SKRIPSI Program Studi Manajemen Pendidikan Jurusan ...

117 downloads 1046 Views 2MB Size Report
Universitas Islam Negeri Syarief Hidayatullah. Jakarta ... mutu pendidikan nasional, antara lain melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kompetensi guru ...
SKRIPSI “ KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH DI SMA AL-MASTHURIYAH”

Disusun oleh :

Abdul Azis 103018227348

Program Studi Manajemen Pendidikan Jurusan Kependidikan Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarief Hidayatullah Jakarta 2011 M / 1432 H i

ii

iii

iv

ABSTRAKSI Abdul Azis, NIM. 103018227348, KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH. Skripsi. Jurusan Kependidikan Islam. Program Studi Manajemen. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta 2011.

Salah satu persoalan pendidikan yang sedang dihadapi bangsa kita adalah persoalan mutu pendidikan. Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, antara lain melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kompetensi guru, pengadaan buku dan alat pelajaran, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, dan meningkatkan mutu manajemen sekolah. Kepemimpinan merupakan salah satu faktor yang menentukan kesuksesan implementasi MBS. Manajemen Berbasis Sekolah memberikan keleluasaan kepada sekolah untuk mengelola potensi yang dimiliki dengan melibatkan semua unsur stake holder untuk mencapai peningkatan kualitas sekolah tersebut. Karena sekolah memiliki kewenangan yang sangat luas itu maka kehadiran figur pemimpin menjadi sangat penting. Pemahaman tentang hakikat kepemimpinan. Dalam melaksanakan MBS, kepala sekolah perlu memiliki kemampuan yang kuat, partisipatif, dan demokratis. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif dalam bentuk deskriptif. Penggunaan metode deskriptif dalam penelitian ini dengan tujuan untuk menggambarkan suatu kegiatan pelaksanaan kepemimpinan kepala sekolah dalam mengimplementasi manajemen berbasis sekolah yang terlebih dahulu menganalisis proses pelaksanaannya. Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) di SMA Al-Masthuriyah Sukabumi bersifat partisipatif. Manajemen ini memberikan kewenangan dari yayasan ke sekolah, dan kemudian sekolah mendelegasikan ke setiap guru dan karyawan. Semua guru dan karyawan merasa terlibat mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program sekolah. Prinsip desentralisasi memandang bahwa masalah yang muncul di sekolah akan disesuaikan dengan sebaik mungkin apabila penyelesaiannya diserahkan kepada pihak yang paling dekat keberadaan masalah tersebut. Dalam menyelesaikan masalah pendidikan di sekolah, yang paling tahu tentang masalah itu adalah warga sekolah itu sendiri terutama guru, staf, kepala sekolah dan orang tua siswa. Penerapan manajemen partisipatif meningkatkan mutu dan pelayanan pendidikan sehingga SMA Al-Masthuriyah dapat bersaing dan menghasilkan lulusan yang berkualitas baik secara akademis maupun non akademis. MBS akan berhasil dengan baik apabila warga sekolah memiliki inisiatif dalam menjalankan pekerjaannya dan inisiatif setiap individu dihargai. Yang terjadi di SMA AlMasthuriyah adalah masih kurangnya inisiatif warga sekolah karena kurangnya rasa memiliki terhadap sekolah tersebut

v

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim Segala puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT., atas segala nikmat dan karunia yang telah tercurahkan, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Dengan penuh rasa syukur, pada akhirnya skripsi ini telah dapat diselesaikan. Penulis sangat menyadari bahwa hasil penelitian ddari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Namun alhamdulillah berkat bantuan, dorongan dan bimbingan dari banyak pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan kendala-kendala yang ada. Dengan ketulusan hati, dalam kesempatan ini melalui skripsi penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan beserta segenap jajarannya. 2. Bapak Drs. Rusydy Zakaria, M. Ed., M. Phil., Ketua Jurusan Kependidikan Islam sekaligus dosen Pembimbing Skrpsi yang telah banyak memberikan waktu, arahan, bimbingan, nasehat, motivasi, ilmu, kritik serta saran yang sangat berarti bagi penulis sehingga skripsi ini bisa terselesaikan dengan baik. 3. Bapak Drs. Mu’arif SAM, M. Pd., Ketua Program Studi Manajemen Pendidikan. 4. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang selama ini banyak membimbing penulis selama belajar di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini. 5. Bapak H. Abdul Muiz Syihabudin, M.Ag, para guru dan staf SMA Al-Masthuriyah yang telah memberikan kesempatan dan waktunya sehingga penelitian ini 6. Bapak dan Mamah (H. Ahmad Rifa’i (Alm.) dan Hj. Lilis), Kakak-kakakku dan Adikku tercinta yang telah banyak memberikan dukungan baik moril maupun materil, kasih sayang serta do’a yang tak pernah putus sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

i

ii

7. Indah Sri Lestari, istriku tercinta, rasa bangga dan terima kasih atas dukungan yang dengan setia dan penuh kesabaran dan kasih sayang memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 8. Rekan-rekan sahabat seperjuangan KI-MP angkatan 2003 dan seluruh pihak yang terlibat dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Kenangan dan kebersamaan kita tidak akan pernah terlupakan.

Demikianlah semoga Allah SWT

membalas semua kebaikan dan kebajikannya.

Sebagai penutup, semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya. Amin.

Jakarta,

Februari 2011

Abdul Azis

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ...............................................................................................

i

DAFTAR ISI .............................................................................................................

iii

DAFTAR TABEL .....................................................................................................

v

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................

vi

BAB I

BAB II

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ........................................................................

1

B. Identifikasi Masalah ...............................................................................

4

C. Perumusan dan Pembatasan Masalah .....................................................

4

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..............................................................

5

E. Sistematika Penelitian.............................................................................

5

KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERFIKIR A. Kajian Teori ..........................................................................................

7

1. Pengertian Kepemimpinan................................................................

7

2. Pendekatan Kepemimpinan .............................................................

8

3. Gaya Kepemimpinan .......................................................................

9

4. Kepemimpinan Transformasional Dalam MBS ........................ 11 5. Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah ................................. 12 6. Alasan dan Tujuan ................................................................... 15 7. Strategi Implementasi MBS ..................................................... 16 8. Aspek Yang Digarap ........................................................................ 19 9. Hambatan Implementasi MBS ................................................. 20 10. Ukuran Keberhasilan MBS ...................................................... 22 B. Kerangka Berfikir ................................................................................... 24

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................. 28 B. Metode Penelitian ................................................................................... 28 C. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 29 D. Teknik Analisa Data ............................................................................... 30 E. Kisi-Kisi Instrumen Pengumpulan Data .................................................. 31 iii

iv

BAB IV HASIL PENILITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian......................................................... 33 1. Sejarah Singkat ................................................................................ 33 2. Visi dan Misi SMA Al-Masthuriyah ................................................ 34 3. Keadaan Guru, Siswa dan Sarana ..................................................... 34 B. Deskripsi Data........................................................................................ 38 C. Analisa Data dan Hasil Penelitian ........................................................... 50

BAB V

PENUTUP A. Kesimpulan ........................................................................................... 53 B. Saran ..................................................................................................... 54

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

Pedoman wawancara

Lembar Pengajuan Judul Skripsi Surat Bimbingan Skripsi Surat Permohonan Izin Penelitian dan Riset/Wawancara Surat Keterangan Penelitian dari SMA Al-Masthuriyah Sukabumi Profil SMA Al-Masthuriyah

v

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1

Kemampuan Manajemen Sekolah .........................................................

16

Tabel 2.2

Gambar Kerangka Berfikir ...................................................................

26

Tabel 3.1

Kisi-Kisi Wawancara ...........................................................................

30

Tabel 4.1

Data guru berdasarkan Kesesuaian Latar Belakang Pendidikan .............

34

Tabel 4.2

Data Siswa berdasarkan Tingkat Kelas .................................................

35

Tabel 4.3

Kondisi Sarana dan Prasarana ...............................................................

36

vi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Salah satu persoalan pendidikan yang sedang dihadapi bangsa kita adalah persoalan mutu pendidikan. Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, antara lain melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kompetensi guru, pengadaan buku dan alat pelajaran, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, dan meningkatkan mutu manajemen sekolah. Namun demikian, indikator mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang berarti. Sebagian sekolah, terutama di kota-kota, menunjukkan peningkatan mutu pendidikan yang cukup menggembirakan, namun sebagian besar lainnya masih memprihatinkan. Berbagai pihak mempertanyakan apa yang salah dalam penyelenggaraan pendidikan kita? Beberapa pengamat berpendapat, ada berbagai faktor yang menyebabkan mutu pendidikan kita tidak mengalami peningkatan secara signifikan1. Pertama, kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan nasional menggunakan pendekatan yang menganggap bahwa apabila semua komponen pendidikan seperti pelatihan guru, pengadaan buku dan alat pelajaran, dan

1

Depdiknas, Manajemen Berbasis Sekolah. (Jakarta : Program Guru Bantu – Direktorat Tenaga Kependidikan, 2003) h.4

1

2

perbaikan sarana serta prasarana pendidikan lainnya dipenuhi, maka hasil pendidikan yang dikehendaki yaitu mutu pendidikan secara otomatis akan terwujud. Dan yang terjadi tidak demikian, karena hanya memusatkan pada masukan pendidikan dan tidak memperhatikan proses pendidikannya. Padahal proses pendidikan sangat menentukan hasil pendidikan tersebut. Kedua, penyelenggaraan pendidikan nasional dilakukan secara birokratis sentralistik, (kebijakan terpusat) sehingga menempatkan sekolah sebagai penyelenggaraan pendidikan sangat tergantung pada keputusan birokrasi yang mempunyai jalur yang sangat panjang dan kadang tidak sesuai dengan kondisi sekolah. Sekolah kehilangan kemandirian, motivasi dan inisiatif untuk mengembangkan dan memajukan lembaganya termasuk peningkatan mutu pendidikan sebagai salah satu tujuan pendidikan nasional. Ketiga, peran serta masyarakat khususnya orang tua dalam penyelenggaraan pendidikan selama ini sangat minim. Munculnya paradigma guru tentang manajemen pengelolaan sekolah yang bertumpu pada penciptaan iklim yang demokratisasi dan pemberian kepercayaan yang lebih luas kepada sekolah untuk menyelenggarakan pendidikan secara efisien dan berkualitas. Hal ini sangat didukung dengan dikeluarkannya UU No. 22 tahun 1999, selanjutnya diubah dengan UU No.32 tahun 2004 yaitu UndangUndang otonomi daerah yang kemudian diatur oleh PP No. 33 tahun 2004 yaitu adanya penggeseran kewenangan dan pemerintah pusat ke pemerinrah daerah dalam berbagai bidang termasuk bidang pendidikan kecuali agama, politik luar negeri, pertahanan dan keamanan, peradilan, moneter dan fiskal. Bidang pendidikan di atas disebutkan dalam UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dengan pasal 51 yang menyatakan pengelolaan satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah didasarkan pada standar pelayanan minimum dengan prinsip manajemen berbasis sekolah.2 Kepemimpinan adalah cara seseorang pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan agar mau bekerja sama dan bekerja secara produktif untuk mencapai 2

Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional (Jakarta : Fokus Media, 2006) h.83

3

tujuan organisasi. Gaya kepemimpinan yang kurang melibatkan bawahan dalam mengambil keputusan maka akan mengakibatkan adanya disharmonisasi hubungan anatara pemimpin dan yang dipimpin. Kepemimpinan merupakan salah satu faktor yang menentukan kesuksesan implementasi MBS. Sebagaimana dikemukakan oleh Nurkolis setidaknya ada empat alasan kenapa diperlukan figur pemimpin, yaitu ; 1) Banyak orang memerlukan figur pemimpin, 2) Dalam beberapa situasi seorang pemimpin perlu tampil mewakili kelompoknya, 3) Sebagai tempat pengambilalihan resiko bila terjadi tekanan terhadap kelompoknya, dan 4) Sebagai tempat untuk meletakkan kekuasaan. 3 Manajemen Berbasis Sekolah memberikan keleluasaan kepada sekolah untuk mengelola potensi yang dimiliki dengan melibatkan semua unsur stake holder untuk mencapai peningkatan kualitas sekolah tersebut. Karena sekolah memiliki kewenangan yang sangat luas itu maka kehadiran figur pemimpin menjadi sangat penting. Kepemimpinan yang baik tentunya sangat berdampak pada tercapai tidaknya tujuan organisasi karena pemimpin memiliki pengaruh terhadap kinerja yang dipimpinnya. Kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok untuk mencapai tujuan merupakan bagian dari kepemimpinan. 4 Konsep kepemimpinan erat sekali hubungannya dengan konsep kekuasaan. Para pemimpin menggunakan kekuasaan sebagai alat untuk mencapai tujuan kelompok. Pemimpin mempunyai sasaran, dan kekuasaan merupakan sarana untuk memudahkan mencapai sasaran itu.5 Terdapat beberapa sumber dan bentuk kekuasaan, yaitu kekuasaan paksaan, legitimasi, keahlian, penghargaan, referensi, informasi, dan hubungan. Gaya kepemimpinan adalah sikap, gerak-gerik atau lagak yang dipilih oleh seseorang pemimpin dalam menjalankan tugas kepemimpinannya. Gaya yang dipakai oleh seorang pemimpin satu dengan yang lain berlainan tergantung situasi dan kondisi kepemimpinannya. Gaya kepemimpinan menjadi norma perilaku yang dipergunakan seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi

3

Nurkolis. Manajemen Berbasis Sekolah (Jakarta : PT.Grasindo, 2006) Cet.III, h.152 Nurkolis. Manajemen Berbasis, h.154 5 Stephen P. Robbins, Perilaku Organisasi Edisi Kesepuluh, (Jakarta : PT. Indeks, 2008) h. 505

4

4

perilaku orang lain serta sebagai suatu pola perilaku yang konsisten yang ditinjukan oleh pemimpin dan diketahui pihak lain ketika pemimpin berusaha mempengaruhi kegiatan-kegiatan orang lain. Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian “Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah Pada SMA Al-Masthuriyah Sukabumi”.

B. Identifikasi Masalah Ada beberapa faktor yang berkaitan erat dengan penerapan manajemen berbasis sekolah antara lain faktor kepemimpinan, sikap guru, peraturan pemerintah, dukungan birokrasi, budaya sekolah, sarana dan prasarana, lingkungan masyarakat, dan masalah finansial. Berdasarkan uraian di atas, maka ada beberapa masalah yang dapat diidentifikasi yaitu : 1. Kurang optimalnya implementasi MBS karena kurang dukungan dari kepala sekolah 2. Belum utuhnya persepsi masyarakat sekolah tentang konsep MBS 3. Belum optimalnya dukungan kebijakan dan finansial 4. Kurang efektifnya kepemimpinan kepala sekolah dalam mempengaruhi pelaksanaan MBS. 5. Kurang terbukanya kepala sekolah

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah Mengacu kepada identifikasi di atas maka fokus penelitian dapat dibatasi pada peran kepemimpinan kepala sekolah. Disini penulis memfokuskan tinjauannya pada faktor-faktor peran kepemimpinan kepala sekolah yang dapat mempengaruhi implementasi MBS, yaitu dukungan kepemimpinan kepala sekolah. Dari identifikasi masalah tersebut maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : “Bagaimana peran kepemimpinan kepala sekolah dalam implementasi MBS di SMA Al-Masthuriyah Sukabumi?”

5

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian

ini

bertujuan

untuk

menjelaskan

tentang

1).

Gaya

kepemimpinan kepala sekolah dalam implementasi MBS. 2). Menjelaskan bentukbentuk kepemimpinan Islam dalam implementasi MBS 3). Efektifitas gaya kepemimpinan kharismatik kepala sekolah dalam implementasi MBS di SMA AlMasthuriyah Kecamatan Cisaat Kabupaten Sukabumi. Adapun tujuan dari penulisan skripsi adalah : 1.

Manfaat akademis : Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pemahaman penulis tentang hakikat kepemimpinan, pengembangan serta pelaksanaannya dalam impelemantasi manajemen berbasis sekolah.

2.

Manfaat umum : Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan serta menambah

paradigma

baru

bagi

sekolah

dalam

mengembangkan

kepemimpinan dengan mengasah kemampuan sumber daya yang ada 3.

Manfaat untuk pembaca : Sebagai salah satu sumber untuk memperkaya pemahaman para pelaksana di lapangan, khususnya kepala sekolah, para guru, calon guru, para pengawas dan tenaga kependidikan lain yang bertanggung jawab dan terlibat langsung dalam kegiatan pendidikan.

F. Sistematika Penelitian Untuk memperjelas penulisan skripsi maka penulis membagi sistem penelitian menjadi lima bab. Dan setiap bab terdiri dari beberapa sub bab, yaitu: BAB I

Pendahuluan, Mencakup Latar Belakang, Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah, serta Sistematika Penulisan.

BAB II

Kajian Teori tentang Kepemimpinan, meliputi Pengertian, Pendekatan, Gaya Kepemimpinan, Kepemimpinan Transformasional dalam MBS. Sedangkan Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah meliputi Pengertian, Alasan dan Tujuan, Strategi Impelementasi, Aspek yang digarap MBS, Hambatan Implementasi dan Ukuran Keberhasilan MBS. Dan Kerangka Berfikir

6

BAB III

Metodologi Penelitian meliputi Waktu, Tempat, Metode Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Instrumen Pengumpulan Data, dan Teknik Analisis Data.

BAB IV

Hasil Penelitian meliputi Sejarah Singkat Berdirinya Sekolah Gambaran Umum Objek Penelitian, Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah.

BAB V

Penutup yang meliputi Kesimpulan dan Saran.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN.

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERFIKIR

A. KAJIAN TEORI 1. Pengertian kepemimpinan Pemimpin memiliki peranan yang dominan dalam sebuah organisasi. Peranan yang dominan tersebut dapat mempengaruhi moral kepuasan kerja, keamanan, kualitas kehidupan kerja dan terutama tingkat prestasi suatu organisasi. Sebagaimana dikatakan Hani Handoko, bahwa pemimpin juga memainkan peranan kritis dalam membantu kelompok organisasi, atau masyarakat untuk mencapai tujuan mereka.1 Bagaimanapun juga kemampuan dan keterampilan kepemimpinan dalam pengarahan adalah faktor penting efektifitas manajer. Bila organisasi dapat mengidentifikasikan

kualitas

yang

berhubungan

dengan

kepemimpinan

kemampuan mengidentifikasikan perilaku dan teknik-teknik kepemimpinan efektif. Kepemimpinan dalam bahasa inggris tersebut leadership berarti being a leader, power of leading atau the qualities of leader.2 Secara bahasa, makna kepemimpinan itu adalah kekuatan atau kualitas seseorang pemimpin dalam mengarahkan apa yang dipimpinnya untuk mencapai 1 2

Hani Handoko, Manajemen edisi kedua, (Yogyakarta : BPFE, 1995) h.293 AS. Hornby. Oxford Edvanced Dictionary of English. (London : Oxford University Press, 1990)

7

8

tujuan. Seperti halnya manajemen, kepemimpinan atau leadership telah didefinisikan oleh banyak para ahli antaranya adalah Stoner mengemukakan bahwa kepemimpinan manajerial dapat didefinisikan sebagai suatu proses mengarahkan pemberian pengaruh pada kegiatan-kegiatan dari sekelompok anggota yang selain berhubungan dengan tugasnya. Kepemimpinan adalah bagian penting manjemen, tetapi tidak sama dengan manajemen. Kepemimpinan merupakan kemampuan yang dipunyai seseorang untuk mempengaruhi orang lain agar bekerja mencapai tujuan dan sasaran. Manajemen mencakup kepemimpinan tetapi juga mencakup fungsi-fungsi lainnya seperti perencanaan, pengorganisasian, pengawasan dan evaluasi.3 Kepemimpinan atau leadership dalam pengertian umum menunjukkan suatu proses kegiatan dalam hal memimpin, membimbing, mengontrol perilaku, perasaan serta tingkah laku terhadap orang lain yang ada di bawah pengawasannya. Disinilah peranan kepemimpinan berpengaruh besar dalam pembentukan perilaku bawahan. Menurut Handoko kepemimpinan merupakan kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain agar mencapai tujuan dan sasaran. 4

2. Pendekatan Kepemimpinan Menurut Handoko, ada beberapa pendekatan kepemimpinan yang diklasifikasikan

sebagai

pendekatan-pendekatan

kesifatan,

perilaku,

dan

situasional.5 Pendekatan pertama memandang kepemimpinan sebagai suatu kombinasi

sifat-sifat

yang

tampak.

Pendekatan

kedua

bermaksud

mengidentifikasikan perilaku-perilaku (behaviours) pribadi yang berhubungan dengan kepemimpinan yang efektif. Kedua pendekatan ini mempunyai anggapan bahwa seorang individu yang memiliki sifat-sifat tertentu atau memperagakan perilaku-perilaku tertentu akan muncul sebagai pemimpin dalam situasi kelompok apapun dimana ia berada. Pendekatan ketiga yaitu pandangan situasional tentang

3

Hani Handoko, Manajemen edisi kedua, (Yogyakarta : BPFE, 1995), h.295 Hani Handoko, Manajemen, h.294 5 Hani Handoko, Manajemen, h.295 4

9

kepemimpinan. Pandangan ini menganggap bahwa kondisi yang menentukan efektifitas kepempimpinan bervariasi dengan situasi yakni tugas-tugas yang dilakukan, keterampilan dan pengharapan bawahan, lingkungan organisasi, pengalaman masa lalu pemimpin dan bawahan dan sebagainya. Pandangan ini telah menimbulkan pendekatan contingency pada kepemimpinan yang bermaksud untuk menetapkan faktor-faktor situasional yang menentukan seberapa besar efektifitas situasi gaya kepemimpinan tertentu. Ketiga pendekatan tersebut dapat digambarkan secara kronologis sebagai 6

berikut : Sifat-Sifat

Perilaku

Situasional

Contingency

3. Gaya Kepemimpinan Gaya adalah sikap, gerak-gerik atau lagak yang menandai ciri seseorang. Berdasarkan pengertian tersebut maka gaya kepemimpinan adalah sikap, gerakgerik atau lagak yang dipilih oleh seorang pemimpin dalam menjalankan tugas kepemimpinannya. Gaya yang dipakai oleh seseorang pemimpin satu dengan yang lain berlainan tergantung situasi dan kondisi kepemimpinannya. Menurut pendekatan tingkah laku, gaya kepemimpinan adalah pola menyeluruh dari tindakan seorang pemimpin, baik yang tampak maupun yang tidak tampak oleh bawahannya. Gaya kepemimpinan menggambarkan kombinasi yang konsisten dari falsafah, keterampilan, sifat dan sikap yang mendasari perilaku seseorang. Gaya kepemimpinan yang berkaitan dengan MBS berkaitan dengan proses mempengaruhi antara para pemimpin dengan para pengikutnya. Dalam kepemimpinan partisipatif, menyangkut usaha-usaha oleh seorang pemimpin untuk mendorong dan memudahkan partisipasi orang lain dalam pengambilan keputusan. Dalam kepemimpinan partisipatif juga digunakan pendekatan kekuasaan, yaitu secara bersama-sama membagi kekuasaan (power sharing) dan

6

Hani Handoko, Manajemen, (Yogyakarta : BPFE, 1995) h.295

10

proses-proses mempengaruhi timbal balik, pendelegasian kekuasaaan, dan konsultasi dengan orang lain untuk memperoleh saran-saran. Kebanyakan teori kepemimpinan partisipatif mengakui adanya empat prosedur pengambilan keputusan, yang selanjutnya disebut sebagai macammacam

partisipasi.

Keempat

prosedur

pengambilan

keputusan

tersebut

menggambarkan kecenderungan gaya kepemimpinan partisipatif sebagai berikut7 : a. Kepemimpinan Otokratik. Dalam membuat keputusan, seorang pemimpin membuat keputusan sendiri tanpa menanyakan opini atau saran dari orang lain. Orang lain yang tidak berpartisipasi dan tidak mempunyai pengaruh yang langsung terhadap keputusan. b. Kepemimpinan konsultatif. Dalam membuat keputusan, seorang pemimpin menanyakan opini dan gagasan orang

lain

dan

kemudian

mengambil

keputusan

sendiri

setelah

mempertimbangkan secara serius saran-saran dan perhatian mereka. c. Kepemimpinan keputusan bersama Dalam membuat keputusan seorang pemimpin bertemu dengan orang lain untuk mendiskusikan masalah yang diputuskan, kemudian mengambil keputusan secara bersama-sama. Pemimpin tidak mempunyai pengaruh lagi terhadap keputusan terakhir seperti juga peserta lainnya. d. Kepemimpinan delegatif Dalam pengambilan keputusan, pemimpin memberi kepada seorang individu atau kelompok, suatu kekuasaan serta tanggung jawab untuk membuat keputusan. Pimpinan biasanya memberikan spesifikasi mengenai batas-batas pilihan terakhir yang harus diambil dan persetujuan terlebih dahulu mungkin perlu

atau

tidak

perlu

diminta

sebelum

keputusan

dilaksanakan.

Kepemimpinan delegatif juga disebut sebagai kepemimpinan demokratik.

4. Kepemimpinan Transformasional Dalam MBS

7

Nurkolis. Manajemen Berbasis Sekolah, (Jakarta : PT.Grasindo, 2006) Cet.III, h.168

11

Dalam Undang-Undang No.25 tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional 2000-2004 untuk sektor pendidikan disebutkan akan perlunya pelaksanaan manajemen otonomi pendidikan. Perubahan manajemen pendidikan dari sentralistik ke desentralistik menuntut proses pengambilan keputusan pendidikan menjadi lebih terbuka, dinamik dan demokratis. Untuk pendidikan dasar dan menengah, proses pengambilan keputusan yang otonom seperti itu dapat dilaksanakan secara efektif dengan menerapkan MBS. Dalam melaksanakan MBS, kepala sekolah perlu memiliki kepemimpinan yang kuat, partisipatif, dan demokratis. Untuk mengakomodasikan persyaratan ini kepala sekolah perlu mengadopsi kepemimpinan transformasional. Dalam lembaga formal kita mengenal beberapa tipe kepemimpinan modern yang dipandang memili nuansa positif, seperti kepemimpinan partisipatif, kepemimpinan karismatik, kepemimpinan transaksional dan kepemimpinan transformasional.

Kepemimpinan

partisipatif

dicirikan

dengan

adanya

keikutsertaan pengikut dalam proses pengambilan keputusan. Sementara itu, kepemimpinan karismatik dicirikan dengan adanya persepsi para pengikut bahwa pemimpinnya memiliki kemampuan-kemampuan luar biasa. Kepemimpinan transaksional adalah hubungan antara pemimpin dan bawahan serta ditetapkan dengan jelas peran dan tugas-tugasnya. Kepemimpinan transformasional dapat dicirikan dengan adanya proses untuk membangun komitmen bersama terhadap sasaran organisasi dan memberikan kepercayaan kepada para pengikut untuk mencapai sasaran. Menurut

Masi

and

Robert

(2000),

kepemimpinan

transaksional

digambarkan sebagai mempertukarkan sesuatu yang berharga bagi yang lain antara pemimpin dan bawahannya (Contingen Riward), intervensi yang dilakukan oleh pemimpin dalam proses organisasional dimaksudkan untuk mengendalikan dan memperbaiki kesalahan yang melibatkan interaksi antara pemimpin dan bawahannya bersifat pro aktiv. Kepemimpinan transaksional aktif menekankan pemberian penghargaan kepada bawahan untuk mencapai kinerja yang diharapkan. Oleh karena itu secara

12

pro aktif seorang pemimpin memerlukan informasi untuk menentukan apa yang saat ini dibutuhkan bawahannya. Berdasarkan dari uraian tersebut diatas, maka dapat dikatakan bahwa prinsip utama dari kepemimpinan transaksional adalah mengaitkan kebutuhan individu pada apa yang diinginkan pemimpin untuk dicapai dengan apa penghargaan

yang diinginkan oleh bawahannya

memungkinkan adanya

peningkatan motivasi bawahan. Dalam kepemimpinan transformasional, pemimpin mencoba menimbulkan kesadaran dari para pengikut dengan menyerukan cita-cita yang lebih tinggi dan nilai-nilai moral. Kepemimpinan transformasional berbeda dengan kepemimpinan transaksional yang didasarkan atas kekuasaan birokratis dan memotivasi para pengikutnya demi kepentingan diri sendiri. Kepemimpinan transformational mampu mentransformasi dan memotivasi para pengikutnya dengan cara :8 (1) membuat mereka sadar mengenai pentingnya suatu pekerjaan, (2) mendorong mereka untuk lebih mementingkan organisasi daripada kepentingan diri sendiri, dan (3) mengaktifkan kebutuhan kebutuhan pengikut pada tarap yang lebih tinggi. Tipe kepemimpinan transformasional ini disarankan untuk diadopsi dalam implementasi MBS karena dapat sejalan dengan fungsi manajemen model MBS. Pertama, adanya kesamaan yang paling utama, yaitu jalannya organisasi yang tidak digerakkan oleh birokrasi, tetapi oleh kesadaran bersama. Kedua, para pelaku mengutamakan kepentingan organisasi bukan kepentingan pribadi. Ketiga, adanya partisipasi aktif dari pengikut atau orang yang dipimpin.

5. Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah Secara bahasa, Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) berasal dari tiga kata, yaitu manajemen, berbasis, dan sekolah9. Manajemen adalah proses menggunakan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran. Berbasis memiliki kata dasar

8 9

Nurkolis. Manajemen Berbasis Sekolah, (Jakarta : PT.Grasindo, 2006) Cet.III, h.172 Nurkolis. Manajemen, h.1

13

basis yang berarti dasar atau asas. Sekolah adalah lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat untuk menerima dan memberikan pelajaran. Berdasarkan makna leksikal tersebut maka MBS dapat diartikan sebagai penggunaan sumber daya yang berasaskan pada sekolah itu sendiri dalam proses pengajaran atau pembelajaran. Dalam konteks manajemen pendidikan menurut MBS, berbeda dari manajemen pendidikan sebelumnya yang semua serba diatur dari pemerintah pusat. Sebaliknya, manajemen pendidikan model MBS ini berpusat pada sumber daya yang ada di sekolah itu sendiri. Dengan demikian, akan terjadi perubahan paradigma manajemen sekolah, yaitu yang semula diatur oleh birokrasi di luar sekolah menuju pengelolaan yang berbasis pada potensi internal sekolah itu sendiri. Dari asal usul peristilahan, MBS adalah terjemahan langsung dari SchoolBased Management (SBM)10. Istilah ini mula-mula muncul di Amerika Serikat pada tahun 1970-an sebagai alternatif untuk mereformasi pengelolaan pendidikan atau sekolah. Reformasi itu dapat diperlukan karena kinerja sekolah selama puluhan tahun tidak dapat menunjukan peningkatan yang berarti dalam memenuhii tuntutan perubahan lingkungan sekolah. Gagasa n Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), dalam Bahasa Inggris School- Based Management pada dewasa ini menjadi perhatian para pengelolaan pendidikan, mulai dari tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, sampai dengan tingkat Sekolah. Sebagaimana dimaklumi, gagasan ini semakin mengemuka setelah dikeluarkannya kebijakan desentralisasi pengelolaan pendidikan seperti disyaratkan oleh UU Nomor 32 Tahun 2004. Produk hukum tersebut mengisyaratkan terjadinya pergeseran kewenangan dalam pengelolaan pendidikan dan melahirkan wacana akuntabilitas pendidikan. Gagasan MBS perlu dipahami dengan baik oleh seluruh pihak yang berkepentingan (stakeholder) dalam penyelenggaraan pendidikan, khususnya sekolah, karena implementasi MBS tidak

10

Depdiknas, Manajemen Berbasis Sekolah. (Jakarta : Program Guru Bantu – Direktorat Tenaga Kependidikan, 2003) h.5

14

sekedar membawa perubahan dalam kewenangan akademik sekolah dan tatanan pengelolaan sekolah, akan tetapi membawa perubahan pula dalam pola kebijakan dan orientasi partisipasi orang tua dan masyarakat dalam pengelolaan Sekolah. MBS sebagai sistem pengelolaan persekolahan yang memberikan kewenangan dan kekuasaan kepada institusi sekolah untuk mengatur kehidupan sesuai dengan potensi, tuntutan dan kebutuhan sekolah yang bersangkutan. Dalam MBS, sekolah merupakan institusi yang memiliki full authority and responsibility untuk secara mandiri menetapkan program-program pendidikan (kurikulum) dan implikasinya terhadap berbagai kebijakan sekolah sesuai dengan visi, misi, dan tujuan pendidikan yang hendak dicapai sekolah. Dengan demikian pada hakekatnya MBS merupakan desentralisasi kewenangan yang memandang sekolah secara individual. Sebagai bentuk alternatif sekolah dalam program desentralisasi bidang pendidikan, maka otonomi diberikan

agar

sekolah

dapat

leluasa

mengelola

sumberdaya

dengan

mengalokasikannya sesuai dengan prioritas kebutuhan di samping agar Sekolah lebih tanggap terhadap kebutuhan setempat. Secara umum manajemen berbasis sekolah dapat diartikan sebagai model manajemen yang memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah dan mendorong pengambilan keputusan parsitipatif yang melibatkan secara langsung semua warga sekolah (guru, siswa, kepala sekolah, karyawan, orangtua siswa, dan masyarakat) untuk meningkatkan mutu sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan nasional. Dengan otonomi yang lebih besar, maka sekolah memiliki kewenangan yang lebih besar dalam mengelola sekolahnya, sehingga sekolah lebih mandiri. Dengan kemandiriannya, sekolah lebih berdaya dalam mengembangkan program yang, tentu saja, lebih sesuai dengan kebutuhan dan potensi yang dimilikinya. Demikian juga, dengan pengambilan keputusan partisipatif, yaitu pelibatan warga sekolah secara langsung dalam pengambilan keputusan, maka rasa memiliki warga sekolah dapat meningkat. Peningkatan rasa memiliki ini akan menyebabkan peningkatan rasa tanggungjawab, dan peningkatan rasa tanggungjawab, dan peningkatan rasa tanggungjawab akan meningkatkan dedikasi warga sekolah terhadap sekolahnya. Inilah esensi pengambilan keputusan partisipatif. Baik

15

peningkatan otonomi sekolah maupun pengambilan keputusan partisipatif tersebut kesemuanya ditujukan untuk meningkatkan mutu sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan nasional yang berlaku.

6. Alasan dan Tujuan MBS di Indonesia yang menggunakan model Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS) muncul karena beberapa alasan sebagaimana diungkapkan oleh Nurkolis11 antara lain Pertama, sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman bagi dirinya sehingga sekolah dapat mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya yang tersedia untuk memajukan sekolahnya. Kedua, sekolah lebih mengetahui kebutuhannya. Ketiga, keterlibatan warga sekolah dan masyarakat dalam pengmabilan keputusan dapat menciptakan transparansi dan demokrasi yang sehat. Tujuan penerapan MBS adalah untuk meningkatkan kualitas pendidikan secara umum baik itu menyangkut kualitas pembelajaran, kualitas kurikulum, kualitas sumber daya manusia baik guru maupun tenaga kependidikan lainnya, dan kualitas pelayanan pendidikan secara umum.12 Bagi sumber daya manusia, peningkatan

kualitas

bukan

hanya

meningkatnya

pengetahuan

dan

keterampilannya, melainkan meningkatkan kesejahteraannya pula. Keuntungan-keuntungan penerapan MBS sebagaimana dikutip dari hasil pertemuan The American Association of School Administration, The National Association of Elementary School Principal, The National of Secondary School Principal pada tahun 1988 adalah13 : Pertama, secara formal MBS dapat memahami keahlian dan kemampuan orang-orang yang bekerja di sekolah. Kedua, meningkatkan moral guru. Moral guru meningkat karena adanya komitmen dan tanggung jawab dalam setiap pengambilan keputusan di sekolah. Ketiga, keputusan yang diambil sekolah mengalami akuntabilitas. Hal ini terjadi karena konstituen sekolah mengalami andil yang cukup dalam setiap pengambilan

11

Nurkolis. Manajemen Berbasis, (Jakarta : PT.Grasindo, 2006) Cet.III, h.21 Nurkolis. Manajemen Berbasis, h.23 13 Nurkolis. Manajemen Berbasis, (Jakarta : PT.Grasindo, 2006) Cet.III, h.25

12

16

kepurusan.

Keempat,

menyesuaikan

sumber

keuangan

terhadap

tujuan

instruksional yang dikembangkan di sekolah. Kelima, menstimulasi munculnya pemimpin baru di sekolah. Keputusan yang diambil pada tingkat sekolah tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya peran seorang pemimpin. Keenam, meningkatkan kualitas, kuantitas, dan fleksibilitas komunikasi tiap komunitas sekolah dalam rangka mencapai kebutuhan sekolah.

7. Strategi Implementasi MBS MBS merupakan strategi peningkatan kualitas pendidikan melalui otoritas pengambilan keputusan dari pemerintah daerah ke sekolah. Dalam hal ini sekolah dipandang sebagai unit dasar pengembangan yang bergantung pada redistribusi otoritas

pengambilan

keputusan

di

dalamnya

terkandung

desentralisasi

kewenangan yang diberikan kepada sekolah untuk membuat keputusan. Dengan demikian pada hakekatnya MBS merupakan desentralisasi kewenangan yang memandang sekolah secara individual. Sebagai bentuk alternatif sekolah dalam program desentralisasi bidang pendidikan, maka otonomi diberikan agar sekolah dapat leluasa mengelola sumber daya dengan mengalokasikannya sesuai dengan prioritas kebutuhan disamping agar sekolah lebih tanggap terhadap kebutuhan setempat. Implementasi MBS akan berlangsung efektif dan efisien apabila didukung oleh sumber daya manusia yang profesional untuk mengoperasikan sekolah, dana yang cukup agar sekolah mampu menggaji semua staf sesuai dengan fungsinya, sarana prasarana yang memadai untuk mendukung proses belajar mengajar, serta dukungan masyarakat (orang tua) yang tinggi. 14 Ciri-ciri MBS, bisa diketahui antara lain dari sudut sejauh mana Sekolah dapat mengoptimalkan kemampuan manajemen Sekolah, terutama dalam pemberdayaan sumber daya yang ada menyangkut sumber daya kepala sekolah

14

E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 2003) h.58

17

dan guru, partisipasi masyarakat, pendapatan daerah dan orang tua, juga anggaran sekolah sebagaimana terlihat dalam tabel berikut ini15 :

Tabel 2.1. Kemampuan Manajemen Sekolah Kemampuan Sekolah 1. Sekolah dengan kemampuan manajemen tinggi

Kepala Sekolah dan Guru Kepala sekolah dan guru berkompetesi tinggi (termasuk kepemimpinan

Partisipasi Masyarakat Partisipasi masyarakat tinggi (termasuk dukungan dana)

Pendapatan Daerah dan Orang Tua Pendapatan daerah dan orang tua tinggi

Anggaran Sekolah Anggaran sekolah di luar anggaran pemerintah besar

2. Sekolah dengan kemampuan manajemen sedang

Kepala sekolah dan guru berkompetesi sedang (termasuk kepemimpinan

Partisipasi masyarakat sedang (termasuk dukungan dana)

Pendapatan daerah dan orang tua sedang

Anggaran sekolah di luar anggaran pemerintah sedang

3. Sekolah dengan kemampuan manajemen rendah

Kepala sekolah dan guru berkompetesi rendah (termasuk kepemimpinan

Partisipasi masyarakat rendah (termasuk dukungan dana)

Pendapatan daerah dan orang tua tinggi

Anggaran sekolah di luar anggaran pemerintah kecil atau tidak ada

. Kondisi di atas mengisyaratkan bahwa tingkat kemampuan manajemen sekolah untuk mengimplementasikan MBS berbeda satu kelompok sekolah dengan kelompok lainnya. Perencanaan implementasi MBS harus menuju pada variasi tersebut, dan mempertimbangkan kemampuan setiap sekolah. Perubahan arah ke MBS dapat direfleksikan dalam aspek-aspek strategi manajemen berikut ini : a. Konsep atau asumsi tentang hakikat manusia Guru dan siswa kemungkinan memiliki tingkat kebutuhan yang berbeda-beda, di luar kebutuhan ekonomi. Mereka mengejar interaksi, afiliasi sosial, aktualisasi diri, dan kesempatan berkembang. Dalam rangka memuaskan tingkat kebutuhan yang lebih tinggi mereka bersedia menerima tantangan dan bekerja lebih keras. MBS dapat menyediakan fleksibilitas lebih baik dan

15

E. Mulyasa, Manajemen Berbasis, h.59

18

kesempatan untuk memuaskan kebutuhan guru dan siswa dan memberi peran terhadap talenta-talenta mereka b. Konsep organisasi sekolah. Sekolah sebagai organisasi tidak sekedar tempat persiapan anak-anak di masa datang, tapi juga tempat untuk siswa atau guru dan administrator untuk hidup, tumbuh, dan menjalani perkembangan. Oleh karena itu, dalam MBS sekolah tidak hanya tempat membantu perkembangan siswa, tetapi juga tempat perkembangan guru dan administrator c. Gaya pengambilan keputusan Dalam MBS gaya pengambilan keputusan pada tingkat sekolah adalah melalui pembagian kekuasaan (power sharing) atau partisipasi. d. Gaya kepemimpinan Dalam merespon perubahan ke MBS maka gaya kepemimpinan kepala sekolah berubah dari tingkat rendah ke kepemimpinan multitingkat. Kepemimpinan dalam MBS tidak hanya kepemimpinan teknis dan manusia, tetapi menggunakan kepemimpinan kependidikan, simbolik, dan budaya e. Penggunaan kekuasaan MBS dimaksudkan untuk mengembangkan sumber daya manusia dan mendorong komitmen dan inisiatif warga sekolah. Oleh karena itu, gaya tradisional dalam penggunaan kekuasaan harus diubah. Para administrator sekolah disarankan menggunakan kekuasaan terutama keahlian dan referensi, memberi perhatian terhadap pertumbuhan professional guru, menjadi pemimpin yang professional terhadap guru dan menjadi inspirasi pada guru dan siswa untuk bekerja secara antusias dengan kepribadian yang mulia f. Keterampilan-keterampilan manajemen Ketika mengadopsi MBS maka pekerjaan manajemen internal menjadi lebih kompleks dan berat. Oleh karena itu, diperlukan konsep-konsep baru dalam keterampilan manajemen

19

8. Aspek yang digarap MBS Ada banyak aspek yang tadinya menjadi kewenangan pusat atau provinsi/kabupaten/kota, kini bergeser menjadi kewenangan sekolah dalam MBS. Aspek tersebut meliputi 16: a. Perencanaan dan evaluasi program Sekolah diberi kewenangan untuk melakukan perencanaan sesuai dengan kebutuhannya misalnya untuk meningkatkan mutu sekolah. Sekolah juga diberikan kewenangan untuk melakukan evaluasi, khususnya evaluasi yang dilakukan secara internal. b. Pengelolaan kurikulum Sekolah dapat mengembangkan kurikulum, namun tidak boleh mengurangi isi kurikulum yang berlaku secara nasional. Sekolah juga diberi kebebasan untuk mengembangkan kurikulum muatan lokal. c. Pengelolaan proses belajar mengajar Sekolah diberi kebebasan untuk memilih strategi, metode, dan teknik pembelajaran dan pengajaran yang paling efektif sesuai dengan karakteristik mata pelajaran, siswa, guru, dan kondisi nyata sumber daya yang tersedia di sekolah d. Pengelolaan ketenagaan Pengelolaan ketenagaan mulai dari analisis kebutuhan, perencanaan, rekrutmen pengembangan, penghargaan dan sanksi, hubungan kerja hingga evaluasi kinerja tenaga kerja sekolah dapat dilakukan oleh sekolah. e. Pengelolaan peralatan dan perlengkapan/fasilitas Pengelolaan fasilitas mulai dari pengadaan, pemeliharaan, dan perbaikan hingga pengembangan dilakukan oleh sekolah. Hal ini didasari oleh kenyataan bahwa sekolahlah yang paling mengetahui kebutuhan fasilitas, baik kecukupan, kesesuaian, maupun kemutakhirannya. f. Pengelolaan keuangan

16

Heriyanto, Manajemen Berbasis Sekolah dalam Peningkatan Muru Pendidikan, (Jakarta : Tesis, 2008) h.26

20

Pengelolan keuangan sudah sepantasnya dilakukan oleh sekolah. Hal ini didasari bahwa sekolahlah yang paling memahami kebutuhannya sehingga desentralisasi penggunaan keuangan sudah seharusnya dilimpahkan ke sekolah. g. Pelayanan siswa Pelayanan siswa dimulai dari penerimaan siswa baru, pembinaan dan pembimbingan, penempatan untuk melanjutkan ke pendidikan berikutnya, atau dunai kerja sampai pengelolaan alumni. h. Hubungan sekolah dan masyarakat Esensi hubungan sekolah dan masyarakat adalah untuk meningkatkan keterlibatan, kepedulian, kepemilikan dan dukungan masyarakat terutama dukungan moral dan finansial. i.

Pengelolaan iklim sekolah Iklim sekolah baik fisik maupun non fisik yang kondusif dan akademik, merupakan prasyarat bagi terselenggaranya proses belajar mengajar yang efektif. Lingkungan sekolah yang aman dan tertib, optimisme dan harapan yang tinggi dari warga sekolah, kesehatan sekolah dan kegiatan yang berpusat kepada siswa. Hal ini merupakan bagian dari iklim sekolah yang harus menjadi lebih intensif ditingkatkan.

9. Hambatan Implementasi MBS Beberapa hambatan yang mungkin dihadapi pihak-pihak berkepentingan dalam penerapan MBS adalah sebagai berikut 17: a.

Tidak berminat untuk terlibat. Sebagian orang tidak menginginkan kerja tambahan selain pekerjaannya sekarang. Mereka tidak ingin ikut serta dalam kegiatan yang menurut mereka hanya akan menambah beban saja. Tidak semua guru akan berminat dalam proses penyusunan anggaran atau tidak ingin menyediakan waktunya untuk urusan tersebut.

17

Heriyanto, Manajemen Berbasis Sekolah dalam Peningkatan Muru Pendidikan, (Jakarta : Tesis, 2008) h.35

21

b.

Tidak efisien. Pengambilan keputusan yang dilakukan secara partisipatif adakalanya menimbulkan frustasi dan seringkali lebih lamban dibandingkan dengan cara-cara otokratis

c.

Pikiran kelompok. Setelah beberapa saat bersama, para pengelola sekolah mungkin akan semakin kohesif. Di satu sisi hal ini akan berdampak positif, karena akan saling mendukung satu sama lain. Namun di sisi lain, kohesivitas itu akan menyebabkan anggota terlalu kompromis hanya karena tidak merasa enak berlainan penadapat dengan anggota lainnya. Pada saat inilah pengelola akan mulai terjangkit “pikiran kelompok”. Ini berbahaya karena keputusan yang diambil ada kemungkinan tidak lagi realistis.

d.

Memerlukan pelatihan. Pihak-pihak yang berkepentingan kemungkinan besar sama sekali tidak atau belum berpengalaman menerapkan model yang rumit dan partisipatif ini. Mereka kemungkinan besar tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang hakikat MBS dan bagaimana cara kerjanya, pengambilan keputusan, komunikasi dan sebagainya.

e.

Kebingungan atas peran dan tanggung jawab baru. Pihak-pihak yang terlibat mungkin telah sangat terkondisikan dengan iklim kerja yang selama ini mereka geluti. Penerapan MBS mengubah peran dan tanggung jawab pihakpihak yang berkepentingan. Perubahan yang mendadak kemungkinan besar akan menimbulkan kejutan dan kebingungan sehingga mereka ragu untuk memikul tanggung jawab pengambilan keputusan.

f.

Kesulitan koordinasi. Setiap penerapan model yang rumit dan mencakup kegiatan yang beragam mengharuskan adanya koordinasi yang efektf dan efisien. Tanpa itu, kegiatan yang beragam akan berjalan sendiri ke tujuan masing-masing yang kemungkinan besar sama sekali menjauh dari tujuan sekolah. Apabila pihak-pihak yang berkepentingan telah dilibatkan sejak awal,

mereka dapat memastikan bahwa setiap hambatan telah ditangani sebelum penerapan MBS.

22

10. Ukuran Keberhasilan MBS. Dalam konteks MBS, keberhasilan pendidikan harus didefinisikan ulang, bukan semata-mata pada ukuran standar prestasi siswa. Keberhasilan harus berada dalam konsep yang lebih luas. Namun apa pun kriteria keberhasilan tersebut, pencapaiannya tergantung pada kualitas program pendidikan dan pelayanan yang diberikan. Oleh karena itu, ukuran-ukuran keberhasilan implementasi MBS di Indonesia dapat dinilai setidaknya dari sembilan criteria di bawah ini18 : Pertama, MBS dianggap berhasil apabila jumlah siswa yang mendapat layanan pendidikan semakin meningkat. Masalah siswa yang tidak bisa mendaftar sekolah karena masalah ekonomi akan dipecahkan secara bersama-sama oleh warga sekolah melalui subsidi silang dari mereka yang ekonominya lebih mampu. Kedua, MBS dianggap berhasil apabila kualitas pelayanan pendidikan menjadi

lebih

baik.

Karena

layanan

pendidikan

tersebut

berkualitas

mengakibatkan prestasi akademik dan prestasi non akademik siswa juga meningkat. Secara keseluruhan kualitas pendidikan akan meningkat yang selanjutnya jumlah pengangguran bisa ditekan, intensitas kriminalitas dapat diturunkan, dan rasa tanggung jawab sebagai warga negara semakin jelas. Ketiga, tingkat tinggal kelas menurun dan produktivitas sekolah semakin baik dalam arti rasio antara jumlah siswa yang mendaftar dengan jumlah siswa yang lulus menjadi lebih besar. Tingkat tinggal kelas menurun karena siswa semakin bersemangat untuk datang ke sekolah dan belajar di rumah dengan dukungan orang tua serta lingkungannya. Pembelajaran di sekolah semakin meningkat karena kemampuan guru mengajar lebih menjadi menarik dan menyenangkan. Siswa menjadi lebih bergairah dan bersemangat untuk belajar dan datang ke sekolah. Keempat, karena program-program sekolah dibuat bersama-sama dengan warga masyarakat dan tokoh masyarakat maka relevansi penyelenggaraan

18

Nurkolis. Manajemen Berbasis, h.271

23

pendidikan semakin baik. Program-program yang diselenggarakan di sekolah baik kurikulum maupun sarana dan prasarana sekolah disesuaikan dengan situasi dan kebutuhan lingkungan masyarakat. Kelima, terjadinya keadilan dalam penyelenggaraan pendidikan karena penentuan biaya pendidikan tidak dilakukan secara pukul rata, tetapi didasarkan pada kemampuan ekonomi masing-masing keluarga. Atas kesepakatan bersama seluruh warga sekolah dan warga masyarakat, keadilan dalam penyelenggaraan pendidikan ini bisa tercipta. Keenam, semakin meningkatnya keterlibatan orang tua dan masyarakat dalam pengambilan keputusan di sekolah baik yang menyangkut keputusan intruksional maupun organisasional. Dengan demikian, orang tua siswa dan masyarakat akan semakin peduli dan rasa memiliki yang lebih besar pada sekolah. Bila hal ini terjadi maka masyarakat akan dengan sukarela menyumbangkan tenaga dan hartanya untuk sekolah. Ketujuh, salah satu indikator penting lain dari kesuksesan MBS adalah semakin baiknya iklim dan budaya kerja di sekolah. Iklim dan budaya kerja yang baik akan memberkan dampak positif terhadap peningkatan kualitas pendidikan. Selanjutnya, sekolah akan berubah dan berkembang lebih baik. Setiap personel sekolah akan merasa aman dan nyaman dalam menjalankan tugas sehari-hari. Kedelapan, kesejahteraan guru dan staf sekolah semakin membaik antara lain karena sumbangan pemikiran, tenaga, dan dukungan dana dari masyarakat luas. Semakin professional seorang guru atau staf sekolah maka masyarakat semakin berkeinginan untuk memberikan sumbangan dana yang lebih besar. Kesembilan, apabila semua kemajuan pendidikan di atas telah tercapai maka dampak selanjutnya adalah akan terjadinya demokratisasi dalam penyelenggaraan pendidikan. Indikator keberhasilan implementasi berupa tercapainya demokratisasi pendidikan diletakkan pada posisi terakhir karena sasaran ini jangka panjang dan paling jauh dari jangkauan.

24

B. KERANGKA BERPIKIR Sekolah adalah lembaga yang bersifat kompleks dan unik. Bersifat komplek karena sekolah sebagai organisasi di dalamnya terdapat berbagai dimensi yang satu sama lain saling berkaitan dan saling menentukan. Sedang sifat unik, menunjukan bahwa sekolah sebagai organisasi memiliki ciri-ciri tertentu yang tidak dimiliki oleh organisasi-organisasi lainnya. Ciri-ciri yang menempatkan sekolah memiliki karakter tersendiri, dimana terjadi proses belajar mengajar, tempat terselenggaranya pembudayaan kehidupan umat manusia. Karena sifatnya yang kompleks dan unik tersebutlah, sekolah sebagai organisasi memerlukan tingkat koordinasi yang tinggi. Keberhasilan sekolah adalah keberhasilan kepala sekolah. Kepala sekolah yang berhasil apabila mereka memahami keberadaan sekolah sebagai organisasi yang kompleks dan unik, serta mampu melaksanakan peranan kepala sekolah sebagai seseorang yang diberi tanggung jawab untuk memimpin sekolah. Studi keberhasilan kepala sekolah menunjukan bahwa kepala sekolah adalah seseorang yang menentukan titik pusat dan irama suatu sekolah. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka kepala sekolah harus bisa menjalankan tugas dan fungsinya dengan efektif dan efisien supaya semua tujuan sekolah yang menjadi tuntutan masyarakat dapat tercapai. Kalau tidak, jika sekolah tidak dapat memenuhi tuntutan masyarakat dan perkembangan era globalisasi, sekolah tersebut akan kehilangan fungsinya sebagai tempat menghasilkan agen-agen perubahan yang berkualitas di masa yang akan datang. Kepala sekolah yang bersikap otoriter, cenderung pasif, kurang terbuka, dan cenderung diskriminatif dalam kepemimpinannya akan sulit menjalankan fungsinya secara efektif dan efisien. Kepala sekolah sabagai pemimpin seharusnya dalam praktik sehari-hari selalu berusaha memperhatikan dan mempraktikan 8 fungsi kepemimpinan di dalam kehidupan sekolah19,

19

yaitu

: 1).

Kepala

sekolah harus dapat

Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah : Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya (Jakarta : Rajawali Pers, 2008) h.84

25

memperlakukan sama terhadap orang-orang yang menjadi bawahannya, sehingga tidak terjadi diskriminasi, 2). Sugesti atau saran sangat diperlukan oleh para bawahan dalam menjalankan tugas, 3). Kepala sekolah bertanggung jawab untuk memenuhi atau menyediakan dukungan yang diperlukan oleh guru, staf, dan siswa, baik berupa dana, peralatan, waktu, dan suasana yang mendukung, 4). Berperan sebagai katalisator, dalam arti mampu menimbulkan dan menggerakan semangat para guru, staf dan siswa dalam pencapaian tujuan yang ditetapkan, 5). Menciptakan rasa aman di lingkungan sekolah, sehingga semua masyarakat sekolah bebas dari perasaan gelisah dan khawatir, 6). Penampilan kepala sekolah harus selalu dijaga integritasnya, selalu terpercaya, dihormati baik sikap, perilaku maupun perilakunya, 7). Selalu membangkitkan semangat dan percaya diri masyarakat sekolah sehingga mereka menerima dan memahami tujuan sekolah secara antusias dan bertanggung jawab ke arah tercapainya tujuan tersebut, dan 8). Kepala sekolah diharapkan selalu dapat menghargai apa pun yang dihasilkan oleh mereka yang menjadi tanggung jawabnya. Dengan demikian hasilnya maka akan terwujud kepemimpinan kepala sekolah yang efektif. Tapi pada kenyataan yang ada, bahwa kualitas kepala sekolah pada saat ini belum seperti yang diharapkan. Hal ini terjadi disebabkan oleh beberapa faktor, seperti sumber daya manusia yang berperan sebagai pemikir, perencana, dan pelaksana organisasi sebagai aparat mencapai tujuan, dan koordinasi sebagai mekanisme dan strategi. Hal ini antara lain disebabkan oleh lemahnya kompetensi serta kurang efektifnya manajerial kepala sekolah Akibatnya mata rantai atau tahap-tahap pengelolaan kepala sekolah belum dapat dilaksanakan sesuai dengan yang diharapkan. Terjadilah gap, kesenjangan, atau jurang antara kualitas kepala sekolah yang senyatanya ada. Akhirnya untuk mengatasi permasalahan tersebut mata rantai pengeolaan kepala sekolah yang sangat berperan dalam mekanisme melahirkan kepala sekolah yang profesional seharusnya selalu dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Tahaptahap yang ada, serta keterkaitan dan saling pengaruh antar sesama tahap perlu dipersiapkan dan dilaksanakan dengan terkoordinasi.

26

Ada strategi-strategi teknis yang diharapkan dapat dicapai dalam rangka mengatasi permasalahan tersebut sebagai berikut : 1. Peningkatan kompetensi melalui pelatihan manajerial kepala sekolah atau pelatihan-pelatihan lain yang relevan 2. Melanjutkan jenjang pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi untuk menambah wawasan teoritis dan praktis kepala sekolah 3. Program studi banding dan program lain untuk menambah referensi konsep dan implementasi pendidikan di tempat lain.

27

Tabel 2.2 GAMBAR KERANGKA FIKIR

INPUT Kondisi Kepemipinan - Otoriter - Pasif - Kurang Terbuka - Diskriminasi

$

PROSES Masalah Kepemipinan - Implementasi MBS kurang dukungan dari kepemimpinan kepala sekolah

Strategi - Pelatihan manajerial - Melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi - Studi banding ke sekolah lain

OUTPUT Hasil

Kepemimpinan kepala sekolah yang efektif dalam implementasi MBS

FEED BACK

K

-

-

-

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan di SMA Al-Masthuriyah Kecamatan Cisaat Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini dilaksanakan pada selama 3 bulan, dimulai pada bulan Desember 2010 sampai Februari 2011 sehingga memudahkan penelitian untuk menjaring data dan informasi yang dibutuhkan dari responden. Hal ini untuk memungkinkan peneliti memahami lebih dalam obyek penelitian kemudian benar-benar mendapatkan gambaran jelas tentang obyek tersebut

B. Metode penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dalam bentuk metode deskriptif. Penggunaan deskriptif dalam penelitian ini untuk menggambarkan obyek penelitian atau kondisi lapangan apa adanya pada saat itu, untuk mengkaji permasalahan pada saat penelitian ini dilakukan. Penelitian ini berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan apa adanya. Penggunaan metode deskriptif dalam penelitian ini dengan tujuan untuk menggambarkan suatu kegiatan pelaksanaan kepemimpinan kepala sekolah dalam mengimplementasi

manajemen

berbasis

menganalisis proses pelaksanaannya. 28

sekolah

yang

terlebih

dahulu

29

C. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian lapangan ini penulis berusaha menganalisis data yang diperoleh sehingga antara pengertian dan teori yang ada dapat dibuktikan relevansinya. Adapun teknik yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Teknik Observasi Teknik observasi digunakan untuk mengamati dan mencatat seluruh aspek pelaksanaan

kepemimpinan kepala

sekolah dalam

mengendalikan

implementasi manajemen berbasis sekolah di SMA Al-Masthuriyah, serta mengamati secara langsung data-data yang diperlukan. Dengan demikian data yang didapat oleh penulis selama observasi berlangsung dapat menjadi masukan bagi penulisan skripsi ini. Dalam pelaksanaan observasi peneliti membuat panduan observasi, sebagai berikut : a. Lingkungan SMA Al-Masthuriyah Sukabumi b. Kegiatan kepemimpinan kepala sekolah c. Kegiatan implementasi program sekolah d. Kegiatan implementasi MBS 2. Wawancara Wawancara digunakan peneliti untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya, responden pada wawancara ini merupakan yang memiliki keterkaitan langsung dengan pelaksanaan kepemimpinan kepala sekolah. Respondennya terdiri dari Kepala Sekolah, Komite Sekolah, Tenaga Pendidik, Tenaga Kependidikan, Siswa dan Siswi SMA Al-Masthuriyah Sukabumi. Wawancara dilakukan dengan sifat terbuka, dan responden tahu bahwa mereka sedang diwawacarai dan mengetahui pula maksud wawancara itu. Dalam pelaksanaan wawancara yang dilakukan terhadap responden, dibantu dengan pedoman wawancara tentang : a. Hubungan Yayasan dan Kepala Sekolah b. Pengangkatan Kepala Sekolah, Guru dan Karyawan c. Perencanaan Program Sekolah

d. Penyusunan RAPBS

30

e. Pelaksanaan Program f. Supervisi dan Evaluasi g. Dukungan (Political will) pemerintah h. Kepemimpinan yang efektif i. Dukungan finansial dari pemerintah dan masyarakat j. Ketersediaan SDM k. Budaya Sekolah 3. Studi Dokumentasi Studi dokumentasi dilakukan dengan menemukan informasi tertulis yang berkaitan dengan fokus penelitian agar data yang diperoleh lebih lengkap. Dokumentasi yang dipelajari adalah sebagai berikut: a. Profil SMA Al-Masthuriyah Sukabumi b. Struktur organisasi c. Rencana Kerja Anggaran/RKA d. Rencana Strategis sekolah e. Laporan keuangan sekolah

D. Teknik Analisis Data Data kualitatif adalah akan diolah dan dianalisa melalui proses-proses sebagai berikut : -

Klasifikasi, yaitu proses pengelompokan masalah berdasarkan jawabanjawaban responden

-

Kategorisasi, yaitu proses pengelompokan jawaban berdasarkan aspekaspek masalah yang menjadi variabel penelitian

-

Interpretasi, yaitu proses penafsiran data dengan cara mencari perbedaan dan persamaan dari aspek-aspek masalah yang diperoleh, kemudian ditarik kesimpulan dengan merujuk kepada kerangka fakir.

31

E. Kisi-Kisi Instrumen Pengumpulan Data 1. Wawancara Instrumen adalah alat pada waktu penelitian menggunakan sesuatu metode (dalam penelitian) 1. Kisi-kisi instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam memperoleh data dan informasi-informasi di SMA Al-Masthuriyah Sukabumi pada penelitian ini yang dijadikan pedoman sebagai berikut:

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Wawancara

Fokus Profil Sekolah

Dimensi Sejarah dan Perkembangannya Visi, Misi dan Tujuan

Struktur Organisasi Sumber Daya Manusia Karisma Kepemimpinan Nilai-Nilai Kepemimpinan Kepala Islam Sekolah Gaya Kepemimpinan Pelaksanaan Hubungan Yayasan dan Kepala Manajemen Sekolah Berbasis Pengangkatan Kepala Sekolah, Sekolah Guru dan Karyawan Perencanaan Program Sekolah Penyusunan RAPBS Pelaksanaan Program Supervisi dan Evaluasi Dukungan (Political will) pemerintah Kepemimpinan yang efektif

1

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, h. 206.

Indikator Sejarah Perkembangan Visi Misi Tujuan Struktur Organisasi SDM Tenaga Pendidik SDM Tenaga Kependidikan Karisma Nilai-Nilai Kepemimpinan Islam Gaya Kepemimpinan Hubungan Yayasan dan Kepala Sekolah Pengangkatan Kepala Sekolah, Guru dan Karyawan Perencanaan Program Sekolah Penyusunan RAPBS Pelaksanaan Program Supervisi dan Evaluasi Dukungan (Political will) pemerintah Kepemimpinan yang efektif

32

Dukungan finansial dari pemerintah dan masyarakat Ketersediaan SDM Budaya Sekolah

Dukungan finansial pemerintah dan masyarakat Ketersediaan SDM Budaya Sekolah

dari

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Penelitian 1. Sejarah Singkat SMA Al-Masthuriyah Sukabumi SMA Al-Masthuriyah didirikan pada tahun 1986 sebagaimana termuat dalam Izin Operasional dari Depdikbud Kanwil Prop. Jawa Barat Bid. Dikmenum Nomor 904/I02.4/R.86 tanggal, 12 Agustus 1986, dengan Kepala Sekolah Bapak Drs. KH. A. Aziz Masthuro dan dikukuhkan dengan izin pendirian dari Kepala Kanwil Depdikbud Prop. Jawa Barat dengan surat keputusan Nomor: 1060/I02/Kep/E/88, tanggal, 7 Maret 1988 Sejak Tahun 1987, Kepala Sekolah SMA Al-Masthuriyah dipercayakan kepada Bapak Drs. H. A. Djamaluddin sesuai dengan SK Yayasan Al-Masthuriyah Nomor: 02/SK/YASMA/VI/1987, tanggal 24 Juni 1987, hingga tahun 2000. Pada Tahun 2000 berdasarkan SK Yayasan Al-Masthuriyah Nomor: 05/SK/YASMA/VII/1987, tanggal 02 Juli 2000 Kepala SMA Al-Masthuriyah dipercayakan kepada Bapak H. A. Muiz Syihabudin, M.Ag sampai Sekarang. Dalam perjalanannya SMA Al-Masthuriyah telah mengalami akreditasi dengan status dan jenjang akreditasi sebagai berikut : Tahun 1986-1990 status Terdaftar, Tahun 1990-1994 Status Akreditasi Diakui, 1994-1999 Status Akreditasi Disamakan, 1999-2003 Status Akreditasi Disamakan, Tahun 2003-2007 Status Akreditasi A, Tahun 2007-sekarang Status Akreditasi A 33

34

2. Visi dan Misi SMA Al-Masthuriyah Sukabumi Sebagai lembaga pendidikan yang memiliki tujuan dan cita-cita, tentunya SMA Al-Masthuriyah Sukabumi memiliki visi dan misi sebagai berikut : a. Visi Membangun Sumber Daya Manusia

yang memiliki

integritas keilmuan dan kepribadian yang berlandaskan akhlakul karimah b. Misi 1. Membentuk kepribadian yang dilandasi nilai-nilai moral dan agama. 2. Memacu aspek intelektualitas yang mengarah pada penguasaan ilmu dan teknologi serta menjunjung tinggi nilai-nilai keilmuan. 3. Mewujudkan proses pembelajaran yang berkualitas melalui penguasaan teknologi informasi dan komunikasi. 4. Membentuk tenaga pendidik dan tenaga kependidikan yang memiliki kompetensi dan profesional. 5. Mewujudkan ketersediaan sarana dan prasarana penunjang proses pembelajaran yang berkualitas berbasis teknologi informasi dan komunikasi.

3. Keadaan Guru, Siswa dan Sarana a. Keadaan Guru Keadaan guru di SMA Al-Masthuriyah Sukabumi berjumlah 25 orang. Berdasarkan jenis mata pelajaran yang diajarkan, terdiri dari 2 orang guru bidang studi umum, 6 orang guru bahasa, 6 orang guru matematika dan IPA, 5 orang guru IPS dan 2 orang guru Agama.

35

Berdasarkan

tingkat

pendidikan,

guru-guru

SMA

Al-

Masthuriyah Sukabumi mempunyai tingkat pendidikan sebagai berikut : 20 orang guru S1, dan 5 orang guru S2. Berdasarkan

status

kepegawaian,

SMA

Al-Masthuriyah

Sukabumi mempunyai beberapa guru yang mempunyai status kepegawaian sebagai berikut : 2 orang guru PNS, 14 orang guru tetap yayasan dan 9 orang guru tidak tetap yayasan Berdasarkan kesesuaian latar belakang pendidikan dan status sertifikasi, dapat dilihat dalam tabel di bawah ini :

Tabel 4.1 Data Guru berdasarkan Kesesuaian Latar Belakang Pendidikan

No.

Mata Pelajaran

Jumlah Personil

Kesesuaian latar belakang pendidikan Sesuai

Tdk Sesuai 5

Guru tersertifikasi

1

2

3

4

6

1.

Pendidikan Agama Islam

2

2

2.

Kewarganegaraan

1

-

1

1

3.

Bahasa Inggris

3

1

2

2

4.

Bahasa Indonesia

2

2

-

2

5.

Matematika

2

2

-

2

6.

Pendidikan Jasmani

1

1

-

1

7.

Sejarah

1

-

1

1

6.

Fisika

1

-

1

1

7.

Biologi

1

1

-

1

8.

Kimia

1

-

1

-

9.

Geografi

1

-

1

1

10.

Sosiologi

1

-

1

1

2

36

No.

Mata Pelajaran

Jumlah Personil

Kesesuaian latar belakang pendidikan Sesuai

Tdk Sesuai

Guru tersertifikasi

11.

Ekonomi

2

2

-

2

12.

Pendidikan Seni

1

-

1

1

13.

Pend. Ketrampilan

-

-

-

14.

TIK

2

-

2

2

15.

1

1

-

-

16

Bahasa Asing a. Arab Muatan Lokal

1

-

1

1

17

Pengembangan diri

1

-

1

1

Jumlah

25

12

13

21

Sumber : Profil SMA Al-Masthuriyah Tahun Pelajaran 2010-2011

b. Keadaan Siswa Keadaan siswa SMA Al-Masthuriyah Sukabumi dalam tiga tahun Ajaran terakhir adalah sebagai berikut : 1) Tahun Ajaran 2008/2009, kelas X berjumlah 180 siswa, kelas XI berjumlah 180 siswa dan kelas XII berjumlah 180. Dengan jumlah keseluruhan 540 siswa dan masing kelas terdiri dari empat rombongan belajar. 2) Tahun Ajaran 2009/2010, kelas X berjumlah 180 siswa, kelas XI berjumlah 183 siswa dan kelas XII berjumlah 180. Dengan jumlah keseluruhan 543 siswa dan masing kelas terdiri dari empat rombongan belajar. 3) Tahun Ajaran 2010/2011, kelas X berjumlah 180 siswa, kelas XI berjumlah 180 siswa dan kelas XII berjumlah 183. Dengan jumlah keseluruhan 543 siswa dan masing kelas terdiri dari empat rombongan belajar.

37

Tabel 4.2 Data Siswa Berdasarkan Tingkat Kelas Tahun Pelajaran

Kelas X

2008–2009

Kelas XI

Kelas XII

IPA

IPS

IPA

IPS

180

86

94

91

89

2009-2010

180

94

89

86

94

2010–2011

180

92

88

94

89

Sumber : Profil SMA Al-Masthuriyah Tahun Pelajaran 2010-2011

c. Sarana dan Prasarana Sarana dn prasarana yang tersedia di SMA Al-Masthuriyah Sukabumi terdiri dari 12 ruang kelas/teori, 2 ruang laboratorium komputer, 2 ruang laboratorium IPA, 1 ruang laboratorium Bahasa, 1 ruang perpustakaan, 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang guru, 1 ruang administrasi/TU, 1 ruang OSIS, 1 ruang ibadah dan beberapa fasilitas lainnya yang tersedia di SMA Al-Masthuriyah Sukabumi. Kondisi yang lebih jelas dari keadaan sarana dan prasaran dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.3 Kondisi Sarana dan Prasarana Kondisi

Jumlah

Luas (M2)

Baik

Ruang Teori/Kelas

12

392



Ruang Kepala Sekolah

1

28



Ruang Guru

1

42



Ruang Tata Usaha

1

42



Ruang

Rusak

38



Ruang Bimbingan Penyuluhan

1

24

Ruang

Jumlah

Luas (M2)

Baik

Laboratorium : a. IPA b. Bahasa c. Komputer

1 2 2

72 84 84

√ √ √

Ruang Perpustakaan

1

81



Ruang OSIS

1

24



Ruang UKS

1

24



Mesjid / Musholla

1

375



Kondisi Rusak

Sumber : Profil SMA Al-Masthuriyah Tahun Pelajaran 2010-2011 B. Deskripsi Data Dari wawancara dengan responden yang dilengkapi dengan hasil observasi dan studi dokumentasi maka diperoleh hasil penelitian sebagai berikut : 1. Visi dan Misi SMA Al-Masthuriyah : Dari hasil studi dokumen, didapatkan bahwa visi SMA AlMasthuriyah adalah Membangun Sumber Daya Manusia yang memiliki integritas keilmuan dan kepribadian yang berlandaskan akhlakul karimah Misi SMA Al-Masthuriyah adalah : a. Membentuk kepribadian yang dilandasi nilai-nilai moral dan agama. b. Memacu aspek intelektualitas yang mengarah pada penguasaan ilmu dan teknologi serta menjunjung tinggi nilai-nilai keilmuan. c. Mewujudkan

proses

pembelajaran

yang

penguasaan teknologi informasi dan komunikasi.

berkualitas

melalui

39

d. Membentuk tenaga pendidik dan tenaga kependidikan yang memiliki kompetensi dan profesional. e. Mewujudkan ketersediaan sarana dan prasarana penunjang proses pembelajaran yang berkualitas berbasis teknologi

informasi dan

komunikasi. Berdasarkan latar belakangnya, MBS di SMA Al-Masthuriyah muncul karena fakta menunjukan bahwa kualitas pendidikan di Indonesia masih rendah. Adanya desakan dan kritikan dari masyarakat luas memaksa pemegang otoritas pendidikan untuk mereformasi dirinya sendiri, sehingga visi misi sekolah dibuat dan disusun agar sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat sehingga kelak alumni SMA Al-Masthuriyah memiliki pengetahuan dan keterampilan, kapasitas pribadi yang mumpuni, memiliki kemampuan nalar tinggi, mampu berfikir ilmiah, memiliki kepekaan sosial tinggi dan mandiri1. 2. Adapun proses penetapan visi dan misi di SMA Al-Masthuriyah adalah : Proses penetapan diawali dengan rapat pimpinan SMA AlMasthuriyah yang terdiri dari Kepala Sekolah dan seluruh wakil Kepala Sekolah bersama Pimpinan Yayasan yang terdiri dari Direktur, wakil Direktur, dan Pembantu Direktur bidang Pendidikan, Pembantu Direktur bidang Pembinaan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia serta Ketua Komite Sekolah. Visi SMA Al-Masthuriyah diilhami oleh Kaul Ulama yang bermakna : Iddadutifli, badanian wa aqlian wa ruhian liyakuna nafian linafsihi walighairihi (Mempersiapkan peserta didik dengan kesehatan Badan, Aqal, dan ruhaniahnya agar bermanfaat bagi dirinya dan orang lain) Dari sinilah kemudian dikembangkan pembicaraan visi SMA AlMasthuriyah, dalam pembicaraan rapat diharapkan muncul gagasan visi yang 1

Diolah dari Profil Sekolah dan hasil wawancara dengan H. Abdul Muiz, M.Ag (Kepala SMA Al-Masthuriyah

40

bersifat fleksibel dan dinamis, sehingga dapat berlaku dalam waktu yang panjang dengan fleksibilitasnya dan dengan visi tersebut tetap dapat dilakukan pengembangan misi dan orientasi yang dinamis. Rumusan awal dimulai dari esensi muatan hadits yang harus ada dalam proses pendidikan yakni pembinaan Aqlian, Ruhanian dan Badanian. Sebagai lembaga yang menganut faham akhlusunnah waljamaah, maka aspek akhlaq merupakan komponen penting yang tidak dapat dipisahkan dalam proses pendidikan, maka dari beberapa usulan yang muncul akhirnya pada rapat tersebut diputuskan dan ditetapkan visi SMA Al-Masthuriyah2.

3. Upaya yang dilakukan SMA Al-Masthuriyah untuk mencapai visi dan misi tersebut : Upaya-upaya yang telah dilakukan SMA Al-Masthuriyah dalam mencapai Visi-Misinya3 : a. Penyusunan Rencana Strategi sekolah dalam bentuk Program Kerja Jangka Panjang, jangka menengah dan jangka pendek (tahunan) b. Menyelenggarakan pembinaan akhlaq dan nilai-nilai keagamaan melalui program terjadwal (sebagai kegiatan awal pembelajaran) c. Menginstruksikan agar dilakukan pengintegrasian nilai-nilai agama dan moral (budi pekerti) dalam setiap pembelajaran d. Menyelenggarakan Program Pengayaan dan Bimbingan Belajar e. Mengaktifkan program Ekstra kurikuler dalam bidang keilmuan melalui program KISS (Kelompok Ilmiah Siswa SMA), SEC (SMA English Club) dan DECSMAL (Debat English Club SMA Al-Masthuriyah) f. Pembekalan Keterampilan keagamaan (Baca Al-Qur’an, Penyelenggaraan sholat-sholat sunnat, Mengurus Mayit) melalui program PAI Mulok

2

Wawancara dengan Dadih Addhiyar, S.Ag (Sekretaris Yayasan Al-Masthuriyah) dan Mumu Mudzakir, S.Ag (Ketua Komite Sekolah) 3

Hasil wawancara dengan M. Taufiq Hidayat, SE, S.Pd (Wakaur. Kurikulum) dan M. Nasir, M.Ag (Wakaur. Kesiswaan)

41

g. Melaksanakan Pembinaan dan pengembangan kemampuan berbahasa Inggris bagi dewan guru melalui program English for Teacher h. Melaksanakan pembinaan penguasaan pemanfaatan teknologi komputer bagi guru (pembinaan penggunaan komputer sebagai alat bantu/media pembelajaran) i. Melaksanakan pembinaan kompetensi guru j. Melaksanakan dan melanjutkan proses pengadaan sarana prasarana penunjang pelaksanaan pendidikan (renovasi laboratorium dan pengadaan alat dan bahan praktek, pengadaan LCD untuk pembelajaran, Pengadaan jaringan Internet, Penyiapan Pengadaan Pusat Sumber Belajar berbasis ICT, dll)

4. Keterlibatan guru dan karyawan dalam penyusunan visi dan misi : Semua guru dan karyawan diberikan keleluasaan dalam memberikan kontribusi berupa masukan, saran, ide, dan perbaikan. Rapat perumusan visi yang dilaksanakan sebelumnya oleh pihak yayasan dengan pimpinan sekolah, menetapkan pula bahwa unit pendidikan (SMA Al-Masthuriyah) diharapkan dalam satu minggu setelah rapat telah dapat menyusun misi unit pendidikannya untuk menjadi bahan acuan dalam rapat dewan guru dan komite sekolah. Konsep dasar misi dan tujuan sekolah yang disusun oleh kepala sekolah dan pimpinan lainnya diajukan, dibahas, kemudian disepakati. Draft tersebut disepakati dalam rapat/workshop guru dan karyawan yang dilakukan setiap awal semester 4. Sosialisasi visi dan misi dilakukan dengan menempelkan di setiap tempat yang mudah terbaca oleh warga sekolah, baik di kantor, ruang guru, ruang tata usaha, dan ruang kelas. Bagi guru/karyawan baru, sosialisasi visi dan misi diberikan dalam diklat guru/karyawan baru, sedangkan bagi siswa

4

Hasil wawancara dengan H. Muhammad Fauzi, S.Ag (Guru)

42

baru dilakukan dalam Masa Orientasi Peserta Didik (MOPD) pada awal tahun pelajaran.

5. Manfaat keterlibatan pengelola dalam penyusunan visi dan misi tersebut: Dengan dilibatkan segenap pengelola baik guru maupun karyawan, maka akan berakibat : a. Pengelola merasa dihargai yang berdampak pada peningkatan kinerja dan munculnya kreatifitas5. b. Pengelola merasa bertanggung jawab atas kelancaran dan kemajuan sekolah. Pengelola berusaha merealisasikan visi dan misi tersebut sesuai dengan kemampuan dan ruang lingkup kerjanya. c. Timbul rasa memiliki yang berdampak pada loyalitas dan dedikasi. d. Keterlibatan seluruh komoditas sekolah ini, akan membawa warga sekolah dihargai dalam pengambilan keputusan sekolah, sehingga menciptakan transparansi dan demokrasi yang sehat. 6. Dampak Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) di sekolah dalam menentukan berbagai kebijakan. Sebagai sekolah swasta yang dana operasionalnya bergantung pada masukan dari siswa dan swadaya sekolah, maka sekolah lebih leluasa dari merancang dan menetapkan berbagai kebijakan, kalaupun secara teknis tidak mengikuti aturan pemerintah, namun secara prinsip masih tetap di jalur yang sama. Pelaksanaan manajemen berbasis sekolah sangat kental di SMA AlMasthuriyah. Sebagai sekolah swasta yang dana operasionalnya tidak tergantung pada subsidi pemerintah, maka sekolah lebih bersifat otonom dalam pengelolaannya. Dalam pendekatan ini, tanggung jawab pengambilan keputusan tertentu mengenai anggaran, kepegawaian dan kurikulum ditempatkan di tingkat sekolah. Pergeseran tanggung jawab ini diharapkan dapat menciptakan

5

Hasil wawancara dengan M.Irham, SS, M.Si (Guru)

43

lingkungan bekerja bagi guru dan karyawan lebih kondusif, lingkungan belajar yang lebih efektif bagi siswa. Dengan demikian MBS adalah upaya memandirikan sekolah dengan memberdayakannya. Otonomi sekolah di SMA Al-Masthuriyah ini nampak dalam hal : a) Hubungan Yayasan dan Kepala Sekolah. Kemandirian dalam pendanaan berdampak pada sekolah yang harus berupaya membidik costumer dengan jelas. Mencitrakan sekolah dengan penampilan yang khas dan dapat menjawab kebutuhan para pengguna. Hal ini perlu untuk membuat kepuasan orang tua yang menitipkan anaknya dan menimbulkan kepercayaan. Pada akhirnya orang tua akan secara tidak langsung membantu

dalam

mempromosikan sekolah kepada orang tua lainnya. Kejelian inilah yang membuat pengelola harus beradaptasi dengan berbagai perubahan, melakukan berbagai analisa sebelum kebijakan ditetapkan. Yayasan Al-Masthuriyah sebagai yayasan yang mendirikan dan menaungi keberlangsungan SMA Al-Masthuriyah, memberikan keluasaan penuh kepada pihak pengelola dalam hal ini kepada sekolah untuk mengelola sekolah dengan sebaik-baiknya. Kemandirian sekolah tidak berarti lepas kendali dari kontrol yayasan. Sekolah harus tetap berkoordinasi dan konsultasi dengan yayasan. Yayasan memberi masukan dan arahan, sehingga perencanaan dianalisa secara menyeluruh6. b) Pengangkatan Kepala Sekolah Hal ini menjadi hak prerogatif yayasan, akan tetapi dengan tetap mempertimbangkan aspek profesionalisme dan kompetensi. Yayasan kemudian menetapkan kepala sekolah. Ruang lingkup kerja kepala sekolah diserahkan kepada kepala sekolah untuk mengaturnya. Yayasan hanya memberikan arahan agar sekolah tetap bisa bertahan dan memiliki daya saing. Tataran teknis diserahkan kepada kepala sekolah 6

yayasan)

Hasil wawancara dengan H. Abdul Muiz, M.Ag (Kepala SMA) dan Dadih Addhiyar, S.Ag (Sekretaris

44

c) Pengangkatan Guru dan Karyawan. Guru dan karyawan diangkat dengan proses seleksi, baik secara akademik, psikomotorik (karyawan) atau paedagogik (guru), dan moral serta wawasan keislaman. Mereka bukan saja harus bekerja profesional, tapi juga hatus mempu memberikan keteladanan kepada siswa. Calon diseleksi secara akademik, kemampuan bahasa inggris, praktik mengajar, komputer, psikotes dan wawancara. Yang lulus harus menjalani diklat pegawai baru sekaligus masa percobaan selama setahun, yaitu 3 bulan sebagai masa percobaan pertama dan 9 bulan berikutnya sebagai calon pegawai tetap. Evaluasi dan supervisi dilakukan secara terprogram oleh kepala sekolah atau wakil kepala sekolah yang ditunjuk. Setelah satu tahun sejak guru/karyawan tersebut dinyatakan lulus, barulah ditetapkan sebagai pegawai tetap yayasan atas usulan kepala sekolah7. d) Perencanaan Program Sekolah. Sebagai pemegang amanah, kepala sekolah tidak mengambil keputusan sendiri. Segala bentuk perencanaan dimatangkan di tingkat pimpinan sekolah. Setelah disepakati di tingkat pimpinan, baru dibicarakan dalam konteks luas dengan melibatkan guru atau karyawan. Sehingga semua dilibatkan dalam proses perencanaan. Memang hal ini akan alot dan memakan waktu lama, namun semua dapat beradaptasi dalam berbagai keputusan sekolah.

e) Penyusunan RAPBS. RAPBS mengacu pada evaluasi laporan akhir tahun lalu, dan prediksi pengeluaran tahun yang akan datang. Pimpinan yayasan menganalisa dana yang terserap dan berbagai pengeluaran sesuai bidangnya yang belum teranggarkan. Diharapkan perencanaan tahun yang akan datang dapat lebih matang berdasarkan pengalaman tahun sebelumnya. Perencanaan anggaran ini disesuaikan dengan kebutuhan pimpinan sekolah.

7

Hasil wawancara dengan M.Taufiq Hidayat, SE,S.Pd (Wakaur. Kurikulum)

45

Dalam forum pimpinan dengan yayasan hal ini dibahas dengan matang, dan kepala sekolah dan wakil kepala sekolah berhak memberikan masukan demi kesempurnaan sebuah program. f) Pelaksanaan Program. Program yang sudah direncanakan dalam rencana operasional sekolah dan dianggarkan dalam RAPBS kemudian didistribusikan kepada para penanggung jawab kegiatan, yaitu wakil kepala sekolah dan kepala tata usaha. Namun apabila ada kegiatan yang berbarengan, maka disepakati guru lain terlibat dalam kepanitiaan. Hal ini menjadi proses kaderisasi agar ke depan bila terjadi rotasi kepemimpinan sudah terbaca siapa kader yang bisa memimpin8. Kepala sekolah lebih bersifat memberikan arahan dan memonitor kegiatan. Sehingga pelaksana lebih leluasa untuk berinovasi dalam melaksanakan program. g) Supervisi dan Evaluasi. Merupakan kegiatan yang menjadi agenda rutin sekolah, baik kepada guru maupun karyawan. Dilakukan jadwal dna tindak lanjut yang jelas9. Hasilnya ditindaklanjuti oleh kepala sekolah secara formal, yaitu guru atau karyawan akan diminta menghadap kepala sekolah maupun informal dengan kepala sekolah langsung berbincang mengenai kesulitan yang dihadapi di lapangan. Selanjutnya kepala sekolah memberikan arahan bagaimana sebaiknya. Setelah setiap personal mengetahui tugas dan fungsinya sebagai guru atau karyawan, kepala sekolah akan mensupervisi dengan mengingatkan kembali berbagai hal yang berkaitan dengan tugas dan fungsi guru atau karyawan tersebut. Kegiatan informal terasa lebih dominan dilakukan karena lebih bersifat kekeluargaan dan dapat dilakukan lebih aktual dengan memanfaatkan kesempatan dimana guru memang selalu ada di lingkungan sekolah. Guru atau karyawan lebih terbuka dan tanpa tekanan untuk mengungkapkan ide, gagasan, bahkan permohonan maaf bila ada kekeliruan dalam bekerja. Dan semuanya dapat dilakukan dengan kekeluargaan. 8

Hasil wawancara dengan Yus Thobari, S.Ag (Wakaur. Humasy)

9

Hasil wawancara dengan M.Taufiq Hidayat, SE,S.Pd (Wakaur. Kurikulum)

46

Iklim seperti ini tidak berarti melemahkan sikap tegas kepala sekolah. Baik formal maupun informal, harus dibiasakan sebagai bentuk perhatian. Ini terjadi antar kepala sekolah kepada guru atau karyawan atau sebaliknya. Bahkan diantara sesama guru atau karyawan terbangun semangat kebersamaan untuk saling mengingagtkan. Setiap sekali dalam semester guru akan diseupervisi baik oleh guru senior yang ditunjuk, biasanya wakil kepala sekolah, maupun langsung oleh kepala sekolah. Namun tetap mengkomunikasikan kepada guru yang bersangkutan dilakukan oleh kepala sekolah sebagai bagian dari pembinaan. Masalah yang dominan, kemudian dianalisa dan dijadikan bahan evaluasi. Bila masalah itu dapat diselesaikan internal antara kepala sekolah dan guru yang bersangkutan, maka cukup dengan pembinaan yang sifatnya tertutup. h) Hubungan sekolah dengan pihak luar. Seorang kepala sekolah merupakan mata rantai penting di antara hubungan sekolah dengan masyarakat yang lebih luas. Dampak yang dihasilkan oleh hubungan yang akrab antara sekolah dengan masyarakat, adalah10 : a. Meningkatkan partisipasi aktif dan warga sekolah dalam kegiatan pendidikan b. Meningkatkan komunikasi antara satu sekolah dengan satu masyarakat c. Sekolah dapat memperbaiki program-program pendidikan sekolah yang hasilnya betul-betul diperlukan masyarakat d. Kemungkinan meningkatnya dukungan dari masyarakat yang berupa dana, informasi, dan dukungan politik. 7. Faktor pendukung efektifitas implementasi MBS. a. Dukungan (Political will) pemerintah 1) Pelaksanaan konsultasi dan koordinasi dengan dinas pendidikan sangat mudah 10

Hasil wawancara dengan Yus Thobari, S.Ag (Wakaur. Humasy)

47

2) Pembinaan oleh Dinas Pendidikan Kab. Sukabumi dilakukan secara berkala 3) Memilih dan menetapkan SMA Al-Masthuriyah sebagai sekolah RSKM (Rintisan Sekolah Kategori Mandiri) berdasarkan evaluasi kesiapan sekolah

b. Kepemimpinan yang efektif 1) Hubungan Kepala Sekolah yang harmonis dengan Guru dan Karyawan 2) Gaya kepemimpinan yang dilandasi nilai-nilai keagamaan sebagai warga pesantren melahirkan karisma tersendiri bagi kepala sekolah 3) Kepala sekolah sebagai sumber keteladanan yang positif 4) Kemampuan melakukan komunikasi atas dasar kekeluargaan sebagai pengikat dan motivasi guru dalam bekerja 5) Fleksibilitas dalam ketaatan pada pencapaian program kerja menjadi daya

dorong

bagi

guru

dan

karyawan

dalam

melakukan

kegiatan/pelaksanaan program

c. Dukungan finansial dari pemerintah dan masyarakat 1) Bantuan berupa Block Grand11 2) Bantuan BOS dan BOM 3) Bantuan Penyelenggaraaan Kegiatan Pembinaan Guru 4) Bantuan Dana Persiapan dan Perintisan Sekolah Kategori Mandiri 5) Bantuan Alumni 6) Bantuan Orang tua Siswa

d. Ketersediaan SDM 1) Tenaga pengajar dan staf kantor/Administrasi berkualifikasi S.1 dan S.2

11

Hasil wawancara dengan Drs. U. Ramdhan (Wakaur. Sarana Prasarana)

48

2) Tersedianya Tenaga Pengajar yang berkualifikasi baik (78% Guru tersertifikasi) e. Budaya Sekolah 1) Budaya dasar yang berkembang di lingkungan sekolah adalah budaya pesantren 2) Budaya sekolah bernuansa Islami 3) Rasa Hormat dan saling Menghargai sangat kental 4) Proses dialogis guru dengan siswa terjalin dengan sangat baik 8. Kendala dalam implementasi MBS di SMA Al-Masthuriyah : Kendala yang dihadapi dalam Implementasi MBS di SMA AlMasthuriyah 12: a. Penyelenggaraan manajemen yayasan dengan sistem kekeluargaan b. Pengelolaan Sekolah berbasis Kepesantrenan dengan sistem kurikulum terpadu, sedikit banyaknya berdampak pada 1) tersitanya waktu penyelenggaraan proses KBM, 2) kondisi fisik dan psikis peserta didik, 3) kebutuhan tenaga kerja, 4) kebutuhan anggaran yang mengakibatkan biaya pendidikan meningkat c. Pengelolaan keuangan dan pendanaan tersentralisasi pada Yayasan d. Penetapan dan pengangkatan kepala sekolah merupakan wilayah otoritas mutlak yayasan e. Rekruitmen dan pengangkatan guru dan karyawan otoritas yayasan

9. Bagaimana penyelesaian kendala yang dihadapi tersebut? Solusi atas kendala13

12

Hasil wawancara dengan M.Taufiq Hidayat, SE,S.Pd (Wakaur. Kurikulum) Diolah dari Rencana Induk Pengembangan Sekolah (RIPS) dan hasil wawancara dengan H. Abdul Muiz, M.Ag (Kepala SMA) 13

49

a. Penyelenggaraan manajemen yayasan dengan sistem kekeluargaan tetap

dipertahankan

dengan

mengedepankan

pertimbangan

profesionalisme dan kompetensi b. Pembagian waktu yang proporsional dalam menentukan waktu kegiatan sekolah dan kegiatan kepesantrenan c. Penyelenggaraan kegiatan pendidikan diupayakan secara bervariasi dan menyenangkan d. Pengelolaan sumberdaya secara optimal diupayakan efektif dan efisien e. Perencanaan dan pengajuan anggaran dilakukan secara terinci sesuai platform yang telah ditentukan f. Pengajuan sistem penetapan dan pengangkatan kepala sekolah dengan mempertimbangkan

standar kualifikasi dan kompetensi kelayakan

kepala sekolah g. Pengajuan kebutuhan guru dan karyawan dengan mempertimbangkan kesesuaian

bidang

studi/kerja

serta

standar

kualifikasi

dan

kompetensinya

10. Implikasi penerapan MBS di SMA Al-Masthuriyah. Implikasi dari Implementasi MBS di SMA Al-Masthuriyah a. Pola pengelolaan sekolah yang berorientasi pada mutu dan didasari dengan visi serta misi yang jelas akan berdampak pada sistem pembinaan, pola asuh, dan sistem pendidikan yang terstruktur dan terencana dengan baik. b. Keterlibatan guru dan karyawan sebagai komunitas sekolah dalam berbagai kebijakan sekolah, akan menumbuhkan rasan tanggung hawab dan dedikasi yang baik pada pekerjaannya. Sehingga pelayanan optimal dapat dilakukan kepada pengguna jasa pendidikan baik siswa maupun orang tua.

50

c. Pelayanan optimal akan berdampak pada suasana yang kondusif dalam proses belajar mengajar, sehingga menghasilkan output pendidikan yang andal14. C. Analisa Data dan Hasil Penelitian Berdasarkan hasil wawancara tentang kepemimpinan kepala sekolah dalam implementasi MBS dengan responden di SMA Al-Masthuriyah, maka dapat dianalisa dari hasil wawancara tersebut sebagai berikut : 1. Pemahaman tentang hakikat kepemimpinan. Dalam melaksanakan MBS, kepala sekolah perlu memiliki kemampuan yang kuat, partisipatif, dan demokratis. Dalam lembaga formal kita mengenal beberapa tipe kepemimpinan modern yang dipandang memiliki nuansa positif, seperti kepemimpinan partisipatif, kepemimpinan karismatik, dan kepemimpinan transformasional. Kepemimpinan partisipatif dicirikan dengan adanya keikutsertaan pengikut dalam proses pengambilan keputusan. Sementara itu, kepemimpinan karismatik dicirikan dengan adanya persepsi para pengikut bahwa pemimpinnya memiliki kemampuan-kemampuan luar biasa.

Dan kepemimpinan transformasional dicirikan dengan adanya

proses untuk membangun komitmen bersama terhadap sasaran organisasi dan memberikan kepercayaan kepada para pengikut untuk mencapai sasaran. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian didapat gaya kepemimpinan yang dilandasi nilai-nilai keagamaan sebagai warga pesantren melahirkan karisma tersendiri bagi kepala sekolah. Kepala sekolah juga dijadikan sebagai sumber keteladanan yang positif serta memiliki kemampuan melakukan komunikasi atas dasar kekeluargaan sebagai pengikat dan motivasi guru dalam bekerja. Budaya dasar yang berkembang di lingkungan sekolah adalah budaya pesantren sehingga budaya sekolah bernuansa islami, rasa hormat dan saling menghargai sangat kental 14

Hasil wawancara dengan Delfijar (Ketua OSIS Putra)

51

Dalam hal teknis, yayasan Al-Masthuriyah sebagai yayasan yang mendirikan dan menaungi keberlangsungan SMA Al-Masthuriyah, memberikan keluasaan penuh kepada pihak pengelola dalam hal ini kepada sekolah untuk mengelola sekolah dengan sebaik-baiknya, walaupun dalam beberapa hal masih menjadi kewenangan yayasan, yaitu : Pengelolaan keuangan dan pendanaan, penetapan dan pengangkatan kepala sekolah, rekruitmen dan pengangkatan guru dan karyawan otoritas yayasan 2. Pelaksanaan dan pengembangan dalam implementasi MBS Faktor pendukung kesuksesan implementasi MBS diantaranya adalah Pertama, dukungan pemerintah. Dalam implementasi MBS di SMA AlMasthuriyah,

sangat

didukung

oleh

pemerintah

daerah

melalui

pelaksanaan konsultasi dan koordinasi dengan dinas pendidikan sangat mudah, pembinaan oleh Dinas Pendidikan kab. Sukabumi dilakukan secara berkala, serta memilih dan menetapkan SMA Al-Masthuriyah sebagai sekolah RSKM (Rintisan Sekolah Kategori Mandiri) berdasarkan evaluasi kesiapan sekolah Kedua, ketersediaan sumber daya manusia yang mendukung implementasi MBS ini masih belum banyak. Walaupun semua guru dan staf sudah berkualifikasi S.1 dan S.2 serta 78% sudah tersertifikasi, tetapi dalam pemahaman tentang konsep implementasi MBS masih perlu ditingkatkan. Ketiga, budaya sekolah rata-rata belum bisa mendukung kesuksesan implementasi MBS. Sekolah sebagai organisasi formal masih digerakkan oleh birokrasi, belum didasarkan atas kesadaran bersama. Budaya sekolah seperti ini harus diubah untuk mendukung terlaksananya implementasi MBS. Keempat, terkait dengan upaya pembentukan budaya sekolah yang kuat dan baik maka sekolah harus memiliki kepemimpinan yang efektif. Yang paling penting, adalah kepala sekolah harus mampu menggerakan para pengikutnya untuk mencapai tujuan bersama dengan dibentuknya budaya

52

sekolah bernuansa nilai-nilai islami yang kental dan budaya kerja, disiplin, menghormati, demokratis, dan dialogis, Kelima,

sekolah sebagai organisasi harus diubah dan dikembangkan.

Perubahan sekolah akan berjalan dengan baik apabila berdampak pada perbaikan kehidupan para guru dan staf lainnya. Sehingga eksistensi sekolah

dalam

menyelenggarakan

pelayanan

pendidikan

dapat

dipertahankan dan secara bertahap kualitas pelayanan pendidikan dapat ditingkatkan

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan Dari seluruh uraian skripsi ini, dapatlah penulis simpulkan sebagai berikut: 1. Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) di SMA AlMasthuriyah Sukabumi mendapat dukungan yang cukup dari kepala sekolah, dan dibuktikan dalam

pelaksanaan MBS bersifat

partisipatif. Manajemen ini memberikan kewenangan dari yayasan ke sekolah, dan kemudian sekolah mendelegasikan ke setiap guru dan karyawan. Semua guru dan karyawan merasa terlibat mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program sekolah. Prinsip desentralisasi memandang bahwa masalah yang muncul di sekolah akan disesuaikan dengan sebaik mungkin apabila penyelesaiannya diserahkan kepada pihak yang paling dekat keberadaan masalah tersebut. Dalam menyelesaikan masalah pendidikan di sekolah, yang paling tahu tentang masalah itu adalah warga sekolah itu sendiri terutama guru, staf, kepala sekolah dan orang tua siswa.

53

54

2. Dukungan kepemimpinan

kepala

sekolah perlu

ditingkatkan

sehingga dalam implementasi MBS, sekolah didukung oleh kepala sekolah

dan

guru

yang

berkompetensi

tinggi

(termasuk

kepemimpinan) serta partisipasi masyarakat tinggi 3. Penerapan manajemen partisipatif meningkatkan mutu dan pelayanan pendidikan sehingga SMA Al-Masthuriyah dapat bersaing dan menghasilkan lulusan yang berkualitas baik secara akademis maupun non akademis. MBS akan berhasil dengan baik apabila warga sekolah memiliki inisiatif dalam menjalankan pekerjaannya dan inisiatif setiap individu dihargai. Yang terjadi di SMA AlMasthuriyah adalah masih kurangnya inisiatif warga sekolah karena kurangnya rasa memiliki terhadap sekolah tersebut.

B. Saran-saran Dengan memperhatikan kesimpulan di atas, maka beberapa saran yang dikemukakan antara lain: 1. Pemerintah, terutama pemerintah daerah hendaknya memfokuskan perhatian pada pengambilan keputusan secara bersama-sama dalam kelompok, mengembangkan dan mengimplementasikan perencanaan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Sementara dalam hal administrasi, pemerintah daerah hendaknya lebih berperan sebagai fasilitator dari pada mengontrol aktivitas-aktivitas sekolah. 2. Kepala Sekolah, diharapkan tidak hanya bertanggung jawab dan otoritasnya keputusan

dalam

program-program

personel,

tetapi

juga

sekolah,

kurikulum,

bertanggung

jawab

dan untuk

meningkatkan akuntabilitas keberhasilan program. Kepala sekolah harus pandai dalam memimpin kelompok dan pendelegasian tugas dan wewenang sehingga masing-masing kelompok sadar akan tugas dan fungsinya masing-masing dalam implementasi Manajemen Berbasis Sekolah.

55

3. Umum, diharapkan dapat melakukan penelitian yang serupa dengan objek yang berbeda, lebih menggali informasi pada orang-orang yang terkait dengan implementasi MBS tersebut, seperti para siswa, guru, orang tua/wali siswa, dan lain-lain.

DAFTAR PUSTAKA

AS. Hornby. 1990. Oxford Edvanced Dictionary of English. London: Oxford University Press. Depag RI. 2001. Perencanaan Pendidikan Menuju Madrasah Mandiri, Jakarta: Balitbang Depdiknas. 2001. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah Umum Handoko, T. Hani. 1999. Manajemen edisi 2. Yogyakarta: BPFE Heriyanto, 2008. Manajemen Berbasis Sekolah dalam Peningkatan Mutu Pendidikan: Jakarta: Tesis UNJ Nurkolis.

2003.

Manajemen

Berbasis Sekolah.

Jakarta: PT.

Gramedia

Widiasarana Indonesia Nurkolis. 2006. Manajemen Berbasis Sekolah, Jakarta: PT. Grasindo, cet ke 3, Mulyasa. 2003. Manajemen Berbasis Sekolah, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya Robbins, Stephen P. 1996. Perilaku Organisasi : Konsep, Kontroversi, Aplikasi, Jilid 2, Jakarta: PT. Prenhallindo Robbins, Stephen P. 2008. Perilaku Organisasi Edisi 10, Jakarta: PT. Indeks Robbins, Stephen P. 2007. Perilaku Organisasi Edisi 12, Jakarta: PT. Salemba Empat Sidi, Indra Djati. 2001. Menuju Masyarakat Madani: Menggagas Paradigma Baru Pendidikan, Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu Thoha, Miftah. 1996. Perilaku Organisasi: Konsep dasar dan aplikasinya, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada 2006. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003, Jakarta: Fokus Media 1

2

PEDOMAN WAWANCARA Nama Jabatan Hari / Tanggal

:................................................................ :................................................................ :................................................................

1. Apa Visi dan Misi SMA Al-Masthuriyah? 2. Bagaimana proses penetapan visi dan misi di SMA Al-Masthuriyah? 3. Upaya apa saja yang dilakukan SMA Al-Masthuriyah untuk mencapai visi dan misi tersebut? 4. Sejauh mana keterlibatan guru dan karyawan dalam penyusunan visi dan misi? 5. Apakah ada manfaat keterlibatan pengelola dalam penyusunan visi dan misi tersebut? 6. Pada Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) ini sekolah memiliki otonomi dalam menentukan berbagai kebijakan. Apakah hal ini dirasakan saudara dalam : a) Hubungan Yayasan dan Kepala Sekolah b) Pengangkatan Kepala Sekolah, Guru dan Karyawan c) Perencanaan Program Sekolah d) Penyusunan RAPBS e) Pelaksanaan Program f) Supervisi dan Evaluasi 7. MBS akan efektif apabila ada faktor pendukung kesuksesan implementasi. Apakah yang saudara rasakan mengenai faktor : a) Dukungan (Political will) pemerintah b) Kepemimpinan yang efektif c) Dukungan finansial dari pemerintah dan masyarakat d) Ketersediaan SDM e) Budaya Sekolah 8. Apakah ada kendala dalam implementasi MBS di SMA Al-Masthuriyah? Kalau ada, apa saja? 9. Bagaimana penyelesaian kendala yang dihadapi tersebut? 10. Apakah saudara merasakan implikasi dari pola MBS di SMA Al-Masthuriyah?

PEDOMAN WAWANCARA Nama Jabatan Hari / Tanggal

: H.A. MUIZ SYIHABUDIN, M. Ag : Kepala Sekolah : Senin, 07 Februari 2011

1. Apa Visi dan Misi SMA Al-Masthuriyah? Visi SMA Al-Masthuriyah Membangun Sumber Daya Manusia yang memiliki integritas keilmuan dan kepribadian yang berlandaskan akhlakul karimah» Misi SMA Al-Masthuriyah - Membentuk kepribadian yang dilandasi nilai-nilai moral dan agama. - Memacu aspek intelektualitas yang mengarah pada penguasaan ilmu dan teknologi serta menjunjung tinggi nilai-nilai keilmuan. - Mewujudkan proses pembelajaran yang berkualitas melalui penguasaan teknologi informasi dan komunikasi. - Membentuk tenaga pendidik dan tenaga kependidikan yang memiliki kompetensi dan profesional. - Mewujudkan ketersediaan sarana dan prasarana penunjang proses pembelajaran yang berkualitas berbasis teknologi informasi dan komunikasi. 2. Bagaimana proses penetapan visi dan misi di SMA Al-Masthuriyah? Menarik ide dan gagasan pihak yayasan, mengkorelasikan dengan sistem pendidikan nasional dan kebutuhan masyarakat, akhirnya lahirnya draft. Draft ini dibuat dan selanjutnya dibicarakan dalam rapat dinas. Penetapan Visi Misi dan Tujuan Sekolah melibatkan berbagai pihak terkait seperti : Yayasan, Komite Sekolah, Guru. 3. Upaya apa saja yang dilakukan SMA Al-Masthuriyah untuk mencapai visi dan misi tersebut? - Penyusunan Rencana Strategi sekolah dalam bentuk Program Kerja Jangka Panjang, jangka menengah dan jangka pendek (tahunan) - Menyelenggarakan pembinaan akhlaq dan nilai-nilai keagamaan melalui program terjadwal (sebagai kegiatan awal pembelajaran) - Menginstruksikan agar dilakukan pengintegrasian nilai-nilai agama dan moral (budi pekerti) dalam setiap pembelajaran - Menyelenggarakan Program Pengayaan dan Bimbingan Belajar - Mengaktifkan program Ekstra kurikuler dalam bidang keilmuan melalui program KISS (Kelompok Ilmiah Siswa SMA), SEC (SMA English Club) dan DECSMAL (Debat English Club SMA Al-Masthuriyah) - Pembekalan Keterampilan keagamaan (Baca Al-Qur’an, Penyelenggaraan sholat-sholat sunnat, Mengurus Mayit) melalui program PAI Mulok - Melaksanakan Pembinaan dan pengembangan kemampuan berbahasa Inggris bagi dewan guru melalui program English for Teacher 4. Sejauh mana keterlibatan guru dan karyawan dalam penyusunan visi dan misi? Draft visi dan misi yang dibuat, kemudian dibahas oleh guru dan karyawan. Semua peserta rapat berhak mengungkapkan ide dan gagasannya. Sehingga lahirlah rumusan visi dan misi sekarang ini. 5. Apakah ada manfaat keterlibatan pengelola dalam penyusunan visi dan misi tersebut? Karena visi dan misi ini merupakan cerminan keinginan pribadi para guru, maka para guru dan karyawan terdorong untuk kerja penuh dedikasi dalam mewujudkan visi dan misi tersebut. 6. Pada Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) ini sekolah memiliki otonomi dalam menentukan berbagai kebijakan. Apakah hal ini dirasakan saudara dalam : a) Hubungan Yayasan dan Kepala Sekolah iii

iv

Yayasan membangun hubungan dengan sekolah bukan sebagai atasan dan bawahan, namun lebih mengarah pada hubungan kekeluargaan. Penghargaan yayasan kepada kepala sekolah demikian juga kepada guru sangat besar, sehingga mereka percaya penuh kepada kepala sekolah. Kepercayaan ini kemudian berimbas bagaimana kepala sekolah juga menaruh kepercayaan kepada karyawan dan guru. Semua kepercayaan itu tetap dalam koridor kontrol dan evaluasi. b) Pengangkatan Kepala Sekolah, Guru dan Karyawan Kepala sekolah diangkat sepenuhnya oleh pihak yayasan, dengan mempertimbangkan kualifikasi dan kompetensinya. Guru dan karyawan diangkat dengan seleksi yang ketat. Mereka bukan saja harus bekerja profesional namun juga harus mampu memberikan keteladanan bagi siswa. Dua hal ini yang dijadikan acuan dalam seleksi. Calon diseleksi akademik, kemampuan bahasa inggris, praktik mengajar dna komputer serta psikotes dan wawancara. Yang lulus harus menjalani diklat pegawai baru sekaligus masa percobaan selama satau tahun. Setelah itu terlewati barulah sekolah mengajukan untuk ditetapkan oleh yayasan. c) Perencanaan Program Sekolah Program dirancang dari bawah. Guru berhak menentukan perencanaan pengajarannya, para pimpinan sekolah menetapkan program kerjanya. Rumusan program dianalisa oleh kepala sekolah dan wakilnya. Kemudian ditetapkan berdasarkan skala prioritas dengan melibatkan seluruh guru atau karyawan. d) Penyusunan RAPBS Laporan keuangan dan program kerja dijadikan acuan untuk merancang keuangan yang akan datang. Besaran anggaran tiap mata anggaran diserahkan konsepnya kepada para wakil kepala sekolah. Dianalisa oleh pimpinan sekolah, hasilnya diangkat dalam rapat dinas guru/karyawan untuk disepakati dan disempurnakan. e) Pelaksanaan Program Program dilaksanakan mengacu pada perencanaan, sesuai dengan tugas masing-masing. Para wakil kepala sekolah mengatur pendanaan yang menjadi wilayah kerjanya. Banyaknya program dan besarnya anggaran menjadi salah satu alat ukur efektif atau tidaknya program, efisien atau tidaknya anggaran, dan bagaimana daya serap progran terhadap anggaran. f) Supervisi dan Evaluasi Dilakukan secara terprogram, baik perencanaan, pelaksanaan maupun tindak lanjutnya. Pelaksana supervisi dan evaluasi adalah kepala sekolah, namun tataran praktis kepala sekolah mendelegasikan kepada wakil kepala sekolah dan meminta input dari siswa sebagai pengguna. Kelemahan dan kelebihan hasil supervisi dan evaluasi ditindaklanjuti secara individual dengan guru yang bersangkutan atau digeneralisir dalam rapat dinas atau bahkan ditindaklanjuti dengan program perbaikan lewat workshop atau IHT. 7. MBS akan efektif apabila ada faktor pendukung kesuksesan implementasi. Apakah yang saudara rasakan mengenai faktor : a) Dukungan (Political will) pemerintah Pelaksanaan konsultasi dan koordinasi dengan dinas pendidikan sangat mudah Pembinaan oleh Dinas Pendidikan Kab. Sukabumi dilakukan secara berkala b) Kepemimpinan yang efektif Hubungan Kepala Sekolah yang harmonis dengan Guru dan Karyawan Gaya kepemimpinan yang dilandasi nilai-nilai keagamaan sebagai warga pesantren melahirkan karisma tersendiri bagi kepala sekolah Kepala sekolah sebagai sumber keteladanan yang positif c) Dukungan finansial dari pemerintah dan masyarakat

v

Bantuan BOS dan BOM Bantuan Penyelenggaraaan Kegiatan Pembinaan Guru Bantuan Dana Persiapan dan Perintisan Sekolah Kategori Mandiri Bantuan Alumni Bantuan Orang tua Siswa d) Ketersediaan SDM Tenaga pengajar dan staf kantor/Administrasi berkualifikasi S.1 dan S.2 Tersedianya Tenaga Pengajar yang berkualifikasi baik (78% Guru tersertifikasi) e) Budaya Sekolah Budaya dasar yang berkembang di lingkungan sekolah adalah budaya pesantren Budaya sekolah bernuansa Islami Rasa Hormat dan saling Menghargai sangat kental Proses dialogis guru dengan siswa terjalin dengan sangat baik 8. Apakah ada kendala dalam implementasi MBS di SMA Al-Masthuriyah? Kalau ada, apa saja? a. Penyelenggaraan manajemen yayasan dengan sistem kekeluargaan b. Pengelolaan Sekolah berbasis Kepesantrenan dengan sistem kurikulum terpadu, sedikit banyaknya berdampak pada 1) tersitanya waktu penyelenggaraan proses KBM, 2) kondisi fisik dan psikis peserta didik, 3) kebutuhan tenaga kerja, 4) kebutuhan anggaran yang mengakibatkan biaya pendidikan meningkat c. Pengelolaan keuangan dan pendanaan tersentralisasi pada Yayasan d. Penetapan dan pengangkatan kepala sekolah merupakan wilayah otoritas mutlak yayasan e. Rekruitmen dan pengangkatan guru dan karyawan otoritas yayasan 9. Bagaimana penyelesaian kendala yang dihadapi tersebut? - Penyelenggaraan manajemen yayasan dengan sistem kekeluargaan tetap dipertahankan dengan mengedepankan pertimbangan profesionalisme dan kompetensi - Pembagian waktu yang proporsional dalam menentukan waktu kegiatan sekolah dan kegiatan kepesantrenan - Penyelenggaraan kegiatan pendidikan diupayakan secara bervariasi dan menyenangkan - Pengelolaan sumberdaya secara optimal diupayakan efektif dan efisien - Perencanaan dan pengajuan anggaran dilakukan secara terinci sesuai platform yang telah ditentukan - Pengajuan sistem penetapan dan pengangkatan kepala sekolah dengan mempertimbangkan standar kualifikasi dan kompetensi kelayakan kepala sekolah - Pengajuan kebutuhan guru dan karyawan dengan mempertimbangkan kesesuaian bidang studi/kerja serta standar kualifikasi dan kompetensinya 10. Apakah saudara merasakan implikasi dari pola MBS di SMA Al-Masthuriyah? - Pola pengelolaan sekolah yang berorientasi pada mutu dan didasari dengan visi serta misi yang jelas akan berdampak pada sistem pembinaan, pola asuh, dan sistem pendidikan yang terstruktur dan terencana dengan baik. - Keterlibatan guru dan karyawan sebagai komunitas sekolah dalam berbagai kebijakan sekolah, akan menumbuhkan rasan tanggung hawab dan dedikasi yang baik pada pekerjaannya. Sehingga pelayanan optimal dapat dilakukan kepada pengguna jasa pendidikan baik siswa maupun orang tua. - Pelayanan optimal akan berdampak pada suasana yang kondusif dalam proses belajar mengajar, sehingga menghasilkan output pendidikan yang andal

vi

PEDOMAN WAWANCARA Nama Jabatan Hari / Tanggal

: M. TAUFIQ HIDAYAT, SE., S.Pd. : Wakil Kepala Sekolah Urusan Kurikulum : Senin, 07 Februari 2011

1. Apa Visi dan Misi SMA Al-Masthuriyah? Visi SMA Al-Masthuriyah Membangun Sumber Daya Manusia yang memiliki integritas keilmuan dan kepribadian yang berlandaskan akhlakul karimah» Misi SMA Al-Masthuriyah - Membentuk kepribadian yang dilandasi nilai-nilai moral dan agama. - Memacu aspek intelektualitas yang mengarah pada penguasaan ilmu dan teknologi serta menjunjung tinggi nilai-nilai keilmuan. - Mewujudkan proses pembelajaran yang berkualitas melalui penguasaan teknologi informasi dan komunikasi. - Membentuk tenaga pendidik dan tenaga kependidikan yang memiliki kompetensi dan profesional. - Mewujudkan ketersediaan sarana dan prasarana penunjang proses pembelajaran yang berkualitas berbasis teknologi informasi dan komunikasi. 2. Bagaimana proses penetapan visi dan misi di SMA Al-Masthuriyah? Penetapan visi dan misi SMA Al-Masthuriyah merupakan hasil keputusan bersama para founder dan pendidikan di SMA Al-Masthuriyah. 3. Upaya apa saja yang dilakukan SMA Al-Masthuriyah untuk mencapai visi dan misi tersebut? - Penyusunan Program Kerja Jangka Panjang, jangka menengah dan jangka pendek (tahunan) - Menyelenggarakan pembinaan akhlaq dan nilai-nilai keagamaan - Menginstruksikan agar dilakukan pengintegrasian nilai-nilai agama dan moral - Menyelenggarakan Program Pengayaan - Mengaktifkan program Ekstra kurikuler dalam bidang keilmuan melalui program - Pembekalan Keterampilan keagamaan melalui program PAI Mulok - Melaksanakan Pembinaan dan pengembangan kemampuan berbahasa Inggris 4. Sejauh mana keterlibatan guru dan karyawan dalam penyusunan visi dan misi? Dalam hal ini semua aspirasi diakomodir sehingga dihasilkan kesepakatan berupa visi dan misi yang ditetapkan. 5. Apakah ada manfaat keterlibatan pengelola dalam penyusunan visi dan misi tersebut? Tentu hal ini akan berkaitan dengan pekerjaan profesi sebagai pendidikan yang harus memiliki arah dan tujuan yang ingin dicapai. 6. Pada Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) ini sekolah memiliki otonomi dalam menentukan berbagai kebijakan. Apakah hal ini dirasakan saudara dalam : a) Hubungan Yayasan dan Kepala Sekolah Hubungan yayasan dan kepala sekolah baik. Kepala sekolah mendapat kepercayaan penuh dari yayasan dalam mengelola sekolah. Kepercayaan ini dibangun dengan tetap kepala sekolah berkoordinasi dengan yaysan. Yayasan berharap segala infaq pendirian sekolah dapat bertahan lama sehingga segala bentuk kelebihan dijadikan investasi pengembangan. b) Pengangkatan Kepala Sekolah, Guru dan Karyawan Kepala sekolah diangkat langsung oleh yayasan. Kalau guru dan karyawan direkrut dengan seleksi ketat. Diseleksi secara akademik, praktik mengajar dan keterampilan komputer. Yang lolos kemudian melakukan psikotes dan wawancara. Calon guru/karyawan dinyatakan

vii

diterima menjalani masa diklat dan masa uji coba selama 1 tahun dengan evaluasi setiap bulan. Bila dipandang layak baru diajukan sebagai pegawai tetap oleh sekolah kepada yayasan. c) Perencanaan Program Sekolah Setiap pegawai baik guru dan karyawan, berhak menentukan perencanaannya. Guru didorong untuk berkreasi dan berinovasi pada pengajarannya. Demikian juga dengan staf pimpinan merencanakan berbagai program kegiatan sebagai pelaksanaan tugasnya. Berbagai rencana diajukab kepada kepala sekolah dan dibicarakan dalam rapat pimpinan kemudian diajukan dalam rapat dinas untuk dikoordinasikan dengan kegiatan lainnya. Skala prioritas menjadi acuan untuk disetujui atau tidaknya program. d) Penyusunan RAPBS Perencanaan yang sudah disetujui dalam rapat, dialokasikan anggarannya. Hal hal yang bersifat insidental dan baru dijajaki terlebih dahulu kemungkinan anggarannya. Dari anggaran belanja tersebut dapat dihitung berapa pengeluaran untuk tahun yang akan datang, sehingga kita dapat menentukan besaran dana untuk siswa baru. e) Pelaksanaan Program Dikerjakan berdasarkan asas kebersamaan dan keterlibatab semua. Walupun menjadi penanggung jawab biasanya wakil kepala sekolah, namun pelaksanaannya menyandingkan orang lain untuk membatu sekaligus proses kaderisasi. f) Supervisi dan Evaluasi Diprogram dengan jadwal dan tindak lanjut yang jelas. Dilakukan oleh kepala sekolah, antar guru dan persepsi siswa. Hasilnya ditindaklanjuti oleh kepala sekolah untuk pembinaan secara individual atau diangkat dalam forum rapat tanpa harus menyudutkan. 7. MBS akan efektif apabila ada faktor pendukung kesuksesan implementasi. Apakah yang saudara rasakan mengenai faktor : a) Dukungan (Political will) pemerintah Pembinaan oleh Dinas Pendidikan Kab. Sukabumi dilakukan secara berkala b) Kepemimpinan yang efektif Kemampuan melakukan komunikasi atas dasar kekeluargaan sebagai pengikat dan motivasi guru dalam bekerja Fleksibilitas dalam ketaatan pada pencapaian program kerja menjadi daya dorong bagi guru dan karyawan dalam melakukan kegiatan/pelaksanaan program c) Dukungan finansial dari pemerintah dan masyarakat Bantuan BOS dan BOM Bantuan Penyelenggaraaan Kegiatan Pembinaan Guru Bantuan Dana Persiapan dan Perintisan Sekolah Kategori Mandiri Bantuan Alumni Bantuan Orang tua Siswa d) Ketersediaan SDM Tenaga pengajar dan staf kantor/Administrasi berkualifikasi S.1 dan S.2 Tersedianya Tenaga Pengajar yang berkualifikasi baik (78% Guru tersertifikasi) e) Budaya Sekolah Budaya dasar yang berkembang di lingkungan sekolah adalah budaya pesantren Budaya sekolah bernuansa Islami 8. Apakah ada kendala dalam implementasi MBS di SMA Al-Masthuriyah? Kalau ada, apa saja? a. Penyelenggaraan manajemen yayasan dengan sistem kekeluargaan

viii

b. Pengelolaan keuangan dan pendanaan tersentralisasi pada Yayasan 9. Bagaimana penyelesaian kendala yang dihadapi tersebut? - Penyelenggaraan manajemen yayasan dengan sistem kekeluargaan tetap dipertahankan dengan mengedepankan pertimbangan profesionalisme dan kompetensi - Pembagian waktu yang proporsional dalam menentukan waktu kegiatan sekolah dan kegiatan kepesantrenan - Pengajuan kebutuhan guru dan karyawan dengan mempertimbangkan kesesuaian bidang studi/kerja serta standar kualifikasi dan kompetensinya 10. Apakah saudara merasakan implikasi dari pola MBS di SMA Al-Masthuriyah? - Pola pengelolaan sekolah yang berorientasi pada mutu dan didasari dengan visi serta misi yang jelas akan berdampak pada sistem pembinaan, pola asuh, dan sistem pendidikan yang terstruktur dan terencana dengan baik. - Pelayanan optimal akan berdampak pada suasana yang kondusif dalam proses belajar mengajar, sehingga menghasilkan output pendidikan yang andal

ix

PEDOMAN WAWANCARA Nama Jabatan Hari / Tanggal

: M. NASIR, M.Ag : Wakil Kepala Sekolah Urusan Kesiswaan : Selasa, 08 Februari 2011

1. Apa Visi dan Misi SMA Al-Masthuriyah? Visi SMA Al-Masthuriyah Membangun Sumber Daya Manusia yang memiliki integritas keilmuan dan kepribadian yang berlandaskan akhlakul karimah» Misi SMA Al-Masthuriyah - Membentuk kepribadian yang dilandasi nilai-nilai moral dan agama. - Memacu aspek intelektualitas yang mengarah pada penguasaan ilmu dan teknologi serta menjunjung tinggi nilai-nilai keilmuan. - Mewujudkan proses pembelajaran yang berkualitas melalui penguasaan teknologi informasi dan komunikasi. - Membentuk tenaga pendidik dan tenaga kependidikan yang memiliki kompetensi dan profesional. - Mewujudkan ketersediaan sarana dan prasarana penunjang proses pembelajaran yang berkualitas berbasis teknologi informasi dan komunikasi. 2. Bagaimana proses penetapan visi dan misi di SMA Al-Masthuriyah? Berangkat dari nilai-nilai Al-Qur’an dan hadits. Visi dan misi harus selaras dan tidak bersebrangan. Yayasan yang memiliki ide, pengelola mendeskripsikan ide tersebut dalam bentuk visi dan misi. 3. Upaya apa saja yang dilakukan SMA Al-Masthuriyah untuk mencapai visi dan misi tersebut? - Menginstruksikan agar dilakukan pengintegrasian nilai-nilai agama dan moral (budi pekerti) dalam setiap pembelajaran - Menyelenggarakan pembinaan akhlaq dan nilai-nilai keagamaan melalui program terjadwal (sebagai kegiatan awal pembelajaran) - Penyusunan Rencana Strategi sekolah dalam bentuk Program Kerja Jangka Panjang, jangka menengah dan jangka pendek (tahunan) - Menyelenggarakan Bimbingan Belajar - Melaksanakan Pembinaan dan pengembangan kemampuan berbahasa Inggris bagi dewan guru melalui program English for Teacher - Mengaktifkan program Ekstra kurikuler dalam bidang keilmuan melalui program KISS (Kelompok Ilmiah Siswa SMA), SEC (SMA English Club) dan DECSMAL (Debat English Club SMA Al-Masthuriyah) - Pembekalan Keterampilan keagamaan (Baca Al-Qur’an, Penyelenggaraan sholat-sholat sunnat, Mengurus Mayit) melalui program PAI Mulok 4. Sejauh mana keterlibatan guru dan karyawan dalam penyusunan visi dan misi? Ini dilakukan dengan menampung aspirasi baik guru maupun karyawan sehingga dihasilkan kesepakatan dan kesimpulan berupa visi dan misi yang sekarang. 5. Apakah ada manfaat keterlibatan pengelola dalam penyusunan visi dan misi tersebut? Semua merasa dihargai dan berusaha bekerja sesuai dengan kemampuan dan tugasnya masingmasing. 6. Pada Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) ini sekolah memiliki otonomi dalam menentukan berbagai kebijakan. Apakah hal ini dirasakan saudara dalam : a) Hubungan Yayasan dan Kepala Sekolah Yayasan menunjuk tim untuk memonitor pengelolaan sekolah oleh sekolah. Tim tersebut sendiri memberikan otonomi penuh kepada sekolah mulai dari perencanaan, pengalokasian

x

bahkan sampai tingkat pelaksanaanya. Tim ini sifatnya mengevaluasi keselerasan perencanaan yang diajukan sekolah dengan pelaksanaannya. b) Pengangkatan Kepala Sekolah, Guru dan Karyawan Semua guru memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi kepala sekolah. Yayasan menguji kelayakan, hasilnya diangkat oleh yayasan. Guru direkrut dengan sistem khusus dan ketat. Tes akademik, psikotes, wawancara dan tes praktik harus dilewati. Mereka yang lulus harus mengikuti masa diklat pegawai baru. Selama setahun mereka dinilai setiap bulan, dan kemudian diajukan sebagai pegawau tetap ke yayasan. c) Perencanaan Program Sekolah Semua mendapat porsi yang sama dalam mengembangkan ide dan kreasi. Perencanaan apapun dihargai sebagai bentuk kreatifitas. Diurutkan dan dibuat skala prioritas yang mungkin dilaksanakan, kemudian bila menyangkut kegiatan insidental dengan alokasi besar, harus masuk dalam rencana operasional sekolah, namun bila kegiatan tersebut merupakan penjabaran kegiatan rutin, tidak perlu diajukan secara khusus. d) Penyusunan RAPBS Disusun setahun sekali, didasarkan pada rencana yang telah disusun dan dialokasikan oleh para pimpinan sekolah, alokasi per mata anggaran dibicarakan dalam rapat pimpinan dengan yayasan dan diinformasikan ke semua stake holder e) Pelaksanaan Program Dikerjakan berdasarkan asas kebersamaan. Menjadi penanggung jawab biasanya pimpinan sekolah namun pelaksanaannya melibatkan guru sebagai proses pengkaderan. f) Supervisi dan Evaluasi Dilakukan dengan program terjadwal, hasilnya kemudian ditindaklanjuti dalam workshop, namun supervisi yang lebih efektif dilakukan dalam suasana informal namun kena pada sasarannya. 7. MBS akan efektif apabila ada faktor pendukung kesuksesan implementasi. Apakah yang saudara rasakan mengenai faktor : a) Dukungan (Political will) pemerintah Pelaksanaan konsultasi dan koordinasi dengan dinas pendidikan sangat mudah b) Kepemimpinan yang efektif Hubungan Kepala Sekolah yang harmonis dengan Guru dan Karyawan Kepala sekolah sebagai sumber keteladanan yang positif Kemampuan melakukan komunikasi atas dasar kekeluargaan sebagai pengikat dan motivasi guru dalam bekerja c) Dukungan finansial dari pemerintah dan masyarakat Bantuan BOS dan BOM Bantuan Penyelenggaraaan Kegiatan Pembinaan Guru Bantuan Dana Persiapan dan Perintisan Sekolah Kategori Mandiri Bantuan Alumni Bantuan Orang tua Siswa d) Ketersediaan SDM Tenaga pengajar dan staf kantor/Administrasi berkualifikasi S.1 dan S.2 Tersedianya Tenaga Pengajar yang berkualifikasi baik (78% Guru tersertifikasi) e) Budaya Sekolah Rasa Hormat dan saling Menghargai sangat kental Proses dialogis guru dengan siswa terjalin dengan sangat baik

xi

8. Apakah ada kendala dalam implementasi MBS di SMA Al-Masthuriyah? Kalau ada, apa saja? a. Pengelolaan Sekolah berbasis Kepesantrenan dengan sistem kurikulum terpadu, sedikit banyaknya berdampak pada 1) tersitanya waktu penyelenggaraan proses KBM, 2) kondisi fisik dan psikis peserta didik, 3) kebutuhan tenaga kerja, 4) kebutuhan anggaran yang mengakibatkan biaya pendidikan meningkat b. Pengelolaan keuangan dan pendanaan tersentralisasi pada Yayasan c. Penetapan dan pengangkatan kepala sekolah merupakan wilayah otoritas mutlak yayasan 9. Bagaimana penyelesaian kendala yang dihadapi tersebut? - Pengelolaan sumberdaya secara optimal diupayakan efektif dan efisien - Perencanaan dan pengajuan anggaran dilakukan secara terinci sesuai platform yang telah ditentukan - Pengajuan sistem penetapan dan pengangkatan kepala sekolah dengan mempertimbangkan standar kualifikasi dan kompetensi kelayakan kepala sekolah - Pengajuan kebutuhan guru dan karyawan dengan mempertimbangkan kesesuaian bidang studi/kerja serta standar kualifikasi dan kompetensinya 10. Apakah saudara merasakan implikasi dari pola MBS di SMA Al-Masthuriyah? - Keterlibatan guru dan karyawan sebagai komunitas sekolah dalam berbagai kebijakan sekolah, akan menumbuhkan rasan tanggung hawab dan dedikasi yang baik pada pekerjaannya. Sehingga pelayanan optimal dapat dilakukan kepada pengguna jasa pendidikan baik siswa maupun orang tua. - Pelayanan optimal akan berdampak pada suasana yang kondusif dalam proses belajar mengajar, sehingga menghasilkan output pendidikan yang andal

xii

PEDOMAN WAWANCARA Nama Jabatan Hari / Tanggal

: Drs. U. RAMDHAN : Wakil Kepala Sekolah Urusan Sarana Prasarana : Selasa, 08 Februari 2011

1. Apa Visi dan Misi SMA Al-Masthuriyah? Visi SMA Al-Masthuriyah Membangun Sumber Daya Manusia yang memiliki integritas keilmuan dan kepribadian yang berlandaskan akhlakul karimah» Misi SMA Al-Masthuriyah - Membentuk kepribadian yang dilandasi nilai-nilai moral dan agama. - Memacu aspek intelektualitas yang mengarah pada penguasaan ilmu dan teknologi serta menjunjung tinggi nilai-nilai keilmuan. - Mewujudkan proses pembelajaran yang berkualitas melalui penguasaan teknologi informasi dan komunikasi. - Membentuk tenaga pendidik dan tenaga kependidikan yang memiliki kompetensi dan profesional. - Mewujudkan ketersediaan sarana dan prasarana penunjang proses pembelajaran yang berkualitas berbasis teknologi informasi dan komunikasi. 2. Bagaimana proses penetapan visi dan misi di SMA Al-Masthuriyah? Ditetapkan dalam forum rapat kerja guru yang dihadiri oleh seluruh guru, dimana semua guru memiliki kesempatan yang sama dalam mengelaborasikan pemikiran dan idealisme untuk merumuskan visi dan misi sekolah. 3. Upaya apa saja yang dilakukan SMA Al-Masthuriyah untuk mencapai visi dan misi tersebut? Penyusunan program rencana strategis sekolah yang mencakup semua rencana kegiatan sekolah 4. Sejauh mana keterlibatan guru dan karyawan dalam penyusunan visi dan misi? Ya, semua guru dan karyawan terlibat 5. Apakah ada manfaat keterlibatan pengelola dalam penyusunan visi dan misi tersebut? Semua guru dan karyawan bertanggungjawab baik secara moral dan profesional terhadap implementasi visi dan misi. 6. Pada Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) ini sekolah memiliki otonomi dalam menentukan berbagai kebijakan. Apakah hal ini dirasakan saudara dalam : a) Hubungan Yayasan dan Kepala Sekolah Hubungan yayasan dan kepala sekolah dibangun dengan kesetaraan. Yayasan memberikan kepercayaan penuh kepada kepala sekolah b) Pengangkatan Kepala Sekolah, Guru dan Karyawan Menjadi otoritas yayasan dalam pengangkatan kepala sekolah, sedangkan guru dan karyawan diangkat melalui seleksi yang objektif. Dimulai tes dokumen, lalu pelamar dipanggil untuk mengikuti tes akademik, lalu tes praktik mengajar dan komputer dan menjalani psikotes. Tes diakhiri dengan wawancara tentang wawasan dan minatnya. c) Perencanaan Program Sekolah Perencanaan disusun bersama, terutama oleh pimpinan sekolah. Guru dan karyawan lain dilibatkan dalam memberikan masukan. d) Penyusunan RAPBS Perencanaan yang disetujui diprediksi berapa anggaran yang diperlukan

xiii

e) Pelaksanaan Program Pimpinan sekolah mendapat porsi yang lebih besar dalam menggulirkan program. Guru dengan perencanaan mengajarnya mendapat wewenang untuk melaksanakannya. Perencanaan ini menjadi tolok ukur pelaksanaan kegiatan. f) Supervisi dan Evaluasi Dengan program yang jelas. Dilaksanakan oleh kepala sekolah atau wakil kepala sekolah yang ditunjuk. Hasil supervisi dijadikan bahan untuk membina guru dan karyawan. Evaluasi juga dilakukan sejauhmana program dilaksanakan. 7. MBS akan efektif apabila ada faktor pendukung kesuksesan implementasi. Apakah yang saudara rasakan mengenai faktor : a) Dukungan (Political will) pemerintah Pelaksanaan konsultasi dan koordinasi dengan dinas pendidikan sangat mudah Pembinaan oleh Dinas Pendidikan Kab. Sukabumi dilakukan secara berkala b) Kepemimpinan yang efektif Kepala sekolah sebagai sumber keteladanan yang positif Kemampuan melakukan komunikasi atas dasar kekeluargaan sebagai pengikat dan motivasi guru dalam bekerja Fleksibilitas dalam ketaatan pada pencapaian program kerja menjadi daya dorong bagi guru dan karyawan dalam melakukan kegiatan/pelaksanaan program c) Dukungan finansial dari pemerintah dan masyarakat Bantuan BOS dan BOM Bantuan Penyelenggaraaan Kegiatan Pembinaan Guru Bantuan Dana Persiapan dan Perintisan Sekolah Kategori Mandiri Bantuan Alumni Bantuan Orang tua Siswa d) Ketersediaan SDM Tenaga pengajar dan staf kantor/Administrasi berkualifikasi S.1 dan S.2 Tersedianya Tenaga Pengajar yang berkualifikasi baik (78% Guru tersertifikasi) e) Budaya Sekolah Budaya sekolah bernuansa Islami Rasa Hormat dan saling Menghargai sangat kental 8. Apakah ada kendala dalam implementasi MBS di SMA Al-Masthuriyah? Kalau ada, apa saja? a. Penyelenggaraan manajemen yayasan dengan sistem kekeluargaan b. Rekruitmen dan pengangkatan guru dan karyawan otoritas yayasan 9. Bagaimana penyelesaian kendala yang dihadapi tersebut? - Penyelenggaraan manajemen yayasan dengan sistem kekeluargaan tetap dipertahankan dengan mengedepankan pertimbangan profesionalisme dan kompetensi - Pembagian waktu yang proporsional dalam menentukan waktu kegiatan sekolah dan kegiatan kepesantrenan - Penyelenggaraan kegiatan pendidikan diupayakan secara bervariasi dan menyenangkan 10. Apakah saudara merasakan implikasi dari pola MBS di SMA Al-Masthuriyah? - Pola pengelolaan sekolah yang berorientasi pada mutu dan didasari dengan visi serta misi yang jelas akan berdampak pada sistem pembinaan, pola asuh, dan sistem pendidikan yang terstruktur dan terencana dengan baik.

xiv

-

Keterlibatan guru dan karyawan sebagai komunitas sekolah dalam berbagai kebijakan sekolah, akan menumbuhkan rasan tanggung hawab dan dedikasi yang baik pada pekerjaannya. Sehingga pelayanan optimal dapat dilakukan kepada pengguna jasa pendidikan baik siswa maupun orang tua.

PEDOMAN WAWANCARA Nama Jabatan Hari / Tanggal

: YUS THOBARI, S.Ag : Wakil Kepala Sekolah Urusan Humasy : Senin, 07 Februari 2011

1. Apa Visi dan Misi SMA Al-Masthuriyah? Visi SMA Al-Masthuriyah Membangun Sumber Daya Manusia yang memiliki integritas keilmuan dan kepribadian yang berlandaskan akhlakul karimah» Misi SMA Al-Masthuriyah - Membentuk kepribadian yang dilandasi nilai-nilai moral dan agama. - Memacu aspek intelektualitas yang mengarah pada penguasaan ilmu dan teknologi serta menjunjung tinggi nilai-nilai keilmuan. - Mewujudkan proses pembelajaran yang berkualitas melalui penguasaan teknologi informasi dan komunikasi. - Membentuk tenaga pendidik dan tenaga kependidikan yang memiliki kompetensi dan profesional. - Mewujudkan ketersediaan sarana dan prasarana penunjang proses pembelajaran yang berkualitas berbasis teknologi informasi dan komunikasi. 2. Bagaimana proses penetapan visi dan misi di SMA Al-Masthuriyah? Penetapan ini menjalani perjalanan yang cukup panjang, setiap guru diberikan ruang untuk memikirkannya, yang pada akhirnya didiskusikan dan disepakati dalam program workshop. 3. Upaya apa saja yang dilakukan SMA Al-Masthuriyah untuk mencapai visi dan misi tersebut? Banyak sekali upaya yang dilakukan oleh sekolah, semua tertuang dalam rencana induk pengembangan sekolah. 4. Sejauh mana keterlibatan guru dan karyawan dalam penyusunan visi dan misi? Semuanya terlibat dengan penuh 5. Apakah ada manfaat keterlibatan pengelola dalam penyusunan visi dan misi tersebut? Pengelola menjadi punya tanggung jawab besar untuk bisa merealisasikan visi dan misi tersebut. 6. Pada Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) ini sekolah memiliki otonomi dalam menentukan berbagai kebijakan. Apakah hal ini dirasakan saudara dalam : a) Hubungan Yayasan dan Kepala Sekolah Yayasan menempatkan kepala sekolah dalam hubungan yang demokratis. Hubungannya saling melengkapi. Semua berangkat dari rasa saling percaya. b) Pengangkatan Kepala Sekolah, Guru dan Karyawan Kepala sekolah diangkat oleh yayasan. Guru dan karyawan diseleksi dengan ketat, dna dibina dalam masa uji coba. c) Perencanaan Program Sekolah

xv

Perencanaan disusun oleh kepala sekolah, didiskusikan dalam rapat pimpinan. Dilengkapi dengan saran dan masukan dari guru dan karyawan. Semua program diketahui oleh guru dan karyawan. Sehingga semua dapat mengevaluasi efektifitasnya. d) Penyusunan RAPBS Disusun oleh pimpinan sekolah. Bersifat transparan dan boleh diketahui oleh guru dan karyawan. e) Pelaksanaan Program Guru dan karyawan melaksanakan tugas sesuai ruang lingkup kerjanya. Pimpinan sekolah melaksanakan tugasnya seperti perencanaannya. Kreatifitas dan inovasi dari suatu program tetap dihargai. f) Supervisi dan Evaluasi Dilakukan dengan kunjungan ke kelas, dialog dan pembinaan oleh kepala sekolah. 7. MBS akan efektif apabila ada faktor pendukung kesuksesan implementasi. Apakah yang saudara rasakan mengenai faktor : a) Dukungan (Political will) pemerintah Pelaksanaan konsultasi dan koordinasi dengan dinas pendidikan sangat mudah Pembinaan oleh Dinas Pendidikan Kab. Sukabumi dilakukan secara berkala b) Kepemimpinan yang efektif Fleksibilitas dalam ketaatan pada pencapaian program kerja menjadi daya dorong bagi guru dan karyawan dalam melakukan kegiatan/pelaksanaan program c) Dukungan finansial dari pemerintah dan masyarakat Bantuan BOS dan BOM Bantuan Penyelenggaraaan Kegiatan Pembinaan Guru Bantuan Dana Persiapan dan Perintisan Sekolah Kategori Mandiri Bantuan Alumni Bantuan Orang tua Siswa d) Ketersediaan SDM Tenaga pengajar dan staf kantor/Administrasi berkualifikasi S.1 dan S.2 Tersedianya Tenaga Pengajar yang berkualifikasi baik (78% Guru tersertifikasi) e) Budaya Sekolah Budaya dasar yang berkembang di lingkungan sekolah adalah budaya pesantren Budaya sekolah bernuansa Islami Rasa Hormat dan saling Menghargai sangat kental Proses dialogis guru dengan siswa terjalin dengan sangat baik 8. Apakah ada kendala dalam implementasi MBS di SMA Al-Masthuriyah? Kalau ada, apa saja? a) tersitanya waktu penyelenggaraan proses KBM, b) kondisi fisik dan psikis peserta didik, c) kebutuhan tenaga kerja, d) kebutuhan anggaran yang mengakibatkan biaya pendidikan meningkat 9. Bagaimana penyelesaian kendala yang dihadapi tersebut? - Pengajuan sistem penetapan dan pengangkatan kepala sekolah dengan mempertimbangkan standar kualifikasi dan kompetensi kelayakan kepala sekolah - Pengajuan kebutuhan guru dan karyawan dengan mempertimbangkan kesesuaian bidang studi/kerja serta standar kualifikasi dan kompetensinya

xvi

10. Apakah saudara merasakan implikasi dari pola MBS di SMA Al-Masthuriyah? - Keterlibatan guru dan karyawan sebagai komunitas sekolah dalam berbagai kebijakan sekolah, akan menumbuhkan rasan tanggung hawab dan dedikasi yang baik pada pekerjaannya. Sehingga pelayanan optimal dapat dilakukan kepada pengguna jasa pendidikan baik siswa maupun orang tua.

xvii

PEDOMAN WAWANCARA Nama Jabatan Hari / Tanggal

: DADIH ADHIYAR, S.Ag : Sekretaris Yayasan : Senin, 07 Februari 2011

1. Apa Visi dan Misi SMA Al-Masthuriyah? Visi SMA Al-Masthuriyah Membangun Sumber Daya Manusia yang memiliki integritas keilmuan dan kepribadian yang berlandaskan akhlakul karimah» Misi SMA Al-Masthuriyah - Membentuk kepribadian yang dilandasi nilai-nilai moral dan agama. - Memacu aspek intelektualitas yang mengarah pada penguasaan ilmu dan teknologi serta menjunjung tinggi nilai-nilai keilmuan. - Mewujudkan proses pembelajaran yang berkualitas melalui penguasaan teknologi informasi dan komunikasi. - Membentuk tenaga pendidik dan tenaga kependidikan yang memiliki kompetensi dan profesional. - Mewujudkan ketersediaan sarana dan prasarana penunjang proses pembelajaran yang berkualitas berbasis teknologi informasi dan komunikasi. 2. Bagaimana proses penetapan visi dan misi di SMA Al-Masthuriyah? Yayasan terlibat langsung dalam perumusan draft dan penetapan Visi Misi dan Tujuan Sekolah bahkan dalam penetapannya selain pimpinan sekolah juga melibatkan Komite Sekolah dan Guru 3. Upaya apa saja yang dilakukan SMA Al-Masthuriyah untuk mencapai visi dan misi tersebut? Semua pihak berupaya mewujudkan visi dan misi yang sudah ditetapkan. Untuk detailnya semuanya ada dalam rencana kerja sekolah. 4. Sejauh mana keterlibatan guru dan karyawan dalam penyusunan visi dan misi? Semua guru bahkan karyawan terlibat dalam proses penyusunannya. 5. Apakah ada manfaat keterlibatan pengelola dalam penyusunan visi dan misi tersebut? Memberikan kesadaran kepada guru mengenai arah pendidikan yang ditetapkan lembaga. 6. Pada Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) ini sekolah memiliki otonomi dalam menentukan berbagai kebijakan. Apakah hal ini dirasakan saudara dalam : a) Hubungan Yayasan dan Kepala Sekolah Hubungannya baik, dan penuh penghargaan. Yayasan menempatkan kepala sekolah dan guru pada posisi yang baik. Yayasan memberikan kepercayaan penuh kepada kepala sekolah. b) Pengangkatan Kepala Sekolah, Guru dan Karyawan Kepala sekolah yang memilih dan menetapkan adalah yayasan. Sementara kalau guru dan karyawan dilakukan lewat tes yang ketat dan objektif. Administrasi, akademik, dan kemampuan mengajar serta penguasaan komputer dan psikotes menjadi alat ukur. Tes diakhiri dengan wawancara baik mengenai wawasan keagamaan, wawasan kependidikan dan minat. c) Perencanaan Program Sekolah Kebebasan berinovasi diberikan sekolah kepada guru dan karyawan, sebatas itu ada perencanaannya dan sesuai dengan tugas dan fungsi. Rencana operasional tiap tahun dibahas dan disosialisasikan dalam rapat. d) Penyusunan RAPBS Disusun oleh pimpinan. Disosialisasikan dalam rapat guru.

xviii

e) Pelaksanaan Program Sesuai perencanaan, kalau ada perubahan dan masih dianggap wajar, tidak keluar dari esensinya dibicarakan lagi di tingkat pimpinan. f) Supervisi dan Evaluasi Dilakukan oleh kepala sekolah dan dijadikan sebagai bahan pembinaan dan penilaian pegawai. 7. MBS akan efektif apabila ada faktor pendukung kesuksesan implementasi. Apakah yang saudara rasakan mengenai faktor : a) Dukungan (Political will) pemerintah Pelaksanaan konsultasi dan koordinasi dengan dinas pendidikan sangat mudah Pembinaan oleh Dinas Pendidikan Kab. Sukabumi dilakukan secara berkala b) Kepemimpinan yang efektif Kemampuan melakukan komunikasi atas dasar kekeluargaan sebagai pengikat dan motivasi guru dalam bekerja Fleksibilitas dalam ketaatan pada pencapaian program kerja menjadi daya dorong bagi guru dan karyawan dalam melakukan kegiatan/pelaksanaan program Hubungan Kepala Sekolah yang harmonis dengan Guru dan Karyawan Gaya kepemimpinan yang dilandasi nilai-nilai keagamaan sebagai warga pesantren melahirkan karisma tersendiri bagi kepala sekolah Kepala sekolah sebagai sumber keteladanan yang positif c) Dukungan finansial dari pemerintah dan masyarakat Bantuan BOS dan BOM Bantuan Penyelenggaraaan Kegiatan Pembinaan Guru Bantuan Dana Persiapan dan Perintisan Sekolah Kategori Mandiri Bantuan Alumni Bantuan Orang tua Siswa d) Ketersediaan SDM Tenaga pengajar dan staf kantor/Administrasi berkualifikasi S.1 dan S.2 Tersedianya Tenaga Pengajar yang berkualifikasi baik (78% Guru tersertifikasi) e) Budaya Sekolah Budaya dasar yang berkembang di lingkungan sekolah adalah budaya pesantren Proses dialogis guru dengan siswa terjalin dengan sangat baik 8. Apakah ada kendala dalam implementasi MBS di SMA Al-Masthuriyah? Kalau ada, apa saja? a. Penyelenggaraan manajemen yayasan dengan sistem kekeluargaan b. Pengelolaan Sekolah berbasis Kepesantrenan dengan sistem kurikulum terpadu, sedikit banyaknya berdampak pada 1) tersitanya waktu penyelenggaraan proses KBM, 2) kondisi fisik dan psikis peserta didik, 3) kebutuhan tenaga kerja, 4) kebutuhan anggaran yang mengakibatkan biaya pendidikan meningkat c. Pengelolaan keuangan dan pendanaan tersentralisasi pada Yayasan d. Penetapan dan pengangkatan kepala sekolah merupakan wilayah otoritas mutlak yayasan e. Rekruitmen dan pengangkatan guru dan karyawan otoritas yayasan 9. Bagaimana penyelesaian kendala yang dihadapi tersebut? - Penyelenggaraan manajemen yayasan dengan sistem kekeluargaan tetap dipertahankan dengan mengedepankan pertimbangan profesionalisme dan kompetensi

xix

-

Pembagian waktu yang proporsional dalam menentukan waktu kegiatan sekolah dan kegiatan kepesantrenan Penyelenggaraan kegiatan pendidikan diupayakan secara bervariasi dan menyenangkan Pengelolaan sumberdaya secara optimal diupayakan efektif dan efisien Perencanaan dan pengajuan anggaran dilakukan secara terinci sesuai platform yang telah ditentukan Pengajuan sistem penetapan dan pengangkatan kepala sekolah dengan mempertimbangkan standar kualifikasi dan kompetensi kelayakan kepala sekolah Pengajuan kebutuhan guru dan karyawan dengan mempertimbangkan kesesuaian bidang studi/kerja serta standar kualifikasi dan kompetensinya

10. Apakah saudara merasakan implikasi dari pola MBS di SMA Al-Masthuriyah? - Pola pengelolaan sekolah yang berorientasi pada mutu dan didasari dengan visi serta misi yang jelas akan berdampak pada sistem pembinaan, pola asuh, dan sistem pendidikan yang terstruktur dan terencana dengan baik. - Keterlibatan guru dan karyawan sebagai komunitas sekolah dalam berbagai kebijakan sekolah, akan menumbuhkan rasan tanggung hawab dan dedikasi yang baik pada pekerjaannya. Sehingga pelayanan optimal dapat dilakukan kepada pengguna jasa pendidikan baik siswa maupun orang tua. - Pelayanan optimal akan berdampak pada suasana yang kondusif dalam proses belajar mengajar, sehingga menghasilkan output pendidikan yang andal

xx

PEDOMAN WAWANCARA Nama Jabatan Hari / Tanggal

: MUMU MUDZAKKIR, S.Ag : Ketua Komite Sekolah : Selasa, 08 Februari 2011

1. Apa Visi dan Misi SMA Al-Masthuriyah? Visi SMA Al-Masthuriyah Membangun Sumber Daya Manusia yang memiliki integritas keilmuan dan kepribadian yang berlandaskan akhlakul karimah» Misi SMA Al-Masthuriyah - Membentuk kepribadian yang dilandasi nilai-nilai moral dan agama. - Memacu aspek intelektualitas yang mengarah pada penguasaan ilmu dan teknologi serta menjunjung tinggi nilai-nilai keilmuan. - Mewujudkan proses pembelajaran yang berkualitas melalui penguasaan teknologi informasi dan komunikasi. - Membentuk tenaga pendidik dan tenaga kependidikan yang memiliki kompetensi dan profesional. - Mewujudkan ketersediaan sarana dan prasarana penunjang proses pembelajaran yang berkualitas berbasis teknologi informasi dan komunikasi. 2. Bagaimana proses penetapan visi dan misi di SMA Al-Masthuriyah? Ketua komite sekolah terlibat sejak proses perumusan draft Visi Misi dan Tujuan. Sedangkan penetapan Visi Misi dan Tujuan Sekolah melibatkan pimpinan sekolah Yayasan dan Guru dan seluruh pengurus dan anggota komite sekolah. Orang tua siswa tidak dilibatkan langsung dengan pertimbangan bahwa sebahagian besar siswa adalah santri yang berasal dari dalam dan luar daerah kabupaten Sukabumi dengan jarak domisili yang cukup jauh dari sekolah 3. Upaya apa saja yang dilakukan SMA Al-Masthuriyah untuk mencapai visi dan misi tersebut? Dengan melibatkan semua pihak dan stake holder di SMA Al-Masthuriyah semua bekerja sama untuk menjalankan program yang sudah ditetapkan untuk mewujudkannya secara efektif dan efisien. 4. Sejauh mana keterlibatan guru dan karyawan dalam penyusunan visi dan misi? Ya, semua guru dan karyawan terlibat memberikan kontribusi berupa masukan, saran, ide, dan perbaikan. Kemudian dirumuskan dan disepakati dan direalisasikan. 5. Apakah ada manfaat keterlibatan pengelola dalam penyusunan visi dan misi tersebut? Ada, dengan demikian segenap pengelola merasa bertanggungjawab atas kelancaran dan kemajuan sekolah. Di samping itu timbul rasa memiliki yang berdampak pada loyalitas dan dedikasi. 6. Pada Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) ini sekolah memiliki otonomi dalam menentukan berbagai kebijakan. Apakah hal ini dirasakan saudara dalam : a) Hubungan Yayasan dan Kepala Sekolah Yayasan memberikan kepercayaan penuh kepada kepala sekolah untuk merencanakan dan mengelola program sekolah. b) Pengangkatan Kepala Sekolah, Guru dan Karyawan Menjadi otoritas yayasan, tapi tetap dengan mempertimbangkan kompetensinya. Sementara guru, dilakukan tes secara administrasi, akademik, kompetensi, dan psikotes. c) Perencanaan Program Sekolah Kebebasan berinovasi diberikan sekolah kepada guru dan karyawan, sebatas itu ada perencanaannya dan sesuai dengan tugas dan fungsi. Rencana operasional tiap tahun dibahas dan disosialisasikan dalam rapat.

xxi

d) Penyusunan RAPBS Disusun oleh pimpinan. Disosialisasikan dalam rapat guru. e) Pelaksanaan Program Sesuai perencanaan, kalau ada perubahan dan masih dianggap wajar, tidak keluar dari esensinya dibicarakan lagi di tingkat pimpinan. f) Supervisi dan Evaluasi Dilakukan oleh kepala sekolah dan dijadikan sebagai bahan pembinaan dan penilaian pegawai. 7. MBS akan efektif apabila ada faktor pendukung kesuksesan implementasi. Apakah yang saudara rasakan mengenai faktor : a) Dukungan (Political will) pemerintah Pelaksanaan konsultasi dan koordinasi dengan dinas pendidikan sangat mudah b) Kepemimpinan yang efektif Gaya kepemimpinan yang dilandasi nilai-nilai keagamaan sebagai warga pesantren melahirkan karisma tersendiri bagi kepala sekolah Kepala sekolah sebagai sumber keteladanan yang positif Hubungan Kepala Sekolah yang harmonis dengan Guru dan Karyawan Kemampuan melakukan komunikasi atas dasar kekeluargaan sebagai pengikat dan motivasi guru dalam bekerja c) Dukungan finansial dari pemerintah dan masyarakat Bantuan BOS dan BOM Bantuan Penyelenggaraaan Kegiatan Pembinaan Guru Bantuan Dana Persiapan dan Perintisan Sekolah Kategori Mandiri Bantuan Alumni Bantuan Orang tua Siswa d) Ketersediaan SDM Tenaga pengajar dan staf kantor/Administrasi berkualifikasi S.1 dan S.2 Tersedianya Tenaga Pengajar yang berkualifikasi baik (78% Guru tersertifikasi) e) Budaya Sekolah Proses dialogis guru dengan siswa terjalin dengan sangat baik 8. Apakah ada kendala dalam implementasi MBS di SMA Al-Masthuriyah? Kalau ada, apa saja? - Penyelenggaraan manajemen yayasan dengan sistem kekeluargaan - kebutuhan anggaran yang mengakibatkan biaya pendidikan meningkat - Pengelolaan keuangan dan pendanaan tersentralisasi pada Yayasan - Penetapan dan pengangkatan kepala sekolah merupakan wilayah otoritas mutlak yayasan - Rekruitmen dan pengangkatan guru dan karyawan otoritas yayasan 9. Bagaimana penyelesaian kendala yang dihadapi tersebut? - Penyelenggaraan manajemen yayasan dengan sistem kekeluargaan tetap dipertahankan dengan mengedepankan pertimbangan profesionalisme dan kompetensi - Pembagian waktu yang proporsional dalam menentukan waktu kegiatan sekolah dan kegiatan kepesantrenan 10. Apakah saudara merasakan implikasi dari pola MBS di SMA Al-Masthuriyah? - Pola pengelolaan sekolah yang berorientasi pada mutu dan didasari dengan visi serta misi yang jelas akan berdampak pada sistem pembinaan, pola asuh, dan sistem pendidikan yang terstruktur dan terencana dengan baik.

xxii

-

Keterlibatan guru dan karyawan sebagai komunitas sekolah dalam berbagai kebijakan sekolah, akan menumbuhkan rasan tanggung hawab dan dedikasi yang baik pada pekerjaannya. Sehingga pelayanan optimal dapat dilakukan kepada pengguna jasa pendidikan baik siswa maupun orang tua.

PEDOMAN WAWANCARA Nama Jabatan Hari / Tanggal

: H. MUH. FAUZI, S.Ag : Guru : Rabu, 09 Februari 2011

1. Apa Visi dan Misi SMA Al-Masthuriyah? Visi SMA Al-Masthuriyah Membangun Sumber Daya Manusia yang memiliki integritas keilmuan dan kepribadian yang berlandaskan akhlakul karimah» Misi SMA Al-Masthuriyah - Membentuk kepribadian yang dilandasi nilai-nilai moral dan agama. - Memacu aspek intelektualitas yang mengarah pada penguasaan ilmu dan teknologi serta menjunjung tinggi nilai-nilai keilmuan. - Mewujudkan proses pembelajaran yang berkualitas melalui penguasaan teknologi informasi dan komunikasi. - Membentuk tenaga pendidik dan tenaga kependidikan yang memiliki kompetensi dan profesional. - Mewujudkan ketersediaan sarana dan prasarana penunjang proses pembelajaran yang berkualitas berbasis teknologi informasi dan komunikasi. 2. Bagaimana proses penetapan visi dan misi di SMA Al-Masthuriyah? Guru dilibatkan dalam melakukan analisis terhadap draft untuk penetapan Visi Misi dan Tujuan Sekolah demikian pula dengan pihak yayasan, dan komite sekolah 3. Upaya apa saja yang dilakukan SMA Al-Masthuriyah untuk mencapai visi dan misi tersebut? - Mengaktifkan program Ekstra kurikuler dalam bidang keilmuan melalui program KISS (Kelompok Ilmiah Siswa SMA), SEC (SMA English Club) dan DECSMAL (Debat English Club SMA Al-Masthuriyah) - Pembekalan Keterampilan keagamaan (Baca Al-Qur’an, Penyelenggaraan sholat-sholat sunnat, Mengurus Mayit) melalui program PAI Mulok - Melaksanakan Pembinaan dan pengembangan kemampuan berbahasa Inggris bagi dewan guru melalui program English for Teacher 4. Sejauh mana keterlibatan guru dan karyawan dalam penyusunan visi dan misi? Ya, semua guru dan karyawan terlibat memberikan kontribusi. Kemudian disepakati dalam rapat dan direalisasikan 5. Apakah ada manfaat keterlibatan pengelola dalam penyusunan visi dan misi tersebut? Ada. Semua guru dan karyawan memiliki loyalitas dan dedikasi yang tinggi terhadap sekolah. 6. Pada Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) ini sekolah memiliki otonomi dalam menentukan berbagai kebijakan. Apakah hal ini dirasakan saudara dalam : - Hubungan Yayasan dan Kepala Sekolah Yayasan menempatkan kepala sekolah dalam hubungan yang demokratis. Hubungannya saling melengkapi. Semua berangkat dari rasa saling percaya. -

Pengangkatan Kepala Sekolah, Guru dan Karyawan

xxiii

Kepala sekolah diangkat oleh yayasan. Guru dan karyawan diseleksi dengan ketat, dna dibina dalam masa uji coba. -

-

Perencanaan Program Sekolah Perencanaan disusun oleh kepala sekolah, didiskusikan dalam rapat pimpinan. Dilengkapi dengan saran dan masukan dari guru dan karyawan. Semua program diketahui oleh guru dan karyawan. Sehingga semua dapat mengevaluasi efektifitasnya. Penyusunan RAPBS Disusun oleh pimpinan sekolah. Bersifat transparan dan boleh diketahui oleh guru dan karyawan.

-

Pelaksanaan Program Guru dan karyawan melaksanakan tugas sesuai ruang lingkup kerjanya. Pimpinan sekolah melaksanakan tugasnya seperti perencanaannya. Kreatifitas dan inovasi dari suatu program tetap dihargai.

-

Supervisi dan Evaluasi Dilakukan dengan kunjungan ke kelas, dialog dan pembinaan oleh kepala sekolah.

7. MBS akan efektif apabila ada faktor pendukung kesuksesan implementasi. Apakah yang saudara rasakan mengenai faktor : a) Dukungan (Political will) pemerintah Pembinaan oleh Dinas Pendidikan Kab. Sukabumi dilakukan secara berkala b) Kepemimpinan yang efektif Kepala sekolah sebagai sumber keteladanan yang positif Kemampuan melakukan komunikasi atas dasar kekeluargaan sebagai pengikat dan motivasi guru dalam bekerja Fleksibilitas dalam ketaatan pada pencapaian program kerja menjadi daya dorong bagi guru dan karyawan dalam melakukan kegiatan/pelaksanaan program Hubungan Kepala Sekolah yang harmonis dengan Guru dan Karyawan Gaya kepemimpinan yang dilandasi nilai-nilai keagamaan sebagai warga pesantren melahirkan karisma tersendiri bagi kepala sekolah c) Dukungan finansial dari pemerintah dan masyarakat Bantuan BOS dan BOM Bantuan Penyelenggaraaan Kegiatan Pembinaan Guru Bantuan Dana Persiapan dan Perintisan Sekolah Kategori Mandiri Bantuan Alumni Bantuan Orang tua Siswa d) Ketersediaan SDM Tenaga pengajar dan staf kantor/Administrasi berkualifikasi S.1 dan S.2 Tersedianya Tenaga Pengajar yang berkualifikasi baik (78% Guru tersertifikasi) e) Budaya Sekolah Budaya dasar yang berkembang di lingkungan sekolah adalah budaya pesantren Budaya sekolah bernuansa Islami Rasa Hormat dan saling Menghargai sangat kental Proses dialogis guru dengan siswa terjalin dengan sangat baik 8. Apakah ada kendala dalam implementasi MBS di SMA Al-Masthuriyah? Kalau ada, apa saja? a. Penyelenggaraan manajemen yayasan dengan sistem kekeluargaan b. Pengelolaan Sekolah berbasis Kepesantrenan dengan sistem kurikulum terpadu, sedikit banyaknya berdampak pada

xxiv

1) tersitanya waktu penyelenggaraan proses KBM, 2) kondisi fisik dan psikis peserta didik, 3) kebutuhan tenaga kerja, 4) kebutuhan anggaran yang mengakibatkan biaya pendidikan meningkat c. Pengelolaan keuangan dan pendanaan tersentralisasi pada Yayasan d. Penetapan dan pengangkatan kepala sekolah merupakan wilayah otoritas mutlak yayasan e. Rekruitmen dan pengangkatan guru dan karyawan otoritas yayasan 9. Bagaimana penyelesaian kendala yang dihadapi tersebut? - Penyelenggaraan manajemen yayasan dengan sistem kekeluargaan tetap dipertahankan dengan mengedepankan pertimbangan profesionalisme dan kompetensi - Pembagian waktu yang proporsional dalam menentukan waktu kegiatan sekolah dan kegiatan kepesantrenan - Penyelenggaraan kegiatan pendidikan diupayakan secara bervariasi dan menyenangkan - Pengelolaan sumberdaya secara optimal diupayakan efektif dan efisien - Perencanaan dan pengajuan anggaran dilakukan secara terinci sesuai platform yang telah ditentukan - Pengajuan sistem penetapan dan pengangkatan kepala sekolah dengan mempertimbangkan standar kualifikasi dan kompetensi kelayakan kepala sekolah - Pengajuan kebutuhan guru dan karyawan dengan mempertimbangkan kesesuaian bidang studi/kerja serta standar kualifikasi dan kompetensinya 10. Apakah saudara merasakan implikasi dari pola MBS di SMA Al-Masthuriyah? - Pola pengelolaan sekolah yang berorientasi pada mutu dan didasari dengan visi serta misi yang jelas akan berdampak pada sistem pembinaan, pola asuh, dan sistem pendidikan yang terstruktur dan terencana dengan baik. - Keterlibatan guru dan karyawan sebagai komunitas sekolah dalam berbagai kebijakan sekolah, akan menumbuhkan rasan tanggung hawab dan dedikasi yang baik pada pekerjaannya. Sehingga pelayanan optimal dapat dilakukan kepada pengguna jasa pendidikan baik siswa maupun orang tua. - Pelayanan optimal akan berdampak pada suasana yang kondusif dalam proses belajar mengajar, sehingga menghasilkan output pendidikan yang andal

xxv

PEDOMAN WAWANCARA Nama Jabatan Hari / Tanggal

: M. IRHAM, SS, M.Si : Guru : Rabu, 09 Februari 2011

1. Apa Visi dan Misi SMA Al-Masthuriyah? Visi SMA Al-Masthuriyah Membangun Sumber Daya Manusia yang memiliki integritas keilmuan dan kepribadian yang berlandaskan akhlakul karimah» Misi SMA Al-Masthuriyah - Membentuk kepribadian yang dilandasi nilai-nilai moral dan agama. - Memacu aspek intelektualitas yang mengarah pada penguasaan ilmu dan teknologi serta menjunjung tinggi nilai-nilai keilmuan. - Mewujudkan proses pembelajaran yang berkualitas melalui penguasaan teknologi informasi dan komunikasi. - Membentuk tenaga pendidik dan tenaga kependidikan yang memiliki kompetensi dan profesional. - Mewujudkan ketersediaan sarana dan prasarana penunjang proses pembelajaran yang berkualitas berbasis teknologi informasi dan komunikasi. 2. Bagaimana proses penetapan visi dan misi di SMA Al-Masthuriyah? Guru dilibatkan secara aktif untuk melakukan analisis kritis terhadap draft untuk penetapan Visi Misi dan Tujuan Sekolah demikian pula dengan pihak yayasan, dan komite sekolah 3. Upaya apa saja yang dilakukan SMA Al-Masthuriyah untuk mencapai visi dan misi tersebut? - Penyusunan Rencana Strategi sekolah dalam bentuk Program Kerja Jangka Panjang, jangka menengah dan jangka pendek (tahunan) - Menyelenggarakan pembinaan akhlaq dan nilai-nilai keagamaan melalui program terjadwal (sebagai kegiatan awal pembelajaran) - Menginstruksikan agar dilakukan pengintegrasian nilai-nilai agama dan moral (budi pekerti) dalam setiap pembelajaran - Menyelenggarakan Program Pengayaan dan Bimbingan Belajar 4. Sejauh mana keterlibatan guru dan karyawan dalam penyusunan visi dan misi? Dalam hal ini semua aspirasi diakomodir sehingga dihasilkan kesepakatan berupa visi dan misi yang ditetapkan. 5. Apakah ada manfaat keterlibatan pengelola dalam penyusunan visi dan misi tersebut? Tentu hal ini akan berkaitan dengan pekerjaan profesi sebagai pendidikan yang harus memiliki arah dan tujuan yang ingin dicapai. 6. Pada Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) ini sekolah memiliki otonomi dalam menentukan berbagai kebijakan. Apakah hal ini dirasakan saudara dalam : a) Hubungan Yayasan dan Kepala Sekolah Hubungan yayasan dan kepala sekolah baik. Kepala sekolah mendapat kepercayaan penuh dari yayasan dalam mengelola sekolah. Kepercayaan ini dibangun dengan tetap kepala sekolah berkoordinasi dengan yaysan. Yayasan berharap segala infaq pendirian sekolah dapat bertahan lama sehingga segala bentuk kelebihan dijadikan investasi pengembangan. b) Pengangkatan Kepala Sekolah, Guru dan Karyawan Kepala sekolah diangkat langsung oleh yayasan. Kalau guru dan karyawan direkrut dengan seleksi ketat. Diseleksi secara akademik, praktik mengajar dan keterampilan komputer. Yang lolos kemudian melakukan psikotes dan wawancara. Calon guru/karyawan dinyatakan

xxvi

diterima menjalani masa diklat dan masa uji coba selama 1 tahun dengan evaluasi setiap bulan. Bila dipandang layak baru diajukan sebagai pegawai tetap oleh sekolah kepada yayasan. c) Perencanaan Program Sekolah Setiap pegawai baik guru dan karyawan, berhak menentukan perencanaannya. Guru didorong untuk berkreasi dan berinovasi pada pengajarannya. Demikian juga dengan staf pimpinan merencanakan berbagai program kegiatan sebagai pelaksanaan tugasnya. Berbagai rencana diajukab kepada kepala sekolah dan dibicarakan dalam rapat pimpinan kemudian diajukan dalam rapat dinas untuk dikoordinasikan dengan kegiatan lainnya. Skala prioritas menjadi acuan untuk disetujui atau tidaknya program. d) Penyusunan RAPBS Perencanaan yang sudah disetujui dalam rapat, dialokasikan anggarannya. Hal hal yang bersifat insidental dan baru dijajaki terlebih dahulu kemungkinan anggarannya. Dari anggaran belanja tersebut dapat dihitung berapa pengeluaran untuk tahun yang akan datang, sehingga kita dapat menentukan besaran dana untuk siswa baru. e) Pelaksanaan Program Dikerjakan berdasarkan asas kebersamaan dan keterlibatab semua. Walupun menjadi penanggung jawab biasanya wakil kepala sekolah, namun pelaksanaannya menyandingkan orang lain untuk membatu sekaligus proses kaderisasi. f) Supervisi dan Evaluasi Diprogram dengan jadwal dan tindak lanjut yang jelas. Dilakukan oleh kepala sekolah, antar guru dan persepsi siswa. Hasilnya ditindaklanjuti oleh kepala sekolah untuk pembinaan secara individual atau diangkat dalam forum rapat tanpa harus menyudutkan. 7. MBS akan efektif apabila ada faktor pendukung kesuksesan implementasi. Apakah yang saudara rasakan mengenai faktor : a) Dukungan (Political will) pemerintah Pelaksanaan konsultasi dan koordinasi dengan dinas pendidikan sangat mudah Pembinaan oleh Dinas Pendidikan Kab. Sukabumi dilakukan secara berkala b) Kepemimpinan yang efektif Kepala sekolah sebagai sumber keteladanan yang positif Kemampuan melakukan komunikasi atas dasar kekeluargaan sebagai pengikat dan motivasi guru dalam bekerja Fleksibilitas dalam ketaatan pada pencapaian program kerja menjadi daya dorong bagi guru dan karyawan dalam melakukan kegiatan/pelaksanaan program Hubungan Kepala Sekolah yang harmonis dengan Guru dan Karyawan Gaya kepemimpinan yang dilandasi nilai-nilai keagamaan sebagai warga pesantren melahirkan karisma tersendiri bagi kepala sekolah c) Dukungan finansial dari pemerintah dan masyarakat Bantuan BOS dan BOM Bantuan Penyelenggaraaan Kegiatan Pembinaan Guru Bantuan Dana Persiapan dan Perintisan Sekolah Kategori Mandiri Bantuan Alumni Bantuan Orang tua Siswa d) Ketersediaan SDM Tenaga pengajar dan staf kantor/Administrasi berkualifikasi S.1 dan S.2 Tersedianya Tenaga Pengajar yang berkualifikasi baik (78% Guru tersertifikasi) e) Budaya Sekolah Budaya sekolah bernuansa Islami

xxvii

Rasa Hormat dan saling Menghargai sangat kental 8. Apakah ada kendala dalam implementasi MBS di SMA Al-Masthuriyah? Kalau ada, apa saja? a. Pengelolaan keuangan dan pendanaan tersentralisasi pada Yayasan b. Penetapan dan pengangkatan kepala sekolah merupakan wilayah otoritas mutlak yayasan c. Rekruitmen dan pengangkatan guru dan karyawan otoritas yayasan 9. Bagaimana penyelesaian kendala yang dihadapi tersebut? - Penyelenggaraan manajemen yayasan dengan sistem kekeluargaan tetap dipertahankan dengan mengedepankan pertimbangan profesionalisme dan kompetensi - Pembagian waktu yang proporsional dalam menentukan waktu kegiatan sekolah dan kegiatan kepesantrenan - Penyelenggaraan kegiatan pendidikan diupayakan secara bervariasi dan menyenangkan - Pengelolaan sumberdaya secara optimal diupayakan efektif dan efisien 10. Apakah saudara merasakan implikasi dari pola MBS di SMA Al-Masthuriyah? - Keterlibatan guru dan karyawan sebagai komunitas sekolah dalam berbagai kebijakan sekolah, akan menumbuhkan rasan tanggung hawab dan dedikasi yang baik pada pekerjaannya. Sehingga pelayanan optimal dapat dilakukan kepada pengguna jasa pendidikan baik siswa maupun orang tua.

xxviii

xxix

xxx

xxxi

xxxii

PROFIL SEKOLAH

A. IDENTITAS SEKOLAH Nama Sekolah : SMA AL-MASTHURIYAH Alamat Sekolah : Jl. Raya Tipar – Cisaat PO. Box 33 Desa : Cibolang Kaler Kecamatan : Cisaat Kabupaten Propinsi Kode Pos Telp.

: : : :

Sukabumi Jawa Barat 43101 (0266) 7078660, 225935

E-mail

: [email protected]

B. SEJARAH SINGKAT SEKOLAH SMA Al-Masthuriyah didirikan pada tahun 1986 sebagaimana termuat dalam Izin Operasional dari Depdikbud Kanwil Prop. Jawa Barat Bid. Dikmenum Nomor 904/I02.4/R.86 tanggal, 12 Agustus 1986, dengan Kepala Sekolah Bapak Drs. KH. A. Aziz Masthuro dan dikukuhkan dengan izin pendirian dari Kepala Kanwil Depdikbud Prop. Jawa Barat dengan surat keputusan Nomor: 1060/I02/Kep/E/88, tanggal, 7 Maret 1988 Sejak Tahun 1987, Kepala Sekolah SMA Al-Masthuriyah dipercayakan kepada Bapak Drs. H. A. Djamaluddin sesuai dengan SK Yayasan Al_Masthuriyah Nomor: 02/SK/YASMA/VI/1987, tanggal 24 Juni 1987, hingga tahun 2000. Pada Tahun 2000 berdasarkan SK Yayasan AlMasthuriyah Nomor: 05/SK/YASMA/VII/1987, tanggal 02 Juli 2000 Kepala SMA Al-Masthuriyah dipercayakan kepada Bapak H. A. Muiz Syihabudi, M.Ag sampai Sekarang. Dalam perjalanannya SMA Al-Masthuriyah telah mengalami akreditasi dengan status dan jenjang akreditasi sebagai berikut : Tahun 1986 - 1990 status Terdaftar, Tahun 1990 – 1994 Status Akreditasi Diakui, 1994 – 1999 Status Akreditasi Disamakan, 1999 - 2003 Status Akreditasi Disamakan, Tahun 2003 – 2007 Status Akreditasi A, Tahun 2007 – sekarang Status Akreditasi A

C. PROFIL KEPALA SEKOLAH Nama Kepala Sekolah : H. A. MUIZ SYIHABUDIN, M.Ag. Pendidikan Terakhir Jurusan

: S-2 (Strata 2) : Studi Pendidikan Islam (SPI)

xxxiii

Pelatihan yang pernah diikuti : No.

Jenis Penataran / Pelatihan / Seminar

1.

Sosialisasi Monev Sertifikasi Guru

2.

Study Banding Pendidikan

3.

Work Shop Kepala Sekolah SMA

4.

Nara Sumber Dialog Interaktif Aswaja

5.

Translating Islam in the Multicultural World for Peace, justice, and Welfare

6.

In House Training

7.

Sosialisasi Kurikulum Berbasis Kompetensi

April 2008

Tempat Pelaksanaan Bogor

Januari 2007

Jepang

Nopember 2007

Sukabumi

Maret 2006

Sukabumi

Nopember 2006

Bandung

Juli 2004

Sukabumi

September 2003

Bandung

Waktu Pelaksanaan

D. VISI DAN MISI SEKOLAH Visi Sekolah Membangun Sumber Daya Manusia yang memiliki integritas keilmuan dan kepribadian yang berlandaskan akhlakul karimah

Misi Sekolah 1. Membentuk kepribadian yang dilandasi nilai-nilai moral dan agama. 2. Memacu aspek intelektualitas yang mengarah pada penguasaan ilmu dan teknologi serta menjunjung tinggi nilai-nilai keilmuan. 3. Mewujudkan proses pembelajaran yang berkualitas melalui penguasaan teknologi informasi dan komunikasi. 4. Membentuk tenaga pendidik dan tenaga kependidikan yang memiliki kompetensi dan profesional. 5. Mewujudkan ketersediaan sarana dan prasarana penunjang proses pembelajaran yang berkualitas berbasis teknologi informasi dan komunikasi.

E. TUJUAN SMA AL-MASTHURIYAH 1. Mempersiapkan peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa, serta memiliki kepribadian dan berakhlak mulia. 2. Membekali peserta didik dengan pengetahuan dan kemampuan serta penghayatan nilai-nilai keagamaan berlandaskan Ahlussunnah wal jamaah.

xxxiv

3. Membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai bekal pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. 4. Membekali peserta didik dengan kemampuan dan ketrampilan dalam penguasaan TIK. 5. Membekali peserta didik dengan kecakapan hidup dan kemampuan pengembangan diri sebagai bekal kemandirian dalam bermasyarakat. 6. Meningkatkan kemampuan kinerja tenaga pendidik dan tenaga kependidikan guna memberikan layanan yang optimal. 7. Melengkapi ketersediaan sarana prasarana penunjang penyelenggaraan pendidikan guna peningkatan mutu sekolah.

F. KURIKULUM SEKOLAH Pelaksana Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Mulai tahun pelajaran 2007/2008 SMA Al-Masthuriyah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Untuk kelas X berdasarkan Permen no. 24 tahun 2006 Pasal 2 ayat 3 tentang Pelaksanaan Permen 22/2006. Program yang sudah dilaksanakan ; 2.1

Menyusun Kurikulum (KTSP) SMA Al-Masthuriyah

2.2

Melaksanakan Pembelajaran menurut KTSP sesuai Standar Isi

2.3

Menyusun silabus KTSP semua mata pelajaran

2.4

Menyusun Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

2.5

Membuat Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran

2.6

Membuat kalender pendidikan

2.7

Membuat program tahunan dan progam semester semua mata pelajaran

2.8

Membuat model-model pembelajaran

2.9

Menyiapkan format-format pembelajaran dan penilaian

2.10 Menyusun dan menyiapkan Tim Narasumber guru SMA Al-Masthuriyah untuk mensosialisasikan/mengimbaskan

program-program

Kurikulum

Pendidikan (KTSP) terhadap SMA di Kabupaten Sukabumi.

Tingkat

Satuan

xxxv

KEADAAN SISWA DAN PROGRAM KESISWAAN 1. Keadaan siswa (3 tahun terakhir) Tahun Pelajaran

Kelas X

2008–2009

Kelas XI

Kelas XII

IPA

IPS

IPA

IPS

180

86

94

91

89

2009-2010

180

94

89

86

94

2010–2011

180

92

88

94

89

2. Prestasi yang pernah dicapai sekolah (5 tahun terakhir) Akademik No.

Kejuaraan

Tingkat

Tahun

Ket

1

Composition Contest

SLTA

2003

Juara II

2

Quiz Contest

SLTA

2003

Juara III

3

Grammar Contest

SLTA

2003

Juara III

4

Siswa Berprestasi Putri

Kab. Sukabumi

2006

Juara III

Tingkat

Tahun

Ket

Non Akademik No.

Kejuaraan

1.

LKBB SLTA

Kab. Sukabumi

2004

Danton Terbaik III

2.

LKBB SLTA

Kab. Sukabumi

2007

Kostum Terbaik

3. Angka mengulang siswa (3 tahun terakhir) Tahun Pelajaran

Kelas X

Kelas XI

Kelas XII

2006-2007

-

-

-

2007-2008

-

-

-

2008–2009

-

-

-

G. PROFIL TAMATAN (3 TAHUN TERAKHIR) Tahun Pelajaran 2005-2006

Tamatan

Siswa Yang Melanjutkan Ke PT

Siswa Yang Terserap Dunia Kerja

Jumlah

Target (%)

Jumlah

Target

Jumlah

Target

158

100,00

119

125

23

33

xxxvi

2006-2007

157

100,00

122

125

29

32

2007–2008

161

100,00

124

130

26

31

H. POTENSI TENAGA PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

No.

Jumlah Personil

Mata Pelajaran

Kesesuaian dengan Latar Belakang Pendidikan Sesuai

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16 17

Pendidikan Agama a. Islam Kewarganegaraan Bahasa Inggris Bahasa Indonesia Matematika Pendidikan Jasmani Sejarah Fisika Biologi Kimia Geografi Sosiologi Ekonomi Pendidikan Seni Pend. Ketrampilan TIK Bahasa Asing b. Arab Muatan Lokal Pengembangan diri Jumlah

Keterangan Guru Tersertifikasi sesuai Tdk Sesuai Mata Pelajaran

2 1 3 2 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2

2 1 2 2 1 1 2 -

1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1

1 2 1 1 1 1 1 1 2

1 1 1

1 -

1 1

-

25

12

13

17

1

Tim Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) SMA AL-MASTHURIYAH Penanggung Jawab

: Iwan Sofyan, ST.

Kepala Laboratorium Staf Pengajar

: Iwan Sofyan, ST. : Anas Fauzin,S.Pd.I dan Siti Nurjanah, S.Pd.I

xxxvii

I. SARANA DAN PRASARANA YANG DIMILIKI Data Ruang, Jumlah, Luas dan Kondisi Ruang

Jumlah

Kondisi

Luas (M2)

Baik Ruang Teori/Kelas

11

392



Ruang Kepala Sekolah

1

28



Ruang Guru

1

42



Ruang Tata Usaha

1

42



Ruang Bimbingan Penyuluhan

1

24



Laboratorium : d. IPA e. Bahasa f. Komputer

1 2 2

72 84 84

√ √ √

Ruang Perpustakaan

1

81



Ruang OSIS

1

24



Ruang UKS

1

24



Musholla

1

375



Rusak

Data Fasilitas Teknologi Informasi Dan Komunikasi Kondisi No

Nama Barang

1

Ruang Laboratorium Komputer Spesifikasi : Server : - Pentium IV 1,7 GHz - Hardisk 80 GB - Memory 512 MB - CD Rom, CD RW - Monitor Advance 15” Printer Canon Pixma Ip 1200 Client : -

Pentium Celeron 2, 13

Jumlah

1

Baik



Rusak

Ket

xxxviii

Kondisi No

Nama Barang

-

2

GHz Hardisk 40 GB Memory 256 CD Rom Monitor Advance 15”

- Pentium IV 1.6 GHz - Hardisk 40 Gb - Memory 512 Mb - CD Rom - Monitor LCD 15” Ruang Tata Usaha Spesifikasi : - Pentium Cel 3,06 GHz - Hardisk 40 Gb - Memory 512 Mb - DVD / CD RW - Monitor Samsung 15” -

Pentium IV 3.0 GHz Hardisk 80 Gb Memory 1 Gb DVD / CD RW Monitor Samsung 15”

-

Epson CX 5500 Epson C90

Jumlah

Baik

20



20



1



1



1 1

√ √

6



1



1



Printer :

3

4

Ruang Perpustakaan Spesifikasi - Pentium IV 3,0 GHz - Hardisk 120 GB - Memory 512 - DVD / CD RW - Monitor LCD 15” Printer Epson CX 5500 Ruang OSIS Spesifikasi : - Pentium III 900 GHz - Hardisk 40 GB - Memory 256 - CD Rom

Rusak

Ket

xxxix

Kondisi No

Nama Barang

Jumlah

Baik

Rusak

Ket

- TVE Gene 15 “ Printer Canon PIXMA 1200

5

Laptop 1. Acer -

1



1



Pentium IV Memory 512 MB HD 80 GB

STRUKTUR ORGANISASI SMA AL-MASTHURIYAH TIPAR CISAAT KABUPATEN SUKABUMI TAHUN AJARAN 2010/2011

Kepala sekolah

Komite sekolah

H.A.Muiz Syihabudin, M.Ag

Tata Usaha

Wk. Kep. Sekolah

Ur. Kurikulum

Ur. Kesiswaan

Ur. Sarana

Ur. Humas

M.Nasir, S.Pd, M.Ag

Kordinator BK

Guru BK

Wali kelas

SISWA

Guru mata pelajaran

xl

SASARAN 1. Terselenggaranya proses belajar dan mengajar yang berkualitas 2. Meningkatnya profesionalisme tenaga pendidik 3. Meningkatnya layanan pendidikan yang lebih optimal 4. Terwujudnya lulusan yang berkualitas, beriman, bertaqwa, dan berakhlak mulia 5. Terwujudnya kreativitas peserta didik melalui kegiatan intra dan ekstrakurikuler 6. Terciptanya kemandirian peserta didik dalam menyikapi permasalahan yang dihadapi 7. Terwujudnya kemandirian peserta didik dalam menyelesaikan beban belajar 8. Tersedianya sarana prasarana penunjang pembelajaran yang berkualitas dan berbasis Teknologi, Informasi dan Komunikasi

J. KEUNGGULAN YANG DIMILIKI 1. ANALISA SWOT 1.1 Kekuatan/Keunggulan Sekolah (S = Strength) a) Usia Guru mata pelajaran relatif berusia muda b) Kualifikasi guru mata pelajaran memadai sesuai dengan kebutuhan c) Kualifikasi guru komputer (TIK) memadai d) Dukungan masyarakat terhadap sekolah dan animo masyarakat menyekolahkan anaknya ke SMA Al-Masthuriyah Sukabumi cukup tinggi e) Laboratorium komputer sudah ada f) Sebagian siswa telah mempunyai komputer pribadi di rumah dan dapat mengakses internet g) Semakin meningkatnya minat dan pengetahuan guru dan siswa dalam pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) di sekolah maupun di rumah h) Adanya monitoring dari Dinas Pendidikan Kabupaten Sukabumi terhadap berbagai kegiatan sekolah sehingga usaha-usaha pengembangan mutu terus terjaga i) Peranan para alumni, orang tua dan masyarakat membantu kebutuhan sekolah j) Guru-guru SMA Al-Masthuriyah Sukabumi mampu mengoperasikan program Microsoft Word 2003 sebanyak 25 guru k) Guru-guru SMA Al-Masthuriyah Sukabumi mampu mengoperasikan program Microsoft Excel 2003 sebanyak 19 guru l) Guru-guru SMA Al-Masthuriyah Sukabumi mampu mengoperasikan program Microsoft PowerPoint 2003 sebanyak 16 guru m) Semua Pegawai Tata Usaha SMA Al-Masthuriyah Sukabumi mampu mengoperasikan program Microsoft Word, Excel dan Entry Database 2003

xli

1.2

Kelemahan dan Kekurangan Sekolah (W = Weakness) a) Sarana audio visual belum ada b) c)

1.3

Peluang/Kapasitas Sekolah (O = Oportunity) a. Pelatihan guru mata pelajaran, guru BK, perpustakaan, staf administrasi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) b. Guru mampu membuat KKM, silabus, dan sistem pengujian c.

1.4

Ruang laboratorium masih terbatas (1 ruang, dimana jumlah tidak mencukupi untuk kapasitas jumlah siswa) Lebih dari 60 % orang tua siswa, termasuk ekonomi menengah kebawah

d. e.

Guru mampu menggunakan metode pembelajaran yang inovatif, kreatif, dengan bantuan media komputer Guru membimbing siswa dalam kegiatan remidial dan pengayaan Sekolah melaksanakan pembelajaran di luar kelas seperti observasi, wawancara

f.

pada mata pelajaran matematika, fisika, kimia, biologi, sejarah, ekonomi dan lain-lain Dukungan dana dari Komite Sekolah dan Instansi terkait

Ancaman Sekolah (T = Threat) a. Kurangnya sarana pembelajaran berupa: LCD projektor, media pembelajaran, komputer dan laptop b. Kurangnya peralatan pengamanan kelas dan ruang laboratorium c. Terbatasnya buku penunjang Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) d. Ketergantungan sekolah pada sumber dana yang berasal dari siswa e. Meningkatnya pengaruh era globalisasi terhadap siswa yang dapat bersifat negatif

xlii

2. ANALISIS TINGKAT KESIAPAN FUNGSI

No.

Fungsi dan Faktornya

1.

FUNGSI PROSES BELAJAR MENGAJAR a. Faktor Internal o Metode o Motivasi Guru o Motivasi Siswa o Alokasi Waktu per Mata Pelajaran o Silabus per Mata Pelajaran o Buku Pegangan o Dokumen Program Pengembangan Kurikulum b. Faktor Internal o Lingkungan Fisik o Lingkungan Sosial o Dukungan Kerjasama, outsourcing (pihak luar)

2.

FUNGSI KURIKULUM a. Faktor Internal o Diskusi Kurikulum Lintas Mata Pelajaran o Silabus per Mata Pelajaran o Buku Pegangan o Dokumen Program Pengembangan Kurikulum b. Faktor Eksternal o Keseuaian dengan kemajuan IPTEK o Keseuaian dengan kebutuhan/tuntutan masyarakat o Kesuaian karakteristik

Kondisi Nyata

Variasi Tinggi rendah Efektif

Variasi Tinggi rendah Efektif

v v

Lengkap

Ada

v

Lengkap Lengkap

Ada Ada

v v

Cukup Cukup Kondusif Kondusif Kooperatif Kooperatif

FUNGSI PERSONALIA a. Faktor Internal o Ketercukupan jumlah guru

v

v v v

v -

-

Intensif

Baik

v

-

Lengkap

Ada

v

Lengkap Lengkap

Ada Ada

v v

-

Tinggi

Ada

v

Tinggi

Ada

v

-

Tinggi

3.

Tk. Kesiapan Faktor Siap Tidak

Kriteria Kesiapan

Ada

v

xliii

No.

Fungsi dan Faktornya

b.

4.

5.

o Ketercukupan jumlah tenaga teknis (lab/perpustakaan/BK) o Ketercukupan jumlah tenaga administrasi o Kemampuan guru o Kemampuan laboran o Kemampuan pustakawan Faktor Eksternal o Kesuaian kompetensi/ijazah guru dengan Mata Pelajaran o Kesuaian dengan Perubahan Nilai/Paradigma

FUNGSI EVALUASI a. Faktor Internal o Metode evaluasi o Diskusi hasil belajar siswa o Dokumen evaluasi o Dokumen pedoman evaluasi b. Faktor Eksternal o Masukkan/Umpan Balik Masyarakat/Orang tua o Dukungan kerjasama, outsourcing (pihak luar) dalam evaluasi FUNGSI KEUANGAN a. Faktor Internal o Kesediaan dana/keuangan o Dokumen keuangan o Administrasi keuangan o Kesesuaian dengan kebutuhan rutin o Keseuaian dengan kebutuhan program kerja b. Faktor Eksternal o Dukungan pemerintah terkait o Dukungan

Kriteria Kesiapan

Kondisi Nyata

Cukup

Memadai

Memadai

Memadai

Tk. Kesiapan Faktor Siap Tidak v v

-

Memadai

Cukup

v -

Sedang Sedang Tinggi

Ada Cukup Cukup

v v v

Tinggi

Memadai

v

-

Tinggi

Memadai

v

-

Variasi Intensif

Baik Intensif

v v

Lengkap Lengkap

Cukup Lengkap

v v

-

Tinggi

Tinggi

v

-

Tinggi

Tinggi

v

Tinggi Lengkap Lengkap Sesuai

Memadai Lengkap Lengkap Sesuai

v v v v

-

Sesuai

Sesuai

v

-

Tinggi

Tinggi

v

-

xliv

No.

Fungsi dan Faktornya

Kondisi Nyata

Tinggi

Tinggi

Tinggi

Tinggi

Lengkap Lengkap Lengkap Lengkap Lengkap

Cukup Cukup Terbatas Cukup Terbatas

v v v v v

-

Lengkap

Cukup

v

-

Lengkap Lengkap Lengkap

Cukup Belum Ada Memadai

v v v

-

v

-

v

-

masyarakat/orang tua o Dukungan alumni

6.

FUNGSI FASILITAS a. Faktor Internal o Ruangan kelas o Fasilitas olahraga o Fasilitas kesenian o Perpustakaan o Laboratorium IPA (Fisika, Kimia dan Biologi) o Laboratorium Bahasa (Inggris, Arab) o Laboratorium Komputer o Akses Internet o Sarana Ibadah b. Faktor Eksternal o Dukungan masyarakat sekitar sekolah o Dukungan lembaga lain (outsourcing)

Tk. Kesiapan Faktor Siap Tidak v v

Kriteria Kesiapan

Cukup Ada Cukup Terbatas

K. ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH Untuk mengatasi masalah-masalah yang muncul, maka beberapa solusi yang dapat dilakkan adalah : 1. Memaksimalisasi potensi kemandirian sekolah melalui optimalisasi sumber daya sekolah yang tersedia 2. Meningkatkan ketersediaan sarana prasarana penunjang pembelajaran yang berkualitas dan berbasis Teknologi, Informasi dan Komunikasi 3. Meningkatkan kemampuan personal melalui penyertaan pendidikan dan pelatihan bagi tenaga pendidik dan tenaga kependidikan lainnya 4. Meningkatkan efesiensi dan efektifias sumberdaya manusia secara berimbang 5. Meningkatkan komunikasi dan konsultasi dengan pihak dinas Pendidikan dan Kebudayaan serta pihak-pihak lainnya dalam pemecahan masalah sesuai dengan kebutuhan yang ada 6. Meningkatkan peran serta masyarakat alumni dan warga sekolah dalam meningkatkan pelayanan pendidikan

xlv

7. Memaksimalisasi potensi-potensi sumber dana dari berbagai pihak yang memiliki kepedulian dalam meningkatkan mutu pendidikan