PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK BOGA JURUSAN ...

10 downloads 2182 Views 1MB Size Report
secara kolaboratif antara peneliti dan guru mata pelajaran menerapkan proses ... Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X TPHP 1 SMK ..... Manusia terlibat dalam sistem pengajaran terdiri dari siswa, guru dan ... ukuran bisa merupakan operasi utama pada pengolahan pangan atau ..... pembelajaran ( RPP, LKS).
UPAYA MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA KELAS X TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN (TPHP) 1 SMK NEGERI 1 PANDAK PADA KOMPETENSI DASAR MENERAPKAN PROSES PENGECILAN UKURAN MELALUI METODE DISCOVERY

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Disusun Oleh : Fenny Anggraini 08511245001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK BOGA JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK BOGA DAN BUSANA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2011

PERSETUJUAN

Skripsi yang berjudul “UPAYA MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA KELAS X

TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL

PERTANIAN (TPHP) 1 SMK NEGERI 1 PANDAK PADA KOMPETENSI DASAR MENERAPKAN PROSES PENGECILAN UKURAN MELALUI METODE DISCOVERY” telah disetujui pembimbing untuk diujikan.

Disetujui pada tanggal 8 April 2011

Menyetujui

Pembimbing

Prihastuti Ekawatiningsih, M.Pd NIP : 197504281999032002

ii

PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul “Upaya Meningkatkan Kemandirian Belajar Siswa Kelas X Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian (TPHP) 1 SMK Negeri 1 Pandak Pada Kompetensi Dasar Menerapkan Proses Pengecilan Ukuran Melalui Metode Discovery” telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Teknik UNY pada tanggal 8 April 2011 dan dinyatakan LULUS.

DEWAN PENGUJI

Nama

Jabatan

Tanda Tangan

Tanggal

Prihastuti Ekawatiningsih, M.Pd NIP. 197504281999032002

Ketua Penguji

..........................

....................

Sutriyati Purwanti, M.Si NIP. 196112161988032001

Sekretaris Penguji

..........................

....................

Dr. Endang Mulyatiningsih NIP. 196301111988122001

Penguji Utama

..........................

....................

Yogyakarta, Mei 2011 Dekan

Wardan Suyanto, Ed.D NIP.195408101978031001

iii

PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama

: Fenny Anggraini

NIM

: 08511245001

Program Studi

: Pendidikan Teknik Boga

Jurusan

: Pendidikan Teknik Boga

Fakultas

: Teknik

Judul Skripsi

: Upaya Meningkatkan Kemandirian Belajar Siswa Kelas X Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian (TPHP) 1 SMK Negeri 1 Pandak Pada Kompetensi Dasar Menerapkan Proses Pengecilan Ukuran Melalui Metode Discovery

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini merupakan hasil pekerjaan saya sendiri dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata cara penulisan karya ilmiah yang lazim.

Yogyakarta, Yang menyatakan

Fenny Anggraini NIM. 08511245001

iv

MOTTO “Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. Dan hanya kepada Tuhan-mulah hendaknya kamu berharap.” (Q.S Al-Insyirah : 6-8) PERSEMBAHAN Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, segala puji dan syukur kepada Allah SWT yang selalu memberikan karunia dan kebaikan untukku, sehingga skripsi ini selesai disusun. Aku persembahkan karya kecil ini kepada Papa tersayang “Papa Abusamah”, Mama tercinta “Mama Fatimah”, Abangku “Bang Arif, Aruf, Rinal dan Fitriyani”. Terimakasih atas segala cinta, kasih sayang, perhatian, motivasi, dukungan, pengorbanan dan untaian do’a yang tiada henti untuk kebaikanku. Semoga karya kecil ini akan menjadi salah satu wujud bakti ku untuk membalas kebaikan kalian, keluargaku tercinta. Selain itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :  Some one tersayang Aa”Rocker (LopU). Terimakasih untuk limpahan cinta, kasih sayang, kesabaran, pengorbanan, perhatian, dukungan dan doa yang telah kau berikan.  Crew UKMF Mapala Carabiner . Makasih untuk indah persahabatan dan persaudaraan yang telah kalian berikan. Makasih untuk segala kebersamaan kita. Semangat kalian adalah semangatku.  Sahabat-sahabat baikku, Septiana Soraya, Menthel, Bety, Rifa. Makasih untuk persahabatan kita selama ini. Kapan ngumpul...  Seluruh keluarga besar Pendidikan Teknik Boga PKS NR 08. Terimakasih untuk semua pengalaman yang telah aku lalui bersama kalian semua.

v

UPAYA MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA KELAS X TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN (TPHP) 1 SMK NEGERI 1 PANDAK PADA KOMPETENSI DASAR MENERAPKAN PROSES PENGECILAN UKURAN MELALUI METODE DISCOVERY Oleh Fenny Anggraini 08511245001 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk 1) Mendeskripsikan proses pembelajaran menerapkan proses pengecilan ukuran dengan menggunakan metode Discovery. 2) Meningkatkan kemandirian belajar menerapkan proses pengecilan ukuran siswa kelas X TPHP 1 SMK Negeri 1 Pandak Bantul melalui metode Discovery. Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 1 Pandak pada bulan Januari 2011. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan secara kolaboratif antara peneliti dan guru mata pelajaran menerapkan proses pengecilan ukuran kelas X TPHP 1 serta dibantu oleh observer pada setiap pertemuan. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X TPHP 1 SMK Negeri 1 Pandak yang berjumlah 32 siswa. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Masing-masing siklus terdiri dari 2 pertemuan, dengan alokasi waktu untuk satu kali pertemuan adalah selama 3 x 45 menit. Instrumen dalam penelitian ini adalah pedoman observasi, pedoman wawancara, lembar angket kemandirian belajar, tes, catatan lapangan dan dokumentasi. Uji coba instrumen dilakukan kepada 30 orang siswa dari populasi yang sama dan tidak terpilih sebagai sampel. Validitas instrumen ditentukan dengan pendekatan corrected item-total correlation menggunakan rumus Product Moment dari Pearson dan Experts Judgment, sedangkan reliabilitasnya ditentukan dengan formula Alpha Cronbach. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif dengan model teknik analisis interaktif yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman yang terdiri dari tiga komponen kegiatan yang saling terkait satu sama lain yaitu reduksi data, beberan (display) data dan menarik kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian diperolah kesimpulan bahwa pembelajaran menerapkan proses pengecilan ukuran menggunakan metode discovery dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa kelas X TPHP 1 SMK N 1 Pandak. Peningkatan kemandirian belajar siswa ditandai dengan peningkatan persentase aspek-aspek kemandirian yang diamati pada angket, yaitu 1). motivasi siswa meningkat dari 69,17%, menjadi 76,11%, 2). aspek inisiatif siswa dari 77,64% meningkat menjadi 78,34%, 3). aspek percaya diri siswa dari 65,14% meningkat menjadi 76,67%, 4). aspek disiplin siswa dari 65,08% meningkat menjadi 75,10% dan 5). aspek tanggung jawab siswa dari 69,45% meningkat menjadi 75,52%. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, siswa menjadi lebih aktif di dalam proses pembelajaran, siswa mampu memahami suatu materi melalui kegiatan penemuan mereka sendiri tanpa bergantung pada penjelasan guru, siswa juga lebih berani mengungkapkan pendapat atau idenya.

vi

EFFORTS TO ENHANCE LEARNING AUTONOMY X CLASS OF AGRICULTURAL PROCESSING TECHNOLOGY (TPHP) 1 SMK NEGERI 1 PANDAK COMPETENCE IN THE PROCESS OF IMPLEMENTING METHOD OF DISCOVERY THROUGH Size Reduction By Fenny Anggraini 08511245001 ABSTRACT This study aims to 1) Describe the process of learning to apply the process of size reduction using the method of Discovery. 2) Increase the independence of learning to apply the process of size reduction TPHP a class X student of SMK Negeri 1 Bantul Pandak through Discovery methods. This research was conducted at SMK Negeri 1 Pandak in January 2011. This was an action research Classes (PTK) carried out collaboratively between the researcher and subject teachers implement class size reduction process X TPHP 1 and assisted by the observer at each meeting. Subjects in this study were students of class X TPHP 1 SMK Negeri 1 Pandak, amounting to 32 students. This research was conducted in 2 cycles. Each cycle consists of 2 meeting, with the allocation of time for one session is for 3 x 45 minutes. Instruments in this study is the observation guidelines, interview, questionnaire sheets of self study, test, field notes and documentation. The test instrument was made to 30 people were students from the same population and not selected as a sample. The validity of the instrument approach is determined by corrected item-total correlation using the formula of pearson product moment and experts judgement, while the reliability is determine by cronbach alpha formula. Analysis using qualitative descriptive analysis techniques with an interactive model analysis techniques developed by Miles and Huberman which consists of three interrelated components of each other ie data reduction, explanation (display) data and draw conclusions Based on the results obtained the conclusion that learning to apply the process of size reduction using discovery methods to improve student learning independence of class X TPHP 1 SMK N 1 Pandak. Improving student learning independence was marked by an increase in the percentage of those aspects of independence which was observed in the questionnaire, namely 1). motivation of students increased from 69.17% to 76.11%, 2). aspects of student initiative of 77.64% increased to 78.34%, 3). aspects of students' self confidence increased from 65.14% to 76.67%, 4). aspects of student discipline from 65.08% increased to 75.10%, and 5). aspects of the responsibility of students from 69.45% increased to 75.52%. Based on observation and interview, students become more active in the learning process, students are able to understand the material through their own discovery activities without relying on the explanation of teachers, students are also more willing to express opinions or ideas

KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tugas akhir skripsi ini untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Teknik di Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta. Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada: 1. Wardan Suyanto, Ed.D Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta. 2. Dr. Sri Wening, Ketua Jurusan Pendidikan Teknik Boga dan Busana Universitas Negeri Yogyakarta. 3. Sutriyati Purwanti ,M.SI Ketua Program Studi Pendidikan Teknik Boga Universitas Negeri Yogyakarta. 4. Prihastuti Ekawatiningsih, M.Pd selaku pembimbing yang telah berkenan meluangkan waktu untuk membimbing penulis dengan sabar mulai dari penyusunan proposal hingga selesainya skripsi ini. 5. Ir. Retno Yuniar Dwi Aryani selaku Kepala SMK Negeri 1 Pandak yang telah memberikan ijin untuk mengadakan penelitian ini. 6. Ir. Nurani Yuni Hastiwi selaku guru mata pelajaran Menerapkan Proses Pengecilan Ukuran kelas, X TPHP SMK Negeri 1 Pandak yang telah bersedia meluangkan waktu guna memberikan bimbingan, petunjuk, dan arahan yang

vii

sangat membangun, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. 7. Siswa-siswi kelas X TPHP SMK Negeri 1 Pandak atas kerjasama yang menyenangkan selama penelitian. Penulis sangat menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan. Namun penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pribadi dan para pembaca terutama dalam kaitannya dengan penerapan metode discovery sebagai upaya untuk meningkatkan kemandirian belajar Menerapkan Proses Pengecilan Ukuran.

Yogyakarta,

Penulis

viii

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL…………………………………………………………..

i

HALAMAN PERSETUJUAN ..........................................................................

ii

HALAMAN PERNYATAAN ...........................................................................

iii

HALAMAN PENGESAHAN ...........................................................................

iv

HALAMAN MOTTO ........................................................................................

v

HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................

v

ABSTRAK ………………………………………………………………….....

vi

KATA PENGANTAR .......................................................................................

vii

DAFTAR ISI…………………………………………………………………..

ix

DAFTAR TABEL……………………………………………………………..

xii

DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………......

xv

BAB I

PENDAHULUAN…………………………………………………..

1

A. Latar Belakang Masalah…………………………………………......

1

B. Identifikasi Masalah……………………………………………….....

5

C. Pembatasan Masalah…………………………………………………

5

D. Rumusan Masalah…………………………………………………....

6

E. Tujuan Penelitian………………………………………………….....

6

F. Manfaat Penelitian…………………………………………………....

6

BAB II

KAJIAN TEORI…………………………………………..............

8

A. Deskripsi Teori ………………………………………………….......

8

1.

Pembelajaran Menerapkan Teknik Konversi Bahan Dalam 8

ix

Pengolahan................................................................................... a. Pembelajaran...............................................................................

8

b. Analisis Kebutuhan Materi...........................................................

10

c. Menerapkan Proses Pengecilan Ukuran.......................................

11

2. Metode Discovery ...........................................................................

13

a. Metode ........................................................................................

13

b. Metode Discovery .......................................................................

14

c. Aplikasi Metode Discovery dalam Pembelajaran Menerapkan 19 Proses Pengecilan Ukuran........................................................ 3. Lembar Kerja Siswa (LKS)...........................................................

21

4. Kemandirian Belajar …………….................................................

23

a. Kemandirian ..............................................................................

23

b. Kemandirian Belajar ................................................................

24

c. Aspek-aspek Kemandirian Belajar ..........................................

25

B. Penelitian Yang Relevan .....................................................................

31

C. Kerangka Berpikir …………………………………………………...

32

D. Hipotesis Tindakan ..............................................................................

35

BAB III METODE PENELITIAN……………………………………….....

36

A. Jenis Penelitian …………………………………………………......

36

B. Subjek dan Objek Penelitian…….....................…….........................

36

C. Tempat dan Waktu Penelitian ...........................................................

37

D. Setting Penelitian ……………………….............................................

37

E. Desain Penelitian ................................……………………….............

37

x

F. Teknik Pengumpulan Data....................................................................

40

G. Instrumen Penelitian ………….....…………………………..............

42

H. Validitas dan Reliabilitas Instrumen.................................................

45

I. Hasil Uji Coba Instrumen..................................................................

48

J. Teknik Analisis Data ..........................................................................

50

K. Indikator Keberhasilan .....................................................................

52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN…………………. A. Deskripsi Hasil Penelitian ……………...............................................

55 55

1. Siklus 1............................................................................................

56

2. Siklus 2...........................................................................................

79

B. Hasil Penelitian Tindakan Kelas .......................................................

91

C. Pembahasan ………………………………………..........................

95

D. Keterbatasan Penelitian ……………………………………….......

100

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………..

101

A. Kesimpulan…………………………………………………………..

101

B. Saran………………………………………………………………....

104

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….

xi

106

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Kompetensi Kejuruan di SMK N 1 Pandak..............................................

11

Tabel 2. Pedoman Observasi Kegiatan Pembelajaran Dengan Metode Discovery...

43

Tabel 3. Pedoman Pemberian Interpretasi Terhadap Koefisien Korelasi..................

47

Tabel 4. Rangkuman Hasil Perhitungan Validitas Instrumen……………………..

49

Tabel 5. Rangkuman Hasil Perhitungan Reliabilitas Instrumen………………......

50

Tabel 6. Kualifikasi Hasil Persentase Skor Angket ...............................................

52

Tabel 7. Jadwal Pelaksanaan Pembelajaran Menerapkan Teknik Konversi Bahan

55

Dalam Pengolahan di Kelas X TPHP 1 ………………………………... Tabel 8. Hasil Angket Kemandirian Belajar …………………………………......

91

Tabel 9. Daftar Nilai Tes Siklus Siswa …………………………………………...

92

xii

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A

109

A. 1 RPP Pertemuan ke-1-2 Siklus I

110

A. 2 RPP Pertemuan ke-3-4 Siklus I

118

LAMPIRAN B

126

B. 1 Lembar Kerja Siswa (LKS) 1

127

B. 2 Lembar Kerja Siswa (LKS) 2

134

B. 3 Lembar Kerja Siswa (LKS) 3

141

B. 4 Lembar Kerja Siswa (LKS) 4

148

LAMPIRAN C

153

C. 1 Soal Tes Siklus I

154

C. 2 Soal Tes Siklus II

155

C. 3 Hasil Tes Siklus I

156

C. 4 Hasil Tes Siklus II

157

LAMPIRAN D

158

D. 1

Pedoman Observasi Kegiatan Pembelajaran

159

D. 2

Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran

160

D. 3

Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran Pertemuan ke-1 Siklus I

163

D. 4

Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran Pertemuan ke-2 Siklus I

166

D. 5

Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran Pertemuan ke-1 Siklus II

169

D. 6

Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran Pertemuan ke-2 Siklus II

172

D. 7

Kisi-kisi Lembar Observasi Aktivitas Siswa

175

D. 8

Lembar Observasi Aktivitas Siswa

176

D. 9

Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pertemuan ke-1 Siklus I

177

D. 10 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pertemuan ke-2 Siklus I

178

D. 11 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pertemuan ke-1 Siklus II

179

D. 12 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pertemuan ke-2 Siklus II

180

xiii

LAMPIRAN E

181

E. 1 Kisi-kisi Angket Kemandirian Belajar Siswa

182

E. 2 Lembar Angket Kemandirian Belajar Siswa

183

E. 3 Analisis Hasil Angket Kemandirian Belajar Siswa Siklus I

186

E. 4 Analisis Hasil Angket Kemandirian Belajar Siswa Siklus II

188

LAMPIRAN F

190

F. 1 Pedoman Wawancara Guru

191

F. 2 Pedoman Wawancara Siswa

192

F. 3 Hasil Wawancara Guru

193

F. 3 Hasil Wawancara Siswa

194

LAMPIRAN G

195

G. 1 Catatan Lapangan siklus I

196

G. 2 Catatan Lapangan siklus II

200

G. 3 Dokumentasi Foto-foto Penelitian

204

LAMPIRAN H

206

H. 1 Surat Permohonan Izin Penelitian

207

H. 2 Surat Permohonan Validasi

208

H. 3 Surat Keterangan Validasi

209

H. 4 Uji Reliability

210

H. 4 Surat Keterangan Penelitian

212

xiv

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang SMK N 1 Pandak terletak di daerah Kadekrowo, Gilangharjo, Pandak, Bantul. SMK N 1 Pandak memiliki Luas area Sekolah SMK N 1 Pandak yakni 12 hektar yang terdiri dari : 4 hektar untuk gedung dan 8 hektar untuk fasilitas yang lain terdiri dari 6 kelas jurusan TPHP (Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian), 4 kelas jurusan peternakan, 4 kelas jurusan pertanian, dan 6 kelas jurusan busana. SMK N 1 Pandak menggunakan kurikulum spektrum sebagai acuan dalam proses belajar mengajar. Adapun visi SMK Negeri 1 Pandak yaitu terwujudnya lembaga diklat yang menghasilkan lulusan yang bertaqwa kepada Tuhan YME, profesional, mandiri dan berkompetensi di dunia kerja nasional atau internasional. Misi SMK Negeri 1 Pandak : 1. Meningkatkan kualitas SDM melalui pendidikan dan pelatihan. 2. Mengoptimalkan kegiatan diklat berkompetensi wirausaha

yang

berstandar nasional dan internasional. 3. Menjadikan sekolah sebagai sumber infoemasi dan memberikan pelayanan prima kepada masyarakat. 4. Memantapkan kegiatan unit produksi yang berbasis keunggulan lokal.

2

Salah satu jurusan yang terdapat di SMK Negeri 1 Pandak adalah jurusan Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian yang sering disebut juga jurusan TPHP. Jurusan TPHP pada kelas X (sepuluh) terdapat dua kelas yakni kelas X TPHP 1 dan kelas X TPHP 2, jurusan TPHP memiliki beberapa kompetensi dasar yang wajib ditempuh oleh siswanya diantaranya adalah kompetensi dasar menerapkan proses pengecilan ukuran. Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti

di kelas X

Teknologi Pengolahan Hasil pertanian (TPHP) 1 SMK N 1 Pandak diperoleh bahwa pembelajaran menerapkan proses pengecilan ukuran di SMK Negeri 1 Pandak kelas X TPHP 1 masih menggunakan metode konvensional atau ceramah. Partisipasi siswa dalam kegiatan belajar masih kurang. Selain itu, jika guru tidak meminta siswa untuk membuka dan membaca sumber belajar seperti buku dan LKS, siswa tidak memiliki inisiatif untuk membaca atau mempelajarinya. Ketika guru menyuruh siswa untuk mempersiapkan materi dan peralatan yang berkaitan dengan materi yang akan datang, terdapat beberapa siswa yang tidak mempersiapkannya sama sekali, sehingga tampak bahwa disiplin dan tanggung jawab siswa masih kurang. Apabila guru menanyakan materi ataupun soal yang belum jelas, siswa terkesan malu-malu dan takut untuk bertanya padahal guru telah memberikan kesempatan bertanya. Siswa tidak memiliki inisiatif maju ke depan tanpa ditunjuk sebelumnya oleh guru. Ketika ada salah satu siswa yang kurang tepat dalam mengerjakan soal di depan kelas, siswa lain tidak berani menyampaikan

3

tanggapan atau ide yang berbeda dan hanya menunggu guru menjelaskan jawaban yang lebih tepat. Kenyataan

tersebut

menunjukkan

bahwa

kemandirian

belajar

menerapkan proses pengecilan ukuran siswa kelas X TPHP 1 SMK N 1 Pandak, belum berkembang secara optimal. Model pembelajaran yang diimplementasikan guru selama ini kurang dapat mendukung peningkatan kemandirian belajar siswa. Dengan adanya berbagai kecenderungan situasi yang muncul seperti di atas, perlu adanya penerapan metode pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa yakni meningkatkan motivasi belajar,

membangun

kemampuan berinisiatif,

meningkatkan kedisiplinan, menumbuhkan rasa percaya diri dan tanggung jawab siswa dalam belajar menerapkan proses pengecilan ukuran. Salah

satu

metode

pembelajaran

yang

dimungkinkan

dapat

meningkatkan kemandirian belajar siswa adalah metode Discovery. Metode pembelajaran Discovery disebut juga metode belajar menemukan, dimana siswa akan belajar secara mandiri untuk membahas suatu masalah tertentu yang diberikan oleh guru. Proses pembelajaran harus dipandang sebagai suatu stimulus atau rangsangan yang dapat menantang siswa untuk merasa terlibat atau berpartisipasi dalam aktivitas pembelajaran. Peranan guru hanyalah sebagai fasilitator dan pembimbing atau pemimpin pengajaran yang demokratis, sehingga diharapkan siswa lebih banyak melakukan kegiatan sendiri atau dalam bentuk kelompok memecahkan masalah atas bimbingan guru. Pada

4

metode discovery, diharapkan situasi belajar mengajar berpindah dari situasi teacher dominated learning menjadi situasi student dominated learning. Dengan pembelajaran menggunakan metode discovery, maka cara mengajar melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat dengan diskusi, membaca sendiri dan mencoba sendiri, agar siswa dapat belajar mandiri. Berdasarkan uraian di atas, pembelajaran menerapkan proses pengecilan ukuran memerlukan adanya motivasi, insiatif, rasa percaya diri, disiplin dan tanggung jawab belajar dalam rangka meningkatkan kemandirian belajar siswa pada pelajaran menerapkan proses pengecilan ukuran. Metode belajar yang digunakan juga harus dapat mendukung proses pembelajaran, Diharapkan

dengan

menggunakan

metode

Discovery

dalam

proses

pembelajaran menerapkan proses pengecilan ukuran akan menarik minat siswa mengikuti kegiatan belajar sehingga akan meningkatkan kemandirian belajar siswa.

5

B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian tentang latar belakang di atas dapat diidentifikasi adanya permasalahan sebagai berikut: 1. Kurangnya partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran 2. Siswa kurang memiliki motivasi belajar menerapkan proses pengecilan ukuran 3. Siswa kurang memiliki inisiatif untuk maju ke depan mengerjakan soal 4. Siswa kurang percaya diri untuk bertanya dan menyampaikan pendapat 5. Siswa kurang disiplin dalam mengikuti pembelajaran menerapkan proses pengecilan ukuran 6. Kurangnya tanggung jawab siswa dalam belajar menerapkan proses pengecilan ukuran. 7. Masih melekatnya pembelajaran dengan metode ceramah, sehingga kemandirian siswa kurang 8. Diperlukan metode pembelajaran yang lebih mengaktifkan siswa.

C. Pembatasan Masalah Dari identifikasi masalah yang telah diutarakan di atas, permasalahan dalam penelitian ini dibatasi pada penerapan metode Discovery sebagai upaya peningkatan kemandirian belajar pada sub kompetensi menerapkan proses pengecilan ukuran siswa kelas X TPHP 1 SMK Negeri 1 Pandak.

6

D. Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah pembelajaran dengan menggunakan metode Discovery pada sub kompetensi menerapkan proses pengecilan ukuran di kelas X TPHP 1 SMK Negeri 1 Pandak? 2. Apakah ada peningkatan kemandirian belajar pada sub kompetensi menerapkan proses pengecilan ukuran melalui metode Discovery ?

E. Tujuan Penelitian 1. Mendeskripsikan kegiatan pembelajaran dengan metode Discovery untuk meningkatkan kemandirian belajar pada sub kompetensi menerapkan proses pengecilan ukuran di kelas X TPHP 1 SMK Negeri 1 Pandak. 2. Untuk mengetahui sejauh mana peningkatan kemandirian belajar pada sub kompetensi menerapkan proses pengecilan ukuran melalui metode Discovery.

F. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi: 1. Sekolah Memberdayakan

sekolah

dalam

meningkatkan

inovasi

metode

pembelajaran, salah satunya menggunakan metode Discovery, dan dapat memberdayakan guru pada sub kompetensi menerapkan proses pengecilan ukuran SMK Negeri 1 Pandak dalam menggunakan metode Discovery yang dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa.

7

2. Siswa Penerapan metode Discovery diharapkan dapat memberdayakan siswa dalam menumbuhkan kemandirian siswa dalam belajar menerapkan proses pengecilan ukuran, serta pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. 3. Peneliti Dapat menambah pengalaman peneliti untuk terjun ke bidang pendidikan dan

menambah

pengetahuan

dan

pengalaman

dalam

kegiatan

pembelajaran menerapkan proses pengecilan ukuran dengan menggunakan metode Discovery yang dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa.

8

BAB II KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Teori 1. Pembelajaran Menerapkan Proses Pengecilan Ukuran a. Pembelajaran Menurut Witherington (Nana Syaodih, 2004: 155), belajar merupakan perubahan dalam kepribadian, yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan. Slameto (2003: 2) berpendapat bahwa belajar ialah suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya, perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Menurut Morgan dkk yang dikutip oleh Rizky (http://kuliah psikologi.dekrizky.com/pengertian-belajar)

memberikan

definisi

mengenai belajar “Learning can be defined as any relatively permanent change in behavior which accurs as a result of practice or experience.” Yaitu bahwa perubahan perilaku itu sebagai akibat belajar karena latihan (practice) atau karena pengalaman (experience). Definisi yang tidak jauh berbeda dikemukakan oleh James O. Witaker yang mendefinisikan belajar adalah proses di mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman (Wasty Sumanto, 2003: 104). Sedangakan

9

Guilford menyatakan belajar adalah perubahan tingkah laku yang dihasilkan dari rangsangan (Mustaqim, 2001: 34). Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku dalam diri individu berkat adanya interaksi

antar

individu-individu

maupun

dengan

lingkungannya.

Perbuatan belajar ditunjukkan melalui aktivitas, praktek dan pengalaman. Perubahan dari belajar didapatkan kemampuan baru berupa pengetahuan (aspek kognitif), sikap (aspek afektif), dan ketrampilan (psikomotorik). Menurut Oemar Hamalik, pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Manusia terlibat dalam sistem pengajaran terdiri dari siswa, guru dan tenaga lainnya. Material, meliputi buku-buku, papan tulis dan kapur, fotografi, slide dan film, audio dan video tape. Fasilitas dan perlengkapan, terdiri dari ruang kelas, perlengakapan audio visual dan komputer. Prosedur meliputi, jadwal dan metode penyampaian informasi, praktik, belajar, ujian dan lain sebagainya (2005: 57). Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat

10

belajar dengan baik. Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun (Wikipedia : 2007). Mulyasa berpendapat (2007: 14) bahwa pembelajaran merupakan proses yang sengaja direncanakan dan dirancang sedemikian rupa dalam rangka memberikan bantuan bagi terjadinya proses belajar. Guru berperan sebagai perencana, pelaksana, dan penilai pembelajaran. Menurut konsep komunikasi, pembelajaran adalah proses komunikasi fungsional antara siswa dengan guru, dan siswa dengan siswa, dalam rangka perubahan sikap dan pola pikir yang akan menjadi kebiasaan bagi siswa yang bersangkutan (Erman Suherman dkk, 2001: 9). Dari berbagai macam pengertian di atas maka dapat disimpulkan pembelajaran merupakan proses interaksi antara peserta didik, pendidik, sumber belajar dan lingkungan belajar dalam rangka perubahan sikap dan pola pikir. b. Analisis Kebutuhan Materi SMK Negeri 1 Pandak Bantul salah satu Sekolah Menengah Kejuruan yang memiliki 6 program studi yaitu Busana Butik, Agribisnis Tanaman Pangan dan Holtikultura, Agribisnis Pembibitan dan Kultur Jaringan, Agribisnis Produksi Ternak Ruminansia, Agribisnis Produksi Ternak Unggas, dan Agribisnis Hasil Pertanian. Program studi keahlian Agribisnis Hasil Pertanian memiliki 2 kompetensi keahlian yaitu Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian dan Pengawasan Mutu Hasil Pertanian. Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian adalah kompetensi yang

11

baru 3 tahun berjalan di SMK Negeri 1 Pandak Bantul. Kompetensi keahlian Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian memiliki 6 standar kompetensi yang harus ditempuh oleh peserta didik salah satunya adalah menerapkan teknik konversi bahan dalam pengolahan. menerapkan teknik konversi bahan dalam pengolahan terdapat dalam mata pelajaran teknologi pengolahan hasil pertanian yang merupakan mata pelajaran produktif pada kurikulum spektrum yang sudah berjalan kurang lebih 3 tahun. Standar kompetensi menerapkan teknik konversi bahan dalam pengolahan memiliki 7 kompetensi dasar yang harus dicapai salah satu kompetensi dasar tersebut adalah menerapkan proses pengecilan ukuran dan bentuk produk/forming. Untuk lebih jelasnya mengenai kompetensi kejuruan yang harus dicapai dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Kompetensi Kejuruan di SMK Negeri 1 Pandak Bantul STANDAR KOMPETENSI

KOMPETENSI DASAR

Menerapkan teknik konversi 1.1 bahan dalam pengolahan

Menerapkan ukuran

proses

pengecilan

1.2

Menerapkan proses pencampuran

1.3

Menerapkan proses emulsifikasi

1.4

Menerapkan proses filtrasi

1.5

Menerapkan proses kristalisasi

1.6

Menerapkan proses ekstraksi

1.7

Menerapkan proses destilasi

(Kurikulum SMK Negeri 1 Pandak) c. Menerapkan Proses Pengecilan Ukuran Pengecilan ukuran adalah proses penghancuran atau pemotongan suatu bentuk padatan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil oleh gaya

12

mekanik. Bahan padat (solid) bisa dihancurkan dengan delapan atau sembilan cara, tetapi hanya empat cara yang umum diterapkan pada mesinmesin pengecilan ukuran. Keempat cara itu adalah kompresi, pukulan, atrisi (attrition), dan pemotongan (cutting). Pada umumnya, kompresi digunakan pada pengecilan ukuran padatan yang keras, pukulan digunakan untuk bahan padatan yang kasar, setengah kasar, dan halus. Atrisi digunakan untuk memperoleh produk-produk yang sangat halus, sedangkan pemotongan untuk menghasilkan produk dengan bentuk dan ukuran tertentu, halus atau kasar Tujuan pengecilan ukuran adalah mengupayakan suatu bahan memenuhi spesifikasi tertentu, agar sesuai dengan bentuk pengecilan ukuran bisa merupakan operasi utama pada pengolahan pangan atau operasi tambahan. Pada pengecilan ukuran, bisa dibedakan antara pengecilan ukuran yang “ekstrim” (penggilingan) dengan pengecilan ukuran yang produknya relatif berdimensi besar (pemotongan), ada beberapa tujuan dilakukannya pengecilan ukuran, yaitu : a).

Membantu proses ekstraksi, misalnya cairan gula dari tebu, dan sebagainya.

b). Mengecilkan bahan sampai ukuran tertentu untuk maksud tertentu. c). Memperluas permukaan bahan, untuk membantu proses pengeringan, proses ekstraksi, proses bleaching, dan sebagainya. d).

Membantu

proses

pencampuran

(mixing

atau

blending).

13

2. Metode Discovery a. Metode Metode berasal dari Bahasa Yunani “Methodos’’ yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Fungsi metode berarti sebagaialat untuk mencapai tujuan ( http://ktiptk.blogspirit.com/2010/04) Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru dan penggunaannya bervariasi sesuai tujuan yang ingin dicapai setelah pembelajaran berakhir. Seorang guru tidak akan dapat melaksanakan tugasnya bila dia tidak menguasai satupun metode pembelajaran yang telah dirumuskan para ahli psikologi dan pendidikan (Syaiful Bahri Djamarah, 1997: 72). Menurut Winamo Surakhmad, metode adalah cara, yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan. Hal ini berlaku baik bagi guru maupun bagi siswa. (http://www.banjar-jabar.go.id/index.php? Pilih =news&mod=yes&aksi=li hat&id=487). Jadi, dapat disimpulkan bahwa metode merupakan suatu cara agar tujuan pengajaran tercapai sesuai dengan yang telah dirumuskan oleh pendidik. Oleh karena itu pendidik perlu mengetahui, mempelajari beberapa metode mengajar, serta dipraktekkan pada saat mengajar.

14

b. Metode Discovery Discovery Learning merupakan metode yang dikembangkan oleh Jerome Bruner. Menurut Bruner (Markaban, 2006: 9), penemuan adalah suatu proses, jalan, atau cara dalam mendekati permasalahan. Proses penemuan dapat menjadi kemampuan umum melalui latihan pemecahan masalah dan praktek membentuk dan menguji hipotesis. Di dalam pandangan Bruner, belajar dengan penemuan adalah belajar untuk menemukan, dimana seorang siswa dihadapkan dengan suatu masalah atau situasi yang tampaknya ganjil sehingga siswa dapat mencari jalan pemecahan. Menurut Ruseffendi (2008: 8), metode penemuan adalah metode mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya itu, tidak melalui pemberitahuan tetapi sebagian atau ditemukan sendiri. Dengan demikian,

dalam

pembelajaran

dengan

penemuan,

siswa

dapat

memperoleh pengetahuan dari pengalamannya menyelesaikan masalah bukan melalui transmisi dari guru. Metode

Discovery

menurut

Sund

adalah

metode

mengajar

mempergunakan teknik penemuan. Metode discovery adalah proses mental dimana siswa mengasimilasi sesuatu konsep atau sesuatu prinsip. Proses mental tersebut misalnya mengamati, menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan, dan sebagainya. Dalam teknik ini siswa dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses

15

mental itu sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan instruksi (Roestiyah, 2001: 20). Sedangkan menurut Nafilah (2008: 3), metode penemuan adalah cara penyajian pelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan informasi dengan aktif. Metode penemuan melibatkan peserta didik dalam proses-proses mental dalam rangka pengembangannya. Metode ini memungkinkan para peserta didik menentukan sendiri informasi-informasi yang diperlukan untuk mencapai tujuan belajarnya. Menurut John W. Santrock (2008: 490) Metode penemuan (discovery learning) adalah pembelajaran dimana murid menyusun pemahaman sendiri. Pembelajaran penemuan berbeda dengan pendekatan instruksi langsung, dimana guru menjelaskan secara langsung informasi kepada murid. Dalam pembelajaran penemuan, murid harus mencari tahu sendiri. Menurut Herman Hudojo metode discovery merupakan suatu cara penyampaian topik-topik matematika sedemikian hingga proses belajar memungkinkan siswa menemukan sendiri pola-pola atau struktur-struktur matematika melalui serentetan pengalaman-pengalaman belajar yang lampau (2005: 95). Bahan ajaran pada metode ini, bahan ajaran tidak disajikan dalam bentuk jadi, tetapi setengah atau bahkan seperempat jadi. Bahan ajaran disajikan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab atau masalah-masalah yang harus dipecahkan (Nana Syaodih Sukmadinata, 2005: 184).

16

Metode Discovery merupakan komponen dari praktek pendidikan yang meliputi metode mengajar yang memajukan cara belajar aktif, berorientasi pada proses, mengarahkan sendiri, mencari sendiri dan reflektif. Menurut Encyclopedia of Educational Research, penemuan merupakan suatu strategi yang unik dapat diberi bentuk oleh guru dalam berbagai cara, termasuk mengajarkan keterampilan menyelidiki dan memecahkan masalah sebagai alat bagi siswa untuk mencapai tujuan pendidikannya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa metode discovery adalah suatu metode dimana dalam proses belajar mengajar guru memperkenankan siswa-siswanya menemukan sendiri informasi yang secara

tradisional

biasa

diberitahukan

atau

diceramahkan

(http://martiningsih.Blogspot.com/2010/12/macam-ma

saja

cam-metode-

pembelajaran.html). Menurut Suchman, penggunaan penemuan bertujuan

untuk

membantu kemandirian siswa dalam mengadakan penyelidikan melalui disiplin

berfikir

yang benar. Penemuan

mendorong

siswa

untuk

menemukan jawaban dari pertanyaan tentang mengapa sesuatu terjadi melalui pengumpulan bertujuan

untuk

menemukan sebagaimana

data yang logis. Di samping itu, penemuan

mengembangkan

strategi

berfikir

siswa

untuk

jawaban dari pertanyaan mengapa sesuatu terjadi kejadiannya

(http

://www.

laboratorium-

um.sch.id/files/BAB%20XII%20STRATEGI%20PEMBELA JARAN%20DENGAN%20METODE%20PENEMUAN.pdf).

17

Adapun kelemahan dan keunggulan metode discovery dalam proses pembelajaran menurut Roestiyah (2001: 20) adalah sebagai berikut: Keunggulan metode discovery 1) Teknik ini mampu membantu siswa untuk mengembangkan, memperbanyak kesiapan serta penguasaan keterampilan dalm proses kognitif/ pengenalan siswa. 2) Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat pribadi sehingga dapat kokoh/ mendalam tertinggal dalam jiwa siswa tersebut. 3) Dapat membangkitkan kegairahan belajar para siswa. 4) Teknik ini mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang dan maju sesuai dengan kemampuannya masingmasing. 5) Mampu mengarahkan cara siswa belajar, sehingga lebih memiliki motivasi yang kuat untuk belajar lebih giat. 6) Membantu siswa untuk memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri dengan proses penemuan sendiri. 7) Strategi ini berpusat pada siswa tidak pada guru. Guru hanya sebagai teman belajar saja dan membantu jika diperlukan.

Kelemahan metode discovery 1) Siswa harus ada kesiapan dan kematangan mental untuk cara belajar ini. Siswa harus berani dan berkeinginan untuk mengetahui keadaan sekitarnya dengan baik. 2) Bila kelas terlalu besar penggunaan teknik ini akan kurang berhasil. 3) Bagi guru dan siswa yang sudah terbiasa dengan perencanaan dan pengajaran tradisional mungkin akan sangat kecewa bila diganti dengan teknik penemuan. 4) Dengan teknik ini ada yang berpendapat bahwa proses mental ini terlalu mementingkan proses pengertian saja, kurang memperhatikan perkembangan/ pembentukan sikap dan keterampilan bagi siswa. Menurut Markaban (2006: 12), langkah yang perlu ditempuh guru mata pelajaran Menerapkan Teknik Konversi Bahan Dalam Pengolahan dalam pembelajaran menggunakan discovery adalah sebagai berikut: a. Merumuskan masalah yang akan diberikan kepada siswa dengan data secukupnya. b. Dari data yang diberikan guru, siswa menyusun, memproses, mengorganisir, dan menganalisis data tersebut. Dalam hal ini,

18

bimbingan guru dapat diberikan sejauh yang diperlukan. c. Siswa menyusun konjektur (prakiraan) dari hasil analisis yang dilakukannya. d. Bila dipandang perlu, konjektur yang telah dibuat siswa diperiksa oleh guru. Hal ini penting dilakukan untuk meyakinkan kebenaran prakiraan siswa, untuk menuju arah yang hendak dicapai. e. Apabila telah diperoleh kepastian tentang kebenaran konjektur tersebut, maka verbalisasi konjektur sebaiknya diserahkan juga kepada siswa untuk menyusunnya. f. Sesudah siswa menemukan apa yang dicari, hendaknya guru menyediakan soal latihan. Menurut Erman Suherman, dkk (2001: 213-214), untuk merencanakan

pengajaran

dengan

metode

discovery

hendaknya

diperhatikan bahwa: 1). Aktivitas siswa untuk belajar sendiri sangat berpengaruh. 2). Hasil akhir harus ditemukan sendiri oleh siswa. 3). Prasyarat-prasyarat yang diperlukan sudah dimiliki siswa. 4). Guru hanya bertindak sebagai pengarah dan pembimbing saja. Jadi dapat disimpulkan bahwa metode discovery adalah suatu metode belajar yang memungkinkan siswa menemukan sendiri sebagian atau seluruh informasi yang menjadi tujuan pembelajaran. Melalui metode Discovery, siswa didorong untuk belajar mandiri dan aktif karena siswa akan berfikir dan menggunakan kemampuannya sendiri untuk menemukan konsep, teorema, rumus, pola, aturan, dan sejenisnya. Guru bertindak sebagai

pembimbing

dan

pendorong

siswa

untuk

mendapatkan

pengalaman dengan melakukan kegiatan yang memungkinkan mereka untuk mandiri.

19

c. Aplikasi Metode Discovery dalam Pembelajaran Menerapkan Proses Pengecilan Ukuran Menurut Erman Suherman (2003: 212), penemuan sebagai metode pembelajaran merupakan penemuan yang dilakukan siswa. Dalam pembelajaran ini siswa menemukan sendiri sesuatu hal yang baru bagi mereka. Hal yang ditemukan siswa itu bukan merupakan hal yang benarbenar baru sebab sudah diketahui sebelumnya oleh orang lain. Seorang siswa dalam pembelajarannya berhasil menemukan sendiri suatu bentuk potongan, ia pun telah menemukan sesuatu yang baru bagi dirinya saja walaupun hal itu telah dikenal orang. Pengajaran dengan metode penemuan berharap agar siswa benarbenar aktif belajar menemukan sendiri bahan yang dipelajarinya. Sebagai contoh untuk mempelajari potongan sayuran berbentuk potongan cube dilakukan langkah-langkah seperti di bawah ini. Membuat potongan cube : Alat : kentang, pisau, talenan, serbet, kom, dan air. 1). Ambil satu buah kentang 2). Cuci kentang hingga bersih 3). Kupas kulit kentang setipis mungkin 4). Siapkan kom yang berisi air, untuk merendam kentang yang telah dikupas agar tidak berwarna coklat 5). letakkan kentang di atas telenan 6). potong kentang dengan ukuran 1½ cm x 1½ cm x 3cm

20

Catatan:Potongan yang dihasilkan memiliki ukuran yang seragam. a. Apakah semua hasil potongan kelompokmu bentuknya sama? b. Jika pada pertanyaan a, jawaban kelompokmu “ya”, bentuk potongan apakah namanya? c. Apakah semua potongan berukuran 1½ cm x 1½ cm x 3cm ? Hasil yang diperoleh kelompokmu dinamakan potongan cube. 7). Gunakan mistar untuk mengukur sisi masing-masing potongan kentang. 8). Sehingga diperoleh bentuk potongan cube Sebagai kesimpulan: a. Perhatikan potongan kentang yang telah terbentuk. b. Potongan kentang tersebut tersusun dari 6 sisi yang memiliki ukran 1½ cm x 1½ cm x 3cm yang terdiri dari persegi depan, persegi belakang, persegi atas, persegi bawah, persegi samping kiri dan persegi samping kanan

Kesimpulan: Bentuk potongan sayuran berbentu cube yaitu, potongan yang berbentuk persegi yang memiliki 6 buah sisi dengan ukuran 1½ cm x 1½ cm x 3cm

Untuk dapat menemukan, siswa harus melakukan terkaan, dugaan, coba-coba dan berbagai usaha lainnya. Pembelajaran menggunakan

21

metode discovery harus telah direncanakan sebelumnya karena sangat bergantung pada kemampuan siswa. Pelaksanaannya harus selalu disesuaikan dengan pengetahuan siswa yang telah diperoleh sebelumnya dan tidak semua bahan pelajaran dapat disajikan dengan metode discovery.

3. Lembar Kerja Siswa (LKS) Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan salah satu jenis alat bantu pembelajaran, bahkan ada yang menggolongkan ke dalam jenis alat peraga pembelajaran. Secara umum, LKS merupakan perangkat pembelajaran sebagai pelengkap

atau

sarana

pendukung pelaksanaan Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). LKS yang dikemukakan oleh Bulu (Sultan, 2008: 2) adalah lembar kerja yang berisi tentang informasi dan perintah atau instruksi dari guru kepada siswa untuk mengerjakan suatu kegiatan belajar dalam bentuk kerja, praktek, atau dalam bentuk penerapan hasil belajar untuk mencapai suatu tujuan. LKS ini sangat baik digunakan untuk menggalakkan keterlibatan peserta didik dalam belajar baik dipergunakan dalam penerapan metode terbimbing maupun untuk memberikan latihan pengembangan. Menurut Tobing (Budi Tjahjono, 2007: 24). Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah suatu lembaran yang diberikan kepada siswa sebagai sarana dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di sekolah. LKS dapat digunakan sebagai sarana pengajaran individual mendidik siswa untuk mandiri, percaya diri, disiplin, bertanggungjawab, dan dapat mengambil

22

keputusan. LKS dalam kegiatan belajar mengajar dapat dimanfaatkan pada tahap pemahaman konsep karena LKS dirancang untuk membimbing siswa dalam mempelajari topik. Pemanfaatan LKS pada tahap pemahaman konsep berarti LKS dimanfaatkan untuk mempelajari suatu topik dengan maksud memperdalam pengetahuan tentang topik yang telah dipelajari. Menurut Marsigit (2008: 3), manfaat pengembangan LKS adalah: a. b. c. d. e.

Memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja secara mandiri Memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama Memberi kesempatan kepada guru untuk mengembangkan berbagai macam kegiatan Menyediakan dokumen yang bermanfaat bagi siswa dan memberikan alternatif sumber materi pembelajaran Memberi kesempatan kepada siswa melakukan kegiatan penemuan.

Menurut Suyitno (Ahlis Widiyanto, 2007: 6), manfaat yang diperoleh dengan penggunaan LKS dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Mengaktifkan peserta didik dalam proses pembelajaran. Membantu peserta didik dalam mengembangkan konsep. Melatih peserta didik dalam menemukan dan mengembangkan keterampilan proses. Sebagai pedoman guru dan siswa dalam pelaksanaan pembelajaran. Membantu peserta didik memperoleh catatan tentang materi yang dipelajari melalui kegiatan belajar. Membantu peserta didik untuk menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis. Berdasarkan uraian di atas, LKS yang digunakan dalam penelitian ini

adalah lembar kerja yang berisi tentang informasi dan instruksi dari guru kepada siswa untuk mengerjakan suatu kegiatan belajar dalam bentuk kerja, praktek, atau dalam bentuk penerapan hasil belajar untuk mencapai suatu tujuan. Dalam proses pembelajaran menerapkan teknik konversi

23

bahan dalam pengolahan, LKS bertujuan untuk menemukan konsep atau prinsip dan aplikasi konsep atau prinsip.

4. Kemandirian Belajar a. Kemandirian Menurut Jacob Utomo (1990: 108), kemandirian adalah suatu kecenderungan menggunakan kemampuan sendiri untuk menyelesaikan masalah secara bebas, progresif dan penuh inisiatif. Kemandirian atau kematangan

pribadi

juga

dapat

didefinisikan

sebagai

keadaan

kesempurnaan dan keutuhan unsur budi dan badan dalam kesatuan pribadi (Drost, 1998: 39). Bhatia yang dikutip oleh Pergola Irianti (http://lib.ugm.ac.id/data/pub data/pusta/pirianti2.pdf) mengatakan bahwa kemandirian adalah suatu keadaan dimana individu mempunyai perilaku yang terarah pada dirinya sendiri. Kemandirian, menurut Sutari Imam Barnadib, meliputi perilaku mampu berinisiatif, mampu mengatasi hambatan/masalah, mempunyai rasa percaya diri dan dapat melakukan sesuatu sendiri tanpa bantuan orang lain. Pendapat tersebut juga diperkuat oleh Kartini dan Dali yang mengatakan bahwa kemandirian adalah hasrat untuk mengerjakan segala sesuatu bagi diri sendiri (http://www.e-psikologi.com/epsi/search.asp). Kemandirian merupakan salah satu unsur kepribadian yang penting, karena diperlukan oleh manusia agar dapat menyesuaikan diri secara aktif dalam

lingkungan.

Sumanto

menyampaikan

bahwa

pengertian

24

kemandirian

memiliki

beberapa

aspek

kemampuan,

antara

lain

mengarahkan perilaku sendiri, mengambil keputusan, bertanggung jawab, kepercayaan pada diri sendiri, bertindak bebas dan sifat keaslian dalam perilaku (Rosnida (2007: 20). Dari berbagai macam pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kemandirian adalah suatu keadaan yang dapat berdiri sendiri. Kemandirian merupakan inisiatif seseorang untuk menyelesaikan masalah dengan kemampuannya sendiri tanpa harus bergantung pada orang lain. Kemandirian merupakan hal yang sangat penting agar dapat mengarahkan dirinya ke arah tujuan dalam kehidupannya.

b. Kemandirian Belajar Stephen

Brookfield

(2000:

130-133)

mengemukakan

bahwa

kemandirian belajar merupakan kesadaran diri, digerakkan oleh diri sendiri, kemampuan pebelajar untuk mencapai tujuannya. Hiemstra (Desi Susilawati, 2009: 7-8) mendiskripsikan kemandirian belajar sebagai berikut: a. Siswa berusaha untuk meningkatkan tanggung jawab dalam mengambil berbagai keputusan dalam usaha belajarnya . b. Kemandirian dipandang sebagai suatu sifat yang sudah ada pada setiap orang dan situasi pembelajaran. c. Kemandirian bukan berarti memisahkan diri dari orang lain. d. Pembelajaran mandiri dapat menstransfer hasil belajarnya yang berupa pengetahuan dan keterampilan dalam berbagai situasi. e. Siswa yang belajar mandiri dapat melibatkan berbagai sumber daya dan aktivitas seperti membaca sendiri, belajar kelompok, latihan dan kegiatan korespondensi.

25

f. Peran efektif guru dalam belajar mandiri masih dimungkinkan, seperti berdialog dengan siswa, mencari sumber, mengevaluasi hasil dan mengembangkan berfikir kritis. g. Beberapa institusi pendidikan menemukan cara untuk mengembangkan belajar mandiri melalui program pembelajaran terbuka.

Utari Sumarmo (Farida Fauziah, 2008: 21) memberikan tiga karakteristik kemandirian belajar, yaitu bahwa individu: 1) Merancang belajar sendiri sesuai dengan tujuannya 2) Memilih srategi kemudian melaksanakan rancangan belajarnya 3) Memantau

kemajuan

belajarnya,

mengevaluasi

hasilnya

dan

dibandingkan dengan standar tertentu Jadi

dapat

disimpulkan

bahwa

kemandirian

belajar

adalah

kecenderungan atau keadaan yang berasal dari dalam diri siswa untuk melakukan kegiatan belajar guna menguasai kompetensi tertentu, dimana siswa mempunyai tanggung jawab yang besar dalam mencapai tujuan pembelajaran baik dalam penggunaan strategi belajar, sumber belajar, perencanaan, pelaksanaan, maupun evaluasi pembelajaran, tanpa terlalu tergantung pada guru atau pendidik.

c. Aspek-aspek Kemandirian Belajar a. Motivasi Motivasi adalah ‘pendorongan’ yaitu suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai suatu hasil atau tujuan tertentu (Ngalim Purwanto,

26

2006: 71). Motivasi menurut Goleman adalah hasrat yang paling dalam untuk menggerakkan dan menuntut kita menuju sasaran, membantu kita mengambil inisiatif dan bertindak sangat efektif, serta untuk bertahan menghadapi kegagalan dan frustasi (Hamzah B. Uno, 2007: 85). Menurut Oemar Hamalik (2003: 158) motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Sedangkan Winkel (1996: 92) menyatakan bahwa motivasi adalah keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar, dan memberikan arah kegiatan belajar itu demi mencapai satu tujuan. Jadi dapat disimpulkan bahwa motivasi tampak dalam tingkat kesungguhan seseorang dalam mengerjakan sesuatu. Motivasi mendorong seseorang untuk bergerak kearah pencapaian tujuan tertentu dan ketekuan dalam mengerjakannya. Dalam hal belajar matematika, motivasi siswa tampak dalam rasa keingintahuan, kemampuan memperhatikan, mempelajari dan mempraktikan keterampilan matematika yang diperoleh, tekun dan mencari alternatif pemecahan ketika siswa menghadapi kesulitan dalam belajar menerapkan proses pengecilan ukuran .

27

b.

Inisiatif Ubaydillah

(http://www.e-psikologi.com/epsi/search.asp)

menyatakan bahwa inisiatif adalah kemampuan seseorang dalam melakukan sesuatu tanpa menunggu perintah lebih dahulu. Ini semua dilakukan

dengan tujuan untuk memperbaiki atau

meningkatkan hasil pekerjaan, untuk menciptakan peluang baru atau untuk menghindari timbulnya masalah yang mungkin akan muncul. Inisiatif menurut Imadea adalah kemampuan seseorang untuk mengendalikan hidupnya, dan mengarahkan pertentangan tujuan dan

ambisinya

menuju

orientasi

yang

ia

inginkan

(http://imadea.multiply.com/journal/item/107/MenjadiMuslimah inisiatif). Ciri-ciri orang yang mempunyai inisiatif bagus: 1). gigih dalam memperjuangkan sesuatu 2). mengkalkulasi peluang 3). berusaha melebihi dari yang ditugaskan 4). antisipasi terhadap masalah atau persiapan menyambut peluang Dalam hal pembelajaran, Sri Rumini dkk (1993: 11) menjelaskan bahwa belajar akan menjadi bermakna bila dilakukan atas inisiatif sendiri dan melibatkan perasaan maupun pikiran. Inisiatif merupakan kemampuan untuk menemukan ide atau

28

pikiran yang dapat dikemukakan kepada orang lain. Agar siswa memiliki inisiatif maka perlu diberi dorongan untuk dapat mengembangkan potensi dirinya. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa inisiatif dalam pembelajaran matematika adalah kemampuan siswa yang terlihat ketika siswa mengemukakan ide atau pendapat dalam kegiatan pembelajaran dalam wujud bertanya atau menjawab tanpa menunggu ditunjuk oleh guru. c.

Percaya Diri Menurut Jacinta F. Rini (http://www.e-psikologi.com/epsi /search.asp) , kepercayaan diri adalah sikap positif seorang individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan/situasi yang dihadapinya. Percaya diri berarti yakin akan kemampuannya untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dan masalah. Menurut Anita Lie (2003: 4) ciri-ciri perilaku yang percaya diri adalah: 1). yakin kepada diri sendiri 2). tidak bergantung kepada orang lain 3). tidak ragu-ragu 4). merasa diri berharga 5). tidak menyombongkan diri 6). memiliki keberanian untuk bertindak

29

Dalam kegiatan pembelajaran matematika, sikap percaya diri siswa dapat dilihat dari keyakinan atas kemampuannya dalam tugas belajar matematika, keberanian menentukan ide, gagasan, atau pendapat dan berani menerima atau menghadapi penolakan atas pendapatnya tersebut, tidak yang baik, mudah menyerah, memiliki pengendalian diri dan

memiliki penilaian positif

terhadap diri sendiri. Percaya diri dalam kegiatan pembelajaran juga dapat ditunjukkan oleh siswa dengan berani untuk tampil ke depan atau presentasi serta mengerjakan kuis dan ulangan harian tanpa melihat pekerjaan orang lain. d.

Disiplin Menurut Suharsimi Arikunto (1993: 114), disiplin merupakan sesuatu yang berkenaan dengan pengendalian diri seseorang terhadap bentuk-bentuk aturan, kepatuhan seseorang dalam mengikuti peraturan didorong oleh kesadaran pribadinya, dan bukan kepatuhan yang terjadi karena adanya rasa takut kepada orang lain atau didesak oleh orang lain. Sedangkan menurut Radno Harsanto (2007: 28) perilaku murid yang tidak disiplin, yang dinilai mengganggu proses pembelajaran adalah sebagai berikut: 1)

berbicara dengan teman sebangku

2)

bersendau gurau

3)

membuat gaduh dengan alat tulis / tempat duduk

30

4)

tidak mau melaksanakan tugas kelas

5)

bermalas-malasan

6)

menunda-nunda pelaksanaan tugas kelas Disiplin

adalah

sikap

individu

yang

terbentuk

dari

serangkaian perilaku yang menunjukkan ketaatan dan keteraturan terhadap aturan yang berlaku. Sikap disiplin yang dapat diamati dalam kegiatan pembelajaran menerapkan teknik konversi bahan dalam pengolahan yaitu siswa hadir tepat waktu pada saat mengikuti pelajaran matematika dan siswa tepat waktu dalam mengumpulkan tugas atau PR menerapkan teknik konversi bahan dalam pengolahan. e.

Tanggung Jawab Darius

(http://id.shvoong.com/books/1773765-tanggung-

jawab/) menyatakan bahwa tanggung jawab adalah sesuatu yang harus dilakukan agar menerima sesuatu yang dinamakan hak. Tanggung jawab merupakan segala resiko dari hasil keputusan yang telah diambilnya. Tanggung jawab siswa akan muncul apabila siswa dapat diberi kesempatan untuk menentukan targetnya sendiri dalam belajar. Karakteristik siswa yang memiliki tanggung jawab dalam belajar antara lain adalah memiliki kesadaran diri untuk belajar dan melaksanakannya, ulet atau pantang menyerah, selalu mengusahakan yang terbaik, mampu mengendalikan diri, disiplin,

31

dan memiliki pertimbangan mengenai akibat dari setiap keputusan yang diambil. Adapun bentuk-bentuk tanggung jawab yang dimiliki siswa berdasar uraian di atas pada saat kegiatan pembelajaran matematika berlangsung adalah siswa bersungguh-sungguh dalam mengerjakan

tugas-tugas

tersebut

dan

berusaha

cepat

menyelesaikan dengan tuntas sesuai waktu yang ditentukan.

B. Penelitian yang Relevan Penelitian oleh Dian Agung Wibowo (2009) dengan judul “Tingkat Kemandirian Belajar Siswa Kelas VIII Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani Di SMP Negeri 4 Depok” yang merupakan penelitian deskriptif dengan metode survey dan teknik pengambilan datanya menggunakan angket yang diujikan terhadap 30 siswa dengan hasil bahwa dalam mata pelajaran pendidikan jasmani siswa cukup mandiri. Berdasarkan hasil penelitian eksperimen Dwi Darmadi (2007: 56) yang berjudul “Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif dengan Metode Penemuan Berbantuan Lembar Kerja Siswa (LKS) pada Pembelajaran Matematika Sub Materi Pokok Trigonometri Kelas X SMA Negeri 8 Semarang Semester 2 Tahun Pelajaran 2006/2007”, diperoleh bahwa model pembelajaran kooperatif dengan metode penemuan berbantuan LKS lebih baik daripada pembelajaran konvensional dengan metode ekspositori. Hal ini terlihat dari rata-rata prestasi belajar kelompok eksperimen = 65,35 lebih

32

tinggi dibandingkan dengan rata-rata prestasi belajar kelompok kontrol = 58,58.

C. Kerangka Berpikir Salah satu masalah yang dihadapi guru menerapkan proses pengecilan ukuran SMK Negeri 1 Pandak adalah kurangnya kemandirian siswa dalam pembelajaran menerapkan proses pengecilan ukuran. Oleh sebab itu, diperlukan suatu alternatif metode pembelajaran yang dapat meningkatkan kemandirian belajar menerapkan proses pengecilan ukuran siswa. Salah satu alternatif itu adalah dengan menerapkan metode Discovery. Metode Discovery adalah salah satu metode pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berfikir, menganalisis, mempelajari serta menyimpulkan atas pokok-pokok materi yang telah disiapkan oleh guru. Dalam metode discovery, guru membimbing siswa jika diperlukan dan siswa didorong untuk berpikir mandiri, sehingga siswa dapat menemukan cara penyelesaian dan pembuatan kesimpulan berdasarkan bahan ajar yang disiapkan oleh guru. Dalam pelaksanaannya siswa akan diberikan kesempatan untuk berfikir, menganalisis, serta menyimpulkan atas pokok-pokok materi berdasarkan langkah-langkah yang disediakan oleh guru yang tertuang dalam Lembar Kegiatan Siswa. Setelah siswa menyimpulkan suatu pokok materi, kemudian siswa diberi kesempatan untuk menyelesaikan soal sesuai kemampuan mereka sebagai bentuk pengaplikasian konsep yang mereka temukan ke

33

dalam suatu masalah/soal.

Dalam pengerjaannya, siswa dituntut untuk

mandiri sehingga dapat melibatkan aktivitas fisik dan mental untuk memperoleh pengalaman belajar mereka. Pembelajaran menerapkan proses pengecilan ukuran menggunakan metode Discovery, kompetensi yang dipilih yaitu menerapkan proses pengecilan ukuran dan bentuk produk / forming pada pengolahan sayuran dan ikan, siswa dimungkinkan dapat termotivasi, memiliki inisiatif, mempunyai rasa percaya diri dan mempunyai tanggung jawab dalam pembelajaran menerapkan proses pengecilan ukuran sehingga terbentuk kemandirian belajar menerapkan proses pengecilan ukuran. Untuk lebih jelas kerangka berpikir dapat dilihat pada gambar 1 dibawah ini :

34

Kompetensi Keahlian Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian

Standar Kompetensi : Menerapkan Teknik Konversi Bahan Dalam Pengolahan Kompetensi Dasar : Menerapkan proses pengecilan ukuran dan bentuk produk

Perencanaan : Perangkat pembelajaran (RPP, LKS)

Refleksi

Siklus I

Pelaksanaan : Metode Discovery

Pengamatan : Kemandirian belajar

Perencanaan : Perangkat pembelajaran (RPP, LKS)

Refleksi

Siklus II

Pengamatan : Kemandirian belajar

Selesai Gambar 1. Diagram Alir Proses Penelitian

Pelaksanaan : Metode Discovery

35

D. Hipotesis Tindakan Pembelajaran

pada

pokok

bahasan

pengecilan

ukuran

dengan

menerapkan metode discovery, dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa kelas X TPHP 1 SMK Negeri 1 Pandak.

36

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan secara kolaboratif dan partisipatif. Kolaboratif artinya peneliti bekerjasama dengan guru kelas, sedangkan partisipatif artinya peneliti dibantu teman sejawat (observer). Penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan informasi bagaimana cara untuk meningkatkan kemandirian belajar menerapkan proses pengecilan ukuran siswa menggunakan metode discovery. Oleh sebab itu, penelitian ini difokuskan pada tindakan-tindakan sebagai usaha untuk meningkatkan kemandirian belajar dalam proses belajar menerapkan proses pengecilan ukuran menggunakan metode discovery.

B. Subjek dan Objek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X TPHP 1 SMK Negeri 1 Pandak yang berjumlah 32 siswa. Pengambilan kelas X TPHP 1 sebagai subjek, dilakukan berdasarkan kesepakatan dengan guru Pengolahan hasil pertanian yang mengampu. Sedangkan objek dalam penelitian ini adalah keseluruhan proses pembelajaran menerapkan proses pengecilan ukuran dengan metode discovery.

37

C. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas X TPHP 1 SMK Negeri 1 Pandak pada bulan Januari-Februari 2011 dengan menyesuaikan jadwal pelajaran menerapkan proses pengecilan ukuran di kelas tersebut.

D. Setting Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 1 Pandak dimana kelas X TPHP terdiri dari dua kelas. Setting yang digunakan dalam penelitian ini adalah setting kelas dalam kegiatan pembelajaran menerapkan proses pengecilan ukuran di kelas X TPHP 1 SMK N 1 Pandak Bantul. Pemilihan kelas X TPHP 1 sesuai dengan kesepakatan peneliti dan guru menerapkan proses pengecilan ukuran yang mengajar di kelas tersebut.

E. Desain Penelitian Dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti menggunakan model Kemmis dan Mc. Taggart. Pelaksanaan penelitian tindakan meliputi empat langkah yaitu perencanaan (planning), tindakan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflection). Setiap langkah pelaksanaan termuat dalam suatu siklus. Siklus dihentikan jika peneliti dan guru sepakat bahwa penelitian yang dilakukan sesuai dengan rencana dan kemandirian belajar Menerapkan Teknik Konversi Bahan Dalam Pengolahan siswa mengalami peningkatan. Penelitian ini direncanakan terdiri dari dua siklus. Adapun rincian langkah-langkah dalam setiap siklus dijabarkan sebagai berikut:

38

Siklus I 1. Perencanaan Pada langkah perencanaan, peneliti membuat rencana tindakan yang akan dilakukan dalam penelitian, yaitu menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai materi yang diajarkan dengan metode Discovery, menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS), menyiapkan soal tes tiap akhir siklus, menyiapkan lembar observasi kegiatan pembelajaran dengan metode Discovery, membuat pedoman wawancara siswa dan guru, dan membuat angket kemandirian belajar menerapkan proses pengecilan ukuran siswa. Instrumen tersebut disusun dan dikonsultasikan sebelumnya dengan dosen pembimbing dan guru mata pelajaran menerapkan proses pengecilan ukuran. 2. Pelaksanaan Tindakan Setelah dilakukan perencanaan, selanjutnya dilaksanakan tindakan dengan menerapkan metode pembelajaran Discovery. Pembelajaran terdiri dari 3 kegiatan, yaitu: 1) Kegiatan Awal a. Guru mengkomunikasikan kompetensi dan tujuan yang akan dicapai. b. Guru melakukan apersepsi yang berkaitan dengan materi pembelajaran. 2) Kegiatan Inti a. Siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok.

39

b. Guru memberikan permasalahan kepada masing-masing kelompok dengan data secukupnya dalam LKS sesuai dengan metode Discovery. c. Guru meminta siswa untuk berdiskusi dalam mengerjakan LKS. d. Siswa mempresentasikan hasil diskusi dan melakukan pengecekan jawaban. 3) Kegiatan Akhir Kegiatan akhir pembelajaran meliputi kegiatan guru dan siswa dalam membuat kesimpulan dan refleksi materi yang telah dipelajari. 3. Pengamatan (Observasi) Selama proses pembelajaran berlangsung, peneliti dibantu observer melakukan observasi. Kegiatan ini dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi sebagai upaya untuk mengetahui jalannya pembelajaran dan bagaimana aktivitas siswa. Sedangkan kejadian yang tidak terdapat pada lembar observasi merupakan catatan lapangan. 4. Refleksi Refleksi dilakukan dengan cara mengumpulkan semua catatan dan data yang diperoleh selama proses pembelajaran. Kemudian semua catatan dan data tersebut dianalisis. Hasil analisis didiskusikan dengan guru untuk mengetahui kebenaran data tersebut dan untuk mengetahui kekurangankekurangan yang terjadi selama proses pembelajaran. Hasil refleksi digunakan oleh peneliti dan guru untuk menentukan perlu tidaknya

40

dilakukan tindakan ulang atau siklus lanjutan dan menentukan perbaikan tindakan pada siklus selanjutnya. Rancangan Penelitian Siklus II Kegiatan yang dilaksanakan pada siklus II dimaksudkan sebagai perbaikan dari siklus I. Tahapan pada siklus II sama dengan siklus I, yaitu diawali dengan perencanaan (planning), dilanjutkan dengan pelaksanaan tindakan (action), observasi (observation), dan refleksi (reflection). Jika dievaluasi pada akhir siklus tidak terjadi peningkatan, dilaksanakan siklus III, siklus IV, dan seterusnya yang tahap-tahapnya seperti pada siklus I dan II. Siklus berhenti jika tujuan penelitian sudah tercapai yaitu jika kemandirian belajar menerapkan proses pengecilan ukuran siswa SMK N 1 Pandak menggunakan metode discovery telah meningkat.

F. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi Observasi dilakukan dengan cara melakukan pengamatan dan pencatatan mengenai proses kegiatan pembelajaran dan kegiatan siswa selama proses kegiatan belajar mengajar dengan metode Discovery. Pengamat observasi terdiri dari dua orang untuk menjaga keobjektifan data. Observer adalah tim teaching yang terdiri dari dua orang guru, tim observer pertama adalah ibu Ir. Mujiasih, dan observer kedua ibu Sri Mardiatik S.TP

41

2. Wawancara Wawancara dilakukan pada siswa untuk mengetahui hal-hal yang kurang dapat diamati pada saat observasi dan untuk melengkapi data respons siswa. Pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan disusun dengan menggunakan pedoman wawancara mengacu pada kemandirian belajar siswa dalam pembelajaran menerapkan proses pengecilan ukuran. 3. Angket Angket digunakan untuk memperkuat data yang telah diperoleh berdasarkan lembar observasi mengenai kemandirian belajar siswa terhadap

pembelajaran

menerapkan

proses

pengecilan

ukuran

menggunakan metode discovery. Angket diberikan setiap akhir siklus. Angket

ini

berisi

pernyataan-pernyataan

yang

berkaitan

dengan

kemandirian siswa dalam belajar. Angket ini meliputi aspek-aspek motivasi, inisiatif, percaya diri, disiplin, dan tanggung jawab. 4. Tes Tes diberikan kepada siswa secara tertulis untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang telah dipelajari. Tes ini dikerjakan secara individual oleh siswa. 5. Catatan lapangan Catatan lapangan dalam penelitian ini digunakan untuk melengkapi data dalam proses pembelajaran yang tidak terdapat dalam pedoman observasi.

42

6. Dokumentasi Dokumentasi berupa foto digunakan untuk memberikan gambaran secara konkret mengenai kegiatan siswa dan kemandirian belajar siswa selam proses pembelajaran berlangsung. Selain itu terdapat dokumentasi berupa hasil jawaban tes siswa.

G. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Pedoman Observasi Pedoman observasi digunakan untuk melakukan pengamatan dan pencatatan secara logis, sistematis, dan rasional terhadap pembelajaran. Pedoman observasi digunakan selama proses pelaksanaan tindakan berlangsung dengan mencatat kegiatan siswa selama pembelajaran menggunakan metode discovery. Untuk lebih jelas aspek-aspek yang diamati pada pedoman observasi dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini :

43

Tabel 2 Pedoman Observasi Kegiatan Pembelajaran dengan Metode Discovery No. Aspek yang Diamati No Butir 1. Pendahuluan a. Mempersiapkan hal-hal yang dibutuhkan dalam kegiatan belajar mengajar sesuai 1.a, 1.b dengan metode pembelajaran yang akan digunakan b. Mengkomunikasikan kompetensi dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai 1.c melalui metode pembelajaran yang akan digunakan c. Melakukan apersepsi terhadap materi 1.d yang akan ditemukan siswa 2. Kegiatan Inti a. Mengelompokkan siswa dan memberi 2.a LKS yang telah disusun sesuai dengan metode yang digunakan b. Memberi arahan tentang LKS yang akan dikerjakan siswa dalam proses 2.b pembelajaran dengan metode Discovery. c. Siswa berdiskusi mengumpulkan dan menganalisis data yang terdapat dalam 2.c LKS d. Siswa bertanya kepada teman sekelompok atau guru dalam mengerjakan LKS atau 2.d dalam menyelesaikan soal e. Siswa sekelompok saling membantu 2.e menjelaskan jika mengalami kesulitan f. Siswa menyusun kesimpulan dari hasil 2.f analisis g. Membimbing siswa dalam menyusun 2.g kesimpulan h. Presentasi hasil temuan kelompok 2.h, 2.i i. Siswa mengumpulkan hasil pekerjaan 2.j 3. Penutup a. Menyimpulkan hasil yang telah 3.a ditemukan siswa b. Memberikan latihan soal yang berkenaan 3.b dengan hasil yang telah ditemukan siswa c. Mengingatkan siswa materi pertemuan 3.c berikutnya

44

2. Pedoman Wawancara Pedoman wawancara disusun untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi guru dan untuk mendapatkan informasi yang lengkap yang sulit ditemukan melalui observasi atau mengecek data yang didapat melalui observasi.

Wawancara

dilakukan dengan guru

pelajaran

menerapkan proses pengecilan ukuran di kelas X TPHP 1 dan beberapa siswa kelas X TPHP 1 SMK Negeri 1Pandak Bantul. Wawancara juga digunakan untuk mengkonfirmasi informasi dan data yang meragukan. Pedoman wawancara berisikan pertanyaan-pertanyaan yang mengacu pada kemandirian belajar siswa dalam pembelajaran menerapkan proses pengecilan ukuran. 3. Angket Kemandirian Belajar Menerapkan Proses Pengecilan Ukuran Angket kemandirian belajar menerapkan proses pengecilan ukuran digunakan untuk mengumpulkan data mengenai kemandirian siswa terhadap pembelajaran menerapkan proses pengecilan ukuran yang dilaksanakan. Angket tersebut berisi pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan aspek motivasi, inisiatif, percaya diri, disiplin dan tanggung jawab siswa terhadap pelajaran menerapkan proses pengecilan ukuran. 4. Tes Tertulis Tes tertulis yang dimaksud adalah tes evaluasi yang diberikan apabila sub bab telah selesai. Tes ini diberikan setiap akhir siklus. Tes evaluasi digunakan untuk mengukur penguasaan dan kemampuan para siswa setelah menerima proses pembelajaran dengan metode discovery.

45

Instrumen ini juga digunakan sebagai sumber tambahan dalam melihat perkembangan kemandirian belajar siswa yang dilihat dari aspek peningkatan nilai dan hasil belajar siswa setelah diberikan tindakan. Tes evaluasi digunakan untuk mengetahui ketercapaian prestasi belajar siswa. 5. Catatan Lapangan Catatan lapangan merupakan sumber yang sangat penting dalam penelitian tindakan kelas ini. Hal-hal yang dicatat antara lain suasana kelas, pengelolaan kelas, interaksi guru dan siswa, interaksi siswa dengan siswa, dan segala sesuatu yang terjadi selama pembelajaran berlangsung. 6. Dokumentasi Dokumentasi dilakukan untuk memperkuat data yang diperoleh dari observasi. Untuk memberikan gambaran saat kegiatan pembelajaran berlangsung, maka digunakan dokumentasi berupa foto.

H. Validitas dan Reliabilitas Instrumen 1. Validitas Instrumen Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen Suharsimi Arikunto (2002:144). Selanjutnya Sutrisno Hadi (1997:18) menyatakan bahwa instrumen dikatakan valid apabila mempunyi unsur kejituan dan kejelian. Jitu artinya instrumen tersebut dapat memberi fungsi sebagaimana mestinya dan teliti apabila instrumen tersebut dapat memberikan hasil yang sesuai dengan besar kecilnya gejala atau bagaimana gejala itu diukur.

46

a) Uji Validitas Materi Pengujian validitas materi digunakan untuk memperoleh kesahihan instrument penelitian sehingga dapat digunakan dalam proses belajar mengajar. Pengujian validitas materi untuk proses belajar mengajar dilakukan dengan metode validitas isi. Pengujian validitas isi dilakuka dengan cara menguatkan pendapat dari para ahli dalam bidang yang bersangkutan (experts judgment) sebanyak 2 orang yaitu dosen ahli media ibu Fitri Rahmawati M.P dan guru ahli materi menerapkan proses pengecilan ukuran ibu Ir. Nurani Yuni Hastiwi. b) Uji Validitas Lembar Observasi, Pedoman Wawancara, dan Tes Tertulis Pengujian validitas lembar observasi Pedoman Wawancara, dan Tes Tertulis pada kegiatan pembelajaran dilakukan dengan menggunakan metode validitas isi. Validitas isi ditetapkan menurut rasio atau logika terhadap isi butir-butir instrument dengan penilaian berdasarkan pertimbangan subjektif individu (judgement) sebanyak 2 orang yaitu dosen ahli media ibu Fitri Rahmawati M.P dan guru ahli materi menerapkan proses pengecilan ukuran ibu Ir. Nurani Yuni Hastiwi. c) Uji Validitas Angket Suatu instrumen dikatakan valid jika instrumen yang digunakan dapat mengukur apa yang hendak diukur (Gay,1983). Validitas suatu instrumen penelitian, tidak lain adalah derajat yang menunjukkan dimana

47

suatu tes mengukur apa yang hendak diukur, prinsip tes adalah valid, tidak universal. Pengujian validitas instrumen dengan menggunakan validitas kriteria (Criteria Validity) dan validitas isi (Content Validity). Validitas angket dilakukan dengan menggunakan rumus koefisien korelasi product moment pearson yaitu (Suharsimi Arikunto, 2006:170) : rxy =

N  XY  ( X )( Y )

N  X   ( X ) N  Y 2

2

2

 ( Y ) 2



Keterangan : rxy

= koefiesien korelasi antara variabel X dan Y

N

= jumlah subyek

∑xy

= jumlah perkalian x dan y

X2

= kuadrat dari X

Y2

= kuadrat dari Y Berdasarkan hasil perhitungan apabila nilai corrected item-total

correlation tersebut  0,239 maka butir pernyataan dalam angket dinyatakan

valid

Dalam

pengujian

validitas

instrumen,

peneliti

menggunakan bantuan komputer program SPSS 19. Oleh karena itu dalam mencari validitas butir langsung dapat mengetahui apakah butir gugur atau tidak. Tabel 3. Pedoman Pemberian Interprestasi terhadap Koefisien Korelasi Interval Koefisien 0,00 – 0,99 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,000 (Sugiyono, 2005:216)

Tingkat Hubungan Sangat Rendah Rendah Sedang Kuat Sangat Kuat

48

2. Reliabilitas Instrumen Secara internal reliabilitas instrumen dapat diuji dengan menganalisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen dengan teknik tertentu. Pengujian reliabilitas ini dianalisis dengan teknik Alfa Cronbach yang dikemukakan oleh Sugiyono (2005:282) berikut rumus koefisien reliabilitas Alfa Cronbach : 2 k   Si  ri  1 k  1  St 2 

St

2

 xt 

2

n

  xt    2   n 

Si 2 

Jki Jks  2 n n

2

Keterangan : ri

= reliabilitas internal seluruh instrumen

k

= mean kuadrat antar subyek

∑Si2

= mean kuadrat kesalahan

St2

= varians total

Jki

= jumlah kuadrat seluruh skor item

Jks

= jumlah kuadrat subyek

I. Hasil Uji Coba Instrumen a. Hasil perhitungan validitas instrumen 1). Angket kemandirian belajar Berdasarkan hasil analisis validitas menunjukkan bahwa angket kemandirian belajar yang berjumlah 30 butir, dinyatakan gugur 4 butir

49

yaitu butir nomor 10, 12, 21, dan 23 karena 4 butir tersebut mempunyai nilai corrected item-total correlation kurang dari 0,239. dengan demikian butir pernyataan angket kemandirian belajar yang dinyatakan valid dan akan digunakan untuk proses pengambilan data selanjutnya berjumlah 26 butir. Untuk memperjelas hasil analisis validitas terhadap instrumen dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini : Tabel 4. Rangkuman Hasil Perhitungan Validitas Instrumen Butri Sebelum Butir Gugur Butir Valid Diuji Setelah Diuji Setelah Diuji Aspek No. Jumlah No. Jmlh No. Jmlh Butir Butir Butir Butir Butir Butir Motivasi 1, 2, 17, 1, 2, 23, 26, 17, 26, 6 23 1 5 27 27

No 1

2

Inisiatif

3

Percaya Diri

4

Disiplin

5

Tanggung Jawab

Jumlah

6, 12, 13, 14, 22, 28, 4 ,7, 9, 11, 19, 29 3 ,8, 18, 20, 21, 25, 30 5 ,10, 15,16, 24

6

12

1

6

-

-

7

21

1

5

10

1

30

4

6, 13, 14, 22, 28, 4 ,7, 9, 11, 19, 29 3 ,8, 18, 20, 25, 30 5 ,10, 15,16, 24

5

6

6

4 26

b. Hasil perhitungan reliabilitas instrumen Setelah pengujian validitas, selanjutnya adalah dilakukan pengujian reliabilitas, dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan formula Alpha dari Cronbach, dan kriteria koefisien Alpha minimal yang dapat

50

diterima telah ditetapkan sebesar 0,70. Hasil reliabilitas instrumen dapat dilihat pada tabel 3 dibawah ini : Tabel 5. Rangkuman Hasil Perhitungan Reliabilitas Instrumen No

Variabel

Koefisien Alpha

1.

Kemandirian Belajar

0,913

Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa variabel mempunyai koefisien Alpha diatas 0,70. hal ini membuktikan bahwa instrumen penelitian yang berupa angket dan tes yang digunakan dalam penelitian ini, reliabel.

J. Teknik Analisis Data Teknik analisi data adalah suatu cara yang digunakan untuk mengolah data agar dapat menghasilkan suatu kesimpulan yang tepat. Penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif dengan model teknik analisis interaktif yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman yang terdiri dari tiga komponen kegiatan yang saling terkait satu sama lain yaitu reduksi data, beberan (display) data dan menarik kesimpulan (Sumarsi Madya, 2007:75) a. Data hasil pelaksanaan pembelajaran Untuk mengetahui proses pembelajaran dengan metode discovery, digunakan data yang diperoleh dari lembar observasi, catatan lapangan, dan hasil tes wawancara yang dianalisis secara deskriptif.

51

b. Data angket siswa Pedoman penskoran untuk angket dengan pernyatan positif maka diambil ketentuan bahwa jika jawabannya ”selalu” diberi skor 4, ”sering” diberi skor 3, ”kadang-kadang” diberi skor 2, dan jika ”tidak pernah” diberi skor 1. sedangkan pedoman penskoran untuk angket dengan pernyatan negatif diambil ketentuan bahwa jika jawabannya ”selalu” diberi skor 1, ”sering” diberi skor 2, ”kadang-kadang” diberi skor 3, dan jika ”tidak pernah” diberi skor 4. Kemudian hasil angket tersebut dilakukan analisa sebagai berikut : 1) Masing-masing butir pernyataan dikelompokkan sesuai dengan aspek yang diamati 2) Berdasarkan pedoman penskoran yang telah dibuat, kemudian dihitung jumlah skor tiap-tiap butir pernyataan sesuai dengan aspek-espek yang diamati. Perhitungan persentase yang digunakan adalah sebagai berikut : Jumlah skor tiap aspek Persentase =

x 100 % Jumlah skor maksimal tiap aspek

3) Jumlah hasil skor yang diperoleh pada setiap aspek selanjutnya dipresentase dan dikategorikan sesuai dengan kualifikasi hasil angket (Sutrisno Hadi,1999:216)

52

Tabel 6. Kualifikasi Hasil Persentase Skor Angket

Persentase skor diperoleh 85 % - 100 % 70 % - 84 % 55 % - 69 % 40 % - 54 % 0 % - 39 %

yang Kategori Sangat Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik Sangat Kurang

X = persentase skor hasil angket c. Data hasil tes siswa Pada tiap akhir siklus siswa diberikan tes. Rata-rata dihitung menggunakan rumus berikut (Sutrisno Hadi, 2004:13) : ΣX X= N Ket :

X

= Nilai rata-rata

ΣX

= Jumlah seluruh skor

N

= Banyak subjek

d. Penyajian Kesimpulan Langkah selanjutnya yaitu membandingkan data hasil angket, hasil observasi, dan hasil tes guna mengecek keabsahan data. Untuk memperkuat data, digunakan pula dokumen yang berupa foto-foto selama proses pembelajaran berlangsung. Data-data yang telah dianalisis kemudian digunakan untuk menarik kesimpulan.

53

K. Indikator Keberhasilan Komponen-komponen yang menjadi indikator perubahan tiap siklus dalam penelitian ini adalah: 1. Motivasi Siswa diharapkan menunjukkan sikap responsif, senang, semangat yang tinggi, lebih serius dan tidak mudah frustasi dalam mengikuti pembelajaran menerapkan proses pengecilan ukuran. 2. Inisiatif Siswa berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran, dapat dilihat dari keaktifan siswa dalam bertanya, dan menjawab dengan memberikan argumentasi tanpa ditunjuk oleh guru. Frekuensi siswa yang aktif dalam menjawab atau maju ke depan dengan inisiatif sendiri bertambah. 3. Percaya Diri Siswa tidak lagi merasa takut, ragu-ragu dan malu-malu dalam bertanya, menjawab pertanyaan maupun menanggapi pendapat guru atau siswa lain. Siswa yang cenderung diam dan takut salah dalam bertanya dan menjawab pertanyaan menjadi mulai lebih berani. Siswa mulai lebih berani tampil ke depan tanpa ditunjuk terlebih dahulu oleh guru. 4. Disiplin Saat kegiatan pembelajaran siswa tidak berbuat gaduh, bergurau dengan temannya, tidak melamun, tidak menunda-nunda dalam mengerjakan tugas dan patuh terhadap aturan atau perintah guru.

54

5. Tanggung Jawab Siswa lebih bersemangat dan bersungguh-sungguh dalam mengerjakan tugas yang diberikan, berani berbuat menanggung resiko, bila diberi tugas akan selesai pada waktunya.

55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Tindakan penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 13 Januari sampai 24 Februari 2011. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Masing-masing siklus dilaksanakan tiga kali pertemuan, yaitu satu kali untuk materi, satu kali untuk praktik dengan alokasi waktu untuk satu kali pertemuan selama 3 x 45 menit dan satu kali untuk tes dengan alokasi waktu 45 menit. Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan jadwal pelaksanaan pembelajaran menerapkan teknik konversi bahan dalam pengolahan selama kegiatan penelitian di kelas X TPHP 1. Tabel 7 . Jadwal Pelaksanaan Pembelajaran Menerapkan Proses Pengecilan Ukuran di Kelas X TPHP 1 Siklus

Pertemuan ke-

Hari / Tanggal

Waktu

1

Kamis / 13 Januari 2011

07.15 WIB s.d. 09.30 WIB

2

Kamis / 20 Januari 2011

07.15 WIB s.d. 09.30 WIB

I

Materi Tahapan proses persiapan pengolahan sayuran, dan mengenal jenisjenis potongan sayuran Praktik proses persiapan pengolahan sayuran, dan Membuat potongan sayuran Jardiniere, Juliene, nSlice, Macedoine, Paysanne,

56

Chopped 3

Kamis / 27 Januari 2011

07. 15 WIB s.d. 08. 00 WIB

1

Kamis / 10 Februari 08.45 WIB s.d. 2011 11.15 WIB

2

Kamis / 17 Februari 07. 15 WIB s.d. 2011 08. 00 WIB

3

Kamis / 24 Februari 07. 15 WIB s.d. 2011 08. 00 WIB

II

Tes Siklus I Proses persiapan pengolahan pada ikan, dan langkah-langkah Proses filleting dan skinning pada flat fish Praktik tahapan proses persiapan pengolahan pada ikan, proses filleting dan skinning flat fish, dan membuat potongan fillet, delice, paupiette, goujon. Tes Siklus II

Berikut ini adalah penjabaran kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan pada masing-masing siklus. 1.

Siklus I Pada siklus I, dilaksanakan pertemuan sebanyak 2 kali pertemuan, dengan alokasi waktu masing-masing 3 x 45 menit. Materi yang dipelajari siswa adalah tahapan proses persiapan pengolahan sayuran, mengenal jenisjenis potongan sayuran, praktik proses persiapan pengolahan sayuran dan membuat potongan sayuran Jardiniere, Juliene, Slice, Macedoine, Paysanne, dan Chopped. LKS seperti terlampir pada Lampiran B. 1 dan B. 2.

57

Tahap-tahap pada siklus I meliputi: a. Tahap Perencanaan Pada tahap perencanaan, penentuan materi kelas X semester II yang akan dijadikan objek penelitian dibahas bersama guru mata pelajaran menerapkan proses pengecilan ukuran yang bersangkutan. Sesuai dengan judul penelitian maka materi yang akan disampaikan dipilih yang cocok dengan metode discovery. Berdasarkan pada rencana semula, kelas yang digunakan untuk penelitian adalah kelas X TPHP 1. Selanjutnya peneliti melakukan: 1) Penyusunan Perangkat Pembelajaran a) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) RPP disusun oleh peneliti sesuai dengan metode pembelajaran Discovery. Materi yang diajarkan pada pertemuan I adalah tentang tahapan proses persiapan pengolahan sayuran, mengenal jenis-jenis potongan sayuran. RPP pada pertemuan 1 terlampir pada lampiran A. 1. Selanjutnya materi yang dipelajari siswa pada pertemuan 2 adalah praktik proses persiapan pengolahan sayuran dan membuat potongan sayuran Jardiniere, Juliene, Slice, Macedoine, Paysanne, dan Chopped. RPP pertemuan kedua terlampir pada lampiran A.2. b) Lembar Kerja Siswa (LKS) Untuk siklus I, peneliti menyusun 2 LKS. LKS 1 berisi tahapan proses persiapan pengolahan sayuran dan mengenal serta mendefenisikan jenis-jenis potongan sayuran (Lampiran B.1)

58

bertujuan agar siswa dapat menemukan tahapan proses persiapan pengolahan sayuran, siswa dapat menemukan jenis-jenis potongan sayuran, dan siswa dapat menyelesaikan soal yang berkaitan dengan materi persiapan pengolahan sayuran dan jenis-jenis potongan sayuran. Sedangkan LKS 2 berisi langkah-langkah pembuatan jenis potongan sayuran Jardiniere, Juliene, Slice, Macedoine, Paysanne, dan Chopped (Lampiran B.2) bertujuan agar siswa dapat siswa dapat mempraktikkan tahapan proses persiapan pengolahan sayuran dan membuat potongan sayuran Jardiniere, Juliene, Slice, Macedoine, Paysanne, dan Chopped. 2) Penyusunan instrumen penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi kegiatan pembelajaran dengan metode Discovery (Lampiran D.2), lembar observasi aktivitas siswa (Lampiran D.4), angket kemandirian belajar siswa (Lampiran E.2), soal tes siklus I menganai menerapkan proses pengecilan ukuran dan bentuk produk/forming sayuran

(Lampiran

C.1).

Lembar

observasi

digunakan

saat

pembelajaran berlangsung, Tes dilakukan pada akhir siklus 1, sedangkan angket kemandirian belajar siswa digunakan pada akhir pembelajaran siklus 1.

59

b. Tahap Pelaksanaan Tahap pelaksanaan terdiri dari 2 kali pertemuan dengan alokasi waktu masing-masing adalah 3 x 45 menit. Tindakan dan kegiatan pada masingmasing pertemuan adalah sebagai berikut: 1) Pertemuan I Pertemuan I pada siklus I ini dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 13 Januari 2011 mulai pukul 07.15 WIB s.d. 09.30 WIB. Materi yang diajarkan pada pertemuan ini adalah tahapan proses persiapan pengolahan sayuran, dan mengenal jenis-jenis potongan sayuran. Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam pembelajaran ini adalah siswa dapat menemukan tahapan dalam proses persiapan pengolahan sayuran, siswa dapat menemukan jenis-jenis potongan sayuran dan siswa dapat menyelesaikan soal yang berkaitan dengan tahapan proses persiapan pengolahan sayuran dan jenis-jenis potongan sayuran. Aktivitas-aktivitas pembelajaran yang terjadi pada pertemuan I ini adalah sebagai berikut: a) Pendahuluan Kegiatan diawali dengan berdoa terlebih dahulu yang dipimpin oleh ketua kelas, kemudian guru memberi salam kepada siswa. Sebelum memulai pelajaran guru memperkenalkan peneliti kepada siswa. Kemudian guru menanyakan siapa saja siswa yang tidak masuk

pada

hari

itu.

Pembelajaran

diawali

dengan

60

menginformasikan materi yang akan mereka pelajari pada hari itu, yaitu tentang tahapan proses persiapan pengolahan sayuran, dan mengenal jenis-jenis potongan sayuran serta tujuan siswa mempelajari materi tersebut. Untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa tentang tahapan proses persiapan pengolahan sayuran, dan mengenal jenis-jenis potongan sayuran, maka siswa diminta untuk menyebutkan tahapan proses persiapan pengolahan sayuran. Berikut kutipan dialog antara guru dan siswa. Guru

: “Apakah kalian tahu, apa yang harus dilakukan sebelum memasak sayuran?“ Siswa : (Berfikir) Guru : “Sayuran sebelum diolah harus diproses terlebih dahulu. Coba kalian sebutkan apa yang harus dilakukan sebelum memasak sayuran?” Siswa 1 : “Dikupas, Buk.” Guru : “Betul. Tetapi apa hanya dengan dikupas saja?” Siswa : (Berfikir) Guru : “Untuk lebih jelasnya, kita akan mengetahui tahapan proses persiapan pengolahan sayuran dan jenis-jenis potongan sayuran dengan mengerjakan LKS.” Guru menginformasikan kepada siswa bahwa pembelajaran yang

akan

dilaksanakan

pada

hari

itu,

berbeda

dengan

pembelajaran sebelumnya karena pembelajaran waktu itu akan menggunakan metode discovery yaitu metode penemuan.

b) Kegiatan Inti Kegiatan inti setelah apersepsi yaitu guru melanjutkan pembelajaran dengan terlebih dahulu mengelompokkan siswa ke dalam kelompok secara acak. Karena jumlah siswa 32 orang, maka

61

ada 8 kelompok yang masing-masing kelompok beranggotakan 4 siswa. Cara guru membagi kelompok, berdasarkan pada tempat duduk siswa yang berdekatan. Setelah terbentuk kelompok, selanjutnya masing-masing kelompok dibagikan 2 bendel LKS 1 yang berisi kegiatan 1 tentang tahapan proses persiapan pengolahan sayuran dan kegiatan 2 tentang jenis-jenis potongan sayuran. Satu bendel LKS untuk siswa dan LKS yang lainnya untuk dikumpulkan. Sebelum siswa mengerjakan LKS 1, mereka diarahkan oleh guru dalam pengerjaan LKS 1. Siswa diminta untuk membaca instruksi yang tercantum dalam LKS 1 terlebih dahulu. Siswa juga diingatkan agar siswa mencantumkan nomor kelompok dan menuliskan anggota kelompok yang sudah dibentuk. Selama

proses

diskusi

berlangsung,

guru

berkeliling

mendatangi masing-masing kelompok untuk mengontrol jalannya diskusi.

Dalam

diskusi,

siswa

saling

bekerjasama

dalam

mengerjakan LKS 1 (Lampiran B.1). Dalam pengerjaan LKS, terdapat kelompok yang membagi tugas untuk tiap anggotanya. Contohnya dalam LKS 1 kegiatan 1, ada siswa yang membacakan instruksi yang tercantum pada LKS 1, ada siswa yang memberi tanda panah pada bagian tabel. Dalam pengerjaan LKS 1, terdapat kelompok yang mengulangi hasil temuannya karena hasil temuannya tersebut tidak sesuai dengan yang diharapkan. Setelah

62

langkah-langkah pada kegiatan 1 selesai, siswa menyusun kesimpulan kegiatan 1 LKS 1, dan dilanjutkan latihan soal yang sudah tertuang dalam LKS 1. Kemudian untuk kegiatan 2, siswa mengerjakan LKS 1 dalam kelompok seperti pada kegiatan 1. Setelah masing-masing kelompok menyelesaikan LKS 1 (Lampiran B.1), siswa diminta untuk mempresentasikan hasil temuan mereka di depan kelas. Ternyata ada salah satu kelompok yang langsung bersedia maju tanpa ditunjuk oleh guru. Berikut kutipan dialog guru dan siswa. Guru

:“Semua kelompok sudah selesai mengerjakan LKS?” Kel. 1, 4 & 5 : “ Sudah, Buk.” Guru : “ Kelompok yang lain?” Kel. 2, 8, : “ Sudah, Buk.” Guru : “ Kelompok 3, 6, 7?” Kel. 3, 6, & 7 : “ Sudah, Buk.” Guru :“Sekarang, kelompok mana yang mau mempresentasikan jawaban kegiatan 1? (Perwakilan kelompok 4 mengacungkan jari dan berdiri). Silahkan kelompok 4, maju ke depan mempresentasikan jawabanmu!” Perwakilan kelompok 4 ternyata tidak langsung maju, tetapi masih ribut dengan teman-teman kelompoknya dan mengajak semua teman 1 kelompok untuk ikut maju semua ke depan kelas. Salah satu siswa dari kelompok 4 membacakan hasil pekerjaan kegiatan 1, dan siswa lain dari kelompok 4 Menyebutkan 4 tahap hasil temuan mereka , mengenai tahapan proses persiapan pengolahan sayuran. Presentasi kelompok 4 diakhiri dengan menuliskan kesimpulan kegiatan 1.

63

Pada waktu salah satu kelompok mempresentasikan hasil temuan kelompoknya, hampir sebagian besar siswa yang lain tidak begitu memperhatikan hasil temuan kelompok tersebut sehingga ketika guru menanyakan apakah yang lain setuju dengan jawaban kelompok tersebut, hanya beberapa siswa yang menjawab setuju. Ketika guru menanyakan apakah ada jawaban kelompok lain yang berbeda, beberapa

siswa

menjawab

tidak,

sehingga

guru

mengulangi pertanyaan tersebut dengan suara lebih keras, dan siswa serentak menjawab tidak ada. Setelah presentasi kegiatan 1 selesai, dilanjutkan dengan presentasi kegiatan 2. Guru meminta perwakilan dari kelompok selain kelompok 4 untuk maju mempresentasikan hasil temuannya. Tidak ada kelompok yang mengacungkan jari, beberapa siswa saling tunjuk dan susasana kelas menjadi ramai. Guru segera mengkondisikan, dan menunjuk

kelompok

6 untuk maju

mempresentasikan temuan kelompoknya. Semua

siswa

kelompok

6

maju

ke

depan

dan

mempresentasikan hasil temuan kelompoknya. Presentasi yang dilakukan kelompok 6 hampir sama dengan presentasi kelompok sebelumnya. Salah satu siswa dari kelompok 6 membacakan hasil pekerjaan kegiatan 2, dan siswa lain dari kelompok 6 menyebutkan 10 jenis potongan sayuran yang mereka temukan. Presentasi kelompok 6 diakhiri dengan menuliskan kesimpulan kegiatan 2.

64

Pada waktu kelompok 6 mempresentasikan hasil temuan kelompoknya, hampir sebagian besar siswa yang lain masih tidak begitu memperhatikan hasil temuan kelompok tersebut. Guru kemudian

menegur

beberapa

siswa

untuk

memperhatikan

kelompok yang sedang presentasi. Ketika presentasi kelompok 6 selesai, guru menanyakan apakah yang lain setuju dengan jawaban kelompok tersebut, dengan serentak siswa menjawab setuju. Ketika guru menanyakan apakah ada jawaban kelompok lain yang berbeda, siswa serentak menjawab tidak. Pembelajaran dilanjutkan dengan membahas latihan soal yang telah dikerjakan siswa secara kelompok. Guru meminta 2 siswa dari kelompok yang berbeda untuk menuliskan jawaban latihan soal di papan tulis. Siswa pertama mengerjakan latihan soal kegiatan 1 yang berkaitan dengan tahapan proses persiapan pengolahan sayuran, dan siswa kedua mengerjakan latihan soal kegiatan 2 yang berkaitan dengan jenis-jenis potongan sayuran. Guru dan siswa bersama-sama mengecek kebenaran jawaban yang telah dituliskan oleh kedua siswa tersebut. Semua jawaban yang telah dituliskan, semuanya benar. Guru menanyakan bagaimana dengan jawaban siswa yang lain, siswa serantak menjawab sama. Setelah mengerjakan kegiatan 1 dan kegiatan 2 dalam LKS 1 (Lampiran B.1), guru meminta siswa mengumpulkan salah satu

65

LKS pada masing-masing kelompok, dengan catatan, LKS yang satunya lagi juga telah diisi. Ada beberapa kelompok yang belum melengkapi salah satu LKS, sehingga guru meminta segera dilengkapi sebelum dikumpulkan. c) Penutup Setelah mengerjakan 2 kegiatan dalam LKS 1, siswa diminta untuk duduk di tempat duduk masing-masing. Kemudian, guru bersama

siswa

menyimpulkan

tahapan

proses

persiapan

pengolahan sayuran dan jenis-jenis potongan sayuran yang telah dipelajari hari itu. Berikut dialog antara guru dan siswa. Guru Siswa 1 Guru Siswa Guru

Siswa 2 Guru Siswa 3 Guru Siswa

: “Sekarang coba kalian sebutkan, tahpan proses persiapan pengolahan sayuran ? Coba kelompok 3!” : “Pencucian, Soaking atau perendaman, Pengupasan dan pemotongan, Penyiangan.” : “Ada tambahan dari kelompok lain?” : ( Serentak ) “Setuju!” : “Iya betul, tahapan proses persiapan pengolahan sayuran ada 4 tahap yaitu : Pencucian, Soaking atau perendaman, Pengupasan dan pemotongan, Penyiangan ” : “Bedanya Chopped dan Minced apa, Buk.” : ”Ada yang tau anak-anak?” : “Ya, kalau chopped potongannya lebih kasar .” : “Ya benar, ada yang mau menambahkan?” : (serentak) chopped memotong secara sembarang dalam ukuran dan potonganyya, sedangkan minced cincangan halus”

Setelah siswa bersama-sama dengan guru menyimpulkan bahwa terdapat 4 tahapan proses persiapan pengolahan sayuran. Guru juga mengatakan bahwa tahapan tersebut Pencucian, Soaking atau perendaman, Pengupasan dan pemotongan, Penyiangan,

66

sedangkan jenis-jenis potongan sayuran guru menyebutkan pengertian dan ukuran dari 10 jenis potongan sayuran yang terdapat pada kegiatan 2. Siswa diingatkan guru untuk mempelajari jenis-jenis potongan sayuran yang akan mereka praktikkan pada pertemuan selanjutnya. Setelah itu, guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam sebelum meninggalkan ruang kelas. d) Catatan Refleksi Pertemuan I Setelah keluar kelas, peneliti bersama guru membahas pembelajaran yang baru saja dilakukan pada pertemuan I ini. Dari hasil observasi peneliti selama pembelajaran, hambatan yang muncul dalam pembelajaran yaitu beberapa kelompok tidak membaca instruksi yang terdapat pada LKS 1, sehingga mereka terlalu sering bertanya pada teman atau guru padahal apa yang mereka tanyakan sudah tertuang dalam instruksi-instruksi di LKS. Bahkan ada satu kelompok yang mencontek pekerjaan LKS kelompok lain. Saat kelompok lain mempresentasikan temuan kelompoknya, masih banyak siswa yang tidak memperhatikan dan bergurau sendiri. Untuk mengatasi agar hambatan-hambatan ini tidak terulang lagi, pada pertemuan II nanti, siswa diminta untuk lebih mandiri bersama teman kelompok dalam mengerjakan LKS, dan lebih serius dalam mengikuti pembelajaran.

67

Selain itu, karena siswa hanya berpatokan pada LKS 1 (Lampiran B.1) saja, akibatnya siswa tidak mempunyai dokumen di buku catatan mereka. Sehingga, pada pertemuan berikutnya setelah mengerjakan LKS, siswa akan diminta guru untuk menuliskan hasil temuan mereka atau kesimpulan pembelajaran hari itu di buku catatan.

2) Pertemuan II Pertemuan II pada siklus I ini dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 20 Januari 2011 mulai pukul 07.15 WIB s.d. 09.30 WIB. Materi yang dipelajari siswa pada pertemuan ini adalah praktik penerapan tahapan proses persiapan pengolahan sayuran dan membuat

jenis potongan sayuran

Jardiniere,

Juliene, Slice,

Macedoine, Paysanne, dan Chopped. Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam pembelajaran ini adalah siswa dapat menerapkan tahapan proses persiapan pengolahan sayuran, siswa dapat membuat jenis potongan sayuran Jardiniere, Juliene, Slice, Macedoine, Paysanne, dan Chopped. Aktivitas-aktivitas pembelajaran yang terjadi pada pertemuan II ini adalah sebagai berikut: a) Pendahuluan Setelah guru, peneliti dan observer memasuki kelas, ketua kelas memimpin teman-temannya untuk memberi salam kepada guru,

68

peneliti, dan observer. Guru menjawab salam lalu meminta siswa untuk berkelompok sesuai dengan kelompok yang telah dibentuk pada pertemuan sebelumnya. Setelah semuanya siap, maka guru memulai membuka pelajaran. Siswa diinformasikan materi yang akan mereka praktikkan hari itu yaitu tentang menerapkan tahapan proses persiapan pengolahan sayuran dan membuat jenis potongan Jardiniere, Juliene, Slice, Macedoine, Paysanne, dan Chopped. siswa kemudian melakukan prepare diri dan peralatan sebelum praktik. Guru

Siswa Guru Siswa Guru Siswa Guru

: ”Kemarin, kita telah mempelajari tahapan proses persiapan pengolahan sayuran dan jenis-jenis potongan sayuran, ada yang mengulang kembali pelajaran kemarin dirumah ?” : “Dibaca kok Buk?” : “Iya kalau kalian sudah membaca ulang kalian pasti mampu melakukan praktik kali ini : “Bisa, Buk”. : “Bagaimana caranya?” :”Hmm”. Bikin potongan sayuran khan buk” : “ Baiklah kalau begitu kita langsung praktik saja”

b) Kegiatan Inti Kegiatan inti setelah apersepsi yaitu masing-masing kelompok diberikan dua bendel LKS 2 yang berisikan tentang menerapkan tahapan proses persiapan pengolahan sayuran dan membuat jenis potongan Jardiniere, Juliene, Slice, Macedoine, Paysanne, dan Chopped. (Lampiran B. 2). Satu bendel untuk siswa dan satunya lagi untuk dikumpulkan. Pada masing-masing kelompok, juga

69

dibagikan media berupa sayuran wortel 3 buah, dan 3 buah kentang . Sebelum siswa mengerjakan LKS 2, mereka diarahkan oleh guru dalam pengerjaan LKS 2 dan meminta siswa untuk membaca instruksi yang tercantum dalam LKS 2 (Lampiran B.2) terlebih dahulu. Siswa juga diingatkan agar siswa mencantumkan nomor kelompok dan menuliskan anggota kelompoknya. Selama proses diskusi dan praktik berlangsung, guru berkeliling

mendatangi

masing-masing

kelompok

untuk

mengontrol jalannya praktik. Dalam praktik, sebagian siswa mengerjakan, tetapi ada juga yang tidak. Sehingga, agar semua siswa ikut terlibat aktif dalam mengerjakan LKS dan menemukan jenis-jenis potongan sayuran, guru sering mendatangi dan mengontrol setiap pengerjaan potongan sayuran dan LKS masingmasing kelompok. Selain itu juga, siswa diminta untuk menyalin hal-hal yang penting dalam LKS 2 agar mereka mempunyai dokumen tentang materi yang sedang mereka pelajari dalam buku catatan mereka. Setelah masing-masing kelompok menyelesaikan LKS 2 tentang membuat jenis-jenis potongan sayuran Jardiniere, Juliene, Slice, Macedoine, Paysanne, dan Chopped, siswa diminta untuk mempresentasikan hasil praktik dan hasil temuan mereka di depan kelas. Ketika guru menanyakan apakah ada perwakilan kelompok yang ingin menunjukkan hasil temuan dan hasil diskusi mereka di

70

depan, ternyata ada salah satu wakil kelompok yang langsung bersedia maju untuk menuliskan hasil diskusi dan hasil temuan kelompok mereka tanpa ditunjuk oleh guru. Berikut kutipan dialog guru dan siswa. Guru

Guru

Kel 4 Guru Dua

: “Ada yang belum selesai membuat potongan sayuran dan mengerjakan LKS?” (Tidak ada siswa yang mengacungkan jarinya). : “Berarti semuanya sudah selesai. Kelompok mana yang bersedia menuliskan jawaban dan menunjukkan hasil temuan LKS kegiatan 1?” : “Kelompok kami, Buk.” : “Silahkan kelompok 4.” siswa

dari

mempresentasikan

kelompok

hasil

4

temuan

maju

ke

depan

kelompoknya.

dan

Siswa

1

membacakan instruksi yang tertuang dalam LKS 2, siswa 2 memperagakan instruksi dari siswa 1 menggunakan media sayuran yang telah dibagikan tersebut. Presentase kelompok 4 diakhiri dengan menuliskan hasil kesimpulan kelompok tentang potongan Jardiniere, Juliene, Slice, Macedoine, Paysanne, dan Chopped, dan menunjukkan hasil potongan yang mereka buat Seperti pada pertemuan I,

pada waktu

kelompok 4

mempresentasikan hasil temuan kelompoknya, masih ada beberapa siswa yang tidak begitu memperhatikan hasil temuan kelompok tersebut.

Guru

memperhatikan

langsung kelompok

menegur yang

siswa

sedang

tersebut

presentasi.

untuk Ketika

presentasi kelompok 4 selesai, guru menanyakan apakah yang lain setuju dengan jawaban kelompok tersebut, dengan serentak siswa

71

menjawab setuju. Ketika guru menanyakan apakah ada jawaban kelompok lain yang berbeda, siswa serentak menjawab tidak. Berikut kutipan dialog guru dan siswa. Guru Siswa Guru Siswa

: “ Kelompok yang lain setuju?” : (Serentak)“ Setuju” : “ Apakah ada pendapat lain atau pertanyaan?” : (Serentak) “Tidak.”

Setelah presentasi kegiatan 1 selesai, dilanjutkan dengan presentasi kelompok berikutnya. Guru meminta perwakilan dari kelompok selain kelompok 4 untuk maju mempresentasikan hasil temuannya. Tidak ada kelompok yang mengacungkan jari. Guru kembali meminta perwakilan dari kelompok untuk maju ke depan, karena tidak ada siswa yang mau maju, guru menunjuk kelompok 8 untuk maju ke depan dan mempresentasikan hasil temuan kelompoknya. Semua

siswa

kelompok

8

maju

ke

depan

dan

mempresentasikan hasil temuan kelompoknya. Presentasi yang dilakukan kelompok 8 hampir sama dengan presentasi kelompok sebelumnya. Salah satu siswa dari kelompok 8 membacakan instruksi yang tertuang dalam LKS 2, siswa lain memperagakan instruksi dari siswa tadi menggunakan media yang telah dibagikan tersebut. Presentase kelompok 8 diakhiri dengan menuliskan hasil kesimpulan kelompok tentang potongan Jardiniere, Juliene, Slice, Macedoine, Paysanne, dan Chopped, potongan yang mereka buat

dan menunjukkan hasil

72

Pada waktu kelompok 8 mempresentasikan hasil temuan kelompoknya, masih ada beberapa siswa dari kelompok lain yang tidak memperhatikan. Ketika presentasi kelompok 8 selesai, guru menanyakan apakah yang lain setuju dengan jawaban kelompok tersebut, dengan serentak siswa menjawab setuju. Ketika guru menanyakan apakah ada potongan kelompok lain yang berbeda, siswa dari kelompok 6 mengacungkan jari. Berikut kutipan dialog guru dan siswa. Guru Siswa Guru Siswa

Guru

Siswa Guru Guru Siswa

: “ Ya, potongan mana yang berbeda?” : (Saling menunjuk antar anggota kelompok untuk menyebutkannya)“” : “ Ayo sampaikan saja biar teman-teman lain tahu dimana letak perbedaanya?” : “potongan slice kelompok kami melintang buk, sementara kelompok 8 potongannya menyerong (miring) : “Iya, sebetulnya potongan slice itu adalah irisan tipis dengan potongan melintang atau miring dan harus rata. : “jadi yang benar kelompok mana bu?” : “ Ya jawaban kelompok 8 dan 6 dua-duanya benar” : “apa masih ada yang ingin ditanyakan atau belum jelas?” : “(serentak) jelas buk”

Setelah mengerjakan kegiatan 1 sampai kegiatan 6 dalam LKS 2 (Lampiran B.2), guru meminta siswa mengumpulkan salah satu LKS pada masing-masing kelompok, dengan catatan LKS yang satunya lagi juga telah diisi. Ada beberapa kelompok yang belum melengkapi salah satu LKS, sehingga guru meminta segera dilengkapi sebelum dikumpulkan.

73

c) Penutup Dalam kegiatan penutup, siswa bersama-sama dengan guru menyimpulkan tentang potongan Jardiniere, Juliene, Slice, Macedoine, Paysanne, dan Chopped. Siswa kemudian diminta untuk mencatat hal-hal penting dan kesimpulan pada pembelajaran hari itu di buku catatan mereka. Karena masih ada waktu, siswa diingatkan bahwa pada pertemuannya selanjutnya, akan diadakan tes siklus I yang berkenaan dengan tahapan proses persiapan pengolahan sayuran, Jenis-jenis potongan sayuran. Setelah itu, guru menutup

pelajaran

dengan

mengucapkan

salam

sebelum

meninggalkan ruang kelas. d) Catatan Refleksi Pertemuan II Dari hasil pengamatan peneliti, hambatan yang muncul dalam pembelajaran yaitu beberapa siswa yang masih sulit untuk dikondisikan, tidak memperhatikan saat kelompok lain sedang mempresentasikan hasil kelompoknya, sehingga pada pertemuan berikutnya guru akan memberi pengawasan yang lebih kepada siswa yang tidak memperhatikan.

c. Tahap Observasi Observasi untuk tiap kali pertemuan berdasarkan pada pedoman observasi kegiatan pembelajaran dengan metode Discovery (Lampiran D.1) dan kisi-kisi lembar observasi aktivitas siswa yang telah disusun oleh

74

peneliti sebelumnya (Lampiran D.3). Dalam tahap observasi, peneliti dibantu oleh 2 orang tim teaching untuk mendeskripsikan keseluruhan aktivitas yang terjadi selama berlangsungnya proses pembelajaran di dalam kelas. Sasaran observasi pada tiap pertemuan difokuskan pada keseluruhan proses proses pembelajaran, kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi saat mengerjakan LKS, bagaimana cara mereka menghadapi kesulitankesulitan tersebut, bagaimana cara mereka dalam menarik kesimpulan dari suatu pokok bahasan yang sedang dibahas, serta bagaimana cara mereka mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas. Aktivitas guru selama proses pembelajaran juga menjadi perhatian yang penting selama proses observasi. Selama proses belajar mengajar pada pertemuan I siklus I, ada beberapa hal yang menjadi catatan peneliti ketika observasi di dalam kelas. Catatan observasi peneliti selama pertemuan I siklus I adalah sebagai berikut: Ketika pertama kali guru bersama peneliti dan observer masuk ke dalam kelas, para siswa memperhatikan gerak gerik peneliti dan kedua observer. Mereka terlihat bingung dengan kedatangan peneliti ke kelas mereka. Setelah mengucapkan salam, guru memperkenalkan peneliti kepada siswa. Guru memberi tahu bahwa pembelajaran mereka akan dibantu oleh observer. Setelah guru dibantu observer menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan, kemudian guru mengkomunikasikan tujuan

75

mereka belajar Tahapan Proses Persiapan Pengolahan Sayuran Jenis-jenis Potongan Sayuran. Setelah itu, guru memberikan apersepsi yang berkaitan dengan materi Tahapan Proses Persiapan Pengolahan Sayuran. Berdasarkan hasil observasi pada pertemuan I, suasana diskusi kelompok dalam kelas masih ramai. Sebagian siswa ikut berpartisipasi dalam diskusi untuk menemukan tahapan proses persiapan pengolahan sayuran, tetapi ada juga siswa yang tidak berpartisipasi dan sibuk dengan dirinya sendiri. Saat diskusi berlangsung, guru berkeliling mengontrol jalannya diskusi kelompok dan sesekali siswa bertanya kepada guru dan teman jika mereka menemui kesulitan dalam mengerjakan LKS 1mengenai tahapan proses persiapan pengolahan sayuran dan mengenal serta mendeskripsikan jenis-jenis potongan sayuran (Lampiran B.1). Dalam mempresentasikan hasil diskusi mereka, siswa membacakan dan menuliskan hasil temuan mereka di papan tulis. Siswa diminta untuk memberikan pendapat atau tanggapan jika hasil kelompoknya berbeda dengan kelompok yang presentasi. Di akhir pembelajaran, guru dan siswa menyimpulkan tentang Tahapan Proses Persiapan Pengolahan Sayuran Jenis-jenis Potongan Sayuran. Kemudian guru menyampaikan materi pertemuan berikutnya. Pertemuan II diawali dengan ketua kelas memimpin teman-temannya untuk memberi salam kepada guru, peneliti, dan observer. Guru menjawab salam lalu meminta siswa untuk berkelompok sesuai dengan kelompok yang telah dibentuk pada pertemuan sebelumnya. Diskusi kelompok pada

76

pertemuan II ini tidak jauh berbeda dengan diskusi pada pertemuan sebelumnya. Masih ada beberapa siswa yang tidak ikut berpartisipasi aktif dalam diskusi dan praktik. Tetapi, hampir sebagian besar siswa dalam kelompok masing-masing dapat menyelesaikan LKS 2 yang berisikan tentang menerapkan tahapan proses persiapan pengolahan sayuran dan membuat jenis potongan Jardiniere, Juliene, Slice, Macedoine, Paysanne, dan Chopped (Lampiran B.2) dengan baik. Cara presentasi siswa juga masih sama seperti pada pertemuan I. Caranya adalah siswa membacakan apa yang mereka tulis dalam LKS dengan memperagakan media yang telah disiapkan. Tetapi, perhatian siswa ketika temannya presentasi di depan masih kurang. Hal ini terlihat dari masih adanya siswa yang sibuk dengan dirinya sendiri dan bercanda dengan teman. Hal ini mengakibatkan mereka hanya asal menjawab pertanyaan guru tentang setuju atau tidaknya mereka dengan jawaban yang tertulis di papan tulis. Setelah mengerjakan LKS, siswa diminta untuk menuliskan di buku catatan agar mereka memiliki dokumen. Secara umum, sebagian besar kelompok saling bekerja sama dalam menemukan jenis-jenis potongan dan mampu menjawab dengan benar dalam memberikan kesimpulan dari materi yang mereka pelajari. Dari dua kali pertemuan, cara siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok mereka masih sama. Secara bergantian perwakilan masing-masing kelompok menuliskan jawaban mereka di papan tulis, sedangkan kelompok lain memperhatikan. Kemudian, siswa bersama guru membahas

77

hasil diskusi mereka, jika ada jawaban yang berbeda, kelompok yang memberikan jawaban itu diminta untuk mengemukakan alasan mereka. Selama proses diskusi berlangsung, guru mengontrol jalannya diskusi dan sesekali berkeliling mendatangi kelompok-kelompok yang mengalami kesulitan.

d. Tahap Refleksi Refleksi terhadap hasil belajar siswa selama siklus I ini dilaksanakan melalui evaluasi dalam bentuk soal tes mengenai materi menerapkan proses pengecilan ukuran dan bentuk/forming pada sayuran (Lampiran C.1) seperti ulangan harian biasa pada hari Kamis, 27 Januari 2011 pukul 07.15 WIB s.d 08.00 WIB. Bentuk soal berupa soal uraian sebanyak 5 butir soal. Refleksi terhadap proses pembelajaran dilakukan bersama-sama guru yang bersangkutan. Dari hasil diskusi dengan guru, ditemukan hambatan dalam proses pembelajaran, yaitu sebagai berikut: 1) Pada pertemuan 1, siswa cenderung hanya mengerjakan LKS dan tidak membuat dokumen di buku catatan mereka. Tetapi pada pertemuan 2, siswa sudah diminta guru untuk membuat catatan. 2) Masih ada beberapa siswa yang tidak ikut terlibat dalam mengerjakan LKS.

78

3) Saat

salah

satu

kelompok

mempresentasikan

hasil

temuan

kelompoknya, beberapa siswa masih ramai dan bercanda dengan teman lain. 4) Pada saat tes siklus I berlangsung, beberapa siswa menanyakan jawaban dan mencocokkan hasil jawaban kepada siswa lain. Beberapa siswa terlihat berbisik-bisik dengan temannya. Setelah berdiskusi dengan guru menerapkan proses pengecilan ukuran yang bersangkutan, maka disepakati bahwa akan dilakukan perbaikan dalam pembelajaran pada siklus 2, yaitu : 1) Pengawasan untuk siswa lebih ditingkatkan oleh guru, peneliti, maupun pengamat pada saat diskusi kelompok sedang berlangsung. Terutama bagi siswa yang masih terlihat tidak ikut berdiskusi dengan kelompokknya mengerjakan LKS yang diberikan. Maupun bagi siswa yang mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah yang ada pada LKS. 2) Guru lebih melibatkan siswa yang ramai dan sering bercanda dengan teman lain, dalam menjawab pertanyaan atau untuk mempresentasikan hasil temuan kelompok. Supaya mereka memperhatikan dan tidak mengganggu konsentrasi siswa yang lain. 3) Ketika dilaksanakan tes siklus II, guru bersama dengan peneliti akan lebih meningkatkan pengawasan, bila siswa masih berbicara dengan teman di waktu tes berlangsung.

79

2.

Siklus II Pada siklus II, dilaksanakan pertemuan sebanyak 2 kali pertemuan, dengan alokasi waktu masing-masing 3 x 45 menit. Materi yang dipersiapkan untuk siklus II adalah Tahpan Proses Pengolahan Pada Ikan, Proses filleting dan skinning flat fish, Praktik Tahapan Proses Pengolahan Pada Ikan,Praktik Proses filleting dan skinning flat fish, dan Praktik Bentuk Potongan Ikan fillet, delice, papiette, dan goujon. a. Tahap Perencanaan Siklus II dilaksanakan untuk memperbaiki hambatan-hambatan yang terjadi pada saat siklus I, yaitu siswa lebih dikondisikan supaya tidak ramai dan bercanda, siswa tetap diingatkan agar membuat dokumen di buku catatan mereka, dan guru lebih sering mengontrol diskusi siswa agar semua siswa ikut terlibat dalam menemukan suatu konsep . Pada tahap perencanaan tindakan siklus II, peneliti menyusun RPP 2

dengan kompetensi dasar

menerapkan proses pengecilan ukuran dan bentuk/forming pada ikan (Lampiran A.2) dan LKS 3 Tahpan Proses Pengolahan Pada Ikan, Proses filleting dan skinning flat fish, (Lampiran B.3) untuk pertemuan pertama siklus 2, RPP 2 (Lampiran A.2) dan LKS 4 berisikan mengenai Praktik Tahapan Proses Pengolahan Pada Ikan,Praktik Proses filleting dan skinning flat fish, dan Praktik Bentuk Potongan Ikan fillet, delice, papiette, dan goujon (Lampiran (B.4), untuk pertemuan kedua siklus 2. Di samping itu, peneliti juga menyusun instrumen. Instrumen itu meliputi soal tes siklus 2 mengenai materi menerapkan proses pengecilan ukuran dan bentuk/forming pada ikan

80

dalam bentuk uraian sebanyak 3 butir soal (Lampiran C.2), lembar observasi kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode Discovery (Lampiran D.2), lembar observasi aktivitas siswa (Lampiran D.4), pedoman wawancara guru (Lampiran F.1), pedoman wawancara siswa (Lampiran F.2) dan angket kemandirian belajar siswa (Lampiran E.2). Tes diberikan pada akhir siklus 2, lembar observasi digunakan saat

proses pembelajaran berlangsung,

sedangkan wawancara dan pemberian angket kemandirian belajar siswa dilakukan pada akhir pembelajaran siklus 2. b. Tahap Pelaksanaan Tahap pelaksanaan terdiri dari 2 kali pertemuan dengan alokasi waktu masing-masing adalah 3 x 45 menit. Tindakan dan kegiatan pada masingmasing pertemuan adalah sebagai berikut: 1) Pertemuan I Pertemuan I pada siklus I ini dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 10 Februari 2011 mulai pukul 08.45 WIB s.d. 11.15 WIB. Materi yang diajarkan pada pertemuan ini adalah Tahapan Proses Persiapan Pengolahan Pada Ikan dan Urutan Proses Filleting Dan Skinning Pada Flat

Fish.

Tujuan

pembelajaran

yang

ingin

dicapai

dalam

pembelajaran ini adalah siswa dapat menemukan tahapan persiapan pengolahan pada ikan dan langkah-langkah proses filleting dan skinning pada flat fish dan siswa dapat menyelesaikan soal yang berkaitan dengan materi tersebut.

81

Aktivitas-aktivitas pembelajaran yang terjadi pada pertemuan I ini adalah sebagai berikut: a)

Pendahuluan Ketika guru memasuki kelas, guru memberi salam kepada siswa dan siswa menjawab salam. Kemudian, guru menanyakan siapa saja siswa yang tidak masuk pada hari itu. Untuk mengawali pembelajaran, sebagai apersepsi, siswa diulang tentang konsep tahapan proses persiapan pengolahan yang pernah mereka temukan pada siklus I.

b)

Kegiatan Inti Guru meminta siswa untuk segera berkelompok sesuai dengan pertemuan-pertemuan sebelumnya. Kemudian guru dibantu oleh peneliti membagikan dua bendel LKS 3 mengenai Tahpan Proses Pengolahan Pada Ikan, Proses filleting dan skinning flat fish,. Satu bendel untuk siswa dan satunya lagi untuk dikumpulkan. Siswa diminta segera mengerjakan LKS 3 sesuai dengan instruksi yang tercantum dalam LKS. Siswa juga diingatkan agar siswa mencantumkan nomor kelompok dan menuliskan anggota kelompoknya. Selama proses diskusi berlangsung, guru berkeliling mendatangi masing-masing kelompok untuk mengontrol jalannya diskusi. Dalam diskusi, sebagian siswa mengerjakan, tetapi ada juga sesekali yang masih bercanda. Guru segera menegur dan

82

mengingatkan untuk ikut aktif dalam mengerjakan LKS 3. Guru juga meminta siswa untuk mengisi kedua LKS 3 sekaligus, sehingga pada waktu pengumpulan satu LKS, LKS yang lain telah terisi. Ketika pembelajaran telah berlangsung selama 90 menit, bel tanda waktu istirahat berbunyi, sehingga guru menyuruh siswa untuk istirahat terlebih dahulu dan pembelajaran akan dilanjutkan 15 menit kemudian setelah jam istirahat. Jam istirahat telah selesai, namun masih banyak siswa yang belum masuk kelas. 10 menit kemudian, semua siswa telah masuk ke ruang kelas. Beberapa kelompok mulai mengerjakan soal latihan pada LKS 3. Ketika guru menanyakan apakah semua kelompok telah selesai mengerjakan LKS 3, salah satu kelompok 8 menjawab belum. Guru kemudian memberikan waktu 5 menit untuk

menyelesaikannya,

dan

kelompok

lain

diminta

mengkoreksi jawaban kelompok mereka. Setelah masing-masing kelompok menyelesaikan LKS 3 tentang Tahapan Proses Persiapan Pengolahan Pada Ikan, dan Urutan-urutan Proses Filleting Dan Skinning Pada Ikan Flat Fish, siswa diminta untuk menuliskan hasil diskusi dan hasil temuan mereka di depan kelas. Karena waktu sudah terbatas guru langsung menunjuk kelompok 5 untuk maju ke depan mempresentasikan hasil temuan kelompoknya.

83

Kelompok 5 mempresentasikan hasil diskusinya seperti dengan

kelompok

presentasi

pada

pertemuan-pertemuan

sebelumnya. Siswa 1 membacakan hasil jawabannya dari LKS 3, Siswa 2 menunjukkan urutan-urutan yang telah ditemukan, siswa 3 dan siswa 4 menuliskan hasil kesimpulan kelompoknya di papan tulis. Pada waktu kelompok 5 mempresentasikan hasil diskusinya, hampir semua siswa memperhatikan, hanya ada beberapa siswa yang bercanda dengan temannya, sehingga guru mendekati siswa tersebut agar tenang dan memperhatikan. Setelah kelompok 5 selesai menuliskan kesimpulan, guru menanyakan apakah ada kelompok lain yang tidak setuju, atau ada kelompok yang mau menanggapi presentasi dari kelompok 5. Salah satu siswa mengacungkan jarinya dan bertanya kepada guru. Berikut kutipan dialog antara guru dengan siswa. Siswa 1 : “Pak, saya mau tanya.” (Siswa 1 mengacungkan jarinya). Guru : “Ya, silahkan” Siswa 1 : “Berarti kalau mau melakukan tahapan proses persiapan pengolahan pada ikan, ikan tersebut harus dicuci sebanyak 2 kali ya Buk?” Guru : “Coba perhatikan LKS 3 kegiatan 1, seperti yang dipresentasikan kelompok 5 tadi, bahwa pencucian ikan dilakukan sebanya 2 kali, (sambil menunjukkan tabel pada kegiatan 1), nah, pencucian pertama dilakukan sebelum ikan disiangi untuk melepaskan semua kotoran pasir yang mungkin melekat pada ikan, dan pencucian kedua dilakukan setelah iakn disiangi untuk membersihkan kotoran yang mungkin masih menempel dengan menggunakan air mengalir

84

agar semua kotoran terlepas. Jadi, kedua pencucian harus dilakukan. Mudeng ora?” Siswa : (Serentak) “ Mudeng Buk.” Guru : “ Yang tanya tadi sudah jelas belum?” Siswa 1 : “ Nggih Buk, mudeng.” Guru : “ Ada pertanyaan lagi?” Siswa : (Serentak) “Tidak.” Selanjutnya guru meminta tiga orang siswa untuk maju ke depan menuliskan hasil pekerjaan latihan soal yang telah mereka kerjakan di dalam LKS 3 bersama kelompok. Namun salah satu siswa mengingatkan bahwa jam pelajaran menerapkan teknik konversi bahan dalam pengolahan sebentar lagi akan selesai, sehingga guru meminta siswa untuk bersama-sama membahas hasil latihan soal tersebut pada pertemuan berikutnya. c)

Penutup Dalam kegiatan penutup, siswa diminta mengumpulkan salah satu LKS 3 yang telah dikerjakan. Siswa bersama-sama dengan guru menyimpulkan tentang Tahapan Proses Persiapan Pengolahan Pada Ikan, dan Urutan-urutan Proses Filleting Dan Skinning Pada Ikan Flat Fish. Guru juga meminta siswa untuk mencatat hal-hal penting pembelajaran Tahapan Proses Persiapan Pengolahan Pada Ikan, dan Urutan-urutan Proses Filleting Dan Skinning Pada Ikan Flat Fish, di buku catatan siswa. Guru mengingatkan bahwa pertemuan berikutnya akan membahas soal latihan tadi dan siswa diingatkan guru untuk mempelajari urutanurutan proses filleting dan skinning pada flat fish yang akan

85

mereka praktikkan pada pertemuan selanjutnya . Setelah itu, guru menutup

pelajaran

dengan mengucapkan

salam

sebelum

meninggalkan ruang kelas. d)

Catatan Refleksi Pertemuan I Dari hasil pengamatan peneliti, hambatan yang muncul dalam pembelajaran yaitu waktu pembelajaran yang masih belum sesuai

dengan

yang

direncanakan.

Hal

ini

dikarenakan

pembelajaran diselingi jam istirahat, dan siswa banyak yang terlambat masuk kembali ke dalam kelas. Sehingga waktu pelaksanaan pembelajaran berkurang. Sebenarnya jam pelajaran menerapkan teknik konversi bahan dalam pengolahan pada saat itu seharusnya jam 07.15 sampai 09.30 WIB, namun karena ada guru bahasa Indonesia yang meminta pertukaran jam pelajaran dengan

jam

menerapkan

teknik

konversi

bahan

dalam

pengolahan, maka jam pelajaran menerapkan teknik konversi bahan dalam pengolahan di hari itu menjadi pukul 08.45 sampai pukul 11.15 WIB dikurangi waktu istirahat selama 15 menit. Seharusnya apabila waktu pembelajaran tidak tersita untuk menunggu siswa masuk kembali ke dalam kelas dan langsung siap untuk melanjutkan pembelajaran, dimungkinkan waktu pembelajaran akan cukup untuk pembahasan soal latihan. Namun demikaian, pada pertemuan I siklus II ini, siswa tidak lagi mengalami kesulitan seperti pada pertemuan siklus I.

86

Ketika dibagikan LKS, mereka sudah mengerti apa yang harus mereka lakukan. Mereka tidak lagi banyak bertanya kepada guru sehingga suasana lebih kondusif.

2) Pertemuan II Pertemuan II pada siklus II ini dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 17 Februari mulai pukul 07.15 WIB s.d. 09.30 WIB. Materi yang dipraktikkan pada pertemuan ini adalah menerapkan proses persiapan pengolahan pada ikan, praktik urutan proses filleting dan skinning pada flat fish, dan membuat potongan fillet, delice, paupiette, dan goujon. Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam pembelajaran ini adalah siswa dapat menerapkan proses persiapan pengolahan pada ikan, praktik urutan proses filleting dan skinning pada flat fish, dan membuat potongan fillet, delice, paupiette, dan goujon. Aktivitas-aktivitas pembelajaran yang terjadi pada pertemuan II ini adalah sebagai berikut: a) Pendahuluan Ketika guru memasuki kelas, siswa memberi salam kepada guru, peneliti, dan observer. Kemudian, guru meminta ketua kelas untuk memimpin doa. Setelah itu, menanyakan siapa saja siswa yang tidak masuk pada hari itu. Untuk mengawali pembelajaran, sebagai apersepsi, siswa diulang tentang tahapan proses persiapan

87

pengolahan ikan dan urutan-urutan filleting dan skinning pada flat fish yang pernah mereka temukan. b) Kegiatan Inti Guru meminta siswa untuk segera berkelompok sesuai dengan seperti pada pertemuan-pertemuan berikutnya. Kemudian guru dibantu oleh peneliti membagikan dua bendel LKS 4 berisikan mengenai Praktik Tahapan Proses Pengolahan Pada Ikan,Praktik Proses filleting dan skinning flat fish, dan Praktik Bentuk Potongan Ikan fillet, delice, papiette, dan goujon dan satu buah ikan nila berukuran sedang pada masing-masing kelompok diskusi. Satu bendel untuk siswa dan satunya lagi untuk dikumpulkan. Siswa diminta segera mengerjakan LKS 4 sesuai dengan instruksi yang tercantum dalam LKS. Siswa juga diingatkan agar siswa mencantumkan

nomor

kelompok dan

menuliskan

anggota

kelompoknya. Guru juga meminta siswa untuk mengisi kedua LKS 4 sekaligus, sehingga pada waktu pengumpulan satu LKS, LKS yang lain telah terisi. Dalam mengerjakan LKS 4, hampir semua siswa ikut aktif, Guru berkeliling mendatangi masing-masing kelompok untuk mengontrol jalannya diskusi dan praktik. Karena instruksi-instruksi dalam LKS 4 hampir mirip pada LKS 3 yang telah dikerjakan pada pertemuan sebelumnya, maka siswa dalam kelompok dengan cepat mengerjakan dan tidak banyak bertanya pada guru.

88

Setelah masing-masing kelompok menyelesaikan LKS 4 tentang proses filleting dan skinning pada flat fish dan bentukbentuk potongan ikan, siswa diminta untuk mempresentasikan hasil diskusi dan hasil temuan mereka di depan kelas. Ketika guru menanyakan apakah ada perwakilan kelompok yang ingin menuliskan jawaban hasil temuan dan menunjukkan hasil praktik mereka di depan kelas, ternyata ada dua siswa wakil kelompok yang mengacungkan jari tanpa ditunjuk oleh guru. Berikut kutipan dialog guru dan siswa. Guru Guru

Siswa

: “Ada yang belum selesai mengerjakan LKS?” (Tidak ada siswa yang mengacungkan jarinya). : “Berarti semuanya sudah selesai. Kelompok mana yang bersedia menuliskan jawaban hasil diskusinya?” (Perwakilan dari kelompok 4 dan kelompok 2 bersamaan mengacungkan jari). “Ya silahkan kelompok 2 yang maju, kelompok 4 sudah sering maju. Kita beri kesempatan kelompok 2 untuk mempresentasikan hasil temuannya.” : (Serentak). “Ya Buk.”

Kelompok 2 mempresentasikan hasil diskusinya seperti dengan kelompok presentasi pada pertemuan-pertemuan sebelumnya. Siswa 1 membacakan hasil jawabannya dari LKS 4, Siswa 2 menunjukkan bentuk potongan yang telah mereka buat, siswa 3 dan siswa 4 menuliskan hasil kesimpulan kelompoknya di papan tulis. Pada waktu kelompok 2 mempresentasikan hasil diskusinya, hampir semua siswa memperhatikan. Setelah kelompok 2 selesai

89

menuliskan kesimpulan, guru menanyakan apakah ada kelompok lain yang tidak setuju, atau ada kelompok yang mau menanggapi presentasi dari kelompok 2, atau ada juga yang mau bertanya. Berikut kutipan dialog antara guru dengan siswa. Guru Siswa Guru

: “Ada yang tidak setuju dengan hasil kelompok 2?” : “ Setuju, Buk” : “ Ada yang mau menanggapi atau menambahkan? (Siswa diam). Ada pertanyaan?” (Salah satu siswa mengacungkan jari). Guru : ” Ya, silahkan.” Siswa 1 : “ Ketajaman pisau itu berpengaruh tidak buk terhadap hasil fillet dan skinning?” Guru : “ Iya benar sekali. Ketajaman piasau sangan menentukan hasil fillet dan skinning, jika pisau yang kalian gunakan tajam maka kalian akan mudah melakukan fillet dan skinning serta hasil fillet dan skinning yang kalian hasilkan akan bagus dan rapih, sebaliknya jika pisau yang kalian gunakan tumpul maka kalian akan susah melakukan fillet dan skinning dan hasilnya juga tidak akan bagus (guru menunjukkan hasil fillet dan skinning kelompok 2 yang hasilnya baik, dan hasil kelompok 6 yang kurang baik karena pisau yang digunakan tumpul). Guru : “Ya. Ada yang kurang paham?” Siswa : “ Tidak, Buk.” Guru meminta siswa untuk memberi applause bagi siswa yang telah bersedia maju ke depan tadi. c) Penutup Dalam kegiatan penutup, siswa diminta mengumpulkan salah satu LKS 4 yang telah dikerjakan. Siswa bersama-sama dengan guru menyimpulkan proses persiapan pengolahan pada ikan, praktik urutan proses filleting dan skinning pada flat fish, dan membuat potongan fillet, delice, paupiette, dan goujon.. Guru juga

90

meminta siswa untuk mencatat hal-hal penting pembelajaran proses persiapan pengolahan pada ikan, urutan proses filleting dan skinning pada flat fish, dan potongan fillet, delice, paupiette, dan goujon.di buku catatan siswa. Selain itu juga, siswa diingatkan bahwa pada pertemuan berikutnya akan diadakan tes siklus II mengenai materi menerapkan proses pengecilan ukuran dan bentuk/forming pada ikan. Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam sebelum meninggalkan ruang kelas.

c. Tahap Observasi Secara umum, proses pembelajaran pada siklus II ini menunjukkan adanya peningkatan bila dibandingkan dengan siklus I. Hal ini ditandai dengan adanya peningkatan pada kemandirian siswa saat mengerjakan LKS, hampir semua siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Kepercayaan diri saat menyampaikan pekerjaan mereka di depan kelas, dan keberanian untuk menyampaikan pendapat saat jawabannya berbeda.

d. Tahap Refleksi Refleksi terhadap hasil belajar siswa siklus II ini dilaksanakan melalui evaluasi dalam bentuk soal tes (Lampiran C.2) pada hari Kamis tanggal 24 Februari 2011 pukul 07.15 WIB s.d 08.00 WIB. Bentuk soal berupa uraian sebanyak 3 soal. Refleksi terhadap proses pembelajaran dilakukan melalui diskusi bersama-sama guru yang bersangkutan. Peneliti menanyakan bagaimana

91

pendapat guru terhadap proses pembelajaran selama siklus II ini. Menurut guru, pembelajaran pada siklus II ini mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Hal ini ditandai dengan antuasiasme dan keaktifan siswa yang lebih menonjol dibandingkan ketika siklus I. Siswa mampu mengerjakan LKS secara mandiri bersama kelompoknya masing-masing, siswa juga lebih berani untuk menyampaikan pendapat saat jawabannya berbeda. Pada saat tes evaluasi siklus II, siswa terlihat lebih mandiri, lebih tenang dan tidak ada siswa yang menanyakan jawaban kepada siswa lain.

B. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Hasil Angket Kemandirian Belajar siswa Hasil angket kemandirian belajar siswa pada siklus II ada kenaikan yang cukup baik. Perbandingan hasil angket pada siklus I dan II dapat dilihat dalam tabel berikut. Tabel. 8 Hasil Angket Kemandirian Belajar ASPEK Motivasi Inisiatif Percaya Diri Disiplin Tanggung Jawab Persentase

69,17%

Kategori

Cukup Baik

Siklus

77,64%

65,14%

Baik

Cukup Baik

65,08%

69,45%

Cukup I

Cukup Baik Baik

Siklus

Persentase

II

Kategori

76,11% Baik

78,34% Baik

76,67% Baik

75,10%

75,52%

Baik

Baik

(Untuk analisis hasil angket selengkapnya dapat dilihat pada lampiran E.3 dan E.4) Berdasarkan tabel 3, kemandirian belajar siswa menunjukkan adanya peningkatan dari siklus I ke siklus II. Pada aspek motivasi terjadi

92

peningkatan sebesar 6,94%, aspek inisiatif terjadi peningkatan sebesar 0,7%, aspek percaya diri terjadi peningkatan sebesar 11,53%, aspek disiplin terjadi peningkatan sebesar 10,02%, dan aspek tanggung jawab terjadi peningkatan sebesar 6,07%. Selain itu, dapat diketahui bahwa seluruh aspek kemandirian belajar siswa yaitu motivasi, inisiatif, percaya diri, disiplin, dan tanggung jawab pada siklus II berada dalam kategori baik.

2. Hasil Tes Siklus Data hasil tes pada siklus I dan siklus II diperoleh berdasarkan tes tertulis siswa yang berbentuk soal uraian berjumlah 5 soal. Soal tes dan hasil tes siklus terlampir pada lampiran C.3 – C.4. Berikut hasil nilai tes siklus I dan tes siklus II siswa. (Untuk hasil selengkapnya, dapat dilihat pada lampiran C. 3 – C. 4). Tabel 9 . Daftar Nilai Tes Siklus Siswa Keterangan Rata-Rata Nilai Maksimum Nilai Minimum

Nilai Tes Siklus I

Nilai Tes Siklus II

81,71 100 60

95,31 100 70

Berdasarkan tabel di atas, peningkatan rata-rata nilai tes siswa dari siklus I ke siklus II adalah 13,6. Nilai tertinggi yang diperoleh siswa saat pelaksanaan tes siklus I dan tes siklus II adalah 100 dan untuk nilai

93

terendah pada pelaksanaan tes siklus I adalah 60, sedangkan nilai terendah untuk pelaksanaan tes siklus II adalah 65. 3. Hasil Wawancara a) Hasil Wawancara Guru Bentuk wawancara yang digunakan peneliti adalah wawancara langsung. Wawancara yang dilakukan peneliti dengan guru mata pelajaran yang bersangkutan ini berdasarkan pedoman wawancara guru yang telah disusun oleh peneliti sebelumnya. Dari hasil wawancara peneliti dengan guru yang terlampir dalam Lampiran F. 3, dapat

disimpulkan

bahwa

dengan

metode

Discovery

yang

menjembatani siswa dalam pembelajaran, membuat siswa lebih termotivasi dan bersemangat dalam belajar. Siswa berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran, dapat dilihat dari keaktifan siswa dalam bertanya, dan menjawab dengan memberikan argumentasi tanpa ditunjuk oleh guru. Siswa terlihat lebih percaya diri untuk maju ke depan dengan inisiatif sendiri. Siswa disiplin dalam mengikuti pembelajaran dengan tidak lagi berbuat gaduh, tidak menunda-nunda dalam mengerjakan LKS, dan patuh terhadap perintah guru. Siswa juga lebih bertanggung jawab dalam mengerjakan tugas yang diberikan. Selain itu, pembelajaran dengan metode Discovery, lebih mudah diserap siswa karena siswa dilibatkan dalam menemukan konsep sehingga pembelajaran jadi lebih bermakna. Adapun kelebihan dari

94

pembelajaran dengan metode Discovery adalah siswa jadi ikut terlibat dalam menemukan konsep. Secara keseluruhan, dalam pembelajaran menggunakan metode discovery ini, guru tidak mengalami kendala yang berarti. b) Hasil Wawancara Siswa Wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan siswa kelas X TPHP 1 ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang aktivitas dan pendapat siswa saat pembelajaran dengan metode Discovery. Metode wawancara yang diterapkan adalah wawancara langsung dengan siswa sesuai dengan pedoman wawancara siswa yang telah disusun peneliti. Siswa yang diwawancarai dipilih secara acak. Dari hasil wawancara peneliti dengan siswa yang terlampir dalam Lampiran F.4, dapat disimpulkan bahwa dengan metode Discovery, siswa lebih senang dan bersemangat dalam mengerjakan LKS. Siswa juga lebih mudah mengingat materi pembelajaran, karena mereka terlibat dalam proses penemuan. Pada saat mengerjakan LKS, siswa serius dan termotivasi dalam mengerjakannya. Ketika mereka tidak serius, mereka akan kesulitan dalam mengerjakan soal, sehingga nilai yang akan didapat siswa kurang maksimal. Ketika siswa menemukan kesulitan, siswa bertanya kepada teman. Jika teman tidak bisa menjawab, kemudian siswa bertanya kepada guru.

95

Dengan pembelajaran discovery secara berkelompok siswa lebih berinisiatif dan percaya diri untuk maju ke depan tanpa ditunjuk oleh guru. Siswa lebih disiplin dalam pembelajaran dengan tidak menundanunda untuk mengerjakan LKS atau latihan soal. Siswa juga bertanggung jawab dalam untuk mengumpulkan hasil pekerjaannya tepat waktu. Pembelajaran menggunakan LKS, membuat siswa mudah untuk menemukan dan mengingat suatu konsep. Hal ini dikarenakan langkah-langkah dari konsep itu ditemukan dan diketahui oleh siswa. Kendala-kendala yang dihadapi siswa adalah ada teman sekelompok yang tidak ikut melibatkan diri dalam mengerjakan LKS. Saran-saran yang diberikan siswa adalah menambah tampilan LKS yang lebih menarik, yang berwarna, serta menggunakan gambar-gambar.

C. Pembahasan 1. Keterlaksanaan

Pembelajaran

Menerapkan

Proses

Pengecilan

Ukuran dengan Metode Discovery Pembelajaran menerapkan proses pengecilan ukuran dengan metode Discovery meliputi : a. Siswa dikomunikasikan tentang kompetensi dan tujuan yang akan dicapai. Hal ini dilakukan agar siswa tahu apa yang akan mereka capai dalam setiap pembelajaran.

96

b. Siswa diberikan apersepsi yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari. Apersepsi dikaitkan dalam kehidupan sehari-hari untuk membantu siswa agar mempunyai bayangan tentang materi yang akan mereka pelajari. c. Siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok. Dalam penelitian ini, siswa dikelompok menjadi 8 kelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari 4 siswa. d. Siswa berdiskusi dalam mengerjakan LKS 1) Siswa diberikan data yang terdapat dalam LKS dan media yang berkaitan dengan konsep yang akan ditemukan siswa. Data yang diberikan

dimaksudkan

untuk

mengarahkan

siswa

dalam

menemukan konsep. 2) Dari data yang diberikan, siswa memproses dan menganalisis data tersebut. Dari kegiatan tersebut, siswa akan menyimpulkan konsep yang mereka temukan sendiri. 3) Siswa mengerjakan latihan kegiatan yang terdapat dalam LKS, setelah mereka menyimpulkan konsep yang telah ditemukan. e. Siswa mempresentasikan hasil pekerjaan dari LKS. Presentasi pertama diawali dengan presentasi tentang temuan konsep, presentasi kedua tentang hasil pekejaan latihan soal. Presentasi dilakukan agar kesimpulan hasil diskusi dari salah satu kelompok dapat diketahui oleh kelompok lain. Sehingga, ketika ada kelompok yang hasil diskusinya berbeda, perwakilan dari kelompok itu dapat menyebutkan hasil

97

mereka. Oleh sebab itu, hasil dari masing-masing kelompok akan terlihat lalu hasil tersebut dibahas dan siswa diarahkan guru ke konsep yang benar. f. Siswa bersama guru menyimpulkan konsep yang telah dipelajari. Dari hasil diskusi kelompok yang berbeda, siswa diarahkan guru untuk menyimpulkan konsep yang benar, dan kesimpulan konsep yang telah dipelajari itu didokumenkan dalam buku catatan mereka. Berdasarkan pengamatan peneliti, siswa antusias selama mengikuti proses pembelajaran menggunakan metode discovery. Hal ini ditunjukkan melalui semangat siswa dalam mengerjakan LKS dan memperhatikan selama proses pembelajaran. Siswa berani maju ke depan untuk presentasi atau mengerjakan soal latihan dengan sikap yang yakin tanpa sebelumnya ditunjuk oleh guru. Siswa berani dan aktif mengkomunikasikan pendapat ataupun pertanyaan. Selain itu, siswa tetap berada di kelas selama proses pembelajaran berlangsung.

2. Kemandirian Belajar Menerapkan Proses Pengecilan Ukuran Pada Siswa Berdasarkan uraian sebelumnya, dapat diketahui bahwa penerapan pembelajaran menerapkan proses pengecilan ukuran menggunakan metode discovery telah mampu meningkatkan kemandirian belajar siswa. Hal ini nampak berdasarkan data yang diperoleh baik melalui angket kemandirian

98

belajar siswa, tes siklus, observasi, maupun wawancara dengan guru dan siswa. Berdasarkan hasil angket kemandirian belajar siswa, nampak terjadi peningkatan dari, siklus I ke siklus II. Persentase hasil angket kemandirian belajar siswa meningkat pada tiap aspeknya. Berdasarkan hasil tes pada akhir siklus, nilai menerapkan proses pengecilan ukuran siswa juga mengalami peningkatan. Hasil tes siklus I, rata-rata nilai siswa adalah

81,71. Hasil siklus II, rata-rata nilai

menerapkan proses pengecilan ukuran siswa meningkat menjadi 99,31. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan baik dengan guru mata pelajaran menerapkan proses pengecilan ukuran yang bersangkutan maupun

dengan

siswa,

dapat

disimpulkan

bahwa

pembelajaran

menerapkan proses pengecilan ukuran melalui penerapan metode discovery memang lebih efektif bila dibandingkan pembelajaranpembelajaran yang selama ini digunakan. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru menerapkan proses pengecilan ukuran yang bersangkutan, guru berpendapat bahwa pembelajaran dengan menggunakan LKS merupakan pembelajaran yang bagus dan efektif. Terlebih lagi dengan adanya diskusi kelompok dan presentasi yang dilakukan oleh siswa menjadikan siswa lebih aktif. Kemandirian belajar siswa juga cukup bagus, karena siswa tidak tergantung pada penjelasan guru. Dengan mengikuti instruksi dalam LKS, siswa cukup mampu untuk melakukan kegiatan belajar mandiri secara berkelompok dengan teman diskusinya.

99

Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa kelas X TPHP 1, secara umum mengatakan bahwa mereka menyukai metode pembelajaran dengan metode discovery yang mana pembelajarannya menggunakan LKS (Lembar Kegiatan Siswa) membuat siswa lebih mudah memahami materi pelajaran, langkah-langkah yang tertera dalam LKS, membuat siswa tidak tergantung dengan penjelasan guru. Siswa termotivasi dalam belajarnya. Selain itu siswa berinisiatif dan percaya diri untuk mempresentasikan pekerjaannya tanpa harus ditunjuk oleh guru. Siswa juga disiplin dan bertanggung jawab dalam mengikuti pembelajaran dan patuh kepada perintah guru. Tercapainya hasil belajar yang optimal tersebut, tidak terlepas dari banyak aspek yang mendukung selama proses pembelajaran dalam kelas. Diantaranya yakni peran guru selama proses pembelajaran, kesesuaian antara tindakan yang ditempuh oleh guru dengan rencana tindakan yang telah dipersiapkan peneliti dalam rencana pelaksanan pembelajaran (RPP) atas persetujuan guru yang bersangkutan, serta sikap siswa - siswi kelas X TPHP 1 yang bersedia bekerjasama selama proses pembelajaran dengan mengikuti pembelajaran dengan baik. Secara umum, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menerapkan proses pengecilan ukuran menggunakan metode discovery telah mampu meningkatkan kemandirian belajar siswa kelas X TPHP 1 SMK Negeri 1 Pandak.

100

D. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini telah diusahakan dilakukan dengan cermat, namun bukan berarti hasilnya tanpa kelemahan. Kelemahan-kelemahan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Prestasi belajar mata diklat kewirausahaan dalam penelitian ini hanya diukur dari nilai yang diperoleh dari tes akhir siklus, sedangkan ada banyak faktor yang mempengaruhi penilaian prestasi belajar siswa. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah : validitas alat ukur, subyektivitas penilai, kondisi fisik dan mental siswa saat dinilai, dan suasana saat dilakukannya penilaian. 2. Tidak terdapat modul mata diklat menerapkan proses pengecilan ukuran atau buku pegangan yang harus dimiliki oleh siswa, sehingga siswa cenderung tidak dapat melakukan pembelajaran secara mandiri.

101

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, pembelajaran menerapkan proses pengecilan ukuran menggunakan metode Discovery yang dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa kelas X TPHP 1 SMK Negeri 1 Pandak dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Perencanaan pembelajaran dengan metode Discovery meliputi: a. Guru lebih merinci alokasi waktu untuk diskusi kelompok dan presentasi siswa dengan sebaik-baiknya. b. Pembentukan kelompok secara heterogen membuat siswa dapat berinteraksi dengan siswa lain, belajar berdiskusi, bekerjasama, dan mengemukakan pendapat 2. Pelaksanaan pembelajaran dengan metode Discovery secara umum berjalan dengan baik. Pembelajaran dengan metode Discovery yang dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa adalah sebagai berikut: a. Siswa dikomunikasikan tentang kompetensi dan tujuan yang akan dicapai. Hal ini dilakukan agar siswa tahu apa yang akan mereka capai dalam setiap pembelajaran. b. Siswa diberikan apersepsi yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari. Apersepsi dikaitkan dalam kehidupan sehari-hari untuk membantu siswa agar mempunyai bayangan tentang materi yang akan mereka pelajari.

102

c. Siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok. Dalam penelitian ini, siswa dikelompok menjadi 8 kelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari 4 siswa. d. Siswa berdiskusi dalam mengerjakan LKS 1) Siswa diberikan data yang terdapat dalam LKS yang berkaitan dengan konsep yang akan ditemukan siswa. Data yang diberikan dimaksudkan untuk mengarahkan siswa dalam menemukan konsep. 2) Dari data yang diberikan, siswa memproses dan menganalisis data tersebut. Dari kegiatan tersebut, siswa akan menyimpulkan konsep yang mereka temukan sendiri. e. Siswa mempresentasikan hasil temuan mereka. Presentasi dilakukan agar kesimpulan hasil diskusi dari salah satu kelompok dapat diketahui oleh kelompok lain. Sehingga, ketika ada kelompok yang hasil diskusinya berbeda, perwakilan dari kelompok itu dapat menyebutkan hasil mereka. Oleh sebab itu, hasil dari masing-masing kelompok akan terlihat lalu hasil tersebut dibahas dan siswa diarahkan guru ke konsep yang benar. f. Siswa bersama guru menyimpulkan konsep yang telah dipelajari. Dari hasil diskusi kelompok yang berbeda, siswa diarahkan guru untuk menyimpulkan konsep yang benar, dan kesimpulan konsep yang telah dipelajari itu didokumenkan dalam buku catatan mereka. 3. Pembelajaran dengan metode Discovery memberikan kontribusi positif dalam upaya meningkatkan kemandirian belajar menerapkan proses

103

pengecilan ukuran siswa kelas X TPHP 1 SMK negeri 1 Pandak. Peningkatan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: 1) Motivasi Persentase aspek motivasi siswa setelah diadakan pembelajaran siklus I adalah 69,17%, dan setelah diadakan pembelajaran siklus II meningkat menjadi 76,11%. 2) Inisiatif Persentase aspek inisiatif siswa setelah diadakan pembelajaran siklus I adalah 77,64%, dan setelah diadakan pembelajaran siklus II meningkat menjadi 78,34%. 3) Percaya diri Persentase aspek percaya diri siswa setelah diadakan pembelajaran siklus I adalah 65,14%, dan setelah diadakan pembelajaran siklus II meningkat menjadi 76,67%. 4) Disiplin Persentase aspek disiplin siswa setelah diadakan pembelajaran siklus I adalah 65,08%, dan setelah diadakan pembelajaran siklus II meningkat menjadi 75,10%. 5) Tanggung Jawab Persentase aspek tanggung jawab siswa setelah diadakan pembelajaran siklus I adalah 69,45%, dan setelah diadakan pembelajaran siklus II meningkat menjadi 75,52%.

104

Peningkatan rata-rata kelas berdasarkan hasil tes secara keseluruhan meningkat dari 81,71 pada siklus I menjadi 95,31 pada siklus II.

B. Saran Beberapa saran yang dapat peneliti sampaikan berdasarkan hasil penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagi Guru Dalam proses pembelajaran menerapkan proses pengecilan ukuran, sebaiknya seorang guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menyimpulkan sendiri konsep suatu pokok bahasan yang dipelajari siswa. Kegiatan tersebut dapat membantu siswa dalam memahami suatu konsep menerapkan proses pengecilan ukuran dan mengurangi kecenderungan siswa menghapal konsep. Karena konsep akan mudah diingat jika siswa memahami konsep tersebut. Tetapi, kegiatan menemukan tentunya tetap di bawah bimbingan guru. 2. Bagi Peneliti Lain Pembelajaran menerapkan proses pengecilan ukuran melalui metode discovery dapat digunakan sebagai salah satu alternatif pembelajaran untuk meningkatkan kemandirian belajar siswa. Untuk penelitianpenelitian berikutnya, bentuk, isi, dan tampilan LKS dapat dikembangkan kembali agar lebih menarik, dengan tetap memperhatikan kriteria-kriteria penyusunan LKS untuk kegiatan-kegiatan penemuan, sehingga siswa

105

lebih termotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran, dan pada akhirnya hasil belajar siswa dapat diperoleh lebih optimal. 3. Bagi Siswa Hendaknya siswa selalu berusaha untuk meningkatkan kemandirian, dalam hal motivasi diri, inisiatif, rasa percaya diri, disiplin dan tanggung jawab belajar.

DAFTAR PUSTAKA

Akhmad Sudrajat. 2008. Disiplin Siswa di Sekolah. http://akhmadsudrajat .wordpress.com/2008/04/04/disiplin-siswa-di-sekolah/. Diakses pada tanggal 27 Juni 2010 Anonim.

Pengertian Metode. http://ktiptk.blogspirit.com/archive/2009/01/26/ pengertian-metode.html Diakses pada tanggal 3 Juli 2010

Anita Lie. Menjadi Orang Tua Bijak. 101 Cara Menumbuhkan Percaya diri Anak. 2003. Jakarta: PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia Arini. 2008. Definisi Menerapkan teknik konversi bahan dalam proses pengolahan. http://arinimath.blogspot.com/2008/02/definisi-matematika.html. Diakses pada tanggal 3 Juli 2010 Darius. 2008. Tanggung Jawab. http://id.shvoong.com/books/1773765-tanggungjawab/. Diakses pada tanggal 7 Juli 2010 Depdiknas. 2003. Standar Kompetensi. http://www.lkp2i.org/pdf/smp/ Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian.pdf. Diakses pada tanggal 7 Agustus 2010 Desi Susilawati. 2009. Upaya Meningkatkan Kemandirian Belajar dan Kemampuan Matematika Siswa Kelas X SMA N 1 Gamping dengan Menggunakan Lembar Kerja Siswa. Skripsi. Yogyakarta: UNY ---------------------. 2003. Strategi Pembelajaran Kontemporer. Bandung: JICAUniversitas Pendidikan Indonesia Farida Fauziah. 2007. Upaya Peningkatan Kemandirian Belajar Matematika Siswa Melalui pemanfaatan Modul Matematika Di SMK 1 Jogonalan Klaten. Skripsi. Yogyakarta: UNY Hamzah B. Uno. 2007. Model Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara Herman Hudojo. 2005. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Cetakan I. Malang: Universitas Negeri Malang (UM Press) Imadea.

2009. Menjadi Muslim Inisiatif. http://imadea.multiply.com/ journal/item/107/MenjadiMuslimahinisiatif. Diakses pada tanggal 2 Desember 2010

Jacinta F Rini. 2002. Memupuk Rasa Percaya Diri. Diambil pada tanggal 7 April 2010 dari http://www.e-psikologi.com/epsi/search.asp Jakop Utomo. 1990. Menuju Masyarakat Indonesia Baru. Jakarta: PT Gramedia Martiningsih. 2007. Macam-macam Metode Pembelajaran Error! Hyperlink reference not valid.. Diakses pada tanggal 8 Mei 2010 Mulyasa. 2007. Menjadi guru Profesional menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Nana Syaodih Sukamadinata. 2003. Landasan Psikologis Proses Pendidikan. Cetakan kedua. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Ngalim Purwanto. 2006. Psikologi Pendidikan. Cetakan kedua puluh satu. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Oemar Hamalik. 2003. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara Pergola Irianti. 2009. Profesi Pustakawan dan Kemandirian. Error! Hyperlink reference not valid.. Diakses pada tanggal 10 Desember 2010 Rizky. 2009. Pengertian Belajar. http://kuliah psikologi.dekrizky.com/ pengertianbelajar. Diakses pada tanggal 29 Januari 2010 Roestiyah N. K. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Cetakan ke VI. IKIP Jakarta: Rineka Cipta Rosnida Nurhayati. 2007. Pemanfaatan Website www.gomath.com sebagai Media dalam Peningkatan Kemandirian Belajar Matematika Siswa kelas X SMA N 1 Sleman Tahun Pelajaran 2006/2007. Skripsi. Yogyakarta: UNY Santrock, John W. (2008). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencana Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta Sri Rumini dkk. 1993. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta : UPP Universitas Negeri Yogyakarta. Sucman.

Metode Penemuan. http://www.laboratoriumum.sch.id/files/BAB %20XII%20STRATEGI%20PEMBELAJARAN%20DENGAN%20ME TODE%20PENE MUAN.pdf. Diakses pada tanggal 8 Mei 2010

Sugiyono.2005.Statistika untuk Penelitian.Bandung:Alfabeta Suharsimi Arikunto, 1993. Manajemen Pembelajaran Secara Manusiawi. Jakarta: Rineka Cipta Suharsimi Arikunto.1992.Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan.Jakarta:Bumi Aksara. Sutrisno Hadi.2004.Metodologi Research.Yogyakarta:Andi Saifuddin Azwar.2003.Penyusunan Skala Psikologi.Yogyakarta:Pustaka Pelajar Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. 1997. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta Ubaydillah. 2008. Menjadi Orang Yang Berinisiatif. dari http://www.epsikologi.com/epsi/search.asp. Diakses pada tanggal 7 april 2010 Wasty Sumanto. 2003. Psikologi Pendidikan. Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan. Cetakan ke empat. Jakarta: PT Rineka Cipta Winamo Surakhmad. Metode Belajar. http://www.banjar-jabar.go.id/indexphp? pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=487. Diakses pada tanggal 16 Mei 2010 Winkel. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo Zainun Mutadin. 2002. Kemandirian Sbg Kebutuhan Psikologis Pada Remaja. http://www.e-psikologi.com/epsi/search.asp. Diakses pada tanggal 26 Mei 2010