PUSAT PERAWATAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS ...

32 downloads 388 Views 2MB Size Report
pembinaan anak-anak berkebutuhan khusus, serta sosialisasi berkebutuhan khusus kepada masyarakat ... II.2.1 Sejarah Perkembangan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Para ahli ...... Silabus pun khusus disusun untuk tiap anak .
PUSAT PERAWATAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS ARSITEKTUR PERILAKU | TUGAS AKHIR – TKA 490 BAB II DESKRIPSI PROYEK

II.1

Terminologi Judul Judul dari proyek adalah “Pusat Perawatan Anak Berkebutuhan Khusus” yang

merupakan suatu tempat yang mengintegrasikan fungsi perawatan, pendidikan, dan pembinaan anak-anak berkebutuhan khusus, serta sosialisasi berkebutuhan khusus kepada masyarakat luas. Dalam judul “Pusat Perawatan Anak Berkebutuhan Khusus” mengandung beberapa pengertian, yaitu :  Anak adalah karunia yang terbesar bagi keluarga, agama, bangsa, dan negara. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, anak adalah penerus cita-cita bagi kemajuan suatu bangsa. Hak asasi anak dilindungi di dalam Pasal 28 (B)(2) UUD 1945 yang berbunyi setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.  Anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda

dengan

anak

pada

umumnya

selalu

menunjukan

pada

ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan anak cacat (Heward).  Anak Berkebutuhan khusus dapat dimaknai dengan anak-anak yang tergolong cacat atau yang menyandang ketunaan, dan juga anak aktif dan berbakat (Mulyono, 2006)  Pusat berarti : 

Titik yang terletak di bagian; Pokok pangkal atau yang menjadi pumpunan segala macam kegiatan. (Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1995.)



Tempat yang utama untuk melakukan kegiatan, aktivitas, urusan, ataupun hal yang sesuai tujuan. (W.J.S.Poerwadarminta. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : PN Balai Pustaka 1976. Hal. 788)

Jadi, Pusat Perawatan Anak Berkebutuhan Khusus adalah suatu tempat aktivitas yang difungsikan untuk memberi latihan-latihan dan stimulasi bagi anak anak

berkebutuhan

khusus

yang

secara

signifikan

mengalami

kelainan/

penyimpangan (fisik, mental-intelektual, sosial, dan emosional) dalam proses SESILIA GLORIA SIMARMATA – 090406069

13 Universitas Sumatera Utara

PUSAT PERAWATAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS ARSITEKTUR PERILAKU | TUGAS AKHIR – TKA 490 pertumbuhkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain yang seusia dalam memperoleh pelayanan pendidikan khusus. II.2

Tinjauan Umum

II.2.1 Sejarah Perkembangan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Para ahli sejarah pendidikan biasanya menggambarkan mulainya pendidikan luar biasa pada akhir abad ke 18 atau awal abad ke 19. Di indonesia sejarah perkembangan luar biasa dimulai ketika Belanda masuk ke Indonesia, ( 1596 – 1942 ) meraka memperkenalkan sistem persekolahan dengan orientasi barat. Untuk pendidikan bagi anak–anak penyandang cacat di buka lembaga-lembaga khusus. Lembaga pertama untuk pendidikan anak tuna netra, tuna grahita tahun 1927 dan untuk tuna rungu tahun 1930. Ketiganya terletak di kota Bandung. Tujuh tahun setelah proklamasi kemerdekaan, pemerintah RI mengundangundangkan yang pertama mengenai pendidikan. Mengenai anak- anak yang mempunyai kelainan fisik atau mental, undang – undang itu menyebutkan pendidikan dan pengajaran luar biasa diberikan dengan khusus untuk mereka yang membutuhkan ( pasal 6 ayat 2 ) dan untuk itu anak –anak tersebut ( pasal 8) yang mengatakan semua anak – anak yang sudah berumur 6 tahun dan 8 tahun berhak dan diwajibkan belajar disekolah sedikitnya 6 tahun dengan ini berlakunya undang – undang tersebut maka sekolah – sekolah baru yang khusus bagi anak – anak penyandang cacat. Termasuk untuk anak tuna daksa dan tuna laras, sekolah ini disebut sekolah luar biasa. Berdasarkan urutan sejarah berdirinya SLB pertama untuk masing – masing katagori kecacatan SLB itu dikelompokan menjadi : a. SLB bagian A untuk anak tuna netra b. SLB bagian B untuk anak tuna rungu c. SLB bagian C untuk anak tuna grahita d. SLB bagian D untuk anak tuna daksa e. SLB bagian E untuk anak tuna laras f. SLB bagian F untuk anak tuna ganda Dalam perkembangannya, saat ini konsep ketunaan berubah menjadi berkelainan (exception) atau luar biasa. Ketunaan berbeda dengan konsep berkelainan. Konsep ketunaan hanya berkenaan dengan dengan kecacatan sedangkan konsep berkelainan atau luar bisa mencakup anak yang menyandang ketunaan maupun yang dikaruniai keunggulan.

SESILIA GLORIA SIMARMATA – 090406069

14 Universitas Sumatera Utara

PUSAT PERAWATAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS ARSITEKTUR PERILAKU | TUGAS AKHIR – TKA 490 Banyak istilah digunakan untuk mencoba mengkategorikan anak-anak dengan kebutuhan khusus, beberapa istilah yang dapat membantu guru mengumpulkan informasi yang merencanakan untuk masing-masing anak mencakup: dungu, gangguan fisik, lumpuh otak, gangguan emosional, ketidakmampuan mental, gangguan pendengaran, gangguan pengllihatan, ketidak mampuan belajar, autistuk, dan keterlambatan perkembangan. II.2.2 Jenis dan Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus Jenis dengan karakteristik untuk masing-masing kecacatan dapat diuraikan sebagai berikut : II.2.2.1 Tunagrahita (Mental retardation) : Down Syndrome a.

Pengertian Tuna Grahita Ada beberapa definisi dari tunagrahita, antara lain: American Association on Mental Deficiency (AAMD) mendefinisikan retardasi

mental/tunagrahita sebagai kelainan yang meliputi fungsi intelektual umum di bawah rata-rata (sub-average), yaitu IQ 84 ke bawah berdasarkan tes individual; yang muncul sebelum usia 16 tahun; dan menunjukkan hambatan dalam perilaku adaptif. Japan League for Mentally Retarded (1992) mendefinisikan retardasi mental/tunagrahita ialah fungsi intelektualnya lamban, yaitu IQ 70 ke bawah berdasarkan tes intelegensi baku; kekurangan dalam perilaku adaptif; dan terjadi pada masa perkembangan, yaitu antara masa konsepsi hingga usia 18 tahun. The New Zealand Society for the Intellectually Handicapped menyatakan tentang tunagrahita adalah bahwa seseorang dikatakan tunagrahita apabila kecerdasannya jelas-jelas di bawah rata-rata dan berlangsung pada masa perkembangan serta terhambat dalam adaptasi tingkah laku terhadap lingkungan sosialnya. Di awal tahun 60-an, tunagrahita merujuk pada keterbatasan fungsi intelektual umum dan keterbatasan pada keterampilan adaptif. Keterampilan adaptif mencakup area: komunikasi, merawat diri, home living, keterampilan sosial, bermasyarakat, mengontrol diri, functional academics, waktu luang, dan kerja. Menurut definisi ini, ketunagrahitaan muncul sebelum usia 18 tahun. Menurut WHO seorang tunagrahita memiliki dua hal yang esensial yaitu fungsi intelektual secara nyata di bawah rata-rata dan adanya ketidakmampuan dalam menyesuaikan diri dengan norma dan tututan yang berlaku dalam masyarakat.

SESILIA GLORIA SIMARMATA – 090406069

15 Universitas Sumatera Utara

PUSAT PERAWATAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS ARSITEKTUR PERILAKU | TUGAS AKHIR – TKA 490 Down syndrome adalah suatu kondisi keterbelakangan perkembangan fisik dan mental pada anak yang disebabkan adanya abnormalitas perkembangan kromosom (Cuncha, 1992). Down syndrome dinamai sesuai nama dokter berkebangsaan Inggris bernama Langdon Down, yang pertama kali menemukan tanda-tanda klinisnya pada tahun 1866. Pada tahun 1959 seorang ahli genetika Perancis Jerome Lejeune dan para koleganya, mengidentifikasi basis genetiknya. Manusia secara normal memiliki 46 kromosom, sejumlah 23 diturunkan oleh ayah dan 23 lainnya diturunkan oleh ibu. Para individu yang mengalami down syndrome hampir selalu memiliki 47 kromosom, bukan 46. Ketika terjadi pematangan telur, 2 kromosom pada pasangan kromosom 21, yaitu kromosom terkecil gagal membelah diri. Jika telur bertemu dengan sperma, akan terdapat kromosom 21—yang istilah teknisnya adalah trisomi 21. Down syndrome bukanlah suatu penyakit maka tidak menular, karena sudah terjadi sejak dalam kandungan.

b.

Identifikasi Anak Tuna Grahita dan Down Sindrom Adapun cara mengidentifikasi seorang anak termasuk tunagrahita yaitu

melalui beberapa indikasi sebagai berikut: 

Penampilan fisik tidak seimbang, misalnya kepala terlalu kecil/besar,



Tidak dapat mengurus diri sendiri sesuai usia,



Perkembangan bicara/bahasa terlambat



Tidak ada/kurang sekali perhatiannya terhadap lingkungan (pandangan kosong),



Koordinasi gerakan kurang (gerakan sering tidak terkendali),



Sering keluar ludah (cairan) dari mulut (ngiler)



Anak kembar sedunia (down syndrome) *Nilai standarnya 4.

Ciri-ciri yang pada anak yang mengalami down syndrome dapat bervariasi, mulai dari yang tidak nampak sama sekali, tampak minimal, hingga muncul tanda yang khas. Tanda yang paling khas pada anak yang mengalami down syndrome adalah adanya keterbelakangan perkembangan mental dan fisik (Olds, London, & Ladewing, 1996).

Penderita Down sindrom umumnya memiliki ciri-ciri : 

Mempunyai tubuh pendek,

SESILIA GLORIA SIMARMATA – 090406069

16 Universitas Sumatera Utara

PUSAT PERAWATAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS ARSITEKTUR PERILAKU | TUGAS AKHIR – TKA 490 

Lengan atau kaki kadang-kadang bengkok,



Kepala lebar,



Wajah membulat,



Mulut selalu terbuka,



Ujung lidah besar,



Hidung lebar dan datar,



Kedua lubang hidung terpisah lebar, jarak lebar antar kedua mata,



Kelopak mata mempunyai lipatan epikantus, sehingga mirip dengan orang oriental, iris mata kadang-kadang berbintik, yang disebut bintik “Brushfield”,



Tangan dan kaki kelihatan lebar dan tumpul,



Telapak tangan kerap kali memiliki garis tangan yang khas abnormal, yaitu hanya mempunyai sebuah garis mendatar saja,



Ibu jari kaki dan jari kedua adakalanya tidak rapat.



Mata, hidung, dan mulut biasanya tampak kotor serta gigi rusak. Hal ini disebabkan karena ia tidak sadar untuk menjaga kebersihan dirinya sendiri (Suryo, 2001).

c.

Kualitas Hidup Anak Down Sindrom Kualitas hidup Penderita down syndrome pada umumnya mengalami

keterbelakangan perkembangan fisik dan mental, seperti gangguan dalam koordinasi sensori-motorik, gangguan dalam kognitif, dan sebagainya yang seringkali menyebabkan mereka kurang diterima secara sosial, karena perilakunya yang tidak terkoordinasi dengan baik. Usia rata-rata pada saat kematian adalah 49 tahun, namun banyak yang mencapai 50 hingga 60 tahun. Tanpa adanya cacat jantung, sekitar 90% dari anak-anak dengan down syndrome hidup menjadi remaja pada anak seumuran mereka. Penderita down syndrome mengalami perubahan fisik lebih cepat, terutama dalam mengalami penuaan. Gejala seperti demensia, alzheimer, kehilangan daya ingat, penurunan lebih lanjut dalam hal intelek, dan perubahan kepribadian, dapat berkembang pada usia dini. Penyakit jantung dan leukemia sering menjadi penyebab kematian anak dengan down syndrome. Namun, hal ini dapat diminimalisir dengan menggunakan terapi-terapi bagi penderita down syndrome, sehingga mereka juga dapat berkembang dan menjalani hidup secara lebih optimal. Pada umumnya, penderita down syndrome selalu tampak gembira, mereka tidak sadar akan cacat yang dideritanya. Harapan hidup untuk orang dengan down

SESILIA GLORIA SIMARMATA – 090406069

17 Universitas Sumatera Utara

PUSAT PERAWATAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS ARSITEKTUR PERILAKU | TUGAS AKHIR – TKA 490 syndrome hanya sekitar 9 tahun. Dengan perawatan medis yang lebih baik, banyak orang dengan down syndrome selalu tampak gembira, mereka tidak sadar akan cacat yang dideritanya.

d.

Metode Pelatihan Metode Glenn Doman dirancang untuk menciptakan kanal-kanal baru pada

bagian otak yang belum terpakai. Kanal baru itu nantinya bisa memotong jalur penyampaian informasi pada otak yang cedera. Menurut Douglas Doman, sebagian besar manusia menggunakan potensi otaknya hanya dua sampai tiga persen dan selebihnya belum terpakai. Metode GD melakukan semacam reformatting pada otak anak-anak, mendayagunakan bagian otak yang sehat dengan membuka kanal baru di otak sehingga kita bisa mem-bypass bagian otak yang rusak. Serangkaian gerak dasar yang harus dilakukan merayap dan merangkak untuk melancarkan aliran darah ke kaki dan tangan yang kerap bertemperatur lebih rendah dibandingkan suhu di tubuh. Ini juga untuk mempererat sambungan central nervous system dan peripheral nervous system yang kadang “sekrup” penghubungnya “dol” (too lose) atau terlalu keras (too tight) sehingga kelenturan geraknya berkurang. Stimulasi dini. Stimulasi sedini mungkin kepada bayi yang DS, terapi bicara, olah tubuh, karena otot-ototnya cenderung lemah. Memberikan rangsanganrangsangan dengan permainan-permainan layaknya pada anak balita normal, walaupun respons dan daya tangkap tidak sama, bahkan mungkin sangat minim karena keterbatasan intelektualnya. Program ini dapat dipakai sebagai pedoman bagi orang tua untuk memberi lingkungan yang memadai bagi anak dengan syndrom down, bertujuan untuk latihan motorik kasar dan halus serta petunjuk agar anak mampu berbahasa. Selain itu agar anak mampu mandiri seperti berpakaian, makan, belajar, BAB/BAK, mandi yang akan memberi anak kesempatan. Pada umumnya kelebihannya adalah penurut, periang, rajin, tepat waktu. Untuk anak yang sudah mendapat pendidikan atau terapi, mereka sangat menyenangi hal-hal yang rutin. Jadi, mereka lebih disiplin dari anak-anak biasa sehingga bila sudah diberikan suatu jadwal kegiatan tiap hari, mereka akan sangat ngotot untuk melakukan jatahnya, walaupun orang tua berusaha untuk menjelaskan, kadang-kadang malah membuatnya sedih dan ngambek. Ini juga karena intelektual anak yang kurang sehingga belum mempunyai pengertian yang baik.

SESILIA GLORIA SIMARMATA – 090406069

18 Universitas Sumatera Utara

PUSAT PERAWATAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS ARSITEKTUR PERILAKU | TUGAS AKHIR – TKA 490 II.2.2.2 Tunarungu Wicara (Communication disorder and deafness) a.

Pengertian Tuna Rungu Tunarungu adalah individu yang memiliki hambatan dalam pendengaran

baik permanen maupun tidak permanen. Klasifikasi tunarungu berdasarkan tingkat gangguan pendengaran adalah: 

Gangguan pendengaran sangat ringan (27-40dB),



Gangguan pendengaran ringan (41-55dB),



Gangguan pendengaran sedang (56-70dB),



Gangguan pendengaran berat (71-90dB),



Gangguan pendengaran ekstrim/tuli (di atas 91dB). Karena memiliki hambatan dalam pendengaran individu tunarungu memiliki

hambatan dalam berbicara sehingga mereka biasa disebut tunawicara. Cara berkomunikasi dengan individu menggunakan bahasa isyarat, untuk abjad jari telah dipatenkan secara internasional sedangkan untuk isyarat bahasa berbeda-beda di setiap negara. saat ini dibeberapa sekolah sedang dikembangkan komunikasi total yaitu cara berkomunikasi dengan melibatkan bahasa verbal, bahasa isyarat dan bahasa tubuh. Individu tunarungu cenderung kesulitan dalam memahami konsep dari sesuatu yang abstrak.

b. Identifikasi Anak Tuna Rungu Berikut identifikasi anak yang mengalami gangguan pendengaran: 

Tidak mampu mendengar,



Terlambat perkembangan bahasa,



Sering menggunakan isyarat dalam berkomunikasi,



Kurang/tidak tanggap bila diajak bicara,



Ucapan kata tidak jelas,



Kualitas suara aneh/monoton,



Sering memiringkan kepala dalam usaha mendengar,



Banyak perhatian terhadap getaran,



Keluar nanah dari kedua telinga,



Terdapat kelainan organis telinga. *Nilai Standarnya 7.

SESILIA GLORIA SIMARMATA – 090406069

19 Universitas Sumatera Utara

PUSAT PERAWATAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS ARSITEKTUR PERILAKU | TUGAS AKHIR – TKA 490 II.2.2.3 Tuna netra (Partially seing and legally blind) a.

Pengertian Tuna Netra Tunanetra adalah individu yang memiliki hambatan dalam penglihatan.

Tunanetra dapat diklasifikasikan kedalam dua golongan yaitu: buta total (Blind) dan low vision. Definisi Tunanetra menurut Kaufman & Hallahan adalah individu yang memiliki lemah penglihatan atau akurasi penglihatan kurang dari 6/60 setelah dikoreksi atau tidak lagi memiliki penglihatan. Karena tunanetra memiliki keterbataan dalam indra penglihatan maka proses pembelajaran menekankan pada alat indra yang lain yaitu indra peraba dan indra pendengaran. Oleh karena itu prinsip yang harus diperhatikan dalam memberikan pengajaran kepada individu tunanetra adalah media yang digunakan harus bersifat taktual dan bersuara, contohnya adalah penggunaan tulisan braille, gambar timbul, benda model dan benda nyata. sedangkan media yang bersuara adalah tape recorder dan peranti lunak JAWS. Untuk membantu tunanetra beraktivitas di sekolah luar biasa mereka belajar mengenai Orientasi dan Mobilitas. Orientasi dan Mobilitas diantaranya mempelajari bagaimana tunanetra mengetahui tempat dan arah serta bagaimana menggunakan tongkat putih (tongkat khusus tunanetra yang terbuat dari alumunium).

b.

Identifikasi dan Karakteristik Anak Tuna Netra Berikut identifikasi anak yang mengalami gangguan penglihatan: 

Tidak mampu melihat,



Tidak mampu mengenali orang pada jarak 6 meter,



Kerusakan nyata pada kedua bola mata,



Sering meraba-raba/tersandung waktu berjalan,



Mengalami kesulitan mengambil benda kecil di dekatnya,



Bagian bola mata yang hitam berwarna keruh/besisik/kering,



Mata bergoyang terus. *Nilai standarnya 6. Karakteristik anak tunanetra antara lain:



Mempunyai kemampuan berhitung, menerima informasi dan kosakata hampir menyamai anak normal tetapi mengalami kesulitan dalam hal pemahaman yang berhubungan dengan penglihatan;



Kesulitan penguasaan keterampilan sosial yang ditandai dengan sikap tubuh tidak menentu, agak kaku, serta antara ucapan dan tindakan kurang sesuai

SESILIA GLORIA SIMARMATA – 090406069

20 Universitas Sumatera Utara

PUSAT PERAWATAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS ARSITEKTUR PERILAKU | TUGAS AKHIR – TKA 490 karena tidak dapat mengetahui situasi yang ada di lingkungan sekitarnya. Umumnya mereka menunjukkan kepekaan indera pendengaran dan perabaan yang lebih baik dibandingkan dengan anak normal, 

Serta sering melakukan perilaku stereotip seperti menggosok-gosokkan mata dan meraba-raba sekelilingnya.

c.

Pengelompokkan Tuna Netra Secara pendidikan, tunanetra dikelompokkan menjadi: 

Mereka mampu membaca cetakan standard.



Mampu membaca cetakan standard dengan menggunakan kaca pembesar.



Mampu membaca cetakan besar (ukuran huruf No. 18).



Mampu membaca cetakan kombinasi cetakan regular dan cetakan besar.



Membaca cetakan besar dengan menggunakan kaca pembesar.



Menggunakan Braille tapi masih bisa melihat cahaya (sangat berguna untuk mobilitas).



Menggunakan Braille tetapi tidak punya persepsi cahaya.

Keterbatasan anak tunanetra ada tiga: 

Keterbatasan dalam konsep dan pengalaman baru.



Keterbatasan dalam berinteraksi dengan tingkungan



Keterbatasan dalam mobilitas.

Karena itu pembelajaran bagi tunanetra harus mengacu kepada: 

Kebutuhan akan pengalaman kongkrit.



Kebutuhan akan pengalaman memadukan



Kebutuhan akan berbuat dan bekerja dalam belajar.

Tunanetra dikelompokkan menjadi dua yaitu:

d.



Kelempok buta dengan media pendidikannya adalah tulisan braille.



Kelornpok low Vision dengan medianya adalah tulisan awas.

Pembelajaran Anak Tuna Netra Mobilitas adalah kemampuan, kesiapan dan mudahnya bergerak dari satu

posisi ke posisi yang lain yang diinginkan dengan baik, efisien , dan aman. Antara orientasi dan mobilitas terdapat hubungan yang sangat erat keduanya tidak dapat SESILIA GLORIA SIMARMATA – 090406069

21 Universitas Sumatera Utara

PUSAT PERAWATAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS ARSITEKTUR PERILAKU | TUGAS AKHIR – TKA 490 dipisahkan. Orientasi tidak akan berguna tanpa mobilitas dan sebaliknya mobilitas tidak akan berhasil tanpa disertai orientasi. Orientasi dapat menyelamatkan anak sedangkan mobilitas dapat mengantarkan anak sampai tujuanl Tujuan orientasi dan mobilitas adalah : 1)

Memberikan kelengkapan, sarana bagi anak di dalam melakukan kegiatan sehari-hari baik dalam melaksanakan studinya maupun yang lain agar dapat mandiri tanpa bergantung pada orang lain.

2)

Mempertajam indera-indera lain yang masih normal secara efektif , seperti indera pendengaran , penciuman , perasa dan sebagainya agar mereka mampu memenuhi kebutuhannya tanpa menggunakan indera penglihatan .

3) Memberikan penghetahuan dan ketrampilan pada tunanetra dalam bergerak untuk mengatasi bahayanya . Manfaat orientasi dan mobilitas adalah : 1)

Anak

dapat

memaksimalkan

indera-indera

lain

dan

meminimalkan

keterbatasanya. 2)

Secara fisik akan lebih baik penampilan tubuh dan gaya jalanya.

3)

Secara

sosial

tunanetra

akan

lebih

mampu

berinteraksi

dengan

lingkunganya. 4)

Secara ekonomis tunanetra tidak banyak meminta bantuan orang lain , dia akan bergerak sendiri hingga sampai tujuanya.

5)

Akan menambah keberhasilan siswa tunanetra dalam proses belajar mengajar dan ketrampilan yang lain.

II.2.2.4 Tuna daksa (physical disability) a.

Pengertian Tuna Daksa Anak yang mengalami kelainan atau cacat yang menetap pada alat gerak

(tulang,sendi,otot)sedemikian rupa sehingga memerlukan pelayanan pendidikan khusus.jika mereka mengalami ganguan gerakan karena kelayuan pada fungsi syaraf otak,mereka disebut Cerebral Palsy (CP). Anak Tunadaksa (cacat tubuh) termasuk salah satu jenis anak berkebutuhan khusus yang memiliki kelainan atau kecacatan pada fisiknya, yaitu pada sistem otot, tulang dan persendian akibat dari adanya penyakit, kecelakaan, bawaan sejak lahir, dan atau kerusakan di otak.

SESILIA GLORIA SIMARMATA – 090406069

22 Universitas Sumatera Utara

PUSAT PERAWATAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS ARSITEKTUR PERILAKU | TUGAS AKHIR – TKA 490 Kelainan atau kecacatan yang disandang oleh seseorang memiliki dampak langsung (primer) dan tidak langsung (sekunder), baik terhadap diri anak yang memiliki kecacatan itu sendiri maupun terhadap keluarga dan masyarakat. Dampak langsung atau primer dari kecacatan tunadaksa adalah adanya gangguan mobilitas atau ambulasi, gangguan dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari (Aktivity of Daily Living/ADL), gangguan dalam komunikasi, gangguan fungsi mental, dan gangguan sensoris. Sedangkan dampak tidak langsung atau dampak

sekunder

adalah

reaksi

penyandang

kelainan

tersebut

(Franklin

C.Schortz,1980). Artinya bagaimana anak menghadapi masalah yang ditimbulkan oleh kecacatan yang disandang dalam kehidupannya.

b.

Identifikasi Anak Tuna Daksa Berikut

identifikasi

anak

yang

mengalami

kelainan

anggota

tubuh

tubuh/gerak tubuh: 

Anggota gerak tubuh kaku/lemah/lumpuh,



Kesulitan dalam gerakan (tidak sempurna, tidak lentur/tidak terkendali),



Terdapat bagian anggota gerak yang tidak lengkap/tidak sempurna/lebih kecil dari biasa,



Terdapat cacat pada alat gerak,



Jari tangan kaku dan tidak dapat menggenggam,



Kesulitan pada saat berdiri/berjalan/duduk, dan menunjukkan sikap tubuh tidak normal,



Hiperaktif/tidak dapat tenang.



Anggota gerak tubuh tidak lengkap,



Bentuk anggota tubuh dan tulang belakang tidak normal,



Kemampuan gerak sendi terbatas, ada hambatan dalam melaksanakan aktifitas kehidupan sehari-hari *Nilai standarnya 5.

c.

Karakteristik Sosial/Emosional Karakteristik sosial/emosional anak tunadaksa bermula dari konsep diri anak

yang merasa dirinya cacat, tidak berguna, dan menjadi beban orang lain yang mengakibatkan mereka malas belajar, bermain dan perilaku salah suai lainnya. Kehadiran anak cacat yang tidak diterima oleh orang tua dan disingkirkan dari masyarakat akan merusak perkembangan pribadi anak.

SESILIA GLORIA SIMARMATA – 090406069

23 Universitas Sumatera Utara

PUSAT PERAWATAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS ARSITEKTUR PERILAKU | TUGAS AKHIR – TKA 490 Kegiatan jasmani yang tidak dapat dilakukan oleh anak tunadaksa dapat mengakibatkan timbulnya problem emosi, seperti mudah tersinggung, mudah marah, rendah diri, kurang dapat bergaul, pemalu, menyendiri, dan frustrasi. Problem emosi seperti itu,

banyak ditemukan pada anak tunadaksa dengan

gangguan sistem cerebral. Oleh sebab itu, tidak jarang dari mereka tidak memiliki rasa percaya diri dan tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Dilihat dari aktivitas motorik, intensitas gangguannya dikelompokkan atas hiperaktif yang menunjukkan tidak mau diam, gelisah; hipoaktif yang menunjukkan sikap pendiam, gerakan lamban, dan kurang merespons rangsangan yang diberikan; dan tidak ada koordinasi, seperti waktu berjalan kaku, sulit melakukan kegiatan

yang

membutuhkan

integrasi

gerak

yang

lebih

halus,

seperti

menulis,menggambar, dan menari.

II.2.2.5 Anak Lamban Belajar a.

Pengertian nnak lamban belajar Lamban belajar atau slow leaner adalah anak yang memiliki potensi

intelektual sedikit dibawah normal tetapi belum termasuk tuna grahita biasanya memiliki IQ sekitar 70 – 90. Biasanya dalam hal mengalami hambatan atau keterlambatan berfikir, merespon rangsangan dan adaptasi social , tetapi masih jauh lebih baik disbanding dengan tuna grahita, lebih lamban dari yang normal. Mereka butuh waktu yang lebih lama.dan berulang – ulang untuk menyelesaikan tugas – tugas akademik maupun non akademik, dan karenanya memerlukan pelayanan pendidikan khusus.

b.

Karakteristik anak lamban belajar Ciri – ciri anak lamban belajar 

Rata – rata prestasi belajarnya selalu rendah ( kurang dari 6 )



Dalam penyelesaian tugas – tugas akademik sering terlambat dibandingkan dengan teman seusianya



Daya tangkap terhadap pelajaran terlambat



Pernah tidak naik kelas

SESILIA GLORIA SIMARMATA – 090406069

24 Universitas Sumatera Utara

PUSAT PERAWATAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS ARSITEKTUR PERILAKU | TUGAS AKHIR – TKA 490 IV.2.2.6 Anak Berkesulitan Belajar a.

Pengertian Anak Berkesulitan Belajar Anak yang mengalami kesulitan belajar adalah anak yang secara nyata

mengalami kesulitan dalam tugas – tugas akademik khusus terutama dalam kemampuan membaca, menulis dan berhitung, atau anak dalam kesulitan pada mata pelajaran tertentu yang diduga karena disebabkan factor disfungsi neugologis dan bukan disebabkan factor intelegensi, yang sehingga anak tersebut memerlukan pelayanan pendidikan khusus. Anak dalam kesulitan belajar dapat dikelompokkan daalam : 

Kesulitan belajar membaca / disleksia



Kesulitan belajar menulis/ disgrafia



Kesulitan belajar berhitung/ diskalkulia



Sedang pada mata pelajaran lain mereka tidak mengalami kesulitan yang berarti.

b.

Karakteristik Anak Berkesulitan Belajar Ciri anak yang berkesulitan belajar membaca/disleksia 

Perkembangan kemampuan membaca terlambat



Kemampuan memahami isi bacaan rendah



Kalau membaca sering terdapat kesalahan Ciri anak yang mengalami kesulitan belajar menulis/disgrafia



Kalau menyalin tulisan sering terlambat selesai



Sering salah menulis huruf b dengan p, p dengan q, v dengan u, 2 dengan 5, 6 dengan 9 dsb



Hasil tulisannya jelek dan tidak terbaca



Tulisannya banyak salah/ terbalik/ada huruf yang hilang



Sulit menulis dengan lurus pada kertas tak bergaris Ciri anak yang mengalami kesulitan belajar berhitung/diskalkulia



Sulit membedakan tanda – tanda +, _, < , >, =



Sulit mengoperasikan hitungan/bilangan



Sering salah membilang dengan urut



Sering salah membedakan angka 9 dengan 6 17 dengan 71, 2 dengan 5 dsb



Sulit membedakan bangun – bangun geometri

SESILIA GLORIA SIMARMATA – 090406069

25 Universitas Sumatera Utara

PUSAT PERAWATAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS ARSITEKTUR PERILAKU | TUGAS AKHIR – TKA 490 IV.2.2.7 Anak cerdas istimewa dan bakat istimewa/ CIBI a.

Pengertian Anak Cerdas Istimewa dan Bakat Istimewa Anak berbakat atau anak yang memiliki kemampuan dan kecerdasan Luar

biasa adalah anak yang memiliki potensi kecerdasan/intelegensi , kreatifitas dan tanggung jawab terhadap tugas ( task commitment ) diatas anak – anak seusianya, sehingga untuk mewujudkan potensinya

menjadi prestasi nyata memerlukan

pelayanan pendidikan khusus, anak berbakat sering juga disebut sebagai “ gifted & talented

b.

Karakteristik Anak Cerdas Istimewa dan Bakat Istimewa Ciri – ciri anak berbakat : 

Bisa membaca pada usia lebih dini



Membaca lebih cepat dan benar



Memiliki perbendaharaan kata yang luas



Mempunyai rasa ingin tahu yang kuat



Memiliki minat yang luas, tanggap terhadap permasalahan orang dewasa



Mempunyai inisiatif dan dapat bekerja sendiri



Menunjukkan keaslian ( orisinl) dalam ungkapan verbal



Member jawaban – jawaban yang baik



Banyak memberikan gagasan – gagasan



Luwes dalam berfikir



Terbuka terhadap rangsangan dari lingkungan



Memiliki pengamatan yang tajam



Dapat berkonsentrasi dalam jangka waktu yang panjang terutama terhadap tugas dan bidang yang diminati



Berfikir kritis juga terhadap diri sendiri



Senang mencoba dengan hal – hal yang baru



Mempunyai daya abstraksi , konseptualitas dan sintesis yang tinggi



Senang dan kegiatan intelektual dan pemecahan –pemecakan masalah



Cepat menangkap hubungan sebab akibat



Berperilaku terarah pada tujuan



Mempunyai daya imajinasi yang kuat



Mempunyai banyak kegemaran/hobi



Mempunyai daya ingat yang kuat



Tidak cepat puas dengan prestasinya

SESILIA GLORIA SIMARMATA – 090406069

26 Universitas Sumatera Utara

PUSAT PERAWATAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS ARSITEKTUR PERILAKU | TUGAS AKHIR – TKA 490

II.3



Peka / sensitive serta menggunakan firasat / intuisi



Menginginkan kebebasan dalam gerakan dan tindakan Tinjauan Lokasi

II.3.1 Kondisi Lingkungan

Gambar 2.1 Peta Kota Medan

Lokasi proyek berada di Kota Medan, Sumatera Utara, Indonesia. Letak Geografis Kota Medan adalah sebagai berikut : 1. Nama kota

: Medan

2. Luas

: 26 510 hektar (3,6% dari Sumatera Utara)

3. Letak

: 2º 27’ - 2º 47’ LU dan 98º 35’ - 98º 44’ BT

4. Ketinggian

: 2,5 - 37,5 meter di atas permukaan laut

5. Batas-batas : - Utara

: Selat Malaka

-Timur

: Kecamatan Percut, Kab.Deli Serdang

- Selatan

: Kecamatan Delitua dan Pancur Batu, Kab.Deli Serdang

- Barat

: Kecamatan Sunggal, Kab.Deli Serdang

6. Iklim

: Tropis

7. Suhu

: 23ºC – 24,1ºC (min) hingga 30,6ºC – 33,1ºC (max)

8. Kelembaban udara

: rata-rata 78 – 82%

9. Kecepatan angin

: rata-rata 0,42 m/sec

SESILIA GLORIA SIMARMATA – 090406069

27 Universitas Sumatera Utara

PUSAT PERAWATAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS ARSITEKTUR PERILAKU | TUGAS AKHIR – TKA 490 II.3.2 Persyaratan dan Kriteria Pemilihan Lokasi Untuk mendirikan suatu pusat pelayanan kesehatan dan pendidikan anak yang baik, sebaiknya diawali dengan kegiatan studi kelayakan. Bila hasil studi kelayakan tersebut ternyata layak untuk mendirikan suatu pusat rehabilitasi dan pendidikan, maka perlu diperhatikan persyaratan-persyaratan teknis yang harus dipenuhi sebagai bahan perencanaan pembangunan tersebut: 1. Lokasi harus strategis. Strategis di sini bukan harus berada di pusat kota atau daerah kota yang ramai, melainkan lokasi yang mudah dijangkau oleh umum dengan transportasi apapun dan pejalan kaki. 2. Lokasi harus sehat yang berarti: i. Lokasi tidak terletak pada daerah perindustrian yang banyak menimbulkan polusi udara. ii. Lokasi tidak berada daerah yang bertanah rawa atau berlumpur atau tanah yang

berpasir, dan elemen-elemen iklim yang berpengaruh pada lokasi

yaitu terkait kelembaban udara, kelembaban udara harus mencapai kenetralan antara 55 – 65 %. Tabel 2.1 Kriteria Pemilihan Lokasi

No

Kriteria Pemilihan Lokasi

1

Tinjauan terhadap arsitektur kota

2

Pencapaian

3

Area pelayanan

4

Sarana dan prasarana

5

Persyaratan lain

Keterangan Lokasi yang dipilih dekat dengan bagian pusat kota dengan pertimbangan efisiensi dan berskala kota. Lokasi harus dapat dicapai dari berbagai arah dan dengan segala alternative (kendaraan umum, pribadi, pejalan kaki) sehingga memudahkan pencapaian dari seluruh bagian wilayah kota Medan. Lokasi memiliki area pelayanan +1 km dari berbagai fasilitas seperti permukiman, rumah sakit, sekolah, dll. Tersedia sarana dan prasarana seperti jalan raya, rambu lalu lintas, dll dan jaringan utilitas seperti jaringan PLN, PDAM, Telkom, Riol Kota, dll. Lokasi harus memiliki tingkat privasi yang tinggi dan cocok sebgai fasilitas kesehatan. Lokasi harus jelas kepemilikannya, terkait dengan pembebasan lahan, potensi dan peraturan yang berlaku.

Sumber : Olahan Pribadi

SESILIA GLORIA SIMARMATA – 090406069

28 Universitas Sumatera Utara

PUSAT PERAWATAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS ARSITEKTUR PERILAKU | TUGAS AKHIR – TKA 490 II.3.3 Kriteria Desain Tapak Menurut Brian Hall dalam The Manual of Planning, masalah penyelesaian tapak harus mengikuti kriteria-kriteria tapak utama, yaitu: 1. Keamanan i.

Fisik dinding yang tidak dapat dimasuki dengan mudah, setiap bukaan untuk entrance, pencahayaan atau ventilasi, harus terkontrol.

ii.

Pintu keluar masuk dibatasi dan dijaga, termasuk untuk pengelola.

iii.

Tersedia pintu keluar darurat.

iv.

Alarm yang dihubungkan dengan pos sekuriti bangunan.

v.

Perlindungan terhadap bahaya kebakaran.

2. Lingkungan Lingkungan aman dan tertata baik. a. Konservasi Sebaiknya tidak berada pada daerah dengan tingkat polusi tinggi, karena akan membuat biaya operasinal dan maintance menjadi mahal untuk pengkondisian dan penyaringan udara. b. Ruang Ekspansi (perluasan) o

Lahan cukup luas untuk pengembangan secara horizontal.

o

Taman untuk ekspansi pada masa yang akan datang.

c. Loading Area Tersedia ruang untuk troly/mobil barang (misalnya 15 m), dan cukup untuk manuver kendaraan tersebut. d. Ruang Luar Courtyard sebagai titik awal tempat istirahat bagi pengunjung.

Kriteria tapak untuk akses publik, meliputi faktor-faktor sebagai berikut: 1. Pencapaian i.

Kemudahan pencapaian oleh kendaraan pribadi atau angkutan umum dan tersedia juga jalur pejalan kaki.

2. Parkir i.

Tersedia parkir untuk pengunjung, pengelola dan servis.

ii.

Mudahnya mengenal entrance, jalan keluar, tersedia parkir beratap, kanopi.

3. Kemudahan Dilihat (visibility)

SESILIA GLORIA SIMARMATA – 090406069

29 Universitas Sumatera Utara

PUSAT PERAWATAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS ARSITEKTUR PERILAKU | TUGAS AKHIR – TKA 490 i.

Sebaiknya tapak berada dekat simpang/sudut jalan utama (daripada di tengah-tengah blok bangunan), agar dapat menjadi issue untuk menarik donor dan dana masyarakat.

ii.

Dapat menimbulkan image, memberi image, memberi impresi besar/agung. Ketentuan Khusus: a. Tanda penunjuk arah jelas terlihat. b. Tersedia parkir khusus untuk penyandang cacat, yaitu dekat dengan pintu utama. c. Jalan ke bangunan dengan memakai ramp. d. Penataan titik penurunan antara tapak dengan jalan.

II.3.4 Analisa Pemilihan Lokasi Kota Medan sebagai pusat administrasi pemerintahan, pusat industri, pusat distribusi, pusat jasa pelayanan keuangan, pusat komunikasi, pusat akomodasi jasa kepariwisataan, dan pusat perdagangan regional dan internasional, maka dalam pelaksanaannya studi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kotamadya Medan menetapkan adanya satuan-satuan Wilayah Pengembangan Pembangunan (WPP), dimana tujuan dari WPP ini adalah mengoptimalkan pembangunan di setiap sektor atau wilayah. WPP Kotamadya Medan dibagi menjadi lima wilayah (gambar dan tabel), yaitu : WPP D

WPP A

CBD, Pusat Pemerintahan, Hutan Kota, Pusat Pendidikan, Perkantoran, Rekreasi Indoor, Permukiman

Pelabuhan, Industri, Permukiman, Rekreasi, Maritim

WPP B

WPP E

Perkantoran, Perdagangan, Rekreasi Indoor, Permukiman

Permukiman, Perkantoran, Perdagangan, Konservasi, Rekreasi, Lapangan Golf, Hutan Kota

WPP C Permukiman, Perdagangan, Rekreasi

Gambar 2.2 Peta Wilayah Pengembangan Pembangunan Kota Medan

SESILIA GLORIA SIMARMATA – 090406069

30

Universitas Sumatera Utara

PUSAT PERAWATAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS ARSITEKTUR PERILAKU | TUGAS AKHIR – TKA 490 Tabel 2.2 Rencana struktur pusat pelayanan kota medan tahun 2005

WPP

A

Cakupan Kecamatan M. Belawan

Pusat Pengembangan

Peruntukan Lahan

Program Pembangunan

BELAWAN

Pelabuhan, Industri, Permukiman, Rekreasi, Maritim

Jalan baru, jaringan air minum, septictank, sarana pendidikan dan permukiman.

M. Marelan M. Labuhan

B

M.Deli

TJ. MULIA

Perkantoran, Perdagangan, Rekreasi Indoor, Permukiman

Jalan baru, jaringan air minum, pembuangan sampah, sarana pendidikan.

C

M. Timur

AKSARA

Permukiman, Perdagangan, Rekreasi

Sambungan air minum, septic tank, jalan baru, rumah permanen, sarana pendidikan dan kesehatan.

INTI KOTA

CBD, Pusat Pemerintahan, Hutan Kota, Pusat Pendidikan, Perkantoran, Rekreasi Indoor, Permukiman

Perumahan permanen, pembuangan sampah, sarana pendidikan.

SEI SEKAMBING

Permukiman, Perkantoran, Perdagangan, Konservasi, Rekreasi, Lapangan Golf, Hutan Kota

Sambungan air minum, septic tank, jalan baru, rumah permanen, sarana pendidikan dan kesehatan.

M. Perjuangan M. Tembung M. Area M. Denai M. Amplas D

M. Johor M. Baru M. Kota M. Maimoon M Polonia

E

M. Barat M. Helvetia M. Petisah M. Sunggal M. Selayang M. Tuntungan

Sumber : RUTRK Medan Tahun 2005

SESILIA GLORIA SIMARMATA – 090406069

31 Universitas Sumatera Utara

PUSAT PERAWATAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS ARSITEKTUR PERILAKU | TUGAS AKHIR – TKA 490 Berdasarkan sifat kegiatannya, Pusat Perawatan Anak Berkebutuhan Khusus diharapkan berada di lokasi yang diperuntukkan atau mempunyai sasaran pembangunan di bidang kesehatan maupun pendidikan (berdasarkan RUTRK). Dengan demikian, lokasi proyek fiktif ini dibangun berada di wilayah pengembangan pembangunan C atau E. Tabel 2.3 Rencana struktur pusat pelayanan Kota Medan tahun 2030

NO

PUSAT PELAYANAN

FUNGSI

WILAYAH PELAYANAN

A

Pusat Pelayanan Kota di Pusat Kota

 Pusat kegiatan perdagangan/bisnis;  Pusat kegiatan jasa dan kegiatan pemerintahan provinsi dan kota;  Pusat pelayanan ekonomi

 Kota Medan, Kec. Medan Polonia, Kec. Medan Baru, Medan Petisah, Kec. Medan Timur, kec.Medan Barat, Kec. Medan Kota;  Provinsi Sumatera Utara  Internasional

B

Pusat Pelayanan Kota dibagian Utara

 Pusat Kegiatan Jasa dan Perdagangan regional  Pusat pelayanan transportasi;  Pusat kegiatan sosial-budaya  Pusat kegiatan industri

 Kota Medan Bagian Utara;  Provinsi Sumatera Utara  Regional

1

Subpusat pelayanan kota Medan Belawan

 Kec. Medan Belawan

2

Subpusat pelayanan kota Medan Labuhan

 pusat pelayanan transportasi laut,  pusat kegiatan bongkar muat dan impor – ekspor,  pusat kegiatan industri, dan  pusat kegiatan perikanan  Pusat Kegiatan Jasa dan Perdagangan  Pusat pelayanan transportasi  Pusat pelayanan kesehatan

3

Subpusat pelayanan kota Medan Marelan

 Pusat kegiatan perdagangan kebutuhan pokok (pasar induk);  Pusat kegiatan rekreasi dan wisata

 Kec, Medan Marelan;  Kabupaten Deli Serdang

4

Subpusat  Pusat kegiatan pelayanan kota perdagangan/bisnis Medan Perjuangan  Pusat pelayanan olahraga

5

Subpusat pelayanan kota

 Pusat pelayanan ekonomi  Pusat pelayanan transportasi

SESILIA GLORIA SIMARMATA – 090406069



Kec. Medan Labuhan

 Kec. Medan Perjuangan dan Kec. Medan Tembung  Kec. Medan Area, Kec. Medan Kota, Kec. Medan Denai, Kec, Medan

32 Universitas Sumatera Utara

PUSAT PERAWATAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS ARSITEKTUR PERILAKU | TUGAS AKHIR – TKA 490 Medan Area

Amplas

6

Subpusat pelayanan kota Medan Helvetia

 Pusat pelayanan ekonomi  Pusat pelayanan transportasi wilayah bagian Barat  Pusat kegiatan sosial-budaya

 Kec. Medan Helvetia, Kec. Medan Petisah, Kec. Medan Sunggal

8

Subpusat pelayanan kota Medan Selayang

 Pusat kegiatan perdagangan/bisnis  Pusat Pendidikan

 Kec. Medan Tuntungan, kec. Medan Baru, Kec. Medan Selayang, kec. Medan Johor

9

Subpusat pelayanan kota Medan Timur

 Pusat kegiatan perdagangan/bisnis  Pusat pelayanan transportasi (TOD);  Pusat kegiatan sosial-budaya

 Kec. Medan Deli, Kec. Medan Timur, Kec. Medan Barat

Sumber : RUTRK Kota Medan Tahun 2010 – 2030

Banyaknya rumah tangga sangat miskin yang memiliki anak cacat menurut kecamatan pada kecamatan terpilih tahun 2007. Tabel 2.4 Banyaknya penderita cacat di kecamatan Kota Medan

Kecamatan (1) Medan Johor

Anak cacat (2) 31

Medan Amplas

17

Medan Denai

44

Medan Polonia

26

Medan Baru

2

Medan Sunggal

30

Medan Barat

10

Medan Tembung

31

Medan Labuhan

65

Medan Marelan

65

Medan Belawan

73

Medan

394 Sumber : BPS Kota Medan

Berdasarkan hasil analisa dari RUTRK Kota Medan tahun 2005, RUTRK tahun 2010 – 2030, dan data banyaknya rumah tangga yang memiliki anak cacat berdasarkan pencatatan BPS terlihat bahwa lokasi yang sesuai adalah pada Kecamatan Medan Labuhan. Judul proyek yang merupakan fungsi jasa pelayanan kesehatan dan pendidikan sudah sepantasnya berada pada lokasi permukiman, SESILIA GLORIA SIMARMATA – 090406069

33 Universitas Sumatera Utara

PUSAT PERAWATAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS ARSITEKTUR PERILAKU | TUGAS AKHIR – TKA 490 dimana perkiraan pada tahun 2030 mendatang jumlah penduduknya adalah 186.433 jiwa dengan kepadatan sekitar 51 jiwa/ha. II.3.5 Deskripsi Lokasi Site sebagai Tapak Rancangan 1. Judul Proyek

: Pusat Perawatan Anak Berkebutuhan Khusus

2. Fungsi Proyek

: Sarana Kesehatan dan Pendidikan

3. Tema

: Arsitektur Perilaku

4. Status Proyek

: Fiktif

5. Lokasi Proyek

: Jalan Rawe, Kecamatan Medan Labuhan

6. Luas Bangunan

: + 11.500 m2 (+ 1,2 Ha)

7. Luas Lahan

: + 29.000 m2 (+ 2,9 Ha)

8. Tinggi Bangunan

: 1 – 2 lantai

9. KDB

: 65 % (19.500 m2)

10. Pemilik Proyek

: Swasta (asumsi)

11. Sumber Dana

: Swasta dan Pemerintah (asumsi)

12. Batas-batas site

:



Utara

: Persawahan



Timur

: Jalan Rawe



Barat

: Gang Randu



Selatan

: Jalan Pancing V

13. GSB

:



Jalan Rawe



Gang Randu : 2 meter



Jln Pancing V : 4,5 meter

: 15 meter

SESILIA GLORIA SIMARMATA – 090406069

34 Universitas Sumatera Utara

PUSAT PERAWATAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS ARSITEKTUR PERILAKU | TUGAS AKHIR – TKA 490

Gambar 2.3 Peta Sumatera Utara

Gambar 2.4 Peta Kota Medan

Gambar 2.5 Peta Medan Labuhan

Gambar 2.6 Peta Lokasi SIte

SESILIA GLORIA SIMARMATA – 090406069

35 Universitas Sumatera Utara

PUSAT PERAWATAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS ARSITEKTUR PERILAKU | TUGAS AKHIR – TKA 490 II.4

Tinjauan Fungsi Bangunan Berikut ini akan diuraikan tinjauan fungsi berupa pengguna, kegiatan,

kebutuhan ruang, dan persyaratan ruang. II.4.1 Tinjauan Pengguna 1. Pengunjung Pengunjung merupakan orang yang datang untuk keperluan tertentu seperti melihat pameran, bertamu, penonton pertunjukan/seminar, dan orang tua murid. 2. Peserta Peserta merupakan anak-anak berkebutuhan khusus yang mengikuti kegiatan terapi maupun kegiatan keterampilan yaitu mencakup tuna netra, tuna daksa, tuna grahita, dan tuna rungu wicara juga anak normal yang mengikuti kegiatan keterampilan. 3. Pengelola dan pegawai Pengelola berfungsi untuk menentukan program atau rencana-rencana mengenai kegiatan di pusat perawatan ini dan menjaga kebelangsungannya serta

melakukan

dokumentasi

mengenai

kegiatan-kegiatan

yang

telah

dilaksanakan. 4. Terapis dan Pelatih Para pengajar dan pelatih berfungsi untuk memberikan pengajaran, pelatihan, menjaga, mengawasi, setiap tingkah laku dan kegiatan yang dilakukan anak.

II.4.2 Program Kegiatan Kegiatan pada bangunan terbagi atas 2 pembagian yaitu bagian pagi hari (pukul 08.00 – 12.00 WIB) dan bagian siang hari (pukul 14.00 – 18.00 WIB). a. Kelompok kegiatan utama, meliputi: o Kegiatan terapi: terapi wicara, terapi okupasi, terapi fisik, terapi akupuntur, terapi sensori, terapi perilaku, dll. o Berolahraga: renang dan yoga. o Kegiatan pameran, menampilkan hasil karya / kerajinan tangan o Kegiatan pengembangan potensi diri, meliputi kegiatan menari, drama, menari, melukis, mematung.

SESILIA GLORIA SIMARMATA – 090406069

36 Universitas Sumatera Utara

PUSAT PERAWATAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS ARSITEKTUR PERILAKU | TUGAS AKHIR – TKA 490 Kegiatan ini merupakan fasilitas bagi anak-anak yang akan menampilkan hasil karyanya sekaligus menjualnya sebagai sebuah cendera mata kepada orangtua maupun pengunjung dan bisa menjadi sumber dana. b. Kelompok Kegiatan Penunjang, meliputi: o Kegiatan komersil (Kegiatan pertunjukan atau acara bersama) Kegiatan ini berupa fasilitas pelengkap bagi fasilitas utama, yaitu kantin dan convention hall. o Kegiatan Bermain Kegiatan ini ditujukan untuk faslitas area bermain (play ground). c. Kelompok Kegiatan Pengelola o Kegiatan menajemen dan administrasi Kegiatan ini ditujukan untuk faslitas pengelola dan para pelatih dan pengajar. d. Jadwal Kegiatan Tuna Netra

Tuna Grahita

Tuna Daksa

Tuna Rungu Wicara

SESILIA GLORIA SIMARMATA – 090406069

37 Universitas Sumatera Utara

PUSAT PERAWATAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS ARSITEKTUR PERILAKU | TUGAS AKHIR – TKA 490 Tabel 2.5 Jadwal Kegiatan Terapi dan Keterampilan

SENIN No 1

AREA

08.00 – 08.45

08.45 – 09.30

09.30 – 10.15

10.15 – 11.00

11.00 – 12.00

14.00 – 14.45

14.45 – 15.30

15.30 – 16.15

16.15 – 17.00

17.00 – 18.00

Terapi Visual R. Alat-alat bantu khusus R. Visualisasi

2

Ruang Orientasi Murid

3

Ruang Bina Diri Toilet Kamar Tidur Dapur R. Boneka R. Makan

4

Ruang Bina Gerak (Fisiotheraphy) R. Senam R. Peregangan Alat

5

Ruang Terapi Wicara R. Cermin R. Mendengar dan Bercerita R. Instrumen Musik

SESILIA GLORIA SIMARMATA – 090406069

38 Universitas Sumatera Utara

PUSAT PERAWATAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS ARSITEKTUR PERILAKU | TUGAS AKHIR – TKA 490 No 6

AREA

08.00 – 08.45

08.45 – 09.30

09.30 – 10.15

10.15 – 11.00

11.00 – 12.00

14.00 – 14.45

14.45 – 15.30

15.30 – 16.15

16.15 – 17.00

17.00 – 18.00

Ruang Terapi Okupasi R. Menulis dan menggambar R. Senam Alat R. Bermain bentuk-bentuk

7

Ruang Akupuntur

8

Ruang Musik

9

Ruang ABA R. Memasangkan benda-benda R. Huruf dan Angka R. Perintah (Lihat! Dengar!, Pikir!)

10

Playground Taman Labirin Kolam Air Pelatihan Taman (Rumput dan Bunga)

11

Perpustakaan R.Baca R. Audiovisual

12

Yoga

13

Sanggar Seni

SESILIA GLORIA SIMARMATA – 090406069

39 Universitas Sumatera Utara

PUSAT PERAWATAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS ARSITEKTUR PERILAKU | TUGAS AKHIR – TKA 490 Sanggar Seni Lukis Sanggar Seni Patung Sanggar Seni Tari dan Drama Sanggar Seni Musik 14

Terapi Remedial

15

Kantin

SELASA No 1

AREA

08.00 – 08.45

08.45 – 09.30

09.30 – 10.15

10.15 – 11.00

11.00 – 12.00

14.00 – 14.45

14.45 – 15.30

15.30 – 16.15

16.15 – 17.00

17.00 – 18.00

08.00 – 08.45

08.45 – 09.30

09.30 – 10.15

10.15 – 11.00

11.00 – 12.00

Terapi Visual R. Alat-alat bantu khusus R. Visualisasi

2

Ruang Orientasi Murid

3

Ruang Bina Diri Toilet Kamar Tidur Dapur R. Boneka

No

AREA

SESILIA GLORIA SIMARMATA – 090406069

40 Universitas Sumatera Utara

PUSAT PERAWATAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS ARSITEKTUR PERILAKU | TUGAS AKHIR – TKA 490 14.00 – 14.45

14.45 – 15.30

15.30 – 16.15

16.15 – 17.00

17.00 – 18.00

08.00 – 08.45

08.45 – 09.30

09.30 – 10.15

10.15 – 11.00

11.00 – 12.00

14.00 – 14.45

14.45 – 15.30

15.30 – 16.15

16.15 – 17.00

17.00 – 18.00

R. Makan 4

Ruang Bina Gerak (Fisiotheraphy) R. Senam R. Peregangan Alat

5

Ruang Terapi Wicara R. Cermin R. Mendengar dan Bercerita R. Instrumen Musik

6

Ruang Terapi Okupasi R. Menulis dan menggambar R. Senam Alat R. Bermain bentuk-bentuk

7

Ruang Akupuntur

8

Ruang Musik

9

Ruang ABA R. Memasangkan benda-benda R. Huruf dan Angka R. Perintah (Lihat! Dengar!, Pikir!)

No

AREA

SESILIA GLORIA SIMARMATA – 090406069

41 Universitas Sumatera Utara

PUSAT PERAWATAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS ARSITEKTUR PERILAKU | TUGAS AKHIR – TKA 490 10

Playground Taman Labirin Kolam renang Pelatihan Taman (Rumput dan Bunga)

11

Perpustakaan R.Baca R. Audiovisual

12

Yoga

13

Sanggar Seni Sanggar Seni Lukis Sanggar Seni Patung Sanggar Seni Tari dan Drama Sanggar Seni Musik

14

Terapi Remedial

15

Kantin

RABU No 1

AREA

08.00 – 08.45

08.45 – 09.30

09.30 – 10.15

10.15 – 11.00

11.00 – 12.00

14.00 – 14.45

14.45 – 15.30

15.30 – 16.15

16.15 – 17.00

17.00 – 18.00

Terapi Visual R. Alat-alat bantu khusus

SESILIA GLORIA SIMARMATA – 090406069

42 Universitas Sumatera Utara

PUSAT PERAWATAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS ARSITEKTUR PERILAKU | TUGAS AKHIR – TKA 490 R. Visualisasi 2

Ruang Orientasi Murid

3

Ruang Bina Diri Toilet Kamar Tidur Dapur R. Boneka R. Makan

4

Ruang Bina Gerak (Fisiotheraphy) R. Senam R. Peregangan Alat

5

Ruang Terapi Wicara R. Cermin R. Mendengar dan Bercerita R. Instrumen Musik

No 6

AREA

08.00 – 08.45

08.45 – 09.30

09.30 – 10.15

10.15 – 11.00

11.00 – 12.00

14.00 – 14.45

14.45 – 15.30

15.30 – 16.15

16.15 – 17.00

17.00 – 18.00

Ruang Terapi Okupasi R. Menulis dan menggambar R. Senam Alat R. Bermain bentuk-bentuk

SESILIA GLORIA SIMARMATA – 090406069

43 Universitas Sumatera Utara

PUSAT PERAWATAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS ARSITEKTUR PERILAKU | TUGAS AKHIR – TKA 490 7

Ruang Akupuntur

8

Ruang Musik

9

Ruang ABA R. Memasangkan benda-benda R. Huruf dan Angka R. Perintah (Lihat! Dengar!, Pikir!)

10

Playground Taman Labirin Kolam renang Pelatihan Taman (Rumput dan Bunga)

11

Perpustakaan R.Baca R. Audiovisual

12

Yoga

13

Sanggar Seni Sanggar Seni Lukis Sanggar Seni Patung Sanggar Seni Tari dan Drama Sanggar Seni Musik

14

Terapi Remedial

15

Kantin

SESILIA GLORIA SIMARMATA – 090406069

44 Universitas Sumatera Utara

PUSAT PERAWATAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS ARSITEKTUR PERILAKU | TUGAS AKHIR – TKA 490 KAMIS No 1

AREA

08.00 – 08.45

08.45 – 09.30

09.30 – 10.15

10.15 – 11.00

11.00 – 12.00

14.00 – 14.45

14.45 – 15.30

15.30 – 16.15

16.15 – 17.00

17.00 – 18.00

08.00 – 08.45

08.45 – 09.30

09.30 – 10.15

10.15 – 11.00

11.00 – 12.00

14.00 – 14.45

14.45 – 15.30

15.30 – 16.15

16.15 – 17.00

17.00 – 18.00

Terapi Visual R. Alat-alat bantu khusus R. Visualisasi

2

Ruang Orientasi Murid

3

Ruang Bina Diri Toilet Kamar Tidur Dapur R. Boneka R. Makan

No 4

AREA Ruang Bina Gerak (Fisiotheraphy) R. Senam R. Peregangan Alat

5

Ruang Terapi Wicara R. Cermin R. Mendengar dan Bercerita

SESILIA GLORIA SIMARMATA – 090406069

45 Universitas Sumatera Utara

PUSAT PERAWATAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS ARSITEKTUR PERILAKU | TUGAS AKHIR – TKA 490 R. Instrumen Musik 6

Ruang Terapi Okupasi R. Menulis dan menggambar R. Senam Alat R. Bermain bentuk-bentuk

7

Ruang Akupuntur

8

Ruang Musik

9

Ruang ABA R. Memasangkan benda-benda R. Huruf dan Angka R. Perintah (Lihat! Dengar!, Pikir!)

10

Playground

No

AREA

08.00 – 08.45

08.45 – 09.30

09.30 – 10.15

10.15 – 11.00

11.00 – 12.00

14.00 – 14.45

14.45 – 15.30

15.30 – 16.15

16.15 – 17.00

17.00 – 18.00

Taman Labirin Kolam renang Pelatihan Taman (Rumput dan Bunga) 11

Perpustakaan R.Baca R. Audiovisual

12

Yoga

SESILIA GLORIA SIMARMATA – 090406069

46 Universitas Sumatera Utara

PUSAT PERAWATAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS ARSITEKTUR PERILAKU | TUGAS AKHIR – TKA 490 13

Sanggar Seni Sanggar Seni Lukis Sanggar Seni Patung Sanggar Seni Tari dan Drama Sanggar Seni Musik

14

Terapi Remedial

15

Kantin

JUMAT No 1

AREA

08.00 – 08.45

08.45 – 09.30

09.30 – 10.15

10.15 – 11.00

11.00 – 12.00

14.00 – 14.45

14.45 – 15.30

15.30 – 16.15

16.15 – 17.00

17.00 – 18.00

Terapi Visual R. Alat-alat bantu khusus R. Visualisasi

2

Ruang Orientasi Murid

3

Ruang Bina Diri Toilet Kamar Tidur Dapur R. Boneka

SESILIA GLORIA SIMARMATA – 090406069

47 Universitas Sumatera Utara

PUSAT PERAWATAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS ARSITEKTUR PERILAKU | TUGAS AKHIR – TKA 490 R. Makan 4

Ruang Bina Gerak (Fisiotheraphy) R. Senam R. Peregangan Alat

5

Ruang Terapi Wicara R. Cermin R. Mendengar dan Bercerita R. Instrumen Musik

No 6

AREA

08.00 – 08.45

08.45 – 09.30

09.30 – 10.15

10.15 – 11.00

11.00 – 12.00

14.00 – 14.45

14.45 – 15.30

15.30 – 16.15

16.15 – 17.00

17.00 – 18.00

Ruang Terapi Okupasi R. Menulis dan menggambar R. Senam Alat R. Bermain bentuk-bentuk

7

Ruang Akupuntur

8

Ruang Musik

9

Ruang ABA R. Memasangkan benda-benda R. Huruf dan Angka R. Perintah (Lihat! Dengar!, Pikir!)

10

Playground

SESILIA GLORIA SIMARMATA – 090406069

48 Universitas Sumatera Utara

PUSAT PERAWATAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS ARSITEKTUR PERILAKU | TUGAS AKHIR – TKA 490 Taman Labirin Kolam renang Pelatihan Taman (Rumput dan Bunga) 11

Perpustakaan R.Baca R. Audiovisual

12

Yoga

13

Sanggar Seni Sanggar Seni Lukis Sanggar Seni Patung Sanggar Seni Tari dan Drama Sanggar Seni Musik

14

Terapi Remedial

15

Kantin Sumber : Olahan Pribadi

SESILIA GLORIA SIMARMATA – 090406069

49 Universitas Sumatera Utara

PUSAT PERAWATAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS ARSITEKTUR PERILAKU | TUGAS AKHIR – TKA 490 II.4.3 Perilaku Pengguna Bangunan a.

Pengelola

Parkir

Bekerja

Parkir

Sholat

Datang

Pulang Rapat

Makan

Gambar 2.7 Skema Perilaku Pengelola Sumber : Olahan Pribadi

b.

Pelatih dan Pengajar

Parkir Datang

Melatih

Parkir

Sholat

Pulang

Mendampingi

Bekerja

Mengawasi

Makan

Gambar 2.8 Skema Perilaku Pelatih dan Pengajar Sumber : Olahan Pribadi

c.

Anak Berkebutuhan Khusus

Terapi Indoor & Outdoor Berlatih Keterampilan Datang

Sholat Pulang

Berobat Olahraga

Makan

Pementasan Gambar 2.9 Skema Perilaku Anak Berkebutuhan Khusus Sumber : Olahan Pribadi

SESILIA GLORIA SIMARMATA – 090406069

50 Universitas Sumatera Utara

PUSAT PERAWATAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS ARSITEKTUR PERILAKU | TUGAS AKHIR – TKA 490 d. Anak Normal

Sholat Datang

Keterampilan

Pulang Makan

Gambar 2.10 Skema Perilaku Anak Normal Sumber : Olahan Pribadi

e. Pengunjung

Seminar / Workshop Menonton pementasan

Sholat

Melihat pameran

Datang

Pulang Makan

Bertamu Menjemput anak

Gambar 2.11 Skema Perilaku Pengunjung Sumber : Olahan Pribadi

II.5

Kebutuhan Ruang Untuk dapat menentukan kapasitas Gedung Pusat Perawatan Anak

Berkebutuhan Khusus ini maka dibutuhkan data-data mengenai fasilitas apa saja yang dibutuhkan yang berkaitan dengan pengguna dan aktivitas yang dilakukan. Tabel 2.6 Tabel Kebutuhan Ruang dan Aktivitas

No 1

Fasilitas

Pengguna

Aktivitas

Karakteristik Kegiatan

Atrium Lobby

Murid Terapis

Menerima tamu, memberi informasi

Pengelola/ Karyawan Pegawai Pengunjung

SESILIA GLORIA SIMARMATA – 090406069

51 Universitas Sumatera Utara

PUSAT PERAWATAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS ARSITEKTUR PERILAKU | TUGAS AKHIR – TKA 490

Loket

Karyawan Pengunjung

Ruang Pamer

Karyawan Pengunjung

Ruang Kreativitas

Murid (ABK) Murid (Normal)

Menjual dan membeli tiket pertunjukkan

Memamerkan hasilhasil karya anak Melakukan kegiatan keterampilan tangan

Melatih kemampuan bersosialisasi antara anak ABK dan anak normal lainya dan melatih keterampilan diri anak

Belajar, mengajar, bermain

Melatih kemampuan pemakaian huruf Braille dan melatih indra yang lainnya

Berlatih keterampilan diri (merawat diri sendiri, kerumahtanggaan, bergaul)

Pengembangan kemampuan dalam merawat diri dan kemandirian

Berlatih kemampuan dengan bantuan alatalat bantu khusus

Pengenalan dan melatih kemampuan aktivitas mobilitas

Pelatih 2

Berfungsi saat akan diadakan kegiatan berupa pameran dan pertunjukkan

Lokasi Tuna Netra Ruang Orientasi Murid

Murid

Ruang Bina Diri

Murid

Ruang Terapi Visual

Murid

Gudang Alat

Pegawai

Menyimpan alat-alat

Toilet Murid

Murid

BAB dan BAK

Terapis

Terapis

Terapis

Asisten 3

Lokasi Tuna Daksa Ruang Bina Gerak (fisiotherapy)

Murid

Ruang Terapi Wicara (speech therapy)

Murid

Ruang Bina Diri

Murid

Ruang Terapi Okupasi (terapi bermain,

Murid

Terapis

Terapis

Terapis

Terapis

Senam, peregangan, senam alat

Berlatih kemampuan fisik

Berlatih kemampuan berbicara dan berkomunikasi yang baik

Pengembangan kemampuan berbahasa dan berbicara dengan baik

Berlatih keterampilan diri (merawat diri sendiri, kerumahtanggaan)

Pengembangan kemampuan dalam merawat diri dan kemandirian

Menulis, menggambar, menyusun barangbarang kecil,

Pengembangan motorik, sensorik, produktivitas, intrapersonal, dan

SESILIA GLORIA SIMARMATA – 090406069

52 Universitas Sumatera Utara

PUSAT PERAWATAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS ARSITEKTUR PERILAKU | TUGAS AKHIR – TKA 490 terapi sensori integrasi, terapi perilaku)

memegang barang, melatih indra penciuman

interpersonal

Kegiatan akupuntur

Menstabilkan sistem saraf

Pengenalan nada dan bunyi-bunyian, pengulangan lagu dengan diiringi gerakan

Peningkatan stimulasi dan daya konsentrasi, merangsang kemampuan berbicara

Ruang Terapi Akupuntur

Murid

Ruang Terapi Musik

Murid

Gudang Alat

Pegawai

Menyimpan alat-alat

Toilet Murid

Murid

BAB dan BAK

Terapis Terapis

Asisten 4

Lokasi Tuna Grahita (Down Syndrome) Ruang Terapi Remedial

Murid

Ruang Bina Gerak (fisiotherapy)

Murid

Ruang Terapi Wicara (speech therapy)

Murid

Ruang Bina Diri

Murid

Ruang Terapi Okupasi (terapi bermain, terapi sensori integrasi, terapi perilaku)

Murid

Ruang Terapi Musik

Murid

Ruang Yoga

Murid

Terapis Terapis

Terapis

Terapis

Terapis

Terapis

Instruktur

Pengenalan huruf, menulis, berhitung

Melatih kemampuan dalam hal akademis

Senam, peregangan, senam alat

Berlatih kemampuan fisik

Berlatih kemampuan berbicara dan berkomunikasi yang baik

Pengembangan kemampuan berbahasa dan berbicara dengan baik

Berlatih keterampilan diri (merawat diri sendiri, kerumahtanggaan)

Pengembangan kemampuan dalam merawat diri dan kemandirian

Menulis, menggambar, menyusun barangbarang kecil, memegang barang, melatih indra penciuman

Pengembangan motorik, sensorik, produktivitas, intapersonal, dan interpersonal

Pengenalan nada dan bunyi-bunyian, pengulangan lagu dengan diiringi gerakan

Peningkatan stimulasi dan daya konsentrasi, merangsang kemampuan berbicara

Kegiatan yoga, bersosialisasi

Melatih ketahahanan dan kekuatan tubuh, meningkatkan konsentrasi dan fokus

SESILIA GLORIA SIMARMATA – 090406069

53 Universitas Sumatera Utara

PUSAT PERAWATAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS ARSITEKTUR PERILAKU | TUGAS AKHIR – TKA 490 Gudang Alat

Pegawai

Menyimpan alat-alat

Toilet Murid

Murid

BAB dan BAK

Asisten 5

Lokasi Tuna Rungu Wicara Ruang Terapi Wicara (speech therapy)

Murid

Ruang Terapi Visual

Murid

Ruang Terapi Musik

Murid

Gudang Alat

Pegawai

Menyimpan alat-alat

Toilet Murid

Murid

BAB dab BAK

Terapis

Terapis

Terapis

Bertepuk tangan dengan ritme yang berbeda, Mengimitasi bunyi vokal, mengimitasi kata dan kalimat, belajar mengenal kata benda dan sifat, merespons bunyi-bunyi dari lingkungan dan membedakannya, mengembangkan kemampuan organ artikulasi, belajar ekspresi

Pengembangan kemampuan berbahasa dan berbicara dengan baik

Pengajaran dengan gambar-gambar, video games, film

Melatih kemampuan menyerap informasi

Pengenalan nada dan bunyi-bunyian, pengulangan lagu dengan diiringi gerakan

Peningkatan stimulasi dan daya konsentrasi, merangsang kemampuan berbicara

Asisten 6

Sanggar Seni Sanggar Seni Lukis

Murid (ABK) Murid (Normal)

Berlatih melukis, menggambar

Melatih dan mengembangkan bakat dan keterampilan anak dalam seni lukis dan mengembangkan sosialisasi anak

Berlatih mematung

Melatih dan mengembangkan bakat dan keterampilan anak khususnya anak tunanetra dalam mengembangkan fungsi panca inderanya (peraba) dan mengembangkan

Pelatih Asisten Sanggar Seni Patung

Murid (ABK) Murid (Normal) Pelatih Asisten

SESILIA GLORIA SIMARMATA – 090406069

54 Universitas Sumatera Utara

PUSAT PERAWATAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS ARSITEKTUR PERILAKU | TUGAS AKHIR – TKA 490 sosialisasi anak Sanggar Seni Tari dan Drama

Murid (ABK) Murid (Normal)

Berlatih menari dan drama

Melatih dan mengembangkan bakat dan keterampilan anak dalam menari dan drama, dan mengembangkan sosialisasi anak

Berlatih bernyanyi, belajar menggunakan alat-alat musik

Melatih dan mengembangkan bakat dan keterampilan anak dalam menyanyi dan bermusik, mengembangkan kemampuan sensorik, dan mengembangkan sosialisasi anak

Pelatih Asisten Sanggar Seni Musik

Murid (ABK) Murid (Normal) Pelatih Asisten

7

Kantin Area Makan

Murid (ABK) Murid (Normal)

Makan, minum, bersosialisasi

Pelatih Asisten Pengelola Karyawan Pengunjung Dapur

Pegawai

Memasak, mencuci alat-alat masak

Pantry

Pegawai

Makan, minum

Pengunjung Kasir

Pegawai

Transaksi keuangan

Pengunjung Gudang

Pegawai

Menyimpan stock bahan makanan

Ruang peralatan masak

Pegawai

Menyimpan peralatan masak

Toilet

Murid (ABK)

BAB dan BAK

Murid (Normal) Pelatih

SESILIA GLORIA SIMARMATA – 090406069

55 Universitas Sumatera Utara

PUSAT PERAWATAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS ARSITEKTUR PERILAKU | TUGAS AKHIR – TKA 490 Asisten Pengelola Karyawan Pengunjung 8

Perpustakaan Lobby

Karyawan

Menyambut pengunjung, memberi informasi

Ruang Baca

Murid (ABK)

Membaca, menulis

Karyawan

Mengembangkan sosialisasi antara anak ABK

Asisten Ruang Buku

Murid (ABK)

Menyimpan buku

Karyawan Asisten Ruang penitipan

Murid (ABK) Karyawan

Menyimpan barangbarang dari semua pengunjung

Asisten Ruang audiovisual

Ruang Staff

Murid (ABK) Asisten

Membaca audio bagi anak tuna netra, belajar bentuk, gambar

Karyawan

Beristirahat

Karyawan

Meningkatkan kemampuan anak tuna netra menggunakan alat baca khusus audio dan terapi visual bagi anak ABK lainnya

Pegawai Gudang

Pegawai

Menyimpan barangbarang perpustakaan

Toilet

Murid (ABK)

BAB dan BAK

Karyawan Asisten 9

Klinik Ruang Tunggu

Murid Asisten

Menunggu dokter, menunggu hasil pemeriksaan

Perawat Ruang Periksa

Murid

Mengobati anak

Asisten Perawat Dokter

SESILIA GLORIA SIMARMATA – 090406069

56 Universitas Sumatera Utara

PUSAT PERAWATAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS ARSITEKTUR PERILAKU | TUGAS AKHIR – TKA 490 Ruang Konsultasi

Dokter

Mengobrol

Ruang Dokter

Dokter

Bekerja dan beristirahat

Toilet

Murid

BAB dan BAK

Asisten Perawat Dokter 10

Ruang Pengelola dan Pegawai Lobby

Karyawan Tamu

Memberi dan menerima informasi, menerima tamu

Ruang Tunggu

Tamu

Menunggu

Ruang Direktur

Direktur

Bekerja

Ruang Wakil Direktur

Wakil Direktur

Bekerja

Ruang Sekretaris

Sekretaris

Bekerja, menerima informasi

Ruang Bag. Humas

Karyawan Humas

Bekerja

Ruang Bag. Keuangan

Karyawan Keuangan

Bekerja

Ruang Bag. Pendidikan

Terapis dan Bekerja Asisten

Ruang Bag. Pemasaran

Karyawan Pemasaran

Bekerja

Ruang Bag. Teknik

Karyawan Teknik

Bekerja

Ruang Bag. Personalia

Karyawan Personalia

Bekerja

Ruang Tamu

Tamu

Ruang Rapat

Direktur, Berkumpul Wakil Direktur, Sekretaris dan seluruh karyawan

Ruang PABX dan Ruang Kontrol

Karyawan

Bekerja

SESILIA GLORIA SIMARMATA – 090406069

57 Universitas Sumatera Utara

PUSAT PERAWATAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS ARSITEKTUR PERILAKU | TUGAS AKHIR – TKA 490

11

Pantry

Pegawai

Toilet

Direktur, BAB dan BAK Wakil Direktur, Sekretaris dan seluruh karyawan

Convention Hall Ruang Tata Cahaya

Karyawan

Mengontrol intensitas cahaya

Ruang Tata Suara

Karyawan

Mengontrol intensitas suara

Ruang Rias

Peserta

Persiapan peserta

Ahli rias Ruang Kostum

Peserta

Persiapan peserta

Ruang Staff

Karyawan

Beristirahat

Loket Tiket

Karyawan

Jual Beli Tiket

Ahli kostum

Loket Snack Toilet

Jual Beli Snack Karyawan, peserta dan pengunjung

BAB dan BAK

Sumber : Olahan Pribadi

II.6

Tinjauan Kasus Proyek

II.6.1 Kelayakan Fungsional Tingginya tingkat kelahiran anak berkebutuhan khusus dari tahun ke tahun menuntut sebuah wadah yang bisa menampung mereka dengan memberikan fasilitas-fasilitas yang baik, aman, nyaman. Kondisi ini menggambarkan perlunya perhatian khusus kepada penyandang cacat tersebut yang seharusnya dapat bersekolah, mendapat perawatan, dan memiliki keterampilan diri selayaknya anak seusianya. Keberadaan fasilitas sosial yang mewadahi anak-anak berkebutuhan khusus seperti sekolah luar biasa dan rehabilitasi saat ini cukup mewadahi yang mencakup kegiatan akademik dan perawatan. Namun jika ditinjau dari kelayakan setiap fasilitas kegiatan tersebut masih sangat kurang baik dari kelengkapan dan kelayakan ruang. Kegiatan yang terjadi di Pusat Perawatan Anak Berkebutuhan Khusus adalah:

SESILIA GLORIA SIMARMATA – 090406069

58 Universitas Sumatera Utara

PUSAT PERAWATAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS ARSITEKTUR PERILAKU | TUGAS AKHIR – TKA 490 

Kegiatan perawatan yang mencakup kegiatan terapi indoor dan outdoor



Kegiatan keterampilan diri yang mencakup kegiatan sanggar seni tari, lukis, patung, tari dan drama Pengelolaan Pusat Perawatan Anak Berkebutuhan Khusus ini dibawahi oleh

pihak swasta namun tetap sangat diharapkan bagi pemerintah dan warga untuk memberikan kepedulian terhadap keberadaan mereka dan saling menjaga sarana ini. Dan proyek ini diharapkan dapat melatih keterampilan bantu diri, kognitif, motorik, sensori integrasi, dan interpersonal anak. II.6.2 Kelayakan Ekonomi Proyek merupakan fasilitas kesehatan dan pendidikan yang dikelola oleh pihak swasta. Pendanaan berasal dari kutipan anak dan bantuan pemerintah. Namun untuk kutipan standar anak tidak diwajibkan, khususnya bagi yang kurang mampu dan dapat memberikan semampunya saja. II.6.3 Kelayakan Lokasi Data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2007, dapat dilihat bahwa jumlah terbanyak penderita cacat adalah pada Medan Bagian Utara (Medan Marelan, Medan Labuhan, Medan Belawan). Hal ini disebabkan karena Medan Utara ini adalah lokasi indutri dengan kadar pencemaran lingkungan yang tinggi. Namun berdasarkan RUTRK Kota Medan tahun 2007 dan Rencana Pengembangan tahun 2030, pengembangan jasa dan pusat pelayanan kesehatan berada di Medan Labuhan. Oleh karena itu, lokasi dari Pusat Perawatan Anak Kebutuhan Khusus ini adalah di Kecamatan Medan Labuhan Kelurahan Besar. Hal ini dapat menjadi potensi besar dan memadai untuk proyek ini. II.7

Studi Banding Proyek Sejenis

II.7.1 Yayasan Karya Murni Medan Yayasan ini memiliki pendidikan khusus anak buta yang disebut SLB-A (Sekolah Luar Biasa bagian A) dan sekarang disebut ABK (Anak Berkebutuhan Khusus).

SESILIA GLORIA SIMARMATA – 090406069

59 Universitas Sumatera Utara

PUSAT PERAWATAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS ARSITEKTUR PERILAKU | TUGAS AKHIR – TKA 490 Program Pelatihan

Gambar 2.12 Tari Seribu Tangan dalam Konser Anak Berkebutuhan khusus di Gedung Selecta Medan dengan thema TERBANG BERSAMA SANG GARUDA.

Pelatihan tersebut meliputi bidang: 1. Musik (piano, organ, suling, gitar, band, keybord) 2. Olah Vokal ( solo, duet, vocal group dan paduan suara) 3. Masage / Panti Pijat 4. Konveksi (jahit-menjahit, sulaman, bordir, sablon, meronce) 5. Pertukangan

meuble seperti:

lemari, kursi, meja tempat tidur, bangku

gereja dan bangku sekolah 6. Membuat bermacam-macam

bentuk lilin dengan berbagai

kreasi: lilin

paska, lilin devosi, lilin ulang tahun, lilin pernikahan, lilin natal dll. 7. Salon (menggunting rambut dengan berbagai mode, mencat rambut perawatan rambut dan kulit kepala dll) 8. Computer: mengetik braille, awas dan anak tuna rungun kelak diharapkan menjadi desainer 9. Belajar internet; 10. BPBI = Bina Persepsi Bunyi dan Irama (latihan mendengar).

II.7.2 SLB Karya Tulus Namo Pecawir SLB Karya Tulus berdiri tahun 1987 dan dulunya berlokasi di kompleks TK Santo Yoseph Jalan Pemuda. Namun karena jumlah anak yang semakin bertambah, SLB ini pindah ke lokasi baru dengan bangunan yang lebih mencakup anak-anak berkebutuhan khusus dari seluruh Sumatra Utara. SLB Karya Tulus SESILIA GLORIA SIMARMATA – 090406069

60 Universitas Sumatera Utara

PUSAT PERAWATAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS ARSITEKTUR PERILAKU | TUGAS AKHIR – TKA 490 berada di bawah Yayasan Setia dan dikelola oleh susteran. Pembiayaan berasal dari otonomi, dana Pemerintah yaitu BOS dan BOP, dan dana siswa dengan standard biaya sebesar Rp 250.000,- namun tetap memberikan kemudahan pembiayaan bagi siswa yang kurang mampu untuk membayar sesuai kemampuan orangtua siswa. Jumlah siswa adalah 89 orang yang menderita tuna grahita (mental disability) dan down syndrome. Sebanyak 90% dari jumlah anak tinggal di asrama yang disediakan oleh pihak sekolah khususnya bagi anak yang berasal dari luar Medan. Sistem pembelajaran yang diberikan adalah pendidikan sekolah dan terapi individual. Klasifikasi pembelajaran anak berdasarkan tes IQ, dan ditempatkan di ruang kelas dengan maksimal 8 orang.

Gambar 2.13 Ruang Terapi

Gambar 2.14 Perpustakaan

Fasilitas yang disediakan cukup lengkap dan sesuai dengan standar kelayakan, yaitu adanya ruang terapi, ruang keterampilan memasak, ruang keterampilan music, ruang komputer, 14 unit ruang kelas, ruang makan bersama yang bisa difungsikan sebagai ruang kumpul apabila ada kegiatan, ruang doa, dan 5 unit asrama dengan jumlah tiap unit sebanyak 15 orang.

Gambar 2.15 Ruang Kelas

SESILIA GLORIA SIMARMATA – 090406069

61 Universitas Sumatera Utara

PUSAT PERAWATAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS ARSITEKTUR PERILAKU | TUGAS AKHIR – TKA 490

Gambar 2.16 Ruang Keterampilan Memasak

Gambar 2.17 Ruang Musik dan Terapi Perilaku

Gambar 2.18 Ruang Komputer

Gambar 2.19 Ruang Kumpul

Gambar 2.20 Ruang Makan Bersama

II.7.3 Sekolah Alam Medan Sekolah Alam Medan yang menyasar ABK seperti anak-anak autis, downsyndrome, dyslexia, hingga terlambat kognitif. Berbeda dari sekolah umumnya, Sekolah Alam Medan hanya menangani sekitar 70 anak-anak yang ‘berbeda’ dengan berbagai usia. Silabus pun khusus disusun untuk tiap anak. Untuk menunjang kegiatan belajar, beberapa hasil kegiatan siswa Sekolah Alam Medan diperdagangkan. Tempe, misalnya. Tak sedikit siswa Sekolah Alam Medan menyukai kegiatan pembuatan tempe. Dengan tekun mereka menguliti biji

SESILIA GLORIA SIMARMATA – 090406069

62 Universitas Sumatera Utara

PUSAT PERAWATAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS ARSITEKTUR PERILAKU | TUGAS AKHIR – TKA 490 kedelai satu per satu sampai benar-benar bersih, barulah kemudian kedelai diragi hingga jadi tempe. Ketekunan mereka pun membuahkan hasil. Tempe dijual di kalangan sendiri, wali murid. Karena kebersihannya yang terjamin, Sekolah Alam Medan pun tak jarang kebanjiran pesanan. Biasanya, kegiatan tersebut memanfaatkan 2 sampai 3 kilogram kedelai per hari. Tiap kilonya menghasilkan 12 bungkus tempe, masingmasing 15 gram. Tempe hasil kegiatan 2 sesi ini dibanderol Rp 5.000 untuk 3 bungkus. Kegiatan membuat tempe memang salah satu aktivitas yang digemari siswa Sekolah Alam Medan. Kegiatan tersebut dinilai mudah diikuti. Minggu pertama, mereka melihat contoh dari gurunya. Setelah minggu kedua, sang guru sudah tidak perlu mencontohkan, cukup memberi arahan lisan. Hingga menghasilkan tempe layak jual, diperlukan waktu sekitar 4 hari. Aktivitas lain yang tak kalah menarik bagi siswa Sekolah Alam Medan adalah mendaur-ulang barang-barang bekas, sampah plastik, dan kertas menjadi barang yang bermanfaat seperti tas, buku tulis, dan mainan. Mainan yang dihasilkan pun bukan sembarang mainan, melainkan edukatif yang cerdas. Sekolah Alam Medan bekerja sama dengan Yayasan Muda Tzuchi untuk menyuplai barang bekas. Metode pengajarannya tidak jauh berbeda dengan pembuatan tempe. Guru mencontohkan pembuatannya, kemudian para siswa mengikutinya. Lily biasanya mendapat ide permainan, kemudian dicobakan kepada putri sematawayangnya, Angeline Abigail Saputro. Tak heran bila gadis 5 tahun yang dibesarkan dari didikan homeschooling ibunya sendiri begitu lancar menjelaskan kegunaan tiap barang hasil daur ulang tersebut. Barang-barang tersebut kemudian dilabeli Sanggar Kreatifitas Anak Indonesia dan dijual dengan harga Rp 5.000 sampai Rp 10.000. Setiap hari Senin hingga Kamis, mereka menjualnya di sekolah-sekolah di Medan. Selain itu barang tersebut juga tersedia di salah satu toko buku terkemuka dan restoran tempat komunitas pemerhati ABK biasa berkumpul. Bisnis sosial ini membawa Sekolah Alam Medan dan Sukendro sebagai salah satu finalis Community Entrepreneur Championship yang diselenggarakan British Council dan Arthur Guinness Fund. Sukendro berencana mengembangkan tempat workshop dan menambah peralatan terapi untuk ABK di sekolahnya.

SESILIA GLORIA SIMARMATA – 090406069

63 Universitas Sumatera Utara

PUSAT PERAWATAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS ARSITEKTUR PERILAKU | TUGAS AKHIR – TKA 490

Gambar 2.21 Kegiatan Keterampilan

Sekolah Alam memiliki lokasi lain yaitu bernama I-Homeschooling yang berada di Jalan Abdullah Lubis No. 56/35. I-Homeschooling menerima anak dengan batas umur 3 tahun – 12 tahun. Sampai sekarang ini berjumlah 30 orang. Anakanak tersebut berasal dari Medan sekitarnya bahkan Berastagi. Pengelolaan IHomeschooling tidak dibawahi oleh sebuah yayasan tertentu hanya berdiri sendiri dengan Sekolah Alam. Sumber pembiayaan semua berasal dari uang sekolah murid. Sistem pengajar dibagi atas dua bagian yaitu sistem individual yaitu tiap pengajar membimbing 1 – 4 orang anak dan sistem klasikal yaitu tiap mengajar membimbing 7 – 6 orang. Pembelajaran pada I-Homeschooling ini terdiri dari kegiatan terapi yaitu terapi perilaku dan komunikasi dan kegiatan akademik yaitu pembelajaran seperti pada sekolah formal umumnya. Penempatan pembelajaran disesuaikan dengan tingkatan kemampuan anak. Tidak semua anak pada IHomeshooling ini mengikuti kegiatan terapi dan akademik, ada beberapa anak yang hanya mengikuti kegiatan terapi saja dan sebaliknya. Kegiatan pada sekolah ini berlangsung dari jam 08.00 – 18.00 WIB. Ruang yang tersedia pada I-Homeschooling sangat terbatas baik dari segi kelayakan ruang, kelayakan besaran ruang dan kelengkapannya. Ruang yang disediakan yaitu ruang terapi ABA (one on one), ruang terapi bermain, ruang terapi sosial. Ruang lainnya yaitu ruang kelas yang berjumlah 3 ruang, ruang computer, ruang keterampilan, dan ruang alat.

SESILIA GLORIA SIMARMATA – 090406069

64 Universitas Sumatera Utara