakul Karimah Siswa MTs. Darul Ma’arif” adalah sebagai berikut: 1. Peran guru agama Islam dalam membentuk akhlakul karimah siswa di MTs. Darul Ma’arif. 2. Perilaku siswa dalam lingkungan sekolah baik terhadap guru maupun terhadap teman. Adapun definisi dari kedua variabel dari penelitian ini adalah: Peran guru yang dimaksud mencakup proses penyelenggaraan pembelajaran di dalam kelas maupun di luar kelas. Selanjutnya dilakukan anlisis terhadap peran guru berdasarkan indikator-indikator berikut ini: a. Keteladanan guru didalam kelas maupun luar kelas. b. Pembiasaan yang dilakukan oleh guru.

33

c. Perilaku yang dibiasakan guru didepan siswa Sedangkan perilaku siswa yaitu dalam kesadaran siswa terhadap: 1. Kemauan melakukan pembiasaan yang dilakukan guru. 2. Kesadaran menerapkan perilaku baik dalam lingkungan sekolah. 3. Ketepatan waktu ketika datang kesekolah. 4. Kemauan melaksanakan tata tertib yang sudah dibuat pihak sekolah. Berdasarkan definisi tersebut, maka aspek peran guru dalam membentuk akhlakul karimah siswa diukur dari data-data yang diperoleh melalui wawancara dengan kepala sekolah dan guru agama Islam mengenai proses membentuk akhlakul karimah. Adapun aspek perilaku siswa dalam berperilaku diukur melalui wawancara kepada siswa dan pengamatan penulis.

D. Sumber Data Data-data dalam penelitian ini didapat dari sumber-sumber data berikut: 1. Fenomena peran yang dilakukan oleh guru agama Islam dalam membentuk akhlakul karimah siswa 2. Kepala sekolah 3. Guru agama Islam 4. Siswa 5. Dokumen

E. Tekhnik Pengumpulan Data Suatu penelitian memerlukan data dan informasi yang berguna untuk bahan pemecahan masalah yang ditemukan dalam penelitian tersebut, untuk itu diperlukan tekhnik pengumpulan data yang tepat agar penelitian mencapai tujuan yang diinginkan. Untuk memperoleh data dari penelitian ini penulis menggunakan tekhnik-tekhnik pengumpulan data berupa:

34

1. Observasi Observasi yaitu teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan pengamatan langsung secara sistematis terhadap obyek yang sedang diteliti. Observasi ini dilakukan untuk mendapatkan data yang berkaitan dengan keadaan lokasi obyek penelitian, yaitu pelaksanaan kegiatan siswasiswi MTs. Darul Ma’arif.

2. Wawancara Wawancara adalah dialog yang dilakukan oleh pewawancara dari terwawancara dalam mengumpulkan data dan informasi dengan cara memberikan pertanyaan-pertanyaan dalam bentuk lisan secara terstruktur dan sistematis.2 Wawancara digunakan oleh peneliti untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Informasi tersebut didapat dari komunikasi dengan sumber data melalui dialog secara lisan secara langsung. Dalam peneliltian ini peneliti mewawancarai kepala sekolah untuk mendapat informasi data tentang sejarang berdirinya sekolah, visi-misi, keadaan sekolah, keadaan guru dan hal lain seputar masalah yang menyangkut dalam penelitian ini. Selain itu, peneliti mewawancarai guru agama Islam untuk memperoleh informasi data mengenai perannya dalam membentuk akhlakul karimah siswa dan kegiatan yang berhubungan dengan upaya peningkatan akhlakul karimah siswa. Peneliti juga mewawancarai beberapa siswa untuk mendapatkan informasi data tentang keselarasan data yang didapat dari sumber data lainnya.

3. Dokumen Sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi. Sebagian besar data yang tersedia adalah berbentuk surat-surat, catatan harian, laporan, foto, dan sebagainya 2

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta : Asdi

Mahasatya, 2006), h. 155, cet. 13

35

F. Teknik Pengolahan Analisa Data Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data, mengorganisasikan data, memilih-milihnya menjadi satuan yang dapat dikelola.3 Dengan adanya data, hasil penelitian dapat digunakan sebagai suatu informasi baru yang memiliki sifat ilmiah. Dengan demikian analisa data adalah penyelidikan atau pengolahan data-data agar dapat dipahami antara satu dengan yang lainnya berdasarkan bukti nyata yang dikumpulkan oleh peneliti dilapangan berdasarkan masalah yang diteliti. Adapun analisis data yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini melalui beberapa langkah, yaitu: a. Menganalisa dokumen-dokumen kegiatan pembelajaran agama Islam, khususnya dalam hal akhlak. b. Menganalisa hasil observasi dan wawancara yang mengacu pada indikator peran guru dalam membentuk akhlakul karimah siswa.

3

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, h.103

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum MTs. Darul Ma’arif Cipete Jakarta-Selatan 1. Sejarah Berdirinya MTs. Darul Ma’arif Perguruan Darul ma’arif adalah lembaga Pendidikan Islam yang didirikan oleh Prof. Dr. KH. Idham Chalid pada tanggal 15 Desember 1959 dengan tujuan : a. Mendidik siswa menjadi insan yang berkarakter dengan dilandasi keimanan, ketakwaan dan akhlak mulia. b. Mendidik siswa menghayati dan mengamalkan ajaran agamnya, serta menghormati dan mentaati kedua orang tua dan guru-gurunya. c. Mendidik siswa menjadi warga negara Indonesia yang mencintai bangsa

dan

negaranya

serta

peduli

kepada

lingkungan

dan

masyarakatnya. Dengan berlandaskan aqidah Islam, Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. d. Mendidik siswa menjadi insan Indonesia yang siap menyongsong Era Global dengan memiliki kemampuan intelektual serta menguasai keterampilan ilmu pengetahuan dan teknologi.

36

37

MTs. Darul ma’arif merupakan lembaga pendidikan jenjang Sekolah Lanjutan Tingkatan Pertama (SLTP) yang bernaung dibawah Perguruan Darul Ma’arif. Status sekolah ini Disamakan sejak tahun 1992. MTs. Darul Ma’arif sudah mengalami tiga kali pergantian kepengurusan yaitu Drs. H. Minhajul Afkar berasal dar Jawa Timur, H. Mu’izzudin berasal dari Jawa Tengah dan H. Antung Abdullah dari Kalimantan Timur yang masih menjabat sampai sekarang. Sedangan wakil kepala sekolah Bidang Kurikulum yaitu Hj. Sri Komariyati, S. Ag dan wakil kepala sekolah Bidang Kesiswaan yaitu Asep Iffan M. M. Pd.

2. Visi MTs. Darul Ma’arif Visi ini menjiwai warga sekolah kami untuk selalu mewujudkan setiap saat dan berkelanjutan mencapai tujuan sekolah. Visi kami yaitu “MTs. Darul Ma’arif unggul dalam bidang IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi), IMTAQ (Iman dan Taqwa), pelayanan dan pengamalan”.1

3. Misi MTs. Darul Ma’arif Misi dari MTs. Darul Ma’arif adalah : a. Membentuk insan berakhlak mulia dan Islami b. Mempersiapkan peserta didik untuk dapat diterima di sekolah lanjutan yang bermutu atau unggulan dan berguna bagi masyarakat. c. Membekali peserta didik dengan keterampilan dasar sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.2

4. Keadaan Guru, siswa dan Karyawan a. Data Guru Dalam kegiatan pembelajaran maka dibutuhkan tenaga yang prosesional

dalam

bidang,

sehingga

para

siswa

mendapatkan pelajaran sesuai.

1 2

Antung Abdullah (Kepala Sekolah), Wawancara, 20 Januari 2011 Antung Abdullah (Kepala Sekolah), Wawancara, 20 Januari 2011

yang

diajar

38

Tabel 1 Pendidikan Guru Jumlah Pendidikan Guru L

P

Pon-Pes/ SMA

1

1

D2

-

1

D3

-

1

S1

9

6

S2

2

-

Jumlah

12

9

Data di atas berisikan mengenai pendidikan terakhir guru-guru MTs Darul Ma’arif. Mayoritas pendidikan terakhir guru-guru adalah sarjana (S1) yang berjumlah 15 orang, S2 2 orang, D2, D3 dan lulusan pondok pesantren setingkat SMA masing-masing hanya 2 orang. Selain data guru mengenai pendidikan terakhir, mata pelajaran yang diajarkan sesuai atau tidak dengan jurusan guru. Data di bawah ini mengenai data guru dalam mengajar mata pelajaran di MTs. Darul Ma’arif. Tabel 2 Data Guru dan Mata Pelajaran yang Diajarkan No 1

Mata Pelajaran Agama : Fiqh B.Arab Aqidah Akhlak SKI Al-Qur’an Hadist Al-Qur’an Tajwid Nahwu Sharaf

L

P

Jumlah

1 1 2 1

1 1 1 -

1 1 1 1 1 2 1

39

2

3

4

Sains : Matematika Fisika Biologi Sosial : Sejarah Ekonomi Geografi Seni Budaya Umum : B.Inggris B.Indonesia Penjaskes KTK PLKJ BK TIK PPKN

1 1 1

1 -

1 2 1

1 1 1 1

1 -

2 1 1 1

1 1 1 1

1 2 1 1 1 -

2 2 1 1 1 1 1 1

Berdasarkan tabel mengenai data guru dan mata pelajaran di atas dapat disimpulkan bahwa guru di MTs. Darul Ma’arif mengajar sesuai dengan pendidikan terakhirnya, akan tetapi karena kurangnya tenaga guru di sekolah tersebut, maka ada beberapa guru yang mengajar tidak sesuai dengan pendidikan terakhirnya, seperti mata pelajaran aqidah dan SKI adalah 1 guru yaitu Dra. H. Marwanih, kemudian sejarah, geografi dan ekonomi adalah 1 guru yaitu Sutamto S.Pd, lalu KTK dan sejarah adalah 1 guru yaitu Hj. Umu Cholifah, kemudian PLKJ dan BK adalah 1 guru yaitu Lili Nurlinda Sari S. Psi, kemudian Ekonomi dan PPKN adalah 1 guru yaitu Wahyu Purnomo S.E, kemudian Al-Qu’an hadist dan Al-Qur’an tajwid adalah 1 guru yaitu Drs. H. Abdul Halim. Dapat disimpulkan bahwa di MTs. Darul Ma’arif ini dalam mengajarkan mata pelajaran ada beberapa guru yang tidak sesuai dengan pendidikan terakhirnya. Selain mata pelajaran yang diajarkan guru pun memiliki status kepegawaian (PNS/honorer/guru bantu).

40

Data di bawah ini berisikan jumlah guru dalam status kepegawaian di MTs Darul Ma’arif secara lengkap berdasarkan keadaannya (PNS/guru bantu/honorer). Tabel 3 Status Kepegawaian Guru MTs. Darul Ma’arif 3 N0

Keadaan Guru

L

P

Jumlah

1.

Guru Tetap (PNS/Yayasan)

6

4

10 Orang

2.

Guru Tidak Tetap/Bantu

1

1

2 Orang

3.

Guru Honorer

4

4

8 Orang

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa mayoritas guru adalah PNS yang sampai berjumlah 10 orang, sedangkan guru bantu berjumlah 2 orang, sedangkan guru honorer berjumlah 8 orang.

b. Data Siswa dalam Dua Tahun Terakhir Komponen yang penting dalam proses pembelajaran adalah dengan adanya keadaan siswa. Data ini berisikan jumlah murid yang ada di MTs Darul Ma’arif tahun ajaran 2009/2010 dan 2010/2011. Data ini menunjukkan bahwa jumlah murid di MTs ini mengalami peningkatan antara tahun 2009/2010 yang berjumlah 238 orang dengan tahun ajaran 2010/2011 yang berjumlah 250.

3

Daftar statistik staf pengajar di atas penulis kutip dari daftar statistik sekolah pada tanggal 10 Januari 2011

41

Tabel 4 Jumlah Siswa MTs. Darul Ma’arif dua tahun terakhir4 Kelas Tahun

VII

Jumlah Kelas VII,

VIII

VIII, dan IX

IX

Ajaran L

P

L

P

L

P

L

P

2010-2011

46

44

46

34

32

48

124

126

2009-2010

45

37

35

46

36

39

116

122

Bersadarkan tabel tentang keadaan siswa di MTs. Darul Ma’arif dapat disimpulkan bahwa jumlah siswa di MTs. Darul Ma’arif periode 2009/2010 dan 2010/2011 mengalami kenaikan disetiap jenjangnya. Pada tahun 2009/2010 siswa kelas VII berjumlah 82 orang sedangkan 2010/2011 berjumlah 90, lalu pada tahun 2009/2010 siswa kelas VIII berjumlah 81 orang sedangkan 2010/2011 berjumlah 80 orang, kemudian siswa kelas IX pada tahun 2009/2010 berjumlah 75 orang sedangkan 2010/2011 berjumlah 80 orang. Maka dapat disimpulkan bahwa tahun 2010/2011 jumlah siswa MTs. Darul Ma’arif mengalami kenaikan.

c. Data karyawan (Non-Guru) MTs. Darul Ma’arif Untuk bendahara sekolah, MTs Darul Ma’arif tidak mempunyai bendahara khusus namun bendahara ini ditetapkan sesuai dengan kebutuhan (Program atau acara yang akan dilaksanakan) dan berada setiap tahunnya. Sedangkan untuk bagian tata usaha terdapat dua karyawan/karyawati yaitu Siti Fathijah dan Muahammad Amin S. Pd.i. Bagian perpustakaan terdapat dua karyawan/karyawati yaitu Chaerul Shaleh dan Yuli. Dan terdapat empat karyawan sebagai satpam, dua karyawan sebagai satpam siang dan dua karyawan yang lain 4

Data ini penulis peroleh dari statistik MTs ini pada tanggal 10 Januari 2011

42

sebagai satpam malam. Khusus bagi karyawan perpustakaan dan satpam dipekerjakan dari Yayasan Perguruan Darul Ma’arif.

5. Sarana dan Prasarana MTs. Darul Ma’arif juga mempunyai sarana yang lengkap untuk proses pembelajaran. Data dibawah ini berisikan tentang keadaan sarana dan prasarana yang ada di MTs Darul Ma’arif. Tabel 5 Keadaan Sarana dan Prasarana

Nama Bangunan

Jumlah

Keadaan Bangunan

Ruang Kepala Sekolah

1

Baik

Ruang Wakil Kepala Sekolah

1

Baik

1

Baik

Ruang BK

1

Baik

Ruang TU

1

Baik

Ruang Belajar (Kelas)

6

Baik

Ruang Laboratorium

1

Baik

Masjid

1

Baik

Ruang OSIS

1

Baik

Sarana Upacara

1

Baik

Toilet Siswa

5

Baik

Bid. Kurikulum Ruang Wakil Kepala Sekolah Bid. kesiswaan

43

Toilet Guru

2

Baik

Ruang Komputer

1

Baik

Ruang Perpustakaan

1

Cukup Baik

Kantin

1

Baik

Lapangan (Basket dan Volly)

1

Baik

Pos Keamanan

1

Baik

Kondisi sarana dan prasarana yang ada di MTs. Darul Ma’arif sudah tergolong lengkap dan baik. Dalam aspek kegiatan belajar mengajar disediakan 6 lokal ruang kelas. Sedangkan dalam aspek untuk pengembangan siswa, disediakan ruang praktek komputer, perpustakaan yang masih belum memadai dari segi kurang lengkapnya buku pelajaran, laboratorium, mesjid untuk kegiatan ibadah seperti: pelaksanaan sholat dzuhur berjamaah, sholat jumat dan sholat dhuha. Selain untuk pengembangan siswa di MTs. Darul Ma’arif juga terdapat dalam aspek kelengkapan sekolah disediakan ruang TU, Kepala sekolah, wakil kepala sekolah,

guru, BK, kantin, dan pos

keamanan sekolah. Dari segi kerapihan, kedispilinan dan kebersihan MTs. Darul Ma’arif mempunyai toilet siswa ada 2 untuk siswa perempuan dan 3 untuk siswa laki-laki, toilet yang ada di MTs. Darul Ma’arif itu bersih dan rapi

6. Struktur Organisasi Bagan di bawah ini menjelaskan mengenai struktur organisasai MTs. Darul Ma’arif tahun ajaran 2009/2010. Seperti yang digambarkan di bawah ini:

44

Struktur Organisasi MTs. Darul Ma’arif Th. Ajaran 2009/2010 Yayasan Perguruan Darul Ma’arif

Kepala Sekolah H. Antung Abdullah

Waka. Bid. Kurikulum

Waka. Bid. Kesiswaan

Hj. Sri Komariyati, S. Ag

Asep Iffan M. M. Pd BK Lili Nurlinda Sari, S. Psi

Dewan Guru

Wali Kelas

Siswa-siswi Sumber : Antung Abdullah kepala sekolah MTs. Darul Ma’arif), Wawancara, 20 Januari 2011

Bagan di atas merupakan struktur organisasi di MTs. Darul Ma’arif, dari tingkatan yang paling tinggi yaitu Yayasan Darul Ma’arif yang didirikan oleh KH. Idham Cholid, kemudian dibawah naungan yayasan Darul Ma’arif terdapat MTs. Darul Ma’arif yang dikepalai oleh H. Antung Abdullah, untuk wakil kepala sekolah bidang kurikulum yaitu Hj. Sri Komariyati, S. Ag dan untuk wakil kepala sekolah bidang

45

kesiswaan yaitu Asep Iffan, M. Mpd. Guru bimbingan konseling yaitu Lili Nurlinda Sari S.Psi, kemudian segenap dewan guru, wali kelas dan yang terakhir adalah siswa-siswi MTs Darul Ma’arif. Data dibawah ini merupakan wali kelas dari setiap kelas: Wali Kelas : a.

Kelas VII A

: Nurhidayat, S. Pd. I

b.

Kelas VII B

: Drs. H. Abdul Halim

c.

Kelas VIII A : Sutamto S. Pd

d.

Kelas VIII B : Lili Nurlinda Sari S. Psi

e.

Kelas IX A

: Hasidah, S. Ag

f.

Kelas IX B

: Dra. Hj. Marwanih

B. Peran Guru Agama Islam dalam Membentuk Ahlakul Karimah Siswa MTs. Darul Ma’arif Masa depan siswa secara pedagogis banyak tergantung kepada guru. Guru yang pandai, bijaksana, mempunyai kemampuan dan keikhlasan terhadap pekerjaannya mampu mendidik siswa kearah yang positif. Guru menyadari bahwa siswa yang datang ke sekolah untuk belajar itu belum tentu atas kemauannya sendiri, tetapi mungkin karena memenuhi keinginan orang tuanya. Semasa siswa itu tidak dapat melaksanakan kebutuhan akan pelajaran yang diberikan kepadanya, ia hanya menjalankan tugas yang diajarkan guru. Bahkan barangkali siswa itu terpaksa duduk mendengarkan guru akan tetapi perhatiannya kurang terhadap penjelasan guru. Dari pemahaman di atas tampak bahwa guru mempunyai peranan yang sangat penting dalam upaya membentuk, mengarahkan dan membina siswa sehingga ia mampu menjadikan seorang siswa berakhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari.

46

Menurut Abdurrahman An-nahlawi seorang guru berfungsi untuk menyampaikan

ilmu

pengetahuan

agar

siswa

menerapkan

seluruh

pengetahuannya dalam kehidupan sehari-hari. selain menekankan nilai-nilai akhlakul karimah dalam lingkungan sekolah, hal yang paling penting yaitu menyampaikan ilmu pengetahuan kepada siswa-siswi dengan cara melakukan proses belajar mengajar di dalam kelas. Proses belajar mengajar didalam kelas bukan hanya mentransfer ilmu pendidikan, akan tetapi dapat dilakukan pembiasaan-pembiasaan positif yang dapat membuat anak meniru pembiasaan tersebut, seperti bertutur kata lembut, mengucap salam, menghargai pendapat siswa, dan tidak memaki siswa. Peneliti mengamati cara penyampaian guru di dalam kelas mudah dimengerti siswa, metode-metode yang digunakan dalam satu mata pelajaranpun bervariatif seperti metode ceramah, tanya jawab, diskusi dan demonstrasi, sehingga siswa tidak jenuh belajar didalam kelas.5

C. Penyadaran Akhlak Siswa MTs. Darul Ma’arif 1. Bimbingan Perilaku Siswa a. Di dalam Kelas Guru mempunyai beberapa tugas-tugas yang dikemukakan oleh S.Nasution, diantaranya guru sebagai contoh dalam kehidupan seharihari. Pola pembinaan akhlakul karimah yang ditetapkan, dilatihkan dan dibiasakan kepada para siswa yang dilakukan oleh guru melalui contohcontoh, pembiasaan dan keteladanan, siswa cenderung meneladani gurunya, dasarnya ialah karena secara psikologis anak memang senang meniru, tidak saja yang baik, yang jelekpun ditiru. Maka guru memberikan keteladanana seperti guru melakukan beberapa kegiatan, diantaranya guru mengajarkan tepat waktu, waktu datang dan pulang belajar, bertutur kata baik, menyayangi siswa, tegas dan menjaga 5

Peneliti, Observasi, 20 Januari 2011

47

kebersihan didalam kelas. Pola pendidikan seperti ini akan melekat dalam pikiran dan nurani siswa, sehingga melahirkan pengalaman individu siswa yang memunculkan sikap dan kepribadian mulia. Adapun metode yang dipakai dalam proses mengajar yaitu metode ceramah,tanya jawab, demonstrasi, dan diskusi.6 Metodemetode ini digunakan sesuai dengan materi yang diajarkan, apabila materi yang memerlukan penjelasan maka digunakan metode ceramah apabila yang memerlukan contoh maka di gunakan metode demonstrasi. Ibu Sri guru mata pelajaran Fiqh juga menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan diskusi didalam kelas, penggunaan beberapa metode diharapkan agar anak tidak jenuh dengan pelajaran.7 Rata-rata siswa di dalam kelas yaitu 40 siswa, ini adalah tantangan bagi seorang guru dalam mengajar sekaligus membentuk akhlak siswa, seorang guru harus mengontrol semua siswa agar proses belajar mengajar sesuai dengan apa yang diharapkan. Proses belajar mengajar di dalam kelas juga diamati, jika ada seorang siswa yang tidak mengerjakan PR maka siswa tersebut dihukum, hukumannya adalah mengerjakan soal yang diberikan guru dan mengerjakannya di luar kelas atau dengan cara berdiri didepan kelas sampai waktu pelajaran habis. Hal ini dilakukan agar siswa jera dengan perbuatannya, jika dihukum dengan hukuman yang ringan maka dikhawatirkan akan mengulangi lagi.8 Guru juga berupaya memotovasi untuk bersikap jujur, menjaga rahasia, menjaga amanat, menjauhi diri dari sikap hasud, iri hati dan takabur.9 Keteladanan guru terhadap pembentukan akhlakul karimah siswa, khususnya dalam belajar, tercermin dalam perilaku siswa sebagai berikut: “tertib memasuki ruangan belajar dengan cara mengucap salam sebelum masuk, duduk dibangku yang sudah disediakan dengan tertib, 6

Marwanih, Wawancara, 09 Februari 2011 Sri Komariyati, Wawancara, 24 Januari 2011 8 Nahwandi (Siswa Kelas IX), Wawancara, 09 Februari 2011 9 Nurhidayat S. Pdi, Wawancara, 09 Februari 2011 7

48

mencatat pelajaran bila sudah ada instruksi pengajar, semua pelajaran dicatat

dengan

menggunakan

pulpen,

dengan

tulisan

yang

rapih/terbaca.10 Tertib mendengarkan penjelasan guru yaitu: tidak boleh ada yang ngobrol, bila terjadi akan mendapat teguran dari guru, penglihatan tertuju kedepan, bertanya bila diberi kesempatan”.11 Tertib izin ke belakang atau izin meninggalkan ruang belajar, jika ada keperluan, dengan cara: siswa kedepan menghampiri guru meminta izin keluar kelas, jika izin keluar untuk berobat, guru menyuruh siswa untuk membuat surat izin meninggalkan pelajaran ke piket, setelah surat tersebut diserahkan ke guru, siswa di izinkan untuk meninggalkan ruang belajar.12 Penulis juga mengamati bahwa beberapa guru sebagai tokoh teladan dalam mencontohkan sikap teladannya dengan membiasakan tertib mengucap salam, inti pembiasaan adalah pengulangan, jika guru setiap masuk kelas mengucapkan salam, itu dapat diartikan sebagai usaha membiasakan. Apabila siswa masuk kelas tidak mengucap salam, maka guru mengingatkan agar masuk ruangan hendaklah mengucap salam, hal ini juga satu cara membiasakan.13 Dari hasil observasi, siswa juga dilatih dan dibiasakan untuk gemar mengeluarkan amal jariyah. Setiap hari jum’at dengan ikhlas siswa menyisihkan sebagian uang saku mereka untuk disedekahkan, kegiatan ini biasa disebut dengan jum’at amal.14 Ibu Marwanih juga menjelaskan, bahwa sebenarnya dana dari kegiatan jum’at amal ini bukan disumbangkan kepada orang lain, tetapi dana ini digunakan untuk kepentingan siswa sendiri, misalnya ada salah satu siswa yang sakit, maka untuk membantunya diambilkan dari dana hasil kegiatan jum’at amal tersebut.15 10

Siti Balqis (Siswa kelas VIII), Wawancara, 09 Februari 2011 Aqmarina Lailan (Siswi kelas IX), Wawancara, 26 Januari 2011 12 Ahmad Fauzi (Siswa kelas VIII), Wawancara, 09 Februari 2011 13 Peneliti, Observasi, 20 Januari 2011 14 Laila Zahra (Siswa kelas VIII), Wawancara, 09 Februari 2011 15 Marwanih, Wawancara, 09 Februari 2011 11

49

b. Di luar Kelas Dalam membina akhlakul karimah siswa di sekolah, memang tidak hanya cukup dengan mengedepankan peranan keteladanan guru, melainkan seluruh komponen yang terlibat dalam proses pendidikan di sekolah. Adanya efek keteladanan kepala sekolah dan guru terhadap akhlakul karimah siswa tercermin dalam perilaku siswa, selain faktor keteladanan guru, tentunya banyak faktor lainnya yang berpengaruh terhadap suksesnya penanaman nilai akhlak di lingkungan sekolah. Faktor-faktor tersebut dapat dibagi menjadi faktor internal dan eksternal. Faktor internalnya terdiri atas motivasi siswa untuk berakhlakul karimah, kemalasan siswa untuk konsisten dengan tata krama dan tata tertib, pihak-pihak yang ditunjuk dalam menanamkan dan mengawasi aktualisasi perilaku siswa.16 Sementara faktor eksternalnya diantaranya meliputi ketersediaan sarana dan prasarana yang mendukung, latar belakang siswa yang beragam, banyaknya muatan ajar keagamaan yang dapat menjadi motivasi siswa untuk menegakan nilai akhlakul karimah, adanya jadwal kegiatan siswa yang ketat, adanya tata krama dan tata tertib yang dibakukan, satpam, serta sistem kontrol yang konsisten dan tegas dari pengelola sekolah. Di bawah ini terdapat tata tertib untuk guru, tata tertib ini merupakan tata tertib yang harus dilaksanakan oleh guru, jika guru mengikuti tata tertib yang telah dibuat pihak sekolah maka ini merupakan cerminan siswa agar patut juga melaksanakan tata tertib. TATA TERTIB GURU17 A. Kehadiran 1. Guru wajib hadir pada jam kerja yaitu 10 menit sebelum jam

16

Nurhidayat, Wawancara, 09 Februari 2011 Daftar statistik tata tertib di atas penulis kutip dari daftar statistik sekolah pada tanggal 9 Februari 2011 17

50

pertama dimulai. 2. Guru diperkenankan pulang 10 menit setelah jam selesai. 3. Guru yang mengajar pada hari Senin pagi wajib mengikuti upacara bendera. 4. Guru wajib hadir dalam acara-acara rapat dinas dan kegiatankegiatan sekolah. 5. Guru piket wajib hadir 15 menit sebelum bel dibunyikan. 6. Guru wajib hadir pada upacara hari-hari nasional. 7. Guru yang tidak hadir wajib memberitahukan kepada piket/pimpinan sekolah dan diberikan tugas. B. Seragam a. Guru wajib memakai pakaian seragam setiap hari senin s.d kamis, kecuali guru olah raga pada saat mengajar olah raga di lapangan. b. Guru tidak diperbolehkan memakai jeans, kaos tanpa kerah, bersandal jepit ke sekolah walaupun tidak ada jadwal mengajar. c. Guru perempuan dilarang menggunakan pakaian yang ketat saat ke sekolah. C. Inval a. Guru yang tidak hadir karena sakit 2 hari atau lebih wajib menyerahkan/ memberikan surat dari dokter. b. Guru yang sakit diinval oleh guru piket, dan honor inval piket tidak dibayar tetapi dimasukkan ke tabungan bingkisan lebaran. c. Guru yang tidak hadir tanpa keterangan atau ijin, dipotong honor mengajarnya Rp. 7.500,- perjam pelajaran. d. Guru yang terlambat 15 menit dan meninggalkan sekolah sebelum jam pelajaran selesai akan diinval. D. Umum a. Guru dilarang merokok, makan, minum, mengaktifkan HP di dalam kelas pada saat mengajar. b. Guru dilarang membawa minuman keras di lingkungan

51

sekolah. c. Bagi guru yang perokok diperbolehkan merokok di tempat khusus. d. Guru dilarang menyuruh siswa pada saat jam belajar, kecuali untuk kepentingan siswa itu sendiri. e. Guru tidak diizinkan meninggalkan kelas kecuali ada keperluan yang mendesak. f. Guru yang mengajar jam terakhir keluar kelas, setelah seluruh siswa meninggalkan kelas. g. Guru olah raga mengakhiri pelajarannya 10 menit sebelum pergantian jam pelajaran berikutnya dan bertanggung jawab menertibkan siswanya kembali.

Di atas merupakan tata tertib untuk guru, jika tata tertib tersebut di langgar oleh guru maka guru akan diberikan teguran oleh kepala sekolah. Guru yang mengajar hari senin wajib mengikuti upacara bendera, hal ini dilakukan agar siswa semangat melaksanakan upacara bendera bersama guru-guru. Pakaian seragam juga dibiasakan kepada guru-guru bukan hanya kepada siswa saja, apabila guru tidak memakai seragam maka kepala sekolah akan menegur guru tersebut dan diminta penjelasannya. Selain tata tertib guru memiliki peran yang dilaksanakan di luar kelas. Terdapat beberapa peran yang dilakukan guru agama Islam MTs. Darul Ma’arif dalam menanamkan pendidikan nilai akhlak di sekolah, yaitu: a. Contoh atau tauladan Para guru menjadikan dirinya contoh norma sekolah, artinya tindakannya merupakan perwujudan norma sekolah, guru lebih dahulu membiasakan norma sekolah dalam perilaku hidupnya seharihari, seperti mengajarkan tepat waktu dan tertib dalam beribadah,

52

menghindarkan diri dari merokok, tidak memaki-maki siswa, bertutur kata lembut.18 b. Pujian Pujian adalah tindakan guru kepada siswa tentang perilaku siswa, baik di dalam kelas maupun di luar kelas, seperti ketika siswa dapat menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru, pujian ini dibutuhkan untuk membuat siswa senang dan semangat dalam belajar. Di luar kelas seperti siswa yang menjaga kerapihan dalam berpakaian, hal ini membuat siswa termotivasi agar selalu rapi dalam berpakaian, baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat. c. Anjuran atau ajakan Anjuran atau ajakan untuk berbuat atau melakukan sesuatu yang berguna, misalnya anjuran untuk berbuat baik, mengormati guru, mengucap salam jika berpapasan dengan guru. Kadang hal ini terlihat sepele padahal terdapat nilai akhlaknya di dalam anjuran tersebut. d. Pemberitahuan Tindakan guru kepada siswa tentang perilakunya yang telah melakukan sesuatu yang melanggar peraturan dan dapat menganggu atau menghambat jalannya proses pendidikan bagi dirinya sendiri juga bagi orang lain yang ada di lingkungan atau kelompok tertentu. e. Pembiasaan Tindakan

guru

agar

siswa

melakukan

sesuatu

yang

dikerjakannya berjalan dengan tertib dan teratur. Pembiasaan ini mencakup: a) Pembiasaan rutin seperti kehadiran, tata krama, tutur kata dalam kegiatan mengajar maupun di luar kelas. b) Pembiasaan spontan seperti pembiasaan mengucap salam, membuang sampah pada tempatnya. 18

Sri Komariyati, Wawancara, 24 Januari 2011

53

c) Pembisaaan kegiatan keteladanan: hal ini diwujudkan melalui kebiasaan berpakaian rapih dan bersih, menjaga kebersihan dan ketertiban, menjaga tata krama, shalat secara berjamaah. f. Teguran Tindakan yang dilakukan guru terhadap siswa yang melakukan pelanggaran norma sekolah, misalnya pelanggaran terhadap tata tertib sekolah. Teguran diberikan guru pada siswa yang baru satu atau dua kali melakukan pelaggaran. Teguran bisa menggunakan kata-kata atau menggunakan isyarat seperti mata melotot atau menunjuk tangan. Biasanya teguran dilakukan ketika siswa bercanda dalam proses belajar di kelas karena hal ini mengganggu siswa lainnya.19 g. Peringatan Tindakan guru yang diberikan kepada siswa yang telah beberapa kali melakukan pelanggaran dan telah beberapa kali diberikan teguran atas pelanggarannya terhadap norma sekolah. Dalam memberikan peringatan biasanya disertai dengan ancaman sanksi bila melanggar. seperti siswa laki-laki yang memakai celana ketat, maka siswa tersebut diberi peringatan agar tidak memakai celana yang ketat lagi.20 h. Larangan Larangan

sebenarnya

mirip

dengan

perintah,

namun

konotasinya adalah keharusan untuk tidak berbuat sesuatu yang merugikan, seperti larangan merokok, larangan tawuran, larangan memakai narkoba. Larangan juga biasanya disertai dengan ancaman sanksi.21

19

Abdul Halim, Wawancara, 10 Februari 2011 Lili Nurlinda Sari, (Guru BK) Wawancara, 12 Februari 2011 21 Lili Nurlinda Sari, (Guru BK) Wawancara, 12 Februari 2011 20

54

i. Hukuman Tindakan yang paling akhir apabila teguran dan peringatan tidak diperhatikan oleh siswa karena telah melakukan pelanggaran. Seperti siswa yang terlambat datang kesekolah diberikan hukuman, hukumannya yaitu membaca Al-Qur’an atau menghafal surat pendek yang ditentukan oleh guru piket.22 Cara-cara penanaman nilai akhlak di atas dipraktekkan di lingkungan MTs. Darul Ma’arif, upaya yang harus dikedepankan adalah dengan memberikan ketauladanan dari para guru serta membangun kebiasaan secara berkesinambungan di kalangan siswa untuk berakhlak.

2. Pembelajaran Akhlak Seorang

filosof

muslim

yang

bernama

Ibnu

Maskawaih

mendefinisikan akhlak adalah kondisi kejiwaan saat sesorang manusia tergerak melakukan sesuatu dengan tanpa berfikir terlebih dahulu.23 Pribadi manusia itu pada dasarnya dapat menerima segala usaha pembentukan melalui kebiasaan. Jika siswa terbiasa berbuat jahat, maka ia menjadi jahat, sebaliknya jika manusia membiasakan diri berbuat baik, maka siswa tersebut membentuk pribadi yang mulia. Pembiasaan berperilaku baik selalu ditanamkan guru MTs. Darul Ma’arif, seperti pembiasaan dalam mengucap salam, bertutur kata lembut, menghormati, membuang sampah pada tempatnya, berpakaian bersih dan rapi, tidak merokok, tidak terlambat datang ke sekolah, menaati peraturan yang berlaku, semua hal ini dibiasakan di dalam lingkungan sekolah oleh guru, maka siswa akan mengikuti apa yang dicontohkan oleh guru.24 Pembelajaran akhlak disekolah belum cukup membantu siswa menjadi pribadi yang baik, karena banyak faktor yang mendukung seorang siswa menjadi baik atau malah menjadi buruk, diantaranya faktor keluarga,

22

Lili Nurlinda Sari, (Guru BK) Wawancara, 12 Februari 2011 Abuddin Nata, Pendidikan dalam Persefektif Hadist), h. 274 24 Peneliti, Observasi, 20 Januari 2011 23

55

lingkungan dan sekolah. Apabila disekolah diajarkan agar berperilaku baik tetapi dirumah tidak dibiasakan maka perilaku baik tidak tertanam dalam dirinya.

D. Akhlak Siswa a. Nilai-nilai Akhlak yang di Pelajari Mendidik dan merubah akhlak adalah keadaan yang sangat sulit, akan tetapi merubah dan memperbaiki akhlak itu dapat dilakukan, khususnya dilakukan oleh guru agama Islam, karena masing-masing dari siswa terlahir ke dunia ada yang baik, sedang dan buruk, namun sebagaimana kecerdasan, akhlak dan perangai pun dapat tumbuh dan berkembang melalui pengajaran, disiplin dan kemauan. Prof. Dr. Ahmad Amin mengatakan bahwa akhlak adalah kebiasaan kehendak. kehendak adalah ketentuan dari beberapa keinginan manusia setelah bimbang, sedangkan kebiasaan merupakan perbuatan yang diulangulang sehingga mudah melakukannya, jika kehendak itu bila dibiasakan melakukan sesuatu maka kebiasaannya itu disebut akhlak.25 Salah satu cerminan akhlakul karimah siswa dapat dilihat dari kebiasaan dalam beribadah, bertutur kata, menghormati guru dan mengucap salam. Tingkah laku mereka pun sopan di sekolah. Baik dengan guru maupun dengan temannya. Penanaman nilai akhlakul karimah di biasakan, ditetapkan dan dilatihkan kepada para siswa, dilakukan dengan memberikan contoh-contoh, pembiasaan dan keteladanan. Salah satu pendekatan yang dapat dikembangkan untuk membentuk dan memelihara akhlakul karimah siswa adalah melalui pengembangan tata krama dan tata tertib yang dibuat dan dibakukan bersama. Di bawah ini merupakan tata tertib yang dibuat oleh pihak sekolah:

25

Ahmad Amin, Ilmu Akhlak, (Jakarta : Bulan Bintang, 1975) cet. VIII

56

PERATURAN TATA TERTIB Siswa MTs. Darul Ma’arif Cipete-Selatan Th Pelajaran 2010/201126 A. PERATURAN UMUM 1. Para pelajar diharuskan hadir di sekolah 10 menit sebelum pelajaran dimulai, pelajaran dimulai pukul : 06.30 – 13.30 2. Pelajar yang terlambat datang akan dikenakan sanksi dan bagi yang meninggalkan sekolah sebelum pelajaran usai, wajib lapor dan minta izin terlebih dahulu kepada Guru Piket ( disediakan formulir yang harus diisi oleh guru piket ). 3. Absensi : Pelajar yang karena sesuatu hal tidak dapat masuk sekolah, diwajibkan membawa surat dari orang tua/wali murid/ Surat Keterangan Dokter. 4. Iuran sekolah wajib dilunasi selambat-lambatnya pada tanggal 10 tiap bulan, kelalaian tanpa alasan, Kepala Sekolah akan mengambil tindakan berupa surat peringatan yang ditujukan kepada orang tua/wali murid. 5. Pakaian seragam : segenap pelajar diharuskan mengenakan pakaian seragam dengan rapi sebagai berikut: a.

Pakaian laki-laki : a) Senin : baju putih celana panjang putih, peci hitam/putih sabuk, celana tidak ketat (longgar) tidak menggunakan jaket kecuali di musim dingin, sepatu hitam. b) Selasa, rabu, jum’at dan sabtu : baju putih celana biru tidak ketat (longgar), sabuk hitam, kaos kaki putih, sepatu hitam. c) Kamis : baju batik biru, celana putih tidak ketat (longgar), sabuk hitam, kaos kaki putih, sepatu hitam.

b. 26

Pakaian perempuan :

Daftar statistik tata tertib di atas penulis kutip dari daftar statistik sekolah pada tanggal 9 Februari 2011

57

a) Senin : baju kemeja panjang warna putih dan rok putih panjang, jilbab warna putih, kaos kaki putih dan sepatu hitam. b) Selasa, rabu, jum’at dan sabtu : baju kemeja panjang warna putih dan rok biru panjang, jilbab warna putih, kaos kaki putih dan sepatu hitam. c) Kamis : baju batik panjang warna biru, rok putih panjang, jilbab warna putih, kaos kaki putih dan sepatu hitam. 6. Melaksanakan dan mengamalkan janji siswa. 7. Setiap mengikuti kegiatan sekolah di luar jam pelajaran harus mengenakan/memakai seragam sekolah. B. LARANGAN-LARANGAN 1.Mengenakan sandal atau sepatu sandal waktu sekolah. 2. Memakai sepatu sekolah hak tinggi. 3. Merokok, berkelahi, membawa senjata tajam, membawa obat terlarang, (narkoba) membawa majalah/komik dan membawa kaset. 4. Berambut

gondrong

(rambut

pria

sepanjang-panjangnya

sebatas kerah baju dan rapi). 5. Mencoret-coret pada dinding kelas, meja, kursi, perpustakaan, laboratorium, musholla dan WC. 6. Merusak peralatan sekolah (kerusakan harus diganti oleh yang bersangkutan). 7. Memakai perhiasan yang berlebihan. 8. Memakai Make Up. 9. Berkuku panjang. 10. Keluar masuk kelas pada jam-jam belajar. 11. Mengganggu ketenangan belajar kelas lain/melihat-lihat dari

58

jendela kelas pada saat sedang belajar. C. ORANG TUA/WALI MURID BERSEDIA UNTUK : 1. Bekerjasama dalam pembinaan anak didik. 2. Hadir pada pertemuan antara orangtua dengan pihak sekolah. 3. Menerima kembali anaknya bila ternyata melanggar tata tertib tersebut di atas.

Di atas adalah

tata tertib dan larangan yang dibuat oleh pihak

sekolah, serta adanya kerjasama dengan orang tua siswa, tata tertib ini dibuat diharapkan agar proses pendidikan dapat berjalan dengan baik, diharapkan pula siswa dapat mentaati tata tertib tersebut. “Di MTs. Darul Ma’arif ini peraturannya cukup ketat, seperti dari cara berpakaian selalu diamati, jika ada anak laki-laki yang memakai celana ketat atau perempuan yang memakai rok tapi menggantung maka akan diberi sangsi dengan cara mengganti celana dengan sarung yang sudah disiapkan pihak sekolah selama proses belajar sampai pulang”.27 Siswa yang datang terlambat ke sekolah akan diberikan sanksi berupa membaca Al-Qur’an dengan waktu yang ditentukan oleh petugas piket, jika sudah melaksanakan sanksi tersebut maka siswa tersebut boleh masuk kelas mengikuti pelajaran seperti biasa.28 Tata krama dan tata tertib tersebut dimaksudkan sebagai ramburambu bagi siswa, dalam bersikap dan bertingkah laku, berucap, bertindak menuju kegiatan pembelajaran yang efektif. Tata krama dan tata tertib ini dibuat berdasarkan nilai-nilai akhlak, meliputi: nilai ketakwaan, sopan santun

pergaulan, kedisiplinan,

ketertiban, kebersihan, kesehatan, kerapian, keamanan dan nilai-nilai yang mendukung kegiatan belajar yang efektif.

27

Robiatul Adawiyah (Siswi MTs. Darul Ma’arif kelas VIII), Wawancara, 09 Februari

28

Nurmaniya (Siswi MTs. Darul Ma’arif kelas VIII), Wawancara, 09 Februari 2011

2011

59

b. Perilaku siswa Perilaku siswa merupakan cerminan perilaku kepala sekolah dan para guru yang dijadikan contoh, panutan, dan tatanan nilai-nilai akhlak. Tindakan dalam lingkungan pendidikan, tidak hanya merupakan transfer ilmu melainkan sebagai pembinaan norma dan nilai pada diri siswa di lingkungan sekolah. Hal tersebut dilakukan melalui perbuatan, ucapan dan pikiran yang dijadikan contoh teladan. Kepala sekolah dan guru sebagai tokoh pembina utama menjadi contoh bagi seluruh siswa dalam upaya membentuk pribadi-pribadi yang berakhlakul karimah. Peneliti mengamati siswa selalu mengucap salam dan salaman dengan guru jika berpapasan dengan guru, hal ini dilakukan karena penanaman nilai akhlak yang diajarkan oleh guru berhasil, tidak hanya mengucap salam, siswa juga rapi dalam berpakaian, dan sopan terhadap tamu yang sedang berkunjung ke MTs. Darul Ma’arif. Walaupun ada beberapa siswa yang melanggar tata tertib sekolah, bukan berarti seluruh siswa tidak mentaati tata tertib sekolah. Siswa yang melanggar tata tertib sekolah adalah siswa yang kurang dukungan dari keluarga, hal ini nampak dari pelanggaran cara berpakaian.29

c. Kasus-Kasus Pelanggaran Setiap sekolah pasti memiliki kendala dalam meningkatkan perilaku siswa, hal ini terjadi karena adanya beberapa faktor, di antaranya karena faktor keluarga yang kurang memperhatikan sikap anaknya, faktor dari teman sepermainan sehingga terkadang siswa ingin ikut-ikutan agar terlihat gaul, di MTs Darul Ma’arif inipun ada beberapa kendala yang ditemui, khususnya kendala dalam meningkatkan akhlakul karimah siswa. Di bawah ini terdapat kasus-kasus pelanggaran yang dilakukan siswa selama tahun 2011 serta cara penyelesaiannya:

29

Peneliti, Observasi, 20 Januari 2011

60

Daftar Kasus dengan Penyuluhan30 No 1

Nama Siswa

Kasus

Kelas

Renita Resti Fani Suciyati Nurmaniya

7 Membawa Hp

8

Penyitaan selama

ke sekolah

8

3 hari

Wahyu Hidayat 2

Samsudin Rizki

Penyelesaian

9 Berkelahi

7

dengan siswa

Dijemur di tengah lapangan selama

SMP

15 menit tanpa memakai baju

3

M. Ilham Nahrawi Fahri M. Sahal Wanda Maulana

4

Hamidah Suyitno Angga

5

Rizki W

7

Ke warnet di

8

jam sekolah

8

(membolos)

8

Menghina nama orang tua Video Porno

Rido Salma

Rok sekolah

M. Hasbi Assidiqi

kelas Berjanji tidak

8

akan mengulangi

8

lagi

9

Siswa di skorsing selama 3 hari

7

Siswa diizinkan pulang mengganti

pendek 7

Bolos” di setiap

8

di Hp 6

Berpidato “Anti

rok 7

Berjanji tidak mengulangi lagi

Memalak

dan

anak SD

mengembalikan uang yang sudah di palak

30

Lili Nurlinda Sari, (Guru BK) Wawancara, 12 Februari 2011

61

8

Maulana

7

Skorsing selama 3 hari, jika melakukan lagi

Mencuri uang

maka siswa tersebut dikeluarkan

9

Syamsudin

Merokok

8

Siswa di skorsing selama 3 hari

10

Nahwandi

8

Memakai sarung

Abdul Azis

8

yang sudah

Memakai

9

disiapkan pihak

celana ketat

8

sekolah sampai

M. Yoga Pratama M. Arif Hidayat

bel pulang berbunyi.

Di atas adalah contoh kasus dan cara penyelesaian yang ada di MTs. Darul Ma’arif. Seperti siswa yang membawa Handphone kesekolah maka Handphonenya akan disita selama tiga hari, apabila siswa mengulangi kesalahan lagi maka akan di berikan surat peringatan kepada orang tua, dan orang tua siswa dipanggil ke sekolah.31 Selain itu ditemukan siswa yang merokok di lingkungan sekolah, hal ini dikhawatirkan membuat siswa lain ikut-ikutan. Cara menanggulanginya dengan memberikan surat peringatan kepada wali murid untuk datang ke sekolah dan memberikan peringatan bahwa siswa tersebut dilarang merokok khususnya di lingkungan sekolah serta skorsing selama tiga. hal ini dilakukan agar anak mereka tidak mengulangi kesalahan yang sama.32 Semua orang tua merespon positif, bahkan orang tua yang anaknya mendapatkan hukuman juga merespon dengan baik hukuman yang diberikan pihak sekolah, selain dukungan yang diberikan oleh para orang 31 32

Fani Suciyati (Siswi MTs. Darul Ma’arif kelas VIII), Wawancara, 09 Februari 2011 Lili Nurlinda Sari, (Guru BK) Wawancara, 12 Februari 2011

62

tua kepada pihak sekolah, orang tua juga ikut mengawasi perkembangan anaknya di rumah.33 Apabila siswa melakukan pelanggaran maka akan ada surat perjanjian yang dibuat pihak sekolah, sebagai berikut: PERJANJIAN PEMBINAAN SISWA34 NO. ……/BP/MTS-DM/……/20… Pada hari ini…………..tanggal…..bulan………………20…bertempat di MTs. Darul Ma’arif Jakarta. Yang bertanda tangan di bawah ini: 1. Nama siswa

: ………………………………………...

Status

: Pelajar MTs Darul Ma’arif

Kelas

: …………………………………………

Alamat sekolah

: Jl. RS Fatmawati No. 45 Cipete Selatan

Selanjutnya disebut Pihak Pertama 2. Nama

: …………………………………………

Jabatan

: BP

Alamat

: Jl. RS Fatmawati No. 45 Cipete Selatan

Selanjutnya disebut Pihak Kedua Mengadakan perjanjian pembinaan untuk: 1. Diharapkan pihak Pertama (siswa) berjanji: a. Sanggup mentaati tata tertib sekolah b. Sanggup untuk tidak membawa Hand phone ke sekolah c. Sanggup untuk tidak melakukan pemalakan d. Sanggup untuk meninggalkan narkoba dan rokok 2. Jika Pihak Pertama (siswa) melanggar isi perjanjian tersebut di atas,

33

Lili Nurlinda Sari, (Guru BK) Wawancara, 12 Februari 2011 Daftar perjanjian pembinaan di atas penulis kutip dari daftar sekolah pada tanggal 9 Februari 2011 34

63

maka Pihak Pertama (siswa) bersedia diambil tindakan penyitaan dan panggilan orang tua murid. 3. Pihak Pertama (siswa) menerima dan menyadari dengan penuh rasa tanggung jawab. 4. Jika melanggar perjanjian maka bersedia untuk diberikan sanksi sesuai peraturan yang berlaku. Demikian surat perjanjian ini dibuat tanpa ada tekanan dari pihak manapun.

Pihak Pertama

Pihak Kedua (BP)

(……………………………)

(Lili Nurlinda Sari, S.Psi)

Mengetahui, Kepala MTs. Darul Ma’arif`

(H. Antung Abdullah)

Wakil Kesiswaan

(Asep Iffan A, M.MPd)

Surat pembinaan ini dibuat agar siswa memiliki tanggung jawab dalam dirinya agar tidak melanggar perjanjian yang sudah disepakati. Dengan demikian pendidikan agama Islam yang diberikan di sekolah diharapkan mampu memberi perubahan kepada kepribadian siswa yang selama ini sering meninggalkan kewajiban-kewajiban yang seharusnya dilakukan, dimana hal itu merupakan bekalnya menuju ridha-Nya Allah SWT. Untuk itu sangat dibutuhkan guru-guru yang mengerti ajaran-ajaran agama secara teoritis maupun praktis dan yang mengerti karakteristik siswanya sehingga jika terjadi penyimpangan, dapat dengan cepat di atasi dan di tangani dengan mudah oleh guru.

d. Tantangan MTs. Darul Ma’arif Tantangan dalam dunia pendidikan merupakan hal yang ada di setiap sekolah, kepala sekolah MTs. Darul Ma’arif merasa memiliki tantangan dalam bidang pendidikan, khususnya pendidikan akhlak, seperti siswa

64

yang membawa video porno yang terdapat di dalam handphone, hal ini sulit diatasi tapi bukan berarti tidak bisa diatasi, sulit diatasi karena sekarang zaman yang serba canggih, apapun bisa dilakukan, handphone adalah

alat

komunikasi

yang

efektif,

akan

tetapi

siswa

menyalahgunakannya, selain teguran, peringatan dan skorsing yang di berikan pihak sekolah, orang tua dirumah pun harus berperan, seperti dengan memeriksa handphone anaknya. Maka dari itu pihak sekolah melarang keras siswa membawa handphone ketika sekolah, jika ketahuan maka handphone akan disita oleh pihak sekolah selama hari yang ditentukan. Selain handphone internet juga merupakan hal canggih yang ada pada zaman modern ini, banyak siswa bolos sekolah dikarenakan ke warnet (warung internet) untuk bermain game online, pernah suatu hari terdapat siswa yang tidak masuk sekolah, sudah tiga hari tidak ada kabar, ketika guru datang kerumahnya, orang tuanya berkata bahwa anaknya selalu pergi kesekolah, siswa itu mengaku bahwa ia kewarnet untuk bermain game online, hal ini sangat riskan terjadi, karena warnet sudah terdapat dimana-mana, peran guru pun dibutuhkan untuk mengingatkan siswa agar disiplin waktu, waktu belajar, waktu bermain, dan mengingatkan siswa apa saja yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan.35 Setiap sekolah memiliki tantangan, tapi bagaiman tantangan tersebut bisa di atasi tergantung dari guru yang mengajar, dan dari diri siswa tersebut. hal ini termasuk peran kepala sekolah, guru serta orang tua untuk membantu membuat kemajuan dalam sekolah. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa MTs. Darul Ma’arif dapat dikatakan sebagai lembaga yang dapat dibentuk sesuai keinginan pembentukannya, artinya suatu sekolah sangat bergantung kepada kepala sekolah dan guru. Keteladanan kepala sekolah dan guru tampak dalam

35

Lili Nurlinda Sari, (Guru BK) Wawancara, 12 Februari 2011

65

disiplin belajar, dan menggunakan waktu, sehingga mereka tampil sebagai pembina, motivator, dan teladan yang baik.

E. ANALISIS Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber hasil wawancara, observasi dan dokumentasi. Analisis data juga berarti proses yang berkelanjutan selama penelitian berlangsung. Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriftif analisis. Pada bab terdahulu, peneliti telah mengemukakan bahwa tekhnik pengumpulan data yang digunakan didalam pelaksanaan penelitian ini adalah dengan tekhnik wawancara, observasi dan dokumentasi yang dilakukan dengan kepala sekolah, guru agama Islam, dan siswa kelas VII-IX. Observasi, dokumentasi, dan wawancara ditujukan untuk memperoleh data atau informasi tentang peran guru agama Islam dalam membentuk akhlakul karimah siswa di MTs. Darul Ma’arif. Dalam penelitian ini penulis memiliki analisis selama menjalankan penelitian di MTs. Darul Ma’arif, diantaranya peran guru yang sangat dominan dalam membentuk akhlakul karimah siswa, cerminan akhlak siswa disebabkan karena pola pembiasaan dan keteladanan yang dilakukan oleh guru di MTs. Darul Ma’arif, kebijakan-kebijakan yang sudah dilakukan kepala sekolah pun sudah cukup baik, dengan cara mengadakan maulid, pesantren kilat pada bulan ramadhan serta muhadharah. Kegiatan tersebut merupakan contoh bagaimana upaya kepala sekolah dalam meningkatkan akhlakul karimah siswa MTs. Darul Maa’arif. Pembiasaan, latihan dan pemantauan yang diterapkan agar siswa menjadi berakhlakul karimah berlangsung baik. Pembentukan akhlak siswa yang telah ditetapkan target dan tujuannya sudah dilaksanakan dengan baik hal tersebut dapat dilihat dari pelaksanaan pembentukan yang dilakukan sudah intensif dan melibatkan hampir seluruh guru. Guru agama Islam pun melakukan tanggung jawabnya dengan baik. Peran yang dilakukan pun sudah tepat dan baik.

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian tentang peran guru agama Islam dalam membentuk akhlakul karimah siswa MTs. Darul Ma’arif dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Peranan guru agama Islam dalam membentuk akhlakul karimah siswa adalah menerapkan pembiasaan disekolah,

kenyataan ini terlihat dari

pelaksanaan pendidikan sehari-hari di sekolah, diantaranya pembiasaan mengucap salam, berperilaku baik, bertutur kata lembut, kerapian dalam berpakaian, disiplin belajar, dan menghormati sesama. Semua ini adalah peran aktif sekolah atau guru agama Islam yang menanamkan nilai-nilai agama di dalam diri siswa. 2. Dalam proses belajar mengajar pasti ditemukannya kendala-kendala, khususnya kendala dalam pembentukan akhlakul karimah siswa, kendala tersebut di antaranya ada siswa yang merokok di lingkungan sekolah, malas belajar, terlambat datang ke sekolah, membawa handphone ke sekolah, menyimpan video porno di dalam handphone, akan tetapi kendala

66

67

ini dapat di atasi oleh pihak sekolah dengan cara memberikan teguran, peringatan dan larangan. Jika ketiga hal tersebut sudah di lalui tetapi siswa masih melakukan pelanggaran maka akan diberikan sanksi atau hukuman. Sanksi tersebut berupa surat peringatan untuk orang tua siswa yang melakukan pelanggaran dan skorsing selama hari yang ditentukan. Orang tua pun mendukung hal ini, karena dengan adanya sanksi itu membuat orang tua mengetahui perkembangan anaknya di sekolah MTs. Darul Ma’arif. 3. Kepala sekolah memiliki Visi: MTs. Darul Ma’arif unggul dalam bidang IMTAQ dan Misi: membentuk insan berakhlak mulia dan Islami. Visi dan Misi ini merupakan cara penanaman nilai akhlak yang dapat dilakukan dengan berkesinambungan.

B. Saran 1. Kepada Guru diharapkan melakukan pengawasan dalam mengawasi pembiasaan-pembiasaan yang dilakukan siswa MTs. Darul Ma’arif, seperti dalam hal mengucap salam, apabila siswa masuk kelas atau bertemu guru tidak mengucap salam maka guru mengingatkan siswa tersebut agar mengucap salam dan pembiasaan-pembiasaan lainnya yang memerlukan pengawasan. 2. Kepada Siswa diharapkan dapat menaati peraturan yang dibuat oleh pihak sekolah, dengan cara tidak melanggar peraturan-peraturan yang telah dibuat pihak sekolah, seperti datang terlambat ke sekolah, merokok di lingkungan sekolah, berkelahi, membawa handphone kesekolah. 3. Kepada kepala sekolah hendaknya dapat merealisasikan struktur-struktur dan program-program yang dibuat sesuai dengan fungsinya agar visi dan misi yang terdapat di MTs. Darul Ma’arif dapat dicapai sesuai dengan apa yang diharapkan.

DAFTAR PUSTAKA Abnuz, Qasim bin Fariq, Bengkel Akhlak, (Jakarta: Darul Falah, 2003), cet 2 Agama, Departemen, Wawasan Tugas Guru dan Tenaga Kependidikan, (Jakarta, 2005) Ali, Muhammad, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern, (Jakarta : Pustaka Amani) Al-Mishri, Mahmud, Ensiklopedia Akhlak Muhammad SAW, (Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2009) Amin, Ahmad, Ilmu Akhlak, Terj Farid Ma’ruf (Jakarta : Bulan Bintang, 1975) cet. 8 An-Nahlawi, Abdurrahman, Pendidikan Islam di rumah, sekolah, dan masyarakat, (Jakarta : Gema Insani, 1995) Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta : Asdi Mahasatya, 2006), cet. 13 As, Asmaran, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), cet 3 As-Said, Al-Maghribi, Begini Seharusnya Mendidik Anak, Terj dari Kaifa Turabbi Waladan Shalihan,(Pakistan : Darul Kitab was Sunnah, 2007), cet. 5 Bapsi, Guru, dalam www.undip.ac.id, 2005 _______, definisi-pengertian agama, dalam www.blogspot.com Gordon, Thomas, Guru yang Efektif, (Jakarta : Rajawali, 1986) cet.2 Gunarsa, D. Singgih Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Jakarta : Gunung Mulia, 1985) ______, Keadaan Darurat atau Siaga Remaja Jakarta Pemakai Narkoba, (Jakarta: Koran anak Indonesia, 2006) Moleong J Lexy, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2002) Mursi Sa’id, Muhammad Syaikh, Seni Mendidik Anak 2, ( Kairo : Dar At-Tauzi wa An-Nasyar Al-Islamiyah, 2001), cet.1

68

69

Nasution, S. Didaktik Asas-Asas Mengajar, (Jakarta : Bumi Aksara, 1995), cet.1 Nata, Abuddin, Akhlak Tasawuf, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2003), cet v Nata, Abuddin, Pendidikan dalam Persefektif Hadist, (Jakarta : UIN Jakarta Press, 2005) Nata, Abuddin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta:Gaya Media Pratama, 2005) Nata, Abuddin, Perspektif Islam Tentang Pola Hubungan Guru-Murid, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2001) Nata, Abuddin, Pendidikan dalam Persepektif Al-Qur’an, (Jakarta, UIN Press, 2005) Palmer, J Parker, Keberanian Mengajar, (Indonesia : Macanan Jaya Cemerlang, 2009) ______, Peranan dan Tugas Guru Agama, dalam www.diwanpro.com, 20 April 2010 Peraturan Pemerintah RI nomor 74 Tahun 2008, Guru, (Jakarta: BP. Cipta Jaya, 2009) Sholeh Niam, Asrorun, Reorientasi Pendidikan Islam Mengurai Relevansi Konsep Al-Ghazali dalam Konteks Kekinian, (Jakarta : Elsas, 2006) Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan, suatu pendekatan baru, (Bandung: Remaja Rosdakrya offset, 1996), cet 3 Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan dalam Persefektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001) cet 4 Tebba, Sudirman, Manusia Malaikat, (Yogyakarta : Cangkir Geding, 2005), cet. 1 Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, ( Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2006) Usman, Uzer, Menjadi Guru Profesional, (Bandung : Rosdakarya, 1990) Yunus, Mahmud, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Jakarta : Hidakarya Agung, 1983), cet 11 Zahruddin, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2004)

PEDOMAN WAWANCARA Nama

: H. Antung Abdullah

Jabatan

: Kepala Sekolah

Hari/Tanggal : Kamis/20 Januari 2011 Tempat

: Ruangan Kepala Sekolah MTs. Darul Ma’arif

1. Apa tujuan didirikannya Mts. Darul Ma’arif ini? 2. Apa visi dan misi dibentuknya MTs. Darul Ma’arif? 3. Kebijakan apa saja yang dilakukan dalam meningkatkan pelajaran agama Islam? 4. Apa yang dilakukan dalam meningkatkan keterampilan guru-guru di MTs ini? 5. Kendala dalam meningkatkan pembentukan akhlakul karimah siswa? 6. Harapan yang ingin dicapai dengan adanya pelajaran agama Islam di sekolah ini?

PEDOMAN WAWANCARA Kepada

: Guru Agama Islam

Bulan

: Januari-Februari

Tempat

: Ruang BK

1. Sejauh mana peran guru lain dalam pelajaran agama Islam ini? 2. Kendala apa yang dihadapi saat mengajar pendidikan agama Islam? 3. Apa pendapat Ibu mengenai pelajaran pendidikan agama Islam terhadap perilaku akhlakul karimah? 4. Apakah pembiasaan atau teladan yang dilakukan guru dilingkungan sekolah? 5. Apa tata tertib yang di buat oleh pihak sekolah dalam meningkatkan akhlak siswa? 6. Apakah terdapat sanksi bagi siswa yang melanggar tata tertib?

DATA KEPALA MADRASAH, GURU DAN TU MADRASAH TSANAWIYAH DARUL MA’ARIF TAHUN PELAJARAN 2009/2010 No

Nama Lengkap

1

H. Antung Abdullah

2 3 4 5 6

Hj. Sri Komariyati, S. Ag Asep Iffan A, M. Mpd Sutamto, S.Pd Dra. Hj. Marwanih Drs. H. Abdul. Halim

7

Nurul Ulfah

8 9 10

Dra. Hj. Hasidah H. Rosyidul Anam, S.Pd H. A. Syauqi Madani, S.Kom

11 12 13

Nur Ainy H, S. Pd Wahyu Purnomo, SE Hj. Umu Cholifah, S. Pd

14 15 16 17

Maryanih Ayip Muhammad Ika Mustikawati, S. Pd Nurhidayat, S. Pdi

18 19

H. A. Mothohar, SQ Lili Nurlinda Sari, S. Psi

20 21 22

H. Fathi, MA Badruzzaman, S. Pdi Siti Fatchijah

23

Muhammad Amin, S. Pdi

Tempat/Tanggal Lahir Tempat Tgl Lahir

Pendidikan Lembaga Jurusan

Th

Samarinda Purworejo Jakarta Karang Anyar Jakarta Jakarta

10-05-1954 09-06-1957 31-08-1980 04-06-1970 09-05-1963 08-03-1963

Aliyah IAIN UIN IAIN IKIP IAIN

Agama PAI MTK IPS PAI PAI

1988 2002 1998 1988 1987

Tanggerang

01-10-1967

UIN

Fisika

-

Jakarta Gresik

19-06-1969 18-04-1964

IAIN Unindra

B.Ing MTK

1993 1990

Madinah

02-02-1972

STIK

Manajemen

1997

Jakarta Yogyakarta

27-04-1984 25-02-1971

IAIN -

Fisika Manajemen

2006 1996

Lamongan

29-04-1957

Unindra

Sejarah

-

Bekasi Jakarta Jakarta Pasuruan Gresik Jakarta Jakarta Jakarta

09-04-1966 28-02-1971 25-07-1978 14-10-1976 23-08-1973 17-03-1983 17-07-1977 24-07-1977

IKIP IKIP Uhamka STAI NU PTIQ UIN IIQ STAI DM

B.Indo Pelatihan B.Indo PAI Psikologi Qur’an PAI

2010 2006 2006 2005

Jakarta

17-08-1971

SMA

IPA

1990

Bekasi

10-02-1983

STAI DM

PAI

2008

Alamat Rumah Jl. Ros RT 003/03 No. 45 Kedaung-Ciputat-Tanggerang Karang Tengah Sawangan Permai-Depok Jl. Anggrek VI-Ciputat Jl. H. Jian no. 106 Cipsel Jl. Kihajar Dewantara Tanggerang Jl. RS. Fatmawati no.45 Jl. Sawo RT 013/05 Jl. RS. Fatmawati no. 45

Pendidikan Terakhir Ponpes S1 S2 S1 S1 S1 SMA S1 S1 S1

Jl. DDN 2 Gg. Cemara Jl. Cilobak IV No.104 Pd.Labu Jl. Bango No.3

S1 S1 S1

Jl. Prapanca raya 103 B Jl. RS. Fatmawati no 45 Jl. H. Ambas No. 28 Jl. Lio Jatinegoro

D2 D3 S1 S1

Jl. Kemang 5 No. 6F Jl. Lebak Bulus 1

S1 S1

Jl. RS. Fatmawati No. 45 Jl. Kirai N0.13 Cipete Utara Jl. Menteng Raya RT 3/3 Jakpus Jl Pelabuhan No. 24 Koja

S2 S1 SMA S1

PROFIL MTS DARUL MA’ARIF Yayasan Darul Ma’arif adalah sebuah yayasan pendidikan Islam yang berdiri pada tahun 1958. Yayasan ini didirikan oleh seorang kyai ternama yang bernama Alm. KH. Idham Chalid. Yayasan Darul Ma’arif terletak di jalan RS. Fatmawati no 45 Kecamatan Cilandak Jakarta Selatan 12410, No Tlp. 0217692147. Yayasan Darul Ma’arif ini terdiri dari TK, SDI, SMP, MTS, SMA dan MA. MTs sendiri didirikan pada tanggal 15 Desember 1958. Visi Mts. Darul Ma’arif ini yaitu selalu unggul dalam Ilmu pengetahuan, Iman dan Taqwa, dan diterapkan juga budaya 3 S : Senyum, Sapa, Salim. Kepala sekolah Mts. Darul Ma’arif yaitu H. Antung Abdullah, Wakil kepala Bid. Kesiswaan Asep Iffan A, M.Mpd, Wakil Kepala Bid. Kurikulum Hj. Sri Komariyati S.Ag, dan Bimbingan Konseling Lili Nurlinda Sari S.Psi. di Mts. Darul Ma’arif ini mempunyai tata tertib yang rutin di biasakan yaitu membaca hafalan Juz Amma serta shalat dhuha dan zhuhur berjamaah di mesjid. Ekstra kulikuler yang terdapat di MTs. Darul Ma’arif yaitu : Marawis, Muhadharah, Futsal, Seni baca Al-Qur’an, Kaligrafi dan Taekwondo. Waktu ekstra kulikuler ini diadakan setiap pulang sekolah, seperti marawis dilaksanakan setiap hari jum’at, muhadharoh setiap hari sabtu, Futsal setiap hari senin, kamis dan minggu, seni baca Al-Qur’an, Kaligrafi dan Taekwondo setiap hari selasa. Setiap tahunnya yayasan Darul Ma’arif ini merayakan maulid Nabi Muhammad saw secara besar-besaran, undangan yang hadir dari berbagai daerah seperti cianjur, bogor, tanggerang, bekasi dll. Pada saat maulid semua siswa di Darul Ma’arif di harapkan menyumbang tiga dus nasi beserta lauknya, ataupun snack, nanti nasi atau snack tersebut diberikan kepada tamu undangan yang datang dari berbagai kota,

selain mengadakan maulid Nabi setiap tahunnya

yayasan berkurban, hasil kurban itu diberikan kepada guru dan masyarakat disekitar lingkungan yang kurang mampu.

Di Mts. Darul Ma’arif ini terdapat beberapa sarana dan prasarana yang dapat digunakan oleh siswa dalam proses belajar, seperti mesjid yang dilakukan untuk shalat dhuha dan zhuhur berjamaah, Lab Komputer, Lab IPA, Perpustakaan, Aula yang biasanya dipakai untuk rapat antara dewan guru dan wali murid, Toilet dan Ruang BK.

Jakarta, Januari 2011 Penulis

PROFIL SEKOLAH Nama Sekolah

: Mts. Darul Ma’arif

Alamat sekolah

: Jl. RS. Fatmawati No. 45 Cipete Selatan Jakarta Selatan

NSS/NSM

: 212 317 120 045

Jenjang Akreditasi

: B+

Tahun Didirikan

: 1965

Status Tanah/Luas

: Milik Yayasan/8950 m2

Luas Bangunan

: 1.311 m2 Jumlah siswa dalam tiga tahun terakhir

Kelas 7 8 9

2007/2008 88 83 93

2008/2009 83 85 71

2009/2010 82 81 75

2010/2011 90 80 80

Fasilitas Bangunan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

Ruangan Ruang Kelas Ruang Kantor Kepala Sekolah Ruang Wakil Bid. Kurikulum Ruang Wakil Bid. Kesiswaan Ruang BK Ruang Guru Ruang Lab Komputer Toilet Siswa Toilet Guru Perpustakaan Ruang UKS Ruang OSIS Kantin Ruang Asrama Pos Keamanan Ruang Kesekretariatan

Banyaknya 6 ruang 1 ruang 1 ruang 1 ruang 1 ruang 1 ruang 1 ruang 5 ruang 2 ruang 1 ruang 1 ruang 1 ruang 2 ruang 10 ruang 1 ruang 1 ruang

Kondisi Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Jakarta, Januari 2011

HASIL DOKUMENTASI

MTs. Darul Ma’arif berada di Lantai bawah dan lapangan yayasan Darul Ma’arif

Kepala Sekolah MTs. Darul Ma’arif yang

Wakil kepala sekolah bid.Kesiswaan

memberikan Tausiyah kepada siswa-siswi

merangkap sebagai guru Agama Islam

sehabis shalat dhuha berjamaah.

Gambar di atas menunjukkan masih adanya pelanggaran yang dilakukan oleh siswa Mts. Darul Ma’arif yang merokok

Proses belajar mengajar yang berlangsung di dalam kelas di MTs. Darul Ma’arif

Siswi MTs. Darul Ma’arif yang dihukum

Ruangan untuk berkonsultasi antara

Mengaji karena terlambat datang ke sekolah orang tua dan guru dalam menangani siswa yang bermasalah

Kegiatan shalat zhuhur berjamaah yang dilakukan siswa-siswi MTs. Darul Ma’arif

Maulid Nabi Muhammad saw yang dilaksanakan di Yayasan Darul Ma’arif pada tanggal 3 Februari 2011 dengan penceramah Ust. Kh. Zainuddin MZ.