Proposal Pemberdayaan Anak Korban Lumpur.pdf - yimg.com

74 downloads 216 Views 3MB Size Report
14 Apr 2010 ... Proposal Program Pemberdayaan Anak. Kerjasama: Sanggar .... dan anak-anak. Lingkungan yang tidak lagi bersahabat bagi kesehatan, juga.
Proposal Program Pemberdayaan Anak Kerjasama: Sanggar Al-Faz, Besuki, Porong Dan Paroki St. Maria Annuntiata, Sidoarjo Nama Kegiatan

: Program Pemberdayaan Anak – Sanggar Al-Faz, Besuki, Porong, Sidoarjo

Lokasi Kegiatan

: Desa Besuki Timur Rt 05 Rw 07 No.17 Kec. Jabon, Sidoarjo, Jawa Timur 61276

Lembaga

: Gereja Katolik Paroki St. Maria Annuntiata, Jl. Monginsidi 13, Sidoarjo, Jawa Timur, Indonesia, Telp. (031) 8921828, Fax. (031) 8960781 dan Sanggar Al-Faz, Desa Besuki Timur Rt 05 Rw 07 No.17 Kec. Jabon, Sidoarjo, Jawa Timur 61276

Kontak Person

: 1. Rm. A. Luluk Widyawan, Pr 2. Bp. Mohamad Irsyad 3. Sdr. Rere

Kronologi Kasus

081556410330 081332482952 085233233105

: Tanggal 28 Mei 2006, kasus semburan lumpur Lapindo berawal dari kebocoran gas hidrogen sulfida (H2S) di areal ladang eksplorasi gas Rig Banjar Panji 01 yang dikelola oleh PT. Lapindo Brantas (Lapindo) di desa Renokenongo,. Kebocoran diperkirakan terjadi pada pukul 22.00 WIB. Kebocoran berupa semburan asap putih dari permukaan tanah yang retak, tinggi semburan sekitar 10 meter. Semburan gas disertai keluarnya lumpur dan meluber ke lahan warga. Luapan lumpur memicu kemacetan jalan, termasuk jalan tol dan jalur kereta api pun terganggu. Pihak PT Kereta Api sesekali harus melakukan peninggian bantalan rel karena lumpur. Warga mulai mengungsi, dan titik pengungsian terutama di Balai Desa Kedung Bendo, Kantor Polsek Porong, dan Pasar Baru Porong (baru dibangun oleh Pemkab Sidoarjo). Pemerintah daerah tidak siap menangani pengungsi. Terbukti dengan sering terlambatnya jatah makan untuk para pengungsi dan sering terlambat mengevakuasi warga saat lumpur menerjang rumah warga. Tanggal 16 agustus 2006, lumpur mulai masuk ke areal persawahan desa Besuki, padahal saat itu, warga sedang menunggu musim panen yang kurang 10 hari saja, kerusakan yang disebabkan oleh lumpur menyebabkan persawaha didaerah desa Besuki tidak bisa lagi ditanami dan berproduksi hingga saat ini. 28 Hektar sawah yang rusak mengakibatkan 100 lebih pemilik dan pekerja kehilangan mata pencaharian. Tidak hanya itu, air dan lumpur panas bahkan sempat masuk ke rumah warga. Meskipun kemudian kering dan warga bisa menempati runahnya kembali, tak urung lumpur telah merusak air sumur, sehingga sampai sekarang air sumur warga tidak bisa lagi dikonsumsi, dan hanya digunakan untuk MCK.

22 November 2006, saluran pipa gas pertamina di timur jalan tol meledak, akibat patah karena penurunan lapisan tanah. Peristiwa ledakan ini menenggelamkan Desa Renokenongo, dan sebagian Desa Kedung Bendo. Separuh lebih warga Desa Renokenongo mengungsi di Pasar Baru Porong hingga kini. Selain asap dan lumpur kental, ledakan pipa gas juga menyertakan bau menyengat. Bau yang muncul seperti amoniak dan masih tercium hingga radius beberapa ratus meter. Penelitian Depkes mensinyalir bau tersebut akibat adanya bahan beracun dan berbahaya, seperti Fenol, H2S, NO2 dan NH3. Ledakan dan kebocoran pipa gas menjadi bencana besar setelah volume lumpur yang keluar tiap hari makin bertambah. Awalnya, hanya berkisar 5.000 meter kubik per hari. Namun, perkembangannya volume terus membesar mulai dari 40.000 m3 menjadi 50.000 m3 dan bahkan 126.000 meter kubik perhari . Bersamaan dengan membesarnya volume lumpur, Renokenongo dan desa-desa sekitarnya tenggelam dalam lumpur. Resah menghadapi situasi tersebut, sejak 18 September 2006 warga desa Besuki mengajukan tuntutan ganti rugi kepada PT. Lapindo Brantas Inc, atas kerusakan yang menimpa wilayah mereka. Setelah belasan kali aksi, dan setidaknya 3 diantaranya berujung bentrokan dengan aparat keamanan, akhirnya pada 8 April 2007 dengan dikeluarkannya Perpres 14/2007, keresahan itu terjawab dengan kenyataan bahwa wilayah desa besuki tidak termasuk bagian dari peta area terdampak, dan tidak dianggap sebagai korban, sehingga tidak mendapatkan ganti rugi apapun. Kekecewaan ini berlanjut ketika dikeluarkannya Perpres 48/2008 sebagai perubahan dari Perpres 14/2007. Perpres baru ini tidak menyelesaikan permasalahan karena malah membagi dua wilayah dari desa Besuki, yakni wilayah desa Besuki bagian barat yang dimasukkan kedalam penanganan melalui mekanisme APBN, dan desa Besuki bagian timur yang tidak mendapat apa-apa. Keputusan tersebut menjadikan desa Besuki bergejolak dan eskalasi konflik horisontal kembali memanas, isu dan fitnah muncul dikarenakan tidak adanya keterangan resmi dari pemerintah mengapa tidak semua wilayah desa Besuki ditangani, kasak kusuk dan pengkambinghitaman seseorang atau faktor-faktor tertentu dari dua wilayah desa Besuki ini menyebabkan hubungan sosial dan kekerabatan pecah dan konflik dua wilayah yang masih satu desa ini memanas. Latar Belakang

: Rusaknya lingkungan akibat bencana (baik yang ditimbulkan oleh alam maupun manusia), seringkali membawa kenyataan pahit bagi kita semua. Lingkungan yang ternyata rapuh, ketidakpekaan sosial, managemen reduksi bencana yang hampir tidak ada, ketidaktanggapan pemerintah, adalah hal-hal yang selama ini kurang disadari dengan baik. Tak heran jika kemudian, saat bencana menerpa, masyarakat sama sekali tidak siap untuk mengantisipasinya. Bahkan, langkahlangkah untuk meminimalisir hal-hal buruk yang datang bersamaan dengan

bencana kurang terperhatikan. Langkah tercepat yang mampu dilakukan setiap keluarga, atau bahkan individu hanyalah mencoba menyelamatkan diri sendiri— yang pada prakteknya membuat konflik horisontal antara individu yang satu dengan yang lainnya. Tapi sebagaimana sejarah perkembangan makhluk hidup, spesies yang bertahan kemudian adalah spesies yang mampu bekerjasama untuk mengatasi masalah yang ada. Hal ini juga yang terjadi dengan masyarakat Desa Besuki (bagian timur tol [yang selanjutnya akan disebut dengan Besuki Timur]) Kecamatan Jabon, saat mengalami bencana luapan lumpur panas dari sebuah sumur gas milik PT. Lapindo Brantas. Lumpur panas sempat menggenangi hampir seluruh desa Besuki Timur, yang mengakibatkan semua sawah milik warga terendam lumpur dan tidak bisa ditanami kembali, selain masuknya lumpur tersebut ke dalam rumah. Komunitas-komunitas yang selama ini telah mapan dalam relasi pedesaan yang masih relatif guyub, mendadak retak. Desa Besuki yang sebelumnya hanya satu, kini menjadi dua bagian yang berbeda nasib. Desa Besuki Barat (yang berada di sebelah barat jalan tol Surabaya – Gempol) mendapat nasib yang relatif lebih baik dari saudaranya yang berada di timur jalan tol. Mereka tak hanya mendapatkan ganti rugi dari sawahnya yang terendam lumpur, tapi juga ganti rugi yang meliputi pembelian tanah dan bangunan, jatah hidup, dan uang pindahan. Sementara warga Desa Besuki Timur hanya mendapatkan ganti rugi gagal panen sebagai akibat dari terendamnya sawah mereka oleh lumpur. Perbedaan nasib ini tak urung membawa konflik horisontal ke tingkat permukaan. Rasa kecewa terhadap pemerintah yang membedakan ganti rugi, juga perasaan putus asa dan marah, membuat masing-masing komunitas menjadi sensitif dan mudah marah. Setidaknya dua kali tercatat perkelahian dan tawuran antar warga yang melibatkan warga Desa Besuki Barat dengan warga Desa Besuki Timur. Namun seiring berjalannya waktu dan usaha yang terus menerus dari masingmasing pihak untuk berdamai, akhirnya konflik horisontal ini dapat teredakan. Tapi tak bisa dipungkiri bahwa kadang-kadang perasaan dendam masih bergentayangan. Masalah yang tidak kalah runyam menerpa juga kelompok usia pemuda-pemudi dan anak-anak. Lingkungan yang tidak lagi bersahabat bagi kesehatan, juga menyerang kelompok-kelompok ini. Dalam kasus di mana pemuda-pemudi tidak memiliki akses untuk keputusan yang menyangkut hidup mereka, maka mereka merupakan bagian marginal dari masyarakat—terlebih lagi anak-anak. Selain masalah kesehatan, ruang-ruang berkumpul dan bermain pun semakin terabaikan. Pemuda-pemudi kiranya cukup beruntung karena bisa pergi bermain ke desa lain atau bahkan pindah tempat tinggal sama sekali dengan alasan mencari kerja. Tapi bagi anak-anak, bencana ini benar-benar kutukan bagi mereka. Terlebih lagi lingkungan sekolah mereka pun tak lagi menjadi tempat yang nyaman. Hal ini benar-benar tragedi yang memilukan, terutama jika kita

sadar bahwa pemuda-pemudi dan anak-anak adalah tulang punggung masa depan. Melihat hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa potensi-potensi konflik dan kerusakan lingkungan memang tidak bisa dihindarkan dari masyarakat yang majemuk, apalagi di dalam masyarakat yang selalu menunggu dan bergantung. Karenanya, upaya-upaya yang patut diajukan untuk mereduksi sifat menunggu dan bergantung adalah dengan melakukan kegiatan-kegiatan perdamaian langsung di masyarakat. Kegiatan perdamaian ini pun diupayakan yang berorientasi pada pembagunan inisiatif langsung dari masyarakat yang bersangkutan untuk menjadi masyarakat yang kuat dan berdaya, yang mampu melihat potensi masalah sekaligus berupaya mencari solusinya. Sasaran

: Desa Besuki Timur Kecamatan Jabon merupakan desa yang tepat setelah sekian waktu kami melakukan assesment dan pendampingan di beberapa wilayah di Kecamatan Porong, Kecamatan Tanggulangin, dan Kecamatan Jabon. Di Besuki Timur, masyarakatnya hidup dengan beragam komunitas di dalamnya. Memulai pengorganisiran dari tingkatan komunitas (sebagai bagian kecil dari masyarakat) adalah langkah yang strategis. Bersama beberapa warga pada bulan Februari 2009, kami telah membangun perpustakaan komunitas dan kegiatan-kegiatan kreatif di tingkatan anak-anak berusia 8 – 12 tahun yang bertempat di ruang tamu rumah salah seorang warga yang menjadi bagian dari forum kami. Pernah juga ada Kelompok Belajar Demokrasi, sebuah kelompok belajar bersama yang melibatkan pemuda-pemudi dan beberapa individu yang umurnya lebih tua. Hanya saja, karena kendala keterbatasan materi dan finansial, Kelompok Belajar Demokrasi mengalami kevakuman. Dengan demikian sasaran dari program ini ialah, semua anggota komunitas sanggar kemanusiaan yang meliputi anak-anak, kaum muda, dan orangtua dengan jumlah 100 orang

Tujuan

: Mampu menganalisa, mengelola, dan memecahkan masalah-masalahnya sendiri merupakan pilar dasar kemandirian sebuah komunitas, di mana peran aktif dari setiap anggota komunitas merupakan investasi tersendiri. Dalam pembangunannya, komunitas yang berdaya akan ditantang melakukan terobosan yang terus-menerus untuk menjawab persoalan-persoalan yang tak bisa dielakkan dalam kehidupan berkomunitas. Belum lagi pola relasi lama yang bergantung pada kebijakan-kebijakan pemerintah untuk menyelesaikan masalah yang menghinggapi komunitas. Dengan program ini, komunitas yang bersangkutan akan belajar mengorganisir diri sendiri dan berusaha untuk mencari cara memecahkan berbagai masalah yang ada. Dari mulai masalah memapankan struktur komunitas, sampai pada masalah lingkungan dan jaringan. Komunitas (yang bervariasi dari segi umur dan potensi) yang diharapkan dalam aplikasi program ini adalah komunitas yang mampu berperan aktif dalam

pelaksanaan konsep-konsep perdamaian yang berorientasi pada pemberdayaan. Komunitas ini juga diharapkan mampu membuka berbagai bentuk-bentuk komunikasi di antara mereka sendiri maupun di luar komunitas mereka, sehingga potensi-potensi yang ada dapat dinaksimalkan menjadi kerjasama yang saling menjaga dan menguntungkan.

Kajian Analisa

: Dalam simulasi Community Managed Disaster Risk Reduction di Porong, 5 Oktober 2008 terdapat beberapa kajian analisa sebagai berikut: No

Analisa

Keterangan

1

Ancaman

1. Banjir / semburan / luberan lumpur

2

Penyebab

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.

3

Dampak

1. Kehilangan pekerjaan / penghasilan 2. Perekonomian jatuh 3. Anak telantar sekolahnya 4. Lingkungan: udara dan air tercemar 5. Masyarakat tidak setuju tanggul tinggi, bahaya jebol 6. Banjir lumpur 7. Kehilangan rumah tinggal 8. Kehilangan akses / macet 9. Korban nyawa 10. Penyakit: Stress, ISPA, Gatal, Sesak Nafas 11. Lingkungan: udara dan air tercemar 12. Sosial budaya kacau 13. Relasi sosial rusak, konflik / kecemburuan sosial 14. Ada penjualan anak 15. Kriminalitas muncul 16. Makam hilang

Kecerobohan Prosedur pengeboran salah Kepentingan menguasai lahan Pengeboran salah teknik Pengeboran kesengajaan Alat pengeboran kurang baik Gempa di Yogyakarta Rekayasa / keserakahan Kesalahan pengeboran miring Tidak ada ijin diri masyarakat

Tipe Masyarakat

1

B P L S s e j

3

Alasan

Petani Karyawan pabrik Pedagang Petani tambak Industri kecil PNS Pensiunan

40 % 50 % 10 %

2 1 3

Pencemaran Pabrik tutup Pembeli sepi Pemcemaran Pembeli sepi

40 % 20 % 30 % 10 %

1 3 2

Terabaikan Butuh bantuan Banyak urusan

63 kk

3 2

Semburan gas Ada retakan

1

Jarak 200 m

10 %

Usia -

K i n e r j a

Tingkat Kerentanan

Pekerjaan -

2

Jumlah / Prosentase

Anak-anak Manula Dewasa Ibu hamil

Wilayah -

Siring Siring Barat Gedang Mindi Jabon Pejarakan Besuki Renokenongo Tanggulangin (Kalitengah) Ketapang Juwet Kenongo Pamotan

33 kk 32 kk

Aliran lumpur

No 1

2

3

4

5

6

7

8

9

Nama Stakeholder

Info

Konsultasi

Relasi

Implementasi

Kontrol

Sumber Daya

Umat Stasi Porong













Paroki / Posko SanMariAnn











Komisi PSE / Caritas Surabaya











Caritas Indonesia





Keuskupan Surabaya





Sanggar AlFaz, Besuki







Gabungan Warga Korban Lumpur







Pemerintah Kecamatan Porong



Pemerintah Kabupaten Sidoarjo



Perencanaan

 



: Umat Stasi Porong, Posko SanMariAnn, PSE Keuskupan / Caritas Keuskupan, Sanggar Al-Faz, Gabungan Warga Korban Lumpur Pelakasanaan : Sanggar Al-Faz, Umat Stasi Porong Monitoring : PSE Keuskupan / Caritas Keuskupan Evaluasi : Sanggar Al-Faz, Umat Stasi Porong, Posko SanMariAnn, PSE Keuskupan / Caritas Keuskupan

Analisa SWOT

: Kekuatan

Kelemahan

1. Ada organisasi masyarakat

1. Kurangnya sarana dan minimnya pendanaan

2. Ada kegiatan komunitas (perpustakaan, sanggar anak, dll)

2. Kegiatan kurang terstruktur untuk mencapai tujuan tertentu

3. Ada perasaan senasib antar warga

3. Ada stigma negatif tentang kegiatan kebudayaan tidak islami

4. Ada penggerak antar warga

Peluang 1. Ada relawan yang membantu mengorganisir 2. Ada bantuan yang pernah diberikan dan kontak donatur 3. Ada jaringan informal dengan komunitas lain Ancaman 1. Ada tekanan otoritas lokal 2. Disinformasi (kurang lengkap / tiadanya informasi yang memadai tentang kerentanan kondisi wilayah mereka terhadap Lumpur panas) 3. Diskriminasi korban lapindo luar peta

4. Ketergantungan terhadap individu tertentu

Analisa Tujuan

:

Anak-anak mengalami pemberdayaan

Anak-anak memiliki kapasitas pengetahuan dan keterampilan yang berguna untuk kehidupan praktis

Anak-anak memiliki minat dan semangat menambah pengetahuan / keterampilan

Anak mendapatkan kesempatan belajar sambil bermain

Anak-anak memiliki tempat dan sarana / prasarana kegiatan belajar sambil bermain

Matrix Logframe

:

Intervensi Logis

Indikator Variabel

Sumber Verifikasi

Tujuan Akhir

Anak-anak meningkat kapasitas pengetahuan dan keterampilannya sehingga berguna untuk kehidupan praktis

Anak-anak dapat menunjukkan hasil kegiatan pelatihan dan menjelaskan dengan baik

Hasil kegiatan pelatihan

Tujuan Project

Anak-anak memiliki minat dan semangat menambah pengetahuan / keterampilan

Ada data kehadiran anak 75 – 100 % dalam sebulan

Data absensi anak

Hasil

Anak mendapatkan kesempatan belajar sambil bermain

Ada tempat, Bangunan fisik pembinaaan dan sarana tempat / prasarana pembinaan dan sarana / prasarana

Aktivitas

Pendampingan kelompok belajar anak dengan metode bermain

Ada ruang bermain dan alat-alat permainan (100 jenis permainan)

Bangunan fisik dan inventaris alat-alat

Monitoring kesehatan anak

Ada pemberian supplemen makanan bergizi dan pemantauan kesehatan anak

Laporan kegiatan dan absensi kehadiran

Pelatihan wirausaha sablon

Adanya produk karya komunitas (kaos / poster / stiker) min. 1 kali sebulan

Laporan kegiatan dan absensi

Asumsi

Pelatihan ketrampilan berbasis pertanian

Lahirnya kelompok tani lokal yang menguatkan ekonomi komunitas

Laporan kegiatan dan absensi

Pengelolaan Perpustakaan

Bertambahnya bukubuku perpustakaan(500 buku)

Bangunan fisik perpustakaan dan inventaris sarana / prasarana

Pengefektifan forum diskusi dan komunikasi (dialog, networking)

Ada forum diskusi Laporan reguler untuk kegiatan dan membahaspengetahuan absensi baru dan berbagai permasalahan komunitas Ada arsip media pengetahuan (audio, video) Ada spokeperson lahir dari komunitas

Pembuatan media alternatif (radio komunitas, blog, dan koran kampung)

Ada 10 kaum muda terlatih kemapuan jurnalisme melalui 5 pelatihan

Laporan kegiatan dan absensi

Ada terbitan koran secara periodik 1 kali dalam satu bulan Pelaksanaan Pentas Kreasi Anak

Ada kesempatan anak menampilkan hasil latihan dan karya pada momen-momen hari besar dan perayaan tertentu Ada pentas pertunjukan yang melibatkan partisipasi anggota komunitas

Laporan kegiatan dan absensi

Deskripsi Kegiatan

Pertemuan dengan publik luar wilayah lumpur

Ada penguatan jaringan yang ada dan perluasan hubungan dengan komunitas lain

Laporan kegiatan dan absensi

Penggalangan dukungan pendidikan anakanak korban lapindo

Ada kepastian jaminan mendapatkan hak pendidikan bagi anak dan panitia penggalangan dukungan pendidikan anak

Laporan penggalangan dukungan, data anak dan donatur

: 1. Membangun sanggar sebagai tempat utama kegiatan anak Persoalan akan hak anak sebenarnya bukanlah kasus spesifik untuk korban Lapindo saja. Semua anak di manapun di seluruh dunia membutuhkan kasih sayang, perhatian, ruang belajar dan pengembangan diri yang sama. Namun, pada persoalan krusial, di mana hak-hak anak menjadi semakin terkurangi seperti pada kasus luapan lumpur panas Lapindo ini, kebutuhan untuk bisa membuat ruang bermain dan belajar anak adalah kebutuhan yang mendesak. Ruang bermain dan belajar anak di sekitar semburan Lapindo telah hilang terkubur lumpur, kenyamanan dan keriangan yang harusnya bisa didapat anak-anak pun turut terkubur di dalamnya. Karena itulah, usaha untuk mencoba membangkitkan kembali dunia bermain anak yang hilang tersebut perlu untuk dimunculkan, sehingga anak-anak mempunyai satu ruang sanggar yang bisa dipakai sebagai tempat kegiatan utama anak-anak. Dengan membangun sanggar, harapan anak sebagai tulang punggung masa depan menjadi cerah kembali. 2. Mendampingi anak berlatih kesenian Selama ini, kesenian adalah medium yang cocok untuk mengajak anak bergembira. Dengan berkesenian, anak-anak mendapatkan sarana untuk mengekspresikan apa yang ada dalam dirinya, baik itu imajinasi maupun rasa kecewa dan amarah terhadap kondisi yang menghimpitnya. Pelampiasan emosi ke dalam medium seni, melatih anak untuk menjadi diri yang utuh dan berani menghadapi kenyataan. Selain itu, dengan berlatih kesenian, anak-anak mampu mengolah potensi seni yang ada di dalam dirinya. Kegiatan mendampingi anak berlatih kesenian akan dilaksanakan secara rutin setiap satu minggu satu kali dengan menyesuaikan waktu yang dimiliki oleh anak. Adapun kegiatannya adalah seni tari, musik, lagu puisi, dan teater.

3. Mendampingi kelompok belajar anak dengan metode bermain Salah satu persoalan anak-anak jelas adalah masalah belajar. Pada sekolah formal, hampir selalu memakai metode baku dan kaku, yang tidak dipungkiri menjadikan anak-anak enggan melakukannya. Kegiatan belajar sambil bermain dimaksudkan untuk menjadi jembatan antara kegiatan belajar anak sambil tetap menjadikan ruang belajar itu tempat yang menyenangkan, karena itu dipakai metode permainan edukatif yang diharapkan bisa mendukung proses kreatif dan analitis dari anak-anak. 4. Monitoring kesehatan anak. Kondisi kesehatan anak-anak seringkali terabaikan baik oleh orang tua, maupun anak itu sendiri. Kondisi kesehatan ini meliputi juga lingkungan, relasi antar anak, dan pola konsumsi. Semenjak luapan lumpur Lapindo, lingkungan di desa Besuki diragukan kualitas kesehatannya. Udara yang sering bercampur dengan bau gas, air bersih yang kurang memadai, maupun pola konsumsi instan, adalah hal-hal yang dapat membuat kesehatan anak menjadi buruk. Untuk itulah monitoring kesehatan diperlukan agar kondisi kesehatan anak dapat dipantau dengan seksama dan menghindarkan anak dari kemungkinan terburuk. Selain itu, akan ada juga pemberian suplemen makanan bergizi untuk menunjang kesehatan anak menjadi lebih baik dan terbebas dari serangan penyakit. 5. Wirausaha sablon Wirausaha dimaksudkan untuk menampung proses kreatif pemuda dan anakanak, sambil juga mendukung usaha kampanye komunitas menyuarakan kenyataan yang ada. Wirausaha sablon dipilih karena bisa membantu mendukung pengembangan ekonomi juga dapat dipakai memproduksi alat-alat kampanye komunitas. Dengan didukung pelatihan, baik pelatihan kreatif maupun pelatihan manajerial, wirausaha sablon diharapkan dapat mendukung usaha komunitas untuk berdaya dan berjuang pada wilayah yang lebih luas. 6. Pelatihan ketrampilan innovatif berbasis pertanian Secara kultural, corak masyarakat Besuki adalah masyarakat yang agraris. Sebelum lumpur Lapindo menenggelamkan hampir sebagian besar areal desa, desa Besuki dihiasi oleh areal persawahan yang sedap dipandang. Tapi kondisi hari ini seolah tak mampu untuk membuktikan kenyataan sejarah tersebut. Areal persawahan dibiarkan tak terurus karena tanahnya memang tak lagi subur untuk ditanami padi atau tumbuhan komersil lainnya. Untuk menghidupkan kembali corak agraris masyarakat Besuki, sekaligus untuk mengolah keterampilan kaum muda desa, kami akan melakukan serangkaian pelatihan inovatif berbasis pertanian. Pilot project yang telah berjalan adalah membuat empang dan green house. Dari pilot project ini kami berharap dapat lahir kelompok tani lokal yang mampu menguatkan kualitas ekonomi komunitas. 7. Pengelolaan perpustakaan Dengan usaha-usaha swadaya dan solidaritas, komunitas Al-Faz telah berhasil mengelola sebuah perpustakaan komunitas dengan baik. Buku-buku yang

beraneka ragam dan jenis disusun ke dalam beberapa rak. Rak-rak buku tersebut pun dilabeli dengan beberapa kategori untuk memudahkan pencarian bagi peminjam. Sayangnya, beberapa waktu terakhir ini koleksi buku di perpustakaan Al-Faz tidak kunjung bertambah sementara buku-buku yang ada sudah tidak cukup lagi untuk menunjang penggalian ilmu melalui membaca. Karenanya, kami menargetkan untuk terus menambah dan memperbaharui koleksi buku bacaan di perpustakaan komunitas ini. 8. Mengefektifkan forum diskusi dan komunikasi (FGD, dialog, networking) Sebagai sebuah komunitas, sanggar Al Faz membutuhkan forum komunikasi untuk saling menguatkan dan mempertajam antar anggota komunitas, forum diskusi reguler sebetulnya lebih kepada penjadwalan dari forum-forum informal yang sudah sering dilakukan selama ini. Pada forum diskusi dan komunikasi reguler bisa dibicarakan semua permasalahan komunitas dan bisa menemukan jalan keluar bersama untuk masalah-masalah yang dihadapi komunitas. 9. Membangun media alternatif (radio komunitas, blog, dan koran kampung). Media mainstream yang selama ini eksis, seringkali tidak memuaskan aspirasi masyarakat. Belum lagi pemaksaan informasi tertentu dari media mainstream terhadap kultur dan gaya hidup masyarakat yang heterogen. Hal tersebut dapat membawa implikasi yang tidak sehat terhadap masyarakat dan relasi yang terbangun di dalamnya. Karenanya, pembangunan media alternatif yang dikelola secara langsung oleh masyarakat adalah sebuah terobosan yang konstruktif, selain tentu saja untuk mengcounter dominasi media mainstream. Agar media alternatif yang dikelola dapat berjalan dengan maksimal, akan diselenggarakan pelatihan-pelatihan bagi kaum muda desa, yang akan menerbitkan mengelola berbagai media alternatif, termasuk koran kampung yang terbit berkala. 10. Mengelola pentas kreasi anak Anak-anak yang telah berlatih kesenian, perlu mendapatkan apresiasi dari khalayak yang lebih luas. Apresiasi ini dapat mendorong anak-anak untuk berkreasi lebih giat lagi dalam berkarya dan menghasilkan sesuatu yang berkualitas. Untuk itu, mengelola pentas kreasi anak adalah sesuatu yang penting, baik untuk anak-anak maupun demi kemajuan komunitas. Dengan mengelola pentas kreasi, anak-anak dapat menampilkan hasil latihan dan karya pada momen-momen hari besar dan perayaan tertentu. Pengelolaan pentas kreasi ini pun dapat menjadi tantangan untuk menjawab sejauh mana partisipasi anggota komunitas. 11. Pertemuan dengan publik luar wilayah lumpur Jejaring antar komunitas dimaksudkan untuk menciptakan kesamaan gerak dan solidaritas dengan komunitas-komunitas lain yang juga mengalami problem yang sama. Dengan membentuk jejaring bersama komunitas lain, kekuatan untuk mengangkat permasalahan dan mendorong penyelesaian kasus dimungkinkan untuk bisa berjalan dengan lebih baik. Kasus konfrontasi masyarakat dengan korporasi dan negara telah banyak muncul, selain dalam kasus Lapindo sendiri. Pada saat ini telah dirintis jejaring antara komunitas-komunitas di Sidoarjo (Kasus

Lapindo), Pati (Kasus Semen Gresik), Kulon Progo (Kasus tambang pasir besi), dan Jepara (PLTN). Pertemuan bersama dilakukan antar komunitas untuk saling berbagi pengalaman, menguatkan dan saling bersolidaritas sebagai bagian dari perlawanan besar melawan dominasi modal dan kekuasaan negara. Menguatnya jaringan yang ada dan perluasan hubungan dengan komunitas lain 12. Penggalangan dukungan pendidikan anak-anak korban Lapindo Lumpur Lapindo telah menghancurkan basis ekonomi warga yang dulunya hidup dari pertanian, tambak dan industri di sekitarnya. Sementara penanganan sebatas ganti rugi - yang tak juga selesai. Anak anak korban diabaikan, pemerintah tak menyediakan upaya khusus pendidikan mereka. Sementara biaya sekolah tetap tinggi, sedang beban ekonomi keluarga meningkat. Kami mencatat penghasilan penduduk dibawah Rp 0 - 500 ribu perbulan meningkat 2 hingga 3 kali lipat pada beberapa desa korban Lapindo. Ratusan anak-anak putus sekolah. Tiap bulan, pelajar SD dan SMP membutuhkan biaya pendidikan (SPP, buku, seragam dan uang ujian) setidaknya Rp 67 ribu per bulan, sementara pelajar SMA membutuhkan sekitar 166 ribu. Penggalangan dukungan pendidikan anak-anak korban lapindo dimaksudkan untuk mengajak publik terlibat aktif mendukung pemulihan ekonomi, pendidikan anak dan pemenuhan kebutuhan dasar mereka sehingga anak-anak mendapat kepastian jaminan mendapatkan hak pendidikan. Anggaran

: Total Biaya Dana Karina Keuskupan Surabaya Kekurangan

Rekening

Rp. 251.907.500,Rp. 20.000.000,Rp. 231.907.500.-

: BCA no. rek 018 787 1976 an. A. Luluk Widyawan / Ni Nyoman Wichayawati atau BCA no. rek 018 312 1976 an. A. Luluk Widyawan (bukti transfer harap dikirim lewat fax ke 031-8960781, sebagai laporan)

Rincian Anggaran

:

Proposal Program Pemberdayaan Anak, Sanggar Al-Faz, Besuki, Porong, Sidoarjo Karina Keuskupan Surabaya

No

Kode

Tanggal

Keterangan

Kuantitas

Unit

Frekwensi

Unit

Harga Satuan

Sub Total

Total

1 1 21 3000 25 3 1

set set m2 m2 m2 orang set

1 1 1 1 1 5 1

kali kali kali kali kali hari kali

Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp

1,000,000 1,000,000 30,000 500 4,500 50,000 250,000

Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp

1,000,000 1,000,000 630,000 1,500,000 112,500 750,000 250,000 5,242,500

Rp

5,242,500

2. Pelatihan Rutin Kesenian Pembelian kelangkapan alat kesenian (perkusi) Operasional latihan

1 1

set paket

1 48

kali kali

Rp Rp

1,500,000 75,000

Rp Rp Rp

1,500,000 3,600,000 5,100,000

Rp

5,100,000

3. Pendampingan Belajar dengan Metode Bermain T raining volunteer Workshop agenda dan metode belajar Operasional belajar

10 10 1

orang orang paket

1 2 96

kali kali kali

Rp Rp Rp

50,000 50,000 25,000

Rp Rp Rp Rp

500,000 1,000,000 2,400,000 3,900,000

Rp

3,900,000

4. Monitoring Kesehatan Anak Cek medis umum Supplemen gizi (makanan bergizi dan vitamin)

1 1

paket paket

2 12

kali bulan

Rp Rp

1,500,000 350,000

Rp Rp Rp

3,000,000 4,200,000 7,200,000

Rp

7,200,000

PROGRAM COST I. Penyediaan Sarana Dan Prasarana 1. Pembangunan Sanggar Material bangunan dasar Kayu (blandar, usuk, reng) Lantai Atap genting T erpal Operasional pengerjaan Interior (cat, vernish)

II. Penguatan Ekonomi Komunitas 5.Pengembangan Wirausaha Pelatihan sablon (15 pemuda, bahan sablon) Pengadaan alat sablon (meja, rakel, screen, lampu) Promosi dan marketing

1 2 1

paket paket paket

1 1 1

kali kali kali

Rp Rp Rp

600,000 2,000,000 200,000

Rp Rp Rp Rp

600,000 4,000,000 200,000 4,800,000

Rp

4,800,000

6.Pelatihan Pertanian Pelatihan pertanian lahan sempit (sayur, ikan, organik) Pembangunan green house (bangunan, media tanam, media perawatan) Pelatihan pembenihan dan asistensi teknis Workshop hasil dan perencanaan pengembangan (30 orang)

1 1 1 1

paket unit paket paket

5 1 5 1

kali kali kali kali

Rp Rp Rp Rp

500,000 5,000,000 300,000 1,500,000

Rp Rp Rp Rp Rp

2,500,000 5,000,000 1,500,000 1,500,000 10,500,000

Rp

10,500,000

III. Penguatan Daya Kritis Komunitas 7. Perpustakaan Kampung Pengadaan buku dan media visual Pelatihan katalogisasi dan pengarsipan 8.Diskusi Bedah Buku Bahan diskusi Konsumsi Narasumber 9.Pengembangan Media Alternatif Komunitas Pelatihan jurnalisme Penerbitan buletin / koran komunitas (fotokopi) Siaran radio komunitas (peliputan bahan, iuran daya listrik) Peralatan radio komunitas (perawatan rutin)

100 1

buku paket

3 1

kali kali

Rp Rp

25,000 350,000

Rp Rp Rp

7,500,000 350,000 7,850,000

Rp

7,850,000

50 50 1

bundel orang orang

10 10 10

kali kali kali

Rp Rp Rp

10,000 5,000 200,000

Rp Rp Rp Rp

5,000,000 2,500,000 2,000,000 9,500,000

Rp

9,500,000

20 250 1 1

orang set paket paket

5 60 1500 12

kali kali jam bulan

Rp Rp Rp Rp

25,000 700 5,000 45,000

Rp Rp Rp Rp Rp

2,500,000 10,500,000 7,500,000 540,000 21,040,000

Rp

21,040,000

III. Penguatan Jaringan Dan Solidaritas 10.Pentas Ekspresi Anak Perlengkapan pentas Konsumsi pengisi acara Publikasi Dokumentasi (printing)

1 45 1 1

set paket paket paket

2 2 2 2

kali kali kali kali

Rp Rp Rp Rp

2,000,000 20,000 250,000 150,000

Rp Rp Rp Rp Rp

4,000,000 1,800,000 500,000 300,000 6,600,000

Rp

6,600,000

11.Gathering dengan Publik T ransportasi Konsumsi Bahan diskusi dan publikasi Printing banner

2 45 1 1

unit paket set unit

5 5 5 5

wilayah kali kali kali

Rp Rp Rp Rp

350,000 20,000 250,000 125,000

Rp Rp Rp Rp Rp

3,500,000 4,500,000 1,250,000 625,000 9,875,000

Rp

9,875,000

12. Solidaritas Pendidikan Anak T raining volunteer Media kampanye

45 3

orang unit

2 2

kali kali

Rp Rp

25,000 150,000

Rp Rp Rp

2,250,000 900,000 3,150,000

Rp

3,150,000

OPERASIONAL COST Kontrak rumah Listrik Air Bersih T elepon Internet Surat menyurat Beras, daging / ikan, sayur Air minum Gas LPG Pembukaan rekening bank Biaya administrasi bulanan

1 1 1 1 1 5 1 8 2 1 1

rumah rumah rumah rumah paket surat paket galon tabung rekening rekening

14 14 14 14 14 14 14 14 14 1 24

bulan bulan bulan bulan bulan bulan bulan bulan bulan kali bulan

Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp

500,000 200,000 75,000 200,000 200,000 10,000 1,500,000 15,000 75,000 500,000 30,000

Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp

7,000,000 2,800,000 1,050,000 2,800,000 2,800,000 700,000 21,000,000 1,680,000 2,100,000 500,000 720,000 43,150,000

Rp

43,150,000

PERSONNEL COST Honor direktur Honor staf penuh waktu Honor staf paruh waktu Administrasi dan dokumentasi

1 4 5 1

orang orang orang set

14 14 14 1

kali kali kali kali

Rp Rp Rp Rp

1,500,000 1,000,000 500,000 2,000,000

Rp Rp Rp Rp Rp

21,000,000 56,000,000 35,000,000 2,000,000 114,000,000

Rp

114,000,000

JUMLAH TOTAL

Rp 251,907,500

Susunan Tim Kerja

: Steering Commitee Direktur Program Manager Administrator Manager Finance Manager

: Rm. Luluk Widyawan, Pr : Bp. Ferdinandus Locke : Fina Utami Putri : Ibu Christina Ni Nyoman Wichayawati

Organizing Committe Koordinator Umum

: Bp. Mohamad Irsyad

Seksi Program dan Relawan

Seksi Administrasi dan Manajemen

Sanggar Al-Faz

: Fanny Trijambore (Koordinator) Eko Widodo Waras : Adhitya Ariestanto (Koordinator) Abdurochim Daris Ilma

: Visi: terciptanya komunitas yang demokratis, mandiri, dan berdaya, yang mampu berpartisipasi aktif dalam perubahan positif pada lingkungannya. Misi: pemberdayaan komunitas secara horisontal dan partisipatoris dan membangun jaringan antar-komunitas mandiri Nilai: demokrasi, partisipatoris, kesetaraan, mandiri, perdamaian dan kesadaran kritis Sekretariat: Desa Besuki Timur Rt 05 Rw 07 No.17 Kec. Jabon, Sidoarjo, Jawa Timur 61276 Sidoarjo, 14 April 2010 Hormat kami,

Rm. A. Luluk Widyawan, Pr Pastor Kepala Paroki St. Maria Annuntiata, Sidoarjo

Bp. Mohammad Irsyad Koordinator Umum Sanggar Al-Faz

Foto-Foto

: Kegiatan anak anak-anak di Sanggar Al-Faz menjelang Peringatan ngatan 4 Tahun Lumpur Lapindo, 29 Mei 2010