PERANAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN Oleh Fakhru Roji ...

18 downloads 63 Views 27KB Size Report
25 Jul 2013 ... pendidikan antara manusia terhadap manusia. Ketika hal itu ... dinamakan transfer pengetahuan dan transfer nilai antara orang tua dan anak. Pendidikan ... kewajiban orang tua untuk mendidik anaknya. Perlu difahami ...
PERANAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN Oleh Fakhru Roji Ishak

Manusia diciptakan oleh Allah dengan segala potensi yang dimilikinya. Ketika manusia lahir ke muka bumi yang melalui proses alamiah biologis manusia antara laki-laki dan perempuan maka disana terdapat awal proses pendidikan antara manusia terhadap manusia. Ketika hal itu terjadi maka muncullah penamaan antara orang tua sebagai pendidik (orang tua sebagai penanam ideologi) dan anak sebagai peserta didik. Orang tua secara alamiah berusaha melindungi dan memperhatikan anak sehingga dapat tumbuh dan berkembang sebagaimana mestinya manusia. Dalam proses itulah manusia sesungguhnya terjadi yang dinamakan transfer pengetahuan dan transfer nilai antara orang tua dan anak. Pendidikan sesungguhnya secara mutlak dimiliki oleh orang tua terhadap anaknya. Orang tua dalam hal ini diberikan kepercayaan untuk dititipkan sesosok manusia sehingga mampu menjadikan manusia tersebut memiliki kemampuan untuk hidup dan berkembang. Dalam islam manusia diciptakan tidak lain hanya untuk beribadah kepada Allah. Oleh karenanya orang tua sudah seharusnya mendidik anaknya untuk senantiasa mampu beribadah kepada Allah dalam segala bentuk dan perilakunya. Ketika pada undang-undang dasar terdapat bahwa pendidikan harus mampu menjadikan manusia memilki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara, maka itu pula yang menjadi kewajiban orang tua untuk mendidik anaknya. Perlu difahami secara bersama bahwasannya orang tua dalam proses pendidikan memiliki peran yang sangat penting jika dibicarakan secara hakikat daripada pendidikan itu sendiri. Akan tetapi pada kelanjutannya orang tua memiliki berbagai keterbatasan untuk melakukan semua itu. Dari mulai keterbatasan waktu, materi, pengetahuan dan lain sebagainya. Oleh karenanya lahirlah sekolah atau lembaga-lembaga pendidikan sebagai solusi dari pada permasalahan tersebut. Hal ini sesungguhnya bukan berarti terjadi pelimpahan tanggungjawab antara orang tua terhadap lembaga pendidikan. melainkan lembaga pendidikan harus diposisikan sebagai lembaga yang bersedia membantu dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang ditentukan baik nasional, institusional maupun agama. Orang tua sebagai subjek pendidikan utama harus senantiasa mengawal proses pendidikan sekalipun anak sebagai peserta didik telah dilibatkan untuk dididik dalam suatu

lembaga pendidikan. karena keterlibatan peserta didik dalam lembaga pendidikan formal bukan berarti tidak mengandung resiko. Anak akan mengalami perbenturan budaya yang sangat kuat dan hebat antara yang didapatkan biasanya dilakukan di keluarga dengan kondisi sosial yang terjadi pada lembaga pendidikan formal. Hal itu terjadi dimulai dari perbedaan kebiasaan dari teman sebaya, suasana lingkungan dan juga kondisi pembelajaran. Oleh karenanya orang tua sebagai subjek pendidikan utama diperlukan untuk senantiasa memberikan perhatian yang lebih dan juga memberikan pemahaman-pemahaman terhadap anak serta nilai-nilai kebenaran, kebaikan, dan keadilan yang menyeluruh (universal) yang dapat berlaku dimanapun, kapanpun, dan terhadap siapapun. Nilai nilai yang dimaksud diantaranya ialah nilai kejujuran, tanggung jawab, dapat dipercaya dan lain sebagainya. Disanalah peran penting keluarga sebagai lembaga pendidikan pertama dan utama. Dan hal tersebut harus berlaku sampai pada anak berkeluarga. Jika hal tersebut sudah dapat dilakukan oleh setiap keluarga maka tidak mustahil bangsa dan negara ini akan maju dengan berbagai budaya yang bernilai pendidikan. pendidikan yang ada pada saat ini jangan sampai menjadi budaya belaka. Artinya bahwa pendidikan yang terjadi secara implementatif saat ini yang kaya akan penyimpangan akhlak seperti halnya (hedonis, pragmatis, korupsi, nepotisme, tawuran antar pelajar dsb) menjadi sebuah kebiasaan yang pada akhirnya terjadi penyimpangan budaya. Melainkan yang seharusnya terjadi adalah pendidikan harus melahirkan sebuah budaya yang berpendidikan. Yang sarat akan nilai-nilai kebenaran, kebaikan dan keadilan dengan perilaku-perilaku yang bernilai (akhlakul karimah). Wallohu ‘alam bisshawwab. []