Perlahan Namun Pasti, Surabaya jadi Kota Bebas ... - Radar Surabaya

10 downloads 91 Views 246KB Size Report
nutup area lokalisasi. Jika selama ini yang sudah di- tutup adalah kawasan lo- kalisasi Bangunsari dan. Tambakasri, kini Pemkot mulai merencanakan me-.
EDISI KHUSUS HUT SURABAYA KE-720

JUMAT ● 31 ● MEI 2013

HALAMAN 28

Perlahan Namun Pasti, Surabaya jadi Kota Bebas Prostitusi

ANDY SATRIA/RADAR SURABAYA

PERJUANGAN BERAT: Wali Kota Tri Rismaharini yang menargetkan tahun ini Dolly akan tutup menyusul lokalisasi Kermil yang telah berhasil ditutupnya.

SURABAYA–Pemerintah Kota Surabaya terus meneguhkan pendirian untuk secara bertahap menutup area lokalisasi. Jika selama ini yang sudah ditutup adalah kawasan lokalisasi Bangunsari dan Tambakasri, kini Pemkot mulai merencanakan menutup area lokalisasi legendaris yaitu kawasan Dolly. Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengatakan secara bertahap pemulangan PSK di Lokalisasi Dolly akan dilakukan. Seperti upaya pemulangan PSK di kawasan lokalisasi lainnya.

Kendati begitu Risma masih merahasiakan strategi penutupan Dolly yang selama ini memang rawan terjadi gesekan. Maklum di kawasan itu juga banyak warga yang menggantungkan hidupnya dari kawasan lokalisasi. Risma mengaku selama ini pemkot sudah melakukan pendekatan kepada warga sekitar Dolly. Bahkan pihaknya mengklaim warga siap melakukan penutupan dan diharapkan tahun ini upaya pemulangan PSK Dolly bisa mulai dilakukan. Salah satu upaya mende-

katkan program pemulangan PSK yang dilakukan selama ini dengan kerap melakukan kegiatan di aera lokalisasi seperti menggelar kerja bakti hingga mewacanakan akan dibangunnya pasar di area lokalisasi jika sudah ditutup. Pembangunan pasar itu sebagai upaya agar warga sekitar tetap bisa mencari penghidupan dan mendapatkan penghasilan. Upaya membangun pasar atau tempat berdagang itu setidaknya seperti dilakukan di Bangunsari. Risma menyebut suasana Bangunsari sekarang ini sudah seperti

kampung pada umumnya. “Kami tidak hanya sekadar menutup tempat lokalisasi, tapi bagaimana caranya dapat menggeliatkan ekonomi warga sekitar lokalisasi yang terdampak pasca penutupan. Oleh karena itu melelalui berbagai pembekalan dan dibuatkannya sentra pedagang dan pasar tradisional akan menjadi solusi,” aku Risma saat menghadiri penyerahan bantuan sosial bagi eks PSK Kremil bersama Kemensos beberapa hari lalu. Seperti yang terlihat paska penutupan kawasan Dupak Bangunsari dari

tempat prostitusi terlihat ekonomi warga semakin menggeliat. Diakui oleh Ketua Lembaga Ketahanan Masyrakat Kelurahan (LKMK) Dupak Bangunsari, Arif An selain melakukan penutupan, Pemkot Surabaya juga menganggarkan lahan untuk dijadikan pasar, sebagai sentra pedagang kerajinan warga Bangunsari. “Satu-satunya cara untuk mengembalikan pendapatan warga Bangunsari adalah dengan membuat pasar. Direncanakan berbagai jenis perdagangan akan didapati di pasar wisata tersebut. Seperti sentra pedagang kaki lima, sentra kerajinan, sentra kuliner, sentra buah labu dan lain

sebagainya yang berpotensi sebagai destinasi wisata masyarakat,” urainya. Bahkan untuk mempercantik pasar wisata tersebut, Risma juga akan menganggarkan taman di tengah pasar sebagai pusat wisata warga bangunsari. “Kami menginginkan Bangunsari sebagai salah satu tempat tujuan wisata,” Sambung Risma. Namun rencana tersebut ditambahkan oleh Arif An akan menjadi percuma jika tidak dibarangi Pemkot dalam menggiatkan agenda sweeping dan menutup tempat-tempat penginapan, panti pijat, dan kontrakan di Bangunsari yang berpotensi menjadi lahan segar bagi bisnis prostitusi. “Meskipun prostitusinya sudah tutup, tapi tempat esek-eseik di penginapan masih saja menjamur tanpa penindakan tegas. Padahal mereka juga tidak izin,” tambahnya. Sementara itu upaya memulangkan PSK ternyata tidak semulus yang diharapkan. Buktinya dari kalangan dewan juga ada yang tidak yakin upaya itu bisa berjalan lancar. Ketua Komisi D DPRD Surabaya Baktiono misalnya malah tidak setuju jika wali kota hanya bisa menutup dan memulangkan sejumlah PSK. Sebab kebijakan itu dinilai hanya berlaku sesaat tetapi tidak akan memberikan solusi di masa depan. Beberapa lokalisasi seperti Bangunsari dan Tambakasri dikabarkan telah berhasil dilakukan penutupan oleh Wali Kota Surabaya meski kenyataannya keadaan dan keberadaan WTS penghuninya masih saja ada yang berkeliaran di tempat yang sama. Di

satu sisi anggaran dari Kementrian Sosial RI untuk penutupun sejumlah lokalisasi di kota Surabaya diperkirakan akan habis tanpa hasil maksimal. “Program penutupan lokalisasi di kota Surabaya tidak akan berjalan efektif, sebaliknya akan mendorong munculnya beberapa tempat prostitusi lain dengan berbagai modus dan kedok baru,” kata Baktiono. Dia menyebut jumlah PSK yang sebenarnya, tidak hanya berada di lokalisasi. Penutupan Dolly juga tidak semudah seperti di Bangunsari dan Tambakasri. Sebab jumlah PSK tidak sebanyak di Dolly begitu juga usia rataratanya masih muda. Sedangkan di Bangunsari dan Tambakasri para PSK sudah berumur dan memang banyak yang berniat berhenti dari profesi PSK. “Jika kita bicara soal lokalisasi Dolly, tentu tidak segampang itu. Karena disamping jumlahnya yang sangat banyak, usia mereka masih muda-muda. Apalagi keberadaan Dolly justru memberikan lapangan kerja sekaligus tempat berbagai usaha bagi masyarakat sekitarnya” terang Baktiono politisi asal FPDIP ini Menurutnya menghapus protistusi tidak gampang, apalagi di kota Surabaya masih banyak tempat hiburan lain yang sangat memungkinkan sebagai tempat untuk melakukan asusila. “Dalam persoalan ini, petugas Satpol-PP dan Disparta memang di harapkan bisa tegas. Penutupan lokalisasi dijalankan tetapi ijin tempat hiburan dan massage tetap terus dikeluarkan, tentu hal ini kontradiksi,” pungkasnya. (rud/vit)

ANDY SATRIA/RADAR SURABAYA

GOOD BYE: PSK di lokalisasi Dolly yang ditargetkan Pemkot tahun ini akan ditutup.

layouter: nur