Tausiah Perpisahan - tito math's blog

111 downloads 369 Views 118KB Size Report
DOA ORANG TUA. Ir. Tito Adi Dewanto. (diiringi lagu Astagfirullah). Anakku marilah kita menundukan pandangan seraya memejamkan mata.
DOA ORANG TUA Ir. Tito Adi Dewanto (diiringi lagu Astagfirullah) Anakku marilah kita menundukan pandangan seraya memejamkan mata. Kita bermuhasabah kepada Allah SWT. Kita hisab diri kita sebagaimana Sayyidina Umar bin Khotob mengatakan :Hisablah diri kalian sebelum dihisab oleh Allah SWT, karena sesungguhnya hisab diakhirat akan ringan manakala didunia kita sering menghisab diri kita sendiri. Kita berkotempelasi seraya bermunajat memohon ampun kepada Allah agar Allah senantiasa mengampuni segala dosa-dosa kita. Dosa-dosa orang tua kita dan dosa-dosa guru kita. Anakku tanpa terasa enam belas tahun atau lebih kalian hidup didunia, seiring dengan bertambah usia, dosa-dosapun semakin bertambah banyak. Banyak dari kalian yang sering menyakiti guru kalian, terlebih lagi banyak orang tua yang sering disakiti, banyak orang tua menangis karena merasa tidak dihargai oleh anaknya. Anakku sekalian Pandanglah wajah ibu kalian. Ibumu telah bersusah payah mengandung selama 9 bulan, melahirkan dengan berdarah-darah, dengan mempertaruhkan nyawanya. Ibumulah yang membesarkanmu dengan penuh kasih sayang tanpa keluh kesah. Namun mengapa justeru engkau sering membantahnya. Anakku ada diantara ibu kalian siswa BBS untuk menyekolahkan anaknya dengan gali lobang tutup lobang, pinjam ke tetangga, namun mengapa kalian tidak menyadari dan berkhidmat padanya. Anakku sekalian ada diantara ibu kalian yang mungkin suaminya atau ayah kalian sudah meninggal dunia, karenanya seorang diri dia berjuang bertindak ibu sekagus ayah, menyekolahkan, membesarkan dengan tanpa ayah kalian disampingnya. Namun masih ada yang tega tidak menghormatinya, tidak mematuhinya. Lupakah kalian dengan kisah Al Qomah, seorang ahli ibadah, sahabat Rosulullah yang telah menyakiti hati ibunya karena lebih memperhatikan isterinya dibanding ibunya sendiri. Al Qomah tidak bisa mengucapkan kalimat Laa ilahaillallah....... sebelum akhirnya dimaafkan oleh ibunya. Jangan sampai kalian seperti Al Qomah tersebut. Anakku sekalian Hadirkanlah wajah ayah kalian. Beliaulah yang membanting tulang mencari nafkah untuk membiayai kalian. Terkadang tangan jadi kaki, kaki jadi tangan, mencari tambahan disana sini agar kebutuhan kalian terpenuhi. Pergi pagi pulang petang penghasilan pas-pasan, namun beliau tetap berjuang.Terik matahari, hujan lebat tidak dihiraukannya. Namun mengapa kalian tidak membalasnya dengan mematuhinya, membalasnya dengan belajar giat, malah sering bolos bahkan ada yang tega nilep uang SPP untuk hura-hura atau sekedar main PS. Padahal uang itu hasil keringat orang tua kalian. Uang yang diperoleh dengan derai air mata. Anakku ayahmulah yang merawatmu, memenuhi segala kebutuhanmu. Meski terkadang ayah kalian sakit namun tidak dirasakannya beliau tetap, berusaha tetap bekerja giat agar masa depan anaknya lebih baik darinya. Tapi mengapa anakku kalian sering membantah kedua orang tua kalian, sering tidak mendengar nasehatnya, padahal Nabi bersabda: Ridollah fi ridlo walidlain, suhtullah fi suhti walidlain (Rido Allah tergantung ridlo orang tua dan murka Allah tergantung murka orang tua). Anakku sekalian kalau boleh memilih mungkin ada diantara ortu kalian yang berharap untuk tidak melahirkan kalian karena hanya mendapatkan anak durhaka saja, kalau boleh berharap mungkin mereka tidak akan membesarkan kalian karena hanya mendapatkan anak yang durhaka yang hanya membuat mereka kesal saja padahal Allah SWT memerintahkan untuk berbakti kepada orangtuanya, bahkan Allah menyatakan untuk berkata ’ah’ saja tidak boleh, apalagi membentak mereka. Anakku selagi Allah masih memberi waktu kepada ortu kita minimal hari ini, cobalah nanti setelah pulang kalian untuk berlutut kepada ibu bapak kalian untuk mendapat ridonya, mintalah maaf kepadanya doakanlah mereka, janganlah pernah melanggar perintah mereka lagi. Bahagiakanlah mereka dengan akhlak yang baik, perkataan yang lembut dan prestasi yang dapat membanggakannya. Janganlah sampai kalian menunggu mereka sudah terbujur kaku dipembaringan, atau mereka sudah wafat, sungguh tiada guna penyesalan yang kalian kepada mereka. Sebelum terlambat mintalah maaf kepada mereka, doakanlah mereka selalu. Robbana hablana min azwajina wa dzurriyatina, qurrota a’yuni, wajalna lilmutaqina imama. Robbana zolamna anfusana waillam tagfirlana watarhamna lanakunana minal khosirin. Robigfirlana waliwalidaina warhamhuma kama robbayani sogiro. Robbbana atina fi dunnya hasanah, wafil akhiroti hasana wakina azabannar.