PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA ... - WordPress.com

16 downloads 253 Views 669KB Size Report
Prestasi belajar terbukti memberikan pengaruh terhadap beberapa ... sebagai salah satu kemampuan dasar yang wajib dikuasai peserta didik dalam ... matematika yang berbeda, dan mengorganisasi pemikiran matematika melalui komunikasi ... Pemecahan masalah dalam pelajaran matematika tidak hanya melibatkan ...
PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA PESERTA DIDIK DITINJAU DARI BELAJAR BERDASAR REGULASI DIRI (SELF REGULATED LEARNING) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prestasi belajar sudah sejak lama menjadi kajian yang menarik dalam berbagai penelitian. Prestasi belajar, baik pada tingkat dasar maupun lanjutan merupakan masalah yang selalu dianggap penting karena prestasi belajar merupakan salah satu tolok ukur dari keberhasilan seseorang dalam belajarnya. Prestasi belajar terbukti memberikan pengaruh terhadap beberapa aspek kehidupan seperti dengan kecemasan, self esteem, dan optimisme (vs pesimisme). Peserta didik yang berprestasi belajar tinggi cenderung memiliki motivasi daya saing yang kuat dibanding dengan peserta didik yang berprestasi rendah (Lens, dkk. 2005. 275). Diantara prestasi belajar yang cukup mendapat perhatian penting dalam dunia pendidikan adalah prestasi belajar dalam bidang matematika. Matematika yang didalamnya terdapat belajar berhitung, merupakan materi dasar untuk melakukan perhitungan dalam bidang lainnya. Karena merupakan dasar itulah maka belajar berhitung (matematika) ditetapkan UNESCO (Syah 2001. 98). sebagai salah satu kemampuan dasar yang wajib dikuasai peserta didik dalam pembelajaran (selain membaca dan menulis). Bahkan di Indonesia, matematika merupakan mata pelajaran yang wajib dipelajari oleh peserta didik agar dapat lulus dari sekolah dengan batas nilai yang sudah ditentukan. Namun demikian, matematika masih dianggap ‘momok’ yang menakutkan bagi kebanyakan peserta didik, termasuk di kalangan peserta didik. Hasil survey penulis terhadap peserta didik MTs Negeri 2 Kudus ,menunjukkan bahwa mereka menganggap sulit Mapel matematika. Menurut mereka kesulitan terjadi karena Mapel tersebut memang pada dasarnya sudah sulit. Ada juga yang mengatakan, matematika tidak sulit, namun karena mereka tidak

memahami trik-trik atau strategi pemecahannya, sehingga banyak peserta didik yang menganggap bahwa matematika sulit. Kesulitan tersebut akhirnya dapat dilihat pada nilai ujian baik dalam ujian mid ataupun ujian akhir semester yang mereka peroleh. Beberapa kompetensi yang harus dikuasai peserta didik dalam belajar matematika adalah memahami angka dan operasi hitung-hitungan, memahami cara mengukur atribut dari objek dan unit pengukuran, memecahkan masalah, menggunakan penalaran sistematik di banyak area matematika yang berbeda, dan mengorganisasi pemikiran matematika melalui komunikasi termasuk mengerjakan soal bersama teman sekelas (Muijs & Reynolds 2008. 221). Kemampuan memecahkan masalah dalam pelajaran matematika melibatkan aktifitas kognitif yang kompleks. Pemecahan masalah pelajaran matematika adalah proses yang melibatkan beberapa aktivitas seperti: pemahaman masalah, integrasi data, perencanaan, dan pengambilan keputusan. Pemecahan masalah matematika juga melibatkan proses penggunaan strategi. Pemecahan masalah dalam pelajaran matematika tidak hanya melibatkan kemampuan kognitif dalam memahami dan menyajikan permasalahan tetapi juga diperlukan identifikasi, pengaturan, dan pemilihan strategi yang tepat (Zhu ,2007 187). Kemampuan kognitif yang amat penting kaitannya dengan proses pembelajaran adalah strategi belajar memahami isi materi pelajaran, strategi meyakini arti penting isi materi pelajaran, dan aplikasinya serta menyerap nilai-nilai yang terkandung dalam materi pelajaran tersebut (Love & Kruger 2005. 87). . Dengan kata lain, strategi pembelajaran yang digunakan merupakan hal yang sangat penting agar pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan efisien. Strategi belajar yang digunakan tidak sekedar strategi belajar aktif (Casem 2006. 23-35). , tetapi harus strategi yang betul-betul dapat membawa peserta didik pada pencapaian indikator yang telah ditetapkan, strategi yang membawa peserta didik pada pemahaman materi secara internal (internalisasi nilai materi pelajaran). (. Boston: Little Brown, hal.178 dan Merdinger, Joan, dkk., 2005. 867). , bahwa unsur-unsur yang mempengaruhi proses pembelajaran agar menjadi efektif adalah strategi dalam menentukan tujuan belajar, mengetahui kapan strategi yang digunakan dan memonitor keefektifan strategi belajar tersebut. Dalam proses pembelajaran baik di tingkat dasar maupun lanjutan, regulasi diri dalam belajar (self regulated learning) merupakan sebuah pendekatan yang penting. Strategi regulasi diri dalam belajar cocok untuk semua jenjang

pendidikan, kecuali untuk kelas tiga SD ke bawah, strategi belajar dengan regulasi diri sangat tidak dianjurkan(www.childtrends.com/meeting schedule/pdf/woltersfinal.pdf.) . Terdapat korelasi positif yang sangat signifikan antara prestasi belajar dengan penggunaan strategi regulasi diri dalam belajar (Zimmerman 1986. 194.) . Fakta empiris menunjukkan bahwa sekalipun kemampuan peserta didik tinggi tetapi ia tidak dapat mencapai prestasi belajar yang optimal, karena kegagalannya dalam meregulasi diri dalam belajar (Sunawan 2002). . Beberapa hasil penelitian menunjukkan juga bahwa regulasi diri dalam belajar telah digunakan untuk meningkatkan prestasi belajar Selain itu, self regulated learning memiliki peranan yang sangat signifikan terhadap berbagai aspek kehidupan seperti terhadap medis (Kuiper 2005.351). dan teknologi informasi (Kramarski & Mizrachi 2006. 218). . B. Rumusan Masalah Permasalahan yang dirumuskan berdasarkan latar belakang masalah di atas adalah: 1. Apakah prestasi belajar matematika pada peserta didik dapat diprediksi dengan belajar berdasar regulasi diri (self regulated learning)? 2. Faktor mana (dari komponen belajar berdasar regulasi diri) yang paling besar sumbangannya terhadap prestasi belajar matematika pada peserta didik? C. Tujuan dan Kegunaan Berdasarkan perumusan masalah di atas maka terdapat tujuan dari penelitian ini yaitu: 1. Untuk mengetahui bahwa prestasi belajar matematika pada peserta didik dapat diprediksi dengan belajar berdasar regulasi diri. 2. Untuk mengetahui faktor terbesar dari (belajar berdasar regulasi diri) terhadap prestasi belajar matematika. Apabila tujuan penelitian di atas tercapai, maka terdapat kegunaan secara teoritis dan secara praktis dari penelitian ini. Kegunaan secara teoritisnya adalah dapat memperkaya khasanah keilmuan psikologi pada umumnya dan psikologi pendidikan pada khususnya. Adapun kegunaan praktisnya yaitu bilamana terdapat korelasi antara self regulated learning dengan

prestasi belajar matematika pada peserta didik prodi PGMI, maka peserta didik hendaknya menggunakan self regulated learning sebagai sebuah strategi dalam pembelajarannya, khususnya dalam belajar matematika. D. Tinjauan Pustaka Kajian tentang self regulated learning telah dilakukan Zimmerman (sebagai pelopornya) mulai tahun 1989. Sejak saat itu, kajian tentang self regulated learning gencar dilakukan hingga saat ini. Bahkan di Indonesia, kajian tentang self regulated learning merupakan kajian yang sedang ‘in’ dewasa ini. Beberapa kajian yang dilakukan di Barat tentang peran self regulated learning terhadap prestasi belajar misalnya dilakukan oleh: Zimmerman (1990), Camahalan, dkk (2000), Baumert, dkk (2002). Hasil kajian Zimmerman menunjukkan bahwa peserta didik yang menggunakan strategi self regulated learning cenderung memiliki tingkat prestasi belajar yang lebih tinggi dibanding dengan yang tidak menggunakan strategi self regulated learning. Dalam penelitian Camahalan terbukti juga bahwa peserta didik yang menggunakan strategi self regulated learning memiliki prestasi belajar matematika yang lebih baik dibandingkan dengan peserta didik yang tidak menggunakan strategi self regulated learning.Terakhir dalam penelitian Baumert menunjukkan bahwa budaya yang dimiliki seseorang mempengaruhi pada bagaimana subjek penelitian mempersepsi self regulated learning. Oleh karenanya nilai-nilai budaya hendaknya menjadi pertimbangan dalam menerapkan strategi self regulated learning. Sementara itu di Indonesia kajian tentang self regulated learning telah dilakukan oleh Purwanto (2000), Sunawan (2001), Alsa (2005), dan Munandar (2009).Semua peneliti ini telah menjadikan self regulated learning sebagai variabel independennya. Purwanto, Sunawan, Alsa, dan Munandar telah mengkaji pengaruh self regulated learning terhadap prestasi belajar. Purwanto, Alsa, dan Munandar melakukannya dengan studi survey, sementara Sunawan melakukannya dengan studi eksperimen. Hasilnya semuanya menunjukkan bahwa self regulated learning terbukti berpengaruh positif sangat signifikan terhadap prestasi belajar. Terakhir, self regulated learning dengan prestasi belajar dikaji dengan menggunakan meta analisa sebagai teknik analisanya yang telah dilakukan oleh Ali (2009). Hasilnya menunjukkan bahwa dari empat belas penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa antara Terakhir, self regulated learning dengan prestasi belajar dikaji dengan menggunakan meta analisa sebagai teknik

analisanya yang telah dilakukan oleh Ali (2009). Hasilnya menunjukkan bahwa dari empat belas penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa antara Terakhir, self regulated learning dengan prestasi belajar dikaji dengan menggunakan meta analisa sebagai teknik analisanya yang telah dilakukan oleh Ali (2009). Hasilnya menunjukkan bahwa dari empat belas penelitian tentang self regulated learning dengan prestasi belajar

menunjukkan korelasi yang sangat

signifikan, dan kemungkinan kesalahan, baik karena kesalahan pengambilan sampel maupun kesalahan pengukuran, relatif kecil. Dengan demikian hipotesis tentang adanya pengaruh positif dari self regulated learning terhadap prestasi belajar dapat diterima. Berdasarkan hasil-hasil penelitian di atas terbukti bahwa penelitian tentang prestasi belajar matematika dengan subjek peserta didik belum ada yang melakukan.

E. Landasan Teori Belajar merupakan sebuah proses yang terdiri atas masukan (input), proses (process), dan keluaran (output). Untuk mendapatkan prestasi belajar yang baik, maka proses belajar penting diperhatikan. Dikatakan Zimmerman dan Martinez-Pons bahwa dalam proses belajar, seorang peserta didik akan memperoleh prestasi belajar yang baik bila ia menyadari, bertanggungjawab, dan mengetahui cara belajar yang efisien(Zimmerman& Martinez-Pons 2001. 51-59). . Peserta didik demikian selanjutnya diistilahkan Zimmerman sebagai seorang peserta didik yang belajar dengan regulasi diri (self regulated learner). Seorang self regulated learner mengambil tanggung jawab terhadap kegiatan belajar mereka. Mereka mengambil alih otonomi untuk mengatur dirinya. Mereka mendefinisikan tujuan dan masalah-masalah yang mungkin akan dihadapinya dalam mencapai tujuan-tujuannya, mengembangkan standar tingkat kesempurnaan dalam pencapaian tujuan; dan mengaliluasi cara yang paling baik untuk mencapai tujuannya. Mereka memiliki strategi untuk mencapai tujuan dan beberapa strategi untuk mengoreksi kesalahannya serta mengarahkan kembali dirinya ketika perencanaan yang dibuatnya tidak berjalan. Mereka mengetahui kelebihan-kelebihan dan kekurangannya dan mengetahui bagaimana cara memanfaatkannya secara produktif dan konstruktif. Seorang self regulated learner juga mampu untuk membentuk dan mengelola perubahan. Zimmerman mengidentifikasi beberapa strategi belajar yang umumnya digunakan oleh seorang self regulated learner yaitu: aliluasi diri (self aliluation); perngorganisasian (organizing)

dan pentransformasian (transforming); menetapkan tujuan dan perencanaan (goal setting and planning); mencari informasi (seeking information); membuat dan memeriksa catatan (keeping records and monitoring); mengatur lingkungan (environmental structuring); konsekuensi diri (self concequences); mengulang-ulang dan mengingat (rehearsing and memorizing); mencari bantuan (seeking social assistance) kepada teman sebaya, guru, atau orang dewasa lainnya; serta mereview catatan dan buku teks (review records) ( Zimmerman 1990. 3-17). Beberapa strategi self regulated learning tersebut terbukti sangat efisien untuk meningkatkan prestasi belajar matematika, kemampuan menulis cerita, kemampuan berbahasa Inggris, medis, dan teknologi informasi(Kramarski & Mizrachi ,2006); Hsiung Lee, dkk ,2007) , bahkan beberapa strategi self regulated learning tersebut sangat efisien digunakan bagi peserta didik yang mengalami kesulitan dalam belajar sekalipun (Graham & Harris ,1999) Dengan adanya tuntutan untuk meningkatkan standar belajar bagi peserta didik dan pendidik khususnya dalam bidang matematika, maka penggunaan strategi self regulated learning diharapkan dapat memfasilitasi prestasi belajar ( Schunk & Zimmerman, 1994.) Hasil-hasil penelitian tentang self regulated learning pada umumnya menunjukkan bahwa self regulated learning memberikan kontribusi positif terhadap prestasi belajar. Zimmerman & Martinez-Pons mengatakan bahwa perilaku aktif dalam proses self regulated learning menghasilkan peningkatan kinerja belajar. Oleh karena itu peserta didik yang melakukan self regulated learning memiliki prestasi belajar yang tinggi. Dalam penelitiannya, para peserta didik yang mendapat skor tes prestasi satu persen paling tinggi dalam populasi, merupakan para peserta didik yang sering menggunakan strategi self regulated learning, yaitu dengan cara mengorganisasi dan mentransformasikan informasi; menyediakan hadiah dan hukuman berdasar kinerjanya; serta meriviu catatan, minta bantuan teman, guru, atau orang tua. Selain itu, mereka juga cenderung menstruktur kembali lingkungan fisiknya agar dapat memenuhi kebutuhannya dalam belajar. Peserta didik yang melaksanakan self regulated learning memungkinkan untuk memiliki kognisi, motivasi, dan prestasi belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak melakukan self regulated learning. Hasil penelitian Pintrich & De Groot terhadap peserta didik kelas 1 SMP di kota kecil Michigan bagian tenggara menemukan bahwa self regulated learning merupakan prediktor terbaik untuk prestasi. Nilai intrinsik tidak mempunyai pengaruh langsung

terhadap prestasi, tetapi secara kuat berkorelasi positif dengan self regulated learning dan strategi kognitif yang digunakan, tanpa memperhatikan tingkat prestasi sebelumnya. Penelitian lain yang menunjukkan penggunaan self regulated learning dalam belajar dan terbukti memiliki pengaruh kuat terhadap prestasi belajar adalah dilakukan oleh Cekolin. Dalam penelitiannya dia membandingkan dua kelompok yang berbeda. Kelompok pertama pengetahuannya tinggi tetapi memiliki self regulated learning yang rendah, dan kelompok kedua sebaliknya yaitu pengetahuan rendah tetapi memiliki self regulated learning yang tinggi. Hasilnya menunjukkan bahwa kelompok kedua lebih sukses dalam melaksanakan tugas yang disajikan (yang menuntut pengetahuan) dibandingkan kelompok pertama . Dalam konteks self regulated learning, motivasi hanya menyangkut proses yang terlibat dalam pemunculan awal satu intensi atau tujuan, sedangkan volisi menyangkut proses yang terlibat dalam mempertahankan intensi atau tujuan sampai peserta didik berhasil mencapai tujuan (Woters, 1998). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa motvasi dapat dipandang sebagai pendorong dalam belajar dan belum sampai pada volisi atau regulasi usaha, yaitu sebuah energi yang membuat peserta didik berusaha secara persisten dengan menggunakan berbagai strategi belajar untuk meregulasi dirinya mencapai tujuan atau prestasi belajar yang ditetapkan. Peserta didik yang memiliki motivasi belajar tinggi (efikasi diri, nilai tugas, harapan tinggi) belum tentu dia bisa mencapai prestasi belajar yang tinggi apabila dia tidak menggunakan strategi kognitif dan strategi pengelolaan sumber daya secara baik.