PERKEMBANGAN TEORI KOMUNIKASI - File UPI

6 downloads 2192 Views 42MB Size Report
para pakar disiplin ilmu komunikasi secara khusus. Juga perlu ... mereka dari benua Amerika, di mana ilmu ... dalam bukunya "Mass Communication Theories.
PERKEMBANGAN TEORI KOMUNIKASI Tim Dosen Teori Komunikasi: 1. Drs. Dinn Wahyudin, M.A. 2. Dra. Permasih, M.Pd. 3. Riche Cynthia, S.Pd, M.Si.

Pelacakan Teori Komunikasi Dalam rangka melacak teori komunikasi kiranya perlu dijelaskan pengertian teori dan teori komunikasi dengan jalan menelaah pemikiran para pakar disiplin ilmu sosial secara umum dan para pakar disiplin ilmu komunikasi secara khusus. Juga perlu dikaji pemikiran para cendekiawan dari berbagai negara di benua Eropa, selain mereka dari benua Amerika, di mana ilmu komunikasi berkembang sangat pesat.

1. Pengertian Teori dan Teori Komunikasi Riche Cynthia

Mengenai pengertian teori dan teori komunikasi ada baiknya kalau kita pertama-tama mengkaji pemikiran para pakar komunikasi. Wilbur Schramm dalam buku "Introduction to Mass Communication Research" (Nafziger & White, 1972 : 10) mendefinisikan teori sebagai : "Suatu perangkat pernyataan yang saling berkaitan, pada abstraksi dengan kadar yang tinggi, dan daripadanya proposisi bisa dihasilkan yang dapat diuji secara ilmiah, dan pada landasannya dapat dilakukan prediksi mengenai perilaku".(A set of related statements, at a high level of abstraction, from which propositions can be generated that are testable by scientific measurements and on the basis of which predictions can be made about behavior).

Dari definisi itu jelas bahwa teori adalah hasil telaah dengan metode ilmiah. Mengenai metode ilmiah ini, Alexis S. Than dalam bukunya "Mass Communication Theories and Research" (1981) mengungkapkan bahwa yang dimaksudkan dengan metode ilmiah adalah metode penyelidikan atau metode pemapanan kebenaran yang menunjukkan ciriciri sebagai berikut :

a. Objektivitas (objectivity) Metode ilmiah mencari fakta dengan menganalisis informasi dari dunia nyata (real world), yaitu dunia di luar si-ilmuwan yang meneliti. Fakta dipilih bukan karena mendukung keinginan si ilmuwan, tetapi karena dapat diuji secara berulang-ulang oleh peneliti lain. Objektivitas dapat dicapai paling tidak dengan dua cara : 1) empirisme (empirism) 2) logika formal (formal logic)

Empirisme mensyaratkan suatu kepercayaan atau proposisi harus diuji dalam dunia nyata yaitu dunia yang dapat diindera (dilihat, dirasakan, diraba) atau dapat dialami. Logika formal mengkaji kondisi-kondisi di mana kepercayaan atau proposisi perlu mengikutinya dan karenanya dapat ditarik kesimpulan dan proposisi-proposisi lainnya.

b. Berorientasikan masalah (problem oriented) Metode ilmiah akan dapat dimulai hanya kalau seorang peneliti mengakui adanya masalah, baik yang praktis maupun yang teoritis, yang memerlukan keputusan. Masalah seringkali dirumuskan dalam bentuk pertanyaan :"mengapa?" Ini dapat timbul dari rasa penasaran yang sederhana saja, atau dari hasrat peneliti untuk menemukan keteraturan di antara fakta atau pengamatan, sedemikian rupa, sehingga dapat mengerti lingkungannya lebih baik. Menemukan pemecahan mengenai suatu masalah merupakan suatu metode ilmiah yang penting.

c. Dipandu hipotesis (hypothesis guided) Metode ilmiah dipandu oleh hipotesis. Sebuah hipotesis adalah keterangan atau keputusan yang diajukan kepada masalah untuk memulai penelitian; hipotesis biasanya diformulasikan dalam ungkapan atau pernyataan: Jika......., maka .........", yang menyarankan hubungan antara fakta dengan pengamatan. Apabila suatu pengamatan atau observasi terbukti benar, maka pengamatan selanjutnya juga mesti benar.

Ciri hipotesis yang baik adalah :

1. Relational (terpaut) Hipotesis menunjukkan keterpautan antara kondisi dengan observasi. Keterpautan ini menyajikan jawaban atau keterangan bagi masalah yang sedang diselidiki; seringkali dinyatakan dalam bentuk kausal (jika begini, maka menjadi begitu). Penyebab (cause) kita sebut variabel bebas, sedangkan akibat (effect) yang biasanya merupakan observasi yang kita coba untuk menerangkannya, sebagai variabel terikat.

2) Berdasarkan pengetahuan terdahulu (based on previous knowledge) Suatu hipotesis lebih daripada sekadar perkiraan atau dugaan. Ia berdasarkan pengetahuan terdahulu mengenai masalah yang dikaji, pada suatu penyaringan dan pemilihan fakta-fakta yang menyangkut masalah. Pemecahan ditawarkan sebelum penelitian dimulai. Ini penting karena dua alasan : pertama, ia mempersempit lingkup masalah dengan menetapkannya apa yang akan dicoba untuk mengujinya; kedua, ia memberikan jaminan objektivitas.

3) Verifikasi objektif (objective verification) Seorang peneliti harus mampu menguji hipotesis secara objektif. Pengujian secara objektif dapat dilaksanakan melalui pengukuran dan observasi secara empirik langsung dalam dunia nyata. Agar hipotesis dapat diuji secara, objektif, kita harus menetapkan variabel-variabelnya secara konsepsiona/ dan secara operasional. Definisi konsepsional adalah yang biasa mengacu kepada definisi-definisi dalam makna sebagaimana tercantum dalam kamus (dictionary definition). Sebagai contoh definisi konsepsional untuk kekejaman pada acara televisi (television violence) dapat dirumuskan sebagai "suatu tindakan yang dilakukan oleh seorang pemeran terhadap pemeran lain, dimana pemeran itu dianiaya secara fisik atau dibunuh".

Definisi operasional menerangkan secara rinci bagaimana variabel itu akan diukur atau diobservasi. Definisi operasional mengenai kekejaman pada televisi tadi dapat merupakan sejumlah tindakan setiap 30 menit di mana seorang pemeran secara fisik dianiaya atau dibunuh oleh pemeran lain. Definisi-definisi konsepsional dan operasional menjelaskan kepada peneliti lain bagaimana variabel-variabelnya didefinisikan dan diukur. Ini akan mengurangi kebingungan, khususnya jika banyak definisi digunakan untuk konsep yang sama.

d. Berorientasikan teori (Theory oriented) Seperti telah diterangkan tadi, tujuan jangka pendek metode ilmiah adalah untuk menemukan fakta-fakta secara objektif yang dapat me mecahkan suatu masalah; sedangkan tujuan jangka panjang adalah merumuskan teori. Teori adalah seperangkat dalil atau prinsip umum yang kait mengait (hipotesis yang diuji berulangkali) mengenai aspek-aspek suatu realitas (Theory is a set of interrelated law or general principles (hypotheses that have been repeatledly verified) about some aspect of reality).

Fungsi teori adalah menerangkan, meramalkan/ memprediksi, dan menemukan keterpautan fakta-fakta secara sistematis. Seorang awam yang menggunakan "penginderaan umum" (common sense) merasa puas akan pandangan terpilah-pilah dari suatu realita. Ia akan mencari informasi dari sana sini yang dianggapnya berguna tanpa berupaya menarik hubungan yang logis dan empiris di antara fakta-fakta. Tetapi seorang ilmuwan menaruh minat bukan kepada informasi yang dipilah-pilah, melainkan kepada gambaran menyeluruh dari fakta-fakta yang dihadapinya. Timbul pertanyaan kepada dirinya sendiri: "bagaimana fakta-fakta itu terpaut satu sama lain?" "Bagaimana pengaruh perubahan suatu fakta terhadap fakta lain?"

Apabila pertanyaan-pertanyaan itu dapat dijawab, maka suatu teori dapat diformulasikan. Dan dengan mengambil pandangan mengenai realita secara sistematik, prediksi dimungkinkan, yaitu proposisi-proposisi akan dapat ditarik dari prinsip-prinsip umum yang telah diverifikasi. Teori akan dapat menyajikan kepada kita pandangan yang sederhana tetapi tertib tentang realita.

e. Korektif mandiri (self - corrective) Ilmu menempatkan nilai-nilai pada keraguan, pada pertanyaan mengenai asas-asas dan dalildalil yang berlaku. Oleh karena asas-asas dibina hanya melalui pengujian secara berulang, maka banyak asas yang harus dimodifikasi sebagai fakta baru. Sebagai hasilnya, para ilmuwan beranggapan bahwa teori itu dinamis dan berada dalam perubahan yang bersinambungan secara tetap. Tidak ada dalil yang final atau bebas dari pertanyaan.

Sifat korektif mandiri dari ilmu menyebabkan perlunya bagi ilmuwan untuk memberikan keleluasaan kepada ilmuwan lain dalam bidang yang sama untuk menelitinya secara mendalam. Hal ini bukan saja untuk menyebarkan pengetahuan baru yang menjadi landasan bagi penyelidikan lain, tetapi juga untuk memungkinkan penggunaan prosedur yang sama dalam situasi yang berbeda. Dalam hal ini nilai tertentu terletak pada publikasi atau diseminasi metode, tujuan, dan hasil penelitian ilmiah.

Demikian proses terjadinya suatu teori. Teori acapkali dibandingkan - disamakan dan dibedakan - dengan model. Dalam ilmu komunikasi teori acapkali dipertukarkan dengan model konvergensi ada kalanya disebut teori konvergensi, model difusi inovasi dikatakan teori difusi inovasi, teori inokulasi dinyatakan sebagai model inokulasi, dan sebagainya.

Lawrence Kincaid mendefinisikan model sebagai representasi atari wakil secara fisik atau simbolik dari suatu fenomena konkret dalam istilah-istilah abstrak yang dapat diterapkan pada satu atau lebih kasus dalam waktu lebih dari satu kali (A model is a physical or symbolic representation of concrete phenomena in abstract terms which can be applied to more than one case at more than one time) (Kincaid, 1979: 1).

Stephen W. Littlejohn dalam bukunya "Human Communication" mengatakan bahwa istilah model dapat diterapkan pada setiap gambaran simbolis dari suatu benda, proses atau gagasan (1989). Dengan demikian kita menemukan model-model manusia, kereta api, pesawat terbang, dan lain-Iain. Pada tingkat konseptual terdapat beberapa model yang meng gambarkan gagasan dan proses. Model tersebut mungkin beibentuk grafik, verbal atau matematis. Namun demikian, suatu model biasanya dianggap sebagai suatu analogi terhadap fenomena alam nyata. Jadi, model diartikan secara metaforis, sehingga pembentuk model berupaya menyelaraskan secara simbolis antara struktur dengan hubungan dalam model dan hubungan dalam kejadian atau proses yang dijadikan model.

Mengenai kaitan teori dengan model, seorang ahli filsafat Abraham Kaplan memberikan pandangan bahwa teori terdiri dari dua jenis yang luas. Ada teori yang secara khusus berkaitan dengan suatu subjek tertentu, dan ada yang bersifat umum yang dapat diterapkan pada berbagai bidang. Jenis teori yang terakhir merupakan perangkat lambang dan hubungan logis di antara lambang-lambang yang dapat diterapkan melalui analogi terhadap beberapa kejadian atau proses. Kaplan menganggap teori jenis terakhir sebagai suatu model. Jadi, bagi Kaplan, semua model adalah teori (suatu jenis teori), tetapi tidak semua teori merupakan model.

Littlejohn menegaskan bahwa ia dalam bukunya ia menggunakan istilah teori dalam pengertian yang paling luas sebagai penjelasan konseptual mengenai proses komunikasi. Maksudnya bukan untuk membedakan gambaran yang disebut model dengan gambaran yang dinamakan teori, walaupun secara teknik perbedaan tersebut mungkin ada. Berbicara tentang konsep Littlejohn menandaskan bahwa konsep adalah unsur pertama di antara empat jenis unsur yang terdapat dalam teori.

Konsep adalah abstraksi yang menggeneralisasikan halhal yang khusus atau konkret yang disusun secara sistematik dan logis dengan memadukan ciri-ciri dan fakta-fakta terkait. Unsur kedua adalah keterpautan (relationship), yaitu hubungan yang secara fungsional ditentukan antara konsep-konsep. Unsur ketiga adalah penjelasan (explanation) termasuk prediksi. Dan unsur keempat atau terakhir adalah pernyataan nilai (value statement), terutama nilai etika yang dalam komunikasi amat penting.

2. Teoritisi Komunikasi

Untuk memahami ilmu komunikasi yang dewasa ini sudah menginjak era komunikasi interaktif (interactive communication) berkat kemajuan teknologi yang semakin lama semakin canggih itu, kita perlu mengetahui sedikit banyak hal-hal, pemikiran-pemikiran atau disiplin-disiplin ilmu lain yang mempengaruhinya. Manakala kita melakukan pelacakan, tampak bahwa walaupun ilmu komunikasi berkembang dengan pesat di Amerika Serikat, ternyata akarnya bukan hanya di benua itu, tetapi juga terdapat di benua Eropa.

Everett M. Rogers dalam bukunya "Communication Technology, The New Media in Society" (1986) menyebutkan bahwa sejak 1800 sudah tampak pengaruh pemikiran para pakar ilmu sosial di Universitas-universitas di Eropa terhadap ilmu komunikasi. Antara lain dapat disebut Max Weber seorang cendekiawan birokrasi kenamaan dari Jerman, August Comte, bapak sosiologi, dan Emile Durkheim pelopor penggunaan metode penelitian secara empirik, yang kedua-duanya dari Prancis, dan Herbert Spencer yang dikenal sebagai Darwinisme sosial. Dapat ditambahkan dua orang yang langsung mempengaruhi ilmu komunikasi gaya Amerika, yakni Gabriel Tarde dari Prancis dan George Simmel dari Jerman.

Tarde yang menjadi hakim di Prancis dan mendasarkan observasi sosiologinya pada perilaku manusia, menampilkan teori imitasi, yakni bagaimana seseorang dipengaruhi oleh perilaku orang lain yang berinteraksi sehari-hari. Empat puluh tahun kemudian di Amerika Serikat pemahaman mengenai imitasi itu dijadikan dasar bagi penelitian difusi inovasi (Rogers, 1983) dan teori proses belajar (Bandura, 1977). Simmel adalah bapak psikologi sosial, suatu studi pengaruh ke-lompok terhadap perilaku individual. Bukunya berjudul "The Web of Group - Affiliations" yang ditulis pada tahun 1922 memperkenalkan teori jaringan komunikasi (the theory of communication network) yang meliputi orang-orang berinterkoneksi yang dihubungi pemahaman perubahan perilaku manusia adalah kepada siapa seseorang terhubungkan dengan tali komunikasi.

Tarde dan Simmel adalah teoritisi komunikasi yang idea-ideanya diubah menjadi proposisi yang diuji secara empirik, di mana metode penelitian komunikasi menjadi penekanan, di mana pendekatan empirik terhadap penelitian komunikasi berkembang. Di Amerika Serikat sebagai akar dari pengaruh terhadap teori komunikasi adalah pemikiran John Dewey, Charles Horton Cooley, Robert E. Park, dan George Herbert Mead, yang masing-masing menyumbangkan gagasan-gagasan seminal (seminal ideas) kepada ilmu sosial komunikasi manusia. Mereka menempafkan kornunikasi sebagai pusat konsepsi perilaku manusia; meski demikian tidak seorang dari keempat ini dianggap sebagai cendekiawan komunikasi. Dewey dianggap sebagai filosof dan psikolog; Cooley seorang sosiolog sosialisasi kepribadian; Park tokoh utama sosiologi Mazhab Chicago; dan Mead seorang psikolog sosial. Keempat-empatnya adalah filosof dalam tingkat tinggi, meskipun masing-masing menggunakan beberapa jenis data sebagai dasar teorinya. Tetapi mereka bukan pelaksana eksperimen atau peneliti survey.

Dewey, Cooley, Park, dan Mead menekankan pendekatan fenomenologis pada komunikasi manusia, menitikberatkan bahwa subjektivitas individual ketika mempersepsi suatu pesan secara hakiki adalah kualitas manusiawi. Jadi, pada cendekiawan Amerika pertama dalam komunikasi ,ini, adalah bagaimana seseorang mengartikan informasi, jadi bagaimana makna diberikan kepada suatu pesan, adalah aspek fundamental dari proses komunikasi. Dalam model linear pada komunikasi massa yang muncul pada tahun 1950-an dan seterusnya, subjektivisme tersebut memang diakui tetapi tidak dijadikan penekanan. Dan keempat akar ilmu komunikasi itu dewasa ini pada umumnya diabaikan. Dan menurut Everett M. Rogers (1986) ini merupakan suatu kesalahan.

a. John Dewey Selama ia mengajar filsafat pada tahun-tahun pertama di Universitas Michigan (dari tahun 1884 sampai 1894) ia mempengaruhi baik Cooley maupun Park, mempengaruhinya dengan pandangan bahwa komunikasi massa adalah sarana perubahan sosial. Dewey berharap dapat mentransformasikan filsafat sedikit banyak dengan memperkenalkan bisnis surat kabar walaupun kecil ke situ. Dengan bekerjasama dengan mahasiswanya yang cemerlang, Robert Park, Dewey mencoba memulainya dengan menerbitkan semacam surat kabar baru, Thought News, untuk melaporkan penemuan-penemuan mutakhir ilmu sosial dan untuk membahas masalah-masalah sosial.

Walaupun usaha-usaha penerbitannya itu gagal, namun Dewey tidak pernah menyerah dalam menampilkan perubahan sosial berdasarkan potensi media massa. Pemikiran Dewey didasarkan pada evolusi Darwin, dan pada keyakinannya bahwa teknologi komunikasi terbaru akan mampu menampilkan nilainilai komunitas dalam masyarakat massal. Dalam karier selanjutnya, Dewey mengundurkan diri dari keterlibatannya dalam perubahan sosial yang bersifat utopi, tetapi minatnya kepada surat kabar tidak pernah luntur. John Dewey dapat dijuluki filsuf komunikasi yang pertama.

Dewasa ini Dewey terkenal karena filsafat pragmatiknya, suatu keyakinan yang menyatakan bahwa suatu idea akan benar apabila dipraktekkan. Pragmatisme menolak dualisme pikiran dan kenyataan, subjek dan objek. Pengaruh Dewey secara langsung adalah kepada Mead, Park, dan Cooley, yang seperti telah disebutkan tadi, ketiga-tiganya juga merupakan akar dari ilmu komunikasi Amerika.

b. Charles Horton Cooley Cooley yang dilahirkan di Ann Arbor, Michigan, belajar di Universitas Michigan (1864-1929) dan mengajar di almamaternya selama hidupnya. Minat teoritisnya secara sentral adalah bagaimana individu-individu disosialisasikan. Di kemudian hari ia menolak anggapan bahwa keturunan dan individualisme merupakan penentu kepribadian. Sebaliknya, ia menganggap bahwa komunikasi antar pribadi dengan orang tua dan teman karib dalam kelompok primer adalah landasan utama dari sosialisasi.

Dalam skema konseptualnya, Cooley menempatkan komunikasi pada nilai yang tinggi, suatu mekanisme dalam formasi yang ia sebut the looking glass self yang amat penting. Ini berarti bahwa interaksi dengan orang lain adalah bagaikan sejenis cermin yang membantu pembentukan konsep diri seseorang. Bagi Cooley, komunikasi berperan sebagai sarana sosialisasi, dan dengan demikian menjadi tali yang mengikat masyarakat. Dasar empiriknya yang utama bagi teori Cooley datang dari introspeksinya sendiri dan dari pengamatannya bagaimana tumbuhnya kedua anaknya yang masih kecil.

c. Robert E. Park Oleh para pakar komunikasi Park dianggap sebagai teoritikus komunikasi massa yang pertama. Everett M. Rogers menyatakan bahwa Park mungkin juga peneliti komunikasi massa yang pertama. Sebagai pemimpin utama Chicago School of Sociology, walaupun sampai berusia 50 tahun tidak menduduki posisi universitas, tetapi Park dinilai sebagai orang yang amat berpengaruh dalam sosiologi Amerika. Baik empirisme ilmu komunikasi maupun keterkaitannya dengan perubahan sosial, berasal dari pengaruh intelektual Robert E. Park yang sangat menonjol.

Setelah diwisuda di Michigan tahun 1887, Park menjadi wartawan, bekerja sebagai reporter surat kabar selama sebelas tahun di Mineapolis, Detroit, Chicago, dan New York. Selama kurun waktu itu ia mengembangkan kemampuannya dalam mengamati perilaku, terutama kegiatan yang menyimpang, seperti pelacuran, kejahatan, dan lain-lain, pada para pendatang di kota-kota. Dia juga mulai menyelidiki jurnalisme yang menjadi sarana perkasa dalam perubahan sosial di Amerika.

Park mendefinisikan komunikasi sebagai proses sosial psikologis dengan mana seseorang mampu menerima sikap dan pandangan orang lain. Pernyataan yang subjektivistis ini menyanggah model komunikasi linear suatu pemikiran satu arah yang kemudian menjadi dasar teori informasi Claude Shannon dan Warren Weaver dalam tahun 1950-an. Konsepsi komunikasi Park menunjukkan bahwa dua orang atau lebih dapat bertukar informasi selama berlangsungnya proses komunikasi, di mana masingmasing memberikan makna yang berbeda pada informasinya yang diterima.

d. George Herbert Mead Mead (1863-1931) mempelajari filsafat pragmatik bersama Wiliam James di Universitas Harvard, dan kemudian meneruskan studinya di Jerman, tetapi ia banyak dipengaruhi oleh teman sejawatnya di Universitas Michigan, John Dewey. Atas undangan Dewey pada tahun 1894 Mead pindah ke Jurusan Filsafat Universitas Chicago, dan ia terlibat dalam berbagai kegiatan dalam tugas-tugas yang murni filsafat.

Pemikiran Mead sangat berpengaruh, tetapi bukan karena tulisannya karena ia tidak pernah menerbitkan buku, melainkan karena perkuliahannya. Kalau ada buku berjudul "Mind, Self and Society", dengan pengarangnya George Herbert Mead, itu adalah berkat upaya murid-muridnya mengumpulkan catatan kuliahnya mengenai interaksionisme simbolik. Dalam menguraikan teorinya, yakni theory of the self selain membela kawan-kawannya John Dewey dan Charles Horton Cooley, juga ia menekankan komunikasi manusia sebagai agen sosialisasi yang fundamental. Teori Mead menyatakan bahwa individu-individu menyadari dirinya melalui interaksi dengan orang lain, yang berkomunikasi dengannya.

Mead menegaskan bahwa diri (the self) mulai berkembang pada seorang anak di saat seorang individu belajar memerankan orang lain belajar mengintimidasi peranan orang lain, dan mengantisipasi tanggapan mereka terhadap aktivitas seseorang. Keampuhan empatik ini terdapat dalam penggunaan bahasa yang dipelajarinya dalam interaksi sosial dalam kelompok primernya. Jadi para interaksionis psikologi sosial mengakui komunikasi sebagai suatu proses manusiawi yang mendasar. Mead menciptakan konsep yang dinamakannya generalized other dengan siapa seseorang belajar berempati. Jadi "me" yang kiranya dapat diterjemahkan aku terdiri dari segala sikap terhadap orang-orang lain dengan siapa seseorang berinteraksi. "Me" adalah suatu perspektif individual tentang bagaimana orang-orang lain melihat dia.

Kesamaan pada diri mereka adalah mereka menjembatani kecendekiawanan Eropa ke Amerika. Afiliasi institusionalnya memberikan daya kepada ideaideanya mengenai komunikasi manusia. Mereka adalah positivis yang percaya bahwa masalah-masalah sosial dapat dipecahkan melalui penelitian sosial. Pada tahun 1900, saat surat kabar menjadi media massa yang penting yang mampu menjangkau khalayak yang amat luas, keempat cendekiawan yang progresif itu terpesona oleh surat kabar yang potensial untuk melakukan perubahan sosial. Mereka adalah empirisis dan filsuf humanistik yang mengakui komunikasi sebagai proses fundamental dalam mempengaruhi perilaku manusia.