perkembangan kejiwaan tokoh utama dalam ... - Jurnal Online UM

72 downloads 263 Views 180KB Size Report
ABSTRAK: Penelitian bertujuan ini mendeskripsikan perkembangan kejiwaan tokoh utama pada penggalan plot awal, plot tengah serta plot akhir. Penelitian ini .
PERKEMBANGAN KEJIWAAN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA Fathol Arifin1 Heri Suwignyo 2 Sunoto Universitas Negeri Malang E- mail: [email protected] Abstract: The aim of this research is to describe the psychological development of the main character in the beginning, middle and the end of the plot. This research uses qualitative method. The result in the part of the beginning plot is the psychological development before social contact takes place, when the social contact is taking place and after the social contact took place; the psychological development in the middle plot is the main character experiences mentality crisis when he needs problems solving; the psychological development of the main character in the end of the plot is when he finds the solutions of his problems then he solves his problems. Key Words : Psychological Develop ments, Main Character, Novel, Ep isode ABSTRAK: Penelitian bertujuan in i mendeskripsikan perkembangan kejiwaan tokoh utama pada penggalan plot awal, p lot tengah serta plot akhir. Penelit ian in i menggunakan metode kualitatif. Temuan penelit ian penggalan plot awal, yaitu perkembangan sebelum terjad i kontak sosial, ket ika terjad i kontak sosial, serta pasca terjadi kontak sosial; perkembangan kejiwaan pada penggalan plot tengah, yaitu tokoh utama mengalami krisis mental, ketika mengalami kebuntuhan pemecahan masalah; perkembangan kejiwaan tokoh utama pada penggalan plot akhir, yaitu saat menemu kan solusi dan pasca masalah selesai. Kata Kunci: perkembangan kejiwaan, tokoh utama, remaja, novel, plot

Sastra telah menjadi bagian dari pengalaman fisik dan psikis manusia. Pengalaman fisik dan psikis menjadi stimulus manusia dalam berekspresi, baik verbal maupun kinestetik. Sastrawan mengekspresikan pengalamannya dalam bentuk verbal tertulis dilabeli karya sastra. Karya sastra merupakan hasil ciptaan manusia yang mengekspresikan pikiran, gagasan, pemahaman, dan tanggapan perasaan penciptanya tentang hakikat kehidupan dengan menggunakan bahasa yang imajinatif dan emosional. Sebagai hasil imajinatif, sastra selain berfungsi sebagai hiburan yang menyenangkan, juga berguna untuk menambah pengalaman batin bagi para pembacanya. Sebuah karya sastra yang baik tidak hanya dipandang sebagai rangkaian kata tetapi juga ditentukan oleh makna yang terkandung di dalamnya dan memberikan pesan positif bagi pembacanya (Endraswara, 2003:160). Pada karya sastra dilukiskan keadaan dan kehidupan sosial seorang individu, interaksinya dengan individu lainnya dalam suatu masyarakat, peristiwa-peristiwa, ide dan gagasan, serta nilai- nilai yang diamanatkan pencipta lewat tokoh-tokoh rekaan dalam cerita. Sastra 1

Fathol Arifin adalah mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM ). Art ikel ini diangkat dari Skripsi Sarjana Sastra Indonesia Program Sarjana Universitas Negeri Malang 2012. 2 Heri Su wignyo dan Sunoto adalah Dosen Sastra Indonesia, Faku ltas Sastra, Universitas Negeri Malang (UM).

mempersoalkan manusia dalam berbagai kehidupannya. Karya sastra berguna untuk mengenal manusia, kebudayaan, serta zamannya. Novel berasal dari bahasa Inggris novel merupakan bentuk karya sastra yang disebut fiksi. Novel dilihat dari segi bentuknya termasuk segi panjang cerita. Novel dapat mengemukakan sesuatu secara bebas, menyajikan sesuatu secara lebih banyak, lebih rinci, lebih detil, dan lebih banyak melibatkan permasalaha n yang lebih kompleks (Nurgiyantoro, 1995:10-11). Sebagai salah satu bentuk karya sastra, novel diharapkan dapat memunculkan pemikiran-pemikiran yang positif bagi pembacanya, sehingga pembaca peka terhadap masalah- masalah yang berkaitan dengan kehidupan sosial dan mendorong untuk berperilaku baik. Novel dapat dijadikan bahan perenungan untuk mencari pengalaman, karena di dalam novel mengandung banyak nilai kehidupan, pendidikan, serta pesan moral yang cukup bervarisi. Pengalaman batin dalam sebuah novel dapat memperkaya kehidupan batin penikmatnya. Unsur intrinsik dalam novel adalah peristiwa, plot, tokoh (dan penokohan), latar, sudut pandang, dan lain- lain yang kesemuanya bersifat imajiner (Nurgiyantoro, 1995:4). Sebagai alur cerita dalam karya sastra, plot memiliki fungsi yang berbeda bagi pengarang maupun pembaca. Bagi pengarang, plot bisa digunakan sebagai acuan kerangka karangan. Acuan itu selanjutnya dijadikan pedoman untuk mengembangkan seluruh isi cerita. Bagi pembaca, memahami plot karya sastra berarti telah memahami seluruh isi cerita dalam karya sastra. Plot dilihat dari rangkaian peristiwa di klasifikasikan menjadi tujuh bagian, yaitu (1) eksposisi, (2) konflikasi, (3) konflik, (4) krisis, (5) klimaks, (6) peleraian, dan (7) solusi (Aminuddin, 1984:99-100). Perkembangan dalam hal ini lebih mengacu pada perubahan karakteristik yang khas dari gejala-gejala kejiwaan ke arah yang lebih maju, perubahan yang bersifat progresif dan menyebabkan tercapainya kemampuan dan karakteristik psikis yang baru (Ali dan Asrori, 2011:11). Perkembangan dalam masa remaja memiliki beberapa karakteristik khusus yang secara langsung dapat dinilai. Remaja adalah suatu masa di mana (1) individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual, (2) individu mengalami perkembangan kejiwaan dan pola identifikasi dari anak-anak menjadi dewasa, dan (3) terjadi peralihan dari ketergantungan ekonomi secara penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri (Sarwono, 2011:12). Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan perkembangan kejiwaan tokoh utama dalam novel Sang Pemimpi Karya Andrea Hirata. Perkembangan itu dilihat dari tiga aspek, yaitu perkembangan kejiwaan pada penggalan plot awal, perkembangan kejiwaan pada penggalan plot tengah, serta perkembangan kejiwaan pada penggalan plot akhir. Plot yang peneliti maksud di sini bukan merujuk pada struktur cerita, tetapi merujuk pada penggalan plot dalam novel tersebut. Pada penggalan plot awal berupa eksposisi, konflikasi, dan konflik. Penggalan plot tengah berupa krisis dan klimaks. Sedangkan pada penggalan plot akhir berupa peleraian dan solusi. METODE Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan psikologi sastra. Studi ini mengangkat teks sastra sebagai wilayah kajian. Peneliti mengangkat perkembangan kejiwaan tokoh utama dalam novel Sang Pemimpi

karya Andrea Hirata. Perkembangan tersebut diteliti karena menggambarkan secara jelas bagaimana perjalanan kejiwaan tokoh utama pada penggalan plot awal, penggalan plot tengah serta penggalan plot akhir. Endraswara (2003:97) menyatakan bahwa psikologi sastra menggunakan pendekatan kontekstual, yang mengkaji aspek kejiwaan tokoh dalam karya sastra. Aspek kejiwaan yang kami maksud adalah perkembangan kejiwaan tokoh utama dalam novel Sang Pemimpi. Pada penelitian ini, instrumen yang digunakan adalah peneliti sendiri (human instrument). Peneliti bertindak sebagai pelaku dalam menafsirkan makna dari data-data yang telah diperoleh dalam teks novel. Semi (1993:24), menjelaskan bahwa dalam penelitian kualitatif peneliti langsung sebagai instrumen kunci, ia mengarahkan segala kemampuan intelektual, pengetahuan, dan keterampilan dalam mengumpulkan data dan mencatat segala fenomena yang diamatinya. Data yang dihasilkan dari penelitian ini berupa kutipan novel yang berisi paparan naratif dan dialog yang merepresentasikan perkembangan kejiwaan tokoh utama dalam novel Sang Pemimpi pada penggalan plot bagian awal, penggalan plot bagian tengah, serta penggalan plot bagian akhir. Sumber data dalam penelitian adalah subjek di mana data dapat diperoleh (Arikunto, 2002:107). Sumber data dalam penelitian ini adalah teks novel Sang Pemimpi. Novel ini adalah novel kedua dari rangkaian novel tetralogi karya Andrea Hirata. Novel Sang Pemimpi ini memiliki 288 halaman; tebal buku ± 1,5 cm; dan diterbitkan oleh penerbit Bentang Pustaka, Yogyakarta. Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini adalah studi dokumentasi karena novel yang dijadikan bahan penelitian berwujud dokumen. Arikunto (2002:158) menjelaskan tentang dokumentasi, dari asal kata dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Penelitian ini dilakukan oleh peneliti sendiri, sehingga dalam mengaji perkembangan psikologi tokoh utama dalam novel dilakukan sendiri. Adapun langkah yang digunakan dalam mengumpulkan data penelitian adalah membaca, mengidentifikasi, kodifikasi, dan klasifikasi. Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu catatan pengamatan yang sudah dituliskan dalam klasifikasi data, data-data referensi serta dokumen lainnya yang mendukung konteks. Setelah dibaca, dipelajari, dan ditelaah maka langkah berikutnya, adalah reduksi data, yaitu penentuan data mana yang dianggap sesuai, sampai keprediksi keperluan pengumpulan data baru akibat kerumpangan data bila dihubungkan dengan keseluruhan rentang permasalahannya, yang dilakukan dengan jalan membuat abstraksi yang berupa rangkuman dan pernyataan-pernyataan inti. Kemudian disusun dalam satuan-satuan yang telah ditentukan dalam klasifikasi data. Akhirnya peneliti mengadakan pemeriksaan keabsahan data. Setelah selesai tahap ini, mulailah penafsiran data dalam mengolah hasil sementara menjadi teori substantif dengan menggunakan metode tertentu (Moloeng, 2001:190). Sesuai dengan masalah yang dikerjakan dalam penelitian ini, maka kegiatan yang dilakukan adalah pemberian makna pada paparan data yang telah diklasifikasi dalam tahap sebelumnya yang berupa paparan naratif dan dialog tokoh yang berkaitan dengan perkembangan kejiwaan tokoh utama pada penggalan plot awal, penggalan plot tengah, serta penggalan plot akhir. Dalam kegiatan pemaknaan data, peneliti harus memiliki dasar pengetahuan dan pengalaman yang relevan dengan aspek-aspek yang berkaitan dengan permasalahan tersebut.

HASIL Perkembangan Kejiwaan Tokoh Utama pada Penggalan Plot Awal. Berdasarkan hasil analisis data tentang perkembangan kejiwaan tokoh utama pada penggalan plot awal dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata terdapat perkembangan kejiwaan tokoh utama. Pada tahap awal penulis menginformasikan identitas pelaku, baik tokoh utama maupun tokoh pembantu. Tokoh utama masih belum ada interaksi sosial maupun lingkungan. Tahap selanjutnya penulis mulai menginteraksikan tokoh utama dengan sosial dan lingkungan sekitarnya sehingga cerita terasa mulai bergerak tetapi belum ada permasalahan yang dirasakan oleh pelaku. Setelah mengalami interaksi sosial dan lingkungan, tokoh utama mulai merasakan ada persoalan dalam kejiwaannya. Permasalahahan itu muncul karena adanya interaksi sosial dan lingkungan sekitarnya. Hal ini biasa terjadi karena remaja pada masa ini cenderung mengalami pergolakan kejiwaan untuk mencari identitas diri. Perkembangan Kejiwaan Tokoh Utama pada Penggalan Plot Tengah. Pada tahap ini, tokoh utama dihadapkan dengan masalah yang lebih kompleks. Karena masalah yang dihadapi sangat kompleks, akhirnya timbul rasa gelisah pada kejiwaan tokoh utama. Rasa itu terus menghantui kehidupan tokoh utama. Puncaknya, persoalan yang belum terpecahkan itu membuat tokoh utama kebingungan karena tidak menemukan solusi yang dirasa tepat menghadapi permasalahan tersebut. Hal itu membuat kondisi kejiwaan tokoh utama tertekan. Ketika permasalahan ini tidak segera menemukan solusi yang tepat, ada kemungkinan tokoh utama akan mengalami depresi yang sangat hebat. Perkembangan Kejiwaan Tokoh Utama pada Penggalan Plot Akhir. Pada bagian akhir cerita ini mulai ditemukan tanda-tanda permasalahan itu akan segera selesai. Paling tidak sudah ada titik terang mengenai solusi yang akan digunakan meskipun solusi itu masih belum meyakinkan Hal itu menyebabkan kondisi kejiwaan tokoh utama menjadi lebih tenang. Akhirnya semua persoalan yang dihadapi oleh tokoh utama perlahan- lahan mulai terselesaikan. Penyelesaian itu ditandai dengan adanya solusi yang tepat bagi semua persoalan yang dihadapi tokoh utama.. Setelah melalui berbagai macam persoalan hidup, akhirnya tokoh mulai menjadi pribadi yang matang. Sejak periode awal mereka mengalami perkembangan kejiwaan yang pesat. Perkembangan itu terjadi karena ada faktor yang memengaruhi, baik internal maupun eksternal. Faktor eksternal bisa dipicu oleh interaksi sosial maupun interaksi dengan lingkungan. Kedua faktor itu berjalan beriringan dan menjadi sebab berkembangnya kejiwaan tokoh utama pada novel ini. PEMBAHASAN Perkembangan Kejiwaan Tokoh Utama pada Penggalan Plot Awal Perkembangan kejiwaan remaja tidak terlepas dari beberapa aspek perkembangan. Ali dan Asrori (2011:9), menyatakan bahwa secara psikologis, remaja adalah suatu usia dimana individu menjadi terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia di mana anak tidak merasa bahwa dirinya berada di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama, atau paling tidak sejajar. Perkembangan dalam hal ini lebih mengacu pada perubahan karakteristik

yang khas dari gejala-gejala kejiwaan ke arah yang lebih maju, perubahan yang bersifat progresif dan menyebabkan tercapainya kemampuan dan karakteristik psikis yang baru. Perkembangan dalam masa remaja memiliki beberapa karakteristik khusus yang secara langsung dapat dinilai. Hal ini dapat muncul karena fase remaja merupakan fase ‘pencarian jati diri’, remaja berada di ‘ruang antara’. Disebut anak-anak bukan, tetapi disebut dewasa juga belum. Perkembangan kejiwaan tokoh utama sebelum te rjadi kontak sosial dan lingkungan Menurut Poerbakawatja (1982:14), kejiwaan adalah suatu respon terhadap suatu perangsang yang menyebabkan perubahan fisiologis disertai perasaan ya ng kuat dan biasanya mengandung kemungkinan untuk meletus. Respon demikian terjadi baik terhadap perangsang-perangsang eksternal maupun internal. Perangsang-perangsang tersebut bisa disebabkan oleh faktor sosial maupun lingkungan. Pada data yang ada di bawah ini digambarkan saat kondisi kejiwaan tokoh utama masih pada tahap awal. Pada tahap ini tokoh utama hanya dikenalkan kepada pembaca. Pada penggalan plot awal, penulis novel berusaha mengenalkan tokoh utama dalam novel ini. Hal itu dilakukan agar para pe mbaca mengetahui dengan jelas siapa yang menjadi tokoh acuan dalam novel ini. Pada tahap ini kondisi kejiwaan tokoh utama masih belum terlihat. Tahap ini penulis memfokuskan untuk menceritakan tentang tokoh utama. Diceritakan bahwa Arai dan Ikal merupakan remaja berusia 15 tahun. Hal ini sesuai dengan pendapat Mappiare (1982:9), yang menyatakan bahwa masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Sebagai remaja yang mempunyai impian tinggi, setelah lulus SMP mereka langsung melanjutkan ke tingkat SMA. Arai dan Ikal merupakan saudara jauh. Garis keturunan mereka bertemu pada kakek dan nenek. Nenek Arai adalah adik kandung dari kakek Ikal. Remaja memiliki dorongan yang kuat untuk bergaul dengan sesamanya. Pergaulan itu diperlukan untuk menemukan jatidiri. Sejak Arai tinggal di rumah Ikal, mereka seperti sosok yang tidak bisa dipisahkan. Kemana pun Arai pergi, Ikal akan mendampingi. Demikian pula sebaliknya, kemana pun Ikal pergi, maka Arai akan mengikuti. Meskipun secara garis darah bukan saudara kandung, tapi mereka sudah memproklamirkan diri sebagai saudara kandung. Arai sebagai abangnya serta Ikal menjadi adiknya. Zulkifli (1992:70) menyatakan bahwa remaja seringkali membangun interaksi sesama teman sebayanya secara khas dengan cara berkumpul untuk melakukan aktivitas bersama. Hal terlihat pada diri Ikal dan Arai. Mereka adalah sahabat sekaligus saudara. Setiap hari mereka belajar dan bermain bersama. Tertawa dan bersedih juga bersama-sama. Kegiatan yang mereka lakukan tentu mengurangi rasa sedih yang mereka alami. Rasa sedih karena dilahirkan oleh keluarga miskin dan rasa sedih karena telah menjadi yatim piatu sejak umur 9 tahun. Perkembangan kejiwaan tokoh utama ketika terjadi kontak sosial dan lingkungan Pada tahap ini kejiwaan tokoh utama dilihat setelah adanya kontak sosial serta kontak lingkungan. Kontak dimulai saat Arai dan Ikal mengejek Wakil Kepala Sekolah. Merasa dirinya dijadikan bahan olok-olok siswanya, Wakil

Kepala Sekolah tersebut marah besar. Kontak sosial tersebut membuat tokoh utama merasa takut. Rasa takut merupakan rasa gentar menghadapi sesuatu yang dianggap akan mendatangkan bencana. Rasa takut, di dalamnya meliputi cemas, gugup, khawatir, was-was, waspada, tidak tenang, ngeri, serta panik (Ali dan Asrori, 2011:63). Mereka menyadari bahwa telah berbuat kesalahan karena melanggar peraturan di sekolah. Rasa bersalah itu semakin meningkat menjadi rasa panik saat melihat Pak Mustar menghampiri mereka. Tokoh utama memiliki rasa keingintahuan terhadap sesuatu yang baru. Remaja cenderung ingin mencoba sesuatu yang belum pernah dialaminya. Ali dan Asrori (2011:17) menyatakan bahwa pada umumnya, remaja memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Karena didorong oleh rasa ingin tahu yang tinggi, remaja cenderung ingin bertualang, menjelajah segala sesuatu, dan mencoba segala sesuatu yang belum pernah dialaminya. Arai dan Ikal menjadi pengikut mode yang lagi ‘musim’ saat itu. Mereka mencoba gaya rambut baru, yaitu belah tengah. Sebelum rambutnya dibelah tengah, tidak lupa mereka mengolesi rambut mahkotanya dengan minyak Tancho. Pada masa- masa ini, remaja memang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Untuk menyalurkan rasa penasarannya, mereka juga harus melakukan hal-hal yang dianggap keren oleh lingkungan sekitarnya. Perkembangan kejiwaan tokoh utama pasca terjadi kontak sosial Setelah adanya kontak sosial dan lingkungan, terlihat dengan jelas bagaimana perkembangan kejiwaan tokoh utama setelah proses ineraksi dengan masyarakan serta lingkungannya. Pada bagian ini diceritakan bahwa Arai dan Ikal membuat ulah di sekolah. Apa yang telah dilakukan oleh Arai beserta temantemannya, merupakan cerminan dari sikap seorang remaja. Dalam melakukan suatu hal, remaja cenderung mempunyai respon yang cepat, tapi ceroboh. Hal ini sesuai dengan pendapat Ali dan Asrori (2011:64) yang menyatakan bahwa pikiran emosional jauh lebih cepat daripada pikiran rasional. Pikiran emosional langsung melompat bertindak tanpa mempertimbangkan apapun yang akan dilakukan. Masa remaja merupakan masa tranformasi dari anak-anak menuju dewasa. Pada masa remaja banyak tuntutan yang datang, baik dari keluarga maupun masyarakat. Salah satu bentuk tuntutan tersebut adalah adanya tuntutan pe ningkatan tanggung jawab dari orang tua, anggota keluarga, ataupun masyarakat. Tidak jarang masyarakat juga menjadi masalah bagi remaja (Ali dan Asrori, 2011:68). Teori tersebut akan cocok apabila kita komparasikan dengan kondisi yang dihadapi oleh tokoh utama. Pada cerita di penggalan plot tengah, terlihat dengan jelas bagaimana tanggung jawab tokoh utama ketika ada permasalahan di sekitarnya. Mereka rela mengorbankan kepentingan pribadi untuk membuat orang lain senang. Masa remaja identik dengan keinginan untuk berpetualang dan mencari pengalaman. Akan tetapi remaja pun juga sudah mulai berpikir logis. Mereka sadar bahwa keinginan untuk berpetualang tidak serta merta bisa disalurkan. Akan ada banyak sekali hambatan yang menghadang. Terutama masalah keuangan atau biaya. Hal itu mengakibatkan remaja hanya bisa berfantasi untuk memenuhi impiannya. Ali dan Asrori (2011:17) menyatakan bahwa kebanyakan remaja mempunyai impian yang tinggi. Bahkan mereka sendiri masih kurang yakin impian itu bisa tercapai. Rasa itu lalu mereka lampiaskan dengan menghayal,

mencari kepuasan, bahkan menyalurkan khayalannya melalui dunia fantasi. Khayalan remaja putra biasanya berkisar pada soal prestasi dan jenjang karier. Kondisi itu pula yang sedang dialami oleh tokoh utama. Mereka mempunyai cita-cita yang sangat tinggi, yaitu bisa melanjutkan sekolah hingga ke Universitas Sorbonne di Prancis. Sebenarnya mereka se ndiri sangat pesimis impiannya bisa tercapai. Mengingat mereka adalah sekumpulan anak miski dari daerah terpencil bernama Belitong. Mereka hanya mengingat impian itu agar bisa terus termotivasi di sekolah serta mendapatkan nilai yang baik dan bisa membanggakan orang tua di rumah.

Perkembangan Kejiwaan Tokoh Utama dalam Novel Sang Pemimpi Karya Andrea Hirata pada Penggalan Plot Tengah Ali & Asrori (2011:11) menjelaskan bahwa perkembangan lebih mengacu kepada perubahan karakteristik yang khas dari gejala- gejala kejiwaan ke arah yang lebih maju. Para ahli psikologi pada umumnya menunjuk pada pengertian perkembangan sebagai suatu proses perubahan yang bersifat progresif dan menyebabkan tercapainya kemampuan dan karakteristik psikis yang baru. Perkembangan kejiwaan ketika tokoh utama mengalami krisis mental Pada bagian ini, tokoh utama mulai merasakan ada persoalan dalam kejiwaannya akibat dari kontak terhadap lingkungan maupun sosial. Semua itu membuat kejiwaan remaja menjadi semakin tertekan. Karena kondis i tertekan itulah kondisi kejiwaan tokoh utama mengalami krisis mental. Masa remaja memang cocok apabila dikatakan sebagai masa pencarian jatidiri. Hal ini bisa terjadi karena pada masa ini, remaja cenderung mencoba berbagai hal yang mereka anggap benar. Remaja seringkali membentuk nilai- nilai mereka sendiri yang mereka angggap benar, baik, dan pantas untuk dilakukan (Sarwono, 2011:68). Umumnya saat proses interaksi sehari- hari, remaja suka berkelompok. Kebanyakan remaja menemukan jalan keluar dari kesulitannya setelah mereka berkumpul dengan rekan sebaya untuk melakukan kegiatan bersama. Mereka melakukan suatu kegiatan secara berkelompok sehingga berbagai kendala dapat diatasi bersama-sama (Gunarsa, 1980:17). Kondisi tersebut terjadi pada tokoh utama dalam novel ini. Pada suatu saat mereka mempunyai suatu masalah yang sulit untuk dipecahkan. Masalah itu berupa keinginan mereka menonton Biskop yang filmnya dikhususkan untuk orang dewasa. Pada saat melihat Biskop, mereka digrebek oleh Bapak Mustar. Karena kesalahannya itu, mereka pun dihukum di sekolah. Hukuman itu berupa membersihkan WC umum sekolah yang sudah lama tidak dipakai. Hukuman itu semakin membuat mereka jengkel kepada Pak Mustar. Reaksi Ikal tersebut memang biasa terjadi. Apalagi melihat kondisi kejiwaan tokoh utama yang sedang tertekan. Perkembangan kejiwaan tokoh utama ketika mengalami kebuntuhan pemecahan masalah Pada tingkat ini, tokoh utama menghadapi berbagai persoalan yang sangat kompleks. Persoalan itu menimbulkan kegelisahan bagi tokoh utama. Kegelisahan itu terasa sangat dalam sehingga tokoh utama beranggapan bahwa ia

tidak akan bisa menghadapi masalah tersebut. Pada masa awal, tokoh utama hanya menjadikan hal tersebut sebagai suatu impian saja. Tercapai atau tidaknya impian tersebut tidak pernah dipikirkan oleh tokoh utama. Tetapi dalam fase ini, tokoh utama mulai menyadari bahnya impiannya itu sangat berat untuk dipenuhi. Mereka sadar bahwa tidak banyak yang bisa dilakukan oleh anak miskin seperti mereka. Jangankan sampai sekolah ke Perancis, memperbaiki status ekonomi keluarga mereka saja mereka sudah kewalahan. Ikal pun menjadi anak yang malas. Hal itu terjadi karena ia sudah tidak mempunyai motivasi lagi di sekolah. akibatnya nilai rapornya turun drastis. Melihat perkembangan yang terjadi pada Ikal, Pak Mustar berinisiatif untuk menasihatinya. Ia mengatakan bahwa apa yang telah Ikal lakukan salah. Ikal hanya akan membuat malu ayahnya. Mengingat beliaulah yang akan mengambil rapor Ikal di sekolah. Ikal gelisah mendengar nasihat dari Pak Mustar. Rasa gelisah itu muncul karena Ikal sadar bahwa perbuatannya selama ini salah. Bahkan bisa dikatakan cenderung egois. Ikal hanya memikirkan dirinya sendiri dan tidak memerdulikan orang tuanya di di rumah. Hal itu sesuai dengan karakter umum perkembangan remaja. Disebutkan bahwa pada tahap tertentu, remaja merasa belum mampu melakukan berbagai hal dengan baik. Hal itu menyebabkan remaja sering kali membuat kesalahan-kesalahan dalam proses hidupnya (Ali dan Asrori, 2011:16). Kesalahan itu juga yang dialami oleh tokoh utama dalam novel ini. Kenakalan remaja memang biasa terjadi. Kenakalan tersebut terjadi karena ada beberapa faktor yang memengaruhi, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Kenakalan yang dilakukan oleh Ikal ini merupakan faktor internal karena ia sudah mulai kehilangan motivasi untuk belajar. Sarwono dalam bukunya yang berjudul Psikologi Remaja (2011:257) menyatakan bahwa kenakalan remaja mencakup beberapa hal. Salah satunya adalah mengingkari status anak sebagai pelajar dengan cara membolos, malas, sering membuat ulah di sekolah, serta mengingkari status orang tuanya. Perkembangan Kejiwaan Tokoh Utama dalam Novel Sang Pemimpi Karya Andrea Hirata pada Penggalan Plot Akhir Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Tentu pada masa remaja banyak sekali harapan agar seorang anak bisa menemukan jati dirinya. Hal itu sangat beralasan karena setelah melewati masa ini, seorang anak dianggap sudah dewasa. Bukan lagi anak kecil ataupun remaja yang cenderung melakukan hal- hal yang bertentangan dengan keinginan masyarakat. Sebagai orang yang kejiwaannya sudah mulai matang, tentu segala hal yang akan dilakukan sudah terlebih dahulu dipikirkan. Sehingga segala perbuatannya bisa diterima oleh masyarakat. Perkembangan kejiwaan tokoh utama saat menemukan jalan keluar atas masalah Pada masa ini, perlahan- lahan terlihat kejiwaan tokoh utama yang mulai stabil. Hal ini dikarenakan tokoh utama sudah menemukan tanda-tanda bahwa persoalan yang dihadapi menemukan titik terang, tapi belum meyakinkan. Tokoh utama mulai menyadari bahwa saat ini ia adalah anak yang sudah beranjak dewasa. Oleh karena itu dalam menjalani proses kehidupan ia pun harus menunjukkan sikap layaknya orang dewasa. Hal ini sesuai dengan teori yang

menyatakan bahwa pada masa ini remaja mulai memandang dirinya sebagai orang dewasa dan mulai mampu menunjukkan pemikiran, sikap, serta prilaku yang semakin dewasa (Ali dan Asrori, 2011:68). Setelah mengalami proses pendewasaan tersebut, Ikal terlihat lebih bijaksana. Dalam mengambil setiap keputusan, ia selalu mempertimbangkan barbagai faktor. Karena sikapnya yang semakin dewasa, keluarga serta masyarakat mulai memberikan kepercayaan yang selayaknya kepada mereka (Sarwono, 2011:69). Diceritakan bahwa setelah kejadian memalukan waktu itu, Ikal sangat menyesal dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Mulai saat itu ia menjadi anak yang sangat optimis. Rasa optimisnya dibuktikan pada saat pembagian rapor terakhir, Ikal kembali menduduki peringkat ketiga di sekolah. Perkembangan kejiwaan tokoh utama pasca masalah selesai Pada tahap ini, semua persoalan yang dihadapi oleh tokoh utama mulai dari tahap awal perlahan- lahan mulai terselesaikan. Penyelesaian yang penulis maksud, tidak harus memuaskan atau sesuai dengan harapan pembaca. Terselesaikannya masalah yang dihadapi tentu menyebabkan kondisi kejiwaan tokoh utama menjadi lebih tenang. Pada masa ini, remaja mengalami perkembangan mencapai kematangan fisik, mental, sosial, dan emosional (Ali dan Asrori, 2011:67). Hal yang sama terjadi pada tokoh utama, yaitu Arai dan Ikal. Mereka mengalami perkembangan kejiwaan yang cukup signifikan. Mereka bisa mencapai cita-citanya menjadi seorang sarjana. Semua itu bisa terwujud karena mereka sudah mempunyai kematangan kejiwaan. Kematangan yang menyebabkan rasa optimis kembali ke pikiran mereka. Semua itu menuntun mereka untuk menjadi pribadi yang dewasa dan bisa bertanggung jawab terhadap diri mereka, keluarga, serta masyarakat. Pada bagian akhir cerita, disebutkan bahwa Arai dan Ikal akhirnya bisa menjadi sarjana. Mereka untuk pertama kalinya pulang ke tanah Belitong dengan membawa gelar S1. Gelar yang sangat membanggakan bagi kedua orang tua beserta guru-guru mereka. Apalagi pencapaian mereka merupakan prestasi tersendiri mengingat sejak dulu belum pernah ada pemuda Belitong yang menjadi sarjana. Lebih spesial lagi karena pada akhirnya kerja keras mereka berbuah manis. Arai dan Ikal bisa menaklukkan mimpi yang selama ini terlihat mustahil untuk mereka wujudkan. Setelah melalui berbagai macam persoalan hidup, akhirnya tokoh mulai menjadi pribadi yang matang. Sejak awal mereka mengalami perkembangan kejiwaan yang sangat pesat. Perkembangan itu terjadi karena ada faktor yang memengaruhi, baik internal maupun eksternal. Faktor eksternal bisa dipicu oleh interaksi sosial maupun interaksi dengan lingkungan. Kedua faktor itu berjalan beriringan dan menjadi sebab berkembangnya kejiwaan tokoh utama pada novel ini.

PENUTUP Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perkembangan kejiwaan tokoh utama dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata. Perkembangan kejiwaan tersebut dilihat dari penggalan plot awal, penggalan plot tengah, serta penggalan plot akhir. Pada penggalan plot awal penulis mengenalkan tokoh

utama. Setelah itu tokoh utama mulai berinteraksi dengan masyarakat serta lingkungannya. Dalam proses interaksi tersebut, tokoh utama mulai merasakan ada persoalan dalam kejiwaannya. Pada penggalan plot tengah, tokoh utama dihadapkan dengan masalah yang lebih kompleks. Masalah yang dihadapi itu membuat kejiwaan tokoh utama menjadi gelisah. Puncaknya tokoh utama beranggapan bahwa masalah yang dihadapinya tidak bisa diselesaikan dan timbul rasa frustasi. Pada penggalan plot bagian akhir, tokoh utama mulai ditemukan tanda-tanda permasalahan itu akan segera selesai. Paling tidak sudah ada titik terang mengenai solusi yang akan digunakan. Hal itu menyebabkan kondisi kejiwaan tokoh utama menjadi lebih stabil. Setelah melalui berbagai macam masalah, akhirnya tokoh utama perlahan- lahan mulai menjadi pribadi yang matang. Saran Penelitian ini bisa digunakan sebagai referensi guru untuk menghadapi peserta didiknya, khususnya untuk menghadapi berbagai karakteristik remaja yang berbeda-beda. Setelah membaca penelitian ini, seorang pendidik tentu mempunyai referensi tambahan mengenai perkembangan kejiwaan remaja beserta masalahmasalahnya. Hal itu akan memudahkan guru dalam menghadapi dan memberikan solusi atas permasalahan yang dialami peserta didik. Penelitian ini juga diharapkan bisa digunakan sebagai referensi pengajaran Bahasa Indonesia, terutama untuk menemukan perkembangan kejiwaan tokoh utama yang terdapat dalam novel maupun cerpen pada siswa SMP dan SMA. Bagi pembaca penelitian ini diharapkan bisa menambah pengetahuan mereka. Khususnya pengetahuan mengenai perkembangan kejiwaan remaja. Pengetahuan tersebut akan berguna ketika kita berinteraksi dengan mereka. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini bisa digunakan sebagai bahan referensi dan rujukan serta melakukan penelitian lanjutan tentang perkembangan kejiwaan tokoh utama dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata.

DAFTAR RUJUKAN Ali, Mohammad dan Mohammad Asrori. 2011. PSIKOLOGI REMAJA; Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara Aminuddin. 1984. Pengantar Memahami Unsur-unsur dalam Karya Sastra Bagian II. Malang: Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni IKIP Malang. Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Endraswara, Suwardi. 2003. Metodologi Penelitian Sastra: Epistimologi, Model, Teori, dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Widyatama. Gunarsa, Singgih Dirga. 1980. Psikologi Remaja. Jakarta: Gunung Mulia. Mappiare, Andi. 1982. Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional. Moleong, Lexy. 2001. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya. Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Poerbakawatja, Soegarda dan H.A.H. Harahap. 1982. Ensiklopedia pendidikan. Jakarta: Gunung Agung.

Sarwono, Sarlito. 2011. Psikologi Remaja (edisi revisi). Jakarta: Rajawali Pers. Semi, Atar. 1993. Metode Penelitian Sastra. Bandung: Angkasa. Zulkifli. 1992. Psikologi perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya.