Perbedaan Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa Yang ...

30 downloads 1717 Views 120KB Size Report
Dari pembelajaran RME diharapkan kemampuan komunikasi matematika siswa dapat meningkat untuk pemahaman matematika ke arah yang lebih kompleks.
Perbedaan Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa Yang Menggunakan Pendekatan Pembelajaran Realistic Mathematic Education (RME) Dan Pendekatan Konvensional Indah Nursuprianah, Darsono Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Tarbiyah, STAIN Cirebon, Jalan Perjuangan By Pass Cirebon 451432, Indonesia, Telepon: +62 231 481264 Matematika merupakan salah satu ilmu dasar dan berdiri sendiri yang memegang peranan penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dewasa ini. Dewasa ini kejuaraan matematika diraih oleh putra Indonesia. Namun, permasalahannya adalah sejauhmana pengetahuan matematika dapat dipahami oleh generasi penerus bangsa terutama yang masih duduk di bangku sekolah tidak hanya yang berdomisili di perkotaan, tetapi yang berada di daerah pelosok di seluruh Indonesia? Pembelajaran matematika hendaknya dimulai yang terdekat dengan siswa, dari mulai yang sederhana sampai kepada yang kompleks. Pada dasarnya pendekatan relistic membimbing siswa untuk menemukan kembali konsep-konsep matematika yang pernah ditemukan oleh para ahli matematika atau bila memungkinkan siswa dapat menemukan sama sekali hal yang belum pernah ditemukan. Dari pembelajaran RME diharapkan kemampuan komunikasi matematika siswa dapat meningkat untuk pemahaman matematika ke arah yang lebih kompleks. Berdasarkan hal tersebut di atas, penulis terdorong untuk mengkaji Pendekatan RME dalam upaya meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa. Penelitian ini dilaksanakan di kelas VII SMPN 1 Pabedilan kecamatan Pabedilan Kabupaten Cirebon pada tahun pelajaran 2007/2008. sampel penelitian diambil secara sampling purposif yakni kelas VII C sebagai kelas eksperimen yang menggunakan pendekatan pembelajaran RME dan kelas VII G kelas kontrol yang menggunakan strategi konvensional (klasikal). Dari hasil perhitungan uji ,

t

maka diperoleh

t tabel

t hitung

dalam hal lain

sebesar 3,45 sedangkan nilai

H0

t tabel

2,38 (tolak

diterima). Hal ini berarti bahwa

Ha

H 0 , jika t hitung

>

diterima sehingga

dikatakan terdapat perbedaan yang signifikansi antara kemampuan komunikasi siswa dengan pendekatan pembelajaran RME dan konvensional. Peningkatan kemampuan komunikasi matematika siswa dengan menghitung rata-rata peningkatan kemampuan komunikasi matematika bahwa kelas eksperimen dengan pendekatan pembelajaran RME sebesar 15,8 sedangkan pada kelas kontrol atau kelas konvensional skor peningkatan rata-ratanya adalah 12,76. Kata Kunci : RME, kemampuan komunikasi, pendekatan konvensional.

Dalam proses belajar mengajar diharapkan siswa mendapatkan perubahan-perubahan yang antara lain dapat memahami, mengembangkan, serta mengamalkan ilmu pengetahuan yang didapat oleh siswa ke dalam kehidupan keseharian. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan yang permanen atau berlangsung selama hidup, bukan perubahan yang bersifat sementara. Berdasarkan realitas strategi pembelajaran matematika yang berlangsung saat ini atau strategi konvensional yang lebih mengedepankan hapalan konsep. Tidak hanya pembangunan konsep, kemampuan komunikasi matematika akan sulit didapat oleh siswa, yang pada akhirnya siswa kurang begitu baik dalam kemampuan komunikasi matematika. Pembelajaran matematika diharapkan membentuk aspek-aspek kemampuan matematika yang sangat penting. Seperti : penerapan aturan, penemuan pola, komunikasi matematika dll. Aspek aspek tersebut dapat tercapai jika pembelajaran disesuaikan dengan kemampuan siswa atau dari hal-hal yang dekat dengan Perbedaan Kemampuan Komunikasi …. (Indah Nursuprianah dan Darsono)

| 137

siswa. Aspek komunikasi matematika ini sangat penting dan sudah sewajarnya mendapatkan perhatian yang khusus dari seorang guru terhadap para siswa untuk menunjang pemahaman, pembangunan konsep matematika atau untuk meningkatkan hasil dan prestasi belajar matematika, hal ini sejalan denga pengertian yang menyebutkan bahwa “komunikasi adalah saling menukar ide-ide dengan cara apa saja yang efektif. (moekijat,1993:7). Untuk mengantisipasi hal-hal yang telah disampaikan diatas, maka tentulah kreatifitas seorang gurulah yang menjadi penting sehingga siswa mendapatkan hakikat dari ilmu matematika yang sebenarnya. Salah satu caranya adalah dengan menerapkan pendekatan pembelajaran Realistic Mathematic Education (RME) yang menyajikan pembelajaran dengan bantuan hal-hal yang real. Pendekatan pembelajaran Realistic Mathematic Education (RME) merupakan pendekatan dengan mengedepankan untuk mencari suatu konsep kembali konsep-konsep matematika yang pernah ditemukan oleh para ahli matematika atau bila memungkinkan siswa dapat menemukan sama sekali hal yang belum pernah ditemukan terkait dengan kehidupan nyata. Dalam proses pendekatan pembelajaran RME tersebut siswa dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematika dengan bimbingan seorang guru. Berikut lima prinsip utama dalam kurikulum matematika realistik : a. Didominasi oleh masalah-masalah dalam konteks, melayani dua hal yaitu sebagai sumber dan sebagai terapan konsep matematika b. Perhatian diberikan pada pengembangan model-model, situasi, skema, dan simbol-simbol c. Sumbangan dari para siswa sehingga siswa dapat membuat pembelajaran menjadi kondusif dan produktif, artinya siswa memproduksi sendiri dan mengkontruksi sendiri (yang mungkin berupa algoritma, rule, atau aturan) sehingga dapat membimbing para siswa dari level matematika informal menuju matematika formal d. Inetraktif sebagai karakteristik dari proses pembelajaran matematika e. Intertwinning (membuat jalinan) antar topic atau antar pokok bahasan atau antar strand (TIM MKPBM.2004:128) Berdasarkan studi pendahuluan dan hasil wawancara dengan salah satu Guru Matematika di SMP N I Pabedilan Kecamatan Pabedilan Kabupaten Cirebon yaitu Ibu Tati Hartati mengemukakan bahwa “ Kebanyakan siswa kurang dapat menguasai simbol-simbol dan membaca konteks matematika”. Maka dari itu masalah yang dihadapi oleh siswa adalah kurangnya kemampuan komunikasi matematika, karena strategi pembelajaran yang mementingkan penyampaian konsep, yang berbeda dengan pendekatan pembelajaran RME yang dapat meningkatkan aspekaspek pokok matematika yang salah satunya adalah komunikasi matematika. Atas dasar inilah penulis terdorong untuk melakukan penelitian untuk mengkaji perbedaan kemampuan komunikasi matematika siswa antara yang menggunakan pendekatan pembelajaran Realistic Mathematic Education (RME) dan strategi Konvensional atau klasikal. Adapun rumusan masalahnya sebagai berikut : Seberapa besar kemampuan komunikasi matematika siswa di SMPN I Pabedilan Kecamatan Pabedilan Kabupaten Cirebon yang menggunakan pendekatan 138 |

EduMa, Vol. 1, No. 2, Desember 2009: 137 - 142

pembelajaran RME ?, Seberapa besar kemampuan komunikasi matematika siswa di SMPN I Pabedilan Kecamatan Pabedilan Kabupaten Cirebon yang menggunakan pendekatan pembelajaran konvensional ?, dan apakah ada perbedaan kemampuan komunikasi matematika siswa yang menggunakan pendekatan pembelajaran Realistic Mathematic Education (RME) dan strategi konvensional atau klasikal. MATERI DAN METODA Sampel. Populasi dalam penelitian ini adalah kelas VII, VIII dan IX SMPN I Pabedilan Kecamatan Pabedilan Kabupaten Cirebon. Akan tetapi mengingat keterbatasan waktu, biaya dan tenaga yang ada pada diri peneliti, maka peneliti mengambil populasi target secara purvposive dipilih kelas VII yang secara keseluruhan berjumlah 296 siswa, dengan alasan materi yang diteliti yaitu pokok bahasan segitiga dan segiempat sesuai materi yang ada pada kelas VII SMPN I Pabedilan Kecamatan Pabedilan Kabupaten Cirebon. Adapun sampel dalam skripsi dilakukan dengan menggunakan random sampling purposive. Yaitu pengambilan secara random (acak) melalui pengundian tanpa pandang bulu. Adapun yang diteliti secara acak adalah kelasnya bukan siswanya. Dari tujuh kelas VII terambil dua sampel atau kelas untuk pendekatan konvensional yaitu kelas VII G dengan jumlah siswa 41 siswa sebagai kelas kontrol dan untuk kelas pendekatan pembelajaran RME yaitu kelas VII C dengan jumlah siswa 41 siswa sebagai kelas eksperimen. Teknik Eksperimen. Tes digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam komunikasi matematika. Tes dilakukan sebelum perlakuan (pre test) dan setelah perlakuan (post test). Adanya pre test dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum diterapkannya pendekatan pembelajaran Realistic Mathematic Education (RME) dan strategi konvensional, sedangkan post test dilakukan dengan maksud untuk mengetahui kemampuan komunikasi matematika siswa setelah diadakannya proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan pembelajaran RME dan strategi konvensional. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji kemampuan komunikasi matematika siswa di SMPN I Pabedilan Kecamatan Pabedilan Kabupaten Cirebon melalui pendekatan pembelajaran Realistic Mathematic Education (RME). Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif menggunakan teknik eksperimen. Desain penelitian ini menggunakan Desain pre test dan post test sebagai berikut: R O1 X1 O2 R

O1

X2

O2

Keterangan : O 1 = Pre test, O 2 = Post Test, R = Random Sampling / Kelas sampel, X1= Pendekatan pembelajaran RME, dan X2 = Strategi Konvensional Adapun analisis data yang digunakan sebagai berikut: Analisis Deskriptif. Uji Normalitas menggunakan uji Chi-Kuadrat, Uji Homogenitas menggunakan uji F, Uji hipotesis menggunakan uji t. Perbedaan Kemampuan Komunikasi …. (Indah Nursuprianah dan Darsono)

| 139

HASIL

Deskripsi Data

Data Test Awal Kelompok Kontrol. Dari disrtibusi frekuensi tes awal kelompok kontrol diperoleh rata-rata X skor 7,3 dengan kategori sangat kurang skor tertinggi sebesar 17 dan skor terendah adalah 2 . Varians sebesar 15,5 dan simpangan bakunya 3,9. Data Test Awal Kelompok Eksperimen. Dari distribusi frekuensi tes awal kelompok eksperimen diperoleh skor tertinggi adalah 21 dan skor terendah adalah 4. skor rata-rata X 10,3 dengan kategori kurang. Varians sebesar 18,6 dan simpangan 3,7. Data Test Akhir Kelompok Kontrol. Dari hasil kemampuan komunikasi matematika atau tes akhir kelompok kontrol diperoleh skor tertinggi adalah 32 dan skor terendah adalah 12. rata-rata X = 20,2 dengan kategori sedang. Varians sebesar 32,4 dan simpangan bakunya adalah 5,7. Data Test Akhir Kelompok Eksperimen. Dari hasil kemampuan komunikasi matematika atau tes akhir kelompok eksperimen diperoleh skor tertinggi adalah 40 dan skor terendah adalah 18. Rata-rata X = 26,3 dengan kategori baik. Varians sebesar 35,5 dan simpangan bakunya adalah 6,1. Uji Normalitas. Untuk kelas kontrol, telah diuji normalitas dengan menggunakan rumus chi kuadrat X 2 yang mana dari hasil perhitungan

(

di dapatkan harga

X

2

hitung

)

sebesar 5,48. sedangkan harga

X 2 tabel

dengan

taraf nyata @ = 0,001 db = k-3 (k:banyak kelas interval) adalah sebesar 13,3. Sehingga

X 2 hitung


2,38. kriteria yang berlaku yaitu terima Ha jika t hitung > t tabel . Sementara hasil perhitungan nilai t hitung > t tabel . Maka hipotesis Ho tolak dan Ha diterima. Ini berarti ada perbedaan kemampuan komunikasi matematika siswa yang signifikan antara siswa yang belajar dengan pendekatan pembelajaran Realistic Mathematic Education (RMR) dan Strategi Konvensional. PEMBAHASAN Dengan selesainya pengujian hipotesis, kita bisa mengetahui kemampuan komunikasi matematika siswa yang manakah yang lebih tinggi sehingga kita bisa mengetahui apakah ada peningkatan kemampuan komunikasi matematika siswa sebelum dan sesudah pendekatan pembelajaran RME diberikan bisa dilihat dari skor rata-rata peningkatan kemampuan komunikasi matematika siswa pada kedua kelas. Skor ratarata peningkatan kemampuan komunikasi matematika siswa yang menggunakan pendekatan pembelajaran RME sebesar 15,8 sedangkan pada kelas kontrol atau kelas konvensional skor peningkatan rata-ratanya adalah 12,76. dengan masing-masing data pada kedua kelompok berdistribusi normal serta mempunyai varians yang homogen. Dengan demikian pendekatan pembelajaran RME dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa. Hal ini sesuai dengan salah satu prinsip pembelajaran RME yaitu perhatian diberikan pada pengembangan model-model, situasi, skema dan simbol-simbol komunikasi matematika. (MKPBM, 2001 : 128). Skor rata-rata peningkatan kemampuan komunikasi matematika siswa yang menggunakan pendekatan pembelajaran RME sebesar 15,8 sedangkan pada kelas kontrol atau kelas konvensional skor peningkatan rata-ratanya adalah 12,76. dengan masing-masing data pada kedua kelompok berdistribusi normal serta mempunyai varians yang homogen. Hasil perhitungan didapatkan t hitung sebesar 3,45 sementara t tabel dengan derajat kebebasan db sebesar 76

( n1 + n2 − 2) . Dengan interval kepercayaan 99% adalah sebesar

2,38 sehingga terlihat t hitung > t tabel yaitu 3,45 > 2,38. kriteria yang berlaku yaitu terima Ha jika t hitung > t tabel . Sementara hasil perhitungan Perbedaan Kemampuan Komunikasi …. (Indah Nursuprianah dan Darsono)

| 141

nilai t hitung > t tabel . Maka hipotesis Ho tolak dan Ha diterima. Ini berarti ada perbedaan kemampuan komunikasi matematika siswa yang signifikan antara siswa yang belajar dengan pendekatan pembelajaran Realistic Mathematic Education (RMR) dan Strategi Konvensional. DAFTAR PUSTAKA Abin Syamsudin.M. Psikologi pendidikan perangkat sistem pengajaran modul. Bandung : Remaja Rosdakarya. Anas Sudijono. 1996. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT Raja Grapindo Persada Arief.S Sadiman. 2003. Media pendidikan pengertian, pengembangan dan pemanfaatannya. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Dani Vardiansyah.2004. Pengantar Ilmu komunikasi. Bogor : Ghalia Indonesia Erman Suherman. 2003. Evalusi Pembelajaran Matematika. Bandung : UPI Fanny Chaerul Umam. 2006. Upaya meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa melalui model pembelajaran berbalik (Reciprocal Teaching). Skripsi STAIN: Tidak diterbitkan. Harjanto. 2005. Perencanaan pengajaran. Jakarta : Rineka Cipta. J.I.G.M.Drost. 1998. Sekolah mengajar atau mendidik. Yogyakarta : Kanisius. Jujun.S Suriasumantri. 1990. Filsafat ilmu sebuah pengantar populer. Jakarta : Pustaka sinar harapan. Karno To. 1996. Mengenal Aanalisis Tes. Bandung : UPI Moekijat. 1993. Teori Komunikasi. Bandung : Mandur Maju Mulyasa. 2006. Kurikulum yang disempurnakan (pengembangan standar kompetensi dasar). Bandung : Remaja rosda karya. M.Subana Dkk. 2005. Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah. Bandung : Pustaka Setia. Ngalim Purwanto, dkk. 1997. Metodologi pengajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar. Bandung : Remaja Rosdakarya. Rita L. Athkinson, dkk. Pengantar Psikologi. Jakarta : Erlangga. Ruseffendi. 1991. Pengantar kepada membantu guru mengembangkan kompetensinya dalampengajaran matematika untuk meningkatkan CBSA. Bandung : Tarsito 1991. Dasar-dasar matematika modern dan kontemporer untuk guru. Bandung : Tarsito Slameto. 2003. Belajar dan factor-faktor mempengaruhinya. Jakarta : Rineka cipta Sugiyono. 2007. Metode penelitian pendidikan. Bandung : Alfabeta Suharsimi Arikunto 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta Surjadi.1989. membuat siswa aktif belajar. Bandung : Mandur maju Syaeful Bahri Djamarah dan Aswan zain. 1997. Strategi Belajar Mengajar. Jakiarta : Rineka Cipta Syuaeb Kurdi, dkk.2006.Model pembelajaran efektif pendidikan agama Islam di SD dan MI. Bandung : Pustaka Bani Quraisy. 142 |

EduMa, Vol. 1, No. 2, Desember 2009: 137 - 142

Tim MKPBM. 2004. Strategi pembelajaran metematika kontemporer. Fakultas pendidikan MTK dan IPA. UPI Bandung. The NCTM.1993. Commission on standars foe school mathematics. Assessment standards for school mathematics. Amerika: NCTM

Perbedaan Kemampuan Komunikasi …. (Indah Nursuprianah dan Darsono)

| 143