perkembangan kurikulum pendidikan pondok pesantren

34 downloads 319 Views 51KB Size Report
yang mencakup pertumbuhan dan perkembangan kurikulum pendidikan Pondok . Pesantren Wali Barokah antara kurun waktu 1951-2011. Penelitian ini.
PERKEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN WALI BAROKAH LEMBAGA DAKWAH ISLAM INDONESIA (LDII) BURENGAN KEDIRI (1951-2011)

ARTIKEL SKRIPSI

OLEH NANI SRI HASTUTI NIM 208831413398

UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS ILMU SOSIAL PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JULI 2012

PERKEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN WALI BAROKAH LEMBAGA DAKWAH ISLAM INDONESIA (LDII) BURENGAN KEDIRI (1951-2011)

Nani Sri Hastuti Universitas Negeri Malang E-mail: [email protected] ABSTRAK: Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan beberapa hal, yang mencakup pertumbuhan dan perkembangan kurikulum pendidikan Pondok Pesantren Wali Barokah antara kurun waktu 1951-2011. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian sejarah (historical research) bidang kajian sejarah pendidikan. Tahapan kegiatan yang tercakup dalam penelitian ini, yaitu pemilihan topik, heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Dari penelitian ini diperoleh, diperoleh lima kesimpulan yaitu: Pertama, pendirian Yayasan Wali Barokah diawali pada tahun 1950 oleh KH. Nurhasan Al Ubaidah. Pada kurun waktu 1951-1972, materi pelajarannya dari Al-Quran dan himpunan kitab. Kedua, setelah tahun 1972 pondok pesantren diserahkan kepada Lembaga Karyawan Indonesia (Lemkari), nama pondok pesantren menjadi Pondok Pesantren Lemkari Burengan Banjaran Kediri. Pada tahun 1990 Lemkari berganti nama menjadi Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII), nama pondok pesantren menjadi Pondok Pesantren Lembaga Dakwah Islam Burengan Banjaran Kediri. Ketiga, setelah pondok pesantren dikelola oleh organisasi Lemkari ataupun LDII materi yang diajarkan tidak lagi materi ilmu agama saja (Al-Quran dan himpunan kitab Al-Hadist) tetapi juga sudah diajarkan ilmu pengetahuan umum dan penambahan materi ilmu alat (seperti nahwu shorof tingkat lanjut dan qiro’atus sab’ah). Keempat, seiring dengan perkembangan jaman materi himpunan Al-Hadist untuk materi pembelajaran di pondok pesantren semakin bertambah. Kelima, kurikulum di Pondok Pesantren Wali Barokah ada empat tahapan yaitu: 1) tahap persiapan, termasuk pada kelas pegon dan kelas bacaan; 2) tahap pembekalan, termasuk pada kelas makna lambatan, kelas makna cepatan, dan kelas tambahan; 3) tahap pelatihan, termasuk pada kelas ujian dan kelas penerapan; 4) tahap peningkatan keahlian/keilmuan yaitu halaqoh khusus, halaqoh umum dan pemberian bea siswa di dalam dan luar negeri (bagi yang unggul dan berprestasi). Kata Kunci: Kurikulum Pendidikan, Pondok Pesantren

Pesantren merupakan salah satu bentuk sistem pendidikan agama (Islam). Pesantren merupakan cikal bakal pendidikan Islam di Indonesia, didirikan karena adanya tuntutan dan kebutuhan zaman. Hal ini bisa dilihat dari perjalanan sejarah, dimana bisa dirunut kembali sesungguhnya pesantren dilahirkan atas kesadaran kewajiban dakwah Islamiyah, yakni menyebarkan dan mengembangkan ajaran Islam sekaligus mencetak kader-kader ulama atau da’i (Hasbullah, 2001:138). Di Kota Kediri berdiri sebuah pesantren yang memiliki keunikan tersendiri yang mungkin belum banyak orang mengenalnya tetapi sangat menarik untuk diteliti. Pondok pesantren tersebut adalah Pondok Pesantren Wali Barokah Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Burengan Kediri yang berada di pusat kota memiliki ciri khas yaitu memiliki menara setinggi 99 meter dengan cungkup yang terbuat dari emas berbobot 60 kg yang juga sebagai kebanggan warga Kediri. Ini merupakan menara Islam tertinggi di Indonesia. LDII adalah organisasi

kemasyarakatan yang bergerak dalam bidang agama. LDII mempunyai kontribusi yang besar dalam pemberdayaan masyarakat bidang keagamaan. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan cabang-cabang LDII yaitu banyaknya jumlah PC ataupun PAC nya di seluruh Indonesia serta kerjasamanya organisasi LDII dengan pondok pesantren LDII . Dari penelitian awal pada tanggal 10 Februari 2012, peneliti menemukan sistem pembelajaran yang terbilang kilat di PP Wali Barokah, yaitu dalam kurun waktu satu tahun setengah, lulusan santri pondok ini sudah bisa mendapatkan gelar mubaligh/mubalighot pemula. Hal ini berbeda dengan pondok pesantren lainnya yang membutuhkan waktu lebih panjang. Jadi peneliti ingin mengupas kurikulum pendidikan yang digunakan PP Wali Barokah. Penelitian ini diharapkan bisa menjawab tentang kurikulum pendidikan yang digunakan di PP Wali Barokah. Dengan cara melihat kenyataan dan mengadakan penelitian di PP Wali Barokah sehingga peneliti memilih judul Perkembangan Kurikulum Pendidikan Pondok Pesantren Wali Barokah Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Burengan Kediri (1951-2011). METODE Penulisan karya ilmiah ini menggunakan jenis penelitian sejarah (historical research) bidang kajian sejarah pendidikan yang meliputi: 1. Pemilihan topik 2. Heuristik a. Sumber Primer b. Sumber Sekunder 3. Kritik Sumber 4. Interpretasi 5. Historiografi HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Pertumbuhan Pondok Pesantren Wali Barokah Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Burengan Kediri a. Letak Geografis Pondok Pesantren Wali Barokah Pondok Pesantren Wali Barokah berada di sebagian Kelurahan Burengan, Kecamatan Pesantren dan sebagian Kelurahan Banjaran, Kota Kediri yang luasnya ± 4Ha, dengan sebelah utara berbatasan dengan Jalan Slamet Riadi, sebelah selatan berbatasan dengan Jalan HOS Cokroaminoto, sebelah barat berbatasan dengan perumahan penduduk, dan sebelah timur berbatasan dengan Jalan Letjend Suprapto. b.

Profil Pendiri Pondok Pesantren Pendiri PP Wali Barokah adalah KH Nurhasan Al Ubaidah, lahir pada tahun 1908 di Desa Bangi, Kecaamatan Purwoasri, Kabupaten Kediri. KH

Nurhasan merupakan seorang ulama yang selama 11 tahun belajar ilmu agama di Makkah dan Madinah yaitu ilmu-ilmu Al-Qur’an dan qiroah sab’ah. KH. Nurhasan juga belajar 49 kitab-kitab hadits beserta ilmu alatnya. Pengalaman KH. Nurhasan di pondok pesantren sebelum belajar ke Mekkah antara lain pernah menjadi santri di Pondok Semelo, Jombang; Pondok Jampes, Kediri; Dresmo, Surabaya (belajar silat); Sampang, Madura (Kyai Al Ubaidah, Batuampar); Lirboyo, Kediri dan Tebuireng, Jombang. Tahun 1929 KH. Nurhasan berangkat haji. Pada tahun 1933 belajar hadits Bukhari dan Muslim kepada Syekh Umar Hamdan dari Maroko di Madrasah Darul Hadits. Pada 11 Maret 1982 KH. Nurhasan mengalami kecelakaan lalu lintas di Pelayangan (20 km arah Cirebon). Selepas magrib KH. Nurhasan menghembuskan nafas terakhir di Rumah Sakit Gunung Jati Cirebon dan dimakamkan di pemakaman keluarga Rawa Bagus, Marga Kaya, Karawang, Jawa Barat dalam usia 74 tahun. c. Keadaan Pondok Pesantren 1) Identitas Nama Pondok Pesantren : Yayasan Pondok Pesantren Wali Barokah Berdiri Tahun : 1950 M Alamat Sekretariat : Jalan HOS Cokroaminoto 195 Kediri Jatim 2) Legalitas Badan Hukum: Yayasan Nomor Akta: 08 Tanggal 18 Juni dan Nomor 09 Tanggal 22 September 2010 Disahkan oleh Menteri Hukum dan HAM tanggal 18 Oktober 2010 Nomor AHU.4294.AH.01.04 Tahun 2010. 3) Visi dan misi Pondok Pesantren tahun 2011-2016 Visi: mendidik santriawan-santriwati menjadi da’i-da’iyah yang profesional, berakhlaqul karimah, mandiri dan bermanfaat bagi masyarakat, bangsa dan negara. Misi: 1. Meningkatkan kompetensi, dedikasi, loyalitas dan kepatuhan terhadap ajaran Islam dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2. Menanamkan nilai-nilai kejujuran, amanah, hemat, beretos kerja tinggi, kerukunan, kekompakan, dan kerjasama yang baik. 3. Membekali pengetahuan umum dan keterampilan praktis sebagai modal pengembangan diri dan partisipasi dalam pemberdayaan masyarakat. Tujuan: Pondok Pesantren Wali Barokah mempunyai tujuan pokok yang tercakup dalam tri sukses pondok pesantren yaitu ingin meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) para santri agar: (1) Alim, Faqih; (2) Akhlaqul Karimah; (3) Terampil/Mandiri.

d. Ustadz Pondok Pesantren Wali Barokah Kediri Berdasarkan dokumen PP Wali Barokah, jumlah guru dan pembina di tahun 2011 berjumlah 135 orang, dengan rincian putra 70 orang, putri 20 orang dan jumlah guru bantu berjumlah 45 orang. e. Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Wali Barokah Kediri Secara umum dapat dikatakan bahwa PP Wali Barokah Burengan Kediri memiliki kapasitas untuk menampung santri mukim sebanyak sekitar 2000 orang baik laki-laki maupun perempuan dan sekitar 50 orang pengurus dan guru pondok beserta keluarganya. Bangunan-bangunan pondok pesantren terletak di atas tanah seluas ±4 hektar, sebagian di Kelurahan Burengan dan sebagian di Kelurahan Banjaran. Bangunan-bangunan PP Wali Barokah yang terletak di Kelurahan Burengan antara lain: Masjid Baitul A’la 3 lantai, Asrama Putra (Gedung DMC) 50 kamar 3 lantai, Menara Agung (Asmaul Husna), Kantor Pondok 2 lantai, Asrama Putri 2 gedung , Gedung Serba Guna/Aula Wali Barokah 3 lantai, Kantor DPD (Dewan Pimpinan Daerah) LDII tingkat Kota Kediri, Perumahan Ustadz/pengurus, Wisma Tamu/Wisma Tentram, kamar tamu umum wanita, Dapur Umum dan Ruang makan, Puskestren/UKP, Kantin. Sedangkan bangunan-bangunan pondok pesantren yang ada di Kelurahan Banjaran antara lain adalah Gedung Parkir Kustur 7 lantai, TPQ/TK, Lapangan Olahraga/Futsal, Koperasi, Perumahan Pengurus pondok. f. Hubungan Sosial Pondok Pesantren Wali Barokah Dengan Masyarakat Rekruitmen santri di PP Wali Barokah ada yang berasal baik dari kiriman/utusan dari PC LDII maupun dari perorangan warga LDII yang secara sukarela ingin memperdalam ilmu agama di pondok pesantren. Para santri yang telah menamatkan pelajaran di PP Wali Barokah biasanya langsung ditugaskan oleh pondok untuk mengabdikan ilmunya di majelis-majelis taklim PAC (Pimpinan Anak Cabang) tingkat desa, PC (Pimpinan Cabang) LDII tingkat kecamatan dan atau mereka yang membutuhkan. 2. Perkembangan kurikulum pondok pesantren tahun 1951-1972 Pada saat itu belum ada kurikulum yang terstruktur yang diajarkan adalah penekanan pada ilmu agama yang ada dalam Al-Quran dan Al-Hadist yaitu, aqidah, amalan-amalan keseharian misalnya praktik sholat dan perangkatnya, serta do’a untuk keseharian. Dari pembelajaran tersebut diharapkan agar santri lebih bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Materi pembelajaran diambil dari Al-Quran dan empat himpunan AlHadist (Kitabus Sholah, Kitabul Nawafil, Kitabul Ilmi dan Kitabul Da’awat) Keempat himpunan Al-Hadist tersebut merupakan materi kajian utama yang bersumber nukilan/petikan Al-hadist selain pengajaran Al-Quran. Sedangkan pengetahuan umum belum diajarkan.

Pembelajaran pada awal pendirian PP. Wali Barokah dilakukan sehabis sholat fardhu, yaitu sehabis shalat subuh dilaksanakan ceramah agama dari kyai/ustadz dan setelah shalat ashar biasanya ada kajian himpunan Al-Hadist, kemudian setelah shalat maghrib juga ada kegiatan ceramah agama dari kyai/ustadz sampai menjelang shalat isya’. Kegiatan setelah shalat isya’ adalah mengkaji Al-Quran sampai pukul 22.00. 3. Perkembangan kurikulum pondok pesantren 1972-2011 a. Kurikulum Tahun 1972-1990 Pada tahun 1972 pengelolaan pondok pesantren diserahkan pada keorganisasian Lemkari di bawah pimpinan Drs. Bachroni Hartanto. Sebagai pengesahannya secara yuridis, pada tanggal 03 Mei 1983 para ahli waris yang diwakili oleh KH. Abdul Dhohir menyerahkan pengelolaan Pondok Pesantren Burengan Banjaran Kediri kepada pendiri Lemkari yaitu Raden Eddy Masiadi, Drs Bachroni Hartanto, Soetojo Wirjo Atmodjo BA, Wijono BA, dan Drs. Nurhasjim. Saat itu Drs Bachroni Hartanto juga sebagai ketua Pondok Pesantren Lemkari Burengan-Banjaran Kediri. Untuk menghadapi tantangan zaman misalnya semakin meningkatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), perkembangan arus globalisasi, tuntutan kebutuhan umat akan pengetahuan agama serta dinamika yang ada dalam masyarakat, yaitu semakin bertambah pandainya masyarakat. Tantangan tersebut dirasakan cukup menjadi alasan pesantren untuk mengembangkan kurikulumnya yang tetap berpedoman pada kitab, yaitu AlQuran dan Al-Hadist dengan metode dakwah pesantren harus diperbaharui juga. Tujuannya adalah untuk menjadi da’i, pendakwah yang faham akan agama. b.

Kurikulum tahun 1990-1998 Sejak tahun 1989 pondok pesantren dipimpin oleh H. Abdul Hamid Mansyur. Organisasi Lemkari menyelenggarakan Musyawarah Besar (Mubes) ke-4 di Jakarta tanggal 19-20 November 1990. Atas usulan Menteri Dalam Negeri H. Rudini, Lemkari berubah menjadi LDII, secara otomatis Pondok Pesantren Lemkari menjadi Pondok Pesantren LDII. Pengelolaan pondok pesantren sepenuhnya masih dipegang oleh keorganisasian baik dalam manajemennya atau yang lainnya, para ustadz hanya berperan dalam hal urusan diniyah/keagamaan saja. Untuk materi pelajaran pokok agama adalah kajian-kajian terhadap AlQuran dan himpunan Al-Hadist. Kemudian setelah tahun 1990 mulai dibuka kelas hadist besar (Kutubusshitah), kelas hadist besar ini untuk santri yang telah lulus menjadi mubaligh/mubalighot tingkat pemula. Mulai dibuka juga kelas ilmu Nahwu Shorof tingkat lanjut (kedudukan kalimat dalam Bahasa Arab). Pada himpunan kitab Al-Hadistnya ada tiga penambahan yaitu yang

menerangkan seputar jenazah (Kitabul Janaiz), tentang haji (Kitabul Hajji) dan kitab yang merangkum masalah dalil-dalil dalam agama Islam (Kitabul Adillah). c. Kurikulum tahun 1999-2011 Untuk himpunan Al-hadistnya pada tahun sebelumnya ada 10 himpunan (Kitabus Sholah, Kitabus Solatin Nawafil, Kitabul Da’awat, Kitabul Adab, Kitabul Sifati Janna Wa nar, Kitabul Ahkam, Kitabul Janaiz, Kitabul Adillah, Kitabul Hajji dan Kitabul Jihad) bertambah empat dalam kitab himpunan AlHadist yaitu Kitabul Manasikil Haji, kitab tentang puasa terangkum pada Kitabus Shoum, kitab tentang tata cara membela agama Islam terangkum dalam Kitabul Manasikil Wal Jihad, tentang kepemimpinan dan kepengurusan dalam membina umat Islam terangkum dalam Kanzil Umal dan serangkain contoh khotbah hari Jumat atupun hari besar. Ada empat tahapan kurikulum yaitu tahap persiapan, tahap persiapan, tahap pembekalan, tahap pelatihan/penerapan dan tahap peningkatan kemampuan. Tahap persiapan termasuk pada kelas pegon dan bacaan; tahap pembekalan termasuk pada kelas lambatan, kelas cepatan dan kelas tambahan; tahap pelatihan/ penerapan termasuk pada kelas saringan, test dan penugasan; tahap peningkatan kemampuan ada halaqoh umum, halaqoh khusus dan pemberian bea siswa bagi yang unggul dan berprestasi.

PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut. Bahwa kurikulum tahun 1951-1972 masih berpusat pada ilmu keagamaan saja. Setelah tahun 19722011 materi pembelajaran (kurikulumnya) telah diajarkan pengetahuan umum dan keterampilan selain materi keagamaan yang bersumber pada Al-Quran dan AlHadist. Setelah tahun 2000-an kelas-kelas/kelompok-kelompok non formal lebih disempurnakan lagi klasifikasinya mulai dari kelas pegon, bacaan, makna lambatan, makna cepatan, kelas tambahan, kelas saringan, kelas test dan kelas hadist besar (Kutubushitah). Kurikulum pendidikan sudah tersusun dengan rapi. Ada empat tahapan kurikulum pendidikan dalam PP Wali Barokah yaitu tahap persiapan, tahap pembekalan, tahap pelatihan/penerapan dan tahap peningkatan kemampuan. B. Saran Berdasarkan simpulan di atas, maka saran yang diajukan dirumuskan sebagai berikut. Pengurus Pondok Pesantren disarankan materi kurikulum untuk pengetahuan umum lebih diperluas lagi agar bisa meningkatkan pengetahuan umum santri dan ada kesetaraan dengan jenjang pendidikan formal. Kepada

Jurusan Sejarah, disarankan agar Penelitian mengenai ini supaya ada tindak lanjutnya. Kepada Pemerintah Kota Kediri, disarankan agar menganggarkan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) untuk pengembangan PP. Wali Barokah agar mampu meningkatkan mutu pendidikan di Kota Kediri. Kepada masyarakat sekitar pondok pesantren, disarankan agar masyarakat lebih mengarahkan anaknya supaya masuk/mengenyam pendidikan di pesantren selain pendidikan formal. DAFTAR RUJUKAN Arsip dan dokumen Modul santri Pondok Pesantren Wali Barokah kelas pegon, kelas bacaan, kelas lambatan, kelas cepatan, dan kelas saringan. Raport santri Pondok Pesantren Wali Barokah kelas pegon, kelas bacaan, kelas lambatan, kelas cepatan, dan kelas saringan. Direktori LDII. 2002, (cet. kedua). Jakarta Barat: Dewan Pimpinan Pusat Lembaga Dakwah Islam Indonesia. Buku Abasri. 2007. Sejarah dan Dinamikan Lembaga-Lembaga Pendidikan Islam di Nusantara: Surau, Menuasah, Pesantren dan Madrasah. Dalam Nizar, Samsul (Eds.), Sejarah Pendidikan Islam Era Rosululloh Sampai Indonesia. Jakarta: Kencana. (hlm. 279-296). Abdullah Idi. 2011. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik. Jogjakarta: ArRuzz Media. Anwar, Sumarsih. 2007. Modernisasi Sistem Pendidikan ditinjau dari Penerapan Kurikulum Pemerintah (Studi pada Pondok Pesantren Al-Islam, Bangka Belitung). Dalam Harapandi Dahri (Prawacana), Modernisasi Pesantren. Jakarta: Departemen Agama RI Balai Penelitian dan Pengembangan Agama. (hlm. 205-242). Ansyar, Mohammad. 1989. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan, Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan. Audio Visual Melanrosa, Ami. 2004. Perjalanan Islam di Indonesia, (doc. rekaman Trans TV). Jakarta: Trans TV disiarkan tanggal 16 November 2004. Internet Pondok Pesantren Wali Barokah , (Online), (http://www.walibarokah.org/), diakses 15 Agustus 2011. Peta Kota Kediri, (online), Google Maps, diakses: 4 April 2012. Kota Kediri, (online), (http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Kediri), diakses: 14 April 2012. Nurhasan_Al_Ubaidah, (online), (http://id.wikipedia.org/wiki/Nurhasan_Al_Ubaidah/), diakses: 9 Mei 2012).