PERIBAHASA ARAB DALAM BUKU BAHASA GAUL IKHWAN ...

153 downloads 466 Views 804KB Size Report
BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG BUKU BAHASA GAUL. IKHWAN .... 3 Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, .
PERIBAHASA ARAB DALAM BUKU BAHASA GAUL IKHWAN AKHWAT (Pendekatan Penilaian Penerjemahan )

Oleh Siti Hamidah NIM: 106024000949

JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2010

PERIBAHASA ARAB DALAM BUKU BAHASA GAUL IKHWAN AKHWAT (Analisis Pendekatan Penilaian Penerjemahan ) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Adab dan Humaniora Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sastra (S.S.)

Oleh Siti Hamidah NIM: 106024000949

Pembimbing

Karlina Helmanita, M.Ag NIP: 19700121 1998032 002

JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2010

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul “Peribahasa Arab Dalam Buku Bahasa Gaul Ikhwan Akhwat (Pendekatan

Penilaian

Penerjemahan)”

telah

diujikan

dalam

sidang

munaqasyah Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada Rabu, 22 September 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sastra (S.S.) pada Program Studi Tarjamah. Jakarta, 22 September 2010

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota,

Sekretaris Merangkap Anggota,

Drs. Ikhwan Azizi, MA.

Dr. Ahmad Saekhuddin, M.Ag.

NIP: 19570816 1994031 001

NIP: 19700505 2000031 003

Anggota,

Anggota,

Dr. H. A. Ismakun Ilyas, MA.

Karlina Helmanita, M.Ag.

NIP: 150 274 620

NIP: 19700121 1998032 002

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 17 September 2010

Siti Hamidah NIM: 106024000949

PRAKATA Puji Syukur senantiasa Penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt yang senantiasa melimpahkan begitu banyak nikmat serta pertolongan kepada Peneliti, sehingga karya ini bisa selesai dan hadir ke hadapan para pembaca. Salawat serta Salam semoga selalu tercurahkan kepada teladan alam semesta, Kanjeng Rasulullah Muhammad SAW, beserta keluarga, para sahabat. Semoga kita mendapatkan “curahan syafa’atnya” di hari akhir nanti. Peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada civitas academica UIN Syarif HIdayatullah Jakarta, terutama kepada Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, MA., Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta; Dr. Wahid Hasyim, MA., Dekan Fakultas Adab dan Humaniora; Drs. Ikhwan Azizi, MA., Ketua Jurusan Tarjamah serta Sekertaris Jurusan Tarjamah, Dr. Ahmad Saekhuddin, M.Ag. Terima Kasih yang tak terhingga pula kepada Ibu Karlina Helmanita, M,Ag yang telah meluangkan waktunya untuk membaca, mengoreksi, memberikan referensi serta memotivasi Penulis dalam proses penyusunan skripsi ini. Semoga Allah Swt senantiasa membalas segala kebaikan Ibu. Kepada Jajaran Dosen Tarjamah: Dr. Ismakhun Ilyas, MA, Bpk. Syarif Hidayatullah, M.Hum, Bpk. Prof. Dr. Sukron Kamil, MA, Bpk. Irfan Abu Bakar, MA, Bpk. Drs. A. Syatibi, M.Ag, dan lainnya. Terima kasih yang tak terhingga. Semoga ilmu yang Penulis dapatkan menjadi manfaat di kemudian hari. Penghormatan serta salam cinta Peneliti haturkan kepada Kedua Orang Tua Penulis, Ayahanda KH. Muzaeni dan Ibunda Hj. Rohmah. Kepada kakak

dan adik Peneliti yang telah memberikan bantuan dan motivasi, sehingga Peneliti bisa menyelesaikan studi ini. Selain itu, terima kasih atas senyum, pelukan dan keceriaan kepada ketiga keponakan Iip Syarifah, Dalah, dan Siroj Peneliti mengucapkan terima kasih kepada kawan seperjuangan di Tarjamah Angkatan 2006, kepada Leni, Rina, Ade Erna, Suti, Kokom, Fuad, Sulthon, dan lain-lani yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu yang telah mengingatkan kekurangan dan kekhilafan Penulis dalam meyelesaikan skripsi ini. Selain itu tak lupa juga kepada kakanda Hasbulloh, S.S. yang senantiasa selalu memberikan dukungan kepada peneliti. serta teman-teman BEM-J Tarjamah dan juga kepada seluruh Kakak kelas dan adik kelas sehingga Penulis bangga menjadi salah satu mahasiswa Tarjamah. Peneliti menghaturkan beribu terima kasih kepada seluruh teman-teman atas pinjaman referensinya yang begitu berharga. yang telah mencerahkan dan memberikan paradigma baru kepada Peneliti. Semoga skripsi yang masih jauh dari sempurna ini dapat bermanfaat bagi semuanya. Saran serta kritik konstruktif sangat Penulis butuhkan untuk interpretasi yang lebih baik lagi. Ciputat, 17 September 2010

Peneliti

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL……………………………………………………

i

PERNYATAAN………………………………………………………...

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING………………………………………

iii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN…………………………………….

iv

PRAKATA………………………………………………………………

v

DAFTAR ISI…………………………………………………………….

vii

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN………………………..

ix

ABSTRAK……………………………………………………………….

xii

Bab I PENDAHULUAN A. Latar

Belakang

Masalah……………………………………………………………..

1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah………………………………

3

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian……………………………………

4

D. Tinjauan Pustaka…………………………………………………..

4

E. Metodologi Penelitian……………………………………………..

5

F. Sistematika Penulisan……………………………………………...

5

Bab II KERANGKA TEORI A. Teori Peribahasa……………………………………………………… 1. Pengertian peribahasa……………………………………………..

7 7

2. Macam-macam peribahasa…………………………………………. 9 B. Teori Penerjemahan……………………………………………………. 15 1. Pengertian penerjemahan……………………………………………. 15 2. Metode Penerjemahan………………………………………………. 18 C. Teori Penilaian Penerjemahan………………………………………… 20 1. Aspek penilaian hasil penerjemahan……………………………….. 20

2. Prinsip- prinsip penerjemahan yang baik…………………………… 21 3. Teknik menilai penerjemahan……………………………………..

22

3.1. Perbandingan Dengan Teks Sumber………………………….

22

3.2. Terjemahan Balik………………………………………………. 23 3.3. Tes Pemahaman………………………………………………… 24 3.4. Tes Kewajaran…………………………………………………. 25 3.5. Tes Keterbacaan……………………………………………….. 26 3.6. Pemeriksaan Konsistensi……………………………………… 27

BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG BUKU BAHASA GAUL IKHWAN AKHWAT A. Biografi Singkat Penulis …………………………………………. 29 B. Sinopsis Buku Bahasa Gaul Ikhwan Akhwat.................................. 31 C. Peribahasa dalam Buku Bahasa Gaul Ikhwan Akhwat .................... 32

BAB IV Analisis Penerjemahan Peribahasa Arab dalam buku Bahasa Gaul Ikhwan Akhwat Karya Syarif Hade Masyah A. Analisis Jenis Peribahasa………………………………………… 39 B. Analisis Metode Penerjemahan…………………………………… 61 C. Analisis Penilaian Terjemahan…………………………………….. 85

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ………………………………………………………. 122 B. Rekomendasi……………………………………………………… 123

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Dalam skripsi ini, sebagian data berbahasa Arab ditransliterasikan ke dalam huruf latin. Transliterasi ini berdasarkan Pedoman Transliterasi Arab-Latin dalam Buku “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah” CeQDA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 1. Padanan Aksara Huruf Arab ‫ا‬ ‫ب‬ ‫ت‬ ‫ث‬ ‫ج‬ ‫ح‬ ‫خ‬ ‫د‬ ‫ذ‬ ‫ر‬ ‫ز‬ ‫س‬ ‫ش‬ ‫ص‬ ‫ض‬

Huruf Latin

Huruf Arab ‫ط‬ ‫ظ‬ ‫ع‬ ‫غ‬ ‫ف‬ ‫ق‬ ‫ك‬ ‫ل‬ ‫م‬ ‫ن‬ ‫و‬ ‫ة‬ ‫ء‬ ‫ي‬

B T Ts J H Kh D Dz R Z S Sy S D

Huruf Latin T Z ‘ Gh F Q K L M N w h ` y

2. Vokal

Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.

A. Vokal tunggal Tanda Vokal Arab

---َ ----ِ -----ُ

Tanda Vokal Latin a

Keterangan Fathah

i

Kasrah

u

Dammah

B. Vokal rangkap Tanda Vokal Arab ‫ي‬---َ ‫و‬---َ

Tanda Vokal Latin ai au

Keterangan a dan i a dan u

C. Vokal Panjang Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd), yang dalam bahasa Arab dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu : Tanda Vokal Arab ‫ي‬/‫ا‬----َ ‫ِي‬---‫ُو‬---

Tanda Vokal Latin â î û

Keterangan a dengan topi di atas i dengan topi di atas u dengan topi di atas

3. Kata Sandang Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan huruf, yaitu ‫ ال‬, dialihaksarakan menjadi huruf /l/, baik diikuti huruf syamsiyyah maupun huruf qamariyyah. Contoh : al-rijâl bukan arrijâl, al-dîwân bukan ad- dîwân.

4. Syaddah (Tasydîd) Syaddah atau Tasydîd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda---ّ dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah. Misalnya, kata ‫ اﻟﻀّﺮورة‬tidak ditulis ad-darûrah melainkan al- darûrah, demikian seterusnya.

5. Ta Marbûtah Jika huruf Ta Marbûtah terdapat pada kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/ (contoh no.1). hal yang sama juga berlaku, jika Ta Marbûtah tersebut diikuti oleh (na’t) atau kata sifat (contoh no.2). namun jika huruf Ta Marbûtah tersebut diikuti kata benda (ism), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/ (contoh no.3)

No. 1 2 3

Kata Arab ‫ﻃﺮﻳﻘﺔ‬ ‫اﻟﺠﺎﻣﻌﺔ اﻹﺳﻼﻣﻴﺔ‬ ‫وﺣﺪة اﻟﻮﺟﻮد‬

Alih Aksara tarîqah al-jâmi’ah al-islâmiyah wihdat al-wujûd

6. Huruf kapital Mengikuti EYD bahasa Indonesia. Untuk proper name (nama diri, nama tempat, dan sebagainya), seperti al-Kindi bukan Al-Kindi (untuk huruf “al” a tidak boleh kapital.

ABSTRAK Siti Hamidah “ Peribahasa Arab dalam Buku Bahasa Gaul Ikhwan Akhwat (Pendekatan Penilaian Penerjemahan)”. Di bawah bimbingan Karlina Helmanita, M.Ag. Peribahasa Arab disebut juga dengan matsal yaitu ungkapan pendek yang beredar di masyarakat yang berisi tentang pikiran yang bijak, tentang aspek kehidupan manusia yang berubah-ubah. Peribahasa juga merupakan kelompok kata atau kalimat yang tetap susunanya, biasanya mengiaskan maksud tertentu dan juga termasuk bidal, ungkapan, dan perumpamaan. Peribahasa juga merupakan gambaran dari nilai-nilai kebudayaan, yang bisa kita temui kemiripan makna. Meskipun dengan ungkapan yang berbeda, perbedaan tersebut disebabkan oleh faktor kebudayaan. Penerjemahan merupakan kegiatan mereproduksi amanat atau pesan bahasa sumber dengan padanan yang paling dekat dan wajar di dalam bahasa penerima, baik dilihat dari segi arti maupun gaya. Idealnya terjemahan tidak akan dirasakan sebagai terjemahan. Namun, untuk mereproduksi amanat itu, mau tidak mau, diperlukan penyesuaian gramatis dan leksikal. Pemilihan metode terjemahan yang tepat juga berperan penting dalam kegiatan penerjemahan. Setelah proses penerjemahan selesai, penilaian terhadap terjemahan diperlukan untuk mengukur sejauh mana kualitas dari terjemahan tersebut. Perlu diperhatikan dalam penilaian penerjemahan, yaitu ketepatan, kejelasan, dan kewajaran. Suatu terjemahan dikatakan memiliki ketepatan bila tidak menyimpang dari isi dan informasi yang terdapat di dalam teks asli bahasa sumber. Suatu terjemahan memiliki kejelasan yang baik maksudnya adalah bahwa terjemahan tersebut dapat dimengerti dan dipahami dengan mudah oleh pembaca. Dan suatu terjemahan memiliki kewajaran artinya terjemahan tersebut menggunakan kalimat-kalimat yang tunduk terhadap aturan kaidah bahasa sasaran dan tidak asing bagi pembaca Materi yang dianalisis dalam kajian ini adalah peribahasa yang terdapat dalam buku Bahasa Gaul Ikhwan Akhwat karya Syarif Hade Masyah. Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan penilaian penerjemahan Mildred L. Larson. Peneliti juga menganalisis jenis peribahasa, dengan materi jenis-jenis peribahasa yang terdapat dalam bab Farâ’id al-Adâb fi al-Matsal wa al-Aqwal yang di karang oleh Al-Ab Luwais Ma’luf al-Yasu’I. selain itu, peneliti juga menganalisis peribahasa dalam buku Bahasa Gaul Ikhwan Akhwat dengan metode penerjemahan Peter Newmark. Dari hasil penelitian yang dilakukan, peneliti menarik kesimpulan bahwa hasil terjemahan peribahasa dalam buku Bahasa Gaul Ikhwan Akhwat sudah bagus. Di temukan jenis peribahasa yang kebanyakan menyampaikan nasihat dan pengajaran terhadap orang lain, sedangkan metode penerjemahan yang kebanyakan digunakan adalah metode penerjemahan semantis karena metode tersebut bersifat fleksibel dan memberi keluasan kepada penerjemah untuk berkreatifitas. Pada penilaian penerjemahan ada 51 peribahasa dengan terjemahan mudah, 17 peribahasa dengan terjemahan sedang, dan 2 dengan terjemahan sulit.

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah melakukan penelitian terhadap peribahasa Arab yang terdapat dalam buku Bahasa Gaul Ikhwan Akhwat, peneliti menemukan jenis peribahasa yang paling dominan yaitu jenis peribahasa

‫ اﻟ ِﻌﺒْﺮَة‬terdapat 46 yaitu peribahasa

yang berupa kalimat lengkap berisi nasihat atau pengajaran., 12 peribahasa yang termasuk jenis peribahasa

‫ﺠﺔ‬ ‫ﺤﱠ‬ ُ ‫ اﻟ‬yaitu semboyan yang terjadi dari peribahasa

atau peribahasa yang dijadikan semboyan, 4 peribahasa yang termasuk jenis peribahasa

‫ﺚ‬ ُ ْ‫ﺤ ِﺪﻳ‬ َ ‫اﻟ‬,

yaitu peribahasa yang berisi perbandingan: terjadi dari

maksud ( yang tidak diungkapkan ) atau perbandingan ( yang diungkapkan) dan kadang-kadang memakai kata: seperti, ibarat, bagaikan, macam, dan sebagainya, 12 peribahasa yang termasuk jenis peribahasa

‫ﺼ َﻔ ُﺔ‬ ِ ‫اﻟ‬, yaitu peribahasa yang

terjadi dari kalimat tidak lengkap, berisi hal-hal umum dan tidak berisi nasihat. Sedangkan metode penerjemahan yang digunakan untuk menerjemahkan peribahasa

yang

terdapat

dalam

buku

Bahasa

Gaul

Ikhwan

Akhwat

kebanyakannya menggunakan metode semantis, ada 47 peribahasa, peribahasa yang menggunakan metode penerjemahan idiomatis 10, peribahasa yang menggunakan metode penerjemahan bebas 12, dan peribahasa yang menggunakan metode penerjemahan komunikatif 2. Tidak mudah bagi seorang penerjemah menggunakan satu gaya terjemahan secara konsisten, sekalipun bisa maka hasil terjemahan tidak akan 124

baik. Terkadang ada teks Bsu yang sudah bisa dipahami/ tersampaikan maksud yang dikandung hanya dengan menggunakan gaya terjemahan semantis, terkadang teks Bsu baru bisa dipahami dengan menggunakan gaya terjemahan bebas, dan begitu seterusnya. Sedangkan

penilaian

penerjemahan,

peneliti

mengelompokkannya

berdasarkan hasil terjemahan. yaitu Peribahasa Dengan Tingkat Penerjemahan Mudah ada 51 peribahasa, kemudahan itu dilihat dari ketepatan, kejelasan, dan kewajaran dalam penerjemahannya. Peribahasa Dengan Tingkat Penerjemahan Sedang ada 17 peribahasa, hal itu dilihat dari adanya salah satu unsur dari ketepatan, kejelaan, dan kewajaran ada yang tidak terpenuhi. Peribahasa Dengan Tingkat Penerjemahan Sulit ada 2 peribahasa, kesulitan itu dilihat dari tidak adanya ketepatan, kejelasan, dan kewajaran.

Rekomendasi Peneliti menyadari penelitian ini masih jauh dari sempurna, maka Peneliti berharap penelitian tentang peribahasa Arab yang terdapat dalam buku Bahasa Gaul Ikhwan Akhwat bisa dilanjutkan kembali oleh peneliti berikutnya. Pada penelitian ini, peneliti hanya menganalisis jenis peribahasa, metode dan aspek penilaian penerjemahan. Pada aspek penilaian penerjemahan peneliti tidak secara tuntas melakukan analisis karena penilaian penerjemahan tidak sampai pada tes hasil penerjemahan yang mencakup tes pemahaman, tes keterbacaan, tes kewajaran, terjemahan balik, dan pemeriksaan konsistensi. Oleh karena itu, penelitian ini perlu diteliti lebih lanjut.

125

A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah suatu sistem lambang berupa bunyi, bersifat arbitrer, digunakan oleh suatu masyarakat tutur untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Sebagai sebuah sistem, maka bahasa terbentuk oleh suatu aturan, kaidah, atau pola-pola tertentu, baik dalam bidang bunyi, tata bentuk kata, maupun tata kalimat. 1 Di samping tata bahasa, dalam bahasa Indonesia juga dikenal peribahasa. Dalam peribahasa terkandung suatu makna yang sangat mendalam dalam kehidupan kita. Itulah sebabnya, banyak orang yang mengungkapkan peribahasa untuk menyampaikan maksud yang ingin diungkapkannya. 2 Peribahasa adalah kalimat atau penggalan kalimat yang telah membeku bentuk makna dan fungsinya dalam masyarakat, bersifat turun-temurun, digunakan untuk penghias karangan atau percakapan, penguat maksud karangan, pemberi nasihat, pengajaran atau pedoman hidup; mencakup bidal, pepatah, perumpamaan, ibarat, pemeo. 3 Peribahasa juga merupakan

kelompok kata atau kalimat yang tetap

susunanya, biasanya mengiaskan maksud tertentu dan juga termasuk bidal, ungkapan, dan perumpamaan. Peribahasa juga merupakan gambaran dari nilainilai kebudayaan, yang bisa kita temui kemiripan makna. Meskipun dengan ungkapan yang berbeda, perbedaan tersebut disebabkan oleh faktor kebudayaan.

1

1.

Abdul Chaer, Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h.

2

Nur Arifin Chaniago dan Bagas Pratama, 3700 Peribahasa Indonesia (Bandung: Pustaka Setia, 1998), h. 5. 3 Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2001), h. 169.

1

Hal ini merupakan bukti dari teori realivitas bahasa, bahwa makna sebuah kata terikat oleh lingkungan kultural dan ekologis pemakai bahasa tertentu. Di Indonesia ada banyak buku yang memuat tentang peribahasa, diantaranya buku “Bahasa Gaul Ikhwan Akhwat” karya Syarif Hade Masyah. Penulis menganalisis peribahasa dalam buku Bahasa Gaul Ikhwan Akhwat karena buku ini adalah buku tentang bahasa Arab gaul yang biasa digunakan oleh ikhwan dan akhwat, bukan buku yang memuat secara keseluruhan peribahasa. Selain itu, pengarang buku ini adalah dosen Peneliti di Jurusan Tarjamah, sehingga Peneliti ingin menganalisis hasil terjemahannya. Berikut ini adalah contoh peribahasa Arab yang terdapat dalam buku Bahasa Gaul Ikhwan Akhwat

“ Air beriak tanda tak dalam”.

‫ل ِﻟﺴَﺎ ُﻧ ُﻪ‬ َ ‫ﺣﺠﱠ ُﺘ ُﻪ ﻃَﺎ‬ ُ ْ‫ﺼ َﺮت‬ ُ ‫َﻣﻦْ َﻗ‬

4

Secara harfiah terjemahan di atas berarti “ Orang yang pendek argumennya, maka panjang lisanya”. Akan tetapi, dalam kasus ini, penerjemah menggunakan metode penerjemahan idiomatik karena menghadirkan kesan keakraban dan ungkapan idiomatik yang tidak didapati pada versi aslinya. 5 Selain “air beriak tanda tak dalam”, peribahasa di atas juga bisa diterjemahkan dengan “ Tong kosong nyaring bunyinya” atau orang yang bodoh, namun banyak omong.

‫ﺟ َﺪ‬ َ ‫ﺟ ﱠﺪ َو‬ َ ْ‫َﻣﻦ‬ “Siapa yang berusaha pasti akan berhasil” 6

4

83.

Syarif Hade Masyah, Bahasa Gaul Ikhwan Akhwat (Depok: Qultum Media, 2006), h.

5

Moch. Syarif Hidayatullah, Tarjim Al-an Cara Mudah Menerjemahkan Arab Indonesia ( Pamulang: Dikara, 2009), h. 34. 6 Syarif Hade Masyah, Bahasa Gaul Ikhwan Akhwat, h. 74.

2

Jika pada peribahasa pertama penerjemah menggunakan metode penerjemahan idiomatik, maka pada peribahasa yang kedua ini penerjemah menggunakan metode penerjemahan harfiah, karena penerjemah mencarikan padanan konstruksi gramatikal Tsu yang terdekat dalam Tsa. 7 Peribahasa di atas bisa juga diterjemahkan dengan “Rajin pangkal pandai” jika melihat dari kandungan maknanya. Dari dua contoh peribahasa yang terdapat dalam buku Bahasa Gaul Ikhwan Akhwat terdapat dua variasi metode yang digunakan oleh penerjemah, yang pertama idiomatik dan yang kedua harfiah. Karena hal inilah Peneliti ingin menelusuri kenapa penerjemah menggunakan dua metode yang berbeda, dan ingin menilai hasil terjemahan peribahasa dalam buku Bahasa Gaul Ikhwan Akhwat ini. Berangkat dari permasalahan tersebut Peneliti akan mencoba meneliti penerjemahan peribahasa yang terdapat pada buku Bahasa Gaul Ikhwan Akhwat karangan Syarif Hade Masyah. Penelitian tersebut Peneliti beri judul “PERIBAHASA ARAB DALAM BUKU BAHASA GAUL IKHWAN AKHWAT: Analisis Pendekatan Penilaian Terjemahan” B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, Penulis akan meneliti penerjemahan peribahasa Arab dalam buku Bahasa Gaul Ikhwan Akhwat karangan Syarif Hade Masyah. Rumusan masalah penelitian ini adalah: 1. Jenis peribahasa apa saja yang menjadi karakteristik dalam buku Bahasa Gaul Ikhwan Akhwat? 2. Metode apa yang digunakan oleh penerjemah dalam menerjemahkan peribahasa Arab dalam buku Bahasa Gaul Ikhwan Akhwat?

7

Moch. Syarif Hidayatullah, Tarjim Al-an Cara Mudah Menerjemahkan Arab Indonesia, h. 31.

3

3. Bagaimana hasil terjemahan peribahasa tersebut jika dinilai dengan teori penilaian penerjemahan Mildred L Larson? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui jenis peribahasa yang menjadi karekteristik dalam buku Bahasa Gaul Ikhwan Akhwat 2. Mengetahui metode penerjemahan yang digunakan oleh penerjemah dalam buku Bahasa Gaul Ikhwan Akhwat dengan teori Newmark. 3. Mengetahui hasil terjemahan peribahasa Arab dalam buku Bahasa Gaul Ikhwan Akhwat dengan teori penilaian penerjemahan Mildred L Larson. Manfaat dari penelitian ini yaitu: Pertama, menambah wawasan penerjemahan dalam menerjemahkan peribahasa Arab, kedua, memberi pengetahuan tentang cara menerjemahkan peribahasa, dan ketiga, menjadi rujukan Mahasiswa Tarjamah dalam membuat skripsi yang bertemakan peribahasa. D. Tinjauan Pustaka Penelitian tentang permasalahan peribahasa bukanlah yang baru. Hasil dari pantauan Peneliti, penelitian tentang peribahasa baru dibahas oleh dua orang yaitu: oleh Qhuraratunnada, dengan judul “ Peribahasa Arab Dalam Bahasa Indonesia (Suatu Tinjauan Semantik) tahun 2002 dan Badriah, dengan judul“ Penerjemahan Peribahasa Arab ke Peribahasa Indonesia (Analisis Terhadap Lima Belas Peribahasa Arab) tahun 2008. Umumnya, penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Jurusan Tarjamah di atas menggunakan pendekatan semantik. Namun Peneliti belum menemukan mahasiswa jurusan Tarjamah yang membahas tentang penilaian penerjemahan

4

peribahasa. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk membahas penerjemahan peribahasa dalam buku Bahasa Gaul Ikhwan Akhwat dengan pendekatan penilaian penerjemahan. E. Metodologi Penelitian Pada penulisan skripsi ini, metode yang digunakan oleh peneliti adalah metode penelitian kualitatif tentang peribahasa Arab dalam buku Bahasa Gaul Ikhwan Akhwat dengan pendekatan penilaian penerjemahan berdasarkan analisis deskriptif. Langkah penelitian dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data tentang peribahasa Arab dalam buku Bahasa Gaul Ikhwan Akhwat, setelah data dikumpulkan, peneliti melakukan klasifikasi selanjutnya diinterpretasi atau dianalisis berdasarkan metode penerjemahan Newmark dan metode penilaian penerjemahan menurut Mildred L Larson. Teknik penulisan penelitian ini, Peneliti mengacu kepada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah ( Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang disusun oleh Tim Penulis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang diterbitkan oleh CeQDA (Center For Quality Development and Assurance) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. F. Sistematika Penulisan Penelitian ini terdiri dari lima bab, terdiri dari: Bab I Pendahuluan yang meliputi, latar belakang masalah, pembahasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodelogi penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II Kerangka Teori: Bab ini berisikan teori yang meliputi teori Peribahasa yang meliputi pengertian, karakteristik peribahasa Arab, dan macammacam peribahasa. Penerjemahan dari segi pengertian, metode, dan teori

5

penilaian penerjemahan. Selain itu terdapat juga teori Peribahasa yang mengulas pengertian dan karakteristik peribahasa Arab dan Indonesia. Bab III berisi gambaran umum tentang buku Bahasa Gaul Ikhwan Akhwat yang meliputi biografi penulis dan karya-karyanya serta synopsis buku Bab IV analisis metode penerjemahan dan hasil terjemahan peribahasa Arab dalam buku Bahasa Gaul Ikhwan Akhwat karya Syarif Hade Masyah Bab V penutup yang berisi kesimpulan dari hasil penelitian dan rekomendasi.

6

7

BAB II A. Teori Peribahasa 1. Pengertian Peribahasa Peribahasa Arab disebut juga dengan matsal yaitu ungkapan pendek yang beredar di masyarakat yang berisi tentang pikiran yang bijak, tentang aspek kehidupan manusia yang berubah-ubah. 1 Dengan demikian peribahasa bahasa Arab merupakan hasil dari refleksi perjalanan hidup bangsa Arab, prinsip hidup, habitat, hubungan sosial, nilai-nilai moral, adat istiadat dan tradisi mereka. Peribahasa juga merupakan hasil dari refleksi kemampuan bangsa Arab dalam mengekspresikan pikiran, perasaan dan kemahiran berbahasa. Sejarah panjang dan pengalaman yang kaya membuat peribahasa bahasa Arab dapat mengekspresikan situasi dan kondisi yang ada di masyarakat, dan dapat menunjukan kualitas sikap manusia dengan memuji sikap yang baik dan mencela sikap yang buruk. 2

‫ﺣﺎ َد َﺛ ٍﺔ َﻳﺸْ َﺒ ُﻪ‬ َ ْ‫ﺼ ٍﺔ َأو‬ ‫ﺸﻴْ ُﺮ ِإَﻟﻰ ِﻗ ﱠ‬ ِ ‫ﺟ َﺰةٌ َﺗ‬ ِ ْ‫ﺻﻴْ َﻨﺔٌ ُﻣﻮ‬ ِ ‫ﺟ َﻤﻞٌ َر‬ ُ ‫ﻲ‬ َ ‫ل ِه‬ ُ ‫ﻷﻣْ َﺜﺎ‬ َ ‫َوا‬ ‫ﻷﺟِْﻠ ِﻪ‬ َِ ْ‫ل اﱠﻟ ِﺬى ِﻗﻴَْﻠﺖ‬ ِ ‫ﺤﺎ‬ َ ‫ﺣ ِﻜ َﻴﺖْ ِﻓﻴْ ِﻪ ِﺑ‬ ُ ‫ل اﱠﻟ ِﺬى‬ ُ ‫ﺣﺎ‬ َ ‫ِﺑ َﻬﺎ‬

1

Abdul Aziz bin Muhammad Faisal, al- Adâb al- Arâbiy wa Târikh (Saudi Arabia: Jami’at al-Imam Muhammad bin Su’ud al-Islâmiyyat, 1985), h. 168. 2 M.H. Bakhala, Arabic Culture Through Its Language and Literature ( London: Kegan Paul Internasional, 1984), h. 252.

7

Amtsal adalah kalimat singkat yang diucapkan pada keadaan atau peristiwa tertentu, digunakan untuk menyerupakan keadaan atau peristiwa tertentu dengan keadaan atau peristiwa asal dimana matsal tersebut diucapkan. 3 Kata amtsal adalah bentuk jamak dari masalun dan mislun, yang mengandung arti bidal atau bandingan. Terdapat banyak arti kata masalun dan mislun yang dapat kita jumpai, misalnya persamaan, padanan, sederajat, sepangkat, sejalan (dengan), menurut kias, sama (dengan). Atau dalam terjemahan bahasa asing lainnya kita jumpai seperti similar, equal dan analogous. Dalam sastra Indonesia amtsal ini sama dengan peribahasa atau pepatah Peribahasa adalah kalimat atau penggalan kalimat yang telah membeku bentuk makna dan fungsinya dalam masyarakat, besifat turun-temurun, dipergunakan untuk penghias karangan atau percakapan, penguat maksud karangan, pemberi nasihat, pengajaran atau pedoman hidup. 4 Ada beberapa pendapat para tokoh mengenai peribahasa, diantaranya: Aristoteles, dari abad ke-13 sebelum masehi sudah merumuskan penilaian peribahasa. Menurutnya peribahasa adalah peninggalan dari filsafat kuno, tersimpan dari antara banyak reruntuhan, karena singkatnya yang enak dipakai. Cervantes, sastrawan besar dari Spanyol abad ke-16 mengemukakan peribahasa adalah rumusan singkat dari pengalaman yang panjang. Rusell, seorang negarawan dari pembaru dari Inggris abad ke-19 membatasi peribahasa sebagai kecerdikan satu orang kebijaksanaan semua orang. (one’s wit and all men’s 3

Achmad Bahrudin Sholihin, “ Al-Amtsal,” artikel diakses pada 2 April 2010 dari http://www.al-muqsithonline.org/2010.1309/p01s03-wome.html 4 Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2001), 61.

8

wisdow). Abbe De Saint Pierre, seorang ahli Negara dari Perancis abad ke-17 menilai peribahasa sebagai “gema pengalaman hidup” (les proverbes sont les echo’s de I experience). Menarik lagi ialah bahwa tidak sedikit peribahasa dari satu kebudayaan ditemukan lagi dalam kebudayaan lain seperti peribahasa Belanda, “de appel valt niet ver van de boom”, dikatakan dengan lambang lain dalam bahasa Jawa, “kacang mangsa ninggala lanjaran”, yang berarti “anak tak akan berlainan dengan orang tuanya”. 5

2. Macam-macam Peribahasa Dalam bahasa Indonesia terdapat lima jenis peribahasa yaitu: bidal, pepatah, ibarat, perumpamaan, dan pemeo. a. Bidal, yaitu peribahasa yang berupa kalimat tidak lengkap dan berisi nasihat atau pengajaran. Contohnya: Telur hari ini lebih baik daripada ayam betina besok hari. b. Pepatah, yaitu peribahasa yang terjadi dari kalimat tidak lengkap, berisi hal-hal umum dan tidak berisi nasihat. Contohnya: Anak perempuan sama seperti ibunya. c. Perumpamaan, yaitu peribahasa yang berisi perbandingan; terjadi dari maksud (yang tidak diungkapkan) dan perbandingan (yang diungkapkan). Perumpamaan kadang-kadang memakai kata: seperti, ibarat, bagaikan, macam

dan

sebagainya,

tapi

kadang-kadang

tidak.

Contohnya:

Pembalasannya sebagaimana pembalasan Dia. 5

F.S Darmasoetjipta, Kamus Peribahasa Jawa Dengan Penjelasan Kata-Kata dan Pengertiannya (Jakarta: kanisius, 1985), h. 4.

9

d. Ibarat, yaitu perbandingan antara orang atau benda dengan hal-hal lain dengan mempergunakan kata: seperti, bagaikan. Contohnya: Hatinya keras dan kokoh seperti batu. e. Pemeo, yaitu semboyan yang terjadi dari peribahasa: peribahasa yang dijadikan semboyan. Contohnya: Kebersihan sebagian dari iman. 6

Dalam bahasa Arab, terdapat empat jenis peribahasa, yaitu :

argument),

a.

‫ﺠ ُﺔ‬ ‫ﺤﱠ‬ ُ ‫( اﻟ‬

‫ﺚ‬ ُ ْ‫ﺤ ِﺪﻳ‬ َ ‫ ( اﻟ‬perkataan), ‫( اﻟ ِﻌﺒْ َﺮ ُة‬nasihat), ‫ﺼ َﻔ ُﺔ‬ ِ ‫ ( اﻟ‬karakter).

7

‫اﻟ ِﻌﺒْ َﺮ ُة‬, yaitu peribahasa yang berupa kalimat tidak lengkap dan berisi nasihat atau pengajaran. Contohnya:

‫ﺟ ِﺔ اْﻟ َﻐ ًﺪ‬ َ ‫ﺟﺎ‬ َ ‫ﺧﻴْ ُﺮ ِﻣﻦْ َد‬ َ ‫ﻀ ُﺔ اْﻟ َﻴﻮْ َم‬ َ ْ‫َﺑﻴ‬ Telur hari ini lebih baik daripada ayam esok hari b.

‫ﺚ‬ ُ ْ‫ﺤ ِﺪﻳ‬ َ ‫اﻟ‬, yaitu peribahasa yang berisi perbandingan: terjadi dari maksud (yang tidak diungkapkan) dan perbandingan (yang

diungkapkan) dan

kadang-kadang memakai kata: seperti, ibarat, bagaikan, macam, dan sebagainya Contohnya:

ْ‫ﺳ ِﻨ َﻤﺎر‬ ِ ‫ﺟ َﺰا ُء‬ َ ‫ﺟ َﺰا ُؤ ُﻩ‬ َ Pembalasanya seperti pembalasan sinimar (Dia).

6

James Danadjaya, Folklore Indonesia (Jakarta: PT. Graffiti Press, 1984), h. 32. Al-Ab Luwais Ma’luf al-Yasu’I, Farâ’id al-Adâb fi al-Matsal wa al-Aqwal (Beirut: alMatba’ah al-Zatukiyah, 1956), h. 749. 7

10

c.

‫ﺠ ُﺔ‬ ‫ﺤﱠ‬ ُ ‫اﻟ‬, yaitu semboyan yang terjadi dari peribahasa: peribahasa yang dijadikan semboyan contohnya:

‫ﻋﺔ‬ َ ‫ﺴﺎ‬ َ ‫ﻖ ِإَﻟﻰ ِﻗ َﻴﺎ ِم اﻟ‬ ‫ﺤﱢ‬ َ ‫ﺟﻮَْﻟ ُﺔ اْﻟ‬ َ ‫ﻋ ُﺔ َو‬ َ ‫ﺳﺎ‬ َ ‫ﻞ‬ َ‫ﻃ‬ ِ ‫ﺟﻮَْﻟ ُﺔ اْ ﻟ َﺒﺎ‬ َ Perputaran kebatilan hanya sesaat, perputaran kebenaran hingga akhir zaman d.

‫ﺼ َﻔ ُﺔ‬ ِ ‫اﻟ‬, yaitu peribahasa yang terjadi dari kalimat tidak lengkap, berisi hal-hal umum dan tidak berisi nasihat. Contohnya:

‫ﺷﺒْ ُﻪ َأ ِﺑﻴْ ِﻪ‬ ِ ‫َأﻟْ َﻮَﻟ ُﺪ‬ Seorang anak menyerupai ayahnya

Berdasarkan pembentukanya, peribahasa dapat di bagi menjadi dua jenis: a. Peribahasa

ٌ‫ﺣ ِﻘﻴْ َﻘﺔ‬ َ,

kebenaran, keabsahan, kenyataan, yaitu peribahasa

yang berasal dari peristiwa yang pernah terjadi. Peristiwa ini terjadi berdasarkan latar belakang sejarah. Contoh peribahasa:

‫ل‬ َ ْ‫ﻒ اْﻟ َﻌﺬ‬ ُ ْ‫ﺴﻴ‬ ‫ﻖ اﻟ ﱠ‬ َ ‫ﺳ َﺒ‬ َ

Nasi telah menjadi bubur Matsal ini muncul dari cerita seorang Arab yang kehilangan untanya, ia menyuruh anaknya untuk mencari unta di padang pasir. Lalu anak itu pergi dengan membawa sebuah pedang. Setelah sekian lama menunggu, ternyata anak itu tidak muncul-muncul lagi. Ayahnya sangat khawatir menunggunya. Pada suatu

11

b. Peribahasa

‫ﺿ َﻴ ُﺔ اﻟ َﺘﻤْ ِﺜ ِﻴِﻠ َﻴ ِﺔ‬ ِ ْ‫ َﻓﺮ‬penyerupaan dan membandingkan, yaitu

bentuk perbandingan

ْ‫ﺸ ِﺒﻪ‬ ِ ‫َوﺟْ َﻪ اﻟ‬

sifat yang , hipotesa, asumsi, dan

dugaan, yaitu pribahasa yang tidak mempunyai latar belakang sejarah. Peribahasa ini di ciptakan berdasarkan tingkah laku hewan atau juga gejala alam lainya, berfungsi sebagai pemberi nasihat kepada orang lain, berfungsi sebagai pemberi nasihat bagi orang yang pandai dan memberi pelajaran bagi orang yang bodoh.

8

Al-Ab Luwais Ma’luf al-Yasu’I, Farâ’id al-Adâb fi al-Matsal wa al-Aqwal, h. 749.

12

Menurut al-Hasyimi, 9 jika dilihat dari gaya bahasa yang terdiri dari jenisjenis pribahasa di atas bisa di masukan ke dalam:

ْ‫ اﻟ َﺘﺸْ ِﺒﻴْ ُﻪ اﻟ َﺘﻤْ ِﺜﻴِْﻠﻲ‬penyerupaan dengan membandingkan,

a. Gaya bahasa

yaitu bentuk perbandingan yang

‫ﺸ ِﺒﻪ‬ ِ ‫ َوﺟْ َﻪ اﻟ‬sifat yang diumpamakannya

terdiri dari beberapa komponen. b. Gaya bahasa

‫ اِﻟﺈﺳْ ِﺘ َﻌﺎ َر ُة اﻟ َﺘﻤْ ِﺜﻴِْﻠ َﻴ ُﺔ‬, kiasan yang bersifat mewakili, yaitu

komposisi kata yang digunakan tidak dengan makna sebenarnya untuk hubungan perbandingan. Ada

‫( َﻗ ِﺮﻳْ َﻨﺔ‬tanda), yang mencegah penggunaan

makna aslinya. Yang di maksud

ْ‫ اﻟ َﺘﺸْ ِﺒﻴْ ُﻪ اﻟ َﺘﻤْ ِﺜﻴِْﻠﻲ‬ialah tasbyih yang bilamana wajah

syibihnya berupa gambaran yang dirangkai dari keadaan beberapa hal. Sebagai contohnya Al-Mutanabbi pernah berkata tentang Saipud-Daulah:

‫ب‬ ُ ‫ﺣﻴْ َﻬﺎ ْاﻟ ُﻌﻘَﺎ‬ َ ‫ﺟ َﻨﺎ‬ َ ْ‫ َآ َﻤﺎ َﻧ َﻔﻀﺖ‬-‫ﺟﺎ ِﻧ ِﺒﻴْ ِﻪ‬ َ ‫ﻚ‬ َ ‫ﺣﻮَْﻟ‬ َ ‫ﺶ‬ َ ْ‫ﺠﻴ‬ َ ‫َﻳ ُﻬ ُﺰاْﻟ‬ “pasukan di sekelilingmu bergerak seirama di kanan kirimu, sebagaimana burung rajawali yang menggerakan kedua sayapnya”. Penjelasan contoh di atas menggambarkan dua sayap pasukan, dan SaipulDaulah berada diantara dua sayap tentaranya yang bergerak berjalan seirama, digambarkan oleh al-Mutanabbi sebagai burung rajawali yang menggerakkan kedua sayapnya. Wajah syibihnya mufrad. Melainkan diambil dari beberapa hal,

9

Ahmad al-Hasyimi, Jawâhir al-Balâghah fi al-Ma’âni wa al-Bayân wa al-Badi’ (Beirut: Maktabah Dar al-‘Arabiyyah, 1960), h. 289.

13

yakni adanya dua burung yang berada di kanan kiri sesuatu yang bergerak dan bergelombang. Kemudian yang dimaksud dengan

‫اِﻟﺈﺳْ ِﺘ َﻌﺎ َر ُة اﻟ َﺘﻤْ ِﺜﻴِْﻠ َﻴ ُﺔ‬

ialah suatu

susunan kalimat yang digunakan bukan pada makna aslinya karena ada hubungan keserupaan antara makna asli dan makna majaz disertai adanya

‫َﻗ ِﺮﻳْ َﻨﺔ‬

yang

menghalangi pemahaman terhadap kalimat tersebut dengan makna asli. Contohnya seperti peribahasa Arab:

‫ﻦ‬ ُ ‫ﺊ اْﻟ َﻜ َﻨﺎ ِﺋ‬ ُ ‫ح ُﺗﻤَْﻠ‬ ِ ‫ﻞ اﻟ ﱢﺮ َﻣﺎ‬ َ ْ‫َﻗﺒ‬ “ sebelum memanah, wadah anak panah harus penuh”. Kalimat ini disampaikan kepada orang yang akan membagun rumah, namun belum cukup biayanya. Diserupakan dengan orang yang hendak maju perang namun wadah anak panahnya kosong. Titik keserupaanya adalah samasama tergesa-gesa dalam suatu hal sebelum persediaannya seimbang. Kemudian susunan kalimat yang menunjukan musyabbah bih di sampaikan kepada musyabbah sebagai

‫ اِﻟﺈﺳْ ِﺘ َﻌﺎ َر ُة اﻟ َﺘﻤْ ِﺜﻴِْﻠ َﻴ ُﺔ‬sedangkan ‫ َﻗ ِﺮﻳْ َﻨﺔ‬haliyah.

10

3. Perbedaan Peribahasa dan Ungkapan Seperti yang dijelaskan di atas mengenai definisi peribahasa, maka peribahasa dapat dibandingkan dengan ungkapan. Antara peribahasa dan ungkapan mengandung kias, sedangkan perbedaannya pada bentuk peribahasa dinyatakan dengan kalimat lengkap sedangkan ungkapan hanya terdiri dari

10

Ahmad al-Hasyimi, Jawâhir al-Balâghah fi al-Ma’âni wa al-Bayân wa al-Badi’, h.

289-290.

14

beberapa kata yang merupakan frase. Contoh ungkapan bahasa Arab yang menggunakan leksem buah.

ْ‫ﻲ َﺛﻤْ َﺮ ُة َﻗﻠْ ِﺒﻲ‬ َ ‫ِه‬ Dia adalah buah hatiku

Pada contoh diatas kata

ْ‫ﻲ َﺛﻤْ َﺮ ُة َﻗﻠْ ِﺒﻲ‬ َ ‫ِه‬

“Dia adalah buah hatiku”

merupakan ungkapan yang terdiri dari dua kata. Kita tahu makna kata buah, demikian kata hati, akan tetapi ungkapan kata buah hati tidak dapat di terjemahkan sebagaimana makna sebenarnya yaitu hati itu berbuah, gabungan dari kata-kata itu mengandung kata kias yaitu anak. Dalam bahasa Arab definisi ibarat hampir sama dengan definisi yang diberikan oleh al-Hasyimi yaitu:

‫اِﻟﺈﺳْ ِﺘ َﻌﺎ َر ُة اﻟ َﺘﻤْ ِﺜﻴِْﻠ َﻴ ُﺔ‬

( kiasan yang bersifat

mewakili), karena sama-sama merupakan kiasan yang membandingkan antara subjek perumpamaan dengan objek perumpamaan. Tetapi ada perbedaan antara ciri-ciri ibarat dengan

‫اِﻟﺈﺳْ ِﺘ َﻌﺎ َر ُة اﻟ َﺘﻤْ ِﺜﻴِْﻠ َﻴ ُﺔ‬

yang memiliki ciri-ciri sebagai

berikut: 1. Tidak dapat digunakan kecuali didalam struktur-struktur khusus. 2. Merupakan salah satu jenis majaz, karena itu lebih jelas dalam menggambarkan peristiwa dari pada

3. Membutuhkan

‫ َﺗﺸْ ِﺒﻴْﻪ‬.

‫( َﻗ ِﺮﻳْ َﻨﺔ‬tanda) yang mencegah penggunaan makna sebenarnya.

4. Tidak menggunakan ْ‫داة‬ َ‫ﻻ‬ َ ‫ ( ا‬pemarkah).

15

5. Pada bentuk ini terdapat ‫ﻪ‬ ِ ‫ِﺑ‬

ْ‫ ( َاﻟْ ُﻤ َﺜ ﱠﺒﻪ‬objek perumpamaan) 11

B. Teori Penerjemahan 1. Pengertian Penerjemahan Ada beberapa definisi penerjemahan yang telah dikemukakan oleh para ahli, diantaranya al-Zarqani, beliau mengemukakan bahwa secara etimologis istilah terjemahan adalah menjelaskan dan menerangkan tuturan, baik penjelasan itu sama dengan tuturan yang dijelaskannya maupun berbeda. Adapun secara terminologis, menerjemahkan didefinisikan dengan:

‫ﺠ ِﻤﻴْ ِﻊ‬ َ ‫ﺧ َﺮ ِﻣﻦْ ُﻟ َﻐ ٍﺔ ُأﺧْ َﺮى َﻣ َﻊ اﻟ َﻮ َﻓﺎ ِء ِﺑ‬ َ ‫ﻼ ٍم َأ‬ َ ‫ﻋﻦْ َﻣﻌْ َﻨﻰ َآ‬ َ ‫اﻟ َﺘﻌْ ِﺒﻴْ ُﺮ‬ ‫ﺻ ِﺪ ِﻩ‬ ِ ‫َﻣ َﻌﺎ ِﻧﻴْ ِﻪ َو َﻣ َﻘﺎ‬ mengungkapkan makna tuturan suatu bahasa didalam bahasa lain dengan memenuhi seluruh makna dan maksud tuturan itu". 12

Definisi kedua berasal dari Eugene A. Nida dan Charles R. Taber Translating consists in reproducing in the receptor language the closest natural equivalent of the source language message, first in the terms of meaning and secondly in term of style. 13

11

Ali al-Jarim dan Mustafa Usman, Balâghah Wadhihah (Bandung: PT Sinar Baru Algensindo, 2004), h. 145-146. 12 Syihabudin, Penerjemahan Arab Indonesia (Bandung: Humaniora, 2005), h. 8-9. 13 Eugene A. Nida dan Charles R. Taber, The Theory And Practice of Translation (Leiden: E.J. Brill, 1974), h. 12.

16

Secara bebas kutipan di atas bisa diartikan sebagai berikut. penerjemahan merupakan kegiatan menghasilkan kembali padanan yang sedekat-dekatnya dan sewajar-wajarnya dari bahasa sumber ke bahasa sasaran, pertama menyangkut maknanya dan kedua menyangkut gayanya.

Di sini Nida dan Taber tidak mempermasalahkan bahasa-bahasa yang terlibat dalam penerjemahan, tetapi lebih tertarik dengan cara kerja penerjemahan, yakni mencari padanan alami yang semirip mungkin sehingga pesan dalam Bsu bisa disampaikan dalam Bsa. 14 Padanan ini selanjutnya diistilahkan dengan ekuivalensi dinamis, yaitu kualitas terjemahan yang mengandung amanat nas sumber yang telah dialihkan sedemikian rupa ke dalam bahasa sasaran, sehingga tanggapan dari reseptor (pembaca) sama dengan tanggapan reseptor terhadap amanat nas sumber. 15 Definisi ketiga diberikan oleh Brislin Translation is the general term referring to the transfer of thoughts and ideas from one language (source) to another (target), whether the languages are written or oral form; whether the languages have established orthographies do not have such standardization or whether one or both languages is based on signs, as with sign languages of the deaf. 16

14

Zuchridin Suryawinata dan Sugeng Harianto, Translation: Bahasan Teori dan Penuntun Praktis Menerjemahkan (Yogyakarta: kanisius, 2003), h. 12. 15 Syihabudin, Penerjemahan Arab Indonesia, h.11. 16 Penerjemahan adalah istilah umum yang mengacu pada proses pengalihan buah pikiran dan gagasan dari suatu bahasa (sumber) kedalam bahasa lain (sasaran), baik dalam bentuk tulisan maupun lisan; baik kedua bahasa tersebut sudah memiliki system penulisan yang baku atau belum, baik salah satu atau keduanya didasarkan pada isyarat sebagaimana bahasa isyarat atau tuna rungu.

17

Dari definisi di atas dapat diketahui bahwa Brislin memberi batasan yang luas pada istilah penerjemahan. Bagi dia, penerjemahan adalah pengalihan buah pikiran atau gagasan dari suatu bahasa kedalam bahasa lain. Kedua bahasa ini bisa serumpun, seperti bahasa Sunda dan Jawa, bisa dari lain rumpun, seperti bahasa Inggris dan bahasa Indonesia, atau bahkan bahasa yang sama tetapi dipakai dalam kurun waktu yang berbeda, misalnya bahasa Jawa zaman Majapahit dan bahasa Jawa zaman sekarang. 17 Secara garis besar, pada tahap awal perbincangan sekitar definisi penerjemahan berfokus pada makna mulai

awal

1980an,

fokus

ekuivalen atau padanan. Sementara itu,

pembicaraan

mulai

bergeser

pada

proses

penerjemahan. 18

1. Metode Penerjemahan Metode penerjemahan yang digunakan disini adalah metode Newmark, dia memandang bahwa metode penerjemahan dapat ditilik dari segi penekanannya terhadap bahasa sumber dan bahasa sasaran. Ada delapan metode penerjemahan, empat berorientasi pada Bsu dan empat lagi berorientasi pada Bsa, yaitu: 1. Penerjemahan Kata Demi Kata Melalui metode ini penerjemahan dilakukan antarbaris, terjemahan untuk tiap kata berada di bawah setiap bahasa sumber. Urutan bahasa sumber dijaga dan dipertahankan. Kata diterjemahkan satu demi satu dengan makna yang paling umum tanpa mempertimbangkan konteks pemakaiannya. Kata yang berkonteks budaya diterjemahkan secara harfiah pula. Metode ini digunakan untuk 17 18

Suryawinata dan Harianto, Translation, h. 13. Suryawinata dan Harianto, Translation, h. 17.

18

memahami cara operasi bahasa sumber dan untuk memecahkan kesulitan nas, sebagai

tahap

awal

kegiatan

penerjemahan.

Dalam

tradisi

pesantren,

penerjemahan demikian dikenal dengan istilah penerjemahan “jenggotan”. 2. Penerjemahan Harfiah Penerjemahan dilakukan dengan mengkonversi kontruksi gramatika bahasa sumber ke dalam kontruksi bahasa penerima yang paling dekat. Namun, kata-kata tetap diterjemahkan satu demi satu tanpa mempertimbangkan konteks pemakaiannya. Metode ini pun digunakan sebagai tahap awal dari kegiatan penerjemahan untuk memecahkan kerumitan struktur nas. 3. Penerjemahan Setia Metode ini berupaya untuk mereproduksi makna kontekstual bahasa sumber ke dalam struktur bahasa penerima secara tepat. Karena itu, kosa kata kebudayaan ditransfer dan urutan gramatikalnya dipertahankan didalam terjemahan. Metode ini berupaya untuk setia sepenuhnya pada tujuan penulis. 4. Penerjemahan Semantis Penerjemahan secara semantik berbeda dengan penerjemahan setia. Dalam metode semantis, nilai estika nas bahasa sumber dipertimbangkan, makna diselaraskan guna meraih asonansi, dan dilakukan pula permainan kata serta pengulangan. Metode ini bersifat fleksibel dan memberi keluasan kepada penerjemah untuk berkreatifitas dan untuk menggunakan intuisinya. 5. Penerjemahan Dengan Adaptasi Adaptasi merupakan cara penerjemahan nas yang paling bebas dibanding cara penerjemahan lainnya. Metode ini banyak digunakan dalam menerjemahkan

19

naskah drama dan puisi dengan tatap mempertahankan tema, karakter, dan alur cerita. Penerjemah pun mengubah kultur bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran. 6. Penerjemahan Bebas Penerjemah mereproduksi masalah yang dikemukakan dalam bahasa sumber tanpa menggunakan cara tertentu. Isi bahasa sumber ditampilkan dalam bentuk bahasa penerima yang benar-benar berbeda. Metode ini bersifat parafrastik, yaitu mengungkapkan amanat yang terkandung dalam bahasa sumber dengan ungkapan penerjemah sendiri didalam bahasa penerima sehingga terjemahan menjadi lebih panjang dari pada aslinya. 7. Penerjemahan Idiomatis Penerjemahan dilakukan dengan mereproduksi pesan bahasa sumber, tetapi cenderung mengubah nuansa makna karena penerjemah menyajikan kolokasi dan idiom-idiom yang tidak terdapat dalam nas sumber. 8. Penerjemahan Komunikatif Penerjemahan komunikatif dilakukan dengan mengungkapkan makna kontekstual nas sumber ke dalam nas penerima dengan suatu cara sehingga isi dan maknanya mudah diterima dan dipahami oleh pembaca. Setiap metode memiliki keunggulan masing-masing sesuai dengan masalah yang dihadapi oleh seorang penerjemah dan selaras dengan tujuan penerjemahan. Namun, secara umum dapat ditegaskan bahwa metode yang baik ialah yang tidak terlampau harfiah dan tidak terlampau bebas . jika terlampau harfiah, pembaca akan mengalami kesulitan di dalam memahami nas terjemahan. Sebaliknya, jika

20

terlampau bebas, nuansa nas sumber menjadi hilang. Nuansa ini sangat penting untuk memperkaya tema atau pokok kajian yang dikemukakan oleh pengarang. 19 C. Teori Penilaian Penerjemahan 1. Aspek penilaian hasil penerjemahan Setiap penerjemah mengharapkan terjemahannya mempunyai mutu yang baik. Kemampuan seseorang dalam menerjemah diukur dari kemampuannya menghasilkan terjemahan yang baik. Menurut Larson terdapat tiga hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian penerjemahan, yaitu ketepatan, kejelasan, dan kewajaran.

Suatu

terjemahan

dikatakan

memiliki

ketepatan

bila

tidak

menyimpang dari isi dan informasi yang terdapat di dalam teks asli bahasa sumber. Suatu terjemahan memiliki kejelasan yang baik maksudnya adalah bahwa terjemahan tersebut dapat dimengerti dan dipahami dengan mudah oleh pembaca. Dan suatu terjemahan memiliki kewajaran artinya terjemahan tersebut menggunakan kalimat-kalimat yang tunduk terhadap aturan kaidah bahasa sasaran 20 2. Prinsip-prinsip penerjemahan yang baik Wilss menyajikan sekumpulan prinsip yang berkontradiksi dalam terjemahan sastra yang menggambarkan betapa rumitnya konsep padanan penerjemahan untuk memperoleh hasil penerjemahan yang baik. Kesepuluh prinsip itu adalah sebagai berikut: 21 a. Terjemahan harus merumuskan kata-kata dari naskah aslinya 19

Peter Newmark, Approaches To Translation (Polytechnic Of Central London: Pergamon Prees 1979), h. 7-8. 20 Mildred L. Larson, Penerjemahan Berdasarkan Makna Pedoman untuk Pemadanan antar Bahasa. PenerjemahKencanawatiTaniran (Jakarta: Arcan, 1989), h. 531-532. 21

Wolfram Wilss, The Science of Translation (Germany: Gunter Narr Verlag Tubingen, 1982), h. 134.

21

b. Terjemahan harus menyajikan ilukosi (makna) c. Terjemahan harus terbaca seperti naskah aslinya d. Terjemahan harus terbaca seperti karya penerjemahan e. Terjemahan harus mempertahankan gaya teks aslinya f. Terjemahan harus mencerminkan gaya penerjemah g. Terjemahan harus mempertahankan dimensi gaya dan histori teks asli h. Terjemahan harus terbaca sebagai karya kontemporer i. Dalam penerjemahan, penerjemah sama sekali tidak boleh menambah atau menghilangkan sesuatu j. Dalam penerjemahan, penerjemah boleh (jika perlu) menambah atau menghilangkan sesuatu. Wilss, menyatakan bahwa relativitas (norma penerjemahan) menunjukkan bahwa sejauh ini tidak ada teoretikus dan praktisi penerjemahan yang mampu menemukan jawaban yang lebih umum, objektif, dan terbukti benar bagi masalah yang agak kompleks dalam penerjemahan antar teks. Sepintas lalu, ini berarti bahwa mungkin tidak ada teori penerjemahan yang dapat diterapkan secara semesta, tetapi akan sangat baik jika ada teori penerjemahan yang spesifik terhadap jenis teks dan akibatnya ada konsep padanan penerjemahan yang spesifik terhadap jenis teks. 22 Dari uraian di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan tentang prinsipprinsip terjemahan yang baik, yaitu: terjemahan yang baik adalah terjemahan yang tidak menyimpang dari isi yang terdapat dalam

teks bahasa sumber, dapat

dimengerti dan mudah dipahami oleh pembaca, menggunakan kalimat-kalimat 22

Wolfram Wilss, The Science of Translation (Germany: Gunter Narr Verlag Tubingen, 1982), h. 134-135.

22

yang mengikuti aturan kaidah bahasa sasaran dan tidak asing bagi pembaca, lebih mengungkapkan isi

baik adalah terjemahan yang tidak tampak sebagai

terjemahan tetapi sebagai karya asli. 23 3. Teknik Menilai Penerjemah a. Perbandingan dengan Teks Sumber Perbandingan yang cermat dengan teks sumber harus dilakukan beberapa kali selama proses terjemahan itu berlangsung. Jenis pemeriksaan ini penting pada saat membuat konsep kedua. Jika terjemahan itu sudah selesai, penerjemah harus melihatnya kembali, dan sekali lagi membuat perbandingan yang lebih cermat, Karena bisa saja dia membuat kesalahan. Salah satu tujuan perbandingan ini ialah untuk memeriksa padanan informasi. Pemeriksaan ini dilakukan untuk memastikan bahwa semua informasi sudah dimasukan tidak ada yang dihilangkan, tidak ada yang ditambahkan, dan tidak ada yang berbeda. Perbandingan ini merupakan pemeriksaan oleh diri sendiri, artinya pemeriksaan itu dilakukan sendiri oleh penerjemah. Tentu saja pemeriksaan ini dapat juga dilakukan oleh orang lain yang tahu persis kedua bahasa itu dan tahu prinsip penerjemahan. Sesudah yakin semua informasi telah dimasukan, penerjemah membuat perbandingan teks sumber dan teks bahasa sasaran untuk mencari masalah yang ada atau yang mungkin ada. Penerjemah mencatat segalanya yang ingin ia pikirkan kembali atau ujikan kepada orang lain, tetapi ia harus sesubjektif mungkin, dan melihat karyanya secara keritis. Pada saat yang sama, ia harus

23

Wolfram Wilss, The Science of Translation, h. 134-135.

23

berhati-hati agar tidak mengubah sesuatu tanpa mempertimbangkannya dengan seksama. 24 b. Terjemahan Balik Terjemahan balik adalah meminta orang lain yang menguasai bahasa sumber dan bahasa sasaran untuk membuat terjemahan balik dari hasil terjemahan ke dalam bahasa sumber. Orang ini menulis dalam bahasa sumber makna yang didapatnya dari hasil terjemahan itu, tanpa membaca terlebih dahulu teks yang digunakan penerjemah. Terjemahan balik tidak dimaksudkan sebagai teks idiomatis yang sempurna dalam bahasa sumber, tetapi merupakan pengalihan harfiah yang digunakan untuk tujuan pemeriksaan. Tiap unsur leksikal harus diterjemahkan secara harfiah, tetapi kalimat yang digunakan dapat berupa bentuk umum gramatikal bahasa sumber. 25 c. Tes Pemahaman Pengujian pemahaman yang baik merupakan kunci menuju terjemahan yang baik. Tujuan tes ini ialah untuk melihat apakah terjemahan itu dimengerti secara tepat oleh penutur bahasa yang sebelumnya tidak pernah melihat terjemahan itu. Teks itu dirancang untuk mengetahui apa yang disampaikan terjemahan

itu

kepada

khalayaknya.

Caranya

yaitu

meminta

orang

mengemukakan isi terjemahan itu, dan menjawab pertanyaan tentang isinya. Hasil tes semacam ini akan membantu penerjemah memperbaiki terjemahanya., sehingga terjemahan itu dapat menyampaikan amanat dengan jelas dan wajar.

24

Mildred L. Larson, Penerjemahan Berdasarkan Makna Pedoman Untuk Pemadanan Antarbahasa. Penerjemah Kencanawati Taniran (Jakarta: Arcan, 1989), h. 536-537. 25 Mildred L. Larson, Penerjemahan Berdasarkan Makna, h. 537.

24

Pengujian pemahaman diberikan kepada orang-orang yang lancar berbicara bahasa sasaran. Orang-orang ini harus orang biasa dari segala lapisan masyarakat. Jika dimaksudkan untuk semua orang, orang-orang ini mencakup orang muda, orang setengah umur, dan orang tua, orang yang terpelajar dan orang yang kurang terpelajar. Akan tetapi, jika terjemahan itu dimaksudkan untuk kelompok tertentu, maka sekelompok orang dari kelompok itu harus dimasukkan sebagai responden. Penguji

tidak

boleh

memotong

atau

menyela

responden

sewaktu

ia

mengungkapkan kembali isi terjemahan itu, melainkan harus mencatat segala yang dikatakanya, atau merekamnya untuk dirujuk kembali nanti. Ia tidak boleh menganggu jalan pikiran responden, dan yang pasti, ia tidak boleh mengoreksinya. Jika responden bingung dengan terjemahan itu, tidak apa-apa, karena penguji harus tahu bahwa respondenya mempunyai masalah ini. Jika responden mengungkapkan kembali apa yang telah dibacanya, diharapkan ia dapat mengingat maksud yang merupakan kejadian utama sebuah tuturan, langkah-langkah utama prosedur, atau maksud utama sebuah pembeberan. Hal ini penting untuk pemeriksaan tema dan ciri-ciri wacana lain. Langkah kedua dari pengujian pemahaman yaitu memberikan pertanyaan tentang teks yang diterjemahkan. Pertanyaan itu harus dipersiapkan sebelumnya, dan tidak dibuat di depan responden. Alasanya, agar penguji mempunyai waktu untuk memikirkan pengertian yang ia harapkan dari respondennya, dan juga memastikan dengan persis hal yang ingin diperiksanya. Dengan demikian, ia dapat merumuskan pertanyaan dengan seksama, dan mendapat informasi yang dicarinya. Ini juga membantunya menggunakan waktu dengan bijaksana sewaktu

25

bekerja dengan responden, karena orang cenderung mau membantu, jika pengujinya siap dan tahu apa yang ingin ditanyakanya. 26 d. Tes Kewajaran Tujuan tes kewajaran ialah untuk melihat apakah bentuk terjemahan itu wajar dan gaya bahasanya sesuai. Kemudian ini dilakukan oleh para pemeriksa, yang diharapkan sejumlah keterampilan menulis bahasa sasaran. Beberapa pemeriksa ini mungkin menguasai bahasa sumber dan bahasa sasaran, dan bersedia memeriksa ketepatan serta kewajaran terjemahan itu. Akan tetapi, kebanyakan pemeriksa hanya membaca terjemahan itu dan mencari cara memperbaiki kewajaran dan gaya bahasanya. Pemeriksa perlu diberi petunjuk yang cermat sebelum memulai pemeriksaan semacam itu. Jika tidak mereka tidak akan banyak memberikan saran yang berguna, sehingga kerja mereka tidak akan memperbaiki terjemahan itu. Pemeriksa harus mempunyai pengetahuan yang cukup tentang perinsip penerjemahan untuk mengerti apa yang disebut penerjemahan idiomatis. Ia bisa mendapatkan latihan dengan meminta konsultan atau penerjemah mengerjakan sejumlah teks bersama-sama denganya. Sebagai latihan, penerjemah menyiapkan “teks yang tidak sempurna”, misalnya, teks dengan bentuk yang tidak wajar, rujuk balik yang tidak jelas, pertentangan kolokasi. pada waktu memeriksa teks ini dengan penerjemah, pemeriksa akan melihat apa saja yang harus dicarinya pada waktu ia memeriksa penerjemahan. 27 e. Tes Keterbacaan

26 27

Mildred L. Larson, Penerjemahan Berdasarkan Makna, h. 540-542. Mildred L. Larson, Penerjemahan Berdasarkan Makna, h. 545-546.

26

Penerjemah dan penguji dapat memberikan tes keterbacaan. Tes ini dilakukan dengan meminta seseorang membaca sebagian terjemahan itu dengan mengeluarkan suara. Bacaan itu harus merupakan bagian yang utuh, atau merupakan

satu

satuan.

Sewaktu

orang

itu

membaca,

penguji

harus

memperhatikan dan mencatat bagian yang membuat pembaca ragu-ragu, atau berhenti dan membaca ulang, Karena gejala ini menandakan suatu masalah dalam keterbacaan. Kadang-kadang pembaca kelihatan bingung, dan tidak mengerti mengapa tes itu menyatakan demikian. Kadang-kadang juga pembaca mengatakan sesuatu yang berbeda dari yang tertulis dalam terjemahan. Tes keterbacaan bukan dilakukan dalam pembahasan formal saja. Setiap saat seseorang membaca terjemahan itu, penerjemah, penguji, dan pemeriksa yang mendengarkannya harus memperhatikan kesulitan membaca ini. Kesulitan ini harus dicatat bersama dengan informasi lain seperti jawaban untuk pertanyaan pemahaman, perubahan kewajaran yang disarankan, dan lain-lain. Orang yang memeriksa keterbacaan harus mengetahui kemungkinan masalah beban informasi. Apakah ada terlalu banyak informasi yang muncul terlalu cepat dalam terjemahan itu? Atau, apakah beban informasi itu terlalu lambat sehingga membosankan, dan tidak begitu dapat dibaca? Sebuah teks dapat dibaca karena ditulis dengan baik, artinya, tulisan itu mempunyai gaya bahasa yang menyenangkan, irama yang bagus dan bergerak dengan langkah yang dapat diterima. Harus diingat bahwa apa yang dapat dibaca oleh khalayak yang satu mungkin tidak dapat dibaca oleh khalayak lainnya. Pembaca yang sangat terpelajar dapat dengan mudah membaca struktur kalimat yang agak rumit, sedangkan pembaca yang kurang terpelajar akan mempunyai kesulitan dengan

27

struktur yang rumit semacam ini. Itulah sebabnya mengapa tes keterbacaan harus dilakukan kepada orang yang akan menggunakan terjemahan itu. Gaya bahasa terjemahan untuk tiap kelompok pembaca juga berbeda-beda. Jika ditulis untuk anak-anak, perlu digunakan kalimat-kalimat pendek, sederhana, dan bersifat percakapan. Untuk orang dewasa, harus digunakan kalimat yang lebih panjang dan lebih langsung yang akan membangkitkan perasaan dan emosi dalam teks bahasa sumber. 28 f. Pemeriksaan Konsistensi Jika dokumen yang diterjemahkan adalah dokumen yang panjang, atau dilakukan dalam waktu yang lama, penerjemah mungkin tidak konsisten dalam menggunakan padanan leksikal untuk beberapa kata kunci. Pada akhir proyek penerjemah, terutama terjemahan untuk dokumen teknik, politik, dan keagamaan, pemeriksaan untuk kata-kata kunci itu harus dilakukan. Misalnya, dalam menerjemahkan Al-kitab, ada sejumlah kata-kata kunci seperti Nabi, penulis Alkitab, Rasul, Malaikat, dan Sahabat. Jika maknanya sama, dan tidak ada sesuatu dalam konteks itu yang menunjukan harus digunakannya istilah yang berbeda, maka penerjemah harus menggunakan istilah yang sama untuk setiap kemunculannya. Jika harus digunakan istilah yang berbeda dalam konteks tertentu, ia harus menyelidiki istilah itu untuk memastikan bahwa ada alasan khusus untuk itu. Mungkin juga ada frase-frase kunci, yaitu frase yang digunakan berkali-kali dan mempunyai makna yang sama dalam tiap kemunculannya. Konsistensi dalam hal penyuntingan perlu diperhatikan dengan seksama, misalnya, konsistensi dalam pengejaan nama-nama orang dan tempat. Untuk itu,

28

Mildred L. Larson, Penerjemahan Berdasarkan Makna, h. 548-549.

28

seluruh teks itu harus dikoreksi dengan cermat. Setiap kata asing yang dipinjam dan tampil beberapa kali harus diperiksa konsistensi pengejaannya. Penggunaan tanda baca dan huruf besar juga harus diteliti.29

29

Mildred L. Larson, Penerjemahan Berdasarkan Makna, h. 549-550.

29

BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG BUKU BAHASA GAUL IKHWAN AKHWAT A. Biografi Singkat Penulis Moch. Syarif Hade Masyah lahir di Pasuruan, Jawa Timur, pada 29 Desember 1979, dari pasangan K.H. Madiyani Iskandar dan Suaibah Fakhriyah. Pendidikan tingginya ia tempuh di jurusan Bahasa dan Sastra Arab, Fakultas Adab, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (1997-2001); Program Pascasarjana Magister Linguistik, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia (2002-2004); dan sedang menempuh program doktornya pada program Pascasarjana Ilmu Sastra (Konsentrasi Fiologi), Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia. Pendidikan informalnya ditempuh di Pondok Pesantren An-Nur Lasem, Rembang, Jawa Tengah (1991-2001). Saat ini, ia mengabdikan ilmunya di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus beliau dosen peneliti di jurusan Tarjamah sampai sekarang, Universitas Al-Azhar Indonesia, Perguruan Tinggi Ilmu Al-Quran (PTIQ), Darus-sunah High Insitute For Hadith Sciences Jakarta, Transinstite, dan Syadadema Institute. Ia juga aktif di dunia tulis menulis sejak mahasiswa. Ia mengelola terbitan berkala, seperti Buletin Nabawi, buletin Faza, Buletin Aksara, Jurnal Al-Lisan, jurnal online kampusIslam. Com,dan majalah online cahaya-islam. Com, sampai saat ini, ia telh mengelola tiga penerbit, Transpustaka (2004-2005), Pustaka Darussunah (2005-2006), dan Dikara (2007-sekarang). Ia juga menulis artikel untuk beberapa Koran dan majalah lokal dan national, seperti Harian Pelita, Republika, Harian

30

Duta Masyarakat, Majalah La Tansa, Majalah Firdaus, Jurnal Al-Turats, dan Jurnal Studi Al-Qur’an. Ia pun aktif berorganisasi. Ia adalah direktur Pusat Pengembangan Syadema Center (d/h Transicle) Jakarta (2004-seakarang), sekertaris Komite Akademik Jurusan Tarjamah Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2004-sekarang), anggota mayarakat Linguistik Indonesia (2005-sekarang), anggota divisi bahasa Arab pada Lembaga penerjemahan Fakultas Sastra Universitas Al-Azhar Indonesia (2007-2009), wakil direktur pada pusat Bahasa dan Penerjemahan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarf Hidayatullah Jakarta (2008-sekarang), anggota pusat kajian Naskah Islam Nusantara Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarf Hidayatullah Jakarta (2008sekarang). Ia pun aktif mengisi dan mengikuti berbagai forum diskusi, seminar, bedah buku, workshop, lokakarya, symposium, baik yang bersekala lokal, nasional, maupun Internasional. Berikut karya-karya terjemahan Syarif Hade Masyah, yaitu: Dasar-dasar Ilmu hadist, menerjemahkan dari edisi Arabnya: al-Taqrib wa al-Taisir Li Ma’rifat Sunan al-Basyir wa al-Nadzir, karya Imam al-Nawawi (Pustaka Firdaus, Mei, 2001), Misteri Do’a Nabi Yunus, menerjemahkan dari edisi Arabnya: Mufarrij al-Kurub, karya Ibnu Taimiyyah (Penerbit Mustaqiim, Januari, 2002), Menemukan Jalan Lurus menerjemahkan dari edisi Arabnya: al-Sirat AlMustaqim Fi al-Tauhid, karya Syaikh Abdullah bin Muhammad al-Harari (Penerbit

Mustaqiim,

Februari,

2002),

Hikmah

Dibalik

Hukum

Islam,

menerjemahkan dari edisi Arabnya: Hikmah al-Tasyrii’wa Syaikh Ali Ahmad AlJurjawi (Penerbit Mustaqiim, Februari, 2002), Solusi Pendidikan Anak Masa Kini,

31

menerjemahkan dari edisi Arabnya: Nida’ ila Al-Murabbin wa Al-Murabbiyat, karya Muhammad bin Jamil Zainu (Penerbit Mustaqiim, Mei, 2002), Al-Quran Menjawab Tantangan Zaman, menerjemahkan dari edisi Arabnya: Bunyah alTasyri’iyyah wa al-Hadlariyyah Fi Al-Quran al-Karim, Karya Dr. Wahbah alZuhaili (Penerbit Mustaqiim, Juli, 2002.) dan lain-lainya. 1

B. Sinopsis Buku Bahasa Gaul Ikhwan Akhwat Buku Bahasa Gaul Ikhwan Akhwat karya Syarif Hade Masyah diterbitkan oleh penerbit Qultum Media pertama kali pada bulan Maret, 2006. buku ini setebal 94 halaman. Penulis mulai menyusun buku ini pada tahun 2001 dan baru rampung dikerjakan pada tahun 2006, karena menurut penulis “ membuat buku semacam ini tidak semudah yang dibayangkan. Pekerjaan ini benar-benar pekerjaan yang berat (seperti banyak dikatakan orang). Menghimpun kosakata, juga dialog, dan komik seperti di kamus ini tidak bisa hanya mengandalkan buku, kamus, dan majalah yang biasa digunakan. Menurut penulis berinteraksi secara rutin dengan para Ikhwan untuk memperhatikan sekaligus merekam segala sesuatu yang biasa mereka lakukan dan katakan”. 2 Isi buku Bahasa Gaul Ikhwan Akhwat terdiri atas hiwar (Dialog Gaul Ikhwan-Akhwat), al’ibârâtu al-‘arâbiyyah wa tarjamatuhâ (ungkapan dalam bahasa

Arab

dan

terjemahannya),

al-’ibârâtu

al-yaumiyyah

(ungkapan

keseharian), ’ibârâtu al-nida’ (ungkapan sapaan), ’ibârâtu al-ta’âruf (ungkapan perkenalan), ’ibârâtu al-taassuf (ungkapan maaf dan penyesalan), ’ibârâtu alittifaq wa ghayri al-ittifaq (ungkapan persetujuan dan ketidaksetujuan), ’ibârâtu 1

Moch. Syarif Hidayatullah, Tarjim al-An Cara Mudah Menerjemahkan Arab Indonesia (Dikara: Pamulang Barat Pamulang Tanggerang, 2009), h. 183. 2 Syarif Hade Masyah, Bahasa Gaul Ikhwan Akhwat (Qultummedia: Depok, 2006), h. x.

32

al-salâm (ungkapan salam), al-’ibârâtu al-syâi’ah (ungkapan yang sering digunakan), ’ibârâtu tahâni (ungkapan selamat), ’ibârâtu al-syukr (ungkapan terima kasih), al-’ibârâtu al-’ammah (ungkapan umum), al-amtsal al-ma’lufah al‘arâbiyyah wa tarjamatuhâ (kata mutiara dalam bahasa Arab dan terjemahannya), amtsal ma’lufah (kata mutiara), dan tentang penulis.

C. Peribahasa yang terkandung dalam Buku Bahasa Gaul Ikhwan Akhwat semuanya berjumlah tujuh puluh lima peribahasa. Dari ketujuh puluh lima peribahasa tersebut peneliti akan mengklasifikasikan berdasarkan jenisjenisnya, yaitu:

‫ﺠ ُﺔ‬ ‫ﺤﱠ‬ ُ ‫( اﻟ‬argumen), ‫ﺚ‬ ُ ْ‫ﺤ ِﺪﻳ‬ َ ‫( اﻟ‬perkataan), ‫( اﻟ ِﻌﺒْ َﺮ ُة‬nasihat),

‫ﺼ َﻔ ُﺔ‬ ِ ‫( اﻟ‬karakter). 1.

‫اﻟ ِﻌﺒْ َﺮ ُة‬

(nasihat), dalam buku Bahasa Gaul Ikhwan Akhwat Karya Syarif

Hade Masyah, peneliti menemukan 46 jenis pribahasa yang termasuk jenis ini, lihat tabel berikut ini: Tabel 1. No 1. 2.

3.

4. 5.

Peribahasa

‫ﺟ ﱠﺪ َوﺟَﺪ‬ َ ْ‫َﻣﻦ‬ ‫ﷲ‬ ُ ‫ن ُﻳ َﻔﻜﱢ ُﺮ َو َﻳﺴْﻌَﻰ وَا‬ ُ ‫ﻹﻧْﺴَﺎ‬ ِ‫ا‬ ‫ُﻳ َﺪﺑﱢ ُﺮ‬ ْ‫ﺢ ِﻓﻲ‬ َ ‫ﻞ َأنْ َﻳﺼْ َﺒ‬ َ ْ‫ﻻ َﺗ ُﻘﻞْ ُﻓﻮْلْ َﻗﺒ‬ َ ‫اﻟ َﻤﻜْ ُﻴﻮْل‬ ‫ت‬ ِ ‫ﻈﻮْرَا‬ ُ ْ‫ﺢ اﻟ َﻤﺤ‬ ُ ْ‫اﻟﻀﱠ ُﺮ ْو َر ُة ُﺗ ِﺒﻴ‬ ‫ﻆ ِﺑ َﻐﻴْ ِﺮ ِﻩ‬ َ ‫ﻦ ا ﱠﺗ َﻌ‬ ِ ‫ﻞ َﻣ‬ ُ ‫اﻟﻌَﺎ ِﻗ‬

33

Arti Siapa yang berusaha pasti akan berhasil Manusia hanya bisa berusaha pada akhirnya Allah jua yang menentukan Jangan pernah berhenti berusaha sebelum semuanya berakhir Kondisi darurat membolehkan yang dilarang Orang pandai adalah orang yang selalu belajar dari orang lain

6. 7. 8.

9. 10.

‫ﻖ‬ ِ ْ‫ﻀﻴ‬ ‫ﺖ اﻟ ﱢ‬ َ ْ‫ﻖ َوﻗ‬ ُ ْ‫اﻟﺼﱠ ِﺪﻳ‬ ‫ﺸ ﱠﺪ ِة‬ ‫ﻋﻨْ َﺪ اﻟ ﱢ‬ ِ ‫ف‬ ُ ‫ﻖ ُﻳﻌْ َﺮ‬ ُ ْ‫ﺼ ِﺪﻳ‬ ‫اﻟ ﱠ‬ ‫ﺾ ِﻟﻠْ َﻴﻮْ ِم‬ َ ‫ﻷﺑْ َﻴ‬ َ ‫ﻚا‬ َ‫ﺷ‬ َ ْ‫ﺧﺮْ ِﻗﺮ‬ ِ ‫ِإ ﱠد‬ ‫ﻷﺳْ َﻮ ِد‬ َ‫ا‬ ‫ب‬ ُ ْ‫ﻏﻮ‬ ُ ْ‫ع َﻣﺮ‬ ٍ ْ‫ُآﻞﱡ َﻣﻤْ ُﻨﻮ‬ ‫ﻞ‬ ِ ‫ﻦ اْﻟ َﺒَﻠ‬ َ ‫ﻻ َﻳﺨْﺸَﻰ ِﻣ‬ َ ‫ﻖ‬ ُ ْ‫اﻟ َﻐ ِﺮﻳ‬

11.

‫ﻦ‬ ‫ﺴﱢ‬ ‫ﻦ ﺑﺎِﻟ ﱢ‬ ‫ﺴﱡ‬ ‫ﻦ وَاﻟ ﱢ‬ ِ ْ‫ﻦ ﺑِﺎﻟْ َﻌﻴ‬ ُ ْ‫اﻟ َﻌﻴ‬

12.

‫ﻼ َﻳ َﺮ َآ ِﺜﻴْﺮًا‬ ً ْ‫ﻃ ِﻮﻳ‬ َ ْ‫َﻣﻦْ َﻳ ِﻌﺶ‬ ْ‫ ) آَﻤَﺎ َﺗﺮَا ِﻧﻲ‬،ِ‫اﻟﻤُﻌَﺎ َﻣَﻠ ُﺔ ﺑﺎِﻟ ِﻤﺜْﻞ‬ (‫ك‬ َ ‫ﻞ َأرَا‬ ُ ْ‫ﺟ ِﻤﻴ‬ َ ‫ﻳَﺎ‬ ِ‫ل اﻟْﻬَﻮَاء‬ ِ ‫ﻚ ِﺑﺤِﺒَﺎ‬ ُ‫ﺴ‬ ‫ﻖ َﻳ َﺘ َﻤ ﱠ‬ ُ ْ‫اﻟ َﻐ ِﺮﻳ‬ ‫ن‬ ِ ‫ﺸﻴْﻄَﺎ‬ ‫ﻦ اﻟ ﱠ‬ َ ‫ﺠَﻠ ُﺔ ِﻣ‬ َ ‫اﻟ َﻌ‬ ‫ﻀ ِﺔ‬ ‫ﻼ ُم ِﻣﻦْ ِﻓ ﱠ‬ َ ‫ن اْﻟ َﻜ‬ َ ‫ِإذَاآَﺎ‬ ‫ﺐ‬ ٍ ‫ت ِﻣﻦْ َذ َه‬ ُ ‫ﻓﺎَاﻟﺴﱡ ُﻜ ْﻮ‬ ‫ﻲ‬ ِ ْ‫ﻦ اْﻟ ُﻌﻤ‬ َ ‫ﻰ ِﻣ‬ َ ‫ﻞ َأﺣْﻠ‬ ُ ْ‫اﻟ ُﻜﺤ‬

13.

14. 15. 16.

17. 18. 19.

‫ﺲ ُآﻞﱡ ﻣَﺎ َﻳﻠْ َﻤ ُﻊ َذ َه ًﺒﺎ‬ َ ْ‫َﻟﻴ‬ ‫ﻻ ﺑِﺎﻟْ ُﻤﺠَﺎ َه َﺪ ِة‬ ‫ح ِإ ﱠ‬ َ ‫ﻻ َﻧﺠَﺎ‬ َ ‫ﷲ‬ ِ ‫وَا‬

Di waktu susalah teman sejati teruji Teman sejati saat susah teruji Ingat waktu susah di kala senang

Setiap yang dilarang pasti disukai Orang yang tenggelam pasti tidak takut basah lagi Kebaikan harus di balas dengan kebaikan, kejahatan pun harus di balas kejahatan Semakin tua, semakin berpengalaman Bergaul itu harus bisa mengimbangi

Orang yang tenggelam hanya bisa berpegang dengan udara Tergesa-gesa/terburu-buru itu pekerjaan syaitan Jika bicara itu perak, maka diam itu emas Sedikit lebih baik daripada tidak sama sekali Tidak semua yang berkilauan itu emas Tidak ada suatu kesuksesan tanpa kerja keras

20.

‫ب‬ ُ ْ‫ﺨﻴْ ِﺮ َﻟ َﻤﺤْ ُﺒﻮ‬ َ ‫ﻞ اْﻟ‬ َ‫ﻋ‬ ِ ‫ن ﻓَﺎ‬ ‫ِإ ﱠ‬

Orang yang yang berbuat baik disuka

21.

‫ﻞ‬ َ ‫ﻦ اْﻟ َﻌ َﻤ‬ ‫ﺤﱠ‬ َ‫ﺠ‬ َ ْ‫ﺖ َﻟ َﺘﻨ‬ َ ْ‫ِإنْ َأﺗْ َﻘﻨ‬

Apabila kamu bekerja dengan baik, maka kamu pasti akan berhasil

22.

‫ن ُﻣﺮًا‬ َ ‫ﻖ َوَﻟﻮْ آَﺎ‬ ‫ﺤﱠ‬ َ ‫ُﻗﻞْ اْﻟ‬ ‫ن َﻣ َﻊ اْﻟ ُﻌﺴْ ِﺮ ُﻳﺴْ ًﺮا‬ ‫ِإ ﱠ‬

Katakan yang benar meski itu pahit

23.

34

Setiap kesulitan pasti akan ada kemudahan

24. 25.

26.

27.

28.

29.

30.

‫ل ِﻟﺴَﺎ ُﻧ ُﻪ‬ َ ‫ﺣﺠﱠ ُﺘ ُﻪ ﻃَﺎ‬ ُ ْ‫ﺼ َﺮت‬ ُ ‫َﻣﻦْ َﻗ‬ ‫ﺟﻮﱠا ٍد‬ َ ‫ﻞ‬ ‫ﻞ ﺻَﺎ ِر ٍم َﻧﺒْ َﻮ ُة َوِﻟ ﱡﻜ ﱢ‬ ِ ‫ِﻟ ﱡﻜ‬ ‫ﻞ ﻋَﺎِﻟ ٍﻢ َهﻔْ َﻮ ُة‬ ‫َآﺒْ َﻮ ُة َوِﻟ ُﻜ ﱢ‬ ‫ﺣ ٍﺪ‬ ِ ‫ﺟﺤْ ٍﺮ وَا‬ ُ ْ‫ﻦ ِﻣﻦ‬ ُ ‫غ اْﻟ ُﻤﺆْ ِﻣ‬ ُ ‫ﻻ َﻳﻠْ َﺪ‬ َ ‫ﻦ‬ ِ ْ‫َﻣ ﱠﺮ َﺗﻴ‬ ‫ﻻ‬ ‫ﺣﺪًا ِإ ﱠ‬ َ ‫ﺶ َأ‬ َ ْ‫ﻻ َﺗﺨ‬ َ ‫ق َو‬ َ ْ‫ﺼﺪ‬ ‫ﻞ اﻟ ﱢ‬ ِ ‫ُﻗ‬ ‫ﷲ‬ َ ‫ا‬ ‫ﺣﻢْ ُآﻞﱠ‬ َ ْ‫ِإﺣْ َﺘ ِﺮمْ ُآﻞﱠ َآ ِﺒﻴْ ٍﺮ وَار‬ ‫ﺻ ِﻐﻴْ ٍﺮ‬ َ ‫ﻦ‬ َ ‫ح ﻓَﺎﺣْ ًﺬرْ ِﻣ‬ َ ‫ت اﻟ ﱠﻨﺠَﺎ‬ َ ْ‫ِإذَا َأ َرد‬ ‫ب‬ ِ ‫اْﻟ َﻜ ِﺬ‬ ‫ﻚ‬ َ ‫ﻋ َﻤِﻠ‬ َ ‫ﻚ َو‬ َ ‫َو ُآﻦْ ﺻَﺎ ِدﻗًﺎ ِﻓﻲْ َﻗﻮِْﻟ‬

Air beriak tanda tak dalam Tidak ada gading yang tak retak

Sekali lancung keujian, seumur hidup orang tidak percaya Katakan yang benar dan jangan takut kecuali pada Allah Hormati yang tua dan sayangi yang muda Jika ingin sukses, jangan pernah berbohong Jujurlah dalam bersikap dan bertindak

31.

‫س‬ ُ ‫ﻚ اﻟﻨﱠﺎ‬ َ ْ‫ﻚ َﻳﺤْ َﺘ ِﺮﻣ‬ َ‫ﺴ‬ َ ْ‫ِإﺣْ َﺘ ِﺮمْ َﻧﻔ‬

Hormati dirimu,baru orang akan menghormatimu

32.

ْ‫ﻦ اﻟ َﺒﺬَا َء ِة َﺗﺴَْﻠﻢ‬ َ ‫ﻚ ِﻣ‬ َ ‫ِإﺣْ َﻔﻆْ ِﻟﺴَﺎ َﻧ‬

Jaga lisanmu dari ucapan tidak sopan, pasti kamu selamat

33.

‫ﻞ َأنْ َﺗ َﺘ َﻜﱠﻠ َﻢ‬ َ ْ‫َﻓ ﱢﻜﺮْ َﻗﺒ‬ ْ‫ﺠَﻠ ِﺔ اﻟ ﱠﻨﺪَا َﻣ ُﺔ َو ِﻓﻲْ اﻟ ﱠﺘَﺄ ﱢﻧﻲ‬ َ‫ﻋ‬ َ ‫ِﻓﻲْ ا‬ ‫ﻼ َﻣ ُﺔ‬ َ‫ﺴ‬ ‫اﻟ ﱠ‬

Pikir dulu sebelum berkata

34.

35. 36.

‫ﺖ ﺟَﺎ ِﺋﻌًﺎ‬ َ ْ‫ﻻ ِإذَا ُآﻨ‬ ‫ﻻ َﺗﺄْ ُآﻞْ ِإ ﱠ‬ َ ‫ﻚ‬ َ ‫ﻼ َﺗﻤَْﻠﺊْ َﺑﻄْ َﻨ‬ َ ‫ﺖ َﻓ‬ َ ْ‫ِإذَا َأ َآﻠ‬ ‫ﻄ َﻌﺎ ِم‬ ‫ﺑِﺎاﻟ ﱠ‬

37.

‫َﻧﻢْ ﻣْ َﺒ ﱢﻜﺮًا وَاﻧْ َﻬﺾْ ُﻣ َﺒ ﱢﻜﺮًا‬

38.

‫ﻚ‬ َ ‫ﻋ ُﻨ ِﻘ‬ ُ َ‫ك َﻣﻐُْﻠﻮَْﻟ ًﺔ إِﻟﻰ‬ َ ‫ﻻ َﺗﺠْ َﻌﻞْ َﻳ َﺪ‬ َ 35

Buru-buru hanya berbuah penyesalan,hati-hati akan membawa keselamatan Sebelum lapar, jangan makan dulu Saat makan, jangan terlalu kenyang

Tidur cepat, bangunya juga cepat Jangan pelit dan jangan boros

39.

‫ن‬ َ ْ‫ﻞ َو ُهﻢْ ُﻳﺴْ َﺌُﻠﻮ‬ ُ ‫ﻞ ﻋَﻤﱠﺎ َﻳﻔْ َﻌ‬ ُ ‫ﻻ ُﻳﺴْ َﺌ‬ َ

40.

ِ‫ﺼﺒْﺮ‬ ‫ﻖ وَاﻟ ﱠ‬ ‫ﺤﱢ‬ َ ْ‫ﺻﻮْاﺑِﺎﻟ‬ َ ‫َﺗﻮَا‬

41.

‫ﺤﻜْ َﻤ ِﺔ‬ ِ ْ‫ﷲ ﺑِﺎﻟ‬ ِ ‫ع ِإَﻟَﻲ ا‬ ُ ْ‫ُأد‬ ‫ﺴ َﻨ ِﺔ‬ َ‫ﺤ‬ َ ‫ﻈ ِﺔ اْﻟ‬ َ‫ﻋ‬ ِ ْ‫َواْﻟ َﻤﻮ‬ ‫ل‬ ِ ‫ن اْﻟ َﻤﻘَﺎ‬ ِ ‫ﷲ ِﺑِﻠﺴَﺎ‬ ِ ‫ع ِإﻟَﻲ ا‬ ُ ْ‫ُأد‬ ‫ن اْﻟﺤَﺎل‬ ِ ‫َوِﻟﺴَﺎ‬ ‫ﻚ‬ َ ‫ن َﻗﻮْ ِﻣ‬ ِ ‫ﷲ ِﺑِﻠﺴَﺎ‬ ِ ‫ع ِإﻟَﻲ ا‬ ُ ْ‫ُأد‬

Serulah kepada Allah dengan hikmah dan nasihat yang baik

‫ﻞ‬ ِ ْ‫ﻋﻘ‬ َ ‫ﷲ ِﺑ َﻘﺪْ ِر‬ ِ ‫ع ِإﻟَﻲ ا‬ ُ ْ‫ُأد‬ ‫ﻦ‬ َ ْ‫ﻋ ﱢﻮﻳ‬ ُ ْ‫اﻟ َﻤﺪ‬ ْ‫ﺼﺮْ ُآﻢ‬ ُ ْ‫ﷲ َﻳﻨ‬ َ ‫ﺼ ُﺮوْا ا‬ ُ ْ‫ِإنْ َﺗﻨ‬ ْ‫ﺸ ﱢﺒﺖْ َأﻗْﺪَا َﻣ ُﻜﻢ‬ َ ‫َو ُﻳ‬

Serulah kepada Allah sesuai dengan pemahaman objek dakwah

42.

43. 44.

45.

46.

‫ﺖ‬ َ ْ‫ﺣﻴْﺜُﻤَﺎ ُآﻨ‬ َ ‫ﷲ‬ َ ‫ﻖا‬ ِ ‫ِا ﱠﺗ‬

Dia Allah tidak ditanyai tentang apa yang dilakuan-Nya, justru mereka manusia Saling berpesan akan kebenaran dan kesabaran

Serullah kepada Allah dengan ungkapan verbal dan keteladanan Serulah kepada Allah dengan menggunakan bahasa kaumu

Bila kalian menolong agama Allah, maka Allah akan menolong dan mengokohkan Bertakwalah kepada Allah di mana saja kamu berada

Pada contoh no 1 sampai no 46 menurut peneliti termasuk jenis pribahasa

‫اﻟ ِﻌﺒْ َﺮ ُة‬, karena isi kandungan pribahasa yang terdapat dalam buku Bahasa Gaul Ikhwan Akhwat karya Syarif Hade Masyah tersebut sudah berisi nasihat atau pengajaran dan mempunyai kalimat yang sudah lengkap (penjelasan lebih lengkapnya bisa di lihat pada bab 4). 2. Argumen

‫ﺠ ُﺔ‬ ‫ﺤﱠ‬ ُ ‫اﻟ‬

yang terdapat dalam buku Bahasa Gaul Ikhwan akhwat

Karya Syarif Hade Masyah, peneliti disini menemukan 12 pribahasa yang termasuk jenis

‫ﺠ ُﺔ‬ ‫ﺤﱠ‬ ُ ‫ اﻟ‬lihat tabel berikut ini: 36

Tabel 2 No 1.

Peribahasa

ٌ‫ِﻓﻲْ اﻹ ﱢﺗﺤَﺎ ِد ُﻗ ﱠﻮة‬ ‫ج‬ ِ‫ﻼ‬ َ ‫ﻦ اْﻟ ِﻌ‬ َ ‫ﺧﻴْ ُﺮ ِﻣ‬ َ ‫اﻟﻮِﻗَﺎ َﻳ ُﺔ‬

2.

Arti Persatuan puncak kekuatan Mencegah lebih baik dari pada mengobati

3.

‫ح‬ ِ ‫ﻖ اﻟ ﱠﻨﺠَﺎ‬ ُ ْ‫ﻃ ِﺮﻳ‬ َ ‫ﻞ‬ ُ‫ﺸ‬ َ ‫اﻟ َﻔ‬

4.

‫ﻚ َﻧﺠَﺎﺣًﺎ‬ َ ْ‫ﻋَﻠﻴ‬ َ ‫ﷲ‬ ُ ‫ﺸﻤَﺎ َﺗﺴْ َﺘ ِﻘﻢْ ُﻳ َﻘﺪﱢرْ ا‬ ُ ْ‫ﺣﻴ‬ َ

5.

‫ح‬ ِ ‫س اﻟ ﱠﻨﺠَﺎ‬ ُ ‫ﺲ َأﺳَﺎ‬ ِ ْ‫ﻋ ِﺘﻤَﺎ ُد ﻋَﻠﻰَ اﻟ ﱠﻨﻔ‬ ْ‫ﻹ‬ ِ‫ا‬ ِ‫ل وَاﻟ ﱢﻔﻘْﺮ‬ ‫ﻦ اﻟ ﱡﺬ ﱢ‬ ُ ْ‫ﻞ َﻗ ِﺮﻳ‬ ُ‫ﺴ‬ َ ‫اﻟ َﻜ‬

Percaya diri kunci sukses

7.

‫ﺴِﻠﻴْ ِﻢ‬ ‫ﺠﺴْ ِﻢ اﻟ ﱠ‬ ِ ‫ﻞ اﻟﺴﱠِﻠﻴْ ُﻢ ِﻓﻲْ اﻟ‬ ُ ْ‫اﻟ َﻌﻘ‬

Akal yang cerdas terdapat pada jiwa yang sehat

8.

‫ﻦ‬ ُ ‫ﺊ اْﻟ َﻜﻨَﺎ ِﺋ‬ ُ ‫ح ُﺗﻤَْﻠ‬ ِ ‫ﻞ اﻟ ﱢﺮﻣَﺎ‬ َ ْ‫َﻗﺒ‬ ‫ﻲ اْﻟ ُﻌﻠْﻴَﺎ‬ َ ‫ﷲ ِه‬ ِ ‫َآِﻠ َﻤ ُﺔ ا‬

Sedia payung sebelum hujan Hanya firman Allahl yang tertinggi

10.

‫ل اﻟ َﻐ ِﺪ‬ ُ ‫ن اْﻟ َﻴﻮْ ِم ِرﺟَﺎ‬ ُ ‫ﺷﺒﱠﺎ‬ ُ

Pemuda hari ini, tokoh masa datang

11.

‫ﺐ‬ ِ ‫ﻻ َﺑﻌْ َﺪ اﻟ ﱠﺘ َﻌ‬ ‫َوﻣَﺎ اﻟﱠﻠ َﺬ ُة ِإ ﱠ‬

12.

‫ن‬ ِ ‫ﻹﻳْﻤَﺎ‬ ِ ْ‫ﻦ ا‬ َ ‫اﻟ ﱠﻨﻈَﺎ َﻓ ُﺔ ِﻣ‬

6.

9.

Kegagalan awal dari kesuksesan Bila serius dan tekun, pasti sukses

Malas pangkal miskin dan hina

Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian kebersihan sebagian dari iman

Pada contoh no 1 sampai 12 menurut peneliti termasuk jenis peribahasa

‫ﺠ ُﺔ‬ ‫ﺤﱠ‬ ُ ‫ اﻟ‬karena, isi kandungan yang terdapat dalam buku Bahasa Gaul Ikhwan Akhwat tersebut menunjukan sebuah semboyan yang sering kita dengar (analisis detailnya lihat di bab 4).

37

3. Argumen

‫ﺚ‬ ُ ْ‫ﺤ ِﺪﻳ‬ َ ‫ اﻟ‬yang terdapat dalam buku Bahasa Gaul Ikhwan akhwat

Karya Syarif Hade Masyah, peneliti disini menemukan 4 pribahasa yang termasuk jenis pribahasa

‫ﺚ‬ ُ ْ‫ﺤ ِﺪﻳ‬ َ ‫ اﻟ‬lihat tabel berikut ini: Tabel 3.

No. 1.

Peribahasa

‫ن‬ ِ ‫ﺖ اﻟ ﱡﻨﻘْﺼَﺎ‬ ُ ْ‫اﻟ ﱢﺰﻳَﺎ َد ُة ُأﺧ‬

2.

‫ن‬ ِ ‫ﻼ ِد اْﻟ ُﻌﻤْﻴَﺎ‬ َ ‫ﻷﻋْ َﻮ ُر ِﻓﻲْ ِﺑ‬ َ‫ا‬ ‫ﻚ‬ ُ ‫َﻣِﻠ‬ ‫ﺳﻴْ َﺮ ُﺗ ُﻪ َآ ُﺜ َﺮ‬ ِ ْ‫َﻣﻦْ ﺳَﺎ َءت‬ ‫ُﻣﻌَﺎ ُدوْ ُﻩ‬ ‫ﻚ‬ َ ْ‫س ِﻓﻴ‬ ُ ‫ﻖ اﻟﻨﱠﺎ‬ ُ ‫ُآﻦْ َأ ِﻣﻴْﻨًﺎ َﻳ ِﺜ‬

3.

4.

Arti Kelebihan itu beda tipis dengan kekurangan

Di antara yang buta, manusia yang bermata satu pasti menjadi raja Yang banyak perangainya pasti banyak musuhnya Dipercayai dulu, baru orang selalau percaya padamu

‫ﺚ‬ ُ ْ‫ﺤ ِﺪﻳ‬ َ ‫اﻟ‬

Pada contoh 1 sampai 4 menurut peneliti termasuk jenis peribahasa

karena, isi kandungan peribahasa yang terdapat dalam buku Bahasa Gaul Ikhwan Akhwat membandingkan ungkapan kalimat peribahasa yang diungkapkan dan peribahasa yang tidak diungkapkan atau disembunyikan (analisis detailnya lihat bab 4). 4. Argumen

‫ﺼ َﻔ ُﺔ‬ ِ ‫ اﻟ‬yang terdapat dalam buku Bahasa Gaul Ikhwan akhwat

Karya Syarif Hade Masyah, peneliti disini menemukan 12 jenis pribahasa

‫ﺼ َﻔ ُﺔ‬ ِ ‫ اﻟ‬lihat tabel berikut ini:

yang termasuk

38

Tabel 4. No. 1.

Peribahasa

‫ﺖ ِﻟُﺄ ﱢﻣﻬَﺎ‬ ُ ْ‫اﻟ ِﺒﻨ‬

2.

‫ﺳ ﱡﺮَأ ِﺑﻴْ ِﻪ‬ ِ ‫اﻟ َﻮَﻟ ُﺪ‬

3.

‫ع‬ ِ ‫ﻹﺧْ ِﺘﺮَا‬ ِ ‫ﺟ ُﺔ ُأمﱡ ا‬ َ ‫اﻟﺤَﺎ‬

4.

‫ﻋﺬْ ُر ُﻩ َﻣ َﻌ ُﻪ‬ ُ ‫ﺐ‬ ُ ‫اﻟﻐَﺎ ِﺋ‬

5.

‫ﺐ ِرزْ َﻗ ُﻪ‬ ُ ‫ﺠﻲْ ُء َﻳﺠِْﻠ‬ ِ ‫ﻞ َﻳﻮْ ٍم َﻳ‬ ‫ُآ ﱠ‬ ‫َﻣ َﻌ ُﻪ‬

6.

‫ﺐ‬ ُ ْ‫ﺳﻼﱠ ُﻩ اْﻟ َﻘﻠ‬ َ ‫ﻦ‬ ِ ْ‫ﻦ اْﻟ َﻌﻴ‬ ِ‫ﻋ‬ َ ‫ب‬ َ ‫َﻣﻦْ ﻏَﺎ‬ ْ‫ﺴ َﻌﺖْ َﻣﻌْ ِﺮ َﻓ ُﺘ ُﻪ َوﺿَﺎ َﻗﺖ‬ َ ‫ﻦ ا ﱠﺗ‬ ِ ‫َﻣ‬ ‫َﻣﻘْ ِﺪ َر ُﺗ ُﻪ َو َﺑ ُﻌ َﺪتْ ِهﻤﱠ ُﺘ ُﻪ‬ ْ‫ﻃَﺎ ِﺋ ُﺮ ُآﻢْ َﻣ َﻌ ُﻜﻢ‬ ‫ﻞ‬ َ ْ‫ﻒ اﻟْ َﻌﺠ‬ ُ ْ‫ﻖ اﻟﺴﱠﻴ‬ َ ‫ﺳ َﺒ‬ َ ‫ﺤ ﱡﺒﻮْ ُﻩ‬ ِ ‫ﻼ ُﻗ ُﻪ َآ ُﺜ َﺮ ُﻣ‬ َ ْ‫ﺴ َﻨﺖْ َأﺧ‬ َ‫ﺣ‬ َ ْ‫َﻣﻦ‬

7.

8. 9. 10. 11.

‫ﻻ ِدهَﺎ‬ َ ْ‫ﺳ ُﺔ ُأوْﻟَﻲ ِِﻟَﺄو‬ َ ‫ﻷمﱡ َﻣﺪْ َر‬ ُ‫ا‬

12.

‫ل‬ ُ ‫ل َو ُهﻢْ ِرﺟَﺎ‬ ُ ‫ﻦ ِرﺟَﺎ‬ ُ ْ‫َﻧﺤ‬

Arti Anak perempuan sama seperti ibunya (like mother like daughter) Anak laki-laki sama seperti ayahnya (like father like son) Kebutuhan itu puncak dari semua keinginan Tidak hadir sudah cukup menjadi alasan ketidaksetujuan Hari datang dan pergi membawa rezekinya sendiri

Jauh di mata, dekat di hati Maksud hati memeluk gunungu, apa daya tangan tak sampai Dewi fortuna tidak bersamamu Nasi telah menjadi bubur Yang berakhlak baik yang banyak teman Ibu menjadi sekolah pertama bagi anak-anaknya Kita sama-sama manusia

Pada contoh no 1 sampai no 12 menurut peneliti termasuk jenis peribahasa

‫ﺼ َﻔ ُﺔ‬ ِ ‫ اﻟ‬karena, isi kandungan yang terdapat dalam peribahasa buku Bahasa Gaul Ikhwan Akhwat menunjukan kalimat yang tidak lengkap dan tidak berisi nasihat (analisis detailnya lihat bab 4).

39

BAB IV ANALISIS PERIBAHASA DALAM BUKU BAHASA GAUL IKHWAN AKHWAT KARYA SYARIF HADE MASYAH A. Analisis Jenis Peribahasa Peneliti akan mengelompokkan

peribahasa Arab yang terdapat dalam

buku Bahasa Gaul Ikhwan Akhwat berdasarkan jenisnya. Peneliti menemukan 45 peribahasa yang termasuk jenis

jenis

‫اﻟ ِﻌﺒْ َﺮ ُة‬

(nasihat), 12 peribahasa yang termasuk

‫ﺠ ُﺔ‬ ‫ﺤﱠ‬ ُ ‫ ( اﻟ‬argumen), 4 peribahasa yang termasuk jenis ‫ﺚ‬ ُ ْ‫ﺤ ِﺪﻳ‬ َ ‫( اﻟ‬perkataan),

dan 13 peribahasa yang termasuk

jenis

‫ﺼ َﻔ ُﺔ‬ ِ ‫اﻟ‬

( karakter). Jadi, jumlah

keseluruhan peribahasa yang terdapat dalam buku Bahasa Gaul Ikhwan Akhwat adalah 75 peribahasa. 1.

‫اﻟ ِﻌﺒْﺮَة‬, adalah peribahasa yang berupa kalimat

lengkap berisi nasihat

atau pengajaran. 1 Peneliti menemukan 46 peribahasa yang termasuk jenis peribahasa

‫اﻟ ِﻌﺒْ َﺮ ُة‬. Lihat tabel berikut ini: Tabel 1.

No 1.

Peribahasa

‫ﺟ َﺪ‬ َ ‫ﺟ ﱠﺪ َو‬ َ ْ‫َﻣﻦ‬ ‫ﷲ‬ ُ ‫ن ُﻳ َﻔﻜﱢ ُﺮ َو َﻳﺴْﻌَﻰ وَا‬ ُ ‫ﻹﻧْﺴَﺎ‬ ِ‫ا‬ ‫ُﻳ َﺪﺑﱢ ُﺮ‬ ْ‫ﺢ ِﻓﻲ‬ َ ‫ﻞ َأنْ َﻳﺼْ َﺒ‬ َ ْ‫ﻻ َﺗ ُﻘﻞْ ُﻓﻮْلْ َﻗﺒ‬ َ ‫ل‬ ِ ْ‫اﻟ َﻤﻜْ ُﻴﻮ‬

2.

3.

1

Arti Siapa yang berusaha pasti akan berhasil Manusia hanya bisa berusaha pada akhirnya Allah jua yang menentukan Jangan pernah berhenti berusaha sebelum semuanya berakhir

Al-Ab Luwais Ma’luf al-Yasu’I, Farâ’id al-Adâb fi al-Matsal wa al-Aqwal (Beirut: alMatba’ah al-Zatukiyah, 1956), h. 749.

40

4. 5. 6. 7. 8.

9. 10. 11. 12. 13.

14. 15. 16.

17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24.

‫ت‬ ِ ‫ﻈﻮْرَا‬ ُ ْ‫ﺢ اﻟ َﻤﺤ‬ ُ ْ‫اﻟﻀﱠ ُﺮ ْو َر ُة ُﺗ ِﺒﻴ‬ ‫ﻆ ِﺑ َﻐﻴْ ِﺮ ِﻩ‬ َ ‫ﻦ ا ﱠﺗ َﻌ‬ ِ ‫ﻞ َﻣ‬ ُ ‫اﻟﻌَﺎ ِﻗ‬ ‫ﻖ‬ ِ ْ‫ﻀﻴ‬ ‫ﺖ اﻟ ﱢ‬ َ ْ‫ﻖ َوﻗ‬ ُ ْ‫اﻟﺼﱠ ِﺪﻳ‬ ‫ﺸ ﱠﺪ ِة‬ ‫ﻋﻨْ َﺪ اﻟ ﱢ‬ ِ ‫ف‬ ُ ‫ﻖ ُﻳﻌْ َﺮ‬ ُ ْ‫ﺼ ِﺪﻳ‬ ‫اﻟ ﱠ‬ ‫ﺾ ِﻟﻠْ َﻴﻮْ ِم‬ َ ‫ﻷﺑْ َﻴ‬ َ ‫ﻚا‬ َ‫ﺷ‬ َ ْ‫ﺧﺮْ ِﻗﺮ‬ ِ ‫ِإ ﱠد‬ ‫ﻷﺳْ َﻮ ِد‬ َ‫ا‬ ٌ‫ﻏﻮْب‬ ُ ْ‫ع َﻣﺮ‬ ٍ ْ‫ُآﻞﱡ َﻣﻤْ ُﻨﻮ‬ ‫ﻞ‬ ِ ‫ﻦ اْﻟ َﺒَﻠ‬ َ ‫ﻻ َﻳﺨْﺸَﻰ ِﻣ‬ َ ‫ﻖ‬ ُ ْ‫اﻟ َﻐ ِﺮﻳ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺴﱢ‬ ‫ﻦ ﺑﺎِﻟ ﱢ‬ ‫ﺴﱡ‬ ‫ﻦ وَاﻟ ﱢ‬ ِ ْ‫ﻦ ﺑِﺎﻟْ َﻌﻴ‬ ُ ْ‫اﻟ َﻌﻴ‬ ‫ﻼ َﻳ َﺮ َآ ِﺜﻴْﺮًا‬ ً ْ‫ﻃ ِﻮﻳ‬ َ ْ‫َﻣﻦْ َﻳ ِﻌﺶ‬ ْ‫ ) آَﻤَﺎ َﺗﺮَا ِﻧﻲ‬،ِ‫اﻟﻤُﻌَﺎ َﻣَﻠ ُﺔ ﺑﺎِﻟ ِﻤﺜْﻞ‬ (‫ك‬ َ ‫ﻞ َأرَا‬ ُ ْ‫ﺟ ِﻤﻴ‬ َ ‫ﻳَﺎ‬ ِ‫ل اﻟْﻬَﻮَاء‬ ِ ‫ﻚ ِﺑﺤِﺒَﺎ‬ ُ‫ﺴ‬ ‫ﻖ َﻳ َﺘ َﻤ ﱠ‬ ُ ْ‫اﻟ َﻐ ِﺮﻳ‬ ‫ن‬ ِ ‫ﺸﻴْﻄَﺎ‬ ‫ﻦ اﻟ ﱠ‬ َ ‫ﺠَﻠ ُﺔ ِﻣ‬ َ ‫اﻟ َﻌ‬ ‫ﻀ ٍِﺔ‬ ‫ﻼ ُم ِﻣﻦْ ِﻓ ﱠ‬ َ ‫ن اْﻟ َﻜ‬ َ ‫ِإ َذاآَﺎ‬ ‫ﺐ‬ ٍ ‫ت ِﻣﻦْ َذ َه‬ ُ ‫ﻓﺎَاﻟﺴﱡ ُﻜ ْﻮ‬ ‫ﻲ‬ ِ ْ‫ﻦ اْﻟ ُﻌﻤ‬ َ ‫ﻰ ِﻣ‬ َ ‫ﻞ َأﺣْﻠ‬ ُ ْ‫اﻟ ُﻜﺤ‬ ‫ﺲ ُآﻞﱡ ﻣَﺎ َﻳﻠْ َﻤ ُﻊ َذ َهﺒَﺎ‬ َ ْ‫َﻟﻴ‬ ‫ﻻ ﺑِﺎﻟْ ُﻤﺠَﺎ َه َﺪ ِة‬ ‫ح ِإ ﱠ‬ َ ‫ﻻ َﻧﺠَﺎ‬ َ ‫ﷲ‬ ِ ‫وَا‬ ٌ‫ﺨﻴْ ِﺮ َﻟ َﻤﺤْ ُﺒﻮْب‬ َ ‫ﻞ اْﻟ‬ َ‫ﻋ‬ ِ ‫ن ﻓَﺎ‬ ‫ِإ ﱠ‬ ‫ﻞ‬ َ ‫ﻦ اْﻟ َﻌ َﻤ‬ ‫ﺤﱠ‬ َ‫ﺠ‬ َ ْ‫ﺖ َﻟ َﺘﻨ‬ َ ْ‫ِإنْ َأﺗْ َﻘﻨ‬ ‫ن ﻣُﺮًّا‬ َ ‫ﻖ َوَﻟﻮْ آَﺎ‬ ‫ﺤﱠ‬ َ ‫ُﻗﻞْ اْﻟ‬ ‫ن َﻣ َﻊ اْﻟ ُﻌﺴْ ِﺮ ُﻳﺴْﺮًا‬ ‫ِإ ﱠ‬ ‫ل ِﻟﺴَﺎ ُﻧ ُﻪ‬ َ ‫ﺣﺠﱠ ُﺘ ُﻪ ﻃَﺎ‬ ُ ْ‫ﺼ َﺮت‬ ُ ‫َﻣﻦْ َﻗ‬ 41

Kondisi darurat membolehkan yang dilarang Orang pandai adalah orang yang selalu belajar dari orang lain Di waktu susalah teman sejati teruji Teman sejati saat susah teruji Ingat waktu susah di kala senang

Setiap yang dilarang pasti disukai Orang yang tenggelam pasti tidak takut basah lagi Kebaikan harus di balas dengan kebaikan, kejahatan pun harus di balas kejahatan Semakin tua, semakin berpengalaman Bergaul itu harus bisa mengimbangi

Orang yang tenggelam hanya bisa berpegang dengan udara Tergesa-gesa/terburu-buru itu pekerjaan syaitan Jika bicara itu perak, maka diam itu emas Sedikit lebih baik daripada tidak sama sekali Tidak semua yang berkilauan itu emas Tidak ada suatu kesuksesan tanpa kerja keras Orang yang yang berbuat baik disuka Apabila kamu bekerja dengan baik, maka kamu pasti akan berhasil Katakan yang benar meski itu pahit Setiap kesulitan pasti akan ada kemudahan Air beriak tanda tak dalam

25.

26.

27.

28.

29.

30. 31. 32. 33. 34.

35. 36.

‫ﺟﻮﱠا ٍد‬ َ ‫ﻞ‬ ‫ﻞ ﺻَﺎ ِر ٍم َﻧﺒْ َﻮ ٌة َوِﻟ ﱡﻜ ﱢ‬ ِ ‫ِﻟ ﱡﻜ‬ ‫ﻞ ﻋَﺎِﻟ ٍﻢ َهﻔْ َﻮ ٌة‬ ‫َآﺒْ َﻮ ُة َوِﻟ ُﻜ ﱢ‬ ‫ﺣ ٍﺪ‬ ِ ‫ﺟﺤْ ٍﺮ وَا‬ ُ ْ‫ﻦ ِﻣﻦ‬ ُ ‫غ اْﻟ ُﻤﺆْ ِﻣ‬ ُ ‫ﻻ َﻳﻠْ َﺪ‬ َ ‫ﻦ‬ ِ ْ‫َﻣ ﱠﺮ َﺗﻴ‬ ‫ﻻ‬ ‫ﺣﺪًا ِإ ﱠ‬ َ ‫ﺶ َأ‬ َ ْ‫ﻻ َﺗﺨ‬ َ ‫ق َو‬ َ ْ‫ﺼﺪ‬ ‫ﻞ اﻟ ﱢ‬ ِ ‫ُﻗ‬ ‫اﷲ‬ ‫ﺣﻢْ ُآﻞﱠ‬ َ ْ‫ِإﺣْ َﺘ ِﺮمْ ُآﻞﱠ َآ ِﺒﻴْ ٍﺮ وَار‬ ‫ﺻ ِﻐﻴْ ٍﺮ‬ َ ‫ﻦ‬ َ ‫ح ﻓَﺎﺣْ َﺬرْ ِﻣ‬ َ ‫ت اﻟ ﱠﻨﺠَﺎ‬ َ ْ‫ِإذَا َأ َرد‬ ‫ب‬ ِ ‫اْﻟ َﻜ ِﺬ‬ ‫ﻚ‬ َ ‫ﻋ َﻤِﻠ‬ َ ‫ﻚ َو‬ َ ‫َو ُآﻦْ ﺻَﺎ ِدﻗًﺎ ِﻓﻲْ َﻗﻮِْﻟ‬ ‫س‬ ُ ‫ﻚ اﻟﻨﱠﺎ‬ َ ْ‫ﻚ َﻳﺤْ َﺘ ِﺮﻣ‬ َ‫ﺴ‬ َ ْ‫ِإﺣْ َﺘ ِﺮمْ َﻧﻔ‬ ْ‫ﻦ اﻟ َﺒﺬَا َء ِة َﺗﺴَْﻠﻢ‬ َ ‫ﻚ ِﻣ‬ َ ‫ِإﺣْ َﻔﻆْ ِﻟﺴَﺎ َﻧ‬ ‫ﻞ َأنْ َﺗ َﺘ َﻜﱠﻠ َﻢ‬ َ ْ‫َﻓ ﱢﻜﺮْ َﻗﺒ‬ ْ‫ﺠَﻠ ِﺔ اﻟ ﱠﻨﺪَا َﻣ ُﺔ َو ِﻓﻲْ اﻟ ﱠﺘَﺄ ﱢﻧﻲ‬ َ‫ﻋ‬ َ ‫ِﻓﻲْ ا‬ ‫ﻼ َﻣ ُﺔ‬ َ‫ﺴ‬ ‫اﻟ ﱠ‬ ‫ﺖ ﺟَﺎ ِﺋﻌًﺎ‬ َ ْ‫ﻻ ِإذَا ُآﻨ‬ ‫ﻻ َﺗﺄْ ُآﻞْ ِإ ﱠ‬ َ ‫ﻚ‬ َ ‫ﻼ َﺗﻤَْﻠﺊْ َﺑﻄْ َﻨ‬ َ ‫ﺖ َﻓ‬ ُ ْ‫ِإذَا َأ َآﻠ‬ ‫ﻄﻌَﺎ ِم‬ ‫ﺑِﺎاﻟ ﱠ‬

37.

‫َﻧﻢْ ﻣْ َﺒ ﱢﻜﺮًا وَاﻧْ َﻬﺾْ ُﻣ َﺒ ﱢﻜﺮًا‬

38.

‫ﻚ‬ َ ‫ﻋ ُﻨ ِﻘ‬ ُ َ‫ك َﻣﻐُْﻠﻮَْﻟ ًﺔ إِﻟﻰ‬ َ ‫ﻻ َﺗﺠْ َﻌﻞْ َﻳ َﺪ‬ َ ‫ﻂ‬ َ ْ‫ﺴﻄْﻬَﺎ ُآﻞﱡ اْﻟ َﺒﺴ‬ ُ ْ‫ﻻ َﺗﺒ‬ َ ‫َو‬ ‫ن‬ َ ْ‫ﻞ َو ُهﻢْ ُﻳﺴْ َﺌُﻠﻮ‬ ُ ‫ﻞ ﻋَﻤﱠﺎ َﻳﻔْ َﻌ‬ ُ ‫ﻻ ُﻳﺴْ َﺌ‬ َ

39. 40. 41.

ِ‫ﺼﺒْﺮ‬ ‫ﻖ وَاﻟ ﱠ‬ ‫ﺤﱢ‬ َ ْ‫ﺻﻮْاﺑِﺎﻟ‬ َ ‫َﺗﻮَا‬ ‫ﺤﻜْ َﻤ ِﺔ‬ ِ ْ‫ﷲ ﺑِﺎﻟ‬ ِ ‫ع ِإَﻟَﻲ ا‬ ُ ْ‫ُأد‬ ‫ﺴﻨَﺔ‬ َ‫ﺤ‬ َ ‫ﻈ ِﺔ اْﻟ‬ َ‫ﻋ‬ ِ ْ‫َواْﻟ َﻤﻮ‬ 42

Tidak ada gading yang tak retak

Sekali lancung keujian, seumur hidup orang tidak percaya Katakan yang benar dan jangan takut kecuali pada Allah Hormati yang tua dan sayangi yang muda Jika ingin sukses, jangan pernah berbohong Jujurlah dalam bersikap dan bertindak Hormati dirimu,baru orang akan menghormatimu Jaga lisanmu dari ucapan tidak sopan, pasti kamu selamat Pikir dulu sebelum berkata Buru-buru hanya berbuah penyesalan,hati-hati akan membawa keselamatan Sebelum lapar, jangan makan dulu Saat makan, jangan terlalu kenyang

Tidur cepat, bangunya juga cepat Jangan pelit dan jangan boros

Dia Allah tidak ditanyai tentang apa yang dilakuan-Nya, justru mereka manusia Saling berpesan akan kebenaran dan kesabaran Serulah kepada Allah dengan hikmah dan nasihat yang baik

42.

43. 44.

45.

‫ل‬ ِ ‫ن اْﻟ َﻤﻘَﺎ‬ ِ ‫ﷲ ِﺑِﻠﺴَﺎ‬ ِ ‫ع ِإﻟَﻲ ا‬ ُ ْ‫ُأد‬ ‫ن اْﻟﺤَﺎل‬ ِ ‫َوِﻟﺴَﺎ‬ ‫ن َﻗﻮْﻣِﻚ‬ ِ ‫ﷲ ِﺑِﻠﺴَﺎ‬ ِ ‫ع ِإﻟَﻲ ا‬ ُ ْ‫ُأد‬ ‫ﻞ‬ ِ ْ‫ﻋﻘ‬ َ ‫ﷲ ِﺑ َﻘﺪْ ِر‬ ِ ‫ع ِإﻟَﻲ ا‬ ُ ْ‫ُأد‬ ‫ﻦ‬ َ ْ‫ﻋ ﱢﻮﻳ‬ ُ ْ‫اﻟ َﻤﺪ‬ ْ‫ﺼﺮْ ُآﻢ‬ ُ ْ‫ﷲ َﻳﻨ‬ َ ‫ﺼ ُﺮوْاا‬ ُ ْ‫ِإنْ َﺗﻨ‬ ْ‫ﺸ ﱢﺒﺖْ َأﻗْﺪَا َﻣ ُﻜﻢ‬ َ ‫َو ُﻳ‬

46.

‫ﺖ‬ َ ْ‫ﺣﻴْﺜُﻤَﺎ ُآﻨ‬ َ ‫ﷲ‬ َ ‫ﻖا‬ ِ ‫ِا ﱠﺗ‬

Serulah kepada Allah dengan ungkapan verbal dan keteladanan Serulah kepada Allah dengan menggunakan bahasa kaumu Serulah kepada Allah sesuai dengan pemahaman objek dakwah Bila kalian menolong agama Allah, maka Allah akan menolong dan mengokohkan Bertakwalah kepada Allah di mana saja kamu berada

Pada contoh no. 1 siapa yang berusaha pasti akan berhasil. Isi kandungan peribahasa di atas

termasuk

‫اﻟ ِﻌﺒْ َﺮة‬

karena isi kandungannya sudah

menyampaikan nasihat atau pengajaran terhadap orang lain yaitu siapa orang yang bekerja keras pasti akan berhasil dan memiliki kalimat yang sudah sempurna karena antara teks Bsu terhadap teks Bsa bisa diterima dengan baik. Contoh no. 2 manusia hanya bisa berusaha pada akhirnya Allah jua yang menentukan. Isi kandungan peribahasa di atas

termasuk

‫اﻟ ِﻌﺒْ َﺮة‬

karena isi

kandungannya sudah menyampaikan nasihat atau pengajaran terhadap orang lain yaitu agar kita meyakini akan adanya Qadha dan Qadhar Allah dan memiliki kalimat yang sudah sempurna karena antara teks Bsu tehadap teks Bsa bisa diterima dengan baik. Contoh no. 3 jangan pernah berhenti berusaha sebelum semuanya berakhir. Isi kandungannya termasuk

‫اﻟ ِﻌﺒْ َﺮة‬

karena sudah menyampaikan

nasihat dan pengajaran terhadap orang lain yaitu agar kita tetap berusaha dan

43

Contoh no. 4 kalimat kondisi darurat membolehkan yang di larang. Isi kandungan peribahasa di atas termasuk

‫اﻟ ِﻌﺒْ َﺮة‬

karena sudah menyampaikan

nasihat dan pengajaran terhadap orang lain yaitu dalam kondisi darurat kita boleh melanggar syariat Islam dan belum memiliki kalimat yang sempurna, karena antara teks Bsu terhadap teks Bsa belum diterima dengan baik. Contoh nomor 5 kalimat orang pandai adalah orang yang selalu belajar dari orang lain isi kandungan peribahasa di atas sudah menyampaikan nasihat dan pengajaran terhadap orang lain yaitu agar kita rajin belajar seperti peribahasa Indonesia rajin pangkal pandai dan belum memiliki kalimat yang sempurna karena antara teks Bsu terhadap teks Bsa belum bisa diterima dengan baik. Contoh nomor 6 di waktu susahlah teman sejati teruji isi kandungan peribahasa di atas termasuk

‫اﻟ ِﻌﺒْ َﺮة‬

karena sudah menyampaikan nasihat dan

pengajaran terhadap orang lain yaitu yang disebut sahabat sejati adalah ketika dia rela berkorban untuk kita dan belum memiliki kalimat yang sempurna karena antara teks Bsu terhadap teks Bsa belum bisa diterima dengan baik. Contoh no. 7 kalimat Teman sejati saat susah teruji isi kandungan peribahasa di atas sudah termasuk

‫اﻟ ِﻌﺒْ َﺮ ُة‬

karena sudah menyampaikan nasihat

atau pengajaran terhadap orang lain yaitu yang disebut sahabat sejati adalah ketika dia rela berkorban untuk kita dan belum memiliki kalimat yang sempurna karena antara teks Bsu terhadap teks Bsa belum bisa diterima dengan baik.

44

Contoh no. 8 Ingat waktu susah di kala senang. Isi kandungan peribahasa di atas termasuk

‫اﻟ ِﻌﺒْ َﺮة‬

karena isi kandungannya sama dengan peribahasa

Indonesia yaitu berakit rakit ke hulu, berenang-renang ketepian dan isi kandungannya sudah menyampaikan nasihat terhadap orang lain yaitu lebih baik susah payah dahulu, kemudian merasakan kesenangan dan belum memiliki kalimat yang sempurna karena antara teks Bsu terhadap Bsa belum bisa diterima dengan baik. Contoh no. 9 Setiap yang dilarang pasti disukai isi kandungan peribahasa di atas termasuk

‫ اﻟ ِﻌﺒْ َﺮة‬karena isi kandungannya sudah menyampaikan nasihat

atau pengajaran terhadap orang lain yaitu kebanyakan yang dilarang pasti diikuti dan belum memiliki kalimat yang sempurna karena antara teks Bsu terhadap Bsa belum bisa diterima dengan baik. Contoh no. 10 Orang yang tenggelam pasti tidak takut basah lagi. Isi kandungan peribahasa di atas termasuk

‫ اﻟ ِﻌﺒْ َﺮة‬karena isi kandungannya sudah

menyampaikan nasihat atau pengajaran terhadap orang lain. Contoh no. 11 Kebaikan harus di balas dengan kebaikan, kejahatan pun harus di balas kejahatan kalimat isi kandungan peribahasa di atas sudah termasuk

‫ اﻟ ِﻌﺒْ َﺮة‬karena isi kandungannya peribahasa di atas sudah menyampaikan nasihat terhadap orang lain yaitu setiap perbuatan yang baik pasti akan mendapatkan ganjaran yang baik dan setiap yang melakukan perbuatan buruk pasti akan mendapatkan ganjaran yang jelek pula. Dan belum memiliki kalimat yang

45

Contoh no. 12 Semakin tua, semakin berpengalaman isi kandungan peribahasa di atas sudah termasuk

‫اﻟ ِﻌﺒْ َﺮة‬

karena isi kandungannya sudah

menyampaikan nasihat terhadap orang lain yaitu jangan pernah menyerah untuk menghadapi cobaan hidup dan kalimat ini sama dengan peribahasa Indonesia yaitu tua-tua kelapa Dan belum memiliki kalimat yang sempurna karena antara pesan dari teks Bsu terhadap teks Bsa belum bisa diterima dengan baik. Contoh no. 13 bergaul itu harus bisa mengimbangi isi kandungan kalimat peribahasa di atas sudah termasuk

‫اﻟ ِﻌﺒْ َﺮة‬

karena isi kandungannya sudah

menyampaikan nasihat terhadap orang lain yaitu kalau bergaul itu harus bisa melihat mana yang buruk dan mana yang baik dan belum memiliki kalimat yang sempurna karena antara teks Bsu belum diterima oleh teks Bsa. Contoh no. 14 orang yang tenggelam hanya bisa berpegang dengan udara kalimat peribahasa di atas termasuk

‫اﻟ ِﻌﺒْ َﺮة‬

karena isi kandungannya sudah

menyampaikan nasihat atau pengajaran terhadap orang lain yaitu orang yang sudah melakukan kesalahan sampai patal hidupnya tidak akan ada gunanya lagi atau sia-sia. Dan memiliki kalimat yang sudah sempurna karena antara teks Bsu terhadap teks Bsa bisa diterima dengan baik. Contoh no. 15

tergesa-gesa/terburu-buru pekerjaan syaitan. Isi

kandungan peribahasa di atas termasuk

‫اﻟ ِﻌﺒْ َﺮة‬

karena sudah menyampaikan

nasihat atau pengajaran terhadap orang lain yaitu 46

Allah tidak menyukai

Contoh no. 16 jika bicara itu perak,maka diam itu emas. Isi kandungan peribahasa

di

atas

termasuk

‫اﻟ ِﻌﺒْ َﺮة‬

karena isi kandungannya sudah

menyampaikan nasihat atau pengajaran terhadap orang lain yaitu lebih baik diam membawa kebaikan, dari pada bicara membawa keburukan buat orang lain seperti menggosip dan memiliki kalimat yang sempurna karena antara teks Bsu bisa diterima oleh teks Bsa. Contoh no. 17

sedikit lebih baik dari pada tidak sama sekali. Isi

kandungan peribahasa di atas termasuk

‫ اﻟ ِﻌﺒْ َﺮة‬karena isi kandungannya sudah

menyampaikan nasihat atau pengajaran terhadap orang lain yaitu bersodaqoh sedikt itu lebih baik dari pada tidak sama sekali dan kalimat ini belum sempurna karena antara teks Bsu terhadap teks Bsa belum bisa diterima dengan baik. Contoh no. 18 tidak semua yang berkilauan itu emas. Isi kandungan peribahasa di atas sudah termasuk

‫اﻟ ِﻌﺒْ َﺮة‬

karena isi kandungannya sudah

menyampaikan nasihat atau pengajaran terhadap orang lain yaitu mengingatkan kita bahwa yang ada didunia ini tidak semuanya sempurna dan belum memiliki kalimat yang sempurna karena antara teks Bsu terhadap teks Bsa belum bisa diterima dengan baik. Contoh no. 19 tidak ada sesuatu tanpa ada kerja keras. Isi kandungan peribahasa di atas

termasuk

‫اﻟ ِﻌﺒْ َﺮة‬ 47

karena isi kandungannya sudah

Contoh no. 20 orang yang berbuat baik pasti disuka. Isi kandungan peribahasa di atas sudah termasuk

‫اﻟ ِﻌﺒْ َﺮة‬

karena isi kandungannya sudah

menyampaikan nasihat atau pengajaran terhadap orang lain yaitu setiap perbuatan yang baik pasti disenangi oleh orang lain dan belum memiliki kalimat sempurna karena antara teks Bsu terhadap teks Bsa belum bisa diterima dengan baik. Contoh no. 21 apabila kamu bekerja dengan baik, maka kamu pasti akan berhasil. Isi kandungan peribahasa di atas sudah termasuk

‫ اﻟ ِﻌﺒْ َﺮة‬karena isi

kandungannya sudah menyampaikan nasihat atau pengajaran terhadap orang lain yaitu bekerja dengan sungguh-sungguh suatu saat pasti berhasil dan belum memiliki kalimat yang sempurna karena antara teks Bsu terhadap teks Bsa belum bisa diterima dengan baik. Contoh no. 22 katakan yang benar meski itu pahit. Isi kandungan peribahasa di atas sudah termasuk

‫اﻟ ِﻌﺒْ َﺮة‬

karena isi kandungannya sudah

menyampaikan nasihat atau pengajaran terhadap orang lain yaitu lebih baik jujur dari pada berbohong tetapi kalimat ini belum sempurna karena antara kalimat teks Bsu terhadap teks Bsa belum bisa diterima dengan baik. Contoh no. 23 setiap kesulitan pasti akan ada kemudahan. Isi kandungan peribahasa di atas termasuk

‫اﻟ ِﻌﺒْ َﺮة‬

karena isi kandungannya sudah menyampaikan nasihat atau

48

Contoh no. 24 kalimat air beriak tanda tak dalam. Isi kandungan peribahasa

di

atas

termasuk

‫اﻟ ِﻌﺒْ َﺮة‬

karena isi kandungannya sudah

menyampaikan nasihat atau pengajaran terhadap orang lain peribahasa ini sama dengan pribahasa Indonesia

yaitu orang yang banyak bicara dan sombong

biasanya tak berilmu atau tong kosong nyaring bunyinya tetapi belum memiliki kalimat yang sempurna karena antara teks Bsu terhadap teks Bsa belum bisa diterima dengan baik. Contoh no. 25 tidak ada gading yang tak retak isi kandungan peribahasa di atas termasuk

‫ اﻟ ِﻌﺒْ َﺮة‬karena isi kandungannya sudah menyampaikan nasihat

atau pengajaran terhadap orang lain peribahasa ini sama dengan peribahasa Indonesia yaitu tidak ada sesuatu yang sempurna tetapi belum memiliki kalimat sempurna karena antara teks Bsu terhadap teks Bsa belum bisa diterima dengan baik. Contoh no. 26 kalimat sekali lancung keujian, seumur hidup orang tidak akan percaya. Isi kandungan peribahasa di atas termasuk

‫اﻟ ِﻌﺒْ َﺮة‬

karena isi

kandungannya sudah menyampaikan nasihat atau pengajaran terhadap orang lain, yaitu jangan sekali-kali membuat orang lain kecewa Karena bisa tidak dipercaya lagi tetapi belum memiliki kalimat sempurna karena antara teks Bsu terhadap teks Bsa belum bisa diterima dengan baik.

49

Contoh no. 27 katakan yang benar dan jangan takut kecuali pada Allah. Isi kandungan peribahasa di atas termasuk

‫ اﻟ ِﻌﺒْ َﺮة‬karena isi kandungannya

sudah menyampaikan nasihat atau pengajaran terhadap orang lain, yaitu jangan pernah takut sama seseoarang lebih baik takut sama Allah dan kalimat ini sudah sempurna karena antara teks sumber terhadap teks sasaran bisa diterima dengan baik. Contoh no. 28 hormati yang tua dan sayangi yang tua. Isi kandungan peribahasa

di

atas

termasuk

‫اﻟ ِﻌﺒْ َﺮة‬

karena isi kandungannya sudah

menyampaikan nasihat atau pengajaran terhadap orang lain, yaitu harus saling menghormati satu sama lainnya dan kalimat ini sudah sempurna karena antara teks sumber terhadap teks sasaran bisa diterima dengan baik. Contoh no. 29 jika ingin sukses, jangan pernah berbohong Isi kandungan peribahasa di atas termasuk

‫ اﻟ ِﻌﺒْ َﺮة‬karena isi kandungannya sudah menyampaikan nasihat atau pengajaran terhadap orang lain, yaitu kejujuran akan menghasilkan kesuksesan dan kalimat ini sudah sempurna karena antara teks sumber terhadap teks sasaran bisa diterima dengan baik. Contoh no. 30 jujurlah dalam bersikap dan bertindak. Isi kandungan peribahasa di atas

termasuk

‫اﻟ ِﻌﺒْ َﺮة‬

karena isi kandungannya sudah

menyampaikan nasihat atau pengajaran terhadap orang lain, yaitu setiap perbuatan dan tindakan harus dibarengi dengan kejujuran dan kalimat ini sudah sempurna karena antara teks sumber terhadap teks sasaran bisa diterima dengan baik. Contoh no. 31 hormati dirimu, baru orang akan menghormatimu. Isi kandungan 50

Contoh no. 32 jaga lisanmu dari ucapan yang tidak sopan, pasti kamu selamat. Isi kandungan peribahasa di atas termasuk

‫اﻟ ِﻌﺒْ َﺮة‬

karena isi

kandungannya sudah menyampaikan nasihat atau pengajaran terhadap orang lain, yaitu menjaga perkataan itu lebih baik, agar kamu tidak mendapatkan masalah dan kalimat ini sudah sempurna karena antara teks sumber terhadap teks sasaran bisa diterima dengan baik. Contoh no. 33 pikir dulu sebelum berkata. Isi kandungan peribahasa

di

atas

termasuk

‫اﻟ ِﻌﺒْ َﺮة‬

karena isi kandungannya sudah

menyampaikan nasihat atau pengajaran terhadap orang lain, yaitu berkata sambil dipikir dahulu itu lebih baik dan kalimat ini sudah sempurna karena antara teks sumber terhadap teks sasaran bisa diterima dengan baik. Contoh no. 34 buru-buru akan berbuah penyesalan, hati-hati akan membawa keselamatan. Isi kandungan peribahasa di atas termasuk

‫ اﻟ ِﻌﺒْ َﺮة‬karena

isi kandungannya sudah menyampaikan nasihat atau pengajaran terhadap orang lain, yaitu buru-buru belum tentu selamat, sedangkan pelan-pelan akan membawa keselamatan dan kalimat ini belum sempurna karena antara teks sumber terhadap teks sasaran belum bisa diterima dengan baik.

51

Contoh no. 35 sebelum lapar, jangan makan dulu. Isi kandungan peribahasa

di

atas

termasuk

‫اﻟ ِﻌﺒْ َﺮة‬

karena isi kandungannya sudah

menyampaikan nasihat atau pengajaran terhadap orang lain, yaitu sebelum lapar, lebih baik jangan makan dulu dan kalimat ini belum sempurna karena antara teks sumber terhadap teks sasaran belum bisa diterima dengan baik. Contoh no. 36 saat makan jangan terlalu kenyang. Isi kandungan peribahasa

di

atas

termasuk

‫اﻟ ِﻌﺒْ َﺮة‬

karena isi kandungannya sudah

menyampaikan nasihat atau pengajaran terhadap orang lain, yaitu Allah tidak menyukai hambanya yang berlebih-lebihan salah satunya dalam urusan makan dan kalimat ini sudah sempurna karena antara teks sumber terhadap teks sasaran bisa diterima dengan baik. Contoh no. 37 tidur cepat, bagunya juga cepat. Isi kandungan peribahasa di atas termasuk

‫ اﻟ ِﻌﺒْ َﺮة‬karena isi kandungannya sudah

menyampaikan nasihat atau pengajaran terhadap orang lain, yaitu tidur lebih awal lebih baik supaya tidak kesiangan dan kalimat ini belum sempurna karena antara teks sumber terhadap teks sasaran belum bisa diterima dengan baik. Contoh no. 38 jangan pelit dan jangan boros. Isi kandungan peribahasa di atas termasuk

‫ اﻟ ِﻌﺒْ َﺮة‬karena isi kandungannya sudah menyampaikan nasihat atau

pengajaran terhadap orang lain, yaitu Allah tidak menyukai sama orang yang boros dan yang pelit dan kalimat ini belum sempurna karena antara teks sumber terhadap teks sasaran belum bisa diterima dengan baik.

52

Contoh no. 39 Dia Allah tidak ditanyai tentang apa yang dilakukanya, justru mereka manusi. Isi kandungan peribahasa di atas termasuk

‫ اﻟ ِﻌﺒْ َﺮة‬karena

isi kandungannya sudah menyampaikan nasihat atau pengajaran terhadap orang lain, yaitu di akhirat kelak Allah akan menanyai setiap amal perbuatan manusia semasa di dunia dan kalimat ini belum sempurna karena antara teks sumber terhadap teks sasaran belum bisa diterima dengan baik. Contoh no. 40 saling berpesan akan kebenaran dan kesabaran. Isi kandungan peribahasa di atas termasuk

‫ اﻟ ِﻌﺒْ َﺮة‬karena isi kandungannya sudah

menyampaikan nasihat atau pengajaran terhadap orang lain, yaitu saling mengingatkan antara satu sama yang lainnya dalam kebenaran dan kesabaran itu lebih baik dan kalimat ini sudah sempurna karena antara teks sumber terhadap teks sasaran bisa diterima dengan baik. Contoh no. 41 serulah kepada Allah dengan hikmah dan nasihat yang baik. Isi kandungan peribahasa di atas termasuk

‫ اﻟ ِﻌﺒْ َﺮة‬karena isi kandungannya

sudah menyampaikan nasihat atau pengajaran terhadap orang lain, yaitu berdoalah kepada Allah dengan penuh keyakinan dibarengi doa yang baik dan kalimat ini sudah sempurna karena antara teks sumber terhadap teks sasaran bisa diterima dengan baik. Contoh no. 42 serulah kepada Allah dengan ungkapan verbal dan keteladanan. Isi kandungan peribahasa di atas termasuk

‫اﻟ ِﻌﺒْ َﺮة‬

karena isi

kandungannya sudah menyampaikan nasihat atau pengajaran terhadap orang lain,

53

Contoh no. 43 serulah kepada Allah dengan menggunakan bahasa kaumu. Isi kandungan peribahasa di atas termasuk

‫ اﻟ ِﻌﺒْ َﺮة‬karena isi kandungannya sudah

menyampaikan nasihat atau pengajaran terhadap orang lain, yaitu berdoalah kepada Allah dengan bahasa kita sehari-hari dan kalimat ini belum sempurna karena antara teks sumber terhadap teks sasaran belum bisa diterima dengan baik. Contoh no. 44 serulah kepada Allah sesuai dengan pemahaman objek dakwah. Isi kandungan peribahasa di atas termasuk

‫اﻟ ِﻌﺒْ َﺮة‬

karena isi

kandungannya sudah menyampaikan nasihat atau pengajaran terhadap orang lain, yaitu berdoalah kepada Allah menurut pemahaman majhab masing-masing dan kalimat ini belum sempurna karena antara teks sumber terhadap teks sasaran belum bisa diterima dengan baik. Contoh no. 45 bila kalian menolong agama Allah, maka Allah akan menolong dan mengokohkan. Isi kandungan peribahasa di atas termasuk

‫اﻟ ِﻌﺒْ َﺮة‬

karena isi kandungannya sudah menyampaikan nasihat atau pengajaran terhadap orang lain, yaitu Allah akan mengangakat derajat seseoarang, jika orang itu berpegang teguh pada agama Allah dan kalimat ini belum sempurna karena antara teks sumber terhadap teks sasaran belum bisa diterima dengan baik. 54

Contoh no. 46 bertakwalah kepada Allah di mana saja kamu berada. Isi kandungan peribahasa di atas termasuk

‫ اﻟ ِﻌﺒْ َﺮة‬karena isi kandungannya sudah

menyampaikan nasihat atau pengajaran terhadap orang lain, yaitu ingat Allah di manapun kita berada itu lebih baik dan kalimat ini sudah sempurna karena antara teks sumber terhadap teks sasaran bisa diterima dengan baik.

2.

‫ﺠﺔ‬ ‫ﺤﱠ‬ ُ ‫اﻟ‬, yaitu semboyan yang terjadi dari peribahasa atau peribahasa

yang dijadikan semboyan. 2 Peneliti menemukan 12 peribahasa yang termasuk jenis peribahasa

‫ﺠ ُﺔ‬ ‫ﺤﱠ‬ ُ ‫ اﻟ‬lihat tabel berikut ini: Tabel 2

No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.

2

Peribahasa

ٌ‫ِﻓﻲْ اﻹ ﱢﺗﺤَﺎ ِد ُﻗ ﱠﻮة‬ ‫ج‬ ِ‫ﻼ‬ َ ‫ﻦ اْﻟ ِﻌ‬ َ ‫اﻟﻮِﻗَﺎ َﻳ ُﺔ ﺧَﻴْﺮٌ ِﻣ‬ ‫ح‬ ِ ‫ﻖ اﻟ ﱠﻨﺠَﺎ‬ ُ ْ‫ﻃ ِﺮﻳ‬ َ ‫ﻞ‬ ُ‫ﺸ‬ َ ‫اﻟ َﻔ‬ ‫ﻚ َﻧﺠَﺎﺣًﺎ‬ َ ْ‫ﻋَﻠﻴ‬ َ ‫ﷲ‬ ُ ‫ﺸﻤَﺎ َﺗﺴْ َﺘ ِﻘﻢْ ُﻳ َﻘ ِّﺪرْ ا‬ ُ ْ‫ﺣﻴ‬ َ ‫ح‬ ِ ‫س اﻟ ﱠﻨﺠَﺎ‬ ُ ‫ﺲ َأﺳَﺎ‬ ِ ْ‫ﻋ ِﺘﻤَﺎ ُد ﻋَﻠﻰَ اﻟ ﱠﻨﻔ‬ ْ‫ﻹ‬ ِ‫ا‬ ِ‫ل وَاﻟ ﱢﻔﻘْﺮ‬ ‫ﻦ اﻟ ﱡﺬ ﱢ‬ ُ ْ‫ﻞ َﻗ ِﺮﻳ‬ ُ‫ﺴ‬ َ ‫اﻟ َﻜ‬ ‫ﺴِﻠﻴْ ِﻢ‬ ‫ﺠﺴْ ِﻢ اﻟ ﱠ‬ ِ ‫ﻞ اﻟﺴﱠِﻠﻴْ ُﻢ ِﻓﻲْ اﻟ‬ ُ ْ‫اﻟ َﻌﻘ‬ ‫ﻦ‬ ُ ‫ﺊ اْﻟ َﻜﻨَﺎ ِﺋ‬ ُ ‫ح ُﺗﻤَْﻠ‬ ِ ‫ﻞ اﻟ ﱢﺮﻣَﺎ‬ َ ْ‫َﻗﺒ‬ ‫ﻲ اْﻟ ُﻌﻠْﻴَﺎ‬ َ ‫ﷲ ِه‬ ِ ‫َآِﻠ َﻤ ُﺔ ا‬ ‫ل اﻟ َﻐ ِﺪ‬ ُ ‫ن اْﻟ َﻴﻮْ ِم ِرﺟَﺎ‬ ُ ‫ﺷﺒﱠﺎ‬ ُ

Arti Persatuan puncak kekuatan Mencegah lebih baik dari pada mengobati Kegagalan awal dari kesuksesan Bila serius dan tekun, pasti sukses Percaya diri kunci sukses Malas pangkal miskin dan hina Akal yang cerdas terdapat pada jiwa yang sehat Sedia payung sebelum hujan Hanya firman Allah yang tertinggi Pemuda hari ini, tokoh masa datang

Al-Ab Luwais Ma’luf al-Yasu’I, Farâ’id al-Adâb fi al-Matsal wa al-Aqwal, h. 749.

55

11.

‫ﺐ‬ ِ ‫ﻻ َﺑﻌْ َﺪ اﻟ ﱠﺘ َﻌ‬ ‫وَﻣَﺎ اﻟﻠﱠ َﺬ ُة ِإ ﱠ‬

12.

‫ن‬ ِ ‫ﻹﻳْﻤَﺎ‬ ِ ْ‫ﻦ ا‬ َ ‫اﻟ ﱠﻨﻈَﺎ َﻓ ُﺔ ِﻣ‬

Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian Kebersihan sebagian dari iman

Pada contoh no. 1 Persatuan puncak kekuatan. Isi kandungan peribahasa di atas termasuk

‫ﺠﺔ‬ ‫ﺤﱠ‬ ُ ‫ اﻟ‬karena isi kandungannya

sudah mengandung semboyan,

semboyan tersebut sama dengan peribahasa Indonesia yaitu Bhineka Tunggal Ika. Contoh no. 2

Mencegah lebih baik dari pada mengobati. Isi kandungan

peribahasa di atas termasuk

‫ﺠﺔ‬ ‫ﺤﱠ‬ ُ ‫ اﻟ‬karena isi kandungannya

sudah mengandung

semboyan yang sering kita dengar di dunia kesehatan. Contoh no. 3 Kegagalan awal dari kesuksesan. Isi kandungan peribahasa di atas termasuk

‫ﺠﺔ‬ ‫ﺤﱠ‬ ُ ‫ اﻟ‬karena

isi kandungannya sudah mengandung semboyan yang sering kita dengar di dunia bekerja. Contoh no. 4 Bila serius dan tekun, pasti sukses. Isi kandungan peribahasa di atas termasuk

‫ﺠﺔ‬ ‫ﺤﱠ‬ ُ ‫ اﻟ‬karena isi kandungannya

sudah mengandung semboyan.

Contoh no. 5 Percaya diri kunci sukses. Isi kandungan peribahasa di atas termasuk

‫ﺠﺔ‬ ‫ﺤﱠ‬ ُ ‫اﻟ‬

karena isi kandungannya

sudah mengandung semboyan.

Contoh no. 6 Malas pangkal miskin dan hina. Isi kandungan peribahasa di atas termasuk

‫ﺤﺠﱠﺔ‬ ُ ‫اﻟ‬

karena isi kandungannya

sudah mengandung semboyanan

peribahasa tersebut sama dengan peribahasa Indonesia yaitu malas pangkal bodoh. Contoh no. 7 Akal yang cerdas terdapat pada jiwa yang sehat. Isi kandungan 56

Contoh no. 8 Sedia payung sebelum hujan. Isi kandungan peribahasa di atas termasuk

‫ﺠﺔ‬ ‫ﺤﱠ‬ ُ ‫ اﻟ‬karena isi kandungannya

sudah mengandung semboyan

dan peribahasa tersebut sama dengan peribahasa Indonesia yaitu bersiap-siap sebelum terjadi sesuatu. Contoh no. 9 Hanya firman Allah yang tertinggi. Isi kandungan peribahasa di atas termasuk

‫ﺠﺔ‬ ‫ﺤﱠ‬ ُ ‫ اﻟ‬karena isi kandungannya

sudah

mengandung semboyan dalam hukum Islam. Contoh no. 10 Pemuda hari ini, tokoh masa datang. Isi kandungan peribahasa di atas termasuk

‫ﺠﺔ‬ ‫ﺤﱠ‬ ُ ‫ اﻟ‬karena isi kandungannya

sudah mengandung

semboyan untuk masa yang akan datang. Contoh no. 11 Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian. Isi kandungan peribahasa di atas termasuk

‫ﺠﺔ‬ ‫ﺤﱠ‬ ُ ‫اﻟ‬

karena isi kandungannya sudah mengandung semboyan dan peribahasa tersebut sama dengan peribahasa Indonesia yaitu bersakit sakit dahulu, bersenang-senang kemudian. Contoh no. 12 Kebersihan sebagian dari iman. Isi kandungan peribahasa di atas termasuk

‫ﺠﺔ‬ ‫ﺤﱠ‬ ُ ‫ اﻟ‬karena isi kandungannya

sudah mengandung

semboyan,

3.

‫ﺚ‬ ُ ْ‫ﺤ ِﺪﻳ‬ َ ‫اﻟ‬, yaitu peribahasa yang berisi perbandingan: terjadi dari maksud

( yang tidak diungkapkan ) atau perbandingan ( yang diungkapkan) dan kadang-

57

Tabel 3. No. 1.

2.

Peribahasa

Arti Kelebihan itu beda tipis dengan kekurangan

‫ن‬ ِ ‫ﺖ اﻟ ﱡﻨﻘْﺼَﺎ‬ ُ ْ‫اﻟ ﱢﺰﻳَﺎ َد ُة ُأﺧ‬

Di antara yang buta, manusia yang bermata satu pasti menjadi raja

‫ن‬ ِ ‫ﻼ ِد اْﻟ ُﻌﻤْﻴَﺎ‬ َ ‫ﻷﻋْ َﻮ ُر ِﻓﻲْ ِﺑ‬ َ‫ا‬

ٌ‫َﻣِﻠﻚ‬ 3.

4.

Yang banyak perangainya pasti banyak musuhnya

‫ﺳﻴْ َﺮ ُﺗ ُﻪ َآ ُﺜ َﺮ‬ ِ ْ‫َﻣﻦْ ﺳَﺎ َءت‬ ‫ُﻣﻌَﺎ ُدوْ ُﻩ‬ ‫ﻚ‬ َ ْ‫س ِﻓﻴ‬ ُ ‫ﻖ اﻟﻨﱠﺎ‬ ُ ‫ُآﻦْ َأ ِﻣﻴْﻨًﺎ َﻳ ِﺜ‬

Dipercayai dulu, baru orang selalu percaya padamu

Pada contoh no. 1 Kelebihan itu beda tipis dengan kekurangan. Isi

‫ﺚ‬ ُ ْ‫ﺤ ِﺪﻳ‬ َ ‫ اﻟ‬karena isi kandungannya sudah

kandungan peribahasa di atas termasuk

berisi perbandingan antara kelebihan dan kekurangan itu seimbang. Contoh no. 2 Di antara yang buta, manusia yang bermata satu pasti menjadi raja. Isi

‫ﺚ‬ ُ ْ‫ﺤ ِﺪﻳ‬ َ ‫ اﻟ‬karena isi kandungannya sudah

kandungan peribahasa di atas termasuk

berisi perbandingan antara yang miskin dan yang kaya bisa menjadi pemimpin. Contoh no. 3 Yang banyak perangainya pasti banyak musuhnya. Isi kandungan peribahasa di atas termasuk

3

‫ﺚ‬ ُ ْ‫ﺤ ِﺪﻳ‬ َ ‫اﻟ‬

karena isi kandungannya sudah berisi

Al-Ab Luwais Ma’luf al-Yasu’I, Farâ’id al-Adâb fi al-Matsal wa al-Aqwal, h. 749.

58

4.

‫ﺼ َﻔ ُﺔ‬ ِ ‫اﻟ‬, yaitu peribahasa yang terjadi dari kalimat tidak lengkap, berisi

hal-hal umum dan tidak berisi nasihat. 4 Peneliti menemukan 12 peribahasa yang termasuk jenis peribahasa

‫ﺼ َﻔ ُﺔ‬ ِ ‫ اﻟ‬lihat tabel berikut ini: Tabel 4.

No. 1. 2. 3. 4. 5.

6. 7.

8. 9. 10. 4

Peribahasa

‫ﺖ ِﻟُﺄ ﱢﻣﻬَﺎ‬ ُ ْ‫اﻟ ِﺒﻨ‬ ‫ﺳ ﱡﺮَأ ِﺑﻴْ ِﻪ‬ ِ ‫اﻟ َﻮَﻟ ُﺪ‬ ‫ع‬ ِ ‫ﻹﺧْ ِﺘﺮَا‬ ِ ‫ﺟ ُﺔ ُأمﱡ ا‬ َ ‫اﻟﺤَﺎ‬ ‫ﻋﺬْ ُر ُﻩ َﻣ َﻌ ُﻪ‬ ُ ‫ﺐ‬ ُ ‫اﻟﻐَﺎ ِﺋ‬ ‫ﺐ ِرزْ َﻗ ُﻪ‬ ُ ‫ﺠﻲْ ُء َﻳﺠِْﻠ‬ ِ ‫ُآﻞﱠ َﻳﻮْ ٍم َﻳ‬ ‫َﻣ َﻌ ُﻪ‬ ‫ﺐ‬ ُ ْ‫ﺳﻼﱠ ُﻩ اْﻟ َﻘﻠ‬ َ ‫ﻦ‬ ِ ْ‫ﻦ اْﻟ َﻌﻴ‬ ِ‫ﻋ‬ َ ‫ب‬ َ ‫َﻣﻦْ ﻏَﺎ‬ ْ‫ﺴ َﻌﺖْ َﻣﻌْ ِﺮ َﻓ ُﺘ ُﻪ َوﺿَﺎ َﻗﺖ‬ َ ‫ﻦ ا ﱠﺗ‬ ِ ‫َﻣ‬ ‫َﻣﻘْ ِﺪ َر ُﺗ ُﻪ َو َﺑ ُﻌ َﺪتْ ِهﻤﱠ ُﺘ ُﻪ‬ ْ‫ﻃَﺎ ِﺋ ُﺮ ُآﻢْ َﻣ َﻌ ُﻜﻢ‬ ‫ﻞ‬ َ ْ‫ﻒ اﻟْ َﻌﺠ‬ ُ ْ‫ﻖ اﻟﺴﱠﻴ‬ َ ‫ﺳ َﺒ‬ َ ‫ﺤ ُﺒﱡﻮْ ُﻩ‬ ِ ‫ﻼ ُﻗ ُﻪ َآ ُﺜ َﺮ ُﻣ‬ َ ْ‫ﺴ َﻨﺖْ َأﺧ‬ ُ‫ﺣ‬ َ ْ‫َﻣﻦ‬

Arti Anak perempuan sama seperti ibunya (like mother like daughter) Anak laki-laki sama seperti ayahnya (like father like son) Kebutuhan itu puncak dari semua keinginan Tidak hadir sudah cukup menjadi alasan ketidaksetujuan Hari datang dan pergi membawa rezekinya sendiri Jauh di mata, dekat di hati Maksud hati memeluk gunung, apa daya tangan tak sampai Dewi fortuna tidak bersamamu Nasi telah menjadi bubur Yang berakhlak baik yang

Al-Ab Luwais Ma’luf al-Yasu’I, Farâ’id al-Adâb fi al-Matsal wa al-Aqwal, h. 749.

59

11. 12.

‫ﻻ ِدهَﺎ‬ َ ْ‫ﻷو‬ َ ِ ‫ﻷمﱡ َﻣﺪْ َرﺳَﺔٌ ُأوْﻟَﻲ‬ ُ‫ا‬ ‫ل‬ ٌ ‫ل َو ُهﻢْ ِرﺟَﺎ‬ ٌ ‫ﻦ ِرﺟَﺎ‬ ُ ْ‫َﻧﺤ‬

banyak teman Ibu menjadi sekolah pertama bagi anak-anaknya Kita sama-sama manusia

Pada contoh no. 1 Anak perempuan sama seperti ibunya (like mother like daughter). Isi kandungan peribahasa di atas termasuk

‫ﺼ َﻔ ُﺔ‬ ِ ‫ اﻟ‬karena jika dilihat

dari kalimatnya tidak sempurna dan masih bersifat umum sehingga masih menimbulkan pertanyaan. Contoh no. 2 Anak laki-laki sama seperti ayahnya (like father like son). Isi kandungan peribahasa di atas termasuk

‫ﺼ َﻔ ُﺔ‬ ِ ‫اﻟ‬

karena jika

dilihat dari kalimatnya tidak sempurna dan masih bersifat umum sehingga masih menimbulkan pertanyaan. Contoh no. 3 Kebutuhan itu puncak dari semua keinginan. Isi kandungan peribahasa di atas termasuk

‫ﺼ َﻔ ُﺔ‬ ِ ‫اﻟ‬

karena jika dilihat dari kalimatnya tidak

sempurna dan tidak memberi nasihat yaitu kebutuhan itu bukan puncak dari segala keinginan. Contoh no. 4 Tidak hadir sudah cukup menjadi alasan ketidaksetujuan. Isi kandungan peribahasa di atas termasuk

‫ﺼ َﻔ ُﺔ‬ ِ ‫اﻟ‬

karena jika dilihat dari

kalimatnya tidak sempurna dan tidak memberi nasihat. Contoh no. 5 Hari datang dan pergi membawa rezekinya sendiri. Isi kandungan peribahasa di atas termasuk

‫ﺼ َﻔ ُﺔ‬ ِ ‫اﻟ‬

karena jika dilihat dari

kalimatnya tidak sempurna dan masih bersifat umum sehingga masih menimbulkan pertanyaan. Contoh no. 6 Jauh di mata, dekat di hati. Isi kandungan

60

Contoh no. 7 Maksud hati memeluk gunung, apa daya tangan tak sampai. Isi kandungan peribahasa di atas termasuk

‫ﺼ َﻔ ُﺔ‬ ِ ‫اﻟ‬

karena jika dilihat dari

kalimatnya tidak sempurna dan tidak memberi nasihat. Contoh no. 8 Dewi fortuna tidak bersamamu. Isi kandungan peribahasa di atas termasuk

‫ﺼ َﻔ ُﺔ‬ ِ ‫اﻟ‬

karena jika dilihat dari kalimatnya tidak sempurna dan

tidak memberi nasihat yaitu anda kurang beruntung. Contoh no. 9 Nasi telah menjadi bubur. Isi kandungan peribahasa di atas termasuk

‫ﺼ َﻔ ُﺔ‬ ِ ‫اﻟ‬

karena jika

dilihat dari kalimatnya tidak sempurna dan tidak memberi nasihat yaitu segala sesuatu yang terlanjur terjadi, tidak bisa diperbaiki lagi. Contoh no. 10 Yang berakhlak baik yang banyak teman. Isi kandungan peribahasa di atas termasuk

‫ﺼ َﻔ ُﺔ‬ ِ ‫اﻟ‬karena jika dilihat dari kalimatnya tidak sempurna dan masih bersifat umum sehingga masih menimbulkan pertanyaan. Contoh no. 11

Ibu menjadi sekolah pertama bagi anak-anaknya. Isi

kandungan peribahasa di atas termasuk

‫ﺼ َﻔ ُﺔ‬ ِ ‫اﻟ‬

karena jika dilihat dari

kalimatnya tidak sempurna dan masih bersifat umum sehingga masih menimbulkan pertanyaan. Contoh no. 12 Kita sama-sama manusia. Isi kandungan peribahasa di atas termasuk

‫ﺼ َﻔ ُﺔ‬ ِ ‫اﻟ‬

karena jika dilihat dari kalimatnya tidak

sempurna dan masih bersifat umum sehingga masih menimbulkan pertanyaan. 61

B. Analisis Metode Penerjemahan Setelah peneliti sebelumnya mengelompokan peribahasa Arab yang terdapat dalam buku Bahasa Gaul Ikhwan Akhwat ke dalam jenis-jenis dan penilaian penerjemahan, sekarang peneliti akan mengelompokkan tersebut berdasarkan

peribahasa

metode penerjemahannya. Metode penerjemahan yang

peneliti pakai adalah metode penerjemahan Peter Newmark. Dari delapan metode penerjemahan yang dikemukakan oleh Newmark, pada peribahasa dalam buku Bahasa Gaul Ikhwan Akhwat peneliti menemukan empat metode yang digunakan oleh penulis, yaitu: Penerjemahan bebas, penerjemahan semantis, penerjemahan idiomatis dan penerjemahan komunikatif. Peribahasa Arab dalam buku Bahasa Gaul Ikhwan Akhwat jumlah keseluruhannya 75 peribahasa. Berikut hasil analisis metode penerjemahan yang telah peneliti lakukan: 1. Metode Penerjemahan Semantis Dalam buku Bahasa Gaul Ikhwan Akhwat karya Syarif Hade Masyah, peneliti menemukan 47 peribahasa yang menurut peneliti menggunakan metode penerjemahan semantis, lihat tabel berikut: Tabel 9. No 1. 2. 3. 4. 5.

Peribahasa

‫ﺖ ِﻟُﺄ ﱢﻣﻬَﺎ‬ ُ ْ‫اﻟ ِﺒﻨ‬ ‫ﺟ ﱠﺪ َوﺟَﺪ‬ َ ْ‫َﻣﻦ‬ ‫ﺳ ﱡﺮَأ ِﺑﻴْ ِﻪ‬ ِ ‫اﻟ َﻮَﻟ ُﺪ‬ ‫ﷲ ُﻳ َﺪﺑﱢ ُﺮ‬ ُ ‫ن ُﻳ َﻔﻜﱢ ُﺮ َو َﻳﺴْﻌَﻰ وَا‬ ُ ‫ﻹﻧْﺴَﺎ‬ ِ‫ا‬ ‫ﻆ ِﺑ َﻐﻴْ ِﺮ ِﻩ‬ َ ‫ﻦ ا ﱠﺗ َﻌ‬ ِ ‫ﻞ َﻣ‬ ُ ‫اﻟﻌَﺎ ِﻗ‬ 62

Terjemahan Anak perempuan sama seperti ibunya (like daughter like mother) Siapa yang berusaha pasti akan

َ

berhasil Anak laki-laki sama seperti ayahnya (like father like son) Manusia hanya bisa berusaha pada akhirnya Allah jua yang menentukan Orang pandai adalah orang yang selalu belajar dari orang lain

6.

‫ن‬ ِ ‫ﺖ اﻟ ﱡﻨﻘْﺼَﺎ‬ ُ ْ‫اﻟ ﱢﺰﻳَﺎ َد ُة ُأﺧ‬

7.

‫ﺸ ﱠﺪ ِة‬ ‫ﻋﻨْ َﺪ اﻟ ﱢ‬ ِ ‫ف‬ ُ ‫ﻖ ُﻳﻌْ َﺮ‬ ُ ْ‫اﻟﺼﱠ ِﺪﻳ‬ ‫ﺐ ِرزْ َﻗ ُﻪ َﻣ َﻌ ُﻪ‬ ُ ‫ﺠﻲْ ُء َﻳﺠِْﻠ‬ ِ ‫ُآﻞﱠ َﻳﻮْ ٍم َﻳ‬ ٌ‫ﻏﻮْب‬ ُ ْ‫ع َﻣﺮ‬ ٍ ْ‫ُآﻞﱡ َﻣﻤْ ُﻨﻮ‬ ‫ﻞ‬ ِ ‫ﻦ اْﻟ َﺒَﻠ‬ َ ‫ﻻ َﻳﺨْﺸَﻰ ِﻣ‬ َ ‫ﻖ‬ ُ ْ‫اﻟ َﻐ ِﺮﻳ‬ ‫ج‬ ِ‫ﻼ‬ َ ‫ﻦ اْﻟ ِﻌ‬ َ ‫اﻟﻮِﻗَﺎ َﻳ ُﺔ ﺧَﻴْﺮٌ ِﻣ‬ ‫ﻼ َﻳ َﺮ َآ ِﺜﻴْﺮًا‬ ً ْ‫ﻃ ِﻮﻳ‬ َ ْ‫َﻣﻦْ َﻳ ِﻌﺶ‬ ِ‫ل اﻟْﻬَﻮَاء‬ ِ ‫ﻚ ِﺑﺤِﺒَﺎ‬ ُ‫ﺴ‬ ‫ﻖ َﻳ َﺘ َﻤ ﱠ‬ ُ ْ‫اﻟ َﻐ ِﺮﻳ‬ ‫ن‬ ِ ‫ﺸﻴْﻄَﺎ‬ ‫ﻦ اﻟ ﱠ‬ َ ‫ﺠَﻠ ُﺔ ِﻣ‬ َ ‫اﻟ َﻌ‬ ‫ﻀ ٍﺔ‬ ‫ﻼ ُم ِﻣﻦْ ِﻓ ﱠ‬ َ ‫ن اْﻟ َﻜ‬ َ ‫ِإذَاآَﺎ‬ ‫ﺐ‬ ٍ ‫ت ِﻣﻦْ َذ َه‬ ُ ‫ﻓﺎَاﻟﺴﱡ ُﻜ ْﻮ‬ ‫ﻰ‬ ِ ْ‫ﻦ اْﻟ ُﻌﻤ‬ َ ‫ﻰ ِﻣ‬ َ ‫ﻞ َأﺣْﻠ‬ ُ ْ‫اﻟ ُﻜﺤ‬ ‫ﺲ ُآﻞﱡ ﻣَﺎ َﻳﻠْ َﻤ ُﻊ َذ َهﺒًﺎ‬ َ ْ‫َﻟﻴ‬ ‫ح‬ ِ ‫ﻖ اﻟ ﱠﻨﺠَﺎ‬ ُ ْ‫ﻃ ِﺮﻳ‬ َ ‫ﻞ‬ ُ‫ﺸ‬ َ ‫اﻟ َﻔ‬ ‫ﻻ ﺑِﺎﻟْ ُﻤﺠَﺎ َه َﺪ ِة‬ ‫ح ِإ ﱠ‬ َ ‫ﻻ َﻧﺠَﺎ‬ َ ‫ﷲ‬ ِ ‫وَا‬ ٌ‫ﺨﻴْ ِﺮ َﻟ َﻤﺤْ ُﺒﻮْب‬ َ ‫ﻞ اْﻟ‬ َ‫ﻋ‬ ِ ‫ن ﻓَﺎ‬ ‫ِإ ﱠ‬ ‫ع‬ ِ ‫ﻹﺧْ ِﺘﺮَا‬ ِ ‫ﺟ ُﺔ ُأمﱡ ا‬ َ ‫اﻟﺤَﺎ‬ ‫ن ﻣُﺮًّا‬ َ ‫ﻖ َوَﻟﻮْ آَﺎ‬ ‫ﺤﱠ‬ َ ‫ُﻗﻞْ اْﻟ‬ ‫ن َﻣ َﻊ اْﻟ ُﻌﺴْ ِﺮ ُﻳﺴْﺮًا‬ ‫ِإ ﱠ‬ ‫ت‬ ِ ‫ﻈﻮْرَا‬ ُ ْ‫ﺢ اﻟ َﻤﺤ‬ ُ ْ‫اﻟﻀﱠ ُﺮ ْو َر ُة ُﺗ ِﺒﻴ‬ ‫ﻼ ُﻗ ُﻪ َآ ُﺜ َﺮ َﻣﺤْ ُﺒﻮْ ُﻩ‬ َ ْ‫ﺴ َﻨﺖْ َأﺧ‬ ُ‫ﺣ‬ َ ْ‫َﻣﻦ‬ ‫ﺳﻴْ َﺮ ُﺗ ُﻪ َآ ُﺜ َﺮ ُﻣﻌَﺎ ُدوْ ُﻩ‬ ِ ْ‫َﻣﻦْ ﺳَﺎ َءت‬ ‫ﺣﻢْ ُآﻞﱠ‬ َ ْ‫ِإﺣْ َﺘ ِﺮمْ ُآﻞﱠ َآ ِﺒﻴْ ٍﺮ وَار‬ ‫ﺻ ِﻐﻴْ ٍﺮ‬ َ

8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.

16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27.

63

Kelebihan itu beda tipis dengan kekurangan Teman sejati saat susah teruji Hari datang dan pergi membawa rezekinya sendiri Setiap yang dilarang pasti disukai Orang yang tenggelam pasti tidak takut basah lagi Mencegah lebih baik dari pada mengobati Semakin tua, semakin berpengalaman Orang yang tenggelam hanya bisa berpegang dengan udara Tergesa-gesa/terburu-buru itu pekerjaan syaitan Jika bicara itu perak, maka diam itu emas Sedikit lebih baik daripada tidak sama sekali Tidak semua yang berkilauan itu emas Kegagalan awal dari kesuksesan Tidak ada suatu kesuksesan tanpa kerja keras Orang yang yang berbuat baik disuka Kebutuhan itu puncak dari semua keinginan Katakan yang benar meski itu pahit Setiap kesulitan pasti akan ada kemudahan Kondisi darurat membolehkan yang dilarang Yang berakhlak baik yang banyak teman Yang buruk perangainya pasti banyak musuhnya Hormati yang tua dan sayangi yang muda

28.

29. 30. 31. 32. 33. 34. 35.

36. 37.

‫ﻦ‬ َ ‫ح ﻓَﺎﺣْ َﺬ ُر ِﻣ‬ َ ‫ت اﻟ ﱠﻨﺠَﺎ‬ َ ْ‫ِإذَا َأ َرد‬ ‫ب‬ ِ ‫اْﻟ َﻜ ِﺬ‬ ‫ﻚ‬ َ ‫ﻋ َﻤِﻠ‬ َ ‫ﻚ َو‬ َ ‫َو ُآﻦْ ﺻَﺎ ِدﻗًﺎ ِﻓﻲْ َﻗﻮِْﻟ‬ ‫ﻚ‬ َ ْ‫س ِﻓﻴ‬ ُ ‫ﻖ اﻟﻨﱠﺎ‬ ُ ‫ُآﻦْ َأ ِﻣﻴْﻨًﺎ َﻳ ِﺜ‬ ِ‫ل وَاﻟ ﱢﻔﻘْﺮ‬ ‫ﻦ اﻟ ﱡﺬ ﱢ‬ ُ ْ‫ﻞ َﻗ ِﺮﻳ‬ ُ‫ﺴ‬ َ ‫اﻟ َﻜ‬ ‫س‬ ُ ‫ﻚ اﻟﻨﱠﺎ‬ َ ْ‫ﻚ َﻳﺤْ َﺘ ِﺮﻣ‬ َ‫ﺴ‬ َ ْ‫ِإﺣْ َﺘ ِﺮمْ َﻧﻔ‬ ْ‫ﻦ اﻟ َﺒﺬَا َء ِة َﺗﺴَْﻠﻢ‬ َ ‫ﻚ ِﻣ‬ َ ‫ِإﺣْ َﻔﻆْ ِﻟﺴَﺎ َﻧ‬ ‫ﻞ َأنْ َﺗ َﺘ َﻜﱠﻠ َﻢ‬ َ ْ‫َﻓ ﱢﻜﺮْ َﻗﺒ‬ ْ‫ﺠَﻠ ِﺔ اﻟ ﱠﻨﺪَا َﻣ ُﺔ َو ِﻓﻲْ اﻟ ﱠﺘَﺄ ِﱢﻧﻲ‬ َ ‫ِﻓﻲْ اﻟ َﻌ‬ ‫ﻼ َﻣ ُﺔ‬ َ‫ﺴ‬ ‫اﻟ ﱠ‬ ‫ﺖ ﺟَﺎ ِﺋﻌًﺎ‬ َ ْ‫ﻻ ِإذَا ُآﻨ‬ ‫ﻻ َﺗﺄْ ُآﻞْ ِإ ﱠ‬ َ ‫ﻚ‬ َ ‫ﻼ َﺗﻤَْﻠﺊْ َﺑﻄْ َﻨ‬ َ ‫ﺖ َﻓ‬ َ ْ‫ِإذَا َأ َآﻠ‬ ‫ﻄﻌَﺎ ِم‬ ‫ﺑِﺎاﻟ ﱠ‬

38.

‫َﻧﻢْ ﻣْ َﺒ ﱢﻜﺮًا وَاﻧْ َﻬﺾْ ُﻣ َﺒ ﱢﻜﺮًا‬

39.

‫ﺴِﻠﻴْ ِﻢ‬ ‫ﺠﺴْ ِﻢ اﻟ ﱠ‬ ِ ‫ﻞ اﻟﺴﱠِﻠﻴْ ُﻢ ِﻓﻲْ اﻟ‬ ُ ْ‫اﻟ َﻌﻘ‬ ِ‫ﺼﺒْﺮ‬ ‫ﻖ وَاﻟ ﱠ‬ ‫ﺤﱢ‬ َ ْ‫ﺻﻮْاﺑِﺎﻟ‬ َ ‫َﺗﻮَا‬ ‫ﻲ اْﻟ ُﻌﻠْﻴَﺎ‬ َ ‫ﷲ ِه‬ ِ ‫َآِﻠ َﻤ ُﺔ ا‬ ‫ﻈ ِﺔ‬ َ‫ﻋ‬ ِ ْ‫ﺤﻜْ َﻤ ِﺔ َواْﻟ َﻤﻮ‬ ِ ْ‫ﷲ ﺑِﺎﻟ‬ ِ ‫ع ِإَﻟَﻲ ا‬ ُ ْ‫ُأد‬ ‫ﺴ َﻨ ِﺔ‬ َ‫ﺤ‬ َ ‫اْﻟ‬ ‫ﻚ‬ َ ‫ن َﻗﻮْ ِﻣ‬ ِ ‫ﷲ ِﺑِﻠﺴَﺎ‬ ِ ‫ع ِإﻟَﻲ ا‬ ُ ْ‫ُأد‬ ‫ﻻ ِدهَﺎ‬ َ ْ‫ﺳ ٌﺔ ُأوْﻟَﻰ ِﻟَﺄو‬ َ ‫ﻷمﱡ َﻣﺪْ َر‬ ُ‫ا‬ ‫ل اﻟ َﻐ ِﺪ‬ ُ ‫ن اْﻟ َﻴﻮْ ِم ِرﺟَﺎ‬ ُ ‫ﺷﺒﱠﺎ‬ ُ ْ‫ﺼﺮْ ُآﻢ‬ ُ ْ‫ﷲ َﻳﻨ‬ َ ‫ﺼ ُﺮوْاا‬ ُ ْ‫ِإنْ َﺗﻨ‬ ْ‫ﺸ ﱢﺒﺖْ َأﻗْﺪَا َﻣ ُﻜﻢ‬ َ ‫َو ُﻳ‬

40. 41. 42.

43. 44. 45. 46.

47.

‫ﻻ‬ ‫ﺣﺪًا ِإ ﱠ‬ َ ‫ﺶ َأ‬ َ ْ‫ﻻ َﺗﺨ‬ َ ‫ق َو‬ َ ْ‫ﺼﺪ‬ ‫ﻞ اﻟ ﱢ‬ ِ ‫ُﻗ‬ 64

Jika ingin sukses, jangan pernah berbohong Jujurlah dalam bersikap dan bertindak Dipercayai dulu, baru orang selalau percaya padamu Malas pangkal miskin dan hina Hormati dirimu,baru orang akan menghormatimu Jaga lisanmu dari ucapan tidak sopan, pasti kamu selamat Pikir dulu sebelum berkata Buru-buru hanya berbuah penyesalan,hati-hati akan membawa keselamatan Sebelum lapar, jangan makan dulu Saat makan, jangan terlalu kenyang Tidur cepat, bangunya juga cepat Akal yang cerdas terdapat pada jiwa yang sehat Saling berpesan akan kebenaran dan kesabaran Hanya firman Allah yang tertinggi Serulah kepada Allah dengan hikmah dan nasihat yang baik Serulah kepada Allah dengan menggunakan bahasa kaumu Ibu menjadi sekolah pertama bagi anak-anaknya Pemuda hari ini, tokoh masa datang Bila kalian menolong agama Allah, maka Allah akan menolong dan mengokohkan pijakan kalian Katakan yang benar dan jangan takut kecuali pada Allah

Contoh no.1 Terjemahan peribahasa di atas terlihat menggunakan metode penerjemahan semantis, karena saat menerjemahkan menggunakan

permainan

kata

sehingga

menghasilkan

‫ِﻟُﺄ ﱢﻣ َﻬﺎ‬,

penerjemah

kreatifitas

dalam

menerjemahkan kata sama seperti ibunya tidak menggunakan kata untuk ibunya, atau milik ibunya hal ini menurut peneliti sudah tepat karena huruf Lam sebelum kata Umi adalah lam kai yang menggambarkan penyerupaan. Contoh no.2, terjemahan ini tampak menggunakan metode penerjemahan semantis. Kata

‫ﺟ َﺪ‬ َ ‫َو‬

diterjemahkan dengan berhasil, di sini bisa kita lihat

permainan kata yang dilakukan penerjemah guna meraih nilai estetika. Jika diterjemahkan dengan menemukan maka hasilnya terjemahannya kurang dipahami oleh pembaca. Contoh no.3 kata

‫ﺳ ﱡﺮ‬ ِ

‫ﺳ ﱡﺮ‬ ِ diterjemahkan dengan sama, secara leksikal kata

bermakna rahasia. 5 Hasil terjemahan ini sudah tepat karena jika

diterjemahkan dengan anak laki-laki rahasia ayahnya, maknanya menjadi tidak nyambung dan membingungkan pembaca. Di sini bisa kita lihat bahwa penerjemah melakukan permainan kata guna meraih asonansi dan mudah dipahami arti dari terjemahan peribahasa tersebut. menurut penulis peribahasa ini diterjemahkan dengan metode penerjemahan semantis.

5

Ahmad Warson Munawir, al-Munawwir Kamus Arab Indonesia (Pustaka Progressif: Yogyakarta, 2002), h. 625.

65

Contoh no.4 Menurut peneliti peribahasa di atas menggunakan metode penerjemahan semantis, karena pada saat menerjemahkan kata

‫ ُﻳ ًﻔ ﱢﻜ ُﺮ‬dan ‫َﻳﺴْ َﻌﻰ‬

penerjemah hanya menerjemhakannya dengan kata berusaha, ia tidak terjebak dengan menerjemahkannya menjadi berusaha dan berpikir. Peribahasa di atas bisa juga diterjemahkan dengan: “setiap manusia sudah ditentukan qadha dan qadaharnya masing-masing”. Contoh no.5 menurut peneliti menggunakan metode penerjemahan semantis. Secara harfiah peribahasa ini bisa diterjemahkan dengan orang yang berakal mengambil nasihat dari orang lain, akan tetapi di sini diterjemahkan dengan orang pandai adalah orang yang selalu belajar dari orang lain. Dari sini bisa kita lihat ada permainan kata-kata guna menghasilkan terjemahan yang baik dan enak dibaca. Contoh no.6 kata

kata

‫ﺖ‬ ُ ْ‫ُأﺧ‬

‫ﺖ‬ ُ ْ‫ ُأﺧ‬diterjemahkan dengan beda tipis, secara leksikal

bermakna saudara perempuan. 6 Di sini penerjemah melakukan

permainan kata-kata yang menimbulkan hasil terjemahan yang baik dan enak dibaca. Jika diterjemahkan kelebihan saudara perempuan kekurangan maka artinya menjadi rancu dan tidak bisa dipahami. Menurut peneliti peribahasa ini diterjemahkan dengan metode penerjemahan semantis. Contoh no.7 secara harfiah peribahasa tersebut bisa diterjemahkan dengan Teman diketahui ketika sulit. Dalam buku Bahasa Gaul Ikhwan Akhwat diterjemahkan dengan Teman sejati saat susah teruji. Di sini bisa kita lihat adanya

6

Ahmad Warson Munawir, al-Munawwir Kamus Arab Indonesia, h. 12.

66

usaha untuk mempertimbangkan nilai estetika nas Bsu sehingga menghasilkan terjemahan yang lebih enak dibaca. Menurut peneliti peribahasa ini diterjemahkan dengan metode penerjemahan semantis. Contoh no. 8 kata

‫ﺠﻲْ ُء‬ ِ ‫َﻳ‬

diterjemahkan dengan datang dan pergi,

padahal secara leksikal kata tersebut bermakna datang. 7 Di sini bisa kita lihat adanya upaya dari penerjemah untuk menyelaraskan makna dan permainan kata guna mendapatkan hasil terjemahan yang lebih enak dibaca. Menurut peneliti peribahasa ini diterjemahkan dengan metode penerjemahan semantis. Contoh no. 9 terdapat penambahan kata yaitu yang dan pasti. Hal ini dilakukan guna mendapat hasil terjemahan yang lebih enak dibaca. Bisa kita bandingkan jika peribahasa tersebut diterjemahkan dengan setiap dilarang disukai, tanpa penambahan dua kata tadi maka makna yang terkandung dalam peribahasa tidak akan tersampaikan dengan baik. Menurut peneliti peribahasa ini diterjemahkan dengan metode penerjemahan semantis. Contoh no. 10 terdapat penambahan kata pasti dan lagi. Kata pasti dan lagi menjadi penguat/ penegasan dari peribahasa tersebut sehingga maknanya menjadi lebih jelas. Menurut peneliti peribahasa ini diterjemahkan dengan metode penerjemahan semantis. Contoh no. 11 huruf

‫ﻦ‬ َ ‫ ِﻣ‬diterjemahkan dengan daripada, hal ini sesuai

dengan konteks kalimat yang membandingkan antara mencegah dan mengobati. Jika hanya diterjemahkan dengan kata dari maka hasilnya kurang enak dibaca walaupun maksud peribahasa tersebut bisa dipahami. Menurut peneliti ini adalah 7

Ahmad Warson Munawir, al-Munawwir Kamus Arab Indonesia, h. 227.

67

Contoh no. 12 secara harfiah peribahasa ini bisa diterjemahkan dengan orang yang hidup panjang banyak melihat. Penerjemah menerjemahkannya dengan semakin tua, semakin berpengalaman. Terjemahan ini menurut peneliti sangat tepat karena bisa menampilkan nilai estetika dari teks Bsu. Menurut peneliti peribahasa ini diterjemahkan dengan metode penerjemahan semantis. Contoh no. 13 terdapat penambahan dan pengurangan kata, yaitu kata hanya dan bisa dan kata

‫ل‬ ِ ‫ﺣﺒَﺎ‬ ِ

tidak diterjemahkan. Hal ini dilakukan guna

mendapatkan makna yang selaras dengan teks Bsu. Menurut peneliti peribahasa ini diterjemahkan dengan metode penerjemahan semantis. Contoh no. 14 terdapat dua variasi hasil terjemahan yaitu tergesa-gesa atau terburu-buru dalam menerjemahkan kata

‫ﺠَﻠ ُﺔ‬ َ ‫اﻟ َﻌ‬. Hal tersebut dilakukan guna

mendapatkan keselarasan makna. Menurut peneliti peribahasa ini diterjamahkan dengan metode penerjemahan semantis. Contoh no. 15 kata

‫ن‬ َ ‫ آَﺎ‬dan ْ‫ ِﻣﻦ‬tidak diterjemahkan guna menampilkan

nilai estetika dari teks Bsu. Terjemahan ini sangat baik sekali karena tidak berbelit-belit dan maksud yang terkandung dalam teks Bsu bisa tersampaikan dengan baik. Menurut peneliti peribahasa ini diterjemahkan dengan metode penerjemahan semantis.

68

Contoh no. 16 kata

ْ‫ ِﻣﻦ‬diterjemahkan dengan daripada hal ini sangat

tepat sekali karena jika hanya diterjemahkan dengan kata dari tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang biasa digunakan. Menurut peneliti peribahasa ini diterjemahkan dengan metode penerjemahan semantis. Contoh no. 17 membaca hasil terjemahan peribahasa ini terlihat sekali nilai estetika teks sumber ditampilkan. Meski peribahasa ini diterjemahkan tidak jauh dari makna leksikalnya tetapi sudah sesuai dengan bahasa Indonesia yang baik. Menurut peneliti peribahasa ini diterjemahkan dengan metode penerjemahn semantis. Contoh no. 18 kata

‫ﻖ‬ ُ ْ‫ﻃ ِﺮﻳ‬ َ

diterjemahkan dengan awal dari padahal

secara leksikal kata tersebut berarti jalan. 8 Penerjemahan tersebut guna mendapatkan terjemahan yang bisa dipahami maknanya secara langsung. Menurut peneliti peribahasa ini diterjemahkan dengan metode semantis. Contoh no. 19 kata

‫ﷲ‬ ِ ‫ َوا‬tidak diterjemahkan. Di kalangan masyarakat ‫ﷲ‬ ِ ‫) َوا‬

Arab sering menggunakan kata sumpah (

dan dikalangan masyarakat

indonesia hal seperti itu tidak lazim, maka tidak diterjemahkan. Hal di atas dilakukan guna mendapatkan hasil terjemahan yang baik. Makna diselaraskan guna meraih asonansi. Menurut peneliti peribahasa ini diterjemahakan dengan metode penerjemahan semantis.

8

Ahmad Warson Munawir, al-Munawwir Kamus Arab Indonesia, h. 849.

69

‫ن‬ ‫ ِإ ﱠ‬dan ‫ل‬ َ ) tidak diterjemahkan. Menurut

Contoh no. 20 huruf taukid (

peneliti sebaiknya ditambahkan kata pasti sebagai terjemahan dari dua kata tersebut sehingga makna yang terkandung dalam peribahasa bisa tersemapaikan secara

keseluruhan.

Meskipun

begitu

menurut

peneliti

peribahasa

ini

diterjemahkan dengan metode semantis, karena sudah ada pengalihan struktur gramatikal dan hasilnyapun sudah enak dibaca. Contoh no. 21 kata

‫ ُأ ﱡم‬diterjemahkan dengan puncak dan kata ‫ع‬ ِ ‫ﻹﺧْ ِﺘ َﺮا‬ ِ‫ا‬

diterjemahkan dengan keinginan, secara leksikal kedua kata tersebut berarti ibu 9 dan menciptakan, membuat yang tidak pernah ada sebelumnya. 10 Terdapat penambahan kata itu dan dari semua pada penerjemahan peribahasa ini. Hal itu karena penerjemah ingin menyelaraskan makna. Menurut peneliti peribahasa ini diterjemahkan dengan metode penerjemahan semantis. Contoh no. 22 penerjemahan peribahasa ini dengan mempertahankan nilai estetika teks Bsu. Ini didasarkan pada hasil penerjemahannya yang tidak begitu jauh dari teks sumber. Peribahasa ini juga bisa diterjemahkan dengan jangan takut mengatakan kebenaran. Menurut peneliti peribahasa ini diterjemahkan dengan metode penerjemahan semantis. Contoh no. 23 sudah ada pengalihan struktur gramatikal antara teks Bsu dan Bsa. Nilai estetika Bsu ditunjukan dengan penambahan frase akan ada sehingga makna dari peribahasa bisa dipahami dengan mudah. Tanpa frase tersebut maka hasil terjemahannya tidak bisa menyampaikan makna dengan baik.

9

Ahmad Warson Munawir, al-Munawwir Kamus Arab Indonesia, h. 39. Ahmad Warson Munawir, al-Munawwir Kamus Arab Indonesia, h. 333.

10

70

Menurut peneliti peribahasa ini diterjemahkan dengan metode penerjemahan semantis. Contoh no. 24 terdapat penambahan kata kondisi pada terjemahan peribahaasa ini. Hal ini guna menghasilkan terjemahan yang baik dan makna yang terkandung dalam teks Bsu bisa tersampaikan dengan baik. Tanpa kata kondisi maka terjemahan peribahasa ini menjadi tidak baik. Menurut peneliti peribahasa ini diterjemahkan dengan metode penerjemahan semantis. Contoh

no.

25

penejemahan

ini

terlihat

menggunakan

metode

penerjemahan semantis, karena terdapat permainan kata dan pengulangan. Kata

‫ﺤ ﱡﺒﻮْ ُﻩ‬ ِ ‫ ُﻣ‬diterjemahkan dengan teman dan kata yang diulang dua kali. Hal ini adalah ciri-ciri dari metode penerjemahan semantis. Contoh no. 26 tidak berbeda jauh dengan no. 25, peribahasa ini diterjemahkan

dengan

metode

penerjemahan

semantis.

Karena

terdapat

pengulangan kata yang sebanyak dua kali, pada hal tidak ada kata yang bermakna yang. Ini bertujuan agar makna yang terkandung dalam peribahasa bisa tersampaikan dengan baik. Contoh no. 27 terlihat menggunakan metode semantis, karena frase

‫َآ ِﺒﻴْ ٍﺮ‬

‫ﻞ‬ ‫ُآ ﱠ‬

diterjemahkan dengan yang tua. Penerjemah tidak terjembak dengan

menerjemahkannya

dengan

menerjemahkan frase

‫ﺻ ِﻐﻴْ ٍﺮ‬ َ ‫ﻞ‬ ‫ ُآ ﱠ‬dengan yang muda, lagi-lagi penerjemah tidak

setiap

besar/setiap

tua.

Begitu

terjebak dengan menerjemahkannya dengan setiap kecil/ setiap muda.

71

juga

saat

Contoh no. 28 terdapat penambahan kata pada hasil terjemahan yaitu kata pernah. Terlihat nilai estetika teks sumber dipertahankan. Menurut peneliti peribahasa ini diterjemahkan dengan metode penerjemahan semantis. Contoh no. 29 sudah ada pengalihan gramatikal sehingga arti peribahasa ini bisa dipahami oleh pembaca. Kata

‫ﻚ‬ َ ‫ َﻗﻮِْﻟ‬diterjemahkan dengan berucap, ini

merupakan permainan kata yang dilakukan penerjemah. Selain berucap bisa juga diartikan berkata. Selain diterjemahkan dengan jujurlah dalam berucap dan bertindak peribahasa ini juga bisa diterjemahkan dengan jangan munafik. Menurut peneliti peribahasa ini diterjemahkan dengan metode penerjemahan semantis. Contoh no. 30 terlihat menggunakan metode penerjemahan semantis. Saat menerjemahkan frase

‫ ُآﻦْ َأ ِﻣﻴْ ًﻨﺎ‬penerjemah tidak terjebak. Jika diterjemahkan

dengan jadilah orang yang terpercaya maka arti dari peribahasa ini menjadi kurang enak untuk dibaca. Selain diterjemahkan dengan dipercayai dulu, baru orang selalu percaya padamu peribahasa ini bisa juga diterjemahkan dengan mulai dari diri sendiri. Contoh no. 31 kata

‫ﻦ‬ ُ ْ‫َﻗ ِﺮﻳ‬

diterjemahkan dengan pangkal. Di sini

penerjemah melakukan pemilihan kata (diksi) yang tepat dengan konteks peribahasa. Menurut peneliti peribahasa ini diterjemahkan dengan metode penerjemahan semantis. Contoh no. 32 terlihat menggunakan metode penerjemahan semantis. Karena nilai estetika teks bahasa sumber dipertahankan oleh penerjemah. Hal ini terlihat saat kita membaca arti peribahasa ini. Selain diterjemahkan dengan

72

hormati dirimu, baru orang akan menghormatimu peribahasa ini juga bisa diterjemahkan dengan mulai dari diri sendiri. Contoh no. 33 kata

‫ اﻟ َﺒ َﺬا َء ِة‬diterjemahkan ucapan tidak sopan. Secara

leksikal kata tersebut bermakna kotor, keji. kata

ْ‫َﺗﺴَْﻠﻢ‬

diterjemahkan dengan

pasti kamu selamat, ini bertujuan agar makna peribahasa bisa tersampaikan dengan baik. Menurut peneliti peribahasa ini diterjemahkan dengan metode semantis. Contoh no. 34 terlihat menggunakan metode penerjemahan semantis, hal itu terlihat pada penerjemahan kata

ْ‫َﻓ ﱢﻜﺮ‬

dengan pikir dulu, jika kata itu

diterjemahkan dengan berpikirlah maka akan menimbulkan kesulitan dalam memahami hasil terjemahan. Meskipun terlihat mirip antara pikir dulu dan berpikirlah tetapi memiliki perbedaan. Pikir dulu berarti dalam berbicara harus hati-hati jangan sampai salah bicara, berpikirlah berarti sebelum berbicara harus berpikir dulu. Contoh no. 35

‫ﺠَﻠ ِﺔ اﻟ ﱠﻨ َﺪا َﻣ ُﺔ‬ َ ‫ ِﻓﻲْ اﻟ َﻌ‬diterjemahkan dengan buru-buru

hanya berbuah penyesalan. Terdapat penambahan kata hanya berbuah, dan

ْ‫ِﻓﻲ‬

‫ﺠَﻠ ِﺔ‬ َ ‫ اﻟ َﻌ‬diterjemahkan dengan buru-buru tidak dengan pada buru-buru. Hal ini untuk mempertahankan nilai estetika Tsu. Menurut peneliti peribahasa ini diterjemahkan dengan metode penerjemahan semantis.

73

Contoh no. 36 terlihat sudah terjadi pengalihan gramatikal Tsu ke Tsa. Secara harfiah peribahasa ini bisa diterjemahkan dengan jangan makan kecuali engkau sudah lapar, penerjemah menerjemahkannya dengan sebelum lapar jangan makan dulu. Berdasarkan argumen di atas menurut peneliti peribahasa ini diterjemahkan dengan metode semantis. Selain diterjemahkan dengan sebelum lapar, jangan makan dulu peribahasa ini menurut peneliti bisa diterjemahkan dengan sedia payung sebelum hujan. Contoh no. 37

‫ﻄ َﻌﺎ ِم‬ ‫ﻚ ِﺑﺎاﻟ ﱠ‬ َ ‫ﻼ َﺗﻤَْﻠﺊْ َﺑﻄْ َﻨ‬ َ ‫ َﻓ‬diterjemahkan dengan jangan

terlalu kenyang. Secara harfiah klausa di atas bisa diterjemahkan dengan jangan isi perutmu dengan makanan. Jangan isi perutmu dengan makanan bermakna jangan terlalu kenyang. Dalam penerjemahan peribahasa ini terlihat penerjemah mempertahankan nilai estetika Tsu. Menurut peneliti peribahasa ini diterjemahkan dengan metode penerjemahan semantis. Contoh no. 38

‫َﻧﻢْ ﻣْ َﺒ ﱢﻜ ًﺮا َواﻧْ َﻬﺾْ ُﻣ َﺒ ﱢﻜ ًﺮا‬

di terjemahkan dengan

tidur cepat, bangunnya juga cepat. secara harfiah klausa di atas bisa diterjemahkan dengan tidur lebih awal, agar bangunya lebih awal. Dalam penerjemahan peribahasa ini terlihat penerjemah mempertahankan nilai estetika Tsu. Menurut peneliti peribahasa ini diterjemakan dengan metode penerjemahan semantis. Contoh no. 39 Akal yang cerdas terdapat pada jiwa yang sehat terlihat menggunakan metode penerjemahan semantis. Karena nilai estetika teks bahasa sumber dipertahankan oleh penerjemah. Hal ini terlihat saat kita membaca maksud arti peribahasa ini yaitu kecerdasan terdapat pada akal dan jiwa yang sehat.

74

Contoh no. 40 terjemahan

‫ﻖ‬ ‫ﺤﱢ‬ َ ْ‫ِﺑﺎﻟ‬

huruf ba diatas diterjemahkan “ akan

kebenran” akan tetapi bukan diterjemahkan “ dengan kebenaran”. Ini bertujuan agar makna peribahasa bisa tersampaikan dengan baik. Menurut peneliti peribahasa ini diterjemahkan dengan metode semantis. Contoh no. 41 kata

‫ﻲ‬ َ ‫ ِه‬tidak di terjemahkan, karena jika di terjemahkan

maka terjemahanya akan menjadi Hanya firman Allah yaitu yang tertinggi. Ini bertujuan agar makna peribahasa bisa tersampaikan dengan baik. Menurut peneliti peribahasa ini diterjemahkan dengan metode semantis. Contoh no. 42 kata

‫ع‬ ُ ْ‫ُأد‬di terjemahkan menjadi serulah, jika kata ‫ع‬ ُ ْ‫ُأد‬di

terjemahkan menjadi berdoa. Maka terjemahanya akan menjadi Serulah kepada Allah dengan hikmah dan nasihat yang baik. Ini bertujuan agar makna peribahasa bisa tersampaikan dengan baik. Menurut peneliti peribahasa ini diterjemahkan dengan metode semantis. Contoh no. 43 kata

terjemahkan

menjadi

kaummu,jika kata

‫ع‬ ُ ْ‫ ُأد‬di terjemahkan menjadi serulah, jika kata ‫ع‬ ُ ْ‫ُأد‬di

berdoa.

‫ﻚ‬ َ ‫َﻗﻮْ ِﻣ‬

dan

kata

‫ﻚ‬ َ ‫َﻗﻮْ ِﻣ‬

diterjemahkan

bahasa

diterjemahkan bahasa sehari-hari, maka hasil

terjemahannya menjadi berdoalah kepada Allah dengan bahasa sehari-sehari. Ini bertujuan agar makna peribahasa bisa tersampaikan dengan baik. Contoh no. 44 Terjemahan peribahasa di atas terlihat menggunakan

‫ﺳ ُﺔ‬ َ ‫َﻣﺪْ َر‬

metode penerjemahan semantis, karena saat menerjemahkan kata

75

,

Contoh no. 45

‫ل اﻟ َﻐ ِﺪ‬ ُ ‫ﺟﺎ‬ َ ‫ن اْﻟ َﻴﻮْ ِم ِر‬ ُ ‫ﺷ ﱠﺒﺎ‬ ُ

jika di terjemahkan secara

harfiah maka terjemahannya akan menjadi tokoh masa datang adalah pemuda hari ini. Jadi menurut peneliti terjemahan peribahasa diatas menggunakan metode penerjemahan semantis karena penerjemah menggunakan permainan kata sehingga menghasilkan kreatifitas dalam menerjemahkan sehingga menghasilkan terjemahan pemuda hari ini, tokoh masa datang. Contoh no. 46 kata

ْ‫ ُآﻢ‬di terjemahkan kembali pada kalimat maka Allah.

Ini bertujuan agar makna peribahasa bisa tersampaikan dengan baik. Menurut peneliti peribahasa ini diterjemahkan dengan metode semantis. Contoh no. 47 kata

‫ﺣ ًﺪا‬ َ ‫َأ‬

tidak diterjemahkan karena Ini bertujuan agar

makna peribahasa bisa tersampaikan dengan baik. Menurut peneliti peribahasa ini diterjemahkan dengan metode semantis, jika di terjemahkan maka hasil terjemahannya akan menjadi Katakan yang benar dan salah satu jangan takut kecuali pada Allah maka terjemahannya tidak dipahami oleh bahasa penerima. 2. Metode Penerjemahan Idomatis Dalam buku peribahasa Arab Bahasa Gaul Ikhwan Akhwat karya Syarif Hade Masyah, peneliti menemukan 10 peribahasa yang menurut peneliti menggunakan metode idiomatis, lihat tabel berikut:

76

Tabel 10. No 1.

2. 3. 4.

Peribahasa

‫ﺾ ِﻟﻠْ َﻴﻮْ ِم‬ َ ‫ﻷﺑْ َﻴ‬ َ ‫ﻚا‬ َ‫ﺷ‬ َ ْ‫ﺧﺮْ ِﻗﺮ‬ ِ ‫ِإ ﱠد‬ ‫ﻷﺳْ َﻮ ِد‬ َ‫ا‬ ‫ﺐ‬ ُ ْ‫ﺳﻼﱠ ُﻩ اْﻟ َﻘﻠ‬ َ ‫ﻦ‬ ِ ْ‫ﻦ اْﻟ َﻌﻴ‬ ِ‫ﻋ‬ َ ‫ب‬ َ ‫َﻣﻦْ ﻏَﺎ‬ ‫ل ِﻟﺴَﺎ ُﻧ ُﻪ‬ َ ‫ﺣﺠﱠ ُﺘ ُﻪ ﻃَﺎ‬ ُ ْ‫ﺼ َﺮت‬ ُ ‫َﻣﻦْ َﻗ‬ ْ‫ﺴ َﻌﺖْ َﻣﻌْ ِﺮ َﻓ ُﺘ ُﻪ َوﺿَﺎ َﻗﺖ‬ َ ‫ﻦ ا ﱠﺗ‬ ِ ‫َﻣ‬ ‫َﻣﻘْ ِﺪ َر ُﺗ ُﻪ َو َﺑ ُﻌ َﺪتْ ِهﻤﱠ ُﺘ ُﻪ‬

5.

‫ﺟﻮﱠا ٍد‬ َ ‫ﻞ‬ ‫ﻞ ﺻَﺎ ِر ٍم َﻧﺒْ َﻮ ٌة َوِﻟ ُﻜ ﱢ‬ ِ ‫ِﻟ ﱡﻜ‬ ‫ﻞ ﻋَﺎِﻟ ٍﻢ َهﻔْ َﻮ ٌة‬ ‫َآﺒْ َﻮ ٌة َوِﻟ ُﻜ ﱢ‬ ‫ﺣ ٍﺪ‬ ِ ‫ﺟﺤْ ٍﺮ وَا‬ ُ ْ‫ﻦ ِﻣﻦ‬ ُ ‫غ اْﻟ ُﻤﺆْ ِﻣ‬ ُ ‫ﻻ َﻳﻠْ َﺪ‬ َ ‫ﻦ‬ ِ ْ‫َﻣ ﱠﺮ َﺗﻴ‬ ‫ﻞ‬ َ ْ‫ﻒ اﻟْ َﻌﺠ‬ ُ ْ‫ﻖ اﻟﺴﱠﻴ‬ َ ‫ﺳ َﺒ‬ َ ‫س‬ ُ ‫ﺲ َأﺳَﺎ‬ ِ ْ‫ﻋ ِﺘﻤَﺎ ُد ﻋَﻠﻰَ اﻟ ﱠﻨﻔ‬ ْ‫ﻹ‬ ِ‫ا‬ ‫ح‬ ِ ‫اﻟ ﱠﻨﺠَﺎ‬ ‫ﻦ‬ ُ ‫ﺊ اْﻟ َﻜﻨَﺎ ِﺋ‬ ُ ‫ح ُﺗﻤَْﻠ‬ ِ ‫ﻞ اﻟ ﱢﺮﻣَﺎ‬ َ ْ‫َﻗﺒ‬ ْ‫ﻃَﺎ ِﺋ ُﺮ ُآﻢْ َﻣ َﻌ ُﻜﻢ‬

6.

7. 8.

9. 10.

Arti Ingat waktu susah di kala senang

Jauh di mata, dekat di hati Air beriak tanda tak dalam Maksud hati memeluk gunung, apa daya tangan tak sampai

Tidak ada gading yang tak retak

Sekali lancung keujian, seumur hidup orang tidak percaya Nasi telah menjadi bubur Percaya diri kunci sukses

Sedia payung sebelum hujan Dewi fortuna tidak bersamamu

Contoh no. 1 terjemahan peribahasa di atas menurut peneliti menggunakan metode idiomatis, karena

Ingat waktu susah di kala senang adalah ungkapan

yang sering didengar dikalang pembaca. Di sini tidak terdapat pada nas sumber

‫ﻷﺳْ َﻮ ِد‬ َ ْ‫ﺾ ِﻟﻠْ َﻴﻮْ ِم ا‬ َ ‫ﻷﺑْ َﻴ‬ َ ْ‫ﻚ ا‬ َ‫ﺷ‬ َ ْ‫ﺧﺮْ ِﻗﺮ‬ ِ ‫ِإ ﱠد‬

yaitu kata

karena penerjemah

menggunakan ungkapan idiomatis saat menerjemahkan peribahasa tersebut. Contoh no. 2 penerjemahan di atas jika di terjemahkan secara harfiah menjadi:

ْ‫ َﻣﻦ‬orang, ‫ب‬ َ ‫ﻏﺎ‬ َ jauh, ‫ﻦ‬ ِ‫ﻋ‬ َ dari,‫ﻦ‬ ِ ْ‫اْﻟ َﻌﻴ‬

77

mata,

‫ﻼ ُﻩ‬ ‫ﺳﱠ‬ َ pengobat, ‫ﺐ‬ ُ ْ‫َﻗﻠ‬

Contoh no. 3 jika kita terjemahkan secara harfiah kata

“ orang” kata

ْ‫ َﻣﻦ‬diterjemahkan

ْ‫ﺼ َﺮت‬ ُ ‫ َﻗ‬di terjemahkan “berbicara” kata ‫ل‬ َ ‫ﻃﺎ‬ َ di terjemahakan”

panjang” sedangkan kata

‫ﺴﺎ ُﻧ ُﻪ‬ َ ‫ِﻟ‬

di terjemahkan” lisannya” terjemahan Bsu

tesebut terhadap Bsa kurang di pahami. Jadi menurut peneliti

terjemahan

peribahasa di atas diterjemahkan dengan menggunakan metode idiomatis karena pengalihan idiom Tsu ke dalam idiom Tsa dan ungkapan idiomatis yang tidak tidak pada versi aslinya. Terjemahan ini biasa di gunakan dalam kesan ke akraban. Dan jika di lihat dari terjemahan peribahasa tersebut “Air beriak tanda tak dalam” memiliki makna yang sama dengan peribahasa Indonesia “tong kosong nyaring bunyinya” yang sama artinya yaitu “ orang yang banyak bicara dan sombong biasanya tak berilmu”. Contoh no. 4 menurut peneliti menggunakan metode penerjemahan idiomatis karena, menggunakan ungkapan idiomatik yang terdapat dalam versi Bsa. Ungkapan tersebut dalam bahasa Indonesia bermakna menginginkan

78

kemuliaan, tetapi memperoleh kehinaan. 11 Penerjemahan dengan ungkapan idiomatik merupakan ciri dari metode penerjemahan idiomatis. Contoh no. 5 menurut peneliti peribahasa di atas di terjemahkan dengan menggunakan metode penerjemahan idiomatis karena, terlihat jelas hasil terjemahan dengan menggunakan ungkapan idiomatik yang tidak didapati pada versi aslinya. Terjemahan Peribahasa di atas memperhatikan pengalihan idiom Tsu ke dalam idiom Tsa yang kebetulan mempunyai makna yang sejenis. Tanpa memperhatikan aspek idiomatik pada Tsu, maka terjemahan Tsu di atas adalah sebagai berikut: “Tidak ada sesuatu yang sempurna”. Contoh no. 6 Menurut peneliti peribahasa di atas menggunakan metode penerjemahan idiomatis karena, penerjemah memproduksi pesan dalam teks Bsu. Metode ini sering menggunakan kesan keakaraban dan ungkapan idiomatik yang tidak didapati pada versi aslinya dan terjemahan di atas memperhatikan pengalihan idiom Tsu ke dalam idiom Tsa yang kebetulan mempunyai makna yang sejenis. Tanpa memperhatikan aspek idiomatik pada Tsu, maka terjemahan di atas adalah sebagai berikut: “sekali saja kita mengingkari janji, selama-lamanya orang tidak akan percaya lagi”. Contoh no. 7 menurut peneliti menggunakan metode penerjemahan idiomats karena, menggunakan ungkapan idiomatik yang terdapat dalam versi Bsa. Ungkapan tersebut dalam bahasa Indonesia bermakna “segala sesuatu yang sudah terlanjur terjadi, tidak dapat diperbaiki lagi”. Contoh no. 8 terjemahan peribahasa di atas menurut peneliti menggunakan metode idiomatis, karena Percaya diri kunci sukses adalah ungkapan yang sering 11

Nur Arifin Chaniago dan Bagas Pratama, 3700 Peribahasa Indonesia (Bandung: Pustaka Setia, 1998), h. 127.

79

didengar dikalangan pembaca. Di sini tidak terdapat pada nas sumber yaitu kata

‫ح‬ ِ ‫ﺠﺎ‬ َ ‫س اﻟ ﱠﻨ‬ ُ ‫ﺳﺎ‬ َ ‫ﺲ َأ‬ ِ ْ‫ﻰ اﻟ ﱠﻨﻔ‬ َ ‫ﻋﻠ‬ َ ‫ﻹﻋْ ِﺘ َﻤﺎ ُد‬ ِ‫ا‬

karena penerjemah menggunakan

ungkapan idiomatis saat menerjemahkan peribahasa tersebut. Contoh no. 9 Peribahasa di atas jika di terjemahkan secara harfiah menjadi:

‫ﻞ‬ َ ْ‫ َﻗﺒ‬sebelum, ‫اﻟ ﱢﺮ َﻣﺎ ِء‬

memanah,

‫ﺊ‬ ُ ‫ ُﺗﻤَْﻠ‬penuhi, ‫ﻦ‬ ُ ‫ اﻟ َﻜ َﻨﺎ ِﺋ‬anak panah.

Jika penerjemahan di atas di terjemahkan secara harfiah maka terjemahan Tsu nya sukar di pahami oleh Tsa. Jadi, menurut peneliti penerjemahan di atas di terjemahkan dengan menggunakan metode terjemahan idiomatis sehingga terjemahan di atas bisa menjadi: sebelum memanah isi dulu kantong busurnya atau sedia payung sebelum hujan. Selain itu terjemahan idiomatis bisa memproduksi pesan dalam teks bahasa sumber yang terletak pada peribahasa Arabnya sehingga padananya lebih mudah di pahami

ke dalam peribahasa

Indonesia dengan baik. Contoh no. 10 peribahasa ini terlihat menggunakan metode penerjemahan idiomatis, hal ini didasarkan pada hasil terjemahan yang menggunakan ungkapan idiomatis yang terdapat dalam bahasa sasaran. Jika tidak mengetahui aspek budaya Bsu maka penerjemah akan sangat kesulitan sekali dalam menerjemahkan peribahasa ini.

3. Metode Penerjemahan Bebas Dalam buku peribahasa Arab Bahasa Gaul Ikhwan Akhwat karya Syarif Hade Masyah, peneliti menemukan 12 peribahasa yang menurut peneliti menggunakan metode bebas, lihat tabel berikut:

80

Tabel 11. NO 1 2

3 4 5 6 7

8

9 10 11 12

Peribahasa

ٌ‫ِﻓﻲْ اﻹ ﱢﺗﺤَﺎ ِد ُﻗ ﱠﻮة‬ ْ‫ﺢ ِﻓﻲ‬ َ ‫ﻞ َأنْ َﻳﺼْ َﺒ‬ َ ْ‫ﻻ َﺗ ُﻘﻞْ ُﻓﻮْلْ َﻗﺒ‬ َ ‫ل‬ ِ ْ‫اﻟ َﻤﻜْ ُﻴﻮ‬ ‫ﻖ‬ ِ ْ‫ﻀﻴ‬ ‫ﺖ اﻟ ﱢ‬ َ ْ‫ﻖ َوﻗ‬ ُ ْ‫اﻟﺼﱠ ِﺪﻳ‬ ‫ﻋﺬْ َر ُﻩ َﻣ َﻌ ُﻪ‬ ُ ‫ﺐ‬ ُ ‫اﻟﻐَﺎ ِﺋ‬ ‫ﻚ‬ ٌ ‫ن َﻣِﻠ‬ ِ ‫ﻼ ِد اْﻟ ُﻌﻤْﻴَﺎ‬ َ ‫ﻷﻋْ َﻮ ُر ِﻓﻲْ ِﺑ‬ َ‫ا‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺴﱢ‬ ‫ﻦ ﺑﺎِﻟ ﱢ‬ ‫ﺴﱡ‬ ‫ﻦ وَاﻟ ﱢ‬ ِ ْ‫ﻦ ﺑِﺎﻟْ َﻌﻴ‬ ُ ْ‫اﻟ َﻌﻴ‬ ْ‫ ) آَﻤَﺎ َﺗﺮَا ِﻧﻲ‬،ِ‫اﻟﻤُﻌَﺎ َﻣَﻠ ُﺔ ﺑﺎِﻟ ِﻤﺜْﻞ‬ (‫ك‬ َ ‫ﻞ َأرَا‬ ُ ْ‫ﺟ ِﻤﻴ‬ َ ‫ﻳَﺎ‬ ‫ﻚ‬ َ ‫ﻋ ُﻨ ِﻘ‬ ُ َ‫ك َﻣﻐُْﻠﻮَْﻟ ًﺔ إِﻟﻰ‬ َ ‫ﻻ َﺗﺠْ َﻌﻞْ َﻳ َﺪ‬ َ ‫ﻂ‬ َ ْ‫ﺴﻄْﻬَﺎ ُآﻞﱠ اْﻟ َﺒﺴ‬ ُ ْ‫ﻻ َﺗﺒ‬ َ ‫َو‬ ‫ن‬ َ ْ‫ﻞ َو ُهﻢْ ُﻳﺴْ َﺌُﻠﻮ‬ ُ ‫ﻞ ﻋَﻤﱠﺎ َﻳﻔْ َﻌ‬ ُ ‫ﻻ ُﻳﺴْ َﺌ‬ َ ‫ل‬ ٌ ‫ل َو ُهﻢْ ِرﺟَﺎ‬ ٌ ‫ﻦ ِرﺟَﺎ‬ ُ ْ‫َﻧﺤ‬ ‫ﻞ‬ َ ‫ﻦ اْﻟ َﻌ َﻤ‬ ‫ﺤﱠ‬ َ‫ﺠ‬ َ ْ‫ﺖ َﻟ َﺘﻨ‬ َ ْ‫ِإنْ َأﺗْ َﻘﻨ‬ ‫ﻚ‬ َ ْ‫ﻋَﻠﻴ‬ َ ‫ﷲ‬ ُ ‫ﺸﻤَﺎ َﺗﺴْ َﺘ ِﻘﻢْ ُﻳ َﻘ ِﱢﺪرْ ا‬ ُ ْ‫ﺣﻴ‬ َ ‫َﻧﺠَﺎﺣًﺎ‬

Arti Persatuan puncak kekuatan . Jangan pernah berhenti berusaha sebelum semuanya berakhir Di waktu susah teman sejati teruji Tidak hadir sudah cukup menjadi alasan ketidaksetujuan Di antara yang buta, manusia yang bermata satu pasti menjadi raja Kebaikan harus di balas dengan kebaikan, kejahatan pun harus di balas kejahatan Bergaul itu harus bisa mengimbangi

Jangan pelit dan jangan boros

Dia Allah tidak ditanyai tentang apa yang dilakuan-Nya, justru mereka manusia yang akan ditanyai Kita sama-sama manusia Apabila kamu bekerja dengan baik, maka kamu pasti akan berhasil Bila serius dan tekun, pasti sukses

Contoh no. 1 terlihat menggunakan penerjemahan bebas karena Huruf

tidak diterjemahkan,

‫ﺤﺎ ِد‬ َ ‫ﻹ ﱢﺗ‬ ِ‫ا‬

ْ‫ِﻓﻲ‬

diterjemahkan dengan persatuan sesuai dengan

81

Contoh no. 2 dilihat menggunakan metode penerjemahan bebas karena antara terjemahan Bsu menggunakan metode parafrastik yaitu mengungkapkan amanat yang terkandung dalam bahasa sumber dengan ungkapan penerjemah sendiri di dalam bahasa penerima. Contoh no. 3 jika di terjemahakan Secara harfiah peribahasa ini bisa diterjemahkan dengan teman di waktu susah. Terjemahan harfiah itu menimbulkan makna yang ambigu, bisa bermaksud teman di waktu susah atau teman hanya pada waktu susah. Dan penerjemah menambahkan terjemahan teman sejati teruji Menurut peneliti peribahasa di atas diterjemahkan dengan metode penerjemahan bebas, karena terjemahan teman sejati teruji penerjemah menggunakan metode parafrastik yaitu mengungkapkan amanat yang terkandung dalam bahasa sumber dengan ungkapan penerjemah sendiri didalam bahasa

12

Ahmad Warson Munawir, al-Munawwir Kamus Arab Indonesia ( Pustaka Progressif: Yogyakarta, 2002), h. 1542. 13 Ibid., h. 1176.

82

penerima sehingga terjemahan menjadi lebih panjang dari pada nas aslinya. Jika diterjemahkan dengan teman di waktu susah maka pesan yang terkandung dalam nas Bsu tidak di terima oleh nas Bsa. Contoh no. 4 terjemahan Tidak hadir sudah cukup menjadi alasan ketidaksetujuan merupakan metode parafrastik yaitu mengungkapkan amanat yang terkandung dalam bahasa sumber dengan ungkapan penerjemah sendiri didalam bahasa penerima. Jadi, dilihat peribahasa ini menggunakan metode bebas karena terjemahan Bsu terhadap Bsanya mengungkapkannya dengan cara bebas dari versi aslinya. Contoh no. 5 terjemahan Di antara yang buta, manusia yang bermata satu pasti menjadi raja merupakan metode parafrastik yaitu mengungkapkan amanat yang terkandung dalam bahasa sumber dengan ungkapan penerjemah sendiri di dalam bahasa penerima. Jadi, dilihat peribahasa ini menggunakan metode bebas karena terjemahan Bsu terhadap Bsanya mengungkapkannya dengan cara bebas dari versi aslinya. Contoh no. 6 jika di terjemahkan Secara harfiah peribahasa ini bisa diterjemahkan menjadi mata dengan mata dan gigi dengan gigi, sehingga nas Bsu nya tidak tersampaikan terhadap nas Bsa.jadi, menurut peneliti penerjemahan di atas menggunakan metode penerjemahan bebas karena, terjemahan mata dengan mata dan gigi dengan gigi jika di terjemahkan dengan menggunakan metode bebas maka hasil terjemahannya kebaikan harus di bales dengan kebaikan, kejahatan pun harus di bales dengan kejahatan karena penerjemah menggunakan metode parafrastik yaitu mengungkapkan amanat yang terkandung dalam bahasa

83

sumber dengan ungkapan penerjemah sendiri didalam bahasa penerima sehingga terjemahan menjadi lebih panjang dari pada nas aslinya. Contoh no. 7 terjemahan Bergaul itu harus bisa mengimbangi menurut peneliti menggunakan metode penerjemahan bebas karena dilihat dari terjemahan Tsanya lebih pendek dari Tsunya, dan penerjemah menggunakan metode parafrastik yaitu mengungkapkan amanat yang terkandung dalam bahasa sumber dengan ungkapan penerjemah sendiri sehingga menghasilkan terjemahannya bisa diterima oleh bahasa penerima. Contoh no. 8 terjemahan Jangan pelit dan jangan boros menggunakan metode penerjemahan bebas karena dilihat dari terjemahan Tsanya lebih pendek dari

Tsunya,

dan

penerjemah

menggunakan

metode

parafrastik

yaitu

mengungkapkan amanat yang terkandung dalam bahasa sumber dengan ungkapan penerjemah sendiri sehingga menghasilkan terjemahannya bisa diterima oleh bahasa penerima. Contoh no. 9

‫ن‬ َ ْ‫ﻞ َو ُهﻢْ ُﻳﺴْ َﺌُﻠﻮ‬ ُ ‫ﻋ ﱠﻤﺎ َﻳﻔْ َﻌ‬ َ ‫ﻞ‬ ُ ‫ﻻ ُﻳﺴْ َﺌ‬ َ

menurut peneliti

menggunakan metode penerjemahan bebas, karena dilihat terjemahanya lebih panjang dari Tsu yaitu Dia Allah tidak ditanyai tentang apa yang dilakuan-Nya, justru mereka manusia yang akan ditanyai. dan penerjemah menggunakan metode parafrastik yaitu mengungkapkan amanat yang terkandung dalam bahasa sumber dengan ungkapan penerjemah sendiri sehingga menghasilkan terjemahannya bisa diterima oleh bahasa penerima. Contoh no. 10 kata

ٌ‫ﺟﺎل‬ َ ‫ِر‬

diterjemahkan manusia bukan laki-laki. Jadi

jelas terjemahan peribahasa diatas menggunakan metode penerjemahan bebas,

84

Contoh no. 11

‫ﻞ‬ َ ‫ﻦ اْﻟ َﻌ َﻤ‬ ‫ﺤﱠ‬ َ‫ﺠ‬ َ ْ‫ﺖ َﻟ َﺘﻨ‬ َ ْ‫ِإنْ َأﺗْ َﻘﻨ‬

menggunakan metode

penerjemahan bebas karena dilihat dari terjemahan Tsanya lebih pendek dari Tsunya yaitu Apabila kamu bekerja dengan baik, maka kamu pasti akan berhasil dan penerjemah menggunakan metode parafrastik yaitu mengungkapkan amanat yang terkandung dalam bahasa sumber dengan ungkapan penerjemah sendiri sehingga menghasilkan terjemahannya bisa diterima oleh bahasa penerima. Contoh no. 12 terjemahan Bila serius dan tekun, pasti sukses menggunakan metode penerjemahan bebas karena dilihat dari terjemahan Tsanya lebih pendek dari Tsunya, dan penerjemah menggunakan metode parafrastik yaitu mengungkapkan amanat yang terkandung dalam bahasa sumber dengan ungkapan penerjemah sendiri sehingga menghasilkan terjemahannya bisa diterima oleh bahasa penerima 4. Metode Penerjemahan Komunikatif Dalam buku peribahasa Arab Bahasa Gaul Ikhwan Akhwat karya Syarif Hade Masyah, peneliti menemukan 2 peribahasa yang menurut peneliti menggunakan metode penerjemahan komunikatif. Lihat tabel berikut: Tabel 12. NO 1

2

Peribahasa

‫ل‬ ِ ‫ن اْﻟ َﻤﻘَﺎ‬ ِ ‫ﷲ ِﺑِﻠﺴَﺎ‬ ِ ‫ع ِإﻟَﻲ ا‬ ُ ْ‫ُأد‬ ‫ن اْﻟﺤَﺎل‬ ِ ‫َوِﻟﺴَﺎ‬ ‫ﻞ‬ ِ ْ‫ﻋﻘ‬ َ ‫ﷲ ِﺑ َﻘﺪْ ِر‬ ِ ‫ع ِإﻟَﻲ ا‬ ُ ْ‫ُأد‬ 85

Arti Serulah kepada Allah dengan ungkapan verbal dan keteladanan Serulah kepada Allah sesuai dengan pemahaman objek dakwah

Contoh no. 1 dalam peribahasa ini terdapat frase

diterjemahkan dengan ungkapan verbal, dan

‫ل‬ ِ ‫ن اْﻟ َﻤ َﻘﺎ‬ ِ ‫ﺴﺎ‬ َ ‫ِﻟ‬

‫ﺤﺎل‬ َ ‫ن اْﻟ‬ ِ ‫ﺴﺎ‬ َ ‫ِﻟ‬

yang

yang diterjemahkan

dengan keteladanan. Menurut peneliti peribahasa ini menggunakan metode penerjemahan komunikatif, hal ini didasarkan pada hasil terjemahan kedua frase di atas. Ungkapan verbal dan keteladanan merupakan hasil terjemahan yang mudah dipahami oleh pembaca teks sasaran. Contoh no. 2 kata

‫ﻦ‬ َ ْ‫ﻋ ﱢﻮﻳ‬ ُ ْ‫اﻟ َﻤﺪ‬

di terjemahkan objek dakwah, secara

harfiah kata tersebut bisa diterjemahkan dengan orang yang diajak. pemilihan kata dalam menerjemahkan kata tersebut sangat baik sehingga membuat pembaca enak membaca dan memahami peribahasa di atas. Menurut peneliti peribahasa di atas diterjemahkan dengan metode penerjemahan komunikatif. C. Analisis Penilaian Penerjemahan Terjemahan pada hakikatnya tertuang dalam bahasa tulis sehingga kriteria/ aspek penilaian yang berlaku dalam bahasa tulis berlaku pula dalam penilaian penerjemahan. Penilaian terjemahan merupakan bagian penting dalam konsep teori terjemahan. Karena itu kriteria penilaian terjemahan membawa pada konsep terjemahan yang berbeda-beda pula. Namun diharapkan penilaian yang diberikan dapat menilai terjemahan dengan baik karena untuk menentukan kualitas terjemahan, penilaian sangat diperlukan. 14

14

Frans Sayogie, Penerjemahan Bahasa Inggris ke Dalam Bahasa Indonesia (Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 145.

86

Kemampuan

seseorang

menerjemah

diukur

dari

kemampuannya

menghasilkan terjemahan yang baik. Menurut Larson, 15 terdapat tiga hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian, yaitu ketepatan, kejelasan, dan kewajaran. Dengan tiga hal tersebut peneliti akan menganalisis peribahasa dalam buku Bahasa Gaul Ikhwan Akhwat. Untuk melihat ketiga hal yang harus diperhatikan dalam penilaian yaitu ketepatan,

kejelasan,

dan

kewajaran,

lebih

mudahnya

peneliti

akan

mengelompokkan dan menganalisis peribahasa tersebut ke dalam peribahasa dengan tingkat penerjemahan mudah, peribahasa dengan tingkat penerjemahan sedang, dan peribahasa dengan tingkat penerjemahan sulit yaitu:

1. Peribahasa dengan Tingkat Penerjemahan Mudah Peribahasa dengan tingkat penerjemahan mudah di sini, dilihat dari kemudahannya untuk diterjemahkan, hasil terjemahannya pun tepat, jelas, dan wajar. Ada 51 peribahasa dengan tingkat penerjemahan mudah, lihat tabel berikut. Tabel 13 No 1. 2. 3.

4. 5.

Peribahasa

‫ﺟ ﱠﺪ َوﺟَﺪ‬ َ ْ‫َﻣﻦ‬ ٌ‫ِﻓﻲْ اﻹ ﱢﺗﺤَﺎ ِد ُﻗ ﱠﻮة‬ ْ‫ﺢ ِﻓﻲ‬ َ ‫ﻞ َأنْ َﻳﺼْ َﺒ‬ َ ْ‫ﻻ َﺗ ُﻘﻞْ ُﻓﻮْلْ َﻗﺒ‬ َ ‫ل‬ ِ ْ‫اﻟ َﻤﻜْ ُﻴﻮ‬ ‫ت‬ ِ ‫ﻈﻮْرَا‬ ُ ْ‫ﺢ اﻟ َﻤﺤ‬ ُ ْ‫اﻟﻀﱠ ُﺮ ْو َر ُة ُﺗ ِﺒﻴ‬ ‫ع‬ ِ ‫ﻹﺧْ ِﺘﺮَا‬ ِ ‫ﺟ ُﺔ ُأمﱡ ا‬ َ ‫اﻟﺤَﺎ‬ 15

Arti Siapa yang berusaha pasti akan

َ

berhasil Persatuan puncak kekuatan . Jangan pernah berhenti berusaha sebelum semuanya berakhir Kondisi darurat membolehkan yang dilarang Kebutuhan itu puncak dari semua keinginan

Mildred L. Larson, Penerjemahan Berdasarkan makna pedoman untuk pemadanan antar bahasa. Penerjemah Kencanawati Taniran (Jakarta: Arcan, 1989), h. 532.

87

6. 7.

8. 9. 10. 11. 12.

13. 14. 15.

16.

17. 18. 19. 20. 21. 22.

23.

24.

‫ﻖ‬ ِ ْ‫ﻀﻴ‬ ‫ﺖ اﻟ ﱢ‬ َ ْ‫ﻖ َوﻗ‬ ُ ْ‫اﻟﺼﱠ ِﺪﻳ‬ ‫ﺾ ِﻟﻠْ َﻴﻮْ ِم‬ َ ‫ﻷﺑْ َﻴ‬ َ ‫ﻚا‬ َ‫ﺷ‬ َ ْ‫ﺧﺮْ ِﻗﺮ‬ ِ ‫ِإ ﱠد‬ ‫ﻷﺳْ َﻮ ِد‬ َ‫ا‬ ‫ﻋﺬْ َر ُﻩ َﻣ َﻌ ُﻪ‬ ُ ‫ﺐ‬ ُ ‫اﻟﻐَﺎ ِﺋ‬

Di waktu susah teman sejati teruji

‫ﻚ‬ ٌ ‫ن َﻣِﻠ‬ ِ ‫ﻼ ِد اْﻟ ُﻌﻤْﻴَﺎ‬ َ ‫ﻷﻋْ َﻮ ُر ِﻓﻲْ ِﺑ‬ َ‫ا‬ ٌ‫ﻏﻮْب‬ ُ ْ‫ع َﻣﺮ‬ ٍ ْ‫ُآﻞﱡ َﻣﻤْ ُﻨﻮ‬ ‫ﻞ‬ ِ ‫ﻦ اْﻟ َﺒَﻠ‬ َ ‫ﻻ َﻳﺨْﺸَﻰ ِﻣ‬ َ ‫ﻖ‬ ُ ْ‫اﻟ َﻐ ِﺮﻳ‬ ‫ﺳﻼﱠ ُﻩ‬ َ ‫ﻦ‬ ِ ْ‫ﻦ اْﻟ َﻌﻴ‬ ِ‫ﻋ‬ َ ‫ب‬ َ ‫َﻣﻦْ ﻏَﺎ‬ ‫ﺐ‬ ُ ْ‫اْﻟ َﻘﻠ‬ ‫ج‬ ِ‫ﻼ‬ َ ‫ﻦ اْﻟ ِﻌ‬ َ ‫اﻟﻮِﻗَﺎ َﻳ ُﺔ ﺧَﻴْﺮٌ ِﻣ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺴﱢ‬ ‫ﻦ ﺑﺎِﻟ ﱢ‬ ‫ﺴﱡ‬ ‫ﻦ وَاﻟ ﱢ‬ ِ ْ‫ﻦ ﺑِﺎﻟْ َﻌﻴ‬ ُ ْ‫اﻟ َﻌﻴ‬

Di antara yang buta, manusia yang bermata satu pasti menjadi raja Setiap yang dilarang pasti disukai

ْ‫ ) آَﻤَﺎ َﺗﺮَا ِﻧﻲ‬،ِ‫اﻟﻤُﻌَﺎ َﻣَﻠ ُﺔ ﺑﺎِﻟ ِﻤﺜْﻞ‬ (‫ك‬ َ ‫ﻞ َأرَا‬ ُ ْ‫ﺟ ِﻤﻴ‬ َ ‫ﻳَﺎ‬ ‫ﻀ ٍﺔ‬ ‫ﻼ ُم ِﻣﻦْ ِﻓ ﱠ‬ َ ‫ن اْﻟ َﻜ‬ َ ‫ِإذَاآَﺎ‬ ‫ﺐ‬ ٍ ‫ت ِﻣﻦْ َذ َه‬ ُ ‫ﻓﺎَاﻟﺴﱡ ُﻜ ْﻮ‬ ‫ﻰ‬ ِ ْ‫ﻦ اْﻟ ُﻌﻤ‬ َ ‫ﻰ ِﻣ‬ َ ‫ﻞ َأﺣْﻠ‬ ُ ْ‫اﻟ ُﻜﺤ‬ ‫ح‬ ِ ‫ﻖ اﻟ ﱠﻨﺠَﺎ‬ ُ ْ‫ﻃ ِﺮﻳ‬ َ ‫ﻞ‬ ُ‫ﺸ‬ َ ‫اﻟ َﻔ‬ ‫ﻻ ﺑِﺎﻟْ ُﻤﺠَﺎ َه َﺪ ِة‬ ‫ح ِإ ﱠ‬ َ ‫ﻻ َﻧﺠَﺎ‬ َ ‫ﷲ‬ ِ ‫وَا‬ ٌ‫ﺨﻴْ ِﺮ َﻟ َﻤﺤْ ُﺒﻮْب‬ َ ‫ﻞ اْﻟ‬ َ‫ﻋ‬ ِ ‫ن ﻓَﺎ‬ ‫ِإ ﱠ‬ ‫ﻞ‬ َ ‫ﻦ اْﻟ َﻌ َﻤ‬ ‫ﺤﱠ‬ َ‫ﺠ‬ َ ْ‫ﺖ َﻟ َﺘﻨ‬ َ ْ‫ِإنْ َأﺗْ َﻘﻨ‬ ‫ل‬ َ ‫ﺣﺠﱠ ُﺘ ُﻪ ﻃَﺎ‬ ُ ْ‫ﺼ َﺮت‬ ُ ‫َﻣﻦْ َﻗ‬ ‫ِﻟﺴَﺎ ُﻧ ُﻪ‬ ‫ﻚ‬ َ ْ‫ﻋَﻠﻴ‬ َ ‫ﷲ‬ ُ ‫ﺣﻴْ ُﺜﻤَﺎ َﺗﺴْ َﺘ ِﻘﻢْ ُﻳ َﻘ ِﱢﺪرْ ا‬ َ ‫َﻧﺠَﺎﺣًﺎ‬ ْ‫ﺴ َﻌﺖْ َﻣﻌْ ِﺮ َﻓ ُﺘ ُﻪ َوﺿَﺎ َﻗﺖ‬ َ ‫ﻦ ا ﱠﺗ‬ ِ ‫َﻣ‬ 88

Ingat waktu susah di kala senang

Tidak hadir sudah cukup menjadi alasan ketidaksetujuan

Orang yang tenggelam pasti tidak takut basah lagi Jauh di mata, dekat di hati

Mencegah lebih baik dari pada mengobati Kebaikan harus di balas dengan kebaikan, kejahatan pun harus di balas kejahatan Bergaul itu harus bisa mengimbangi

Jika bicara itu perak, maka diam itu emas Sedikit lebih baik daripada tidak sama sekali Kegagalan awal dari kesuksesan Tidak ada suatu kesuksesan tanpa kerja keras Orang yang yang berbuat baik disuka Apabila kamu bekerja dengan baik, maka kamu pasti akan berhasil Air beriak tanda tak dalam

Bila serius dan tekun, pasti sukses

Maksud hati memeluk gunung, apa daya tangan tak sampai

25. 26.

27.

28. 29.

30.

31.

32.

33. 34. 35. 36.

37.

ْ‫ﻃَﺎ ِﺋ ُﺮ ُآﻢْ َﻣ َﻌ ُﻜﻢ‬ ‫ﺟﻮﱠا ٍد‬ َ ‫ﻞ‬ ‫ﻞ ﺻَﺎ ِر ٍم َﻧﺒْ َﻮ ٌة َوِﻟ ُﻜ ﱢ‬ ِ ‫ِﻟ ﱡﻜ‬ ‫ﻞ ﻋَﺎِﻟ ٍﻢ َهﻔْ َﻮ ٌة‬ ‫َآﺒْ َﻮ ٌة َوِﻟ ُﻜ ﱢ‬ ‫ﺟﺤْ ٍﺮ‬ ُ ْ‫ﻦ ِﻣﻦ‬ ُ ‫غ اْﻟ ُﻤﺆْ ِﻣ‬ ُ ‫ﻻ َﻳﻠْ َﺪ‬ َ ‫ﻦ‬ ِ ْ‫ﺣ ٍﺪ َﻣ ﱠﺮ َﺗﻴ‬ ِ ‫وَا‬ ‫ﻞ‬ َ ْ‫ﻒ اﻟْ َﻌﺠ‬ ُ ْ‫ﻖ اﻟﺴﱠﻴ‬ َ ‫ﺳ َﺒ‬ َ ‫ﺣﺪًا‬ َ ‫ﺶ َأ‬ َ ْ‫ﻻ َﺗﺨ‬ َ ‫ق َو‬ َ ْ‫ﺼﺪ‬ ‫ﻞ اﻟ ﱢ‬ ِ ‫ُﻗ‬ ‫ﻻ اﷲ‬ ‫ِإ ﱠ‬ ‫ﺣﻢْ ُآﻞﱠ‬ َ ْ‫ِإﺣْ َﺘ ِﺮمْ ُآﻞﱠ َآ ِﺒﻴْ ٍﺮ وَار‬ ‫ﺻ ِﻐﻴْ ٍﺮ‬ َ ‫س‬ ُ ‫ﺲ َأﺳَﺎ‬ ِ ْ‫ﻋ ِﺘﻤَﺎ ُد ﻋَﻠﻰَ اﻟ ﱠﻨﻔ‬ ْ‫ﻹ‬ ِ‫ا‬ ‫ح‬ ِ ‫اﻟ ﱠﻨﺠَﺎ‬ ‫ﻚ‬ َ ‫َو ُآﻦْ ﺻَﺎ ِدﻗًﺎ ِﻓﻲْ َﻗﻮِْﻟ‬ ‫ﻚ‬ َ ‫ﻋ َﻤِﻠ‬ َ ‫َو‬ ‫ل وَاﻟ ﱠﻔﻘْ ِﺮ‬ ‫ﻦ اﻟ ِﺬ ﱢ‬ ُ ْ‫ﻞ َﻗ ِﺮﻳ‬ ُ‫ﺴ‬ َ ‫اﻟ َﻜ‬ ْ‫ﻦ اﻟ َﺒﺬَا َء ِة َﺗﺴَْﻠﻢ‬ َ ‫ﻚ ِﻣ‬ َ ‫ِإﺣْ َﻔﻆْ ِﻟﺴَﺎ َﻧ‬ ‫ﻞ َأنْ َﺗ َﺘ َﻜﱠﻠ َﻢ‬ َ ْ‫َﻓ ﱢﻜﺮْ َﻗﺒ‬ ْ‫ﺠَﻠ ِﺔ اﻟ ﱠﻨﺪَا َﻣ ُﺔ َو ِﻓﻲْ اﻟ ﱠﺘَﺄ ِﱢﻧﻲ‬ َ ‫ِﻓﻲْ اﻟ َﻌ‬ ‫ﻼ َﻣ ُﺔ‬ َ‫ﺴ‬ ‫اﻟ ﱠ‬ ‫ﻚ‬ َ ‫ﻼ َﺗﻤَْﻠﺊْ َﺑﻄْ َﻨ‬ َ ‫ﺖ َﻓ‬ َ ْ‫ِإذَا َأ َآﻠ‬ ‫ﻄﻌَﺎ ِم‬ ‫ﺑِﺎاﻟ ﱠ‬

38.

‫َﻧﻢْ ﻣْ َﺒ ﱢﻜﺮًا وَاﻧْ َﻬﺾْ ُﻣ َﺒ ﱢﻜﺮًا‬

39.

‫ﺴِﻠﻴْ ِﻢ‬ ‫ﺠﺴْ ِﻢ اﻟ ﱠ‬ ِ ‫ﻞ اﻟﺴﱠِﻠﻴْ ُﻢ ِﻓﻲْ اﻟ‬ ُ ْ‫اﻟ َﻌﻘ‬ ‫ﻦ‬ ُ ‫ﺊ اْﻟ َﻜﻨَﺎ ِﺋ‬ ُ ‫ح ُﺗﻤَْﻠ‬ ِ ‫ﻞ اﻟ ﱢﺮﻣَﺎ‬ َ ْ‫َﻗﺒ‬ ‫ﻰ‬ َ ‫ك َﻣﻐُْﻠﻮَْﻟ ًﺔ ِإﻟ‬ َ ‫ﻻ َﺗﺠْ َﻌﻞْ َﻳ َﺪ‬ َ ‫ﻂ‬ َ ْ‫ﺴﻄْﻬَﺎ ُآﻞﱠ اْﻟ َﺒﺴ‬ ُ ْ‫ﻻ َﺗﺒ‬ َ ‫ﻚ َو‬ َ ‫ﻋ ُﻨ ِﻘ‬ ُ

40. 41.

89

Dewi fortuna tidak bersamamu Tidak ada gading yang tak retak

Sekali lancung keujian, seumur hidup orang tidak percaya Nasi telah menjadi bubur Katakan yang benar dan jangan takut kecuali pada Allah Hormati yang tua dan sayangi yang muda Percaya diri kunci sukses

Jujurlah dalam bersikap dan bertindak Malas pangkal miskin dan hina Jaga lisanmu dari ucapan tidak sopan, pasti kamu selamat Pikir dulu sebelum berkata Buru-buru hanya berbuah penyesalan,hati-hati akan membawa keselamatan Saat makan, jangan terlalu kenyang

Tidur cepat, bangunya juga cepat Akal yang cerdas terdapat pada jiwa yang sehat Sedia payung sebelum hujan Jangan pelit dan jangan boros

42.

43. 44. 45.

46.

47. 48. 49. 50. 51.

ْ‫ﻞ َو ُهﻢ‬ ُ ‫ﻞ ﻋَﻤﱠﺎ َﻳﻔْ َﻌ‬ ُ ‫ﻻ ُﻳﺴْ َﺌ‬ َ ‫ن‬ َ ْ‫ُﻳﺴْ َﺌُﻠﻮ‬ ‫ﺼﺒْ ِﺮ‬ ‫ﻖ َواﻟ ﱠ‬ ‫ﺤﱢ‬ َ ْ‫ﺻﻮْاﺑِﺎﻟ‬ َ ‫َﺗﻮَا‬ ‫ﻲ اْﻟ ُﻌﻠْﻴَﺎ‬ َ ‫ﷲ ِه‬ ِ ‫َآِﻠ َﻤ ُﺔ ا‬ ‫ل‬ ِ ‫ن اْﻟ َﻤﻘَﺎ‬ ِ ‫ﷲ ِﺑِﻠﺴَﺎ‬ ِ ‫ع ِإﻟَﻲ ا‬ ُ ْ‫ُأد‬ ‫ن اْﻟﺤَﺎل‬ ِ ‫َوِﻟﺴَﺎ‬ ‫ﻞ‬ ِ ْ‫ﻋﻘ‬ َ ‫ﷲ ِﺑ َﻘﺪْ ِر‬ ِ ‫ع ِإﻟَﻲ ا‬ ُ ْ‫ُأد‬ ‫ﻦ‬ َ ْ‫ﻋ ﱢﻮﻳ‬ ُ ْ‫اﻟ َﻤﺪ‬ ‫ﻻ ِدهَﺎ‬ َ ْ‫ﺳ ٌﺔ ُأوْﻟَﻰ ِﻟَﺄو‬ َ ‫ﻷمﱡ َﻣﺪْ َر‬ ُ‫ا‬ ‫ل اﻟ َﻐ ِﺪ‬ ُ ‫ن اْﻟ َﻴﻮْ ِم ِرﺟَﺎ‬ ُ ‫ﺷﺒﱠﺎ‬ ُ ‫ل‬ ٌ ‫ل َو ُهﻢْ ِرﺟَﺎ‬ ٌ ‫ﻦ ِرﺟَﺎ‬ ُ ْ‫َﻧﺤ‬ ‫ﻼ َﻳ َﺮ َآ ِﺜﻴْﺮًا‬ ً ْ‫ﻃ ِﻮﻳ‬ َ ْ‫َﻣﻦْ َﻳ ِﻌﺶ‬ ‫ن َﻣ َﻊ اْﻟ ُﻌﺴْ ِﺮ ُﻳﺴْﺮًا‬ ‫ِإ ﱠ‬

Dia Allah tidak ditanyai tentang apa yang dilakuan-Nya, justru mereka manusia yang akan ditanyai Saling berpesan akan kebenaran dan kesabaran Hanya firman Allah yang tertinggi Serulah kepada Allah dengan ungkapan verbal dan keteladanan Serulah kepada Allah sesuai dengan pemahaman objek dakwah Ibu menjadi sekolah pertama bagi anak-anaknya Pemuda hari ini, tokoh masa datang Kita sama-sama manusia Semakin tua, semakin berpengalaman Setiap kesulitan pasti akan ada kemudahan

Pada contoh no. 1 secara harfiah peribahasa ini bisa diterjemahkan dengan siapa yang bersungguh-sungguh mendapatkan. Diterjemahkan dengan siapa yang berusaha pasti akan berhasil. Terlihat ada perbedaan diksi yang digunakan antara kedua terjemahan tersebut. Perbedaan ini bertujuan untuk mendapatkan terjemahan yang baik. Terjemahan peribahasa ini tepat, karena pesan yang terkandung didalamnya tersampaikan dengan benar. Terjemahan ini juga jelas, karena pesan yang dikomunikasikan dapat dengan mudah dipahami oleh pembaca Tsa. Terjemahan ini juga wajar karena menggunakan kalimat yang lazim dan tidak terasa asing. Pada contoh no. 2 diterjemahkan dengan persatuan puncak kekuatan. Secara harfiah bisa diterjemahkan dalam persatuan ada kekuatan. Ada penambahan (ziyâdah) kata puncak pada terjemahan pertama, penambahan kata

90

tersebut betujuan agar pesan yang terdapat pada Tsu tersampaikan dengan benar. Terjemahan peribahasa ini tepat karena pesan yang dikomunikasikan dalam Tsu tersampaikan dengan benar dalam Tsa. Terjemahan ini juga jelas, karena dapat dengan mudah dipahami, pesan yang ditangkap oleh pembaca Tsu sama dengan pesan yang ditangkap oleh pembaca Tsa. terjemahan ini wajar karena menggunakkan pola kalimat yang lazim dalam Bsa dan tidak terasa seperti terjemahan. Pada contoh no. 3 diterjemahkan jangan pernah berhenti berusaha sebelum semuanya berakhir. Secara harfiah diterjemahkan jangan katakan lemah sebelum menjadi ditakar. Bila peribahasa ini diterjemahkan semata-mata memperhatikan makna yang tersurat maka hasilnya seperti peribahasa yang kedua, pesan yang terkandung di dalamnya menjadi tidak bisa dipahami. Padahal, pesan yang hendak disampaikan dari peribahasa itu setara dengan terjemahan pertama. Terjemahan peribahasa ini tepat karena pesan yang dikomunikasikan dalam Tsu tersampaikan dengan benar dalam Tsa. Terjemahan ini juga jelas, karena dapat dengan mudah dipahami, pesan yang ditangkap oleh pembaca Tsu sama dengan pesan yang ditangkap oleh pembaca Tsa. terjemahan ini wajar karena menggunakkan pola kalimat yang lazim dalam Bsa dan tidak terasa seperti terjemahan. Pada contoh no. 4 diterjemahkan dengan kondisi darurat membolehkan yang dilarang. Secara harfiah bisa diterjemahkan dengan kedaruratan membolehkan yang dilarang. Kata

‫اﻟﻀﱠ ُﺮ ْو َر ُة‬

pada terjemahan pertama

diterjemahkan kondisi darurat dan pada terjemahan kedua diterjemahkan kedaruratan. Makna dari kondisi darurat dan kedaruratan sama, hanya pada 91

Pada contoh no. 5 diterjemahkan kebutuhan itu puncak dari semua keinginan. Secara harfiah bisa diterjemahkan hajat ibu kebutuhan. kata

‫ُأمﱡ‬

diterjemahkan dengan puncak padahal secara leksikal berarti ibu. Menurut peneliti kata puncak dan ibu memiliki kemiripan makna. Terjemahan ini sudah tepat karena pesannya tersampaikan dengan benar. Terjemahan ini juga sudah jelas karena mudah dipahami. Selain itu, terjemahan ini juga sudah wajar karena menggunakan bentuk kalimat yang sudah lazim. Pada contoh no. 6 diterjemahkan di waktu susah teman sejati teruji. Secara harfiah diterjemahkan seorang teman itu ada pada waktu sempit. Kata

‫ﻖ‬ ُ ْ‫اﻟﺼﱠ ِﺪﻳ‬

diterjemahkan teman sejati, dan terdapat penambahan kata teruji pada akhir kalimat. Hal ini dilakukan guna mendapatkan terjemahan yang baik. Terjemahan ini tepat karena pesan yang dikomunikasikan dalam Tsu tersampaikan dengan benar dalam Tsa. Terjemahan ini juga jelas, karena dapat dengan mudah dipahami, pesan yang ditangkap oleh pembaca Tsu sama dengan pesan yang ditangkap oleh pembaca Tsa. Terjemahan ini wajar, karena menggunakkan pola kalimat yang lazim dalam Bsa dan tidak terasa seperti terjemahan. Pada contoh no. 7 diterjemahkan dengan ingat waktu susah dikala senang. Secara harfiah bisa diterjemahkan dengan kecilkan uangmu yang putih untuk hari

92

hitam. Bila peribahasa ini diterjemahkan semata-mata memperhatikan makna yang tersurat maka hasilnya seperti peribahasa yang kedua, pesan yang terkandung di dalamnya menjadi tidak bisa dipahami. Padahal, pesan yang hendak disampaikan dari peribahasa itu seperti pada terjemahan pertama. Terjemahan ini peribahasa tepat, karena pesan yang dikomunikasikan dalam Tsu tersampaikan dengan benar dalam Tsa. Terjemahan ini juga jelas, karena dapat dengan mudah dipahami, pesan yang ditangkap oleh pembaca Tsu sama dengan pesan yang ditangkap oleh pembaca Tsa. Terjemahan ini wajar karena menggunakkan pola kalimat yang lazim dalam Bsa dan tidak terasa seperti terjemahan. Pada contoh no. 8 diterjemahkan tidak hadir sudah cukup menjadi alasan ketidaksetujuan. Secara harfiah bisa diterjemahkan tidak hadir alasannya bersamanya. Frase

‫ﻋﺬْ َر ُﻩ َﻣ َﻌ ُﻪ‬ ُ

diterjemahkan cukup menjadi alasan

ketidaksetujuan. Bila peribahasa ini diterjemahkan semata-mata memperhatikan makna yang tersurat maka hasilnya seperti peribahasa yang kedua, pesan yang terkandung di dalamnya menjadi tidak bisa dipahami. Padahal, pesan yang hendak disampaikan dari peribahasa itu seperti pada terjemahan pertama. Penerjemahan frase tersebut membutuhkan pengetahuan tentang Bsu yang dalam. Terjemahan ini tepat karena pesan yang dikomunikasikan dalam Tsu tersampaikan dengan benar dalam Tsa. Terjemahan ini juga jelas, karena dapat dengan mudah dipahami, pesan yang ditangkap oleh pembaca Tsu sama dengan pesan yang ditangkap oleh pembaca Tsa. Terjemahan ini wajar karena menggunakkan pola kalimat yang lazim dalam Bsa dan tidak terasa seperti terjemahan Pada contoh no. 9 diterjemahkan di antara yang buta, manusia yang bermata satu pasti menjadi raja. Secara harfiah diterjemahkan dengan orang yang 93

bermata satu di negri buta menjadi raja. Terdapat taqdim dan ta’khir pada terjemahan pertama. Yaitu mendahulukan peredikat atau objek, semantara subjeknya berada di belakang. Terjemahan ini tepat karena pesan yang dikomunikasikan dalam Tsu tersampaikan dengan benar dalam Tsa. Terjemahan ini juga jelas, karena dapat dengan mudah dipahami, pesan yang ditangkap oleh pembaca Tsu sama dengan pesan yang ditangkap oleh pembaca Tsa. Terjemahan ini wajar karena menggunakkan pola kalimat yang lazim dalam Bsa dan tidak terasa seperti terjemahan Pada contoh no. 10 diterjemahkan dengan setiap yang dilarang pasti disuka. Secara harfiah diterjemahkan dengan setiap yang dilarang disuka. Hanya ada sedikit perbedaan dari kedua terjemahan tersebut, yaitu kata pasti. Penambahan kata itu oleh penerjemah bertujuan untuk memperjelas pesan dalam peribahasa. Terjemahan ini tepat karena pesan yang terkandung di dalamnya tersampaikan dengan benar. Terjemahan ini juga jelas karena bisa dengan mudah dipahami. Selain itu, terjemahan ini juga wajar karena menggunakan bentuk kalimat yang lazim. Pada contoh no. 11 diterjemahkan dengan orang yang tenggelam pasti tidak takut basah lagi. Secara harfiah diterjemahkan dengan orang yang tenggelam tidak takut basah. Terdapat sedikit perbedaan dari kedua terjemahan tersebut yaitu pada penambahan kata pasti dan lagi. Penambahan kata ini untuk memperjelas pesan yang terkandung dalam Tsu dan juga agar kalimatnya menjadi lazim. Terjemahan ini tepat, karena pesan yang terkandung tersampaikan dengan benar. Terjemahan ini juga jelas, karena bisa dengan mudah dipahami. Selain itu,

94

terjemahan ini wajar. Karena menggunakan bentuk kalimat yang lazim dan tidak terasa seperti terjemahan. Pada contoh no. 12 diterjemahkan dengan jauh di mata, dekat di hati. Secara harfiah diterjemahkan tidak hadir dari mata, hadir hati. Bila peribahasa ini diterjemahkan semata-mata memperhatikan makna yang tersurat maka hasilnya seperti peribahasa yang kedua, pesan yang terkandung di dalamnya menjadi tidak bisa dipahami. Padahal, pesan yang hendak disampaikan dari peribahasa itu seperti pada terjemahan pertama. Terjemahan ini tepat karena pesan yang dikomunikasikan dalam Tsu tersampaikan dengan benar dalam Tsa jauh di mata dekat di hati. Terjemahan ini juga jelas, karena dapat dengan mudah dipahami, pesan yang ditangkap oleh pembaca Tsu sama dengan pesan yang ditangkap oleh pembaca Tsa. Terjemahan ini wajar karena menggunakkan pola kalimat yang lazim dalam Bsa dan tidak terasa seperti terjemahan. Pada contoh no. 13 diterjemahkan mencegah lebih baik daripada mengobati. Secara harfiah diterjemahkan dengan menjaga lebih baik dari melindungi. Yang membedakan antara terjemahan pertama dan kedua adalah pemilihan diksi. Pada terjemahan pertama terasa lebih enak dibaca karena menggunakan diksi yang tepat, tidak terkungkung dengan makna leksikal. Terjemahan peribahasa ini tepat, karena pesan yang terkandung tersampaikan dengan benar yang itu mencegah lebih baik daripada mengobati. Terjemahan ini juga jelas karena pesan yang dikomunikasikan dapat dipahami dengan mudah, pesan yang ditangkap oleh pembaca Tsu sama dengan pesan yang ditangkap oleh pembaca Tsa. Terjemahan ini juga sudah wajar, karena menggunakan kalimat

95

yang lazim. Kelaziman tersebut dapat dengan mudah diperoleh karena bentuk Tsu tidak berbeda dengan bentuk Tsa. Pada contoh no. 14 diterjemahkan kebaikan harus dibalas kebaikan dan kejahatan pun harus dibalas kejahatan. Secara harfiah diterjemahkan mata dengan mata, gigi dengan gigi. Tanpa memperhatikan aspek keperibahasaan maka hasil terjemahan seperti pada terjemahan kedua, padahal pesan yang ingin dinyatakan oleh peribahasa ini seperti pada terjemahan kedua. Perbedaan kedua terjemahan itu karena penerjemah tidak ingin dikungkung oleh struktur gramatikal Tsu, ia mencoba memunculkan perspektifnya sendiri faktor idiomatikal dari Tsu tanpa

dengan memperhatikan

menghilangkan pesan yang terkandung di

dalamnya. Terjemahan ini tepat karena pesan yang dikomunikasikan dalam Tsu tersampaikan dengan benar dalam Tsa sesuatu harus diganti dengan sesuatu yang sama,

untuk

mempermudah

pemahaman

pembaca,

penerjemah

mengungkapkannya dengan kebaikan harus dibalas dengan kebaiakan kejahatan pun harus dibalas dengan kejahatan. Terjemahan ini juga jelas, karena dapat dengan mudah dipahami, pesan yang ditangkap oleh pembaca Tsu sama dengan pesan yang ditangkap oleh pembaca Tsa. Terjemahan ini wajar karena menggunakkan pola kalimat yang lazim dalam Bsa dan tidak terasa seperti terjemahan Pada contoh no. 15 diterjemahkan bergaul itu harus bisa mengimbangi. Secara harfiah peribahasa itu berarti bergaul seperti (kita saling melihat). Jika diterjemahkan semata-mata memperhatikan makna yang tersurat seperti pada terjemahan pertama maka peribahasa itu tidak akan bisa dipahami, oleh sebab itu diperlukan pemilihan diksi secara sintaktikal (tata bahasa) yang tepat seperti pada

96

terjemahan pertama. Terjemahan ini tepat karena pesan yang dikomunikasikan dalam Tsu tersampaikan dengan benar dalam Tsa yaitu bergaul harus bisa mengimbangi. Terjemahan ini juga jelas, karena dapat dengan mudah dipahami, pesan yang ditangkap oleh pembaca Tsu sama dengan pesan yang ditangkap oleh pembaca Tsa. Terjemahan ini wajar karena menggunakkan pola kalimat yang lazim dalam Bsa dan tidak terasa seperti terjemahan Pada contoh no. 16 diterjemahkan jika bicara itu perak, maka diam itu emas. Secara harfiah peribahasa itu berarti jika bicara dari perak maka diam dari emas. Pada terjemahan pertama kata

ْ‫ ِﻣﻦ‬di beri arti itu, dan pada terjemahan

kedua diberi arti dari. Pemilihan diksi ini tepat, karena pada terjemahan kedua (kata

ْ‫ ِﻣﻦ‬diterjemahkan dari) pesan yang tidak disampaikan salah, sedangkan

pada terjemahan pertama (kata

ْ‫ ِﻣﻦ‬diterjemahkan itu)

pesan yang disampaikan

benar yaitu bicara itu perak dan diam itu emas. Terjemahan ini tepat, karena pesan yang dikomunikasikan tersampaikan dengan benar yaitu jika bicara itu perak, maka diam itu emas. Terjemahan ini juga jelas, karena mudah dipahami. Pesan yang di dapat pembaca Tsa sama dengan pesan yang di dapat oleh pembaca Tsu. Terjemahan ini juga wajar, karena pesan yang dikomunikasikan dalam bentuk yang lazim. Pada contoh no. 17 diterjemahkan sedikit lebih baik daripada tidak sama sekali. Secara harfiah peribahasa itu berarti mata yang sakit lebih baik daripada buta. Bila peribahasa ini diartikan semata-mata memperhatikan makna yang tersurat maka terjeamhannya seperti pada terjemahan kedua, padahal pesan yang

97

terkandung dalam peribahasa itu pada terjemahan pertama. Perbedaan antara kedua terjemahan itu dikarenakan pemahaman tentang aspek keperibahasaan yang dipahami oleh penerjemah. Karena penerjemahan adalah pemindahan pesan Bsu ke Bsa bukan pemindahan struktur Bsu ke Bsa. Terjemahan tepat, karena pesan yang terkandung tersampaikan dengan baik yaitu sedikit lebih baik daripada mengobati. Terjemahan ini juga jelas, karena sudah dapat dipahami dengan mudah oleh pembaca Tsa. Terjemahan ini juga wajar, karena pesan yang disamapaikan dalam bentuk yang lazim. Pada contoh no. 18 diterjemahkan dengan kegagalan awal dari kesuksesan. Secara harfiah peribahasa tersebut diterjemahkan dengan kegagalan merupakan jalan keberhasilan. Dari kedua terjemahan itu terdapat perbedaan pada penerjemahan kata

‫ﻖ‬ ُ ْ‫ﻃ ِﺮﻳ‬ َ , pada terjemahan pertama dengan awal dari dan

terjemahan kedua merupakan jalan, perbedaan itu karena pemilihan diksi secara literal yang dilakukan oleh penerjemah. Jika diartikan seperti terjemahan kedua, pesan yang terkandung dalam peribahasa tidak tersampaikan dengan baik, karena jalan keberhasilan tidak harus dengan kegagalan. Maka dipilih diksi awal dari agar pesan tersampaikan dengan benar. Terjemahan ini tepat, karena pesan yang dikomunikasikan tersampaikan dengan baik yaitu kegagalan awal dari kesuksesan. Terjemahan ini juga jelas, karena mudah dipahami. Selain itu, terjemahan ini juga wajar karena menggunakan kalimat yang lazim dalam Bsa. Pada contoh no. 19 diterjemahkan tidak ada suatu kesuksesan tanpa kerja keras. Secara harfiah diterjemahkan dengan demi Allah tidak ada kesuksesan tanpa kerja keras.

‫ﷲ‬ ِ ‫ وَا‬tidak diterjemahkan, huruf ‫ َو‬adalah huruf qosam (huruf 98

Pada contoh no. 20 diterjemahkan orang yang berbuat baik pasti disuka. Secara harfiah peribahasa tersebut diterjemahkan sesungguhnya orang yang berbuat baik pasti disuka. Terjemahan pertama tidak ada kata sesungguhnya sedangkan pada terjemahan kedua ada kata sesungguhnya. Pada teks sumber terdapat dua kata penegasan (taukid) yaitu

‫ن‬ ‫ ِإ ﱠ‬dan ‫ل‬ َ . Jika kedua kata penegasan

itu diterjemahkan maka tidak sesuai dengan tata bahasa Indonesia, seperti pada terjemahan kedua. Maka dua kata penegasan itu hanya diterjemahkan dengan satu kata yaitu pasti. Terjemahan

ini tepat, karena pesan yang terkandung

tersampaikna dengan benar orang yang berbuat baik pasti disuka. Terjemahan ini juga jelas karena mudah dipahami. Terjemahan ini juga wajar, karena menggunakan bentuk yang lazim dalam bahasa sasaran. Pada contoh no. 21 diterjemahkan apabila kamu bekerja dengan baik, maka kamu pasti akan berhasil. Secara harfiah peribahasa tersebut diterjemahkan dengan

jika kamu berdiri tegak, maka kamu pasti berhasil bekerja. Makna

berdiri tegak pada terjemahan kedua adalah bekerja dengan baik, merujuk (melihat konteks) kepada klausa berikutnya maka kamu berhasil bekerja.

99

Terjemahan peribahasa ini tepat karena pesan yang terkandung dalam peribahasa tersebut tersampaikan dengan baik yaitu jika bekerja dengan baik maka akan berhasil. Terjemahan ini juga jelas karena mudah dipahami, dan pesan yang ditangkap oleh pembaca Tsa sama dengan yang ditangkap oleh pembaca Tsu. Terjemahan ini juga wajar karena tidak terasa seperti terjemahan. Pada contoh no. 22 diterjemahkan dengan air beriak tanda tak dalam. Secara harfiah diterjemahkan orang yang sedikit alasannya panjang lidahnya. Dalam menerjemahkan peribahasa ini aspek pemilihan diksi secara sintaktikal (tata bahasa) perlu diperhatikan. Bila peribahasa diartikan semata-mata memperhatikan makna yang tersurat, maka seperti terjemahan kedua, pesan yang terkandung dalam Tsu tidak tersampaikan dengan benar. Padahal, pesan yang terkandung dalam peribahasa itu setara dengan terjemahan pertama. Terjemahan ini tepat karena pesan yang dikomunikasikan dalam Tsu tersampaikan dengan benar dalam Tsa yaitu air beriak tanda tak dalam (orang yang banyak bicara dan sombong biasanya tidak berilmu). 16 Terjemahan peribahasa ini juga jelas, karena dapat dengan mudah dipahami, pesan yang ditangkap oleh pembaca Tsu sama dengan pesan yang ditangkap oleh pembaca Tsa. Terjemahan ini wajar karena menggunakkan pola kalimat yang lazim dalam Bsa dan tidak terasa seperti terjemahan. Pada contoh no. 23 diterjemahkan dengan bila serius dan tekun, pasti sukses. Secara harfiah diterjemahkan dengan selama kamu berdiri tegak, Allah memampukanmu keberhasilan. Ungkapan stereotif

‫ﻚ َﻧﺠَﺎﺣًﺎ‬ َ ْ‫ﻋَﻠﻴ‬ َ ‫ﷲ‬ ُ ‫ُﻳ َﻘ ِﱢﺪرْ ا‬

diterjemahkan pasti sukses, menurut peneliti sangat tepat, karena jika 16

Nur Arifin Chaniago dan Bagas Pratama, 3700 Peribahasa Indonesia, h. 12.

100

Pada contoh no. 24 diterjemahkan dengan maksud hati memeluk gunung, apa daya tangan tak sampai. Secara harfiah diterjemahkan orang yang luas pengetahuannya, tetapi sedikit kemampuannya, dan jauh cita-citanya. Bila peribahasa ini diterjemahkan hanya melihat makna leksikal, maka hasilnya seperti terjemahan kedua. Pesan yang terkandung didalamnya tidak tersampaikan dengan benar. Maka Pemilihan diksi secara sintaktikal diperlukan dalam penerjemahan peribahasa ini. Seperti pada terjemahan pertama. Terjemahan ini tepat karena pesan yang dikomunikasikan dalam Tsu tersampaikan dengan benar dalam Tsa. Terjemahan ini juga jelas, karena dapat dengan mudah dipahami, pesan yang ditangkap oleh pembaca Tsu sama dengan pesan yang ditangkap oleh pembaca Tsa. Terjemahan ini wajar karena menggunakkan pola kalimat yang lazim dalam Bsa dan tidak terasa seperti terjemahan. Pada contoh no. 25 diterjemahkan dewi fortuna tidak bersamamu. Secara harfiah diterjemahkan burung kalian bersama kalian. Bila peribahasa ini diterjemahkan hanya melihat makna leksikal, maka hasilnya seperti terjemahan kedua. Pesan yang terkandung didalamnya tidak tersampaikan dengan benar. Maka Pemilihan diksi secara sintaktikal diperlukan dalam penerjemahan peribahasa ini, selain itu faktor budaya Tsu juga harus diperhatikan. Terjemahan ini tepat karena pesan yang dikomunikasikan dalam Tsu tersampaikan dengan

101

benar dalam Tsa yaitu dewi fortuna tidak bersama kalian. Terjemahan ini juga jelas, karena dapat dengan mudah dipahami, pesan yang ditangkap oleh pembaca Tsu sama dengan pesan yang ditangkap oleh pembaca Tsa. Terjemahan ini wajar karena menggunakkan pola kalimat yang lazim dalam Bsa dan tidak terasa seperti terjemahan. Pada contoh no. 26 diterjemahkan dengan tidak ada gading yang tak retak. secara harfiah diterjemahkan pada setiap yang tajam ada ketumpulan, pada setiap yang berlari cepat ada terpeleset, dan pada setiap orang berilmu berbuat salah. Bila peribahasa ini diterjemahkan hanya melihat makna yang tersurat, maka hasilnya seperti terjemahan kedua. Pesan yang terkandung didalamnya tidak tersampaikan dengan benar. Maka Pemilihan diksi secara sintaktikal (tata bahasa) diperlukan dalam penerjemahan peribahasa ini. Terjemahan ini tepat karena pesan yang dikomunikasikan dalam Tsu tersampaikan dengan benar dalam Tsa yaitu tak ada gading yang tak retak, tidak berbelit-belit seperti terjemahan kedua. Terjemahan ini juga jelas, karena dapat dengan mudah dipahami, pesan yang ditangkap oleh pembaca Tsu sama dengan pesan yang ditangkap oleh pembaca Tsa. Terjemahan ini wajar karena menggunakkan pola kalimat yang lazim dalam Bsa dan tidak terasa seperti terjemahan. Pada contoh no. 27 diterjemahkan dengan sekali lancung keujian seumur hidup orang tidak percaya. Secara harfiah diterjemahkan dengan tidak masuk orang yang percaya kesatu lobang dua kali. Secara tersirat terjemahan kedua, bisa kita pahami maksudnya adalah orang tidak akan kecebur kelobang yang sama dua kali. Bila peribahasa ini diterjemahkan hanya melihat makna yang tersurat, maka hasilnya seperti terjemahan kedua. Pesan yang terkandung didalamnya tidak

102

tersampaikan dengan benar. Maka Pemilihan diksi secara sintaktikal diperlukan dalam penerjemahan peribahasa ini. Hasilnya seperti terjemahan pertama yang sudah ada pengalihan secara idiomatis. Terjemahan peribahasa ini tepat karena pesan yang dikomunikasikan dalam Tsu tersampaikan dengan benar dalam Tsa. Terjemahan ini juga jelas, karena dapat dengan mudah dipahami, pesan yang ditangkap oleh pembaca Tsu sama dengan pesan yang ditangkap oleh pembaca Tsa. Terjemahan ini wajar karena menggunakkan pola kalimat yang lazim dalam Bsa dan tidak terasa seperti terjemahan. Pada contoh no. 28 diterjemahkan dengan nasi telah menjadi bubur. Secara harfiah diterjemahkan lebih dahulu pedang dari mengkritik. Berdasarkan sejarah asal mula munculnya, peribahasa ini untuk sesuatu yang sudah terlanjur terjadi, dan tidak dapat di perbaiki lagi. 17 Bila diartikan semata-mata memperhatikan makna yang tersurat, maka penerjemahannya seperti pada terjemahan kedua. Pesan yang dikomunikasikan tidak tersampaikan dengan benar. Maka selain memperhatikan aspek sejarah asal mula munculnya peribahasa itu, pemilihan diksi juga perlu diperhatikan sehingga menghasilkan terjemahan pertama. Terjemahan peribahasa ini tepat karena pesan yang dikomunikasikan dalam Tsu tersampaikan dengan benar dalam Tsa yaitu nasi telah menjadi bubur. Terjemahan ini juga jelas, karena dapat dengan mudah dipahami, pesan yang ditangkap oleh pembaca Tsu sama dengan pesan yang ditangkap oleh pembaca Tsa. Terjemahan ini wajar karena menggunakkan pola kalimat yang lazim dalam Bsa dan tidak terasa seperti terjemahan.

17

Al-Ab Luwais Ma’luf al-Yasu’I, Farâ’id al-Adâb fi al-Matsal wa al-Aqwal (Beirut: alMatba’ah al-Zatukiyah, 1956), h. 749.

103

Pada contoh no. 29 diterjemahkan katakan yang benar dan jangan takut kecuali pada Allah. Secara harfiah diterjemahkan katakan yang benar dan jangan takut kepada seorang pun kecuali pada Allah. Pada terjemahan pertama digunakan strategi penerjemahan membuang (‫ف‬ ُ ْ‫ﺣﺬ‬ َ ). Kata

‫ﺣﺪًا‬ َ ‫ َأ‬yang dibuang

(tidak diterjemahkan), apabila kata itu dimunculkan dan tidak dibuang maka menimbulkan redudansi (pemborosan kata), karena dengan terjemahan pertama saja sudah bisa dipahami maksud dari peribahasa ini. Terjemahan ini tepat karena pesan yang terkandung dalam peribahasa tersebut tersampaikan dengan benar. Terjemahan ini juga jelas karena mudah dipahami, dan pesan yang ditangkap oleh pembaca Tsa sama dengan yang ditangkap oleh pembaca Tsu. Terjemahan ini juga wajar, kewajaran itu karena bentuk Tsu tidak berbeda dengan Tsa. Pada contoh no. 30 diterjemahkan hormati yang tua dan sayangi yang muda. Secara harfiah diterjemahkan hormati setiap yang besar dan sayangi setiap yang kecil. Pada terjemahan pertama digunakan strategi penerjemahan membuang

ُ ْ‫ﺣﺬ‬ َ ). Kata (‫ف‬

‫ُآﻞﱠ‬

yang dibuang (tidak diterjemahkan), apabila kata itu

dimunculkan maka akan menimbulkan redudansi. Selain itu pemilihan diksi secara literal dalam menerjemahkan

‫ َآ ِﺒﻴْ ٍﺮ‬dan ‫ﺻ ِﻐﻴْ ٍﺮ‬ َ dengan tua dan muda

pada terjemahan pertama, dan besar dan kecil pada terjemahan kedua. Terjemahan ini tepat karena pesan yang terkandung dalam peribahasa tersebut tersampaikan dengan baik yaitu menghormati yang tua dan menyayangi yang muda. Terjemahan ini juga jelas, karena mudah dipahami karena pesan yang ditangkap

104

Pada contoh no. 31 diterjemahkan percaya diri kunci sukses. Secara harfiah diterjemahkan percaya pada diri dasar kesuksesan. Kata

‫س‬ ُ ‫ َأﺳَﺎ‬pada

terjemahan pertama dengan kunci dan terjemahan kedua dasar. Secara leksikal kata itu berarti dasar. Akan tetapi di sini penerjemah menggunakan diksi kunci agar hasil terjemahan mudah dipahami. Terjemahan peribahasa ini tepat karena pesan yang dikomunikasikan dalam Tsu tersampaikan dengan benar dalam Tsa yaitu percaya diri kunci sukses. Terjemahan ini juga jelas, karena dapat dengan mudah dipahami, pesan yang ditangkap oleh pembaca Tsu sama dengan pesan yang ditangkap oleh pembaca Tsa. Terjemahan ini wajar karena menggunakkan pola kalimat yang lazim dalam Bsa dan tidak terasa seperti terjemahan. Pada contoh no. 32 diterjemahkan jujurlah dalam berucap dan bertindak. Secara harfiah diterjemahkan jadilah orang yang benar dalam berkata dan bertindak. Kata

‫ ﺻَﺎدِﻗًﺎ‬adalah bentuk isim fail dari ‫ق‬ َ ‫ﺻ َﺪ‬ َ yang berarti orang

yang benar. 18 Pada terjemahan petama kata itu diterjemahkan jujurlah merujuk pada konteks kalimat yang terlihat pada kata selanjutnya berucap dan bertindak. Sedangkan kata leksikalnya.

‫ﺻَﺎ ِدﻗًﺎ‬

Pemilihan

pada terjemahan kedua diterjemahkan sesuai makna diksi

pada

terjemahan

pertama

tepat,

karena

terjemahannya sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Terjemahan ini tepat karena pesan yang terkandung dalam peribahasa tersebut tersampaikan dengan

18

Ahmad Warson Munawir, al-Munawwir Kamus Arab Indonesia, h. 770.

105

Pada contoh no. 33 diterjemahkan malas pangkal miskin dan hina. Secara harfiah diterjemahkan malas teman hina dan miskin. kata

‫ﻦ‬ ُ ْ‫ َﻗ ِﺮﻳ‬pada terjemahan

pertama diterjemahkan dengan pangkal, padahal secara leksikal berarti teman. Antara kata pangkal dan teman memiliki perbedaan makna. Teman berarti kawan, sahabat, orang yang bersama-sama bekerja, lawan bercakap-cakap. 19 Sedangkan pangkal berarti bagian permulaan, atau bagian yang dianggap sebagai dasar. 20 Akan tetapi, pada terjemahan pertama kata pangkal digunakan karena maknanya paling dekat kata

‫ﻦ‬ ُ ْ‫ َﻗ ِﺮﻳ‬dalam konteks kalimat pada peribahasa ini. Pangkal

berarti bagian awal, jadi, malas menjadi awal dari miskin dan hina. Penerjemah melakukan pemilihan diksi agar menghasilkan terjemahan yang baik. Terjemahan pertama ini tepat karena pesan yang terkandung tersampaikan dengan benar yaitu malas pangkal miskin dan hina. Terjemahan ini juga jelas karena mudah dipahami. Terjemahan ini juga wajar karena menggunkan kalimat yang lazim dalam Bsa. Pada contoh no. 34 diterjemahkan jaga lisanmu dari ucapan tidak sopan, pasti kamu selamat. Secara harfiah diterjemahkan jaga lisanmu dari kekejian, kamu selamat. Pada terjemahan pertama kata 19

‫ اﻟ َﺒﺬَا َء ِة‬diterjemahkan tidak sopan

Hasan Alwi, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Departeman Pendidikan Nasional Balai Pustaka, 2005), h. 1164. 20 Hasan Alwi, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 823.

106

Pada contoh no. 35 diterjemahkan pikir dulu sebelum berkata. Secara harfiah diterjemahkan berpikirlah sebelum berkata. Kata

ْ‫َﻓ ﱢﻜﺮ‬

pada kalimat

pertama diterjemahkan pikir dulu dan pada terjemahan kedua berpikirlah. Pemilihan diksi secara literal pada terjemahan pertama (pikir dulu) tepat karena dapat menyampaikan makna yang terkandung dalam peribahasa ini dengan benar. Sedangakan pada terjemahan kedua tidak tepat, karena maknanya menjadi menyimpang. Terjemahan ini tepat karena pesan yang terkandung dalam peribahasa tersebut tersampaikan dengan benar yaitu piki dulu sebelum berkata. Terjemahan ini juga jelas karena mudah dipahami, dan pesan yang ditangkap oleh pembaca Tsa sama dengan yang ditangkap oleh pembaca Tsu. Terjemahan ini juga wajar karena tidak terasa seperti terjemahan. Pada contoh no. 36 diterjemahkan buru-buru hanya berbuah penyesalan, hati-hati akan membawa keselamatan. Secara harfiah diterjemahkan pada buruburu ada penyesalan, dan pada hati-hati ada keselamatan. Bila peribahasa ini diterjemahkan sesuai dengan makna dan bentuk kalimatnya seperti pada terjemahan kedua. Artinya tidak sesuai dengan tata bahasa Indonesia dan sulit

107

dipahami. padahal, yang hendak disampaikan oleh peribahasa ini seperti pada terjemahan pertama. Terjemahan ini tepat karena pesan yang terkandung dalam peribahasa tersebut tersampaikan dengan benar yaitu buru-buru hanya berbuah penyesalan, hati-hati akan membawa keselamatan. Terjemahan ini juga jelas karena mudah dipahami, dan pesan yang ditangkap oleh pembaca Tsa sama dengan yang ditangkap oleh pembaca Tsu. Terjemahan ini juga wajar karena tidak terasa seperti terjemahan. Pada contoh no. 37 diterjemahkan saat makan jangan terlalu kenyang. Secara harfiah diterjemahkan jika kamu makan, jangan isi perutmu dengan makanan. Bila peribahasa ini diartikan semata-mata memperhatikan makna yang tersurat maka hasilnya seperti terjemahan kedua. Padahal, pesan yang hendak disampaikan seperti pada terjemahan pertama. Maka pemilihan diksi secara sintaktikal diperlukan dalam penerjemahan ini. Terjemahan ini tepat karena pesan yang terkandung dalam peribahasa tersebut tersampaikan dengan benar yaitu saat makan jangan terlalu kenyang. Terjemahan ini juga jelas karena mudah dipahami, dan pesan yang ditangkap oleh pembaca Tsa sama dengan yang ditangkap oleh pembaca Tsu. Terjemahan ini juga wajar karena tidak terasa seperti terjemahan. Pada contoh no. 38 diterjemahkan tidur cepat, bangunnya juga cepat. secara harfiah diterjemahkan tidurlah pagi-pagi dan bangunlah pagi-pagi. kata

‫ ﻣْ َﺒ ﱢﻜﺮًا‬diterjemahkan dengan cepat. padahal secara leksikal berarti pagi-pagi. Secara semantik kata cepat dan pagi-pagi memiliki kesamaan makna yaitu, lebih dahulu. Bila peribahasa ini diartikan semata-mata memperhatikan makna yang tersurat maka hasilnya seperti terjemahan kedua. Padahal, pesan yang hendak disampaikan seperti pada terjemahan pertama. Maka pemilihan diksi secara 108

Pada contoh no. 39 diterjemahkan akal yang cerdas terdapat pada jiwa yang sehat. Secara harfiah diterjemahkan akal yang sehat pada jiwa yang sehat. Pada terjemahan pertama kata

‫ اﻟﺴﱠِﻠﻴْ ُﻢ‬yang

‫اﻟﺴﱠِﻠﻴْ ُﻢ‬

yang pertama berarti cerdas dan kata

kedua berarti sehat. Perbedaan itu karena konteks yang terdapat

dalam peribahasa ini. Jika diterjemahkan sehat dua-duannya maka makna menjadi menyimpang seperti pada terjemahan kedua. Terjemahan ini tepat karena pesan yang terkandung dalam peribahasa tersebut tersampaikan dengan benar yaitu akal yang cerdas terdapat pada jiwa yang sehat. Terjemahan ini juga jelas karena mudah dipahami, dan pesan yang ditangkap oleh pembaca Tsa sama dengan yang ditangkap oleh pembaca Tsu. Terjemahan ini juga wajar karena tidak terasa seperti terjemahan. Pada contoh no. 40 diterjemahkan dengan sedia payung sebelum hujan. Secara harfiah diterjemahkan sebelum memanah mengisi busur. Bila peribahasa ini diartikan semata-mata memperhatikan makna yang tersurat maka hasilnya seperti terjemahan kedua. Padahal, pesan yang hendak disampaikan seperti pada terjemahan pertama. Maka pemilihan diksi secara sintaktikal diperlukan dalam penerjemahan ini. Terjemahan ini tepat karena pesan yang dikomunikasikan dalam Tsu tersampaikan dengan benar dalam Tsa yaitu sedia payung sebelum

109

hujan. Terjemahan ini juga jelas, karena dapat dengan mudah dipahami, pesan yang ditangkap oleh pembaca Tsu sama dengan pesan yang ditangkap oleh pembaca Tsa. Terjemahan ini wajar karena menggunakkan pola kalimat yang lazim dalam Bsa dan tidak terasa seperti terjemahan. Pada contoh no. 41 diterjemahkan jangan pelit dan jangan boros. Secara harfiah diterjemahkan janganlah kamu jadikan tangan kamu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurnya. Perbedaan kedua terjemahan itu karena penerjemah tidak ingin dikungkung oleh struktur gramatikal Tsu, ia mencoba memunculkan perspektifnya sendiri tanpa menghilangkan pesan yang terkandung di dalamnya. Tangan terbelenggu pada leher adalah simbol kikir yang bersumber pada isyarat tangan yang dikenal di kalangan bangsa Arab. Simbol seperti ini tidak dikenal dalam budaya bangsa Indonesia Terjemahan ini tepat karena pesan yang dikomunikasikan dalam Tsu tersampaikan dengan benar dalam Tsa yaitu jangan pelit dan jangan boros. Terjemahan ini juga jelas, karena dapat dengan mudah dipahami, pesan yang ditangkap oleh pembaca Tsu sama dengan pesan yang ditangkap oleh pembaca Tsa. Terjemahan ini wajar karena menggunakkan pola kalimat yang lazim dalam Bsa dan tidak terasa seperti terjemahan. Pada contoh no. 42 diterjemahkan dia (Allah) tidak ditanyai tentang apa yang dilakukan-Nya, justru mereka (manusia) yang akan ditanyai. Secara harfiah diterjemahkan tidak ditanya tentang yang dikerjakan, sedangkan mereka yang ditanya. Terdapat strategi penerjemahan penambahan (ziyadah) pada terjemahan pertama, strategi itu bertujuan agar makna yang terdapat pada peribahasa itu mudah dipahami. tanpa strategi penerjemahan penambahan, seperti pada

110

terjemahan kedua, makna peribahasa itu jadi menyimpang dan sulit dipahami. Terjemahan ini tepat karena pesan yang dikomunikasikan dalam Tsu tersampaikan dengan benar dalam Tsa yaitu dia (Allah) tidak ditanyai tentang apa yang dilakukan-Nya, justru mereka (manusia) yang akan ditanyai. Terjemahan ini juga jelas, karena dapat dengan mudah dipahami, pesan yang ditangkap oleh pembaca Tsu sama dengan pesan yang ditangkap oleh pembaca Tsa. Terjemahan ini wajar karena menggunakkan pola kalimat yang lazim dalam Bsa dan tidak terasa seperti terjemahan. Pada contoh no. 43 diterjemahkan saling berpesan akan kebenaran dan kesabaran. kata

‫ﺻﻮْا‬ َ ‫ َﺗﻮَا‬secara morfologi, bentuknya adalah Bina Musyarakah.

Maka cara menerjemahkannya dengan menambahkan kata saling. Terjemahan peribahasa ini tepat karena pesan yang terkandung dalam peribahasa tersebut tersampaikan dengan baik. Terjemahan ini juga jelas karena mudah dipahami, dan pesan yang ditangkap oleh pembaca Tsa sama dengan yang ditangkap oleh pembaca Tsu. Terjemahan ini juga wajar karena tidak terasa seperti terjemahan. Pada contoh no. 44 diterjemahkan dengan hanya firman Allah yang tertinggi, secara harfiah diterjemahkan dengan kalimat Allah adalah tertinggi. Kata

‫َآِﻠ َﻤ ُﺔ‬

diterjemahkan dengan firman tidak dengan kalimat, hal ini

menunjukkan penerjemah memperhatikan konteks kalimat. Terdapat penambahan kata hanya dan yang guna mendapatkan bentuk kalimat yang lazim. Terjemahan peribahasa ini tepat karena pesan yang terkandung dalam peribahasa tersebut tersampaikan dengan baik. Terjemahan ini juga jelas karena mudah dipahami, dan pesan yang ditangkap oleh pembaca Tsa sama dengan yang ditangkap oleh

111

Pada contoh no. 45 diterjemahkan serulah kepada Allah dengan ungkapan verbal dan keteladanan. Secara harfiah diterjemahkan serulah kepada Allah dengan ucapan perkataan dan kelakuan. Frase

‫ل‬ ِ ‫ن اْﻟ َﻤﻘَﺎ‬ ِ ‫ِﻟﺴَﺎ‬

diterjemahkan

dengan ungkapan verbal, tidak dengan ucapan perkataan. Selain itu, frase

‫ اْﻟﺤَﺎل‬diterjemahkan keteladanan bukan

‫ن‬ ِ ‫ِﻟﺴَﺎ‬

kelakuan. Pada terjemahan pertama

pemilihan diksinya tepat, karena jika diterjemahkan seperti pada terjemahan kedua, pesan yang dikomunikasikan menyimpang. Terjemahan peribahasa ini tepat karena pesan yang terkandung dalam peribahasa tersebut tersampaikan dengan benar yaitu serulah kepada Allah dengan ungkapan verbal dan keteladanan. Terjemahan ini juga jelas karena mudah dipahami, dan pesan yang ditangkap oleh pembaca Tsa sama dengan yang ditangkap oleh pembaca Tsu. Terjemahan ini juga wajar karena menggunakan bentuk kalimat yang lazim dalam Bsa. Pada contoh no. 46 diterjemahkan serulah kepada Allah sesuai dengan pemahaman objek dakwah. Secara harfiah diterjemahkan serulah kepada Allah dengan kadar akal orang yang diajak. Bila peribahasa ini diartikan semata-mata memperhatikan makna yang tersurat, maka terjemahan dari peribahasa itu seperti terjemahan kedua. Padahal, yang hendak disampaikan seperti pada terjemahan pertama. Hal ini karena pemilihan diksi secara sintaktikal (tata bahasa) yang dilakukan penerjemah. Terjemahan ini tepat karena pesan yang dikomunikasikan

112

dalam Tsu tersampaikan dengan benar dalam Tsa yaitu serulah kepada Allah sesuai dengan pemahaman objek dakwah. Terjemahan ini juga jelas, karena dapat dengan mudah dipahami, pesan yang ditangkap oleh pembaca Tsu sama dengan pesan yang ditangkap oleh pembaca Tsa. Terjemahan ini wajar karena menggunakkan bentuk kalimat yang lazim dalam Bsa dan tidak terasa seperti terjemahan. Pada contoh no. 47 diterjemahkan ibu menjadi sekolah pertama bagi anak-anaknya. Terjemahan ini tepat karena pesan yang terdapat dalam Tsu tersampaikan dengan benar. Terjemahan ini juga jelas karena pesan yang dikomunikasikan dapat dengan mudah dipahami, meskipun kata

‫ﺳ ٌﺔ‬ َ ‫َﻣﺪْ َر‬

diterjemahkan apa adanya yaitu sekolah. Sekolah adalah tempat untuk belajar, ibu menjadi tempat belajar pertama bagi anak-anaknya. Terjemahan ini juga wajar, kewajaran itu karena bentuk Tsu tidak berbeda dengan Tsa. Pada contoh no. 48 diterjemahkan pemuda hari ini tokoh masa mendatang. Terjemahan ini tepat karena pesan yang terkandung dalam peribahasa tersebut tersampaikan dengan benar yaitu pemuda hari ini tokoh masa mendatang. Terjemahan ini juga jelas karena mudah dipahami, dan pesan yang ditangkap oleh pembaca Tsa sama dengan yang ditangkap oleh pembaca Tsu. Terjemahan ini juga sudah wajar, kewajaran itu karena bentuk Tsu tidak berbeda dengan Tsa. Pada contoh no. 49 diterjemahkan kita sama-sama manusia. Secara harfiah diterjemahkan kita laki-laki dan mereka laki-laki. Kata

ٌ‫ رِﺟَﺎل‬berarti

laki-laki dewasa. Dalam bahasa Arab jika disebut laki-laki menyimpan maksud menyebut perempuan juga, laki-laki dan perempuan adalah dua jenis manusia.

113

Pada contoh no. 50 diterjemahkan dengan semakin tua, semakin berpengalaman. Secara harfiah diterjemahkan dengan orang yang hidup panjang banyak melihat. Antara kedua terjemahan ini berbeda jauh sekali. Klausa

‫ﻼ‬ ً ْ‫ﻃ ِﻮﻳ‬ َ ْ‫َﻳ ِﻌﺶ‬

ْ‫َﻣﻦ‬

yang secara harfiah diterjemahkan orang yang hidup panjang

hanya ditejemahkan dengan semakin tua, dan

‫ َﻳ َﺮ َآ ِﺜﻴْﺮًا‬yang secara harfiah

diterjemahkan dengan banyak melihat, pada terjemahan itu diterjemahkan dengan semakin berpengalaman. Terjemahan peribahasa ini tepat, karena pesan yang terkandung

tersampaikan

dengan

benar

yaitu

semakin

tua,

semakin

berpengalaman. Terjemahan ini juga jelas, karena pesan yang disampaikan dapat dengan mudah dipahami. Selain itu, terjemahan itu juga wajar karena menggunakan kalimat yang lazim dalam Tsa sehingga tidak terasa sebagai terjemahan. Pada contoh no. 51 diterjemahkan setiap kesulitan pasti akan ada kemudahan. Secara harfiah diterjemahkan sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Perbedaaan dari kedua terjemahan ini adalah pada penerjemahan

114

huruf taukid

‫ن‬ ‫ِإ ﱠ‬. Terjemahan pertama huruf ‫ن‬ ‫ ِإ ﱠ‬diterjemahkan pasti dan pada

terjemahan kedua dengan sesungguhnya. Dari kedua terjemahan ini terjemahan pertama yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Terjemahan peribahasa ini tepat karena pesan yang dikomunikasikan benar yaitu bersama kesulitan ada kemudahan. Terjemahan ini juga

jelas karena pesan yang dikomunikasikan

mudah dipahami. Selain itu terjemahan ini juga wajar karena tidak terasa seperti terjemahan.

2. Peribahasa dengan Tingkat Penerjemahan Sedang yang dimaksud peribahasa dengan tingkat penerjemahan sedang, di dalam penerjemahannya ada salah satu unsur dari ketepatan, kejelasan, dan kewajaran yang tidak terpenuhi. Ada 17 peribahasa dengan terjemahan sedang. Tabel 14 No 1.

2. 3. 4.

5. 6. 7. 8.

Peribahasa

‫ﷲ‬ ُ ‫ن ُﻳ َﻔﻜﱢ ُﺮ َو َﻳﺴْﻌَﻰ وَا‬ ُ ‫ﻹﻧْﺴَﺎ‬ ِ‫ا‬ ‫ُﻳ َﺪﺑﱢ ُﺮ‬ ‫ﻆ ِﺑ َﻐﻴْ ِﺮ ِﻩ‬ َ ‫ﻦ ا ﱠﺗ َﻌ‬ ِ ‫ﻞ َﻣ‬ ُ ‫اﻟﻌَﺎ ِﻗ‬ ‫ن‬ ِ ‫ﺖ اﻟ ﱡﻨﻘْﺼَﺎ‬ ُ ْ‫اﻟ ﱢﺰﻳَﺎ َد ُة ُأﺧ‬ ‫ﺐ ِرزْ َﻗ ُﻪ‬ ُ ‫ﺠﻲْ ُء َﻳﺠِْﻠ‬ ِ ‫ُآﻞﱠ َﻳﻮْ ٍم َﻳ‬ ‫َﻣ َﻌ ُﻪ‬ ‫ﺲ ُآﻞﱡ ﻣَﺎ َﻳﻠْ َﻤ ُﻊ َذ َهﺒًﺎ‬ َ ْ‫َﻟﻴ‬ ‫ن ﻣُﺮًّا‬ َ ‫ﻖ َوَﻟﻮْ آَﺎ‬ ‫ﺤﱠ‬ َ ‫ُﻗﻞْ اْﻟ‬ ‫ﻼ ُﻗ ُﻪ َآ ُﺜ َﺮ َﻣﺤْ ُﺒﻮْ ُﻩ‬ َ ْ‫ﺴ َﻨﺖْ َأﺧ‬ ُ‫ﺣ‬ َ ْ‫َﻣﻦ‬ ‫ﺳﻴْ َﺮ ُﺗ ُﻪ َآ ُﺜ َﺮ ُﻣﻌَﺎ ُدوْ ُﻩ‬ ِ ْ‫َﻣﻦْ ﺳَﺎ َءت‬ 115

Arti Manusia hanya bisa berusaha pada akhirnya Allah jua yang menentukan Orang pandai adalah orang yang selalu belajar dari orang lain Kelebihan itu beda tipis dengan kekurangan Hari datang dan pergi membawa rezekinya sendiri Tidak semua yang berkilauan itu emas Katakan yang benar meski itu pahit Yang berakhlak baik yang banyak teman Yang buruk perangainya pasti banyak musuhnya

9.

10. 11. 12. 13.

14. 15.

16 17

ingin sukses, jangan pernah ‫ﻦ‬ َ ‫ح ﻓَﺎﺣْ َﺬ ُر ِﻣ‬ َ ‫ت اﻟ ﱠﻨﺠَﺎ‬ َ ْ‫ ِإذَا َأ َرد‬Jika berbohong ‫ب‬ ِ ‫اْﻟ َﻜ ِﺬ‬ dulu, baru orang selalau ‫ﻚ‬ َ ْ‫س ِﻓﻴ‬ ُ ‫ﻖ اﻟﻨﱠﺎ‬ ُ ‫ ُآﻦْ َأ ِﻣﻴْﻨًﺎ َﻳ ِﺜ‬Dipercayai percaya padamu dirimu,baru orang akan ‫س‬ ُ ‫ﻚ اﻟﻨﱠﺎ‬ َ ْ‫ﻚ َﻳﺤْ َﺘ ِﺮﻣ‬ َ‫ﺴ‬ َ ْ‫ ِإﺣْ َﺘ ِﺮمْ َﻧﻔ‬Hormati menghormatimu ‫ﺖ ﺟَﺎ ِﺋﻌًﺎ‬ َ ْ‫ﻻ ِإذَا ُآﻨ‬ ‫ﻻ َﺗﺄْ ُآﻞْ ِإ ﱠ‬ َ Sebelum lapar, jangan makan dulu kepada Allah dengan ‫ﺤﻜْ َﻤ ِﺔ‬ ِ ْ‫ﷲ ﺑِﺎﻟ‬ ِ ‫ع ِإَﻟَﻲ ا‬ ُ ْ‫ ُأد‬Serulah hikmah dan nasihat yang baik ‫ﺴ َﻨ ِﺔ‬ َ‫ﺤ‬ َ ‫ﻈ ِﺔ اْﻟ‬ َ‫ﻋ‬ ِ ْ‫َواْﻟ َﻤﻮ‬ kepada Allah dengan ‫ﻚ‬ َ ‫ن َﻗﻮْ ِﻣ‬ ِ ‫ﷲ ِﺑِﻠﺴَﺎ‬ ِ ‫ع ِإﻟَﻲ ا‬ ُ ْ‫ ُأد‬Serulah menggunakan bahasa kaumu kalian menolong agama Allah, ْ‫ﺼﺮْ ُآﻢ‬ ُ ْ‫ﷲ َﻳﻨ‬ َ ‫ﺼ ُﺮوْاا‬ ُ ْ‫ ِإنْ َﺗﻨ‬Bila maka Allah akan menolong dan ْ‫ﺸ ﱢﺒﺖْ َأﻗْﺪَا َﻣ ُﻜﻢ‬ َ ‫ َو ُﻳ‬mengokohkan pijakan kalian yang tenggelam hanya bisa ِ‫ل اﻟْﻬَﻮَاء‬ ِ ‫ﻚ ِﺑﺤِﺒَﺎ‬ ُ‫ﺴ‬ ‫ﻖ َﻳ َﺘ َﻤ ﱠ‬ ُ ْ‫ اﻟ َﻐ ِﺮﻳ‬Orang berpegang dengan udara itu ‫ن‬ ِ ‫ﺸﻴْﻄَﺎ‬ ‫ﻦ اﻟ ﱠ‬ َ ‫ﺠَﻠ ُﺔ ِﻣ‬ َ ‫ اﻟ َﻌ‬Tergesa-gesa/terburu-buru pekerjaan syaitan Pada contoh no.1 diterjemahkan manusia hanya bisa berusaha, pada

akhirnya Allah jua yang menentukan. Secara harfiah peribahasa ini diterjemahkan dengan manusia berpikir dan berusaha Allah yang mengatur. Terjemahan peribahasa ini tepat karena pesan yang terkandung di dalamnya tersampaikan dengan benar. Terjemahan ini juga jelas karena pesan yang dikomunikasikan dapat dipahami dengan mudah. Selain itu. Terjemahan ini wajar karena menggunakan bentuk kalimat yang lazim dalam bahasa Indonesia. Pada contoh no. 2 secara harfiah peribahasa ini diterjemahkan dengan orang yang berakal adalah orang yang mengambil nasehat dari lainnya. Terjemahan peribahasa ini sudah tepat karena pesan yang terkandung di dalamnya tersampaikan dengan baik. Terjemahan ini juga jelas, karena dapat dipahami dengan mudah pesan yang terkandung di dalamnya. Selain itu, terjemahan ini juga

116

wajar, karena menggunakan bentuk kalimat yang lazim sehingga tidak terasa sebagai hasil terjemahan. Pada contoh no. 3 diterjemahkan kelebihan itu beda tipis dengan kekurangan. secara harfiah peribahasa ini diterjemahkan dengan kelebihan itu saudara kekurangan. kata

‫ﺖ‬ ُ ْ‫ ُأﺧ‬diterjemahkan beda tipis. secara harfiah kata

‫ﺖ‬ ُ ْ‫ ُأﺧ‬berarti saudara, saudara biasanya mirip atau tidak terlalu berbeda (beda tipis) dengan saudaranya. Terjemahan peribahasa ini tepat, karena pesan yang terkandung tersampaikan dengan benar. Meskipun terjemahan ini tepat, tetapi tidak jelas, karena, Kelebihan dan kekurangan sangat jauh berbeda, tetapi pada terjemahan peribahasa ini kelebihan beda tipis dengan kekurangan. Walaupun tidak jelas, terjemahan ini sudah wajar, karena tidak terasa seperti terjemahan. Pada contoh no. 4 diterjemahkan dengan hari datang dan pergi membawa rizkinya sendiri. Secara harfiah diterjemahkan dengan setiap hari datang membawa rizkinya bersamanya. Terdapat penambahan kata pergi pada terjemahan pertama, penambahan itu bertujuan agar bentuk kalimatnya lazim dalam bahasa Indonesia.

Terjemahan peribahasa ini tepat, karena bisa

menyampaikan pesan dengan benar yaitu hari datang dan pergi membawa rizkinya sendiri. Terjemahan ini juga jelas karena dapat dengan mudah memahami pesan yang terkandung di dalamnya tanpa ada kesulitan. Terjemahan ini juga wajar karena tidak terasa seperti terjemahan, dengan kata lain menggunakkan bentuk kalimat yang lazim. Pada contoh no. 5 diterjemahkan tidak semua yang berkilau itu emas. terjemahan ini tepat, karena pesan yang dikomunikasikan tersampaikan dengan 117

benar. Terjemahan ini juga jelas, karena pesan yang disampaikan bisa dipahami yaitu tidak semua yang berkilau itu emas. Meskipun begitu, terjemahan ini kurang wajar, karena masih terasa seperti terjemahan. Menurut peneliti peribahasa ini lebih baik diterjemahkan dengan jangan tertipu dengan penampilan. Pada contoh no. 6 diterjemahkan katakan yang benar meski itu pahit. Terjemahan peribahasa ini tepat karena pesannya tersampaikan dengan benar yaitu mengatakan kebenaran walaupun pahit atau banyak resikonya. Terjemahan peribahasa ini juga jelas karena dapat dipahami dengan mudah. Meskipun begitu, terjemahan ini kurang wajar karena masih terasa seperti terjemahan. Menurut peneliti lebih baik diterjemahkan dengan jangan takut mengatakan kebenaran. Pada contoh no. 7 diterjemahkan yang berakhlak baik yang banyak teman. Terjemahan

peribahasa

ini

tepat

karena

pesan

yang

dikomunikasikan

tersampaikan dengan benar yaitu yang berakhlak baik yang banyak teman. Terjemahan ini juga sudah jelas karena mudah dipahami. orang yang memiliki akhlak baik banyak yang menyukai sehingga banyak teman. Meskipun begitu, terjemahan ini tidak wajar karena menggunakan kalimat yang tidak lazim, Masih sangat terasa seperti terjemahan. Menurut peneliti peribahasa ini bisa diterjemahkan dengan ada gula ada semut. Pada contoh no. 8 diterjemahkan yang buruk perangainya pasti banyak musuhnya. Terjemahan peribahasa ini tepat, karena pesan yang dikomunikasikan tersampaikan dengan benar yaitu orang yang buruk perangainya pasti banyak musuhnya. Terjemahan ini juga jelas karena mudah dipahami. orang yang buruk perangai tidak disukai orang dan pasti memiliki musuh yang banyak. Meskipun begitu, terjemahan ini tidak wajar karena menggunakan kalimat yang tidak lazim,

118

Masih sangat terasa seperti terjemahan. Menurut peneliti peribahasa ini bisa diterjemahkan dengan ada gula ada semut. Pada contoh no. 9 diterjemahkan jika ingin sukses jangan pernah berbohong. Terjemahan peribahasa ini tepat karena pesan yang terkandung di dalamnya tersampaikan dengan benar yaitu jika ingin sukses jangan pernah berbohong. Meskipun sudah tepat, tetapi sulit dipahami, karena banyak orang yang suka berbohong tapi sukses. maka terjemahan ini tidak jelas. Terjemahan ini sudah wajar karena menggunakan bentuk kalimat yang lazim. Pada contoh no. 10 diterjemahkan dipercayai dulu, baru orang selalu percaya padamu. Terjemahan ini tepat, karena pesan yang terkandung tersampaikan dengan benar yaitu dipercayai dulu, baru orang selalu percaya padamu. Meskipun sudah tepat, terjemahan ini tidak jelas karena sulit untuk dipahami. kesulitan itu dalam memahami frase dipercayai dulu. Terjemahan ini juga tidak wajar karena menggunakan kalimat yang tidak lazim dan masih sangat terasa seperti terjemahan. Pada contoh no. 11 diterjemahkan hormati dirimu, baru orang akan menghormatimu. Terjemahan ini sudah tepat, karena pesan yang terkandung tersampaikan dengan benar. Meskipun sudah tepat, terjemahan ini tidak jelas karena sulit untuk dipahami. karena, banyak orang yang tidak menghormati dirinya (seperti koruptor) tetapi dihormati oleh orang banyak. Terjemahan ini tidak wajar karena menggunakan kalimat yang tidak lazim dan masih sangat terasa seperti terjemahan. Pada contoh no. 12 diterjemahkan sebelum lapar, jangan makan dulu. Terjemahan ini tepat karena pesannya tersampaikan dengan benar. Terjemahan ini

119

tidak jelas karena sulit dipahami maksud dari peribahasa ini, yang sesuai dengan makna tersiratnya atau makna tersuratnya. terjemahan ini sudah wajar karena menggunakan kalimat yang lazim dan tidak terasa seperti terjemahan. Pada contoh no. 13 diterjemahkan serulah kepada Allah dengan hikmah dan nashihat yang baik. Terjemahan ini tepat karena pesan yang terdapat pada Tsu sudah tersampaikan dengan benar yaitu menyeru kepada Allah. Akan tetapi, terjemahan ini belum jelas karena kata

‫ﺤﻜْ َﻤ ُﺔ‬ ِ ْ‫اﻟ‬

diterjemahkan apa adanya,

sehingga membuat sulit untuk dipahami, dan membutuhkan pengetahuan yang lebih untuk dapat memahami terjemahan ini. Meskipun begitu terjemahan ini sudah wajar, kewajaran itu karena bentuk Tsu tidak berbeda dengan Tsa. Pada contoh no. 14 diterjemahkan serulah kepada Allah dengan menggunakan bahasa kaumu. Terjemahan ini tepat karena pesan yang terdapat dalam Tsu tersampaikan dengan benar yaitu menyeru kepada Allah dengan bahasa kaumu. Akan tetapi, terjemahan ini belum jelas karena masih sulit untuk dipahami. jika pesan dalam peribahasa itu ditelan mentah-mentah tidak sesuai dengan metode dakwah. Karena dalam menyeru kepada Allah bisa menggunakkan bahasa Indonesia maupun Arab. meskipun begitu terjemahan ini sudah wajar, kewajaran itu karena bentuk Tsu tidak berbeda dengan Tsa. Pada contoh no. 15 diterjemahkan bila kalian menolong agama Allah, maka Allah akan menolong dan mengokohkan pijakan kalian. Terjemahan ini belum tepat karena pesan yang dikomunikasikan tidak tersampaikan dengan tepat. Terjemahan ini juga tidak jelas, frase

ْ‫ ُﻳ َﺜ ﱢﺒﺖْ َأﻗْﺪَا َﻣ ُﻜﻢ‬diterjemahkan apa adanya

yaitu mengokohkan pijakan kalian, sehingga membuat terjemahan ini sulit untuk

120

Pada contoh no. 16 diterjemahkan dengan orang yang tenggelam hanya bisa berpegangan dengan udara. Secara harfiah diterjemahkan dengan orang yang tenggelam berpegangan pada tali udara. Terjemahan ini tidak tepat, karena pesan yang disampaikan tidak tersampaikan dengan benar. Terjemahan ini juga tidak jelas, karena pesan yang dikomunikasikan sulit untuk dipahami, kesulitan pemahaman itu terlihat dari berpegang pada udara. Meskipun begitu, terjemahan ini wajar, karena sudah menggunakan bentuk yang lazim dalam Tsa. Pada contoh no. 17 diterjemahkan tergesa-gesa/ terburu-buru itu pekerjaan setan. Terjemahan ini tidak tepat, karena pesan yang disampaikan tidak

‫ن‬ ِ ‫ﺸﻴْﻄَﺎ‬ ‫ﻦ اﻟ ﱠ‬ َ ‫ ِﻣ‬yang diterjemahkan

benar, hal itu dilihat dari ungkapan streotip

secara leksikal. Terjemahan ini juga tidak jelas, karena pesan yang dikomunikasikan sulit untuk dipahami, karena pekerjaan setan tidak hanya terburu-buru. Meskipun begitu, terjemahan ini sudah wajar, karena menggunakan kalimat yang lazim dalam Bsa.

3. Peribahasa dengan Terjemahan Sulit Yang dimaksud dengan peribahasa dengan terjemahan sulit adalah pada kesemua unsur penilaian, baik ketepatan, kejelasan, dan kewajaran tidak terpenuhi. Ada 2 peribahasa dengan terjemahan sulit. Tabel 15 No. 1.

Peribahasa

‫ﺖ ِﻟُﺄ ﱢﻣﻬَﺎ‬ ُ ْ‫اﻟ ِﺒﻨ‬ 121

Arti Anak perempuan sama seperti ibunya

2.

‫ﺳ ﱡﺮَأ ِﺑﻴْ ِﻪ‬ ِ ‫اﻟ َﻮَﻟ ُﺪ‬

Anak laki-laki sama seperti ayahnya

Pada contoh no. 1 diterjemahkan anak perempuan sama seperti ibunya. Secara harfiah diterjemahkan anak perempuan milik ibunya. Terjemahan anak perempuan sama seperti ibunya tidak tepat, karena huruf

sama seperti, secara sintaksis huruf lam terbagi atas

kepunyaan, bagi.

‫ ل‬diartikan dengan

‫ﻚ‬ ِ ْ‫ل ِﻟﻠْ ِﻤﻠ‬

yang berarti milik,

‫ ل ﻟِﻠ ﱠﺘﺒِْﻠﻴْ ِﻎ‬yang berarti ke, dan kepada. ‫ﻸﻣْ ِﺮ‬ َ ‫ﻞ َوِﻟ‬ ِ ْ‫ل ِﻟﻠْ ﱠﺘﻌِْﻠﻴ‬

yang berarti karena, supaya, dan untuk. 21 Menerjemahkan huruf lam menjadi frase sama seperti mengakibatkan pesan yang terkandung dalam Tsu tidak tersampaikan dengan benar dalam Tsa, karena secara literal dan tersirat tidak dapat menunjukan makna yang terkandung dalam peribahasa anak perempuan sama seperti ibunya. Terjemahan ini pun tidak jelas, karena

pesan yang

terkandung dalam Tsu kurang terpahami, karena menyamakan ibu dengan anak, penyamaan itu

tidak jelas pada hal apa. Padahal, yang dimaksud dalam

peribahasa ini adalah seorang anak akan meniru perilaku orang tuanya. Selain itu, terjemahan ini pun tidak wajar, karena tidak menggunakan kalimat yang tunduk terhadap aturan kaidah bahasa sasaran. Pada contoh no. 2 diterjemahkan anak laki-laki sama seperti ayahnya. Secara harfiah diterjemahkan dengan anak laki-laki bagian yang paling baik dari ayahnya. Kata

‫ﺳ ﱡﺮ‬ ِ

secara leksikal berarti bagian yang paling baik, 22 dalam

21

A.W. Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab Indonesia Terlengkap (Surabaya: Pustaka Progresif, 2002), h. 1245. 22 A.W. Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab Indonesia Terlengkap, h. 626.

122

123