sistem pendukung keputusan pemilihan paket wisata dan ... - PPTA

120 downloads 933 Views 237KB Size Report
Both of method is choosed because AHP is a decision making model that is used ... METODE. 1. Sistem Pendukung Keputusan. Sistem pendukung keputusan.
SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PAKET WISATA DAN RESERVASI TRAVEL DENGAN METODE AHP DAN TOPSIS BERBASIS WEB I Nyoman Giri Sasmita Atmaja1) 1) S1/ Jurusan Sistem Informasi. Sekolah Tinggi Manajemen Informatika & Teknik Komputer Surabaya, email : [email protected]

Abstract: Decision making is a part activities key of tourist before they do traveling. Problem usually happen in decision making are there are not enough information, a lot of information, information that is not accurate, can not analyse problem and many more. It is also happening in decision making to choose a holiday packages.In making the decision to choose tour package there are several difficulties faced, such uncertainty is the condition for selecting one of the various tour packages offered tour packages there is some criterias that influenced toward alternative that given such as tour package prices, long journey tours, and the number of tourist attraction. Process to choose a training followed with there are many alternative that fill definite criterias are included in Multiple Criteria Decision Making (MCDM) so that needed Decision Support System.Method that used in decision support to chooese a training are Analytical Hierarchy Process (AHP) and Technique for Order Preference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS). Both of methods are a part of Multiple Criteria Decision Making (MCDM) method. Both of method is choosed because AHP is a decision making model that is used to take decision with kind criterias and can use to solve problem that relied on intuition as a main input. TOPSIS is a decision support method that based on concept the best alternative not only has shortes way from positive ideal solution but also has longest way from negative ideal solution.At the end of this task, decision support system using AHP and TOPSIS method able to analyze the criteria and alternatives can be compared and provide alternative recommendations appropriate tour packages.. Keywords: Decision Support System, Travel, AHP, TOPSIS

Perkembangan

teknologi

informasi

yang semakin hari semakin meningkat. Membuat

alternatif

utama

untuk

memenuhi

segala

kebutuhan terutama kebutuhan akan informasi.

dampak yang cukup besar dalam seluruh aspek

Dalam

sektor

khususnya

internet

sangatlah

kehidupan dan membawa manusia ke dalam era

pariwisata,

globalisasi,

manusia

dibutuhkan.selain sebagai sarana promosi dan

memerlukan informasi yang terbaru (up to date)

informasi tempat wisata, juga bisa dimanfaatkan

dengan cepat, praktis, efisien.

juga oleh travel agent untuk memperkenalkan

dimana pada

era ini

Internet adalah salah satu teknologi

layanan

dan

peranan

bisnis

alternatif

paket

wisata

yang

yang sangat pesat perkembangannya dan sudah

ditawarkan. Dengan adanya banyak pilihan paket

merupakan symbol dari cara berkomunikasi

wisata ditawarkan travel agent ini, maka para

secara bebas, tanpa dibatasi ruang, jarak dan

calon

waktu. Informasi yang disajikan pun tidak

kesulitan dalam melakukan pilihan terlebih lagi

terbatas pada teks dan gambar saja. Melainkan

menyesuaikan

juga

yang

berpengaruh terhadap pilihan. Proses pemesanan

Dengan

juga biasanya masih dilakukan secara manual,

ditunjang oleh berbagai kelebihan yang dimiliki

sehingga calon wisatawan tidak dapat melakukan

oleh

pemilihan dan pemesanan dengan leluasa.

suara

membuatnya

dan

animasi

menjadi

gambar

interaktif.

internet, diantaranya biaya koneksi yang

relatif terjangkau dan ketersediaan informasi yang tidak terbatas, internet kini menjadi

wisatawan

akan

pilihan

Berdasarkan

dihadapkan

faktor

dengan

kriteria

permasalahan

yang

tersebut

Mekar Wisata Tour and Travel berkeinginan

1

untuk

merancang

suatu

sistem

pendukung

Kemampuan

yang

dibutuhkan

dari

keputusan pemilihan paket wisata dan reservasi

manajemen basis data antara lain :

travel berbasis web selain dapat untuk membantu

1. Kemampuan untuk mengkombinasikan

dalam hal mempromosikan travel agent ini, juga

berbagai

dapat

pengambilan dan ekstraksi data.

mempermudah

wisatawan

untuk

melakukan proses pemilihan paket wisata dan pemesanan paket wisata

2. Kemampuan

3. Kemampuan

pendukung

keputusan

yang ditujukan untuk membantu pimpinan dalam pengambilan

pendukung

keputusan.

keputusan

Sistem

menggabungkan

kemampuan komputer dalam pelayanan interaktif dengan pengolahan atau pemanipulasi data yang memanfaatkan model atau aturan penyelesaian yang tidak terstruktur (Turban, 2005:19). Sistem

pendukung

keputusan

mempunyai

beberapa sumber intelektual dengan kemampuan dari komputer

untuk memperbaiki kualitas

keputusan. Hal yang terpenting dari pengertian ini adalah sistem pendukung keputusan merupakan alat pelengkap bagi mereka yang terlibat dalam proses pengambilan keputusan. Dimana sistem pendukung keputusan tidak ditujukan untuk mengganti

si

untuk

melalui

menambahkan

pengambil

untuk

menggambarkan

struktur data logikal sesuai dengan

merupakan suatu penerapan sistem informasi

proses

data

sumber data secara mudah dan cepat.

METODE 1. Sistem Pendukung Keputusan Sistem

variasi

keputusan

dalam

pembuatan keputusan. Suatu SPK memiliki tiga subsistem utama yaitu subsistem manajemen basis data, subsistem manajemen basis model dan subsistem perangkat lunak penyelenggara dialog (Hasan, 2002:32).

pengertian pemakai sehingga pemakai mengetahui apa yang tersedia dan dapat menentukan kebutuhan penambahan dan pengurangan. 4. Kemampuan

untuk

menangani

data

secara personil sehingga pemakai dapat mencoba

berbagai

alternatif

pertimbangan personil. 5. Kemampuan untuk mengelola berbagai variasi data. b. Subsistem Manajemen Basis Model Kemampuan yang dimiliki subsistem basis model meliputi: 1. Kemampuan untuk menciptakan model– model baru secara cepat dan mudah. 2. Kemampuan

untuk

mengintegrasikan

mengakses

dan

model–model

keputusan. 3. Kemampuan

untuk

mengelola

basis

model dengan fungsi manajemen yang analog dan manajemen basis data (seperti mekanisme untuk menyimpan, membuat dialog, menghubungkan dan mengakses model). c. Subsistem Perangkat Lunak Penyelenggara Dialog

a. Subsistem Manajemen Basis Data

2

Kemampuan yang harus dimiliki oleh SPK

Kriteria, Jenjang 3 : Subkriteria (optional),

untuk mendukung dialog pemakai/sistem

Jenjang 4 : Alternatif.

meliputi:

b. Comperative judgment

1. Kemampuan untuk menangani berbagai variasi gaya dialog. 2. Kemampuan tindakan

mengakomodasi dengan

berbagai

peralatan masukan.

tertentu yang disajikan dalam bentuk matriks

terdapat n elemen, maka akan diperoleh matriks

peralatan keluaran.

perbandingan)

untuk yang

berarti

relatif antara dua elemen pada suatu tingkat

dengan berbagai variasi format dan

dukungan

adalah

dengan menggunakan skala prioritas. Jika

3. Kemampuan untuk menampilkan data

4. Kemampuan

judgment

membuat suatu penilaian tentang kepentingan

untuk

pemakai

Comperative

memberikan

fleksibel

untuk

mengetahui basis pengetahuan pemakai.

pairwise

comparison

berukuran

n

(matriks

x

n

dan

banyaknya penilaian yang diperlukan adalah n(n-1)/2.

Ciri

utama

dari

matriks

perbandingan yang dipakai dalam metode AHP adalah elemen diagonalnya dari kiri

2. AHP

atas ke kanan bawah adalah satu karena Analytical Hierarchy Process(AHP)

adalah salah satu bentuk metode pengambilan keputusan

yang

menutupi

semua

pada

dasarnya

kekurangan

dari

berusaha metode

sebelumnya. Peralatan utama dari metode AHP adalah sebuah hirarki fungsional dengan input utamanya adalah persepsi manusia. Dengan hirarki, suatu yang komplek dan tidak terstruktur dipecahkan ke dalam kelompok dan kemudian kelompok tersebut diatur menjadi suatu bentuk hirarki(Permadi, 1992:5). Langkah yang harus dilakukan dalam menyelesaikan persoalan dengan AHP (Mulyono, 1996:108) yaitu: a. Decomposition Decomposition adalah proses menganalisa permasalahan riil dalam struktur hirarki atas unsur – unsur pendukungnya. Struktur hirarki secara umum dalam metode AHP yaitu: Jenjang 1 : Goal atau Tujuan, Jenjang 2 :

elemen

yang

dibandingkan adalah

dua

elemen yang sama. Selain itu, sesuai dengan sistimatika berpikir otak manusia, matriks perbandingan yang terbentuk akan bersifat matriks resiprokal dimana apabila elemen A lebih disukai dengan skala 3 dibandingkan elemen B, maka dengan sendirinya elemen B lebih disukai dengan skala 1/3 dibanding elemen A. Dengan dasar kondisi – kondisi di atas dan skala standar input AHP dari 1 sampai 9, maka dalam matriks perbandingan tersebut angka terendah yang mungkin terjadi adalah 1/9, sedangkan angka tertinggi yang mungkin terjadi

adalah

9/1.

Angka

0

tidak

dimungkinkan dalam matriks ini, sedangkan pemakaian skala dalam bentuk desimal dimungkinkan sejauh si expert memang menginginkan bentuk tersebut untuk persepsi yang lebih akurat.

3

c. Synthesis of priority Setelah

matriks

Proses yang dilakukan untuk membuat total perbandingan

untuk

sekelompok elemen selesai dibentuk maka langkah berikutnya adalah mengukur bobot

bobot prioritas sama dengan satu biasa disebut proses normalisasi. d. Logical consistency

prioritas setiap elemen tersebut. Hasil akhir

Salah satu asumsi utama metode AHP yang

dari penghitungan bobot prioritas tersebut

membedakannya

dengan

adalah suatu bilangan desimal di bawah satu

lainnya

tidak

(misalnya 0.01 sampai 0.99) dengan total

konsistensi mutlak. Dengan metode AHP

prioritas untuk elemen – elemen dalam satu

yang memakai persepsi manusia sebagai

kelompok sama dengan satu. Bobot prioritas

inputannya

dari

dapat

mungkin terjadi karena manusia mempunyai

menentukan prioritas lokal dan dengan

keterbatasan dalam menyatakan persepsinya

melakukan sintesa di antara prioritas lokal,

secara

maka akan didapat prioritas global.

membandingkan

Usaha untuk memasukkan kaitan antara

Berdasarkan konsisi ini maka manusia dapat

elemen yang satu dengan elemen yang lain

menyatakan persepsinya dengan bebas tanpa

dalam menghitung bobot prioritas secara

harus berpikir apakah persepsinya tersebut

sederhana dapat dilakukan dengan cara

akan konsisten nantinya atau tidak. Persepsi

berikut:

yang

1. Jumlahkan elemen pada kolom yang

memberikan hasil yang optimal atau benar

sama pada matriks perbandingan yang

dan sebaliknya persepsi yang tidak konsisten

terbentuk. Lakukan hal yang sama untuk

penuh

setiap kolom.

keadaan yang sebenarnya atau yang terbaik.

masing



masing

matriks

adalah

maka

%

mungkin

adanya

yang syarat

ketidakkonsistenan itu

konsisten

100

metode

terutama

kalau

banyak

konsisten

elemen.

belum

memberikan

tentu

gambaran

2. Bagilah setiap elemen pada setiap kolom

Penentuan nilai preferansi antar elemen harus

dengan jumlah elemen kolom tersebut

secara konsisten logis, yang dapat diukur

(hasil dari langkah 1). Lakukan hal yang

dengan menghitung Consistency Index (CI)

sama untuk setiap kolom sehingga akan

dan Consistency Ratio (CR).

terbentuk matrik yang baru yang elemen –

elemennya

berasal

dari

hasil

pembagian tersebut. 3. Jumlahkan elemen matrik yang baru tersebut menurut barisnya. 4. Bagilah hasil penjumlahan baris (hasil dari langkah 3) dengan total alternatif agar didapatkan prioritas terakhir setiap

CI 

n n 1

CR 

CI RI

dimana :  = eigen value, n = ukuran matriks, RI = Random Index Untuk mendapatkan nilai



digunakan

rumus berikut:

elemen dengan total bobot prioritas sama dengan satu.

4

c. Menentukan matriks solusi ideal positif dan

n

 a1i. pi 

matriks solusi ideal negatif;

i 1

p1

d. Menentukan

jarak

antara

nilai

setiap

dimana a1i = nilai perbandingan dari elemen

alternatif dengan matriks solusi ideal positif

ke-1 dengan elemen ke-i,

dan matriks solusi ideal negatif; e. Menentukan nilai preferensi untuk setiap

pi = nilai prioritas dari elemen ke-i.

alternatif.

Untuk metode AHP, tingkat inkonsistensi

TOPSIS membutuhkan rating kerja

yang masih bisa diterima adalah sebesar 10% ke bawah. Jadi apabila nilai CR 0.1 hasil proses AHP tidak valid sehingga harus diadakan revisi penilaian rij =

karena tingkat inkonsistensi yang terlalu besar dapat menjurus pada suatu kesalahan.

m

x

2

;

ij

i 1

dengan i=1,2,...,m; dan j=1,2,...,n

3. TOPSIS

dimana :

TOPSIS

didasarkan

pada

konsep

dimana alternatif terpilih yang terbaik tidak

rij = matriks ternormalisasi [i][j] xij = matriks keputusan [i][j]

hanya memiliki jarak terpendek dari solusi ideal

Solusi ideal positif A+ dan solusi ideal

positif, namun juga memiliki jarak terpanjang

negatif A- dapat ditentukan berdasarkan rating

dari solusi ideal negatif (Kusumadewi, 2006:87).

bobot ternormalisasi (yij) sebagai :

Konsep ini banyak digunakan pada beberapa model MADM untuk menyelesaikan masalah

yij = wi.rij ; dengan i=1,2,...,m; dan j=1,2,...,n

keputusan secara praktis. Hal ini disebabkan

A+ = (y1+, y2+, ..., yn+);

konsepnya sederhana dan mudah dipahami,

A- = (y1-, y2-, ..., yn -);

komputasinya efisien, dan memiliki kemampuan

dimana :

untuk mengukur kinerja relatif dari alternatif-

yij

= matriks ternormalisasi terbobot [i][j]

alternatif keputusan dalam bentuk matematis

wi

= vektor bobot[i] dari proses AHP

yang sederhana.

yj+

= max yij, jika j adalah atribut keuntungan

Secara

umum,

prosedur

TOPSIS

mengikuti langkah-langkah sebagai berikut: a. Membuat

matriks

yj-

keputusan

yang

keputusan

yang

ternormalisasi; b. Membuat

matriks

ternormalisasi terbobot;

min yij, jika j adalah atribut biaya = min yij, jika j adalah atribut keuntungan max yij, jika j adalah atribut biaya j = 1,2,...,n Jarak antara alternatif Ai dengan solusi ideal positif :

5

(DFD)

n

Di+ =

(y



 yij )

i

2

dimana

DFD

berfungsi

untuk

menggambarkan proses aliran data yang

;

i 1

i=1,2,...,m

terjadi di dalam sistem dari tingkat yang

dimana :

tertinggi sampai yang terendah (Hartono,

Di+ = jarak alternatif Ai dengan solusi ideal positif

1999). Pembuatan DFD pada level Context

yi+

= solusi ideal positif[i]

yij

= matriks normalisasi terbobot[i][j]

ERD secara conceptual dan physical.

Jarak antara alternatif Ai dengan solusi ideal negatif :

System Flow System flow menunjukkan arus perhitungan pekerjaan dari suatu sistem yang menjelaskan

n

Di- =

Diagram dan level 0. Selain itu juga digunakan

 (y



ij

 yi ) 2

;

j 1

urutan prosedur-prosedur yang terdapat di dalam sistem.

i=1,2,...,m dimana : Di- = jarak alternatif Ai dengan solusi ideal negatif yi-

= solusi ideal positif[i]

yij = matriks normalisasi terbobot[i][j] Nilai preferensi untuk setiap alternatif (Vi) dapat dilihat pada rumus (2.11). Vi =

Di 



Di  Di



; i=1,2,...,m

dimana : Vi = kedekatan tiap alternatif terhadap solusi ideal Di+ = jarak alternatif Ai dengan solusi ideal positif Di- = jarak alternatif Ai dengan solusi ideal negatif Nilai Vi

yang lebih besar menunjukkan

bahwa alternatif Ai lebih dipilih.

Gambar 1. System Flow

Perancangan Model Untuk membangun aplikasi Sistem Pendukung Keputusan ini digunakan Data Flow Diagram

6

disebut sebagai Data Flow Diagram (DFD) level Context Diagram

0 untuk mengetahui proses secara keseluruhan. Data Berita Data Reservasi Konfirmasi Login Manager Laporan Data Wisatawan

Entity Relationship Diagram (ERD)

Manager

Laporan Data Reservasi Cetak Laporan Data Wisatawan Saran Paket Wisata

Cetak Laporan Data reservasi

Wisatawan Pilihan Paket Wisata Konfirmasi Login Wisatawan

0 Pilihan Alternatif

Data Alternatif Data Admin Data Objek Wisata

Data Login Wisatawan Data Wisatawan

Data Hotel

Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Paket Wisata

Data Reservasi

Data Login Manager Bobot kriteria

Bobot Alternatif Terhadap Kriteria

Data Wisatawan

+

Gambar 2. Context Diagram Pada Context Diagram tampak aliran data yang bergerak dari sistem ke masing-asing

Gambar 4. Conceptual Data Model (CDM)

entitas. 3 Pilihan Paket Wisata

6

Bobot Alternatif Terhadap Kriteria

Pemilihan Paket Wisata

Pilihan Alternatif

Registrasi

Data Wisatawan Saran Paket Wisata

+

Data Wisatawan jawaban

1

Wisatawan 13

Jawaban

Data_Kriteria

Data Reservasi

Konfirmasi Login Wisatawan

Data alternatif

1 11

4

Wisatawan

Data Login Wisatawan Data Wisatawan

2

Reservasi

Hotel

Admin 5

Verifikasi User dan Password

12

Kriteria

berita Data Hotel

Data Admin

Data Reservasi

Pembobotan Kriteria

data berita 2 Data Wisatawan

4

Bobot kriteria

Data Admin

Alternatif

Gambar 5. Physical Data Model (PDM)

Data Alternatif

Data Admin Data Objek Wisata

Maintenance Data Data Reservasi

6

Reservasi

+

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data Objek Wisata

Fitur ini diawali dengan admin yang

3 Objek Wisata

Data Login Manager Data Reservasi

memberikan

Data Alternatif Manager

terhadap

masing-

masing criteria untuk kemudian diproses dengan

Data Hotel Data Wisatawan

Cetak Laporan Data reservasi

pembobotan

Data Berita

Konfirmasi Login Manager

perhitungan metode AHP.

5

Laporan Data Reservasi Cetak Laporan Data Wisatawan

Membuat Laporan Data Reservasi

Laporan Data Wisatawan Data Wisatawan

+

GaGambar 3. DFD Level 0 Dari pembuatan context diagram maka dapat dilakukan proses break down yang biasa

Gambar 6. Halaman pembobotan kriteria

7

Selanjutnya, wisatawan

berpindah diminta

ke

sisi

memilih

wisatawan,

paket

wisata

kemudian memberikan bobot untuk dimasukkan kedalam perhitungan topsis.

DAFTAR RUJUKAN

Hasan, I., 2002, Pokok – Pokok Materi Teori Pengambilan Keputusan, Ghalia Indonesia, Jakarta. Hartono, Jogiyanto 1999, Analisis & Disain Sistem Informasi : Pendekatan terstruktur teori dan praktek aplikasi bisnis, ANDI, Yogyakarta. Kusumadewi, Sri dkk.,2006, Fuzzy MultiAttribute Decision Making (Fuzzy MADM), Graha Ilmu, Yogyakarta.

Gambar 7. Halaman pemilihan paket wisata Selanjutnya

dilakukan

perhitungan

Mulyono, Sri, 1996, Teori Pengambilan Keputusan, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

TOPSIS

sehingga menghasilkan urutan prioritas paket wisata yang disarankan. SIMPULAN Berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilakukan dalam pembuatan Pemilihan Paket

Permadi, B., 1992, AHP, Pusat Antar Universitas – Studi Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. Turban, Efraim, 2005, Sistem Pendukung Keputusan dan Sistem Cerdas, Andi, Yogyakarta.

wisata Dengan Metode AHP dan TOPSIS Berbasis Web, dapat ditarik beberapa poin-poin kesimpulan dari pengerjaan Tugas Akhir ini yaitu: a. Sistem

pendukung

keputusan

dengan

menggunakan AHP dan TOPSIS terbukti mampu

memberikan

rekomendasi

paket

wisata yang tepat sesuai dengan kriteria dan alternatif yang diinginkan. b. Metode dapat diimplementasikan dengan baik

pada

aplikasi

web

dan

dapat

menganalisa kriteria dan alternatif yang dibandingkan, kemudian memberikan urutan prioritas paket wisata.

8