STRATEGI PENGEMBANGAN MINAT DAN GEMAR MEMBACA Oleh

182 downloads 97 Views 138KB Size Report
upaya pengembangan minat baca, baik di kalangan pelajar maupun .... Hasil penelitian Saleh dkk8 (1995 dan 1996) melaporkan bahwa sebagian besar.
STRATEGI PENGEMBANGAN MINAT DAN GEMAR MEMBACA Oleh: Khotijah Kamsul Abstrak: Sumber daya manusia merupakan ukuran maju atau tidaknya suatu bangsa. Tanpa sumber daya yang berkualitas, suatu bangsa tidak akan dapat bersaing dengan bangsa lain dalam era globalisasi. kualitas sumber daya manusia Indonesia menurut banyak kalangan masih rendah dan mengalami proses penurunan dari tahun ke tahun. Salah satu faktor penyebab rendahnya Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia adalah rendahnya kualitas pendidikan, yang juga berpengaruh langsung pada sektor ekonomi dan kesehatan. Keadaan tersebut lebih diperburuk dengan masih dominannya budaya tutur (lisan) daripada budaya baca. Budaya ini menjadi kendala utama dalam meningkatkan kualitas sumber daya masyarakat yang seharusnya mampu mengembangkan diri dalam menambah ilmu pengetahuannya secara mandiri melalui membaca. Oleh karena itu, perlu keterlibatan semua pihak dalam upaya pengembangan minat baca, baik di kalangan pelajar maupun masyarakat. Kata Kunci: Strategi dan Minat Baca

Pendahuluan Potensi bangsa Indonesia sangat besar apabila ditinjau dari jumlah penduduknya yang terdiri dari berbagai suku, yang memiliki beraneka ragam budaya yang perlu dikembangkan dan dilestarikan keberadaannya. Namun demikian, potensi yang begitu besar secara kuantitas itu perlu diimbangi dengan kualitas yang dimiliki. United Nations Development Program pada tahun 2000 melaporkan bahwa Human Development Index Indonesia berada pada peringkat 109 dari 174 negara1 dan kondisi ini lebih parah lagi pada tahun 2003, Human Development Index Indonesia berada pada peringkat 112 dari 175 negara. Hal ini berarti kualitas sumber daya manusia masih rendah dan mengalami proses penurunan dari tahun ke tahun. Salah satu faktor penyebab rendahnya Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia adalah rendahnya kualitas pendidikan, yang juga berpengaruh langsung pada sektor ekonomi dan kesehatan. Keadaan tersebut lebih diperburuk dengan masih dominannya budaya tutur (lisan) daripada budaya

baca. Budaya ini menjadi kendala utama dalam meningkatkan kualitas sumber daya masyarakat yang seharusnya mampu mengembangkan diri dalam menambah ilmu pengetahuannya secara mandiri melalui membaca. Pemerintah pada saat sekarang ini memberikan perhatian yang besar terhadap dunia pendidikan. Banyak kebijakan yang sudah mulai dikeluarkan, baik yang berkaitan dengan sarana fisik maupun non-fisik. Berkaitan dengan sarana fisik, pemerintah berupaya membangun dan memperbaiki gedung-gedung sekolah serta melengkapi sarana dan prasarana. Berkaitan dengan non-fisik, pemerintah melakukan berbagai pelatihan untuk meningkatkan kemampuan guru, di samping juga menyediakan beasiswa dan berbagai kemudahan bagi guru-guru yang ingin melanjutkan pendidikannya pada jenjang yang lebih tinggi. Di samping itu pemerintah juga berupaya meningkatkan kesejahteraan guru dan menambah jumlah guru, baik dengan cara mengangkatnya sebagai PNS, kontrak, maupun guru bantu. Salah satu kebijakan pemerintah yang cukup penting dalam meningkatkan sumber daya manusia yaitu meningkatkan minat baca melalui Gerakan Membaca Nasional. Gerakan membaca ini dicanangkan mulai dari tingkat nasional sampai ke tingkat kabupaten dan kota. Program ini berupaya merubah budaya masyarakat dari budaya tutur kepada budaya baca. Pemerintah juga membuat payung hukum untuk menunjukkan keseriusan dalam meningkatkan minat baca, seperti yang tertuang dalam UU. No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Pencanangan Gerakan Membaca Nasional (November 2003). Kebiasaan membaca perlu dimulai dari usia dini sejak di rumah, di sekolah dasar, sekolah menengah pertama dan atas hingga perguruan tinggi. Tanpa kebiasaan membaca, maka akan sangat sulit untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang kesemuanya berada dalam buku-buku. Kebiasaan membaca dan penguasaan Iptek bagaikan dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Banyak membaca akan banyak mendapatkan pengetahuan, dan orang yang menguasai ilmu pengetahuan ialah orang yang memiliki sumber daya yang berkualitas yang dapat melaksanakan pembangunan untuk kesejahteraan semua bangsa. Minat baca, buku dan perpustakaan adalah tiga elemen pokok dalam suatu sistem pendidikan yang

dapat menciptakan kualitas sumber daya manusia. Sebuah negara yang kaya sumber daya manusia akan lebih unggul daripada suatu negara yang kaya sumber daya alam.2 Menurut Fuad Hasan, seperti yang dikutip oleh Sutarno3, Pemicu bagi bangkitnya minat baca ialah kemampuan membaca dan pendorong bagi berseminya budaya baca ialah kebiasaan membaca, sedangkan kebiasaan membaca terpelihara oleh tersedianya bahan bacaan yang baik dan menarik. Hal ini menyiratkan bahwa minat baca itu perlu dibangkitkan sejak dini, dimulai dengan perkenalan hurufhuruf dan angka pada masa pendidikan pra-sekolah hingga mantapnya penguasaan baca-tulis-hitung (calistung). Minat baca yang dibangkitkan pada usia dini selanjutnya dapat dijadikan landasan bagi berkembangnya budaya baca. Suburnya perkembangan budaya baca tentu sangat tergantung dari tersedianya bahan bacaan yang dibutuhkan.

Pengertian Membaca Membaca adalah kegiatan seseorang dengan menggunakan pengamatan melalui mata untuk menterjemahkan dan menginterprestasikan tanda atau lambang di atas kertas atau bahan lainnya. Jadi membaca merupakan proses ingatan, penilaian, pemikiran, penghayalan, pengorganisasian pemikiran dan pemecahan masalah. Membaca merupakan alat untuk belajar dan untuk memperoleh kesenangan, informasi yang terkandung dalam suatu bacaan sehingga mendapat pengetahuan dan pengalaman untuk memenuhi kebutuhan manusia atau seseorang4. Dengan demikian membaca dapat dipahami sebagai ; (1) Membaca adalah memahami bahasa tulisan, (2) Membaca adalah suatu proses mental yang rumit, dan (3) Membaca adalah berfikir (pemahaman bacaan adalah rekonstruksi, interpretasi dan evaluasi arti isi tulisan). Budaya baca merupakan persyaratan yang sangat penting dan mendasar yang harus dimiliki oleh setiap warga negara apabila kita ingin menjadi bangsa yang maju. Melalui budaya baca, mutu pendidikan dapat ditingkatkan sehingga pada

gilirannya dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Melalui budaya baca pulalah pendidikan seumur hidup (long life education) dapat diwujudkan. Karena dengan kebiasaan membaca seseorang dapat mengembangkan dirinya sendiri secara terus-menerus sepanjang hidupnya. Dalam era informasi sekarang ini, mustahil kemajuan dapat dicapai oleh suatu bangsa, jika bangsa itu tidak memiliki budaya baca. Secara singkat manfaat membaca bagi individu yang bersangkutan sebagai berikut : 1. Dapat merupakan cara untuk mendalami suatu masalah dengan mempelajari sesuatu persoalan hingga dapat menambah pengetahuan yang berhubungan dengan peningkatan kecakapan. 2. Untuk dapat menambah pengetahuan umum tentang sesuatu persoalan. 3. Untuk mencari nilai-nilai hidup sebagai kepentingan pendidikan

diri

sendiri. 4. Untuk mengisi waktu luang dangan mengamati seni sastra ataupun ceritacerita fiksi yang bermutu.

Manfaat bagi perkembangan masyarakat antara lain : 1. Meningkatkan pengetahuan umum masyarakat; 2. Meningkatkan kecerdasan masyarakat sehingga mempunyai kemampuan yang lebih besar untuk mengembangkan diri; 3. Dapat digunakan sebagai media penerangan serta pengarahan terhadap perkembangan masyarakat; 4. Menumbuhkan sikap kritis sehingga mempu mengadakan koreksi mengenai adanya hal-hal yang merugikan masyarakat; 5. Sebagai media penyampaian gagasan-gagasan baru yang berguna untuk meningkatkan perkembangan masyarakat.

Minat dan Kegemaran Membaca Minat baca memang belum didefinisikan secara tegas dan jelas. Namun Prof. A. Suhaenah Suparno dari IKIP Jakarta memberi petunjuk mengenai hal ini yaitu tinggi rendahnya minat baca seseorang seharusnya diukur berdasarkan frekuensi dan jumlah bacaan yang dibacanya. Namun perlu ditegaskan bahwa bacaan itu bukan merupakan bacaan wajib. Misalnya bagi pelajar, bukan buku pelajaran sekolah. Jadi seharusnya diukur dari frekuensi dan jumlah bacaan yang dibaca dari jenis bacaan tambahan untuk berbagai keperluan misalnya menambah pengetahuan umum.5 Menurut Baderi Minat baca dipahami sebagai keinginan untuk mengetahui, memahami isi dari apa yang tertulis yang mereka baca. Melalui kegiatan “membaca” manusia mengisi khazanah memorinya dengan informasi yang secara kumulatif akan membentuk dan mempengaruhi prilaku manusia tersebut dalam kiprahnya sebagai makhluk berbudaya. Dengan menggunakan panca inderanya, manusia menyerap informasi yang terkandung dalam objek yang “dibacanya”.6 Kita harus mangakui minat baca masyarakat kita masih rendah. Untuk mencari akar-akarnya tidak sulit, karena sering didiskusikan. Antara lain masih kuatnya budaya dengar dan budaya tulis, kondisi sosial ekonomi masyarakat belum menunjang minat baca dan daya beli masyarakat, kemajuan teknologi dan komunikasi, terutama media elektronik dapat menjadi ancaman untuk minat baca, sistem belajar/mengajar dan kurikulum di sekolah atau perguruan tinggi kurang menunjang kegemaran membaca dan menulis. Hasil riset The International Association for the Evaluation of Educational Achievment (IEA) tahun 1992 dalam sebuah Studi Kemampuan Membaca yang dilakukan terhadap 30 negara di dunia termasuk Indonesia, menyimpulkan bahwa kemampuan baca anak-anak Indonesia menduduki rangking ke-29 di atas Venezuela yang menduduki ranking ke-30. Dari seluruh butir soal yang diberikan kepada anak-anak kelas IV pada Sekolah Dasar kita ternyata yang dapat dijawab dengan “benar” hanya 36,1 %, sedangkan sisanya 63,9 % dijawab secara salah. Selanjutnya IEA dalam laporannya tahun 1992 menyatakan bahwa SD kita

menempati rangking ke-26 dari 27 negara yang dijadikan sampel, sedangkan SMP sedikit lebih baik namun masih ketinggalan dari prestasi rata-rata negara tetangga. Berdasarkan skor (jumlah angka) maka Indonesia menduduki ranking terakhir dari urutan Hongkong yang mendapat skor 75,5, Singapura 74, Thailand 65,6 dan skor untuk Indonesia 51,77. Masalah kegemaran membaca perlu dilihat secara menyeluruh. Masalah minat dan kegemaran membaca ini tidak berdiri sendiri. Secara historis kita harus lihat lingkungan tempat tinggal seseorang sejak kanak-kanak. Yang paling mudah adalah dengan cara melihat lingkungan keluarga sekitar kita tinggal. Bagaimana sebagian besar keluarga di sekitar kita membina minat baca anak-anaknya. Kita bisa perhatikan kebiasaan anak-anak pada hari minggu. Sebagian besar anak-anak akan berada di depan TV sejak pukul 07.00 sampai paling tidak pukul 10.00 atau bahkan lebih. Hampir tidak ada anak yang tekun membaca pada jam-jam tersebut. Hasil penelitian Saleh dkk8 (1995 dan 1996) melaporkan bahwa sebagian besar orang lebih banyak menghabiskan waktunya untuk nonton TV dibandingkan dengan membaca (sebagian besar nonton lebih dari 3 jam sedangkan membaca sebagian besar kurang dari 1 jam setiap hari). Bahan bacaannyapun sebagian besar hanya membaca koran dan majalah. Tidak terlalu banyak orang yang membaca buku. Ini merupakan salah satu bukti bahwa minat membaca masyarakat Indonesia masih kalah dibandingkan dengan minat menonton. Bukti lain yang menunjukkan bahwa minat baca dikalangan kaum intelektual juga masih rendah adalah data kunjungan ke perpustakaan oleh mahasiswa yang memperlihatkan betapa sedikitnya mahasiswa yang memanfaatkan perpustakaan. Data dari beberapa perpustakaan perguruan tinggi menunjukkan bahwa pengunjung perpustakaan tersebut tidak lebih dari 10 % dari jumlah mahasiswa. Sebagian besar mahasiswa berkunjung ke perpustakaan tidak lebih dari 1 kali dalam sebulan. Mahasiswa lebih suka berkumpul di kantin daripada di perpustakaan. Terlepas dari itu segala suasana suram dalam dunia minat baca, perlu dipahami bahwa perubahan dari budaya dengar dan lisan ke budaya membaca dan menulis, diperlukan langkah-langkah yang strategis dengan melibatkan partisipasi

aktif masyarakat, membaca dan kebiasaan membaca umumnya diperoleh melalui pengalaman belajar membaca.

Pengembangan Minat dan Gemar Membaca Minat baca dapat diartikan sebagai kecenderungan hati yang tinggi kepada sesuatu sumber bacaan tertentu. Sedangkan budaya baca adalah suatu sikap dan tindakan atau perbuatan untuk membaca yang dilakukan secara teratur dan berkelanjutan. Seseorang yang mempunyai budaya baca adalah orang yang telah terbiasa dalam waktu yang lama di dalam hidupnya selalu menggunakan sebagian waktunya untuk membaca.9 Budaya baca merupakan merupakan persyaratan yang sangat penting dan mendasar yang harus dimiliki oleh setiap warga negara apabila ingin menjadi bangsa yang maju. Melalui budaya baca, mutu pendidikan dapat ditingkatkan sehingga pada gilirannya dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Melalui budaya baca pulalah pendidikan seumur hidup (life long education) dapat diwujudkan, karena dengan kebiasaan membaca seseorang dapat mengembangkan dirinya sendiri secara terus menerus sepanjang hidupnya. Dalam era informasi sekarang ini, mustahil kemajuan dapat dicapai oleh suatu bangsa jika bangsa itu tidak memiliki budaya baca. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan mencerdaskan bangsa secara cepat dan merata perlu dibina kebiasaan membaca masyarakat. Karena kegiatan membaca merupakan kegiatan belajar dan merupakan kegiatan integral dari kegiatan pendidikan, maka tanggung jawab pengembangannya adalah pada keluarga, masyarakat dan pemerintah. Pihak-pihak yang ikut bertanggungjawab dalam segi pendidikan yaitu orang tua, guru, pengarang, penerbit, toko buku dan pemerintah. Dalam situasi sekarang dimana kemauan dan kemampuan beli masyarakat masih rendah, maka peranan pemerintah akan sangat menentukan berhasil tidaknya mengembangkan kegiatan dan minat baca. Untuk kepentingan tersebut tidak perlu setiap individu di dalam masyarakat harus memiliki/membeli setiap buku yang

diterbitkan. Yang diharapkan adalah tumbuhnya muinat baca dan adanya kesempatan bagi setiap individu dalam masyarakat untuk dapat membaca dan memngembangkan kebiasaan membaca. Kesempatan ini dapat diusahakan oleh pemerintah dengan penyelenggaraan perpustakaan. Tujuan pembinaan minat baca adalah untuk menciptakan masyarakat membaca (reading sosiety), masyarakat belajar (learning society) dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang ditandai dengan tercipta sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas sebagai piranti pembangunan nasional menuju masyarakat madani10. Sasaran pembinaan yang dituju adalah masyarakat secara keseluruhan dalam berbagai lapisan yang ada meliputi segala usia, jenis kelamin, jenis dan jenjang pendidikan, jenis pekerjaan atau profesi, dan sebagainya. Menurut Frans M. Parera11, kebijakan pembinaan minat baca masyarakat diarahkan melalui lima jalur, yaitu : (1) Pembinaan melalui jalur rumah tangga dan keluarga, (2) Pembinaan melalui jalur masyarakat dan lingkungan (luar sekolah), (3) Pembinaan melalui jalur pendidikan (sekolah), (4) Pembinaan melalui jalur instansional (perkantoran), dan (5) Pembinaan melalui jalur instansi secara fungsional (perpustakaan nasional, perpustakaan provinsi dan perpustakaan kabupaten/kota). Selanjutnya dalam menetapkan pola pembinaan minat dan kebiasaan membaca tidak lagi memikirkan keluarga, masyarakat dan pemerintah, akan tetapi memfokuskan perhatian pada pembinaan secara khusus terhadap individu-individu dan sasaran utama adalah anak balita dan remaja, mulai anak usia 1 (satu) tahun sampai 18 (delapanbelas) tahun. Pola pembinaan minat dan kebiasaan membaca dapat dilihat dari gambar berikut.

Gambar 1 Pola Pembinaan Minat dan Kebiasaan Membaca USIA/ TAHUN

LINGKUNGAN

Bimbingan keluarga

1–3

Taman KanakKanak

Taman Bacaan

4–6

Perpusta kaan

7 – 12

Sekolah Dasar

13 – 18

SLTP/SLTA

JENIS BACAAN  Untuk anak-anak : Alat-alat bermain yang mengandung unsur pendidikan, buku bacaan yang amat sederhana (satu, dua kata, gambar berwarna warni)  Untuk orang dewasa : Surat kabar, majalah hiburan/populer, bacaan ringan lainnya  Alat-alat bermain yang mengadung unsur pendidikan  Bacaan ringan (bahasa yang amat mudah dipahami, bergambar /berwarna)  Bahan alat peraga belajar dan membaca sesuai dengan tingkat usia dan pemahamannya  Bacaan ringan (bergambar/tidak bergambar)  Majalah populer/ hiburan  Surat kabar (harian mingguan) terbitan pusat dan daerah  Buku cerita, fiksi/novel  Majalah hiburan dan olahraga  Surat kabar (harian mingguan) terbitan pusat dan daerah

Kebiasaan membaca

Upaya untuk meningkatkan minat dan kegemaran membaca ini harus terus dilakukan, khususnya dimulai dari anak-anak. Misalnya di lingkungan sekolah promosi

membaca

hendaknya

dilakukan

secara

terus

menerus

dan

berkesinambungan mulai dari tingkat sekolah dasar sampai ke perguruan tinggi. Untuk meningkatkan minat baca di sekolah ada dua permasalahan yang mendasar harus diperhatikan yaitu: 1. Penyediaan dan Pembinaan Perpustakaan Sekolah yang Baik dan Lengkap. Secara umum kondisi perpustakaan sekolah saat ini masih belum memuaskan, banyak yang harus dibenahi. Negara kita adalah negara dengan penduduk besar dengan jumlah sekolah lebih dari 200.000 sekolah dari SD

hingga SLTA (data Depdikbud tahun 1996/1997 jumlah sekolah adalah sebesar 220.066 sekolah). Pembenahan perpustakaan sekolah sebanyak itu tentu memerlukan biaya yang tidak sedikit. Oleh karena itu pembenahan tersebut harus dilakukan secara bertahap. Beberapa hal yang perlu dilakukan antara lain adalah: •

Pembenahan ruang perpustakaan.



Pembinaan koleksi perpustakaan yang terdiri dari buku pelajaran pokok, buku pelajaran pelengkap, buku bacaan, dan buku sumber.



Tenaga pengelola perpustakaan sekolah (pustakawan).

2. Kegiatan-Kegiatan untuk Meningkatkan Minat Baca Disamping pembinaan perpustakaan sekolah, hal yang tidak kalah pentingnya untuk dilakukan dalam rangka meningkatkan minat baca adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan minat membaca. Kegiatan tersebut dapat dikembangkan, dan sangat bergantung kepada kreativitas dan inisiatif tenaga pendidik di sekolah. Beberapa kegiatan yang dianjurkan adalah: •

Agar guru pustakawan menerbitkan daftar buku anak-anak



Mengundang pustakawan dan para guru agar bekerjasama dalam merencanakan kegiatan promosi minat baca.



Mengorganisasi lomba minat baca di sekolah.



Memilih siswa teladan yang telah membaca buku terbanyak.



Melaksanakan program wajib baca di sekolah.



Menjalin kerjasama antar perpustakaan sekolah.



Memberikan tugas baca setiap minggu dan melaporkan hasil bacaannya.



Menceritakan orang-orang yang sukses sebagai hasil membaca.



Menugaskan siswa untuk membuat abstrak dari buku-buku yang dibaca.



Menugaskan siswa belajar ke perpustakaan apabila guru tidak hadir.



Menerbitkan majalah/buletin sekolah.



Mengajarkan teknik membaca kepada siswa.



Memberikan waktu khusus kepada siswa untuk membaca.



Menyelenggarakan pameran buku secara periodik.



Dan lain-lain.

Dari penjelasan di atas terlihat dengan jelas hubungan antara minat baca dengan koleksi atau bahan bacaan. Untuk meningkatkan minat baca masyarakat, maka diperlukan perpustakaan sebagai sarana yang menyediakan berbagai bahan bacaan yang diperlukan oleh masyarakat. Gambar di bawah ini menjelaskan hubungan antara selera, minat baca dan koleksi (bahan bacaan) sehingga tercipta budaya baca. Gambar 2 Proses Terciptanya Budaya Baca Selera

Minat Baca

Kebiasaan Membaca Koleksi Bacaan

Budaya Baca

Menurut Suprihati, seperti yang dikuti oleh Idris Kamah,12 ada beberapa strategi yang harus dilakukan untuk pengembangan minat baca masyarakat, yaitu ; (1) Mendorong dan memfasilitasi tumbuh-kembangnya perpustakaan dan taman bacaan, (2) Pembinaan dan pengembangan perpustakaan dan minat baca masyarakat dilaksanakan secara komprehensif, efektif dan efisien sengan pemanfaatan perkembangan teknologi, (3) Pembinaan dan pengembangan minat baca masyarakat dilaksanakan secara terencana, bertahap dan berkesinambungan, (4) Pembinaan dan pengembangan perpustakaan dan minat baca dengan pemanfaatan sumber daya yang ada, (5) Pembinaan dan pengembangan

perpustakaan dan minat baca dilaksanakan secara terpadu/kerjasama dengan pemerintah daerah dan instansi terkait, (6) Pemberdayaan masyarakat dengan memperkuat infrastruktur, sedangkan pemerintah sebagai katalisator/ penggerak, (7)

Melaksanakan

evaluasi

pemberdayaan

perpustakaan

sebagai

sarana

pengembangan minat baca masyarakat secara terkoordinasi antara pemerintah pusat, provisi, kabupaten/kota, (8) Mendorong terbentuk dan terbinanya gerakan pemasyarakatan minat baca di pemerintah daerah provinsi, kabupaten/kota, dan (9) Mendorong berkembangnya profesi di bidang perbukuan dan sarana bacaan lainnya.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Baca Ada beberapa faktor yang mampu mendorong bangkitnya minat baca masyarakat. Faktor-faktor tersebut adalah; (1) rasa ingin tahu yang tinggi atas fakta, teori, prinsip, pengetahuan dan informasi, (2) keadaan lingkungan fisik yang memadai, dalam arti tersedianya bahan bacaan yang menarik, berkualitas dan beragam, (3) keadaan lingkungan sosial yang kondusif, maksudnya adanya iklim yang selalu dimanfaatkan dalam waktu tertentu untuk membaca, (4) rasa haus informasi, rasa ingin tahu, terutama yang aktual, dan (5) berprinsip hidup bahwa membaca merupakan kebutuhan rohani. Minat baca merupakan potensi yang sudah ada di dalam diri setiap orang yang terdapat dalam otak manusia sejak masa kosepsinya (pembuahan) dalam rahim ibu. Potensi itu akan tumbuh dan berkembang setelah dilahirkan ke dunia, tergantung dari faktor dorongan yang tersedia, situasi dan kondisi, lingkungan kehidupan dari sistem yang berlaku. Menurut Baderi13, paling tidak ada lima faktor yang turut mempengaruhi minat baca seseorang, yaitu; (1) Dorongan dari dalam, (2)

Lingkungan

Keluarga,

(3)

Lingkungan

masyarakat,

(4)

Lingkungan

sekolah/pendidikan, dan (5) Sistem pendidikan nasional. Sedangkan Bunanta14 menyebutkan bahwa minat baca terutama sangat ditentukan oleh: 3. Faktor lingkungan keluarga dalam hal ini misalnya kebiasaan membaca keluarga di lingkungan rumah.

4. Faktor pendidikan dan kurikulum di sekolah yang kurang kondusif. 5. Faktor infrastruktur dalam masyarakat yang kurang mendukung peningkatan minat baca masyarakat. 6. Serta faktor keberadaan dan keterjangkauan bahan bacaan

Sementara itu dipahami bahwa terdapat hubungan antara minat baca dengan tingkat kecepatan pemahaman bacaan bagi peserta didik. Hasil penelitian Guritnaningsih A Santoso memukan bahwa minat baca dan pemahaman bacaan dapat ditingkatkan melalui pendekatan pemprosesan informasi. Penelitian dilakukan terhadap 180 siswa SD di DKI Jakarta dan Jawa Barat sejak Oktober 1999. Hasilnya antara lain, siswa memiliki kemampuan yang rendah dalam memahami kalimat sehingga tidak mampu menangkap ide pokok bacaan. Hal ini terutama disebabkan karena rendahnya minat baca siswa sekolah.15 Ki Supriyoko, menyatakan: “Secara teoritis ada hubungan yang positif antara minat baca (reading interest) dengan kebiasaan membaca (reading habit) dan kemampuan membaca (reading ability). Rendahnya minat baca masyarakat menjadikan kebiasaan membaca yang rendah, dan kebiasaan membaca yang rendah ini menjadikan kemampuan membaca rendah. Itulah yang sedang terjadi pada masyarakat kita sekarang ini.”16 Untuk mengatasinya keterbelakangan ini diperlukan pendidikan sejak dini, dari lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Pendidikan di dalam keluarga merupakan pendorong minat baca yang utama. Minat baca seharusnya ditanamkan oleh orangtua sejak anak masih kecil. Cara yang paling mudah adalah mendongeng melalui buku cerita. Setelah seorang anak dapat membaca, diharapkan mereka akan berusaha mengetahui isi bacaan tanpa menunggu didongengi. Pada gilirannya mereka akan tertarik untuk membaca. Faktor selanjutnya yang juga sangat berpengaruh adalah pendidikan di sekolah dan lingkungan tempat tinggal. Pendidikan di sekolah mendorong anak membaca karena tuntutan pelajaran. Sementara, lingkungan turut mendorong minat baca karena seorang anak melakukan kegiatan sesuai yang dilakukan orang-

orang di sekelilingnya. Anak menjadi rajin membaca jika masyarakat di sekitarnya melakukannya. Faktor-faktor berikut ditengarai menghambat peningkatan minat baca dalam masyarakat dewasa ini: 1. Langkanya keberadaan buku-buku anak yang menarik terbitan dalam negeri. 2. Semakin jarangnya bimbingan orang tua yang suka mendongeng sebelum tidur bagi anak-anak. 3. Pengaruh televisi yang bukannya mendorong anak-anak untuk membaca, tetapi lebih betah menonton acara-acara televisi. 4. Harga buku yang semakin tidak terjangkau oleh kebanyakan anggota masyarakat. 5. Kurang tersedianya taman-taman bacaan yang gratis dengan koleksi buku yang lengkap dan menarik.

Perkembangan minat baca anak tidak hanya ditentukan oleh keinginan dan sikapnya terhadap bahan-bahan bacaan, banyak faktor yang mempengaruhinya, baik itu faktor intrinsik di dalam diri anak dan di luar perpustakaan. Selain itu juga banyak faktor yang mendukung dan menghambat pengembangan minat baca anak. Oleh karena itu, faktor pendukung perlu diperkuat sehingga dapat lebih membantu merangsang peningkatan minat baca anak.

1. Faktor Intrinsik Upaya pembinaan dan peningkatan minat baca secara sistematis merupakan salah satu tugas dan tanggung jawab perpustakaan di samping aspek-aspek lainnya. Dalam melaksanakan pembinaan dan peningkatan minat baca banyak kendala-kendala yang terasa dari dalam perpustakaan sendiri yang disebut sebagai faktor intrinsik.

2. Faktor Ekstrinsik Selain faktor-faktor intrinsik, faktor-faktor ekstrinsik juga mempengaruhi pembinaan dan peningkatan minat baca. Yang dimaksud dengan faktor-faktor ekstrinsik adalah faktor-faktor yang berada di luar perpustakaan, namun mempengarui pembinaan dan pengembagan minat baca yang menjadi salah satu tugas dan tanggung jawab perpustakaan.

Kesimpulan Membaca merupakan bagian terpenting dalam peningkatan kualitas pendidikan yang lebih jauh lagi akan berpengaruh terhadap peningkatan sumber daya manusia. Dengan membaca akan banyak informasi yang didapat dan sekaligus menambah wawasan dan pengetahuan. Dengan demikian, membaca dijadikan sebagai suatu kebiasaan begitu penting, artinya setiap warga masyarakat harus membiasakan diri untuk membaca. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan – terutama di kalangan pelajar – maka perlu dilakukan peningkatan minat baca. Karena tingkat minat baca para pelajar pada saat sekarang ini relatif rendah. Hal ini tentu saja berakibat kepada rendahnya penguasaan ilmu pengetahuan dan informasi. Kondisi serupa juga terjadi pada pelajar di Kecamatan Kuala Kampar pada semua jejang pendidikan (SD sampai SMA). Minat baca para pelajar masih rendah dan mereka lebih banyak menghabiskan waktunya untuk menonton televisi daripada membaca buku atau sumber bacaan lainnya.

Endnotes: 1

H.A.R. Tilaar, Membenahi Pendidikan Nasional, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm. 48. Edy Sutrisno, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Kencana, 2009), hlm. 2. 3 Sutarno, Perpustakaan dan Masyarakat, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2003), hlm. 20. 4 Idris Kamah, (et.al.), Pedoman Pembinaan Minat Baca, (Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2002), hlm. 6. 5 Abdul Rahman Saleh, "Peranan Teknologi Informasi dalam Meningkatkan Kegemaran Membaca dan Menulis Masyarakat", Makalah disampaikan pada acara Semiloka Peningkatan 2

Budaya Gemar Membaca di Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah Kabupaten Bogor, Cibinong, 22 Juni 2006. 6 Athaillah Baderi, “Teknik Pemasyarakatan Perpustakaan dan Pembinaan Minat Baca”, (Bahan Diklat Tenaga Penyuluh Minat dan Gemar Membaca, 2005), hlm 5. 7 Ibid., hlm. 2. 8 Saleh, AR dkk., Penelitian Minat Baca Masyarakat: Pulau Batam, Kerjasama antara Perpustakaan Nasional RI dengan Perpustakaan IPB, (Jakarta: Perpusnas RI, 1995); Saleh, AR dkk., Penelitian Minat Baca Masyarakat di Jawa Timur, Kerjasama antara Perpustakaan Nasional RI dengan Perpustakaan IPB, (Jakarta: Perpusnas RI, 1997). 9 Sutarno, Op. Cit., hlm. 19-20. 10 Idris Kamah, (et.al.), Op. Cit., hlm. 19. 11 Ibid., hlm. 19-20. 12 Idris Kamah, (et.al.), Op. Cit., hlm. 10. 13 Athaillah Baderi, Op. Cit., hlm. 6-7. 14 Murti Bunanta, Buku, Mendongeng dan Minat Membaca, (Jakarta: Pustaka Tangga, 2004), hlm. 232. 15 Guritnaningsih A. Santoso, "Studi Perkembangan Kognitif Anak Indonesia", (Jakarta: Harian Kompas, Rabu, 26 Juli 2000). 16 Ki. Supriyoko, "Minat Baca dan Kualitas Bangsa", (Jakarta: Harian Kompas, Selasa, 23 Maret 2004).