PERAN PEKERJA SOSIAL MASYARAKAT KELOMPOK USAHA ...

42 downloads 1982 Views 13MB Size Report
Skripsi berjudul “PERAN PEKERJA SOSIAL MASYARAKAT KELOMPOK. USAHA BERSAMA ... Dari hasil penelitian bahwa peran pendampingan sangat diperlukan agar ...... tertulis, terutama bila ada kaitannya dengan pembuatan proposal.
PERAN PEKERJA SOSIAL MASYARAKAT KELOMPOK USAHA BERSAMA DALAM PEMBERDAYAAN KELUARGA MISKIN DI DESA LEBAK WANGI KECAMATAN SEPATAN TIMUR TANGERANG SKRIPSI Di ajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S. Sos.I)

Oleh : FAZRA RAISSA WULANDARI

NIM: 107054102883

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGRI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011

PERAN PEKERJA SOSIAL MASYARAKAT KELOMPOK USAHA BERSAMA DALAM PEMBERDAYAAN KELUARGA MISKIN DI DESA LEBAK WANGI KECAMATAN SEPATAN TIMUR TANGERANG Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan Menempuh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh FAZRA RAISSA WULANDARI NIM : 107054102883

Di Bawah Bimbingan

Dr. H. Asep Usman Ismail, MA. NIP. 19600721 199103 1 001

JURUSAN KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011

PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul “PERAN PEKERJA SOSIAL MASYARAKAT KELOMPOK USAHA BERSAMA DALAM PEMBERDAYAAN KELUARGA MISKIN DI DESA LEBAK WANGI KECAMATAN SEPATAN TIMUR TANGERANG.” Telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada tanggal 16 juni 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Kesejahteraan Sosial Islam (S.Sos.I) pada Program Studi Kesejahteraan Sosial. Jakarta, 16 Juni 2011 Sidang Munaqasyah Ketua Merangkap Anggota

Sekertasi Merangkap Anggota

Siti Napsiyah, MSW NIP. 197000903 199603 1 001

Ahmad Zaky, MSi NIP. 150411158

Penguji I

Penguji II

Drs. Helmi Rustandi, M.Ag NIP. 196012081 988031 005

Nurhayati Nurbus, MSi NIP. 150289775

Pembimbing

Dr. H. Asep Usman Ismail, MA. NIP. 19600721 199103 1 001

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu penyataan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 16 Juni 2011

Fazra Raissa Wulandari

ABSTRAK Fazra Raissa Wulandari Peran Pekerja Sosial Masyarakat Kelompok Usaha Bersama Dalam Pemberdayaan Keluarga Miskin di Desa Lebak Wangi Kecamatan Sepatan Timur Tangerang. Dimensi kemiskinan dapat diartikan sebagai kemiskinan yang disebabkan oleh faktor faktor internal dan eksternal. Oleh karena itu peningkatan kesejahteraan rakyat Indonesia saat ini dirasakan sudah sangat mendesak dilakukan khususnya bagi keluarga miskin, karena adanya kondisi yang menunjukan beban hidup yang semakin meningkat, pada dasarnya keluarga miskin memiliki kemampuan atau potensi yang ada pada diri mereka sebagai modal dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya walaupun dalam keadaan sangat minim atau terbatas. Oleh karena itu pemerintaah melaksanakan program dan salah satunya KUBE, Adanya KUBE dalam melaksanakan program pemberdayaan keluarga miskin melalui program Kelompok Usaha Bersama pemerintah mempunyai mekanisme pelaksanaan program yaitu adanya Pembina teknis wilayah dengan dukungan anggaran dari APBD, sebagai pekerja sosial masyarakat yang cakupannya sebagai pendampingan tehadap keluarga miskin dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial. KUBE merupakan dibentuk, tumbuh dan berkembang atas dasar prakarsanya sendiri, saling berinteraksi, antara satu dengan lain dan tinggal dalam satu wilayah tertentu dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan prodiktivitas, modal sosial. Jenis kegiatannya adalah pada bidang pertanian, perternakan, perikanan, industri rumah tangga/ kerajinan rakyat, perdagangan dan jasa. Adanya KUBE dalam melaksanakan program pemberdayaan keluarga miskin melalui Salah satunya adalah Kelompok Usaha Bersama “ Monalisa” Lebak Wangi Kecamatan Sepatan Timur berdiri pada Tahun 2008 yang dibentuk oleh Dinas Sosial Kabupaten Tangerang. KUBE ini dibentuk dengan latar belakang ingin meningkatkan kesejahteraan atau pengembangan usaha ekonomi keluarga miskin, karena begitu banyaknya pengangguran dan anak-anak putus sekolah yang hanya berdiam diri dan mengakibatkan kemiskinan.KUBE Monalisa Berawal dari pembuatan kue biasa yang dikelola oleh pribadi bergerak pada pembuatan kue kering seperti keripik, peyek, keripik pisang dll, yang berjumlah 10 orang Dari hasil penelitian bahwa peran pendampingan sangat diperlukan agar KUBE dapat berjalan dan berkembang dengan ditampilkannya pendamping, pendamping adalah seorang pekerja sosial dibidang kemasyarakatan yang perannya meliputi perencana, pembimbing, pemberi informasi, motivator, faslitator dan evaluator. Pendamping bukan seorang penyembuh tetapi adalah seorang pemecah masalah Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dan jenis penelitian deskriptif. Tehnik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara ,observasi, dan studi dokumen, dimana yang menjadi informan kunci dalam penelitian ini adalah Bidang Perencanaan, PSM dan ketua KUBE

i

KATA PENGANTAR Bismillahirahmanirohim

Saya panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan taufik dan hidayah-Ny, shalawat serta salam kita curahkan kepada junjungan

NABI kita NABI MUHAMMAD SAW, serta keluarganya, para

sahabatnya. Tanpa ijin-mu takkan ku mampu menyelesaikan skripsi ini. Kau memberikan kesehatan dalam setiap napasku, Kau memberikan kemudahan dalam setiap sulitkan, Kau memberikan kebahagian dalam setiap tangisku.

Ya

Rabb,

kekhawatiranku

tak

terjadi,

karena

Kau

telah

menyelamatkanku dalam penyelesaian skripsi ini. Kini, akankah ku mampu mempertanggungjawabkan semuanya. Penulis menyadari bahwa karya tulus ini jauh dari kategori sempurna, sekalipun penulis telah berusaha untuk melakukan yang terbaik. Dengan penuh kerendahan hati, penulis membuka diri untuk menerima masukan dan kritik demi perbaikan skripsi dan sebagai bahan evaluasi serta intropeksi diri. Perjalan penulis dari awal pencaharian tempat, penyusunan dan penyelesaian karya tulis ini pun tidak luput dari orang-orang yang memberikan do’a, motivasi, arahan serta kontribusi guna menyelesaikan karya tulis menjadi sebuah bentuk skripsi. Karena itu, perkenankanlah penulis untuk menyampaikan seuntai ucapan terima kasih yang diiringi do’a penuh harap, semoga Allah mendengarkan dan memberikan harapan yang terbaik kepada jiwa-jiwa tersebut. 1. Dr. Arief Subhan, MA. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

ii

2. Siti Napsiyah Arifuzzaman, MSW. Selaku Ketua Jurusan Kesejahteraan Sosial. 3. Ahmad Zaky, M.Si. Selaku Sekretaris jurusan Kesejahteraan Sosial. 4. Bapak Dr. H. Asep Usman Ismail, MA., Dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan inspirasi dan meluangkan waktunya serta banyak memberikan masukan kepada penulis mengenai penelitian yang telah penulis kerjakan semoga Allah memberikan kesehatan kepada beliau serta membalas segala amal ibadah beliau. Semoga anakmu ini bisa mengamalkan ilmunya dengan baik. Amien 5. Bapak/Ibu dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, khususnya dosen Jurusan Kesejahteraan Sosial. 6. Seluruh pegawai UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khusunya pegawai perpustakaan

Fakultas

Dakwah

dan

Komunikasi

serta

pegawai

Perpustakaan Utama yang telah memberikan kemudahan kepada penulis dalam mencari buku yang penulis perlukan. 7. Untuk kedua orang tuaku tercinta, Ayah tercinta (Drs. Udin Syamsudin) dan

Mamah

tercinta

(Siti

Napiyah),

yang selalu

sabar

dalam

membesarkanku, memberikan kasih sayang dan cinta yang tiada hentinya. Selalu ada bersamaku dan disampingku selalu, terima kasih atas semua doa untukku, semoga semua harapan dan cita-citaku tercapai untuk membahagiakanmu. Tak lupa pula, adik-adik tercinta (Fahmi Ilham Arjanggi), (Nia Amalia Baried), dan (Laily Intan Cahaya), yang selalu memberikan keceriaan untukku.

iii

8. Dinas Sosial Kabupaten Tangerang, khususnya Pak Peter, Pak Ade yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, terima kasih atas semua dukungan dan motivasi kalian selama ini. 9. Pendamping Kelompok Usaha Bersama khususnya, Terima kasih untuk Pak Subur yang membantu dalam penelitian ini. 10. Anggota Kelompok Usaha Bersama, khususnnya Ibu Farida selaku ketua KUBE yang membantu memperlancar penelitian semoga saya bisa bermanfaat untuk masyarakat di Desa Lebak Wangi. 11. Kawan-kawan Kessos, khususnya angkatan 2007 terima kasih atas motivasi dan dukungannya yang selalu ada disetiap duka dan suka dan yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. 12. Untuk alumni Ponpes Assiddiqyah dan teman-teman alumni terima kasih semua doa-doa kalian. 13. Terima kasih untuk ( MRS ) semoga kita akan selalu bersama. Amien. 14. Tak lupa semua pihak yang tidak bisa disebutkan namanya, namun penulis sangat mengucapkan terima kasih semoga Allah SWT membalas kebaikan-kebaikan kalian.

Jakarta, 16 Juni 2011

iv

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...................................................................................................... i KATA PENGANTAR..................................................................................... ii DAFTAR ISI ..................................................................................................iv BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ......................................................1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ...................................8 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................8 D. Metodelogi Penelitian ..........................................................10 E. Tinjauan Pustaka .................................................................13 F. Sistematika Penulisan ..........................................................15

BAB II

LANDASAN TOERI A. Peran ...................................................................................16 1. Pengertian Peran ............................................................16 B. Pekerja Sosial Masyarakat ...................................................18 1. Pengertian Pekerja Sosial Masyarakat ............................18 2. Peran Pekerja Sosial Masyarakat ....................................20 3. Kegiatan Pekerja Sosial Masyarakat ...............................22 C. Kelompok Usaha Bersama....................................................23 1. Pembentukan Kelompok Usaha Bersama .......................23 2. Tujuan Kelompok Usaha Bersama ..................................24 3. Kelembagaan Kelompok Usaha Bersama .......................26

v

D. Pemberdayaan .....................................................................28 1. Pengertian Pemberdayaan ...............................................28 2. Strategi Pemberdayaan ..................................................29 3. Tahapan Pemberdayaan ..................................................31 E. Keluarga Miskin ..................................................................34 1. Pengertian Keluarga Miskin ..........................................34 2. Indikator Keluarga Miskin .............................................36 BAB III

GAMBARAN UMUM KELOMPOK USAHA BERSAMA MONALISA A. Gambaran Umum Desa Lebak Wangi 1. Sejarah Desa Lebak Wangi .............................................38 2. Sejarah Pemerintahan Desa ............................................39 3. Kondisi Geografi ............................................................39 4. Kondisi Demografi .........................................................41 5. Kondisi Sosial ................................................................41 6. Kondisi Ekonomi ..........................................................42 B. Kelompok Usaha Bersama ...................................................43 1. Profil Kelompok Usaha Bersama ....................................43 2. Visi, Misi dan tujuan KUBE Monalisa ...........................44 3. Kegiatan KUBE Monalisa ..............................................45 4. Sturuktur KUBE Monalisa .............................................46

vi

BAB IV

TEMUAN DAN ANALISIS A. Peran Pekerja

Sosial Masyarakat

Kelompok Usaha

Bersama di Desa Lebak Wangi Kecamatan Sepatan Timur Tangerang ...........................................................................48 B. Kegiatan

Pekerja Sosial Masyarakat KUBE dalam

Pemberdayaan Keluarga Miskin ..........................................61 BAB V

PENUTUP A. Kesimpulan ........................................................................63 B. Saran ...................................................................................65

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial yang senantiasa hadir di tengah tengah masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Kemiskinan senantiasa menarik perhatian berbagai kalangan, baik

para

akademisi maupun para praktisi. Berbagai teori, konsep dan pendekatan pun terus dikembangkan untuk menyibak tirai dari misteri kemiskinan ini. Di Indonesia, masalah kemiskinan merupakan masalah sosial yang senantiasa relevan untuk dikaji terus menerus. Ini bukan saja karena masalah kemiskinan telah ada sejak lama tetapi kemiskinan masih hadir di tengah-tengah kita saat ini1. Kemiskinan merujuk pada kekurangan jaringan dan struktur sosial yang mendukung

dalam

mendapatkan

kesempatan-kesempatan

peningkatan

produktivitas. Dimensi kemiskinan ini juga dapat diartikan sebagai kemiskinan yang disebabkan oleh adanya faktor-faktor penghambat seperti faktor internal dan eksternal.2 Oleh karena itu peningkatan kesejahteraan rakyat di Indonesia saat ini dirasakan sudah sangat mendesak dilakukan khususnya bagi keluarga miskin, karena adanya kondisi yang menunjukan beban hidup yang harus ditanggung oleh keluarga miskin yang semakin meningkat, pada dasarnya keluarga miskin memiliki kemampuan atau potensi yang ada pada diri mereka sebagai modal 1

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat ( Bandung : Refika Aditama, 2005 ), h. 131. 2 Ibid., h. 135.

1

2

dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya walaupun dalam keadaan sangat minim atau terbatas.3 Terlihat bahwa beban hidup yang ditanggung oleh keluarga miskin sangat berat terlebih lagi keperluan hidup sangat besar, kita bisa lihat bahwa jumlah keluarga miskin di Kabupaten Tangerang masih berada di atas ratarata yang harus ditangani, meski sedikit berkurang jumlah keluarga miskin di Kabupaten Tangerang, tetapi

membutuhkan penanganan yang sangat

serius. Tingginya harga kebutuhan dan rendahnya daya beli masyarakat menjadi salah satu pemicu adanya keluarga miskin. Dinas Kesejahteraan Sosial Kabupaten Tangerang mencatat jumlah keluarga miskin tahun 2009 sebanyak 177.729 KK, dan 2010 sebanyak 165.512 KK.4 Bersumber Dinas Kesejahteraan Sosial Kabupaten Tangerang ada 36 kecamatan di Kabupaten Tangerang yang jumlah kemiskinannya tertinggi, yang berada di wilayah Pantai Utara Tangerang, seperti Kecamatan Teluk Naga dengan jumlah 20.508 Kepala keluarga, Rajeg 11.624 KK, Paku Haji 10.905 KK, dan Kresek 8.892 KK5, yang jumlah pendapatan adalah Rp 175.000 perbulan, yang sampai saat ini keadaannya sangat memprihatinkan. Banyaknya keluarga miskin yang ada pada saat ini karena adanya masalah yang dihadapi keluarga miskin seperti: menghadapi penghasilan rendah dibawah garis kemiskinan dan dapat diukur dari tingkat pengeluaran 3

Departement Sosial RI, Direktorat Jenderal Bantuan Jaminan Sosial Dan Direktorat Bantuan Sosial Fakir Miskin, Pengembangan Usaha Ekonomi Produktif Fakir Miskin Melalui Kelompok Usaha Bersama Dan Lembaga Keuangan Mikro 2004, h.11 4 Dinas Sosial Kabupaten Tangerang, Buku Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Peningkatan Kemampuan Bagi Pendampingan Sosial dan BKM 2010, h.9 5 Dinas Sosial Kabupaten Tangerang, Laporan Realisasi Kegiatan Pembangunan Bidang Urusan Sosial 2009, h.5

3

per-orang-per bulan berdasarkan standar BPS per wilayah propinsi dan kabupaten/kota, tidak mampu membiayai pengobatan jika ada salah satu anggota keluarga yang sakit, tidak mampu membianyai pendidikan dasar 9 tahun bagi anak-anaknya dan rumah yang tidak layak huni6. Sehingga dapat kita lihat bahwa keluarga miskin berhak memperoleh pelayanan kesejahteraan sosial atau peningkatan untuk kehidupan sehari-hari karena keluarga miskin termasuk penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) yang membutuhkan penanganan yang sungguh-sungguh, terpandu secara lintas sektor dan berkelanjutan7. Pemenuhan taraf

kesejahteraan

keluarga miskin perlu diupanyakan mengingat sebagian besar belum mencapai taraf kesejateraan sosial. Dalam hal ini Departemen Kementerian RI telah merancang dan mengimplemtasikan program penanganan kemiskinan melalui beberapa jenis program seperti: Proyek Bantuan Kesejahteraan Sosial (BKS), Program Kesejanteraan Sosial KUBE (Prokesos KUBE), Program Bantuan Sosial Fakir Miskin (BSFM) dan lain-lain diseluruh propinsi dengan sasaran keluarga miskin, baik di perkotaan dan pedesaan.8 Melalui program inilah pemberdayaan keluarga miskin dirancangkan guna untuk mengurangi terjadi peningkatan yang besar, dalam konteks pembangunan kesejahteraan sosial berarti peningkatan kapasitas (Capacity

6

Departement Sosial RI, Direktorat Jenderal Bantuan Jaminan Sosial Dan Direktorat Bantuan Sosial Fakir Miskin, Pengembangan Usaha Ekonomi Produktif Fakir Miskin Melalui Kelompok Usaha Bersama Dan Lembaga Keuangan Mikro, h.15. 7 Ibid., h.1. 8 Joyakin Tampubolon, (ed)., Implementasi Program Pemberdayaan Fakir miskin, (Jakarta : Puslitbang Kesejahteraan Sosial-Departement Sosial, 2007), h.1.

4

Building) agar para penerima pelayanan sosial memiliki kemampuan dan kepercayaan diri dalam memenuhi kebutuhan dasar.9 Pemberdayaan memiliki konteks yang luas begitu banyaknya program pemberdayaan yang guna meningkatkan taraf hidup masyarakat seperti pemberdayaan sosial, kesehatan dan ekonomi melalui intervensi mikro dan makro. Pemberdayaan berguna untuk mengembangkan klien dari keadaan tidak atau kurang berdaya mempunyai daya guna mencapai kehidupan untuk lebih baik.10 Usaha

mengatasi

penanggulangan

keluarga

miskin

melalui

pemberdayaan yang telah dilaksanakan oleh pemerintah melaui berbagai program yang telah ada. Salah satu dari program tersebut adalah program pengembangan usaha ekonomi produktif melalui kelompok usaha bersama (KUBE). Program ini ditujukan untuk meningkatkan motivasi keluarga miskin untuk lebih maju, meningkatkan interaksi dan kerjasama dalam kelompok, mendayagunakan potensi sumber sosial ekomoni lokal keluarga miskin, dan memperkuat budaya kewirausahaan. Program ini diharapkan menjadi lokasi program untuk menyediakan kontribusi pendanaan, untuk meningkatkan motivasi keluarga miskin supaya maju, meningkatkan interaksi dan kerjasama dalam kelompok keluarga miskin, mendayagunakan potensi sumber sosial ekonomi lokal, memperkuat

9

Artikel di Akses pada 27 Maret 2011 dari http://www.banjar-jabar.go.id/index Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas ( Jakarta :Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2003 ) ,h.53 10

5

budaya kewirausahaan, dan mengembangkan ekonomi pasar dan menjalin kemitraan sosial ekonomi dengan pihak yang terkait.11 Kegiatan usaha ekonomi produktif yang dikembangkan meliputi bidang pertanian, perternakan, perikanan, industri rumah tangga, jasa dan kegiatan ekonomi lainnya, kegiatan dilaksanakan dalam bentuk pemberian bantuan modal usaha, sarana prasarana ekonomi dan santunan hidup yang disalurkan

secara

langsung

atau

melalui

mekanisme

perbankan.

Pengembangan KUBE yang ditujukan untuk mewujudkan kemandirian usaha ekonomi keluarga miskin, meningkatkan tanggung jawab sosial dunia usaha dalam penanggulangan kemiskinan. Dalam Keputusan Menteri Sosial RI Nomor 84/HUK/1997 tentang Pelaksanaan Pemberian Bantuan Sosial Keluarga Miskin, dan untuk Penanganan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial lintas Kabupaten/ Kota yang mengaju pada pasal 10 UU No 32 tahun 200412, maka pemberdayaan untuk keluarga miskin dapat dilaksanakan. Dalam melaksanakan program pemberdayaan keluarga miskin melalui program Kelompok Usaha Bersama pemerintah mempunyai mekanisme pelaksanaan program yaitu adanya Pembina teknis wilayah dengan dukungan anggaran dari APBD, sebagai pekerja sosial masyarakat yang cakupannya sebagai pendampingan yang disebut sebagai pekerja sosial masyarakat, tehadap keluarga miskin dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial.

11 Departement Sosial RI, Direktorat Jendral Pemberdayaan Sosial, Pemberdayaan Fakir Miskin 2006, h.1. 12 Departement Sosial RI, Panduan Operasional Program Pemberdayaan Fakir Miskin 2005, h. 39.

6

Pekerja sosial dibentuk dan ditentukan oleh ketua tim Pembina (Bupati/ Walikota)13. Pekerja sosial berguna untuk memecahkan masalah dan mengembangkan KUBE agar dapat dilaksanakan dengan baik berjalan dengan lancar dan KUBE dapat tumbuh, maju dan mandiri. Karena pendamping adalah pemandu yang mempengaruhi segala aktifitas KUBE.14 Dalam tataran pelaksanaan terkadang antara teori dan pelaksanaan pekerja sosial di lapangan kurang begitu berjalan dengan baik, dikarenakan banyak yang tidak bisa membedakan bagaimana menjadi

pekerja sosial

profesional atau sebagai relawan di bidang sosial, sehingga dalam pelaksanaan di lapangan kurang begitu berjalan lancar. Oleh sebab itu keberhasilan dalam penanganan permasalahan dalam pemberdayaan keluarga miskin harus diperlukan tenaga pekerja sosial yang cakupannya sebagai pendamping sosial yang menguasai disiplin ilmu kesejahteraan sosial. Kondisi emperik menunjukkan bahwa pendamping sosial, baik pemerintah maupun masyarakat, baik di pusat maupun di daerah ada yang berlatar belakang

pekerja sosial professional. Pekerja sosial professional

memiliki kriteria antara lain tingkat pendidikan minimal adalah sarjana (S1) atau Diploma IV, mempunyai pengalaman minimal 2 tahun dalam pendampingan

sosial

atau

pengembangan

masyarakat

(community

deveploment), mempunyai wawasan dan pengetahuan tentang pembangunan kesejahteraan sosial, mempunyai pengetahuan dan keterampilan pekerja sosial yang diperoleh melalui 13

pendidikan formal dan non formal, mempunyai

Ibid., h. 41. Departement Sosial RI, Modul Pendampingan Sosial Program Pemberdayaan Fakir Miskin Melalui Mekanisme Bantuan Langsung Pemberdayaan Sosial ( P2FM- BLPS) 2009, h.93. 14

7

pengetahuan dan keterampilan di bidang lembaga dan keuangan mikro, dan mempunyai kemampuan manajerial.15 Pekerja sosial professional tergabung dalam Ikatan Pekerja Profesional Indonesia (IPSPI) yang merupakan landasan untuk memutuskan persoalanpersoalan etika, apabila perilaku pekerja sosial professional dinilai menyimpang dari standar perilaku etis dalam melaksanakan hubunganhubungan profesionalnya dengan kelayakan, kolega, profesi dan dengan masyarakat16. Sehingga, pekerja sosial professional diharapkan menciptakan sinergi yang harmonis dan efektif dalam mencapai tujuan pembangunan dan pelayanan kesejahteraan sosial, khususnya untuk tenaga kesejahteraan sosial masyarakat yang dijadikan sebagai pendamping sosial17. Pekerja sosial diharapkan sebagai agen perubah yang turut terlibat membantu memecahkan persoalan yang ada khususnya dalam pemberdayaan keluarga miskin. Berdasarkan masalah di atas diperlukan penelitian apakah pendamping sosial sudah berperan secara optimal dalam pemberdayaan masyarakat. Oleh karena itu penulis tertarik untuk meneliti subyek di atas dengan judul. “Peran Pekerja Sosial Masyarakat Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Dalam Pemberdayaan Keluarga Miskin di Desa Lebak

Wangi

Kecamatan Sepatan Timur Tangerang. 15

Departement Sosial RI, Direktorat Jenderal Bantuan Jaminan Sosial Dan Direktorat Bantuan Sosial Fakir Miskin, Pengembangan Usaha Ekonomi Produktif Fakir Miskin Melalui Kelompok Usaha Bersama Dan Lembaga Keuangan Mikro, h.111. 16 Artikel di akses pada tanggal 06 april 2011 dari http://ichwanmuis.com/?p=1708 17 Departement Sosial RI, Modul Pendampingan Sosial Program Pemberdayaan Fakir Miskin Melalui Mekanisme Bantuan Langsung Pemberdayaan Sosial ( P2FM- BLPS), h.1.

8

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Agar penulisan ini menjadi terarah dan mempunyai titik fokus yang jelas, maka penulis membatasi penelitian ini pada peran Pekerja Sosial Masyarakt dengan pembatasan yang hanya meliputi peran

sebagai

perencana, peran pembimbing, peran sebagai pemberi informasi, peran sebagai motivator, peran sebagai fasilitator, dan peran sebagai evaluator. Yang penelitiannya sejak tanggal 31 Maret 2011 - 31 Mei 2011 2. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah serta eksplorasi permasalahan pada latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: a. Bagaimana Pekerja Sosial Masyarakat Kelompok Usaha Bersama (KUBE) dalam pemberdayaan keluarga miskin di Desa Lebak Wangi Kecamatan Sepatan Timur Kabupaten Tangerang ? b. Bagaimana Kegiatan Pekerja Sosial Masyarakat Kelompok Usaha Bersama (KUBE) dalam pemberdayaan keluarga miskin Desa Lebak Wangi Kecamatan Sepatan Timur Tangerang ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : a. Tujuan Umum : Untuk mengetahui peran pendamping kelompok usaha bersama (KUBE) dalam pemberdayaan keluarga miskin

9

b. Tujuan Khusus : Mendeskripsikan

proses

pekerja

sosial

masyarakat

dalam

pemberdayaan keluarga miskin. 2. Manfaat penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah : a. Manfaat Akademis 1) Memberikan

sumbangan

pengetahuan

peran

dan

tugas

pendampingan sosial dan proses pelaksanaan dalam pemberdayaan keluarga miskin. 2) Memberikan sumbangan pengetahuan dan proses pelaksanaan pendampingan sosial keluarga miskin untuk meningkatkan kompetensi di bidang pemberdayaan masyarakat 3) Menjadi bahan pijakan untuk penelitian selanjutnya. b. Manfaat Praktisi 1) Memberikan masukan dan saran untuk para praktisi pemberdayaan keluarga miskin baik yang aktif di lembaga pemerintahan maupun swadaya masyarakat (LSM). 2) Merupakan masukan untuk penelitian-penelitian lebih lanjut, khususnya penelitian terapan yang berkaitan dengan permasalahan pemberdayaan keluarga miskin. 3) Memberikan sumbangan pemikiran bagi pembuat kebijakan dalam lingkup kesejahteraan sosial.

10

D. Metodelogi Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualiltatif, yaitu metode penelitian yang dihasilkan dari data-data yang dikumpulkan dan berupa kata-kata dan merupakan suatu penelitian alamiah. Bogdan dan taylor mendefinisikan metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskritif berupa kata-kata yang tertulis atau lisan dari orang-orang perilaku yang diamati.18 2. Macam dan Sumber Data a. Data primer adalah data yang belum tersedia sehingga untuk menjawab masalah penelitian, data harus diperoleh dari sumber aslinya atau data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber asli, yaitu dari Bidang Perencanaan 1 orang, Tenaga Pekerja Sosial Masyarakat 1 orang, Ketua KUBE 1 orang. b. Data sekunder adalah Data ini merupakan data yang diperoleh dari catatan-catatan atau dokumen yang berkaitan dengan penelitian maupun instansi yang terkait lainya. Data sekunder ini penulis peroleh dari profil KUBE, dan profil Desa Lebak Wangi 2011-2011. 3. Teknik Pengumpulan Data a. Observasi Istilah observasi berasal dari bahasa latin yang berasal dari bahasa latin yang berarti “melihat” dan “memperhatikan19. Observasi

18 Lexi. J. Maleong, Metode Penelitian Kualitatif,( Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007),hal. 4. 19 Tristiadi Ardi, Observasi dan wawancara,( Malang : Bayumedia Publishing, 2003), h.1.

11

Merupakan salah satu cara penelitian pada ilmu-ilmu sosial, cara ini bisa hemat biaya dan dapat dilakukan oleh seorang individu dengan menggunakan mata sebagai alat melihat data serta menilai lingkungan yang dilihat. Dalam hal ini penulis melakukan pengamatan langsung, mengamati dan mendengarkan dalam rangka memahami, mencari jawaban dan mencari bukti atas bagaimana Peran Pendamping Dalam Pemberdayaan Keluarga Miskin di Desa Lebak Wangi Kecamatan Sepatan Timur Tangerang. b. Wawancara Wawancara adalah

metode pengumpulan data dengan jalan

tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematik, dan berlandaskan kepada tujuan penyelidik20. percakapan dengan maksud tertentu untuk mendapatkan data yang kongret dari hasil pertanyaanpertanyaan yang diajukan. Dalam wawancara ini yang dilakukan penulis untuk mengumpulkan data yakni dengan cara

mengajukan

pertanyaan kepada pendamping dan anggota kube c. Studi dokumentasi Mencari data-data yang tertulis, baik berupa buku, jurnal ataupun

yang

lainnya.

Tehnik

ini

dilakukan

dengan

cara

mengkatagorisasi kemudian mempelajari bahan-bahan tertulis yang berhubungan dengan masalah penelitian dan mengambil data atau informasi. 20

Ibid., h.63

12

4. Teknik Analisis Data Setelah data

yang di perlukan terkumpul, langkah selanjutnya

adalah menyusun data secara sistematis sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian. Dalam melakukan analisi dan penulis menggunakan metode deskriptif yaitu teknik analisis data dimana penulis terlebih dahulu memaparkan semua data yang diperoleh mengenai, segala bentuk pekerja sosial masyarakat ataupun aktifitas KUBE. 5. Keabsahan Data Teknik Pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut: a. Kriteria kredebilitas (derajat kepercayaan), yaitu kriterium ini dapat menggunakan

teknik

pemeriksaan

keabsahan

data

dengan

memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data tersebut untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Triagulasi)21, hal ini dicapai dengan jalan (1) membandingkan dokumen dokumen yang berhubungan dengan KUBE Monalisa dengan hasil data wawancara binaan KUBE Monalisa. (2) membandingkan antara jawaban yang diberikan oleh pekerja sosial masyarakat dengan angggota KUBE mengenai program Kelompok Usaha Bersama. b. Kriterium kepastian, menurut Scriven ( dalam Lexy, 2004) yaitu masih ada unsur “ kualitas yang melekat pada konsep objektivitas. Hal itu digali dari pengertian bahwa jika sesuatu objektif, berarti dapat

21

Lexy. J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT. Remaja Rosydakarya, 2004), Cet. Ke-20, h. 330

13

dipercaya, factual dan dapat dipastikan22. Dalam penelitian ini, peneliti membuktikan data-data ini terpercya yaitu dengan data-data yang di dapat dari rekaman hasil wawancara terhadap penelitian. Adapun dari segi faktual, adalah melihat program yang diteliti, yaitu program kelompok usaha bersama dalam pemberdayaan keluarga miskin yang dilaksanakan oleh pekerja sosial masyarakat yang berperan sebagai pendamping sosial. dalam hal ini peneliti dapat memastikan, bahwa kepastian program KUBE dengan adanya peran pekerja sosial masyarakat melalui rekaman hasil wawancara. 6. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu penelitian ini dimulai sejak tanggal 31 Maret 2011 dan penelitian berakhir pada 31 Mei 2011. Adapun tempat peneltian ini di KUBE MONALISA di Desa Lebak Wangi Kecamatan Sepatan Timur Tangerang. 7. Teknik Penulisan Teknik penulisan skripsi ini mengacu kepada Buku Hamid Nasuhi, dkk, pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi), (CeQDA-UIN Jakarta, 2007) Cet. Ke.-1.

E. Tinjauan Pustaka Sebelum peneliti mengkaji tulisan ini, ada beberapa karya ilmiah yang berbentuk skripsi dan pembahasannya sangat dekat dengan tema yang penulis angkat dalam skripsi ini, antra lain : 22

Ibid, h.326

14

1. Hasil peneliti Hilda Avisha, dengan judul pendampingan program kemitraan pada tanggung jawab sosial perusahaan PT. Aneka Tambang, Tbk di wilayah Jakarta selatan, (Jakarta : UIN,2009). Pembahasan dalam skripsi tersebut menjelaskan tentang bagaimana Proses pendampingan dan faktor-faktor penghambat dalam menjalankan pendampingan di PT. Aneka Tambang, Tbk . 2. Hasil penelitian winny widayana, dengan judul pendampingan usaha produktif melalui mediator pemandirian Program gerakan Masyarakat masndiri (GMM) Pemda Kab. Bogor di Desa Pasir Gaok Bogor (studi kasus pada kelompok silih asih 1, kelompok silih asih 3 dan kelompok Prayoga), (Jakarta : UIN, 2008). Pembahasan dalam skripsi tersebut menjelaskan mengenai proses pendampingan dengan menjabarkan tahapan-tahapan pendampingan usaha produktif yang di laksanakan oleh pemda Kab. Bogor terhadap tiga kelompok binaan di Desa Pasir Gaok serta faktor-faktor yang menjadi penghambat dan pendukung. Dari skripsi itulah peneliti mencoba membahas peran pendamping dan kegiatan pendamping yang di lakukan Tenaga Kesejahteraan Sosial kecamatan dan pekerja Sosial Masyarakat yang menjalankan kepedulian sosialnya, dan karena

itulah peneliti mengangkat skripsi yang berjudul

Peran

Pendamping Kelompok Usaha Bersama Dalam Pemberdayaan Keluarga Miskin di Desa Lebak Wangi Kecamatan Sepatan Timur Tangerang. Namun demikian, peneliti tidak menafikan diri bahwa hasil dari karya ilmiyah di atas memberikan inspirasi bagi peneliti untuk mengangkat skripsi yang bertema Peran Pendamping Kelompok Usaha Bersama Dalam Pemberdayaan Keluarga Miskin di Desa Lebak Wangi Kecamatan Sepatan Timur Tangerang.

15

F. Sistematika Penulisan Untuk mempermudah pembahasan dalam skripsi ini penulis membagi dalam lima bab, yaitu : BAB I : Membahas Tentang Latar Belakang Masalah,

Fokus dan Masalah,

Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodelogi Penelitian dan Sistematika Penulisan BAB II : Membahas Kerangka Teori Peran Pendamping KUBE Meliputi : Pengertian Peran, Pengertian Pendamping KUBE, Peran Pendamping KUBE, Tugas Pendamping KUBE, Prose Pendamping KUBE, Pembentukan KUBE, Tujuan KUBE, Kelembagaan KUBE, Pengertian Pemberdayaan,

Strategi

Tahapan Pemberdayaan, Pengertian keluarga miskin, Indikator Keluarga Miskin BAB III : Gambaran Umum Pendamping Kube Monalisa Profil KUBE, Visi, Misi dan Tujuan KUBE, Kegiatan Pemasaran KUBE, Struktur Organisasi KUBE, Gambaran umum KUBE, Sejarah Pemerintahan Desa, Kondisi geografis, Kondisi Sosial, Kondisi Demografi, Kondisi Ekonomi BAB IV : Menjelaskan Tentang Analisis Peran Pendamping Kube Dalam Pemberdayaan keluarga Miskin di Desa Lebak Wangi Kecamatan Sepatan Timur Kabupaten Tangerang meliputi Tentang Peran Pendamping Kube dalam Pemberdayaan keluarga Miskin, meliputi : Analisi Peran Pendamping Kube, dan tahapan kegiatan Pendamping KUBE. BAB V: Penutup Yang Meliputi Kesimpulan dan Saran-Saran.

BAB II LANDASAN TEORI

A. Peran 1. Pengertian Peran Peran dan kedudukan tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lain, tak ada peran tanpa kedudukan atau kedudukan tanpa peran. Sebagaimana halnya peran berasal dari kata peranan (role) merupakan aspek dinamis kedudukan

(status)

apabila

seseorang

melaksanakan

hak

dan

kewajibannya. Peran juga mempunyai dua arti yaitu setiap orang mempunyai macam-macam peran yang berasal dari pola-pola pergaulan hidupnya. Hal itu sekaligus berarti bahwa peran menetukan apa yang diperbuatnya bagi masyarakat serta kesempatan kesempatan apa yang diberikan oleh masyarakat kepadanya.1 Pentingnya peran karena peran mengatur perilaku seseorang, peran menyebabkan seseorang pada batas-batas tertentu dapat meramalkan perbuatan-perbuatan orang lain. Orang yang bersangkutan akan dapat menyesuaikan

perilaku

sendiri

dengan

perilaku

orang-orang

sekelompoknya. Peran yang melekat pada diri seseorang harus dibedakan dengan posisi dalam pergaulan kemasyarakatan. Posisi seseorang dalam masyarakat yaitu (social-position) merupakan unsur statis yang lebih 1

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar ( Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994),

h. 268.

16

17

banyak menunjuk pada fungsi, penyesuian diri dan sebagai masyarakat serta menjalankan suatu peran2. Peran mungkin mencangkup tiga hal, yaitu : a. Peran meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peran dalam arti ini merupakan rangkaian peran-peran yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan. b. Peran adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi c. Peran juga dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat. Dalam skripsi ini penulis melihat peran yang digunakan dalam penelitian adalah peran yang meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi tempat seseorang dalam masyarakat karena seseorang yang mempunyai kedudukan dalam sruktur masyarakat dapat mempertanggung jawabkan tugas atau fungsinya dengan baik Oleh karena itu dapat menyesuaikan dirinya agar masyarakat melihat bahwa seseorang yang mempunyai peran dapat membimbing masyarakat tanpa mencari keuntungan semata dan imbalan. Seseorang yang mempunyai peran bekerja hanya untuk memberikan pelayanan dan dapat membangun komunikasi dengan menghormati harkat-martabat dan harga diri masyarakat.

2

Ibid., h.269-270.

18

B. Pekerja Sosial Masyarkat 1. Pengertian Pekerja Sosial Masyarakat Pekerja sosial merupakan satu strategi yang sangat menentukan keberhasilan program pemberdayaan masyarakat. Sesuai dengan prinsip keberhasilan pekerja sosial, yakni “membantu orang agar mampu membantu dirinya sendiri”. Peran seorang pekerja sosial seringkali diwujudkan dalam kapasitasnya sebagai pendamping, bukan sebagai penyembuh atau pemecah masalah (problem solver) secara langsung, oleh karena itu pekerja sosial sebagai agen perubah yang turut terlibat membantu memecahkan persoalan dalam pemberdayaan masyarakat.3 Pekerja sosial adalah suatu proses menjalin relasi sosial antara pendampingan dengan dan masyarakat sekitarnya, dalam rangka memecahkan masalah, memperkuat dukungan, mendayagunakan berbagai sumber

atau potensi dalam pemenuhan kebutuhan

hidup, serta

meningkatkan akses anggota pelayanan sosial dasar, lapangan kerja, dan fasilitas pelayanan publik lainnya4. Pekerja Sosial dipersiapkan dengan baik agar memiliki kemampuan untuk memfasilitasi anggota dengan baik.5 Agar

menjadi

terarah dalam pemberdayaan masyarakat perlu

adanya tujuan yang sebagaimana dikemukakan oleh Gunawan6 bahwa tujuan pekerja sosial adalah :

3

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat ( Bandung : Refika Aditama, 2005), h.93. 4 Departement Sosial RI, Direktorat Jenderal Bantuan Jaminan Sosial Dan Direktorat Bantuan Sosial Fakir Miskin, Pengembangan Usaha Ekonomi Produktif Fakir Miskin Melalui Kelompok Usaha Bersama Dan Lembaga Keuangan Mikro 2004, h.7. 5 Ibid., h. 101 6 Gunawan Sumodiningrat, Mewujudkan Kesejahteraan Bangsa ( Jakarta : Elex Media Komputindo. 2009), h.106

19

a. Meningkatkan motivasi kemampuan dan peran anggota dalam mencapai kualitas hidup dan kesejahteraan anggotannya. b. Meningkatkan kemampuan

yang didampingi dalam menemukali

permasalahan dan potensi sumber daya sosial dan ekonomi yang ada di lingkungannya. c. Meningkatkan kemampuan dalam hal merencanakan melaksanakan, mengevaluasi usaha ekonomi produktif, termasuk dalam penyusunan proposal pengembangan usaha. d. Meningkatkan

kemampuan

dalam

mempertanggung

jawabkan

pemanfaatan dana bantuan untuk usaha ekonomi produktif dengan membuat pembukuan sederhana dalam meningkatkan akses keuangan. Selain itu pekerja sosial dalam melaksanakan keberfungsian pekerja sosial dalam masyarakat dilihat dari beberapa strategi pekerja sosial antara lain:7 a. Meningkatkan kemampuan orang dalam menghadapi masalah yang dialaminya b. Menghubungkan orang dengan sistem dan jaringan sosial yang memungkinkan mereka menjangkau atau memperoleh berbagai sumber, pelayanan dan kesempatan c. Meningkatkan kinerja lembaga-lembaga sosial sehingga mampu memberikan

pelayanan sosial

secara

efektif,

berkualitas

berperikemanusiaan

7

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, h.21.

dan

20

d. Merumuskan dan mengembangkan perangkat hukum dan peraturan yang mampu menciptakan situasi yang kondusif. Dalam hal ini, pendamping mengajak masyarakat untuk bekerja bukan berdasarkan kebutuhan apa yang dirasakan oleh pekerja sosial saja, tetapi diawali dari kebutuhan apa yang memang dirasakan oleh masyarakat. Pendamping tidak dapat memaksakan untuk melibatkan masyarakat pada sesuatu yang mereka belum siap. 2. Peran Pekeja Sosial Dalam melaksanakan fungsi, tugas dan kegiatan Pekerja Sosial dalam melakukan pendamping sosial dapat menjalankan peran yang meliputi : Perencana, Pembimbing, Pemberi Informasi, Motivator, Fasilitator dan Evaluator.8 a. Perencana Perencana memerlukan visi Berorientasi ke depan sebagai kekuatan pendorong dalam mengembangkan potensi dan peningkatan kemampuan.

Pendamping

sosial

sebagai

perencana

bertugas

menetapkan tujuan dan merumuskan perencanaan yang efektif, dengan terlebih dahulu memperoleh gambaran awal tentang sruktur sosialekonomi aktual masyarakat yang dapat mempengaruhi upaya pemberdayaan yang akan dilaksanakan.

8

Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosia Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejateraan Sosial Departement Sosial RI, Modul Pendampingan Sosial Program Pemberdayaan Fakir Miskin Melalui Mekanisme Bantuan Langsung Pemberdayaan Sosial, 2009, h. 107.

21

b. Pembimbing Sebagai pembimbing, pendamping sosial dituntut kemampuan dan keterampilan untuk mengajak, mengarahkan, dan membina sehingga mengerti, memahami, dan melaksanakan hasil bimbingan secara aktif dalam melaksanakan aktivitas sosial ekonominya. c. Pemberi Informasi Pendamping sosial memberikan penjelasan tentang gambaran umum program pemberdayaan, manfaat melakukan usaha ekonomi produktif dengan cara mengembangkan kegiatan sosial, ekonomi, dan kelembagaan, cara memanfaatkan lembaga keuangan mikro, dan sebagainnya. d. Motivator Pendamping sosial

memberikan

rangsangan dan

dorongan

semangat kepada anggota, sehingga mereka dapat mengenali masalah dan kekuatan yang dimilikinya. Pendamping sosial dapat memunculkan parisipasi, sehingga diharapkan dapat merubah sikap, pola pikir, dan dapat mengembangkan potensinya melalui upaya pemberdayaan yang dilaksanakan e. Fasilitator Pendamping sosial memberikan kemudahan baik berupa barang, peralatan, maupun ketentuan, sehingga membantu

meningkatkan

kemampuan melaksanakan berbagai kegiatan sosial, ekonomi, dan kelembagaan, serta mengatasi berbagai kendala dan masalah.

22

Fasilitator sebagai penanggung jawab untuk membantu klien menjadi mampu menangani teakanan situasional atau transisional. Pengertian pada fasilitator yang didasari oleh visi pekerja sosial bahwa “setiap perubahan terjadi pada dasarnya dikarenakan oleh adanya usaha-usaha klien sendiri, dan peran pekerja sosial adalah memfasilitasi atau memungkinkan klien mampu melakukan perubahan yang ditetapkan dan disepakati bersama. f. Evaluator Pendamping sosial dapat memberikan penilaian, saran dan masukan, tentang pilihan mana yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Disamping itu, pendamping dapat memberika penilaian terhadap keseluruhan

program

guna

meningkatkan

kualitas

program

pendampingan sosial. 3. Kegiatan Pekerja Sosial Kegiatan pendampingan sosial merupakan serangkaian kegiatan yang saling berhubungan dan mempengaruhi satu dengan yang lain. Keberhasilan atau kegagalan suatu tahap kegiatan akan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh proses ini yaitu:9 a. Menumbuhkan Kepercayaan Proses ini adalah kegiatan yang terencana dalam membantu klien dengan cara menciptakan hubungan pribadi dengan para tokoh

9

Departement Sosial RI, Direktorat Jenderal Bantuan Jaminan Sosial Dan Direktorat Bantuan Sosial Fakir Miskin, Pengembangan Usaha Ekonomi Produktif Fakir Miskin Melalui Kelompok Usaha Bersama Dan Lembaga Keuangan Mikro, 2004, h. 121

23

masyarakat, seperti : tokoh agama, tokoh adat,dan pihak-pihak yang terkait dilingkungan mereka. b. Menciptakan Kesepakatan Proses kegiatan terencana dalam membantu klien memastikan kesediaan mereka menerima pendamping sosial dalam membantu melaksanakan kegiatan dibidang sosial ekonomi, kelembagaan c. Membentuk tim kerja kelompok Proses kegiatan yang terencana dalam membantu klien guna memecahkan masalahnya melalui pembentukan tim kerja kelompok sesuai dengan uraian tugas disepakati oleh mereka. d. Identifikasi dan Memobilisasi Sumber Proses kegiatan yang terancana dalam membantu kelompok untuk mengetahui yang terancana dalam membantu kelompok untuk mengetahui kondisi permasalahan dan potensi serta sistem sumber yang ada di lingkungannya. Mobilisasi adalah proses kegiatan yang terancana dalam membantu klien guna menghimpun, mendorong, mendayagunakan sistem sumber yang ada di lingkungannya.

C. Kelompok Usaha Bersama (KUBE) 1. Pembentukan KUBE KUBE dibentuk dilandasi oleh nilai filosofis “dari”, “oleh” dan “untuk” masyarakat. Artinya bahwa keberadaan suatu kelompok KUBE di

24

manapun (desa atau kota) adalah berasal dari dan berada di tengah-tengah masyarakat.

Pembentukannya

oleh

masyarakat

setempat

dan

peruntukannya juga untuk anggota dan masyarakat setempat. Karena

konsep

yang

demikian,

maka

pembentukan

dan

pengembangan KUBE harus berincikan nilai dan norma budaya setempat, harus sesuai dengan keberadaan sumber-sumber dan potensi yang tersedia di lingkungan setempat, juga harus sesuai dengan kemampuan SDM (anggota KUBE) yang ada.10 Oleh karena itu KUBE adalah kelompok warga atau keluarga di binaan yang dibetuk warga atau keluarga yang telah dibina melalui proses kegiatan

pemberdayaan masyarakat

untuk melaksanakan kegiatan

kesejahteraan sosial dan usaha ekonomi dalam semangat kebersamaan sebagai sarana untuk meningkatkan taraf kesejahteraan sosialnya. KUBE merupakan metode pendekatan yang terintegrasi dan keseluruhan proses pemberdayaan masyarakat. Pembentukan KUBE dimulai dengan proses pembentukan kelompok sebagai hasil bimbingan sosial, pelatih keterampilan, bantuan stimulans dan pendampingan.11 2. Tujuan Kelompok Usaha Bersama Keberadaan KUBE bagi keluarga miskin telah menjadi sarana untuk meningkatkan usaha ekonomi produktif (khususnya dalam

10

I Departement Sosial RI, Direktorat Jenderal Bantuan Jaminan Sosial Dan Direktorat Bantuan Sosial Fakir Miskin, Pengembangan Usaha Ekonomi Produktif Fakir Miskin Melalui Kelompok Usaha Bersama Dan Lembaga Keuangan Mikro, 2004, h. 51. 11 Gunawan Sumodiningrat, Mewujudkan Kesejahteraan Bangsa ( Jakarta : Elex Media Komputindo, 2009), h. 88.

25

peningkatan pendapatan). Menyediakan sebagaian kebutuhan yang diperlukan bagi keluarga miskin menciptakan keharmonisan hubungan sosial antara warga menyelesaikan masalah sosial yang dirasakan keluarga miskin, pengembangan diri dan sebagai wadah berbagai pengalaman antar anggota.12 Oleh

karena

itu tujuan KUBE diarahkan

kepada

upaya

mempercepat penghapus kemiskinan melalui:13 a. Peningkatan kemampuan berusaha para anggota KUBE secara bersama dalam kelompok b. Peningkatan pendapatan atau peningkatkan kemampuan anggota kelompok KUBE di dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup sehari-hari ditandai dengan: meningkatkan pendapatan keluarga, meningkatkan kualitas pangan, sandang, papan, kesehatan tingkat pendidikan;

dapat

melaksanakan

kegiatan

keagamaan;

dan

meningkatkan pemenuhan kebutuhan kebutuhan sosial lainnya. c. Pengembangan usaha d. Peningkatan kepedulian dan kesetiakawanan sosial di antara para anggota KUBE dan dengan masyarakat sekitar atau meningkatkan kemampuan anggota kelompok KUBE dalam menampilkan perananperanan sosialnya, baik dalam keluarga maupun lingkungan sosialnya, ditandai dengan semakin meningkatnya kepedulian dan rasa tanggung jawabdan keikutsertaan anggota dalam usaha-usaha kesejahteraan sosial di lingkungannya. 12

Ibid., h.49. Gunawan Sumodiningrat, Mewujudkan Kesejahteraan Bangsa ( Jakarta : Elex Media Komputindo. 2009), h. 89. 13

26

3. Kelembagaan KUBE Dilihat dari segi kelembagaan Setiap melakukan binaan keluarga KUBE mempunyai kelembagaan yaitu : a. Kriteria Anggota 1) Keluarga

miskin yang mempunyai pendapatan di bawah garis

kemiskinan (tingkat pengeluaran sama dengan 480 kg untuk 320 kg dan untuk perkotaan 320 kg. 2) Warga masyarakat yang berdomisili tetap 3) Usia produktif 4) Menyatakan kesediaan bergabung dalam kelompok 5) Memiliki

potensi dan keterampilan di bidang usaha ekonomi

tertentu b. Jumlah Anggota Kube 1) Jumlah keanggotaan KUBE dapat bervariasi, tergantung kebutuhan nyata di lapangan/ situasi dan kondisi lokal dan kesepakatan kelompok itu sendiri 2) Jumlah kube terdiri dari 5-10 KK (Kube Kelompok Kecil) 3) Karena sifat suatu kegiatan dan kepentingan tertentu, kelompok KUBE dapat terdiri dari kelompok besar ( gabungan beberapa kube atau kelompok kecil). Namun pembinaan secara rutin tetap dalam KUBE kelompok kecil 4) Satu kelompok KUBE yang anggota dikategorikan keluarga miskin dapat melilih anggotanya yang bukan termasuk kategori miskin,

27

namun mempunyai semangat kewirausahaan namun jumlah anggota yang bukan dari keluarga miskin hanya 20% dari anggota KUBE yang ada. c. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembentukan kelompok 1) Kedekatan tempat tinggal 2) Jenis usaha atau keterampilan anggota 3) Ketersediaan sumber/keadaan geografis 4) Latar belakang kehidupan budaya 5) Memiliki motivasi yang sama 6) Keberadaan kelompok-kelompok masyarakat sudah tumbuh d. Sruktur dan Kepengurusan KUBE 1) Sruktur organisasi suatu bentuk tanggung jawab yang harus dijalankan. Dengan stuktur dapat diketahui “ siapa mengerjakan apa”, “ siapa berkewajiban dan bertanggung jawab apa”. 2) Struktur KUBE sangat tergantung pada kegiatan atau jenis usaha yang dijalankan oleh KUBE tersebut. 3) Perumusan sruktur KUBE yang terdiri dari : ketua, sekertaris dan bendahara 4) Kepengurusan

dipilih

berdasarkan

hasil

musyawarah

atau

kesepakatan anggota kelompok. e. Kewajiban Anggota 1) Mengikuti dan mentaati semua ketentuan-ketentuan yang ada yang sudah disepakati 2) Mewujudkan tujuan yang ingin dicapai bersama

28

3) Membangun kerjasama dengan berbagai pihak 4) Memanfaatkan dana bantuan modal usaha dengan penuh tanggung jawab.14

D. Pemberdayaan 1. Pengertian Pemberdayaan Secara (empowerment)

konseptual, berasal

dari

pemberdayaan kata

atau

“power‘’

pemberkuasaan (kekuasaan

atau

keberdayaan).15 Pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan, sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individuindividu yang mengalami masalah sosial. Sebagai tujuan, maka pemberdayaan merujuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial.16 Dalam kaitan konsep pemberdayaan banyak ahli membahas hal ini. Salah satunya adalah Payne (1997: h.266), yang mengemukan bahwa suatu pemberdayaan (empowerment), pada intinya, ditunjukan guna: 17 “to help clients gain power of decision and action over their own lives by reducing the effect of social or personal blocks to 14

Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosia Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejateraan Sosial Departement Sosial RI, Modul Pendampingan Sosial Program Pemberdayaan Fakir Miskin Melalui Mekanisme Bantuan Langsung Pemberdayaan Sosial, 2009, h.15. 15 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat (Jakarta: Refika Aditama,2005), h.57. 16 Ibid., h.59-60. 17 Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas( pengantar pada pemikiran praktisi dan pendekatan praktisi). ( Jakarta: Lembaga Penerbitan FEUI,2003) Edisi Revisi, h. 54.

29

exercising existing power, by uncreasing capacity and selfconfidence ti use by transferring power from the environment to clients.” (membantu klien memperoleh daya untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan ia lakukan yang terkait dengan diri mereka, termasuk mengurangi efek hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang ia miliki, antara lain melalui transfer daya dari lingkungannya) 2. Srategi Pemberdayaan Strategi pemberdayaan dalam memperdayakan masyarakat secara konseptual pemberdayaan umumnya dilakukan secara kolektif. Dalam konteks pekerjaan sosial pemberdayaan dapat dilakukan melaui tiga aras atau mantra pemberdayaan ( empowerment setting ) : mikro, mezzo, dan makro.18 a. Aras Mikro Pemberdayaan dilakukan terhadap klien secara individu melalui bimbingan, konseling, stress management, crisis intervention. Tujuannya

adalah

membimbing

atau

melatihan

klien

dalam

menjalankan tugas-tugas kehidupannya. Model ini sering disebut sebagai pendekatan yang berpusat pada Tugas (task centered approach) b. Aras Mezzo Pemberdayaan

dilakukan

terhadap

sekelompok

klien

pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan kelompok sebagai 18

Edi Suharto, Memberdayakan Masyarakat, Memberdayakan Rakyat, h.66

30

media intervensi, pendidikan, pelatihan, dinamika kelompok. Biasanya digunakan

sebagai

strategi

dalam

meningkatkan

kesadaran,

pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap klien agar memilih kemampuan memecahkan permasalahan yang dihadapinya. c. Aras Makro Pendekatan ini disebut juga sebagai stategi system besar (largesytem strategy). Karena sasaran perubahan diarahkan pada system lingkungan yang lebih luas. Perumusan kebijakan, perencanaan sosial, kampanye, aksi sosial, lobbying. Dari 3 strategi pemberdayaan, strategi yang digunakan dalam skripsi ini adalah strategi pendekatan melalui makro (komunitas atau organisasi) merupakan bentuk intervensi dalam ilmu kesejahteraan sosial yang digunakan melakukan perubahan dan pemberdayaan pada tingkat komunitas. Intervensi

makro

merupakan

istilah

community

work

merupakan bentuk intervensi langsung yang dirancang dalam rangka melakukan perubahan secara terencana yang pendekatannya bersifat pengembangan masyarakat lokal, kebijakan sosial guna melakukan perubahan pada masyarakat atau komunitas tertentu.19

19

Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas( pengantar pada pemikiran praktisi dan pendekatan praktisi). ( Jakarta: Lembaga Penerbitan FEUI, 2003) Edisi Revisi, h. 55.

31

Intervensi makro dapat digambarkan 3 tingkatan yaitu:20 a. Melakukan intervensi terhadap individu, keluarga, dan kelompok masyarakat yang berada didaerah tertentu, misalnya saja dalam suatu kelurahan ataupun RT b. Melakukan intervensi yang agen perubahannya melalui organisasi ditingkat lokal, provinsi, ataupun pemerintahan c. Agen perubahan melakukan intervensi pada isu yang terakait pembangunan ekonomi. 3. Tahapan Pemberdayaan Tahapan pemberdayaan adalah:21 a. Tahapan Persiapan ( Engagement) Pada tahap ini di dalamnya sekurang-kurangannya ada dua tahapan yang harus dikerjakan, yaitu 1) Penyiapan petugas dalam hal ini tenaga pemberdayaan masyarakat yang bisa juga dilakukan oleh Comunnity Worker yang dipilih mempunyai latar belakang yang sangat berbeda suatu dengan yang lainnya. Misalnya saja, ada petugas yang berlatar belakang Sarjana Agama, Sarjana Ilmu Kesejahteraan Sosial, Sarjana Pendidikan dan Sarjana Ilmu Budaya. Sehingga perlu dilakukan pelatihan awal untuk menyamakan persepsi mengenai program pemberdayaan masyarakat yang akan dikerjakan di daerah tersebut

20

Ibid., h.60. Isbandi Rukminto, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas, h.251-259 21

32

2) Penyiapan lapangan merupakan prasyarat suksesnya suatu program pemberdayaan masyarakat. Community Worker pada awalnya melakukan studi kelayakan terhadap daerah yang akan dijadikan sasaran, baik informal maupun formal. Bila sudah ditemukan daerah yang ingin dikembangkan. b. Tahap Pengkajian (Assesment) Proses assessment yang dilakukan di sini dapat dilakukan secara individual melalui tokoh-tokoh masyarakat tetapi dapat juga melalui kelompok-kelompok dalam masyarakat. Pada tahap ini Community Worker berusaha mengidentifikasi masalah (kebutuhan) dan juga sumber daya yang dimiki klien. Dalam analisis kebutuhan masyarakat ini ada berbagai tehnik yang dapat digunakan untuk melakukan assessment. Baik itu dengan pendekatan kualitatif maupun kuantitatif.

Dalam

proses assessment ini, dikenal pula konsep

“kebutuhan normatif” yaitu kebutuhan berdasarkan standar norma berlaku, kadangkala suatu masyarakat tidak merasakan suatu hal sebagai kebutuhan mereka, tetapi Community Worker melihat bahwa kondisi yang ada perlu diperbaiki. c. Tahap Perencanaan Alternatif Program atau kegiatan ( Designing) Dalam proses ini petugas bertindak sebagai fasilitator yang membantu masyarakat berdiskusi dan memikirkan program dan kegiatan apa saja yang tepat dilaksanakan.dalam hal ni masyarakat secara partisipatif memcoba melibatkan warga untuk berpikir tentang masalah yang mereka hadapi dan bagaimana cara mengatasinya.

33

Upaya mengatasi permasalahan yang ada masyarakat diharapkan dapat memikirkan beberapa alternatif program dan kegiatan yang dapat mereka lakukan. d. Tahap Pemformulasi Rencana Aksi Pada tahap ini petugas membantu masing-masing kelompok masyarakat untuk memformulasikan gagasan mereka dalam bentuk tertulis, terutama bila ada kaitannya dengan pembuatan proposal kepada pihak penyandang dana. Bantuan pihak petugas ini biasanya amat diperlukan pada kelompok yang belum pernah mengajukan proposal kepada penyandang dana. e.

Tahap Pelaksanaan Program atau Kegiatan (Implementasi) Tahap pelaksanaan ini merupakan salah satu tahap yng paling penting dalam program pemberdayaan masyarakat, karena sesuatu yang sudah direncanakan dengan baik akan dapat melenceng dalam pelaksanaan di lapangan bila tidak ada kerja sama antara petugas dan warga masyarakat, maupun kerja sama antar warga. Dalam upaya melaksanakan program pemberdayaan masyarakat, peran masyarakat sebagai kader diharapkan dapat menjaga keberlangsungan program yang telah dikembangkan.

f. Tahap Evaluasi Evaluasi sebagai proses pengawasan dari warga dan petugas terhadap program pemberdayaan masyarakat yang sedang berjalan sebaiknya dilakukan dengan melibatkan warga. Dengan keterlibatan warga pada tahap ini diharapkan akan terbentuk suatu system dalam

34

komunitas untuk melakukan pengawasan secara internal. Sehingga dalam jangaka panjang diharapkan akan dapat membentuk suatu sistem dalam masyarakat yang lebih “ mandiri” dengan memanfaatkan sumber daya yang ada. Evaluasi program berguna untuk memberikan umpan balik yang berguna bagi perbaikan suatu program ataupun kegiatan. g. Tahap Terminasi Pada tahap ini merupakan “ pemutusan “ hubungan secara formal dengan komunits sasaran. Terminasi dalam suatu program pemberdayaan masyarakat, tidak jarang dilakukan bukan karena masyarakat sudah dianggap “mandiri”

tetapi lebih karena proyek

sudah harus dihentikan karena sudah melebihi jangka waktu yang ditetapkan sebelumnya.

E. Keluarga miskin 1. Pengertian Keluarga Miskin Dalam konsep sosiologi, keluarga adalah unit terkecil yang menjadi pendukung dan pembangkit lahirnya bangsa dan masyarakat. Selain itu keluarga adalah umat kecil yang memiliki pimpinan dan anggota, mempunyai pembagian tugas dan kerja, serta memilki hak dan kewajiban bagi masing-masing anggotanya.22 Kemudian miskin dalam, Al-Qur’an menyebut miskin dalam bentuk tunggal sebanyak 11 kali dan menyebut dalam bentuk jamak, 22

Rusmin Tumanggor, Sosiologi Dalam Persepektif Islam ( Jakarta: UIN Jakarta Press, 2004), h.26

35

masakin sebayak 12 kali. Jadi secara keseluruhan Al-Qur’an menyebut miskin sebanyak 23 kali. Dilihat dari segi kebahasaan istilah miskin berasal kata kerja sakana, yang akar hurufnya terdiri atas s-k-n perkataan sakana mengandung arti diam, tetap, jumud dan statis. Raghib alAshfahani mendefinisikan miskin adalah seseorang yang tidak memiliki apapun23. Miskin menggambarkan akibat dari keadaan diri seseorang atau sekelompok orang yang lemah. Penjelasaan kebahasaan tentang pengertian miskin menggambarkan akibat dari keadaan diri seseorang atau sekelompok

orang

mengembangkan

lemah.

potensi

Ketika, dirinya

seseorang secara

itu

tidak

berhasil

optimal,

yakni

potensi

kecerdasaan, mental, dan keterampilan maka keadaan itu akan berakibat langsung

pada

kemiskinan,

yakni

ketidakmampuan

mendapatkan,

memiliki, dan mengakses sumber-sumber rizki sehingga tidak memiliki sesuatu apa pun untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.24 Oleh karena itu keluarga miskin adalah seseorang atau penduduk dalam pengeluaran tidak mampu memeuhi kecukupan kosumsi makanan setara 2100 kalori per-hari ditambah pemenuhan kebutuhan pokok minimum non makanan berupa perumahan, pakaian, kesehatan dasar, pendidikan dasar, transportasi dan aneka/ jasa atau keluarga miskin adalah seseorang atau kepala keluarga yang sama sekali tidak mempunyai sumber mata pencaharian dan tidak mempunyai kemampuan untuk memenuhi

23

Asep Usman Ismail, Pengamalan Al-Qur’an Tentang Pemberdayaan Dhu’afa ( Jakarta: UIN Jakarta Press, 2008), h. 19. 24 Ibid., h.20.

36

kebutuhan pokok atau orang yang mempunyai akan tetapi tidak dapat memenuhi kebutuhan pokok keluarga yang layak bagi kemanusiaan.25 2. Indikator Keluarga Miskin Timbulnya krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1997, menyebabkan bertambahnya jumlah penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan. Faktor peningkatan ini dipengaruhi oleh meningkatnya indeks pengeluaran makanan dan non makanan yang digunakan sebagai garis kemiskinan dari BPS26. Dengan demikian indikator keluarga miskin menurut BPS adalah: a. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang. b. Jenis lantai bangunan tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan. c.

Jenis dinding tempat tinggal terbuat dari bambu/rumbia/kayu berkualitas rendah/ tembok tanpa diplester.

d. Tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama-sama dengan rumah tangga lain atau kesulitan memperoleh air bersih. e. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik. f. Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak tidak terlindung/ sungai/ air/ hujan g. Bahan

bakar

untuk

memasak

sehari-hari

adalah

kayu

bakar/arang/minyak tanah. 25

Departement Sosial RI, Direktorat Jenderal Bantuan Jaminan Sosial Dan Direktorat Bantuan Sosial Fakir Miskin, Pengembangan Usaha Ekonomi Produktif Fakir Miskin Melalui Kelompok Usaha Bersama Dan Lembaga Keuangan Mikro, 2004, h.13. 26 Artikel di akses pada tanggal 31 maret 2011 dari http://suyatno.blog.undip.ac.id/files/2009/11/13-indikator-kemiskinan.pdf

37

h. Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam seminggu. i.

Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun.

j.

Hanya sanggup makan sebanyak satu/dua kali dalam sehari.

k. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/poliklinik. l. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan, atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan di bawah RP. 600.00 perbulan m. Pendidikan tertinggi kepala kepala rumah tangga: tidak tidak sekolah/ tidak tamat SD/hanya SD. n. Tidak memiliki tabungan/barang yang mudah dijual dengan nilai Rp. 500.000, seperti: sepeda motor (kredit/non kredit), emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya.

BAB III GAMBARAN DESA LEBAK WANGI DAN GAMBARAN KELOMPOK USAHA BERSAMA MONALISA

A. Gambaran Umum Desa Lebak Wangi 1. Sejarah Desa Lebak Wangi Desa Lebak Wangi adalah sebuah Desa pemakaran dari Desa Kedaung Barat pada bulan Agustus 1980, yang masuk kepada Wilayah Kecamatan Sepatan pada saat itu dan kini Kecamatan Sepatan Timur yang juga merupakan Kecamatan pemekaran pada akhr tahun 2006. Alasan pemekaran Desa Lebak Wangi dari Desa Kedaung Barat pada saat itu Desa Kedaung Barat terlalu luas sehingga jangkaun pelyanan terhadap masyarakat dirasa kurang maksimal, sehingga dilakukan pemekaran Desa Lebak Wangi. Nama Lebak Wangi dari dua suku kata yaitu Lebak dan Wangi, Lebak adalah sebuah tempat atau sebuah kampung yang daerahnya berbatasan desangan Desa Karet Kecamatan Sepatan. Wangi diambil dari sebuah kampung atau tempat dimana daerah tersebut terkenal dengan hasil kerajinannya dan pengasilan pertanian, seperti Kampun Lebak terkenal dengan pandai besinya. Kampung Bayur terkenal ubi atau singkongnya serta Kampung Bayur pengsil kerajinan tangan pembuat makanan yang terbuat dari singkong yaitu “ opak “ sehingga sampai-sampai kampong tersebut

38

39

dinamai Kp. Bayur Opak, jadi wangi adalah nama lain dari kata terkenal, termasuk atau kata termashur karena hasil kerajinan dan penghasil pertanian tersebut, maka jadilah Desa “ Lebak Wangi “.1 2. Sejarah Pemerintahan Desa Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batasbatas wilyah dan berwenang untuk mengatur serta mengurus kepentingan masyarakatnya berdasarkan asal usul, adat istiadat setempat yang diakui dan di hormati dalam system Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam menjalankan tugas pemerintahan tentunya harus berpegang kepada aturan datau sistem pemerintahan yang dianut oleh pemerintahan yang lebih tinggi, baik itu Pemerintah Kecamatan, Kabupaten/ Kota Propinsi atau Pemenrintahan Pusat. Situasi pemerintahan kini dengan pemerintahan yang lalu sangat berbeda yang dipengaruhi perkembangan pembangunan dan

Era

Globalisasi serta transpaaransi, namun harus tetap berpedoman kepada azas pancasila dan undang-undang Dasar 1945 yang mempunyai cita-cita luhur. 3. Kondisi Geografi Letak Desa Wangi secara geografis membentang dari utara ke selatan dengan bentangan 3,2 km dan membujur dari Barat ke Timur sepanjang 3,3 km sungai cisadane yang berada disebelah Timur merupakan 1

Rencana Pembangungan Jangka Menengah Desa dab Rencana Kerja Pembangunan Desa Lebak Wangi, Kabupaten Tangerang 2011-2015. h. 3.

40

batas wilyah yang memisahkan Desa Lebak Wangi dengan wilayah Kota Tangerang, sedangkan batas-batas ini seperti Utara dibatasi dengan saluran air tersier begitu juga batas disebelah Barat bagian Utara dibatasi oleh saluran air tersier dan jalan serta dibagian Selatan batasannya hanya pemukiman penduduk dan persawahan. Dengan kondisi lahan yang data Desa Lebak Wangi mempunyai luas wilayah 525 Ha yang sampai saat ini lahan pertanian sawah masih dominan dan merupakan lahan subur yang cocok untuk tanaman padi dan jenis sayuran, sedangkan sebagaiannya merupakan pemukiman pendududk perumahan KPR-BTN, yang rumah industri dan kegiatan ekonomi lainnya. Kepadatan penduduk Desa Lebak Wangi masing-masing wilayah tidak merata dan wilyah yang paling padat penduduknya adalah wilayah RW.08 RW.02

dan RW.04 sedangkan wilayah RW. 01 dan RW. 03

kepadatan penduduknya masih tergolong sedang. Desa Lebak Wangi dengan jumlah penduduk 22.367 jiwa merupakan hasil sensus penduduk pada tahun 2010 dan terletak diatas 6M diatas permukaan air laut dengan batas-batasnya wilyah sebagai berikut : -

Sebelah Utara

: Desa Kedaung Barat dan Jatimulya

-

Sebelah Timur

: Sungai Cisadane atau kec. Neglasari

-

Sebelah Selatan : Kec. Periuk dan Periuk Jaya

-

Sebelah Barat

: Desa Karet dan Pondok Jaya

Suhu udara rata-rata berkisar antara 27° s/d 33° C kareana letak Desa Lebak Wangi tidak terlalu jauh dari pantai utara dan kurang lebih

41

jaraknya 7,5 Km. Hal ini sangat mempengaruhi suasana pantai/ iklim pantai. 4. Kondisi Demografi Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010 Desa Lebak Wangi berpenduduk sebanyak 22.367 jiwa yang terdiri dari : -

Jumlah Pendudk Laki-laki

: 11.586 jiwa

-

Jumlah Pendudk Perempuan

: 10.781 jiwa

-

Jumlah Rumah Tangga

: 4.828 RMT

-

Jumlah Kepala Keluarga

: 5.351 KK

Adapun Desa Lebak Wangi yang mengikuti program Kelompok Usaha Bersama ( KUBE) sampai tahun 2011 berjumlah 10 (KK) dari jumlah 22.36 KK. 5. Kondisi Sosial a. Kondisi Kehidupan Beragama Masyarakat di Desa Lebak Wangi sebagaian besar menganut berbagai macam-macam agama antara lain -

Agama islam

: 20.115 Jiwa

-

Agama Kristen

: 188

Jiwa

-

Agama Budha

:

27

Jiwa

-

Agama Hindu

:

22

Jiwa

-

Kong Hucu

: 2.015 Jiwa

42

b. Tingkat Pendidikan Pada dasarnya pendidikan merupakan

salah satu indikator

penentuan berhasilnya suatu daerah dalam pembangunan. Pendidikan berkaitan dengan berlangsungnya dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Dengan demikian pendidikan pada masyarakat desa lebak wangi. -

Belum Sekolah

: 1.219 Jiwa

-

SD

: 5.703 Jiwa

-

SLP

: 4.812 Jiwa

-

SLA

: 4.141 Jiwa

-

Diploma/ Sarjana

: 5.700 Jiwa

-

Buta Aksara

: 784

Jiwa

6. Kondisi Ekonomi Jenis mata pencaharian masyarakat desa bermacam-macam seperti Petani 254

Jiwa, pedagang 1.115 Jiwa, peternak 0 Jiwa, buruh

karyawan 2.117, PNS 212 Jiwa, buruh bangunan 577 Jiwa, perangkat desa 16 Jiwa, TNI 26 Jiwa, penjahit 154 Jiwa, perangakt desa 16 jiwa, lain-lain 955 jiwa, pensiunan 154 jiwa, petani 1.470 jiwa, tukang kayu 244 jiwa.

43

B. Kelompok Usaha Bersama Monalisa 1. Profil Kelompok Usaha Bersma Monalisa Kelompok Usaha Bersama “ Monalisa” Lebak Wangi Kecamatan Sepatan Timur berdiri pada Tahun 2008 yang dibentuk oleh Dinas Sosial Kabupaten Tangerang. KUBE ini dibentuk dengan latar belakang ingin meningkatkan kesejahteraan atau pengembangan usaha ekonomi keluarga miskin, karena begitu banyaknya pengangguran dan anak-anak putus sekolah yang hanya berdiam diri dan mengakibatkan kemiskinan.2 KUBE Monalisa Berawal dari pembuatan kue biasa yang dikelola oleh pribadi bergerak pada pembuatan kue kering seperti keripik, peyek, keripik pisang dll.

Pada perjalanannya pembuatan kue-kue kering

tersebut banyak yang memesan sehingga pada tahun 2004 mendapatkan program bantuan dana bergulir dari P2Kp, yang kemudian pada tahun 2009

kelompok

tersebut menjadi

KUBE Monalisa

dengan jumlah

anggota sebanyak 5 orang. Pada tahun tersebut pula mendapatkan bantuan pembeberdayaan bantuan dari Dinas Provinsi Banten melalui Dinas Sosial Kabupten Tangerang yang berupa alat-alat masak dan bahan-bahan pembuatan kue.3 KUBE Monalisa tersebut berkembang dan mendapatkan bantuan kembali dari Dinas Sosial Kabupaten Tangerang dan berdasarkan pengamatan dan survei, tersebut akhirnya pada tahun 2010.

2 3

Profil KUBE Monalisa. h, 2. Wawancara Pendamping Kube M.Syubur Pada Tanggal 07-05-2011 jam 15.00

44

Dinas Sosial Kabupaten Tangerang melalui anggraran APBD, KUBE mendapatkan bantuan berupa peralatan pembuatan Kue. Jumlah angota kube menjadi bertambah sebanyak 10 orang dengan 8 anggota Wanita dan 2 Orang pria. Sehingga KUBE dapat meberdayakan warga masyarakat tempat yang tidak mempunyai penghasilan tetap menjadi mendapatkan penghasilan dan mengangkat taraf status kehidupan sosial.4 2. Visi, Misi dan Tujuan KUBE Monalisa Suatu program atau organisasi agar berjalan dengan lancar harus mempunyai visi, misi dan tujuan yang berguna untuk program tersebut menjadi terarah begitu juga dengan KUBE Monalisa mempunyai visi, misi dan tujuan seperti.5 a. VISI 1) Menumbuhkembangkan semangat wirausaha bagi pelaku usaha bersama 2) Menunjukan kemandirian usaha sosial dalam meningkatkan ekonomi keluarga 3) Meingkatkan taraf hidup masyarakat miskin pedesaan b. Misi 1) Membangun kebersamaan antar sesama anggota kelompok 2) Menumbuhkan rasa kesetikawanan sosial antara anggota dan masyarakat

4 5

Wawancara Pendamping Kube M.Syubur Pada Tanggal 07-05-2011 jam 15.00 Profil KUBE Monalisa, h.3

45

3) Meningkatkan taraf hidup kesejahteraan ekonomi keluarga sekaligus meningkatkan status sosial di masyarakat. c. Tujuan 1) Kube menjadi harapan besar untuk membawa dampak perubahan terhadap peningkatan ekonomi keluarga miskin. 2) Meningkatkan motivasi dan kerjasama diantara anggota KUBE dalam rangka pengelolaan dan pengembangan usaha yang dilakukan anggota. 3) Meningkatkan pendapatan para anggota KUBE sehingga mampu mengatasi masalah-masala yang ada. 4) Meningkatkan kepedulian para anggota KUBE dalam menangani masalah sosial yang ada dilingkungannya 5) Meningkatkan kesejahteraan sosial para anggota KUBE. 3. Kegiatan Pemasaran Pada dasarnya KUBE MONALISA memiliki target pemasaran untuk menjual hasil yang telah dilakukan oleh anggota KUBE untuk mendapatkan hasil yang baik dengan target.6 a. Target Pemasaran Target pemasaran adalah di lingkungan sekitar Kecamatan Sepatan Timur, pasar-pasar, agen dan penjual keliling yang ada di Desa Lebak Wangi Tangerang.

6

Ibid., h.4

46

b. Aspek Harga Harga jual kue didasarkan pada harga pasar, kondisi makanan atau kue dan juga memperhitungkan biaya produksi yang dikeluarkan. Oleh karena itu penjualan

dilakukan dengan melihat situasi dan

kondisi harga pasar terlebih dahulu. c. Jalur Pemasaran Jalur Pemasaran terdiri dari : 1) Jalur langsung : KUBE MONALISA

Pembeli membeli di tempat KUBE

Produksi 2) Jalur tidak langsung KUBE MONALISA

AGEN

PASAR

4. Struktur Organisasi KUBE Monalisa Penyelengara kegiatan ini melalui

Kelompok Usaha Bersama

KUBE “ Monalisa mempunyai sruktur penanggungjawab sebagai berikut : Nama KUBE

: Monalisa

Alamat KUBE

: Desa Lebak Wangi RT02/07

Ketua

: Farida Nuraeni

Fasilitator

: PSM

47

KETUA

PENDAMPING M. SYUBUR

FARIDA NUR’AENI

BENDAHARA

SEKRETARIS

RAMAH

Anggota

Anggota

Sinah

Nani

ISAH

Anggota Siti. S

Anggota Bayu.F

Anggota Ika

Anggota

Anggota

Oman

Nursinah

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS

A. Peran Pekerja Sosial Masyarakat Kelompok Usaha Bersama di Desa Lebak Wangi Kecamatan Sepatan Timur Tangerang Dari hasil penelitian, bahwa peran pekerja sosial masyarakat yang dilaksanakan melalui

Dinas Sosial Kabupaten Tangerang dan dilakukan

Pekerja Sosial Masyarakat di Desa Lebak Wangi yang berfungsi sebagai pendampingan

dalam

pemberdayaan

keluarga

miskin

dengan

cara

pembentukan pekerja sosial masyarakat yang cakupannya sebagai pendamping yang terlebih dahulu dan

peran pekerja sosial masyarakat kemudian

kegiatannya adalah : 1. Pembentukan Pendamping Sosial Desa (Pekerja Sosial Masyarakat) Cara pembentukan untuk pendamping Kelompok Usaha Bersama ada pekerja sosial dari desa harus dari lokasi program yang akan dilaksanakan program KUBE, awalnya mendata orang-orang LSM dan melalui tokoh-tokoh masyarakat setempat yang di ungkapkan pada bidang perencanaan sosial di Dinas Sosial Kabupaten Tangerang berikut ini : “ Awalnya dari Dinas mendata orang-orang LSM kemudian dilatih pendidikan peksos dasar dari Dinas Sosial yang dilaksanakan untuk pendamping sosial waktu 8 hari di Lembang dari kementrian Sosial. Dan backround TKSK dan PSM yang ada di tiap Desa terutama TKSK harus lulusan S1/ lulusan Kessos tetapi walaupun tidak lulusan kessos harus mengusai materi materi tentang kessos dan mengikuti pelatihan pendampingan selama 12 hari yang dilaksanakan oleh Dinas Sosial untuk mendapatkan pengetahuan

48

49

menjadi seorang peksos. PSM minimal SMA dan siap menjadi seorang pendamping masyarakat “.1 Biasanya Dinas Sosial memilih pekerja sosial yang siap untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab untuk bidang pemberdayaan, dan bertanggung jawab atas program yang diberikan dari Kementriaan Sosial, dan siap mengikuti pelatihan-pelatihan yang di berikan oleh Dinas Sosial. Agar program KUBE dapat aktif dan berkembang untuk mendapatkan hasil yang baik dan disinilah pekerja sosial dipilih yang berkualitas. Tetapi dalam pemberdayaan keluarga miskin melalui program KUBE yang berada di Desa Lebak Wangi Kecamatan Sepatan timur, yang aktif adalah seorang pekerja sosial masyarakat. Oleh karena itu pekerja sosial masyarakat di Desa Lebak Wangi juga mempunyai pengetahuan yang sudah memenuhi kriteria artinya pekerja sosial masyarakat, dapat bertanggung jawab untuk di lokasi Kelompok Usaha Bersama. Oleh karena itu

Pekerja Sosial Masyarakat adalah seorang pendamping sosial

masyarakat yang bekerja pada tingkat desa yang di kemukakan berikut ini: “PSM kedudukannya di Desa, PSM hanya pelatihan dasar peksos PSM sukarelwan murni PSM SKnya dari Desa IKPSM”.2 Pekerja sosial maasyarakat selalu memantau setiap minggu, pekerja sosial masyarakat harus dari

lokasi yang sedang berjalannya

program. Dalam pemberdayaan keluarga miskin pekerja sosial masyarakat

1 Jan Peter Situmorang (Bidang Perencanaan Sosial) di Dinas Sosial, Kabupaten Tangerang Wawancara Pribadi, Tangerang, 06 Mei 2011 2 Jan Peter Situmorang (Bidang Perencanaan Sosial) di Dinas Sosial, Kabupaten Tangerang Wawancara Pribadi, Tangerang, 06 Mei 2011

50

sangat diperlukan yang di ungkapkan pada Pekerja Sosial Masyrakat berikut ini: “ PSM adalah awalnya KUBE terbentuk melalui PSM, PSM melihat potensi atau kemampuan di tiap daerahnya kemudian saya mengajukan ke kecamatan dan dari kecamatan di ajukan ke Dinas Sosial Tangerang “.3 Proses pengembangan usaha adalah seorang Pekerja Sosial Masyarakat yang mana berguna untuk mengembangkan KUBE agar dapat berjalan dengan baik. Seorang pekerja sosial mempunyai peran yang sangat mempengaruhi berjalannya KUBE untuk pengembangan dalam pemberdayaan keluarga miskin dan

mempunyai peran yang sangat

penting, peran yang di tampilkan oleh pekerja sosial masyarakat adalah adalah perencana, pembimbing, fasilitator, pemberi informasi, motivator, evaluator. 2. Peran Pendamping KUBE dalam Pemberdayaan Keluarga Miskin di Desa Lebak Wangi a. Perencana Setelah melakukan pembentukan yang dipilih dan diberikan pelatihan oleh Dinas Sosial Kabupaten Tangerang maka untuk pembentukan KUBE di Desa Lebak Wangi adalah Tahap pertama dalam pemberdayaan adalah tahap persiapan dimana menyiapkan petugas pekerja sosial melakukan sosialisasi program, pembentukan KUBE, yang dalam tahap ini dilakukan pekerja sosial desa (PSM), 3

M. syubur (Pendamping Sosial Masyarakat PSM ) di kecamatan Sepatan Timur, Kabupaten Tangerang Wawancara Pribadi, Tangerang, 06 Mei 2011

51

dan instansi terkait seperti Dinas Sosial Kabupten Tangerang. Melalui tiap tiap Desa yang ingin mengikuti program KUBE yang ungkapkan oleh pendamping sosial (PSM) : “Itu pertama sosialisasi program, pendataan dahulu, penentuan kriteria, penentuan lokasi KUBE baru penetapan layak atau tidaknya seseorang untuk mendapatkan bantuan. Klo KUBE terbentuk itu bebas tergantung kriteria yang diperlukan, yang penting mempunyai potensi yang dimilki. Apalagi klo KUBE sudah mempunyai tempat itu lebih bagus lagi”.4 Pembentukan KUBE yang dilakukan oleh pekerja sosial desa (PSM) dilakukan dengan cara melihat potensi keluarga miskin yang diterima, memilih tempat pemberdayaan yang akan dijadikan pemberdayaan kemudian mendata calon binaan KUBE. Biasanya Pekerja Sosial Masyarakat, yang melakukan penentuan kriteria itu, tergantung apa yang di butuhkan oleh calon binaan yang akan menjadi atau terbentuknya KUBE contohnya seperti membuat usaha warung, tata boga, konveksi, bengkel dll. Dan terbentuknya KUBE Monalisa adalah yang di ungkapkan oleh Pekerja Sosial Masyarakat : “ ya, awalnya ibu farida itu seorang ibu rumah tangga yang mempunyai bakat untuk membuat kue-kue kering tetapi ibu farida tidak mempunyai cukup dana untuk memasarkan dan membuat kue banyak pesanan, akhrinya saya sebagai PSM setempat mempunyai inisiatif agar ibu farida dibuatkan KUBE dari Dinas Sosial kemudian saya mengajukan ke TKSK dan TKSK melihat kemudian didata calon binaan, setempat agar membuatkan pesyaratan-persyaratan yang akan diajukan agar ibu farida dibuatkan KUBE setelah ibu Farida dibuatkan KUBE oleh Dinas

4

M. Syubur (Pekerja Sosial Masyarakat ) di kecamatan Sepatan Timur, Kabupaten Tangerang Wawancara Pribadi, Tangerang, 06 Mei 2011

52

kemudian ibu farida mempekerjakan masyarakat sekitar yang mau bekerja di KUBE”.5 Oleh karena itu peran pekerja sosial masyarakat dalam tahap persiapan sangatlah dibutuhkan untuk penunjang jalan KUBE Monalisa tersebut melalui pekerja sosial masyarakat, sangat penting untuk

terbentuknya KUBE.

disni perannya sebagai perencana.

Perencana bertugas sebagai -

Mendata atau survey suatu lokasi dalan tahap pemberdayaan

-

Menyaksikan bantuan penyaluran bantuan untuk paket usaha

-

Pembinaan berkala

-

Pelaporan pengembangan

b. Pembimbing Pada tahap pengkajian ini tahap dimana pendamping melihat dapat menyelesaikan masalah sebelum atau sudah menjadi anggota KUBE, pendamping disini harus bisa melihat sumber daya, anggota KUBE harus secara aktif dapat menyelesaikan masalah pendamping hanya sebagai pembimbing dan pengarah dalam kebutuhan dan masalah anggota KUBE dapat yang di ungkapkan berikut ini : “Masalah sebelum menjadi KUBE Masyarakat menjadi takut program apa ini, Klo sudah masuk data kapan anggaran turun, kecemburuan dari seseorang ke orang lain karena tidak ikut dalam KUBE. Masalah sesudah menjadi KUBE Laporan, lalai dalam pelaporan bulan, administrasi akhir yah pendamping yang selalu mengarahkan dan memberikan masukan-masukan atau membimbing KUBE, pola kemiraan kadang susah Pendamping 5

Farida nuraeni (Ketua KUBE Monalisa) di kecamatan Sepatan Timur, Kabupaten Tangerang Wawancara Pribadi, Tangerang, 06 Mei 2011

53

sebagai pengarah sajah, dan pemberi informasi pendamping sudah mengasih jalan agar KUBE bergerak sendiri yah itu sih tergantung KUBE itu sendiri, penghasilan di KUBE itu minim tergantung job kerja, tetapi manajemen harus di pegang oleh pengurus agar dapat berkembang. Kebutuhannya KUBE Semua KUBE sama yaitu pendaan yang cukup atau anggaran, barang-barang yang diperlukan “.6 Dalam proses pendampingan yang dilakukan pekerja sosial masyarakat KUBE, sebelum terbentuknya KUBE bisa menyakinkan keluarga miskin agar tidak takut untuk mengikuti program KUBE, dan jangan sampai adanya kecemburun sosial diantara masyarakat yang tidak dapat program KUBE. Ini dilakukan terlebih dahulu pendataan dan survey rumah keluarga miskin apakah berhak mendapatkan program KUBE. Pendamping ini biasanya dilakukan oleh pekera sosial masyarakat setempat. Kemudian agar KUBE berjalan perlu adanya laporan bulan, dan

membuat admistrasi yang dilakukan di dalam

KUBE, pekerja sosial biasanya hanya memberi masukan agar tugas yang dilakukan untuk kemanjuan dapat berkembanng, kebutuhan yang ada di perlukan KUBE adalah kebutuhan material oleh karena itu KUBE harus membuat profil atau kegiatan organisasi, agar pihak provinsi tiap tahun bisa membantu KUBE disinilah pendamping membagai ilmu untuk pembuatan profil dll.

6

M. Syubur (Pendamping Sosial Masyarakat ) di kecamatan Sepatan Timur, Kabupaten Tangerang Wawancara Pribadi, Tangerang, 06 Mei 2011

54

KUBE Monalisa memerlukan tempat usaha yang lebih luas dan memerlukan anggaran dana yang yang di ungkapkan oleh ibu farida sebagai berikut : “Klo soal kebutuhan saya ingin membuat tempat usaha pgn nya sih pisah untuk tempat produksi karena kan slama ini klo produksinya dirumah saya neng. Dan alat-alat masak buat pembuatan kue”.7 Pekerja sosial masyarakat dalam hal ini belum bisa memenuhui keinginan ibu Farida karena butuh proses yang sangat lama untuk pemenuhan pencapaian ini. Tetapi kalau soal dana atau anggaran pekerja sos sampai ial masyarakat, saat ini sudah melakukan tugasnya dengan baik, karena setiap tahunnya KUBE Monalisa mendapatkan anggaran walaupun dana yang ada tidak terlalu besar jumlahnya. c. Fasilitator Pekerja sosial dalam tahap kegiatan ini, mencoba melibatkan anggota KUBE agar anggota bisa mengerti tentang kebutuhan apa yang inginkan, mengembangkan potensi setiap anggota KUBE. Pekerja sosial disini sebagai fasilitator yang membantu masyarakat berdiskusi dan memikirkan bagaimana kegiatan bisa terlaksana dengan baik yang diungkapkan berikut ini Pekerja Sosial Masyarakat: “Pendamping sebatas memotivasi, membina, dan agar anggota KUBE tidak bingung dengan adanya program ini dikarenakan anggota KUBE sebagain besar adalah orang-orang yang kurang pengetahuannya tetapi saya tidak ikut dalam kegiatan tetapi hanya memantau sajah”.8 7 Farida nuraeni (Ketua KUBE Monalisa) di kecamatan Sepatan Timur, Kabupaten Tangerang Wawancara Pribadi, Tangerang, 06 Mei 2011 8 M.Syubur (Pendamping Sosial Masyarakat ) di kecamatan Sepatan Timur, Kabupaten Tangerang Wawancara Pribadi, Tangerang, 06 Mei 2011

55

Pekerja sosial anggota

KUBE

dalam

tersebut,

mendampingi dalam

tidak begitu aktif yang aktif adalah pekerja

sosial

masyarakat

hanya

dibutuhkan untuk memberi masukan untuk

KUBE. Dan kelompok anggota KUBE harus membuat kesepakatan yang akan dijalankan oleh anggota, dalam tahap ini pendamping harus bersikap

netral dan

sepenuhnya

memberikan keputusan

atau

kesepakatan. Seperti yang di kemukakan oleh Ibu Farida dalam tahap kegiatan pendamping melibatkan saya, apa yang dibutuhkan oleh saya dan anggota seperti tujuan saya ikut KUBE adalah : “ Saya ingin membantu masyarakat dari pada menganggur lebih baik bekerja agar lebih produktif dan dapat membantu masalah ekonomi keluarga. Potensi yang ibu miliki adalah pembuatan kue kue kering. Dan hal ini PSM menyetujuinya”.9 Pekerja sosial masyarakat disini yang paling berpengaruh dalam

kegiatan, karena pekerja sosial masyarakt terlebih dahulu

melihat

potensi dan kemampuan apa saja yang bisa memberikan

manfaat. Kemudian pekerja sosial masyarakat menyetujui apa yng di inginkan oleh anggota. Pekerja sosial masyarakat menyerahkan semua kepada anggota KUBE. Pekerja sosial masyarakat

hanya mendampingi kalau ada

masalah-masalah saja. Kemudian pekerja sosial masyarakat juga

9

Farida nuraeni (Ketua KUBE Monalisa) di kecamatan Sepatan Timur, Kabupaten Tangerang Wawancara Pribadi, Tangerang, 06 Mei 2011

56

membentuk kepengurusan atau manajemen KUBE karena agar kegiatan KUBE dapat berjalan efektif. Pekerja sosial masyarakat memotivasi kelompok untuk membentuk kepengurusan yang terdiri dari ketua, sekertaris dan bendahara. Untuk itu, pekerja sosial perlu menjelaskan maksud dan tujuan di bentuknya kepengurusan dalam suatu kelompok. Dan pendamping memberikan penjelasan mengenai karakter, tugas dan tanggung jawab pengurus. d. Pemberi informasi Pekerja sosial masyarakat pada tahap pemformulasian rencana aksi sebagai pemberi informasi yang berguna untuk mencari mitra kerja untuk hasil KUBE di pasarkan. Membantu KUBE mendapatkan bantuan agar KUBE dapat terus bekembang, mandiri di butuhkanlah seorang yang mampu berkomunikasi pada pihak-pihak yang terkait, pendamping dalam tahap ini pekerja sosial masyarakat, bisa dibilang mempromosikan hasil-hasil binaannya. Yang di ungkapkan berikut ini: “Mencari Pola mitra kerja, pendorong pembentukan koprasi, LKM. Dan Kita bisa mengajukan penyesuaian program mencoba memfasilitasi baik Dinas Sosial kabupaten dan Provinsi, awal dari pendamping kemudian Dinas dan pendamping menyiapkan syaratsyarat yang diperlukan agar KUBE mendapatkan bantuan”.10

10

M. Syubur (Pekerja Sosial Masyarakat ) di kecamatan Sepatan Timur, Kabupaten Tangerang Wawancara Pribadi, Tangerang, 06 Mei 2011

57

Pekerja sosial harus bisa memberikan yang terbaik untuk warga binaannya. Bertugas untuk membantu syarat-syarat yang dibutuhkan anggota mendapatkan program bantuan tiap tahun dari pihak provinsi. Dalam melaksanakan tugas pendampingan sosial, para pekerja sosial dapat menjalakan peran yang berhubungan dengan KUBE. Agar tidak keliru mana peran dan tugas yang dijalankan oleh pendamping yang di kemukakan berikut ini : “Peran yang dilakukan oleh pendamping sama dengan tugas tetapi ini lebih di lihat oleh masyarakat seperti pembimbing, pemberi informasi, motivator, perencana, fasilitator, evaluator kemudian juga pada intinya pendamping bukan sebagai penyembuh tetapi untuk meningkatkan atau memperbaiki kapasitas mereka dapat menjalankan kehidupan dan memperbaiki status sosial”.11 Pekerja sosial masyarakat harus mempunyai visi dan misi yang baik dalam suatu program, mempunyai tujuan memilih tempat yang akan dijadikan sasaran kegiatan. Kemudian pendamping di KUBE harus mempunyai kemampuan dan keterampilan mampu memberikan masukan, saran, penilaian, mengerti, memahami setiap ada persoalan atau kendala yang dihadapi oleh KUBE. Ini dilakukan oleh pekerja sosial masyarakat yang

memberikan atau mencari apa yang

dibutuhkan untuk pembuatan kue-kue kering di dalam KUBE. Melihat dari penelitian bahwa peran pendamping yang sangat mempunyai peran yang sangat banyak dalam pengembangan KUBE adalah seorang pekerja sosial masyarakat, yang setiap minggunya 11

Jan Peter Situmorang (Bidang Perencanaan Sosial) di Dinas Sosial, Kabupaten Tangerang Wawancara Pribadi, Tangerang, 06 Mei 2011

58

melakukan pemantuan untuk kelangsungan KUBE. Membantu apa yang di inginkan KUBE dan memberikan masukan yang bisa membuat KUBE maju ini di ungkapkan oleh Ibu Farida bahwa : “Kalo saya memgetahui yah Cuma pemantauan sajah, pak subur selalu memantau dan mendampingi kalo ada kendala-kendala didalam KUBE. Malah klo TKSK mah jarang neng kan dia mah sekecamatan jadi Cuma sesekali saja klo PSM malah yang sering”.12 Pekerja sosial masyarakat, mengajak masyarakat untuk bekerja bukan berdasarkan kebutuhan apa yang dirasakan oleh pekerja sosial saja, tetapi diawali dari kebutuhan apa yang memang dirasakan oleh masyarakat. Pekerja sosial masyarakat tidak dapat memaksakan untuk melibatkan masyarakat pada sesuatu yang mereka belum siap. Oleh karena itu tugas pendamping hanya sebagai pendukung, membina KUBE. Tugas pendamping sebagai melaksanakan pemantuan yang berada di dalam KUBE, menilai terhadap kekurangan dan kelebihan KUBE guna peningkatan hasil yang akan dicapai pada waktu kegiatan berikutnya, mengarsipkan kegiatan-kegiatan yang dilakukan KUBE, penyuluhan sosial, mampu mendayagunakan sistem kelembagaan yang berada di lingkungannya. e. Motivator Pada tahap ini pelaksanaan program atau kegitan pekerja sosial mayarakat sebagai motivator melakukan pendampingan secara rutin 12

Farida nuraeni (Ketua KUBE Monalisa) di kecamatan Sepatan Timur, Kabupaten Tangerang Wawancara Pribadi, Tangerang, 06 Mei 2011

59

tiap minggu guna untuk melihat sejauh mana perkembanganya KUBE. Pekerja sosial masyarakat melakukan pengembangan program dengan cara merubah sikap dan pola pikir mereka. Pada tahap motivator pekerja sosial masyarakat melihat sejauh mana hasil KUBE dikembangkan dan mengapa KUBE perlu adanya motivator. Selain itu pada tahap motivator pekerja sosial melakukan kerja sama dengan anggota untuk berjalannya kegiatan yang di ungkapkan pada pekerja sosial masayarakat : “Cara pemasaran KUBE Monalisa yaitu adanya pedangang keliling yang mengambil hasil produksi KUBE untuk di jual kemudian ada juga membeli di tempat KUBE, dan ibu Farida memasarkan ke warung-warung terdekat, trus agen membeli ke tempat KUBE baru di jual di pasar “.13 Terlihat bahwa pekerja sosial masyarakat sebagai motivator membantu KUBE agar berkembang dan berjalan disni pekerja sosial masyarakt bekerja sama dengan warga sekitar agar turut membantu berjalannya program KUBE tersebut. Dan pekerja sosial masyarakat dapat menjaga program ini dengan cara selalu memberikan motivasi kepada anggota KUBE. f. Evaluator Mengevaluasi

KUBE

dengan

Cara

pemantuan

atau

pengawasan oleh pekerja sosial masyarakat desa berikut ini : “ adanya papan nama kube identitas KUBE , Sturktur orgnanisasi, Pembukuan pelengkapan admintrasi, Produksi produktivitas 13

M. Syubur (Pendamping Sosial Masyarakat Desa ) di kecamatan Sepatan Timur, Kabupaten Tangerang Wawancara Pribadi, Tangerang, 06 Mei 2011 dan M. Syubur ( PSM) di Desa Lebak Wangi Kabupaten Tangerang Wawancara Pribadi, Tangerang 07 Mei 2011

60

berhubungan dengan hasil dan pemasarannya ,Bagi hasil keuntungannya cara bagi hasil iu sesuai kubenya, Seleksi KUBE berprsetasi, Aspek dan inventaris barang digunakan atau tidak, Ada tidaknya IKS (Iuran Kesejahteraan Sosial ), Apakah sudah memiliki dan sudah memiliki kelembagaan mikro. Ya, tentu pengawasan yang dilakukan pendamping setiap minggu dan pertemuan wajib 1 bulan atau rapat bulan”.14 Pekerja sosial masyarakat berusaha memberikan yang terbaik untuk warga binaannya karena menjadi seorang pendamping tidaklah mudah mempunyai tanggung jawab yang besar kepada masyarakat. Mengevaluasi KUBE bermaksud untuk apa yang di inginkan KUBE selama tahap pemberdayaan berlangsung. Selanjutnya apa yang sudah dijalankan dalam dan apakah hasil yang diterima untuk KUBE itu sendiri maupun masyarakat. Kemudian tidak ada tahap terminasi dalam pendampingan yang dilakukan oleh pekerja sosial masyarakat Desa di dalam KUBE yang di ungkapkan sebagai berikut : “Tidak ada tahap terminasi walaupun KUBE itu sudah berkembang atau maju tetap selalu di dampingi terus karena apabila KUBE itu berkembang maka pihak provisi selalu memberika bantuan. Tahap terminasi dilakukan apabila KUBE sudah mandiri dan tidak lagi menerima bantuan yang diberikan oleh Dinas Sosial ataupun provinsi”.15 Karena KUBE selalu di damping karena Karena keterbatasan SDM, 14

kemudian prodak pemasaran mekanisme pemasaran KUBE

M. Syubur (Pendamping Sosial Masyarakat Desa ) di kecamatan Sepatan Timur, Kabupaten Tangerang Wawancara Pribadi, Tangerang, 06 Mei 2011 dan M. Syubur ( PSM) di Desa Lebak Wangi Kabupaten Tangerang Wawancara Pribadi, Tangerang 07 Mei 2011 15 M. Syubur (Pendamping Sosial Masyarakat Desa ) di kecamatan Sepatan Timur, Kabupaten Tangerang Wawancara Pribadi, Tangerang, 06 Mei 2011 dan M. Syubur ( PSM) di Desa Lebak Wangi Kabupaten Tangerang Wawancara Pribadi, Tangerang 07 Mei 2011

61

hanya memproduksi hasil tetapi KUBE tidak tahu bagaimana cara pemasarannya disinilah pekerja sosial masyarakat sangat di perlukan menjadi penghubung untuk memasarkan hasil KUBE karena KUBE itu kan banyak orang-orang miskin atau keluarga miskin yang pengetahuannya terbatas.

B. Kegiatan Pekerja Sosial Masyarakat Kelompok Usaha Bersama dalam Pemberdayaan Keluarga Miskin di Desa Lebak Wangi Kecamatan Sepatan Timur Tangerang. 1. Menumbuhkan Kepercayaan Proses ini adalah kegiatan yang dilakukan pendamping melalui pekerja sosial masyarakat melakukan perencanaan dan kemudian melaksanakan program yang terencana dalam membantu anggota dengan cara menciptakan hubungan pribadi dengan para tokoh masyarakat, seperti : tokoh agama, tokoh adat, dan pihak-pihak yang terkait dilingkungan mereka. Karena dalam hal ini tokoh-tokoh masyarakat sangatlah penting guna membangun sebuah pemberdayaan agar berjalan dengan lancar. 2. Menciptakan Kesepakatan Kemudian pekerja sosial masyarakat, melakukan proses kegiatan yaitu menciptakan kesepakatan agar dalam tahap pemberdayaan tidak mudah pecah, kesepakatan kelompok ini dilakukan oleh pekerja sosial masyarakat, apa yang diinginkan oleh anggota dan usaha apa yang ingin dijalankan untuk kedepannya. Pekerja Sosial masyarakat membantu

62

anggota agar memastikan kesediaan mereka menerima pendamping sosial dalam membantu melaksanakan kegiatan dibidang sosial ekonomi atau kelembagaan. 3. Membentuk tim kerja kelompok Dalam Proses kegiatan KUBE dibutuhkan tim kerja kelompok yang terencana dalam membantu klien guna memecahkan masalahnya melalui pembentukan tim kerja kelompok sesuai dengan uraian tugas disepakati oleh anggota KUBE. Setelah menerapkan warga binaan yang masuk pada program KUBE, pekerja sosial masyarakt memfasilitasi untuk pertemuan awal yang dihadari oleh warga binaan yang terdata. Pada kesempatan ini pekerja sosial masyarakat mensosialisasikan program KUBE, mengakaji kebutuhan anggota KUBE., mengkaji konsep serta maksud dan tujuan dari pembentukan kelompok. Pembentukan kelompok yang dilakukan oleh pekerja sosial masyarakat guna mewujudkan semangat dan kegiatan yang kooperatif.

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dengan cara pengumpulan data melalui wawancara, studi dokumentasi, dan observasi ke KUBE Monalisa mengenai peran pendampingan KUBE pada program pemberdayaan keluarga miskin dapat penulis simpulkan bahwa : 1. Pelaksanaan peran

pendampingan yang dilakukan

PSM, dilakukan

dengan 6 tahap pendampingan, yaitu : a. Perencana pendamping melakukan persiapan untuk

binaan yaitu

pendamping melakukan sosialisasi program, pendataan, dan kebutuhan pada anggota mempersiapkan segala kebutuahan KUBE, menentukan tujuan dan mengembangkan potensi pada anggota KUBE Monalisa dan penentuan lokasi b. Pembimbing

pekerja

sosial

masyarakat

sebagai

pembimbing

mengarahkan dan membina KUBE agar bisa mengembangkan KUBE secara aktif dan membimbing dalam hal pembukuan dan segala manajemen KUBE Monalisa. c. Pemberi Informasi pekerja sosial masyarakat, bisa membantu dalam hal memasarkan hasil KUBE Monalisa, yang sekarang hasil KUBE Monalisa bisa diterima dipasaran seperti di agen kue-kue kering, warung-warung dll.

63

64

d. Motivator pekerja sosial masyarakat memberikan rangsangan dan dorongan semangat kepada anggota KUBE dan bisa mengembangkan anggota menjadi masyarakat yang mandiri. Pendamping juga melakukan monitoring setiap minggu. Sehingga mereka dapat mengenali masalah yang ada pada KUBE Monalisa. e. Fasilitator Pekerja sosial masyarakat memberikan kemudahan dengan cara memenuhi kebutuhan baik berupa barang, peralatan yang diperlukan KUBE atau mencari dana untuk kemajuan KUBE Monalisa dan dapat mengelola hasil KUBE f. Evaluator Pekerja bulannya dan

sosial masyarakat melakukan evaluasi setiap

dapat memberikan penilaian, saran dan masukan,

kepada KUBE tentang pilihan mana yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Disamping itu, pendamping dapat memberika penilaian terhadap hasil KUBE. Namun dari pendampingan yang dilakukan oleh dan pekerja sosial masyarakat, kepada KUBE Monalisa tidak secara khusus melakukan terminasi atau tahap pemutusan hubungan. Karena waulupun KUBE sudah berkembang dan tumbuh maju, KUBE perlu pendamping agar KUBE selalu berjalan dan hasil KUBE terus berkembang, kalau KUBE berkembang dengan maju maka banyaklah warga-warga miskin yang dapat diberdayakan. Pada program KUBE yang digulirkan oleh pemerintah membawa dampak baik sekali, dan mengapa harus KUBE karena KUBE Mempertimbangkan aspek kearifan lokal Kegotong

65

royongan/ kerjasama, Saling membantu segi produksivitas dan jaminan pemasaran, Keterbatas anggaran dalam pemberdayaan Pembinaannya lebih mudah/ monitoring lebih mudah. 2. Pelaksanaan tahap kegiatan pekerja sosial yang dilakukan oleh Pekerja Sosial Masyarakat dilakukan dengan 5 kegiatan, yaitu : a. Pemantapan Program membuat kesepakatan kepada anggota akan program program KUBE kepada warga sekitar KUBE Monalisa. b. Pembentukan anggota dalam tahapan kegiatan berusaha membuat pembentukan anggota,dan membuat struktur organisasi. c. Indentifikasi/ mengdiagnosis masalah pada KUBE indentifikasi/ mengdiagnosis masalah pada KUBE, memobilisasi sumber daya yang ada didalam KUBE.

B. Saran Adapun

untuk

Pendamping

atau

PSM

yang

melaksanakan

pendampingan, diharapkan bermanfaat sebagai evaluasi dalam meningkatkan kualitas pelaksaan pendampingan terhadap pemberdayaan keluarga miskin adalah : 1. Kegiatan

pendampingan

yang

dilakukan

oleh

PSM

terhadap

pemberdayaan keluarga miskin, semsetinya disertai dengan adanya penetapan terminasi atau tahapan pemutusan hubungan agar anggota KUBE dapat mandiri dan lebih produktif lagi dalam menjalakan usahanya.

66

2. Komunikasi yang aktif terhadap anggota KUBE agar apa yang diinginkan oleh anggota pendamping dapat memenuhinya. 3. Dapat mengatasi masalah yang cepat dan tidak lambat di dalam KUBE Melakukan pendampingan sosial dalam mekanisme program yang dilaksanakan oleh Dinas Sosial dan dilakukan oleh PSM. Dinas Sosial yang sekaligus melakukan pendampingan adalah : 1. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pekerja sosial, salah satunya Dinas Sosial memilih pendamping sosial harus dari lulusan kesejahteraan sosial karena lebih tahu bagaimana dan ilmunya pun luas. Pemberian pelatihan yang buka lulusan kesejahteraan sosial harus lebih ditingkatkan lagi terlebih lagi bagi PSM yang kurang dan hanya sedikit menerima pelatihan pekerja sosial dibidang masyarakat. 2. Selain memberikan pelatihan Dinas Sosial juga memberikan pembinaan secara insentif terhadap pendamping sosial agar menambah pengetahuan dan wawasan pendampingan dan pemantauan yang sering ke KUBE Monalisa agar apa yang dirasakan dan dibutuhkan oleh KUBE Dinas Sosial dapat mengetahuinya. Karena setiap binaan memiliki kebutuhan yang berbeda-beda dan dapat memberikan solusi yang dari tiap binaannya. 3. Anggaran yang diberikan oleh provinsi untuk tiap KUBE, Dinas harus bisa membaginya dengan cepat karena, kebutuhan pada setiap KUBE adalah dana untuk pengembangan usahanya. Dinas Sosial dituntut untuk aktif dalam menghadapi berbagai masalah.

DAFTAR PUSTAKA BUKU Adi, Isbandi Rukminto, Pemberdayaan Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas Jakarta : Fakultas Universitas Indonesia, 2003. Adi, Tristiadi, Observasi dan wawancara, Malang : Bayumedia, 2003. Dinas Sosial Kabupaten Tangerang. Buku Pedoman Pelaksaan Kegiatan Peningkatan Kemampuan Bagi Pendampingan Sosial dan BKM

Tangerang:

Dinas Sosial Kabupaten Tangerang, 2010. Dinas Sosial Kabupaten Tangerang, Laporan Realisasi Kegiatan Pembangunan Bidang Urusan Sosial Tangerang : Dinas Sosial Kabupaten Tangerang, 2009. Hanindito, Andi. dkk.

Panduan Operasional Program Pemberdayaan

Fakir Miskin bagi Eks Korban Bencana Alam Jakarta : Departemen Sosial RI, 2005. Hisbullah, Agus. dkk. Panduan Operasional Program Pemberdayaan Fakir Miskin Jakarta: Departemen Sosial RI, 2005. Ismail, Asep Usman, Pedoman Al-Qur’an Tentang Pemberdayaan Dhua’afa Jakarta: UIN Jakarta Press, 2008. Maleong, Lexi. J. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2007.

Machasi, Mulyono,

Pengembangan

Usaha Ekonomi Produktif Fakir

Miskin Melalui Kelompok Usaha Bersama dan Lembaga Keuangan Mikro Jakarta : Departemen Sosial RI, 2004. Saroyo, Suharno. dkk. Pendampingan Sosial Program Pemberdayaan Fakir Miskin Melalui Mekanisme Bantuan Langsung Pemberdayaan Sosial P2FM-BLPS Jakarta : Departemen Sosial RI, 2009. Suharto, Edi, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat Bandung: Refika Aditama, 2005. Sumodiningrat, Gunawan, Mewujudkan Kesejahteraan Bangsa Jakarta: Elax Media Komputindo, 2009. Soekanto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994. Tampubolon, Joyakin, ed. Implementasi Program Pemberdayaan Fakir Miskin Jakarta : Departemen Sosial RI, 2007. Tumanggor, Rusmin, Sosiologi Dalam Persepektif Islam Jakarta: UIN Jakarta Press, 2004.

JURNAL Profil Kelompok Usaha Monalisa. 2010- 2012 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa dan Rencana Kerja Pembangunan Desa Lebak Wangi, Kabupaten Tangerang 2011-2015 INTERNET Artikel diakses pada tanggal 31 Maret 2011 dari http:// suyatno.blog. unip.ac.id/files/ files/2009/11/13-indikator-kemiskinan. Pdf Artikel diakses pada tanggal 06 april 2011 dari http:// ichwanmuis.com pekerja sosial. com/1708 DOKUMENTASI Kelompok Usaha Bersama Bidang Tata Boga di Desa Lebak Wangi Kecamatan Sepatan Timur Tangerang. WAWANCARA Wawancara Pribadi, Jan Peter Situmorang (Bidang Perencanaan Sosial) di Dinas Sosial Kabupaten Tangerang Tanggal 06 Mei 2011. Wawancara Pribadi, Muhamad Syubur

Pekerja Sosial Masyarakat

Tanggal 07 Mei 2011. Wawancara Pribadi, Farida Nuraeni Ketua Kelompok Usaha Bersama Monalisa Tanggaal 08 Mei 2011.

OBSERVASI Observasi dilakukan di Dinas Sosial Kabupaten di Ruangan Pak Peter di Bidang Perencanaan Sosial Jam 13. 00 WIB. Observasi dilakukan di Dinas Sosial di Ruang Jaminan Sosial di Dinas Sosial Kabupaten Tangerang dengan Pak Syubur Jam 15.00 WIB. Observasi dilakukan di KUBE Monalisa di Desa Lebak Wangi Jam 11.00 WIB.

Wawancara Peran Pekerja Sosial KUBE dalam Pemberdayaan Keluarga Miskin di Desa Lebak Wangi Kecamatan Sepatan Timur Tangerang

A. Biodata Bidang Perencanaan di Dinas Sosial Kab. Tangerang 1. Nama Informan

: Jan Peter Sitomurang, M.Si

2. Jenis Kelamin Informan

: Laki-laki

3. Umur Informan

: 49 Tahun

4. Alamat Informan

: Kelurahan Babakan Kecamatan Legok

5. Bidang yang ditangani

: Bidang Perencanaan Sosial

6. Tanggal wawancara

: 06 Mei 2011

7. Tempat Wawancara

: Dinas Sosial Kabupaten Tangerang

8. Waktu Wawancara

: 13.00 WIB

B. Hasil Wawancara 1. Bagaimana cara pembentukan pendamping sosial di tiap kecamatan dan desa? Untuk menjadi pendamping sosial ada 2 cara yang dilakukan seperti a. Ya, harus mengikuti alur program lokasi pendamping harus dari Desa tersebut biasanya cara ini bisa dilaksanakan mereka yang mendata orang-orang LSM

atau tokoh-tokoh masyarakat setempat dilatih

pendidikan peksos dasar dari Dinas Sosial yang dilaksanakan untuk pendamping sosial waktu 8 hari di Lembang dari kementrian Sosial

b. Kemudian backround TKSK dan PSM yang ada di tiap Desa terutama TKSK harus lulusan S1/ lulusan Kessos tetapi walaupun tidak lulusan kessos harus mengusai materi materi tentang kessos dan mengikuti pelatihan

pendampingan

selama

12

hari untuk

mendapatkan

pengetahuan menjadi seorang peksos. PSM minimal SMA dan siap menjadi seorang pendamping masyarakat. 2. Kemampuan dan keterampilan apa saja yang diperlukan untuk menjadi pendamping sosial ? Sebenarnya dalam pendampingan sosial itu tidak mudah tetapi intinya siap menjadi pendamping dan mengerti apa itu program KUBE. Untuk TKSK tadi sudah saya sebutkan harus lulus sarjana atau diploma

1V,

mempunyai

wawasan

dan pengetahuan

tentang

pemberdayaan masyarakat, mempunyai pengetahuan dan keterampilan pekerja sosial yang di peroleh melalui pendidikan formal dan nonformal

dan

mempunyai

kemampuan

manajerial

seperti

pada

pengotrolan dan kepemimpinan, memiliki motivasi dan semangat kerja yang tinggi, serta berjiwa kreatif- inovatif dalam mengembangkan KUBE, bisa hidup dan bekerja di lingkungan KUBE, menguasai keterampilan teknis yaitu menguasai di bidang ekonomi, sosial, dan kelenbagaan KUBE mempunyai kemampuan untuk membangun jaringan kerja. 3. Apa saja tanggung jawab pendamping sosial KUBE ? Pada dasarnya menjadi pendamping harus mempunyai tanggung jawab tanggung jawab pendamping sosial a. Mendata calon binaan KUBE

b. Mendampingi kegiatan pembinaan KUBE c. Menyaksikan bantuan penyaluran bantuan untuk paket usaha d. Pembinaan berkala/ memdampingi perkembangan KUBE e. Pelaporan pengembangan KUBE ketingkatan kecamatan 4. Bagaimana cara efektif menjadi pendampingi KUBE ? Cara efektif yang dimulai dari mengamati dulu permasalahan yang ada di Desa mulai dari Pendataan, pembinaan , survey dan mengikuti pelatihan pendampingan. 5. Peran apa saja yang harus ditampilkan oleh pendamping sosial ? Ya, peran yang dilakukan oleh pendamping sama dengan tugas tetapi ini lebih di lihat oleh masyrakat seperti pembimbing, pemberi informasi, motivator, perencana, fasilitator, evaloator kemudian juga pada intinya pendamping bukan sebagai penyembuh tetapi untuk meningkatkan atau memperbaiki kapasitas mereka dapat menjalankan kehidupan dan memperbaiki status sosial 6. Apa saja tugas yang harus dilaksanakan pendamping sosial KUBE ? Pada dasarnya tugas pendamping itu mengelola KUBE agar berkembang di masyarakat seperti pembinaan, pencatatan, monitoring, dokumentasi terus peningkatan kapasitas, advokasi dan penyuluhan sosial karena dari sinilah pendamping dapat membentuk KUBE dengan baik

atau

pemungkinan, fasilitasi, penguatan, perlindungan, pendukung. 7. Mengapa KUBE perlu didampingi ? Karena keterbatasan SDM,

kemudian prodak pemasaran mekanisme

pemasaran KUBE hanya memproduksi hasil tetapi KUBE tidak tahu bagaimana cara pemasarannya nah disinilah pendamping sangat di

perlukan menjadi penghubung untuk memasarkan hasil KUBE karena KUBE itu kan banyak orang-orang miskin atau keluarga miskin yang pengetahuannya terbatas. 8. Bagaimana cara pembentukan KUBE untuk keluarga miskin ? Cara pembentukan

melalui data di Desa dengan data kemiskinan

kemudian indikator pokok tingkat kesehatan, tingkat pendidikan dan daya beli masyarakat itu sendiri Di lihat pada umumnya pendamping kemudian ke desa - baru kecamatan baru - kedinas sosial, dari sistem perencanaan baru di dokumentasikan ke Desa baru ke Dinas. Kemudian di cover di Kabupaten ini melalui pendamping atau LSM yang mengajukan dengan krakteristik yang 3 tadi dan di cantumkan potensi yang dimiliki yang berhubungan dengan KUBE yang akan di ajukan ke Dinas Sosial dan Dinas survey. 9. Mengapa harus melalui KUBE untuk pemberdayaan keluarga miskin? a. Mempertimbangkan aspek kearifan lokal b. Kegotongroyongan/ kerjasama c.

Saling membantu segi produksivitas dan jaminan pemasaran

d. Keterbatas anggaran dalam pemberdayaan e. Pembinaannya lebih mudah/ monitoring lebih mudah 10. Apakah perbedaan TKSK dan PSM ? a. TKSK status kedudukan di tingkat kecamtan -

Tingkat pendidikan atau SDM di bidang TKSK rata-rata S1 dan sudah mengikuti pelatihan peksos professional .

-

TKSK SKnya kementrian sosial dan ada menerima biaya tali kasih 250 RB perbulan

b. PSM kedudukannya di Desa -

PSM hanya pelatihan dasar peksos

-

PSM sukarelwan murni PSM SKnya dari Desa IKPSM

11. Bagaimana memonitoring dan mengevaluasi KUBE ? a. Survey dulu dan adanya papan nama kube identitas KUBE b. Sturktur orgnanisasi c. Pembukuan pelengkapan admintrasi d. Produksi produktivitas berhubungan dengan hasil dan pemasarannya e. Bagi hasil keuntungannya cara bagi hasil iu sesuai kubenya f. Seleksi KUBE berprsetasi g. Aspek dan inventaris barang digunakan atau tidak h. Ada tidaknya IKS (Iuran Kesejahteraan Sosial ) i. Apakah sudah memiliki dan sudah memiliki kelembagaan mikro j. Cara-cara menangai masalah dan hambatan dengan cara rapat tiap bulan 12. Apa saja indikator kegagalan dan keberhasilan KUBE ? Kegagalan dalam KUBE a. Indikator kegagalan KUBE adalah KUBE tidak jalan KUBE tidak berkembang atau tidak ada aktifitas di dalam KUBE b. Pengurusan atau usaha kube di kelola secara pribadi keberhasilan dilipih sebagai a. KUBE prestasi dan selalu memproduksi hasil dari KUBE tersebut. 13. Bagaimana menentukan pendamping sosial dalam tahap terminasi ?

Tidak ada terminasi dalam KUBE apabila kube masih berjalan maka terus mendampingi dan selalu membimbing agar KUBE dapat berkembang lebih maju. Bidang Perencanaan Dinas Sosial Kabupaten Tangerang

Wawancara Peran Pekerja Sosial KUBE dalam Pemberdayaan Keluarga Miskin di Desa Lebak Wangi Kecamatan Sepatan Timur Tangerang A. Biodata Pendamping PSM 1. Nama Informan

: Muhammad Syubur

2. Jenis Kelamin Informan

: laki-laki

3. Umur Informan

: 40 Tahun

4. Alamat Informan

: Lebak Wangi Rt 01/02

5. Bidang yang ditangani Informan

: PSM Tahun 2009 s/skrng

6. Pelatihan yang pernah di ikuti

:

- Pelatihan dasar-dasar PSM

B.

-

Pelatihan Manajemen

-

Admistrasi PSM

-

Pelatihan BKM

7. Tanggal wawancara

: 07 Mei 2011

8. Tempat Wawancara

: Dinas Sosial

9. Waktu Wawancara

: 15.00 WIB

Hasil Wawancara Bagaimanakah kronologis proses pendampingan yang dilakukan untuk pemberdayaan yang di mulai dari : 1. Bagaimana terbentuknya KUBE Monalisa di Desa Lebak Wangi ? Ya, awalnya itu ibu Farida itu seorang ibu yang mempunyai bakat membuat kue kue kering tetapi ibu tidak mempunyai cukup dana untuk memasarkan dan membuat kue yang banyak untuk pesanan,

akhirnya saya sebagai PSM (Pekerja Sosial Masyrakat) setempat mempunyai inisiatif agar ibu Farida dibuatkan KUBE dari Dinas Sosial dan mendapatkan anggaran. Kemudian saya mengajukan ke TKSK (Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan) yang kemudian TKSK tersebut membantunya dan membuat persyaratan-persyaratan yang akan di ajukan oleh Dinas Sosial Kabupaten Tangerang. Syukur allhamdullih usaha produksi ibu Farida menjadi usaha yang dibawahi atau di bantu oleh Dinas Sosial yang menjadi “ KUBE MONALISA “ 2. Apa sajakah fungsi atau peran apa saja yang dilakukan PSM di dalam KUBE Monalisa ? Pada dasarnya yang bertanggung jawab atas berkembangnya KUBE adalah seorang pendamping sosial terlebih lagi pada PSM karena PSM yang menetap juga di Desa tersebut, yang selalu berfungsi karena kalau TKSK itu kan kecamatan jadi tidak selalu memantau KUBE Monalisa. Fungsi dan peran saya sebagai PSM adalah memberikan informasiinformasi yang berkaitan dengan program dari Dinas Sosial Kabupaten Tangerang dan peran hanya memotivasi memobilisasi agar KUBE menjadi mandiri. 3. Tahap (assement ) a. Apa saja masalah atau kebutuhan apa sajakah yang diperlukan klien atau anggota KUBE Monalisa? Pada dasarnya KUBE Monalisa membutuhkan tempat yang bisa dijadikan tempat pembuatan kue-kue karena selama ini membuat

kuenya itu di ruma ibu Farida sendiri. Kemudian barang atau alatalat untuk masak dan yang paling penting adalah dananya 4. Tahap Perencanaan Alternatif program / kegiatan? a. Apakah tujuan PSM di dalam KUBE Monalisa dan bagaimanakah kegiatan yang dilakukan PSM di KUBE ? Tujuannya adalah agar anggota KUBE tidak bingung dengan adanya program ini dikarenakan anggota KUBE sebagain besar adalah orang-orang yang kurang pengetahuannya tetapi saya juga di bantu oleh TKSK. PSM tidak ikut dalam kegiatan tetapi hanya memantau sajah. 5.

Apa yang dilakukan PSM dalam meningkatkan KUBE ? Dasarnya PSM atau itu bekerja sama agar KUBE dapat berkembang

dan meningkat terutama dalam anggaran. Yah,

saya membuat proposal, buku-buku laporan . Untuk mengajukan dana kepada provinsi agar KUBE lebih maju a. Bagaimana hasil KUBE Monalisa dipasarkan ? Cara pemasaran KUBE Monalisa yaitu adanya pedangang keliling yang mengambil hasil produksi KUBE untuk di jual kemudian ada juga membeli di tempat KUBE, dan ibu Farida memasarkan ke warung-warung terdekat, trus agen membeli ke tempat KUBE baru di jual di pasar. 6. Tahap Evaluasi a. Apakah PSM melakukan pemantauan atau pengawasan ?

Ya, tentu saja seminggu bisa 3x atau sebulan 2x dan bahkan pada awalnya setiap hari takutnya anggota KUBE perlu bantuan mangkanya saya sering ke KUBE b. Apakah program KUBE membawa dampak yang baik dalam meningkatkan ekonomi keluarga miskin ? Allamdullih adanya program KUBE sangat membantu saya juga ikut mersakan karena di Desa Lebak Wangi banyak keluarga miskin. Walaupun hasil yang diterima tidak banyak tetapi membantu untuk kebutuhan sehari hari c. Apa saja kegagalan atau keberhasilan yang dilakukan selama PSM ? Kegagalannya adalah kurangnya informasi pada anggota karena anggota kadang susah dan tidak mengikuti apa yang saya sarankan. Keberhasilannya adalah KUBE Monalisa bisa memasarkan hasil keluar KUBE dan saya bisa mencarikan akses informasi kepada Dinas

maupun

propinsi.

Saya

berjuang

untuk

dapat

memperdayakan masyarakat di sekitar Desa saya 9. Tahap Terminasi a. Apakah KUBE MONALISA sudah berkembang? Sudah tetapi masih tahap berkembang, kebutuhannya terkendala oleh dana. Dan KUBE sudah tercatat di propinsi. a. Apa yang dilakukan pendamping dalam tahap terminasi ? Tidak ada tahap terminasi selalu mendampingi KUBE Pekerja Sosial Masyarakat

Wawancara Peran Pekerja Sosial KUBE dalam Pemberdayaan Keluarga Miskin di Desa Lebak Wangi Kecamatan Sepatan Timur Tangerang A. Biodata Ketua KUBE 1. Nama Informan

: Farida Nura’eni

2. Jenis Kelamin Informan

: Perempuan

3. Umur Informan

: 48 Tahun

4. Alamat Informan

: Desa Lebak Wangi Kecamatan

Sepatan Timur Tangerang

B.

5. Bidang yang ditangani Informan

: Ketua KUBE

6. Tanggal wawancara

: 08 Mei 2011

7. Tempat Wawancara

: KUBE MONALISA

8. Waktu Wawancara

: 11.00 WIB

Wawancara 1. Apa yang membuat ibu/mbak ikut program KUBE ? Yang membuat saya ikut program KUBE saya bisa mengembangkan hasil produksi saya kemudian saya juga bisa membantu keluarga miskin di sekitar saya neng, kemudian juga kan suka ada KUBE yang berprestasi dan kemudian menerima dan diberikan dana yang lebih dan bisa memasarkan KUBE lebih banyak. 2. Apakah ibu/mbak tahu bagaimana proses pendampingan yang dimulai dari a. Tahap Persiapan -

bagaimana awal pembentukan KUBE ibu ?

awalnya yah tadi saya pertama membuka usaha atau membikin kue-kue kering kemudian pak subur mengajak saya katanya bagaimana kalo usaha ibu di jadikan pengembangan usaha untuk keluarga miskin dan membantu anak-anak yang putus sekolah. Yah, saya menyambutnya dengan baik dan pak subur mengajukan kekecamtan dan baru ke Dinas setelah itu saya dan usaha saya menjadi KUBE MONALISA. b. Tahap Pengkajian (assement ) -

Apakah masalah yang dihadapi KUBE ? Dana boleh besar, boleh kecil karena ingin lebih maju kadang juga masalahnya adalah masyarakat menerima baik hasil KUBE dan syukur allhamdullih banyak pesanan tetapi ibu kurang bahan-bahan baku dan pemesan pisang dari lampung lama datangnya

-

Kebutuhan apa sajakah yang di perlukan KUBE ? Klo soal kebutuhan saya ingin membuat tempat usaha pgn nya sih pisah untuk tempat produksi karena kan slama ini klo produksinya dirumah saya neng. Dan alat-alat masak buat pembuatan kue

-

Berapa Anggota di dalam KUBE ? 10 anggota 8 orang wanita dan 2 orang pria. 5 orang ibu-ibu 3 orang gadis, dan 2 pria yang belum menikah.

c. Tahap Perencanaan Alternatif program / kegiatan -

Apa tujuan dari KUBE MONALISA ini ibu ? Tujuan saya

ingin membantu masyarakat sajah dari pada

menganggur lebih baik bekerja agar lebih produktif walaupun hasilnya masih kurang.

-

Bagaimanakah kegiatan yang dilakukan di KUBE dan apakah hasil dari KUBE Monalisa ini ibu ? Cuma membuat kue-kue kering tetapi klo ada yang pesanan yang ingin membuat kue-kue basah saya terima neng.

d. Tahap Pemformulasian Rencana Aksi pemasaran atau pengembangan -

Melalui apakah pemasaran yang dilakukan oleh KUBE ? Pemasarannya ibu memasarkan ke warung-warung terus ada juga ibu-ibu keliling yang mengambil kue dan di jual. Kemudian ibu jual ke agen atau diluar desa seperti ke pasar kemis, dan agen2 di pasar.

-

Adakah bantuan dari pemerintah untuk KUBE ibu ? Ada

atuh neng, seperti alat- alat masak tetapi kadang kurang

kemudian dana yang tidak besar. Tetapi saya bersyukurlah neng. Insya allah bulan mei ini turun anggran lagi neng. -

Apakah pendamping diperlukan dalam pengembangan KUBE? Sangat diperlukan neng, karna kita kan orang yang kurang pengetahuannya yah ibarat yah orang kurang pendidikan neng, dan pendamping sangat sangat membantu sekali untuk kemajuan usaha saya. Kan suka ada rapat tiap bulan yah apa yang dibutuhkan untuk KUBE dan pendamping selalu memberikan masukan masukan, memberikan dorongan kadang juga member informasi.

e. Tahap Pelaksanaan Program atau Kegiatan

-

Apakah ibu mengetahui proses pendampingan yang dilakukan oleh pendamping untuk pengembangan KUBE seperti membantu untuk mendapatkan bantuan, pemantauan atau pengawasan ? Kalo saya memgetahui yah Cuma pemantauan sajah, pak subur selalu memantau dan mendampingi kalo ada kendala-kendala didalam KUBE. Malah klo TKSK mah jarang neng kan dia mah sekecamatan jadi Cuma sesekali saja klo psm malah yang sering.

f. Tahap Evaluasi -

Adakah rapat tiap bulan dan adakah iuran kesejahteraan sosial ? rapat tiap bulan selalu ada itu gunannya untuk membicarakan masalah-masalah yang dihadapi dan pendamping hanya memberi jalan agar masalah yang dan dihadapi selesai, kemudian hanya memberikan masukan saja. IKS ada itu ibaratnya tabunganlah neng untuk anggota tiap bulan 20 rb

g. Tahap Terminasi -

Apakah ibu sudah berhasil dalam pengembangan KUBE ini ? Menurut saya cie sampai saat ini allhmdllih sudah berkembang

-

Apakah pendamping melakukan terminasi ? Tidak ada tahap terminasi slalu memantau

-

Apakah harapan atau pesan ibu bagi pendamping dan KUBE ? Harapan untuk KUBE saya mau program KUBE tidak pernah hilang selalu ada untuk warga-warga miskin karena cukup membantu, dan membuat masyarakat tidak menganggur.

Pesan bagi pendamping ibu ingin pendamping selalu ada karean sangat membatu program KUBE kalo tidak ada pendamping mungkin saya tidak bisa mengembangkan KUBE.

KETUA KUBE

OBSERVASI

Peran Pekerja Sosial KUBE dalam Pemberdayaan Keluarga Miskin di Desa Lebak Wangi Kecamatan Sepatan Timur Tangerang

A. Biodata Bidang Perencanaan di Dinas Sosial Kab. Tangerang 1. Nama Informan

: Jan Peter Sitomurang, M.Si

2. Jenis Kelamin Informan

: Laki-laki

3. Umur Informan

: 49 Tahun

4. Alamat Informan

: Kelurahan Babakan Kec. Legok

5. Bidang yang ditangani

: Bidang Perencanaan Sosial

6. Tanggal wawancara

: 06 Mei 2011

7. Tempat Wawancara

: Dinas Sosial Kabupaten Tangerang

8. Waktu Wawancara

: 13.00 WIB s/d14.30 WIB

B. Hasil Obsevasi Pada Observasi yang peneliti teliti, bahwa proses observasi dilakukan di Dinas Sosial Kabupaten Tangerang pada waktu 13.00 WIB s/d 14.30 WIB, di ruangan Pak Peter sendiri, di ruang perencanaan. Pak Peter menjawab pertanyaan

peneliti sambil merokok, tenang dengan

santai dan sambil ketawa dan menjawab pertanyaan peneliti. Kadang peneliti ditanya balik sama beliau dengan pertanyaan yang dibuat oleh Pak Peter sendiri, duduknya kadang tidak menentu kadang bersandar, dan duduknya sambil goyang-goyang. Sikap yang ditampilkan sangat menghargai peneliti yang sedang melakukan wawancara adakalanya Pak Peter sambil berbicang bincang dengan patner kerjanya. Waktu wawancara Pak Peter menunda wawancaranya karena Pak Peter dipanggil oleh kepala Dinas. Dan setelah dipanggil kemudian peliti melanjutka wawancara dengan selesai. Menjawab pertanyaan dengan santai dan tenang tidak tergesa gesa sambil merokok.

OBSERVASI

Peran Pekerja Sosial KUBE dalam Pemberdayaan Keluarga Miskin di Desa Lebak Wangi Kecamatan Sepatan Timur Tangerang

A. Biodata Pendamping PSM 1. Nama Informan

: Muhammad Syubur

2. Jenis Kelamin Informan

: laki-laki

3. Umur Informan

: 40 Tahun

4. Alamat Informan

: Lebak Wangi Rt 01/02

5. Bidang yang ditangani

: PSM Tahun 2009 s/skrng

6. Tanggal wawancara

: 07 Mei 2011

7. Tempat Wawancara

: Dinas Sosial

8. Waktu Wawancara

: 15.00 WIB s/d 16.00 WIB

B. Hasil Obsevasi Pada Observasi yang peneliti teliti, bahwa pada proses observasi pada wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan pekerja sosial masyarakat dilakukan di Dinas Sosial Kabupaten Tangerang di ruangan jaminan sosial, pada waktu 15.00 WIB s/d 16.00 WIB. Pekerja sosial masyarakat menjawab pertanyaan peneliti dengan cara sambil ketawa, karena orangnya sangat humoris dan mudah bercanda. Sikap yang tenang dan terbuka membuat peneliti dengan pekerja sosial masyarakat mudah akrab. Wawancara dilakukan sambil duduk, sikap duduk pekerja sosial masyarakat kadang-kadang duduknya bersandar kadang geser geser. Pekerja sosial masyarakat menjawab semua apa yang ditanyakan oleh peneliti. Dan pekerja sosial masyarakat kadang menanyakan tentang peneliti. Wawancara yang dilakukan tidak terlalu serius. Proses wawancara direkam dan menulis. Pekerja sosial masyarakat melakukan wawancara sambil ngobrol dengan temannya dan sambil memakan kue.

OBSERVASI

Peran Pekerja Sosial KUBE dalam Pemberdayaan Keluarga Miskin di Desa Lebak Wangi Kecamatan Sepatan Timur Tangerang A. Biodata Ketua KUBE 1. Nama Informan

: Farida Nura’eni

2. Jenis Kelamin Informan

: Perempuan

3. Umur Informan

: 48 Tahun

4. Alamat Informan

: Desa Lebak Wangi

Kecamatan Sepatan Timur Tangerang 5. Bidang yang ditangani Informan

: Ketua KUBE

6. Tanggal wawancara

: 08 Mei 2011

7. Tempat Wawancara

: KUBE MONALISA

8. Waktu Wawancara

: 11.00 WIB s/d 13.00 WIB

B. Hasil Observasi Pada observasi

yang

peneliti teliti, pada tahap wawancara

dilakukan di tempat KUBE tersebut dan pada waktu 11.00 WIB s/d 13.00 WIB, sambil duduk diatas karpet didalam rumahnya. Ibu farida sangat senang dan tidak merasa terganggu. Dalam pengamatan peneliti bahwa sikap yang ditujukan adalah tenang dan agak sedikit grogi, menjawab dengan sedikit ketawa, karena menjawab pertanyaan agak kaku dengan terbata bata menjawab pertanyaan peneliti. Ibu farida sambil membuat kue bolak balik dapur wawancara agak sedikit terganngu. Tetapi tidak mengurangi rasa senang saya terhadap ibu farida karena beliau sangat baik sekali. Sebenarnya peneliti juga sedikit tidak enak karena ibu farida menjawab wawancara sibuk dengan membuat makanan. Di rumah Ibu Farida ada suami, anak dan menantu Ibu Farida dan ada juga anggota KUBE yang sedang membuat makanan.