survei pendidikan jasmani, olahraga, dan ... - eJournal Unesa

34 downloads 5658 Views 237KB Size Report
Negeri yaitu: (1) Rata-rata nilai SD Negeri 598 masuk kategori “C”. (2) Rata-rata nilai SMP ... adalah SDN 1 Buluagung, SMPN 1 Karangan, SMAN 2 Karangan. Pada tingkat ..... Dalam proses pengambilan data pertama kali yang dilakukan.
SURVEI PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA, DAN KESEHATAN PADA SATUAN PENDIDIKAN SD, SMP, SMA NEGERI SE-KECAMATAN KARANGAN KABUPATEN TRENGGALEK Sofyan Hadi S1 Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Surabaya Email: [email protected] Dosen Pembimbing: Fifukha Dwi Khory, S.Pd.,M.Pd. ABSTRAK Kemajuan pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan (penjasorkes) di sekolah memiliki peranan penting untuk sarana belajar siswa, selain itu juga dapat menunjang prestasi belajar siswa khususnya dalam mata pelajaran penjasorkes. Untuk dapat mewujudkan hal itu, ada beberapa hal yang dibutuhkan siswa, yaitu: sarana prasarana olahraga yang memadai, tenaga pendidik yang kompeten sesuai bidangnya, kinerja tenaga pendidik, serta prestasi dan penghargaan yang diperoleh guru dan siswa. Karena adanya pembaharuan pangkalan data pendidikan jasmani dan olahraga indonesia (PDPJOI) pada tanggal 02 April 2011. Untuk itu peneliti ingin mengetahui kondisi pendidikan jasmani di Kecamatan Karangan, karena di daerah Kecamatan Karangan belum ada yang meneliti tentang kondisi penjasorkes. Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: (1) bagaimana kondisi penjasorkes pada SD Negeri seKecamatan Karangan pada tahun ajaran 2012/2013? (2) bagaimana kondisi penjasorkes pada SMP Negeri seKecamatan Karangan pada tahun ajaran 2012/2013? (3) bagaimana kondisi penjasorkes pada SMA Negeri seKecamatan Karangan pada tahun ajaran 2012/2013? Dalam penelitian ini menggunakan instrumen PDPJOI yang meliputi 4 aspek yaitu: (1) ketersediaan sarana dan prasarana. (2) ketersediaan tenaga penjasorkes. (3) hasil kinerja satuan pendidikan selama tahun 2012. (4) prestasi dan penghargaan tahun 2012. Hasil rekapitulasi data dari tingkat satuan SD, SMP, SMA Negeri yaitu: (1) Rata-rata nilai SD Negeri 598 masuk kategori “C”. (2) Rata-rata nilai SMP Negeri 677 masuk kategori “B”. (3) Rata-rata nilai SMA Negeri 755 masuk kategori “B”. Kesimpulannya adalah kondisi penjasorkes pada satuan pendidikan SD, SMP, SMA Negeri di Kecamatan Karangan mendapat nilai 615,81 masuk kategori “B” (baik). Sekolah yang mendapat nilai tertinggi adalah SDN 1 Buluagung, SMPN 1 Karangan, SMAN 2 Karangan. Pada tingkat satuan pendidikan di Kecamatan Karangan sebagian besar sudah dapat dinyatakan maju dalam kondisi penjasorkesnya. Kata kunci: Kemajuan Penjasorkes, Satuan Pendidikan SD Negeri, SMP Negeri, dan SMA Negeri. ABSTRACT The improvement of sport, physical and health education at school has important role student’s means, beside it develop students achievement especially at physical education. To realize this condition, there are several thing required by student. Those are proper infrastructure, competent teacher, teacher’s work, also achievement and award got by teacher and student. There was renewable Pangkalan Data Pendidikan Jasmani dan Olahraga Indonesia (PDPJOI) on april 2 nd 2011. Therefore, the researcher would like to know the condition of physical education in karangan subdistrict, because in karangan subdistrict, there is no research that conducted about the condition of physical education yet. Statement of problem in this research are : (1)how is the condition of sport and physical education at public elementary school around karangan subdistrict in years 2012/2013 (2) how is the condition of sport and physical education at public junior high school around karangan subdistrict in years 2012/2013 (3) how is the condition of sport and physical education at public around karangan subdistrict in years 2012/2013 In this research, the researcher used the instrument of PDPJOI that includes four aspects. They are (1) the availability of facilities and infrastructure (2) the existence of physical education teacher (3) the overall result of educational unit’s work in year 2012 (4) achievement and award in year 2012. The result of recapitulation data in public elementary school ,junior high school and senior high school are (1) the average score of public elementary school 598 was categorized “ C ” (2) the average score of public junior high school 677 was categorized “ B ” (3) the average score of public senior high school 755 was categorized “ B ”. The conclution is the condition of sport and physical education in educational unit of public elementary school, junior high school and senior high school got the score 615,81 and was categorized “ B “. The school that got the highest score is SDN 1 Buluagung, SMPN 1 Karangan, and SMAN 2 Karangan. Most of educational unit at Karangan subdistrict, their sport and physical education had subjectively develop

Keyword : Progress of physical and health education unit of public lementary school, junior high school and senior high school. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia, pendidikan dapat mempengaruhi perkembangan manusia dalam seluruh aspek kepribadian dan kehidupannya. Pendidikan merupakan sarana utama pembentukan generasi penerus bangsa. Semakin maju kualitas pendidikan, maka semakin maju pula negara tersebut. Di zaman yang semakin berkembang ini, guna meningkatkan layanan pendidikan yang berkualitas, pemerintah juga membutuhkan dukungan dari berbagai elemen masyarakat maupun lembaga akademik yaitu perguruan tinggi. Tidak meratanya pendidikan juga mengakibatkan kualitas masyarakat Indonesia tertinggal dibandingkan dengan negara lain. Padahal pendidikan merupakan faktor utama dalam membangun karakter bangsa dan faktor untuk menggerakkan perekonomian suatu bangsa. Berdasarkan berita kompas online yang ditulis oleh Ester Lince Napitupulu tahun 2012, perkembangan pendidikan Indonesia masih tertinggal bila dibandingkan dengan negaranegara berkembang lainnya. Menurut Education For All Global Monitoring Report 2011 yang dikeluarkan oleh UNESCO setiap tahun dan berisi hasil pemantauan pendidikan dunia, dari 127 negara, Education Development Index (EDI) Indonesia berada pada posisi ke-69. Indonesia kalah dibandingkan Malaysia (65) dan Brunei (34). Kualitas guru dan komitmen mengajar terdapat lebih dari 54 persen guru memiliki standar kualifikasi yang perlu ditingkatkan dan 13,19 persen bangunan sekolah dalam kondisi perlu diperbaiki. Pendidikan dapat dikatakan berhasil dan sukses apabila semua komponen memenuhi standar. Seperti yang telah tercantum dalam Peraturan Pemerintah dalam Sistem Pendidikan Nasional BAB IX tentang Standar Nasional Pendidikan, yaitu: 1) Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala.

2) Standar nasional pendidikan digunakan sebagai acuan pembangunan kurikulum, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan. 3) Pengembangan standar nasional pendidikan serta pemantauan dan pelaporan pencapaiannya secara nasional dilaksanakan oleh suatu badan standarisasi, penjaminan, dan pengendalian mutu pendidikan. (permendiknas, no.24 th. 2007). Berkaitan dengan Standar Nasional Pendidikan, Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan (Penjasorkes) sangat berperan dalam kemajuan suatu negara karena penjasorkes sudah menjadi bagian dari pendidikan secara umum. Kemajuan penjasorkes di sekolah dapat dilihat dari 4 (empat) aspek yang meliputi tentang (1) ketersediaan sarana dan prasarana olahraga, (2) ketersediaan tenaga pelaksana penjasor, (3) hasil kerja kurun 1 tahun lalu, (4) prestasi dan penghargaan 1 tahun terakhir. Data tersebut didapat dari instrumen Pangkalan Data Pendidikan Jasmani Olahraga Indonesia (PDPJOI) yang kemudian hasilnya nanti dapat dimanfaatkan sebagai peningkatan kemajuan penjasorkes. Selanjutnya akan membawa dampak pada ketercapaian IPTEK di sekolah, membentuk SDM yang berkualitas, serta penunjang pembangunan penjasorkes di sekolah. B. Rumusan Masalah Masalah dalam penelitian ini ialah sebagai berikut: 1. Bagaimana kondisi penjasorkes pada SD Negeri se-Kecamatan Karangan Tahun Ajaran 2012/2013 ? 2. Bagaimana kondisi penjasorkes pada SMP Negeri se-Kecamatan Karangan Tahun Ajaran 2012/2013 ? 3. Bagaimana kondisi penjasorkes pada SMA Negeri se-Kecamatan Karangan Tahun Ajaran 2012/2013 ? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui kondisi penjasorkes pada SD Negeri se-Kecamatan Karangan Tahun Ajaran 2012/2013. 2. Untuk mengetahui kondisi penjasorkes pada SMP Negeri se-Kecamatan Karangan Tahun Ajaran 2012/2013.

3.

Untuk mengetahui kondisi penjasorkes pada SMA Negeri se-Kecamatan Karangan Tahun Ajaran 2012/2013.

D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk semua kalangan khususnya sekolah terkait, pemerintah dinas terkait, dan bagi penulis serta pembaca. E. Definisi Operasional Beberapa definisi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok. (Singarimbun, 1995:3). Yang dimaksud dalam penjelasan diatas adalah suatu informasi yang didapatkan dari sampel atas populasi untuk mewakili seluruh populasi dengan menggunakan kuisioner. 2.

SD, SMP, SMA Negeri adalah sekolah negeri yang dimana pemerintah pusat dan pemerintah daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan fasilitas, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu serta memiliki tingkat kesejahteraan yang merata.

F. Asumsi Penelitian Asumsi dalam penelitian ini adalah masing-masing tingkat satuan pendidikan mengisi instrumen PDPJOI dengan kondisi yang sebenarnya.

G. Keterbatasan Dalam penelitian ini terbatas pada kondisi penjasorkes pada satuan pendidikan SD, SMP, SMA Negeri seKecamatan Karangan di Kabupaten Trenggalek. KAJIAN PUSTAKA A. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan penjasorkes adalah mengembangkan keterampilan pribadi seseorang, mengembangkan psikis yang lebih baik sehingga seseorang dapat memahami

konsep aktivitas jasmani dan kesehatan untuk mencapai fisik yang sempurna hingga pola hidup sehat. fungsi penjasorkes berkaitan dengan kemampuan individu dari berbagai aspek (kognitif, sosial dan emosional), dan perkembangan kemampuan tubuh berbagai keterampilan olahraga, dan keterampilan reaksi. penjasorkes merupakan media untuk mendorong perkembangan psikis, pertumbuhan fisik, belajar hidup mandiri dan penalaran, penghayatan nilai-nilai (sikap, mental, emosional, sportivitas, spiritualitas, sosial), keterampilan motorik yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang. Pendidikan jasmani adalah bagian dari pendidikan keseluruhan yang mengutamakan aktivitas jasmani dan pembinaan hidup sehat untuk pertumbuhan dan perkembangan jasmani, mental, sosial dan emosional yang serasi, selaras dan seimbang. (Kristiyandaru, 2010:33). B. Pangkalan Data Pendidikan Jasmani Olahraga Indonesia (PDPJOI) PDPJOI merupakan gagasan asisten deputi olahraga pendidikan Kemenegpora RI, Pada awal berdirinya pendataan kegiatan PDPJOI dimulai pada tahun 2006, pemotretan data dilakukan pada 13 kabupaten/kota dengan fokus pada Perguruan Tinggi yang memiliki Fakultas Ilmu Keolahragaan atau Jurusan Pendidikan Olahraga Keguruan sebagai lembaga akademis olahraga mencetak guru penjasor dan pelatih serta mengembangkan IPTEK olahraga. (Sari, D.N, 2009: 13). Perguruan Tinggi inilah yang diharapkan mampu melakukan refleksi diri dalam peranannya sebagai lembaga pembina olahraga secara nasional. Dari perkembangannya, PDPJOI mengembangkan Aspek-aspek yang perlu diperbaharui, pada awal pembuatannya tahun 2006 ada 3 Aspek yang terkandung di dalam instrumennya antara lain: 1). Ketersediaan sarana prasarana, 2). Ketersediaan tenaga penjasor, 3). Hasil kerja satuan pendidikan 1 tahun terakhir , dan pada awal tahun 2011 telah dikembangkan menjadi empat aspek yang terdiri dari: 1). Ketersediaan sarana prasarana, 2). Ketersediaan tenaga pelaksana penjasor, 3). Hasil kerja kurun 1 tahun lalu, 4). prestasi dan penghargaan 1 tahun lalu.

1.

Manfaat PDPJOI PDPJOI merupakan lembaga/ unit kerja ad-hoc dalam KEMENEGPORA RI untuk mendukung pembangunan penjasorkes di Indonesia . Setidaknya ada 3 manfaat yang bisa diperolah yaitu: 1.

2.

3.

2.

Data yang dihimpun Tim PDPJOI dapat dipakai sebagai bahan evaluasi diri satuan pendidikan yang bersangkutan dan lembaga-lembaga penanggung jawab terlaksananya kegiatan penjasor di atas satuan pendidikan (dinas pendidikan tingkat kecamatan, kabupaten/ kota , propinsi, maupun Kemenegpora dan Depdiknas). Kemampuan lembaga untuk mengevaluasi diri merupakan modal utama dalam meningkatkan mutu. Data-data PDPJOI akan mempermudah identifikasi akar masalah yang mengganjal kemajuan pelaksanaan pendidikan jasmani dan olahraga di satuan pendidikan maupun lembaga penanggung jawab di atasnya. Terumusnya akar masalah merupakan modal utama untuk merencanakan tindakan perbaikan. Dengan indikator & parameter yang jelas dapat digunakan untuk merumuskan tindakan strategis guna mencegah munculnya masalah yang baru melalui sistem penjaminan mutu pelaksanaan penjasor, baik di tingkat satuan pendidikan maupun di lembaga penanggungjawab di atasnya PDPJOI dapat menampilkan skor dan kategori kemajuan pelaksanaan penjasor satuan pendidikan maupun nilai dan kategori yang merupakan cerminan ratarata tingkat nasional, propinsi, kabupaten/ kota, hingga tingkat kecamatan. Skor total maksimal 1000 yang merupakan akumulasi dari nilai maksimal 300 untuk ketersediaan sarana dan prasarana pelaksanaan penjasor, 300 untuk ketersediaan tenaga pelaksana penjasor, dan skor 400 untuk kinerja penjasor dalam kurun 1 tahun berlalu. Nilai-nilai tersebut selanjutnya dikategorikan dalam 5 tingkat yaitu kategori A, B, C, D, dan E. Masingmasing kategori ini dapat dipakai sebagai ukuran kemajuan pelaksanaan penjasor di masing-masing satuan pendidikan maupun di wilayah kerja tertentu. (kemenegpora ri).

Tujuan PDPJOI Adapun tujuan PDPJOI adalah sebagai berikut:

1. Memperoleh data riil dan akurat tentang pendidikan jasmani yang ada di Indonesia pada umumnya dan khususnya pada 20 Kabupaten/Kota yang berada dibawah Koordinasi Tim nasional PDPJOI Kemenegpora. Memperoleh gambaran untuk penentuan kebijakan di kemudian hari berdasarkan pada data faktual di lapangan. (kemenegpora ri). C. Hakikat Sarana dan Prasarana Olahraga Pengertian sarana dan prasarana memang sangatlah luas, tergantung dari persepsi mana dan dilihat dari sudut pandang mana kita mendefinisikannya berdasarkan disiplin ilmu tentunnya. 1. Sarana olahraga Menurut Soepartono (2000: 6), sarana olahraga dapat digolongkan menjadi dua kelompok yaitu: 1. Peralatan (apparatus), yaitu sesuatu yang digunakan, seperti: peti loncat, palang tunggal, palang sejajar, kuda-kuda dan lain-lain. 2. Perlengkapan (device), yaitu: a. Sesuatu yang melengkapi kebutuhan prasarana, misalnya: net, bendera, untuk tanda, garis batas dan lain-lain. b. Sesuatu yang dapat dimainkan atau dimanipulasi dengan tangan atau kaki, misalnya: bola, raket, pemukul dan lain-lain. 2.

Prasarana olahraga Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (1994: 1086) adalah sarana yang dapat menunjang bagi suatu usaha, pekerjaan, dan kegiatan. Prasarana bukan hanya sebatas pada hal-hal yang terkait pada arena kegiatan olahraga saja. Tetapi segala sesuatu di luar arena yang ikut memperlancar jalannya aktifitas olahraga, ini yang disebut prasarana olahraga. Berdasarkan definisi prasarana yang telah diuraikan dapat disebutkan beberapa contoh prasarana dari olahraga yaitu: lapangan sepakbola, lapangan bolabasket, atletik dan lain-lain. Gedung serbaguna juga merupakan prasarana olahraga, di mana pada bangunan tersebut bisa dipergunakan untuk berbagai macam kegiatan olahraga seperti:

bulutangkis, bolavoli, bolabasket, senam dan lain-lain. D. Hakekat Pendidik dan Tenaga Pendidik 1. Pengertian Pendidik dan Tenaga Kependidik Deskripsi Pendidik dan Tenaga Kependidikan dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang pendidik dan tenaga kependidikan pasal 39 yang menyebutkan bahwa: a) Tenaga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan. Tenaga kependidikan meliputi pengelola satuan pendidikan, penilik, pamong belajar, pengawas, pengembang, pustakawan, laboran, dan teknisi sumber belajar. b) Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama pendidik pada perguruan tinggi. Dari Penjelasan di atas, dapat dikatakan bahwa pendidik dan tenaga kepedidikan harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi pengalaman mengajar sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku. E. Prestasi dan Penghargaan 1. Pengertian Prestasi Prestasi menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (1996:186), “Prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan dan sebagainya)”. Dapat disimpulkan bahwa prestasi adalah wujud kemampuan yang merupakan hasil dari berbagai faktor yang mempengaruhi dari prestasi itu sendiri baik dari dalam atau dari luar manusiannya itu sendiri. 2. Pengertian Penghargaan Wendy’s Blog menjelaskan bahwa, “Penghargaan adalah bentuk Apresiasi seseorang atas usaha seseorang.” Dari pendapat di atas, penghargaan bisa dikaitkan pada pemberian pujian dalam bentuk barang, lisan, atau tulisan oleh seseorang atas prestasi yang telah didapatkan.

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan metode survei serta menggunakan desain kuantitatif non-eksperimen, termasuk penelitian survei non-eksperimen karena karena subyek penelitian tidak menggunakan treatment (perlakuan) dan sampelnya dari satu populasi dengan menggunakan angket sebagai alat pengumpulan data. Penelitian non-eksperimen adalah suatu penelitian di mana peneliti sama sekali tidak memiliki kesempatan untuk memberikan perlakuan atau melakukan manipulasi terhadap variabel yang mungkin berperan dalam munculnya suatu gejala, karena gejala yang diamati telah terjadi ek-post-facto (Maksum,2008:16). B. Variabel Penelitian Variabel adalah suatu konsep yang memiliki variabilitas atau keragaman yang menjadi fokus penelitian, (Maksum, 2008: 30). Dalam penentuan variabel pada penelitian ini tidak terdapat adanya variabel bebas (independent variable) maupun variabel terikat (dependent variable) dikarenakan penelitian ini termasuk penelitian deskriptif. Menurut Maksum (2008:16) Bentuk sederhana dari penelitian deskriptif adalah penelitian dengan satu variabel. Jadi dalam penelitian ini terdapat 1 variabel yang meliputi 4 aspek tentang kemajuan pendidikan jasmani, yaitu: 1. Ketersediaan sarana dan prasarana olahraga. 2. Ketersediaan tenaga pelaksana pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan. 3. Hasil kinerja penjasorkes dalam kurun waktu 1 tahun terakhir pada tahun 2012. 4. Prestasi dan penghargaan selama 1 tahun terakhir. C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan individu atau objek yang dimaksud untuk diteliti dan yang nantinya akan dikenai generalisasi. Sampel adalah sebagian kecil individu atau objek yang dijadikan wakil dalam penelitian (Maksum, 2008: 39). Populasi dalam penelitian ini adalah semua satuan pendidikan SD, SMP, SMA Negeri yang berjumlah 31 lembaga.

D. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang akan digunakan dalam pengumpulan data adalah dengan menggunakan panduan observasi guna mendapatkan data yang akurat. Menurut Maksum (2008: 55), instrumen adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data. Setelah melakukan pengambilan data dengan melakukan observasi, disertai dengan dokumentasi. Data penelitian yang diperoleh dari lembar observasi yang sudah divalidasi oleh para ahli, yaitu mengguakan instrumen pendataan pelaksanaan pendidikan jasmani dan olahraga indonesia yaitu: (PDPJOI) Pangkalan Data Pendidikan Jasmani dan Olahraga Indonesia 2011. (lihat lampiran). Lembar instrumen penelitian ini sudah valid karena instrumen ini didapat dari Asdep Olahraga Pendidikan Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia Tabel 3.2 Tim Nasional PDPJOI 2011 No 1 2

Nama

Jabatan

Drs. Suroto., M.A., Ph.D Heryanto Nur

Koordinator Lapangan

M., S.Pd.,

Center(DIC)Surabaya

Data Input

M.Pd. 3 4 5 6

7 8

9 10

11 12 13

Drs. Sapta Kunta P., M.Pd. Drs. Arsil Dr. M.E Winarno, M.Pd. Drs. Adang Suherman, M.A. Dr. A.R. Jeffry Sengkey, M.Pd. Drs. Baharuddin, M.Pd. Del Asri, S.Si. Dr. Hari Amirullah Rachman, M.Pd. Dr. Agung Sunarno, M.Pd. Drs. Harry Pramono, M.Si. Asri Syam, S.Pd.

DIC Solo DIC Padang DIC Malang DIC Bandung

DIC Manado DIC Makasar

DIC Jakarta DIC Yogyakarta

DIC Medan DIC Semarang DIC Gorontalo

14

I Gusti Lanang Agung Perwata, Spd., M.Kes.

DIC Singaraja

Instrumen ini telah digunakan secara nasional oleh Tim PDPJOI yang disepakati dan digunakan oleh Asisten Deputi Olahraga Pendidikan Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia mulai 2006 sampai sekarang. Bentuk Instrumen Penelitian dapat dilihat pada lampiran. E. Pengumpulan Data Sesuai dengan jenis penelitian yang akan dilaksanakan yaitu penelitian deskriptif kuantitatif menggunakan observasi dan wawancara untuk memperoleh hasil yang konsisten maka digunakan pedoman data dan proses pengumpulan data. Dikarenakan dalam pengambilan datanya yang terlalu banyak maka peneliti membentuk Tim pembantu. Tahap-tahap pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: pada proses pengambilan data diperkirakan selama 1 bulan dari SD, SMP, SMA Negeri se Kecamatan Karangan. Dalam proses pengambilan data pertama kali yang dilakukan yaitu Mengidentifikasi jumlah sekolah yang menjadi subyek penelitian di UPTD Kecamatan Karangan. Meminta surat ijin penelitian dari Fakultas Ilmu Keolahragaan yang kemudian surat ijin penelitian tersebut dimasukkan ke UPTD Kecamatan Karangan untuk mendapat surat rekomendasi agar dapat masuk ke-satuan pendidikan yang akan diambil datanya yang ada di Kecamatan Karangan. Untuk pengambilan data menggunakan Instrumen PDPJOI dibantu Tim pembantu dan guru olahraga dan Staf Tata Usaha pada sekolah terkait, dan tidak lupa didokumentasikan dengan foto sekolah, serta sarana dan prasarana sekolah yang diteliti. Dilanjutkan dari pihak sekolah menandatangani instrumen PDPJOI sebagai bukti bahwa pengambilan data sudah di isi dan di sah kan keasliannya. F. Prosedur Penelitian Pada prosedur penelitian ada beberapa tahapan kerja yang akan dilaksanakan saat akan melakukan penelitian, yaitu: 1. Membuat proposal penelitian. 2. Mengikuti ujian sidang proposal.

3. 4.

5. 6.

Mengurus surat izin penelitian. Mengambil data yang dibutuhkan pada tiap satuan pendidikan yang menjadi sasaran penelitian. Memasukkan data PDPJOI. Meminta surat bukti keterangan penelitian pada satuan pendidikan yang telah didatangi.

7.

Teknik Analisis Data Dalam penelitian ini untuk mengolah data yang akan dijelaskan yaitu menggunakan instrumen PDPJOI, yang di mana dalam form PDPJOI sudah terpaparkan nilai-nilai untuk masing-masing bagian untuk sarana prasarana sekolah. Untuk semua hasil bagian yang telah dijelaskan dalam PDPJOI nilai total maksimal semuanya adalah 1000 poin, dan akumulasi dari 250 poin untuk ketersediaan sarana dan prasarana penjasor, 250 poin untuk ketersediaan tenaga pelaksana penjasor, nilai 300 poin untuk kinerja penjasor dalam kurun waktu 1 tahun terakhir, dan 200 poin untuk prestasi dan penghargaan 1 tahun terakhir juga. Kemudian setelah data-data tersebut dimasukkan ada beberapa kategori dalam pengklasifikasian tingkatan yaitu: A (Sangat Baik), B (Baik), C (Cukup), D (Kurang), E (Kurang Sekali). Pengklasifikasian tingkatan nilai tersebut untuk mengetahui keadaan kemajuan sarana prasarana yang berada di satuan pendidikan dasar diwilayah tersebut. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Pada bab ini diuraikan dari hasil penelitian yang dilakukan secara langsung pada satuan pendidikan SD, SMP, SMA Negeri se-Kecamatan Karangan Kabupaten Trenggalek dan diperoleh data-data yang diperlukan untuk menjawab rumusan masalah yang sudah diuraikan pada bab 1 terkait dengan mengisi instrumen PDPJOI, kemudian dilakukan pengolahan data dengan memasukkan ke instrumen PDPJOI yang memiliki 4 komponen yaitu : 1. Ketersediaan sarana dan prasarana untuk pelaksanaan penjasorkes. 2. Ketersediaan tenaga pelaksana penjasorkes.

3. Hasil kinerja satuan pendidikan 1 tahun terakhir terkait peningkatan mutu penjasor di satuan pendidikan tersebut. 4. Prestasi dan penghargaan selama 1 tahun terakhir. Dari pertanyaan-pertanyaan tersebut, akan dinilai dan dimasukkan pada kategori yang telah ditetapkan pada instrumen PDPJOI. Pada hasil nilai dari data yang sudah dimasukkan pada tingkat sekolah dasar negeri se-kecamatan karangan kabupaten trenggalek, akan dipaparkan hasilnya yaitu : 1. Pada poin ketersediaan sarana dan prasarana penjasor rata-rata mendapat kategori “C” cukup dengan nilai 145, ketersediaan sarana prasarana rata-rata masih tergolong baik karena dari 26 sekolah terdapat 11 sekolah mendapat kategori “B” yaitu SDN 2 Karangan, SDN 1 Sumberingin, SDN 2 Kedungsigit, SDN 3 Kedungsigit, SDN 1 Jatiprahu, SDN 2 Jatiprahu, SDN 2 Salamrejo, SDN 1 Jati, SDN 1 Sukowetan, SDN 2 Kerjo, SDN 2 Ngentrong, dan SDN Kayen. Di sini terdapat 2 Sekolah Dasar yaitu SDN 1 Buluagung dan SDN 1 Salamrejo yang mendapatkan hasil nilai tinggi dengan kategori “A”, untuk . Untuk SDN 2 Buluagung, SDN 3 Karangan, 2 Sukowetan, dan SDN Sumber mendapatkan nilai dalam kategori “ D”. 2. Untuk hasil ketersediaan tenaga pelaksana rata-rata mendapat kategori “B” dengan nilai 191. Terdapat 15 sekolah yang mendapat kategori “A” yaitu SDN 1 Buluagung, SDN 2 Karangan, SDN 3 Karangan, SDN 2 Sumberingin, SDN 3 Sumberingin, SDN 2 Kedungsigit, SDN 3 Kedungsigit, SDN 1 Jatiprahu, SDN 2 Jatiprahu, SDN 3 Jatiprahu, SDN 1 Jati, SDN 1 Sukowetan, SDN 1 Kerjo, SDN 2 Kerjo, dan SDN 1Kayen. dimana untuk hasil dari kesejahteraan status kepegawaian dan tingkat pendidikan pada guru di kecamatan karangan rata-rata sudah di tingkat S-1 pendidikan olahraga jadi sangat menunjang sekali untuk pembelajaran penjasor, akan tetapi disalah satu sekolah ada hasil dari ketersediaan tenaga pelaksana sangat minim dengan kategori “E” yaitu SDN 2 Sukowetan. 3. Untuk hasil kerja 1 tahun terakir rata-rata mendapatkan kategori “B” dengan Nilai 188,

1.

2.

3.

4.

terdapat 1 sekolah dasar yang mendapat kategori “A” yaitu SDN 1 Kedungsigit, adapun sekolah yang masih dikatakan kategori “C” yaitu SDN 2 Buluagung, SDN 1 Sumberingin, SDN 2 Salamrejo, SDN 1 Sukowetan, dan SDN 2 Sukowetan. Untuk hasil prestasi dan penghargaan 1 tahun dalam bidang pendidikan penjasor rata-rata mendapatkan kateghori “D” dengan nilai 75. Hanya 4 sekolah yang mendapat kategori “A” yaitu SDN 1 Buluagung, SDN 2 Buluagung, SDN 2 Kedungsigit, dan SDN 1 Jatiprahu. Berikutnya ada 6 sekolah yang mendapat kategori “D” yaitu SDN 1 Karangan, SDN 2 Karangan, SDN 1 Sumberingin, SDN 2 Jatiprahu, SDN 1 Salamrejo, SDN 1 Jati, dan SDN 1 Sukowetan. Dan ada 7 sekolah yang mendapat kategori “E” yaitu SDN 3 Karangan, SDN 2 Sumberingin, SDN 3 Jatiprahu, SDN 2 Sukowetan, SDN 1 Ngentrong, SDN 2 Ngentrong, dan SDN Sumber. Pada Sekolah Menengah Pertama rata-rata nilai per kecamatan untuk tiap item adalah sebagai berikut: Untuk hasil ketersediaan sarana dan prasarana rata-rata mendapatkan kategori “C” dengan nilai 143. Dari 3 sekolah ada 1 yang mendapat kategori “A” yaitu SMPN 2 Karangan, 1 sekolah yang mendapatkan kategori “B” yaitu SMPN 1 Karangan, dan SMPN 3 Karangan mendapatkan kategori “D”. Untuk hasil ketersediaan tenaga pelaksana rata-rata mendapat kategori “A” dengan nilai 230, dan semua sekolah yaitu SMPN 1 Karangan, SMPN 2 Karangan, dan SMPN 3 Karangan mendapatkan kategori “A”. Untuk hasil kerja kurun 1 tahun terakhir ratarata mendapatkan kategori “B” dengan nilai 210. Semua sekolah mendapatkan kategori “B”. Untuk hasil prestasi dan penghargaan 1 tahun terakhir rata-rata mendapatkan kategori “C”. Hanya 1 sekolah yang mendapatkan kategori “A” yaitu SMPN 1 Karangan, ada 1 sekolah yang mendapatkan kategori “D” yaitu SMPN 3 Karangan, dan untuk SMPN 2 Karangan mendapatkan kategori “E”. Pada Sekolah Menengah Atas ratarata nilai per kecamatan untuk tiap item adalah sebagai berikut:

1.

2.

3.

4.

5.

Untuk hasil ketersediaan sarana dan prasarana rata-rata mendapatkan kategori “B” dengan nilai 160. Dari 2 sekolah mendapatkan kategori “B” yaitu SMAN 1 Karangan dan SMAN 2 Karangan. Untuk hasil ketersediaan tenaga pelaksana rata-rata mendapat kategori “A” dengan nilai 230, dan semua sekolah yaitu SMAN 1 Karangan, dan SMAN 2 Karangan mendapatkan kategori yang sama yaitu “A”. Untuk hasil kerja kurun 1 tahun terakhir ratarata mendapatkan kategori “B” dengan nilai 225. SMAN 2 Karangan mendapatkan kategori “A”, sedangkan SMAN 1 Karangan mendapatkan kategori “B”. Untuk hasil prestasi dan penghargaan 1 tahun terakhir rata-rata mendapatkan kategori “B” dengan nilai 140. SMAN 2 Karangan mendapatkan kategori “A”, dan SMAN 1 Karangan mendapatkan kategori “C”.

Pembahasan Nilai rata-rata sekolah dasar negeri se kecamatan karangan mendapatkan nilai 598 dengan kategori “C”. Pada hasil diatas yang tertinggi adalah pada hasil ketersediaan tenaga pelaksana dengan nilai 191 kategori “B” dan yang menduduki urutan kedua adalah pada hasil kinerja dengan nilai 188 kategori “B”. Untuk urutan ketiga pada hasil ketersediaan sarana dan prasarana mendapat nilai 145 kategori “C” dan yang terakhir pda prestasi dan penghargaan mendapatkan nilai 75 dengan kategori “D”. Dari data di atas nilai rata-rata di tingkat Sekolah Menengah Pertama Negeri se kecamatan karangan mendapat nilai 677 dengan kategori “B”. Pada tabel yang mendapatkan nilai tertinggi dapat dilihat pada hasil ketersediaan tenaga pelaksana dengan nilai 230 kategori “A”, untuk urutan kedua pada hasil kerja dengan nilai 210 kategori “B”, dan urutan yang ketiga pada hasil ketersediaan sarana dan prasarana mendapat nilai 143 dkategori “C” dan yang terakhir pada prestasi yaitu mendapatkan nilai 93 kategori “C”. Nilai tertinggi dapat dilihat pada ketersediaan tenaga pelaksana dengan nilai 230 kategori “A”, untuk urutan kedua pda hasil kinerja mendapatkan nilai 225 kategori “B”, selanjutnya untuk urutan ketiga pada

hasil ketersediaan sarana dan prasarana dengan nilai 160 kategori “B” dan yang terakhir pada hasil prestasi mendapatkan nilai 140 dengan kategori “B”. Untuk ketersediaan sarana dan prasarana mendapatkan nilai 145,48 dengan layak untuk dipakai dalam pelaksanaan pembelajaran penjasorkes. Untuk ketersediaan tenaga pelaksana mendapatkan kategori “B” dengan nilai 197,1 dan tergolong baik karena tingkat pendidikan dan beban mengajarnya seimbang. Untuk hasil kinerjayang diperoleh pada tahun 2012 rata-rata mendapatkan kategori “B” dengan nilai 192,7. Tergolong baik meski belum meraih kategori sempurna karena ada beberapa sekolah yang masih kekurangan siswa. Untuk prestasi dan pengharagaan pada tahun 2012 mendapatkan nilai 80,645 dengan kategori “C”. Terbilang cukup karena perlombaan jarang diadakan. Tingkat sekolah dasar negeri yang memperoleh nilai tertinggi yaitu SDN 1 Buluagung dengan nilai 870 kategori “A”. Untuk tingkat sekolah menengah pertama nilai tertinggi yaitu SMPN 1 Karangan dengan nilai 790 kategori “B”. Sedangkan untuk tingkat sekolah menengah atas nilai tertinggi adalah SMAN 2 Karangan dengan nilai 840 kategori “A”. Jadi satuan pendidikan yang disebut di atas patut untuk dijadikan contoh dalam meningkatkan kualitas pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Dari hasil nilai yang didapat dari data PDPJOI tingkat SD, SMP, SMA Negeri se kecamatan Karangan mendapat kategori “B” dengan nilai 615,81. Satuan pendidikan SD, SMP, SMA Negeri se-Kecamatan Karangan tergolong Maju pada kondisi kemajuan jasmaninya.

A.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Dari hasil penelitian tentang kondisi penjasorkes menggunakan perangkat PDPJOI adalah sebagai berikut: 1. Untuk tingkat sekolah dasar negeri sekecamatan Karangan kondisi pendidikan jasmaninya mendapat rata-rata nilai 598 sehingga mendapat kategori “C” (cukup). Untuk tingkat sekolah menengah pertama negeri se-kecamatan Karangan kondisi pendidikan jasmaninya mendapat nilai

B.

rata-rata 677 sehingga mendapat kategori “B” (baik). Untuk tingkat sekolah menengah atas negeri se-kecamatan Karangan kondisi pendidikan jasmaninya mendapat nilai rata-rata 755 sehingga mendapat kategori “B” (baik). 2. Tingkat sekolah dasar terbaik adalah SDN 1 Buluagung dengan nilai 870 kategori “A” (sangat baik). Tingkat sekolah menengah pertama negeri terbaik adalah SMPN 1 Karangan dengan nilai 790 kategori “B” (baik). Tingkat sekolah menengah atas terbaik adalah SMAN 2 Karangan dengan nilai 840 kategori “A” (sangat baik). 3. Jadi pada tingkat SD, SMP, SMA negeri se-kecamatan Karangan termasuk dalam kategori baik dan cukup maju. Saran Dari simpulan di atas bisa diberikan masukan saran untuk bisa menjadi pedoman dan evaluasi bagi sekolah-sekolah yang ada di kecamatan karangan, berikut saran yang di sampaikan : 1. Untuk Ketersediaan Sarana prasarana pada satuan pendidikan SD Negeri di Kecamatan Karangan yang mendapat nilai terkecil adalah SDN 2 Buluagung, SDN 3 Karangan, SDN 2 Sukowetan, dan SDN Sumber, untuk sekolah-sekolah tersebut hendaknya menjaga dan merawat sarana dan prasarana yang telah disediakan sekolah guna melacarkan pembelajaran penjas yang optimal serta mempergunakan sarana dan prasarana yang ada dengan optimal agar dapat mengasah kemampuan siswa dalam bidang olahraga terlebih mendapat prestasi, pemeliharaan sarana dan prasarana harus sering dilakukan agar tidak cepat rusak. 2. Untuk Ketersediaan Tenaga pelaksana Penjasor pada satuan pendidikan SD Negeri di Kecamatan Karangan yang mendapat nilai terkecil adalah SDN 2 Sukowetan, SDN 1 Salamrejo, SDN 2 Salamrejo, dan SDN 2 Ngentrong. Tenaga pendidik penjasorkes hendaknya dari guru penjasorkes yang memiliki kualifikasi akademik pendidikan dari pendidikan olahraga, agar dapat

3.

4.

5.

6.

memberikan materi penjasorkes pada siswa dengan maksimal. Untuk Hasil Kerja pada kurun 1 tahun terakhir pada satuan pendidikan SD Negeri di Kecamatan Karangan yang mendapat nilai terkecil adalah SDN 3 Jatiprahu SDN 2 Buluagung, SDN 1 Sumberingin, SDN 2 Salamrejo, SDN 1 Sukowetan, SDN 2 Sukowetan, jadi kurangnya beban mengajar guru per minggu harus ditambah, untuk status guru penjasor juga perlu diperhatikan, untuk kegiatan ekstrakurikuler belum ada perhatian lebih. Untuk Prestasi dan Penghargaan selama satu tahun terakhir pada satuan pendidikan SD Negeri di Kecamatan Karangan yang mendapat nilai kurang adalah SDN 3 Karangan, SDN 2 Sumberingin, SDN 3 Jatiprahu, SDN 2 Sukowetan, SDN 1 Ngentrong, SDN 2 Ngentrong, dan SDN Sumber. Kurangnya prestasi yang dicapai dari guru penjas yang menjadi faktor lemahnya SDM dalam peningkatan mutu Penjasor di sekolahan tersebut, oleh sebab itu akses siswa dalam mencapai prestasi di bidang penjasor menjadi kurang maksimal. Jadi guru penjas harus mampu ikut bersaing dan terus belajar demi meningkatkan kualitas mendidiknya. Untuk Sekolah Menengah Pertama Negeri se-Kecamatan Karangan terdapat beberapa komponen penting yang perlu ditingkatkan yaitu Ketersediaan Sarana dan Prasarana yang perlu dirawat dan diperbaiki, serta prestasi dan penghargaan guru penjas yang masih perlu ditingkatkan. Untuk Sekolah Menengah Atas Negeri se-Kecamatan Karangan komponenkomponen yang perlu ditingkatkan yaitu Prestasi dan penghargaan guru penjasnya, Guru Penjas harus mampu mengembangkan serta membina prestasi siswanya. Guru penjas juga harus lebih tanggap terhadap perkembangan di dunia Olahraga. DAFTAR RUJUKAN Badudu J.S , Sutan Mohammad Zain. 2001. Kamus Umum Bahasa

Indonesia. Jakarta: Sinar Harapan.

Pustaka

Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. 2003: Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian. Jakarta: Direktorat Pendidikan Dasar Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga (kemenpora). 2012. Pangkalan Data Pendidikan Jasmani Olahraga Indonesia, (Online), (http://pdpjoi.kemenpora.go.id/, diakses 21 November 2012). Kristiyandaru.2010. manajemen pendidikan jasmani dan olahraga. Surabaya:Unesa University Press. Lince , Ester. 2012. Pendidikan Tak Merata, Kualitas Masyarakat Tertinggal, (Online),(http://edukasi.kompas. com/read/2012/09/13/16333195/ Pendidikan.Tak.Merata.Kualitas. Masyarakat.Tertinggal), diakses 21 September 2012). Maksum, Ali. 2008. Metodologi Penelitian Dalam Olahraga: Universitas Negeri Surabaya. Menteri

Pendidikan Nasional. 2003. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia.

Mulyasa, E. 2009. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemandirian Guru dan Sekolah. Jakarta:Bumi Aksara. New. 2010. Pengertian Prestasi,(Online), (http:// tentangkomputerkita. blogspot.com

/2010/04/pengertianprestasi.html . diakses 21 November 2012).

Surabaya. Jurusan Pendidikan Olahraga FIK Unesa.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Standar Nasional Sarana dan Prasarana Tingkat Satuan Pendidikan SD, SMP, SMA dan Sederajat,(Online)(http://www.d ikmenhum.go.id/dataapp/kurikul u/1./KUMPULAN/PERMEN/08 .PERMENDIKNAS/NO/24/TH N/2007/TTG/SARANA/Permen/ Nomor/24/Tahun/2007/Standar/ Sarana/Prasarana_presentasi.pdf, diakses 21 September 2012).

Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 1987. Metode Penelitian Survai. Yogyakarta: PT Pustaka LP3ES Indonesia.

Prambudi, Angga Rianto. 2012. Studi Tentang Sarana dan Prasarana Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya. Jurusan Pendidikan Olahraga FIK Unesa. Sari, Dwi Nirmala. 2009. Perbandingan Tingkat Kemajuan Pendidikan Jasmani dan Olahraga Tingkat SLTA se-Kabupaten Gresik Tahun 2007 dengan 2009. Skripsi tidak diterbitkan.

Soepartono, 2000. Sarana dan Prasarana Olahraga. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D-III. Sugiyono, 2011. Statistika Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Untuk

Tim Penyusun. 2006. Panduan Penulisan dan Penilaian Skripsi. Surabaya: Unesa University Press. Wendy’s. 2011. Pengertian penghargaan dan hukum, (Online), http://wendycapruk.blogspot.co m, diakses 21 November 2012). Yonohudiyono, E dan Jack Parmin. 2007. Bahasa Indonesia Keilmuan. Surabaya: Unesa University Press.