upaya meningkatkan keterampilan berbicara dengan media gambar

48 downloads 4584 Views 4MB Size Report
Keterampilan Berbicara Dengan Media Gambar (Penelitian Tindakan Kelas pada ...... kebahasaan yang memadai serta unsur-unsur yang menjadi syarat agar ...
perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Letak Penelitian ini diakukan di Kabupaten Grobogan yang terletak di Provinsi Jawa Tengah. Dilihat dari Peta Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Grobogan terletak diantara dua Pegunungan Kendeng yang membujur dari arah barat ke timur. Kabupaten berada di bagian timur Provinsi Jawa Tengah dan berbatasan dengan : a. Sebelah Barat

: Kabupaten Semarang dan Kabupaten Demak

b. Sebelah Utara

: Kabupaten Kudus, Kabupaten Pati dan Kabupaten Blora

c. Sebelah Timur

: Kabupaten Blora

d. Sebelah Selatan : Kabupaten Ngawi (Jawa Timur), Kabupaten Sragen, Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Semarang. Ditinjau secara letak geografis, wilayah Kabupaten Grobogan terletak diantara 60 55' LS - 70 16' LS dan 1100 32' BT -1110 15' BT.

2. Luas Wilayah Secara administratif Kabupaten Grobogan terdiri dari 19 (sembilan belas) kecamatan dan 280 desa/kelurahan dengan ibukota berada di Purwodadi. Berdasarkan hasil Evaluasi Penggunaan Tanah (EPT) tahun 1983 Kabupaten Grobogan mempunyai luas 1.975,86 km2 dan merupakan kabupaten terluas nomor 2 di Jawa Tengah setelah Kabupaten Cilacap. Jarak dari utara ke selatan ±37 km dan jarak dari barat ke timur ± 83 km. Jarak Ibukota Kabupaten Grobogan ke beberapa kota sekitarnya adalah sebagai berikut : Purwodadi ke Semarang : ± 64 km Purwodadi ke Demak

: ± 39 km

Purwodadi ke Kudus

: ± 45 km

Purwodadi ke Pati

: ± 45 km commit to user : ± 64 km

Purwodadi ke Blora

61

62 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Purwodadi ke Sragen

: ± 64 km

Purwodadi ke Surakarta

: ± 64 km

Data jumlah kelurahan, desa, dusun, RW, dan RT di masing-masing kecamatan di Kabupaten Grobogan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 11. Jumlah Kelurahan, Desa, Dusun, RW, dan RT di Masing-Masing Kecamatan di Kabupaten Grobogan Tahun 2014 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19.

Kecamatan Kedungjati Karangrayung Penawangan Toroh Geyer Pulokulon Kradenan Gabus Ngaringan Wirosari Tawangharjo Grobogan Purwodadi Brati Klambu Godong Gubug Tegowanu Tanggungharjo Jumlah 2013 2012 2011 2010

Kelurahan

Desa

Dusun

RW

RT

0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 1 4 0 0 0 0 0 0 7 7 7 7 7

12 19 20 16 13 13 14 14 12 12 10 11 13 9 9 28 21 18 9 273 273 273 273 273

76 100 71 118 102 112 79 87 78 86 58 52 104 51 44 86 62 54 31 1.451 1.451 1.451 1.451 1.451

82 107 85 153 101 126 96 99 92 94 73 80 157 57 47 103 105 56 43 1.756 1.756 1.755 1.755 1.753

322 593 460 884 507 672 549 544 396 509 348 448 915 279 185 511 463 244 267 9.096 9.096 9.067 9.067 9.017

Sumber: Kabupaten Grobogan dalam Angka 2015

Berdasarkan Tabel 11 dapat diketahui bahwa Kabupaten Grobogan pada tahun 2014 terbagi dalam 19 Kecamatan. Wilayah tersebut terdiri dari 273 desa, 7 kelurahan, 1.451 dusun, 1.756 Rukun Warga (RW) dan 9.096 Rukun Tetangga (RT). Jumlah desa terbanyak dimiliki oleh Kecamatan Godong yaitu sebanyak 28 desa, sedangkan yang paling sedikit dimiliki oleh Kecamatan Brati, Klambu dan commit to user Tanggungharjo yaitu sebanyak 9 desa.

61

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

3. Topografi Kabupaten Grobogan yang memiliki relief daerah pegunungan kapur dan perbukitan serta dataran di bagian tengahnya, secara topografi terbagi kedalam 3 kelompok yaitu : a. Daerah dataran rendah berada pada ketinggian sampai 50 meter di atas permukaan air laut dengan kelerengan 00 – 80 meliputi 6 kecamatan yaitu Kecamatan Gubug, Tegowanu, Godong, Purwodadi, Grobogan sebelah selatan dan Wirosari sebelah selatan. b. Daerah perbukitan berada pada ketinggian antara 50 - 100 meter diatas permukaan air laut dengan kelerengan 80 – 150 meliputi 4 kecamatan yaitu Kecamatan Klambu, Brati, Grobogan sebelah utara dan Wirosari sebelah utara. c. Daerah dataran tinggi berada pada ketinggian 100 - 500 meter di atas permukaan air laut dengan kelerengan lebih dari 150 meliputi wilayah kecamatan yang berada di sebelah selatan dari wilayah Kabupaten Grobogan. Berdasarkan letak geografis dan reliefnya, Kabupaten Grobogan merupakan Kabupaten yang tiang penyangga perekonomiannya berada pada sektor pertanian dan merupakan daerah yang cenderung cukup sulit mendapatkan air bersih.

4. Iklim Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Direktorat Program Kehutanan tentang iklim di Kabupaten Grobogan yang terletak di antara Daerah Pantai Utara bagian timur dan daerah Bengawan Solo Hulu mempunyai tipe iklim D yang bersifat 1 s/d 6 bulan kering dan 1 s/d 6 bulan basah dengan suhu minimum 260 C. Banyaknya hari hujan menurut kecamatan/ tempat pengamatan per bulan di Kabupaten Grobogan dapat dilihat pada tabel berikut:

commit to user

64

65

Tabel 12. Banyaknya Hari Hujan Menurut Kecamatan/ Tempat Pengamatan per Bulan di Kabupaten Grobogan Tahun 2014 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21.

Hari Hujan (Hari)

Kecamatan/ Tempat Pengamatan

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Agst

Sep

Okt

Nov

Des

Rata-rata

Kedungjati Karangrayung Penawangan Toroh Geyer Pulokulon Kradenan Gabus Ngaringan Wirosari Tawangharjo Grobogan Purwodadi Kantor Dinpertan Brati Klambu Godong Gubug Tegowanu Tanggungharjo BBP Ngambak Rata-rata 2013 2012 2011

21 19 21 23 19 18 20 19 20 24 20 25 21 22 25 27 23 13 21 20 16 20,9 17,7 20,5 17

12 11 12 12 12 12 10 11 12 11 12 16 13 13 14 13 13 11 13 10 12 12,1 12,4 14,8 12

11 9 13 10 14 10 10 11 13 14 12 20 8 15 15 14 8 8 3 4 11 11,1 14,1 12,3 15

10 17 10 20 15 15 16 15 8 14 15 20 10 18 17 7 13 9 5 10 10 13 13.3 9 14

3 2 0 7 4 5 7 3 5 5 6 6 3 7 5 7 8 2 0 2 2 4,1 10 3,7 8

5 6 3 6 8 3 5 3 5 2 5 8 4 4 9 2 4 3 3 5 5 4,7 8,5 3,4 3

5 4 4 6 2 5 5 6 7 4 6 9 6 3 9 6 5 4 2 5 5 5,1 6,8 0,6 3

4 0 2 3 3 4 3 3 5 4 6 3 0 2 2 4 1 1 3 4 4 3 1,3 0,0 1,0

0 0 0 0 1 1 0 0 1 2 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0,4 0,6 0,6 2,0

6 2 9 6 8 5 6 6 8 4 5 8 5 6 8 7 4 4 3 5 6 5,8 9,7 8,3 7

13 5 9 12 13 10 11 12 10 19 19 18 13 10 19 14 15 8 9 12 9 12,6 11,9 12 15

14 13 5 16 10 12 11 16 14 14 18 18 11 13 17 19 18 15 14 14 14 14 17 16 15

8,7 7,3 7,3 9,6 8 8,8 8,2 9,6 9 9,8 10,4 12,6 7,8 9,4 11,8 10,1 9,6 6,5 6,3 7,6 7,8 8,9 10,3 8,4 5,3

Sumber: Kabupaten Grobogan dalam Angka 2015

perpustakaan.uns.ac.id

66 digilib.uns.ac.id

Berdasarkan Tabel 12 banyaknya hari hujan di Kabupaten Grobogan, jumlah hari hujan paling banyak yaitu terjadi pada bulan Januari dengan rata-rata jumlah hari hujan sebanyak 20,9 hari, sedangkan banyaknya hari hujan paling rendah terjadi pada bulan September dengan rata-rata jumlah hari hujan sebanyak 0,4 hari. Hal tersebut terjadi karena pada bulan Januari merupakan musim penghujan sehingga jumlah hari hujannya banyak, sedangkan bulan September merupakan musim kemarau sehingga jumlah hari hujannya rendah. Berdasarkan tabel 15 banyaknya hari hujan menurut kecamatan/ tempat pengamatan per bulan di Kabupaten Grobogan, dapat dibuat grafik rata-rata hari hujan per bulan di Kabupaten Grobogan tahun 2012-2014.

Gambar 7. Grafik Rata-rata Hari Hujan per Bulan di Kabupaten Grobogan Tahun 2012-2014 Berdasarkan grafik rata-rata hari hujan per bulan di Kabupaten Grobogan tahun 2012-2014, hari hujan paling tinggi terjadi pada bulan Desember dan Januari sedangkan hari hujan terendah pada bulan Agustus dan September yang mencapai 0 dalam satu bulan. Hari hujan paling tinggi per tahun terjadi pada tahun 2013 dan terendah pada tahun 2012. Tinggi rendahnya curah hujan mempengaruhi tingkat kekeringan di Kabupaten Grobogan. Besarnya curah hujan per bulan menurut kecamatan/ tempat pengamatan per bulan di Kabupaten Grobogan dapat dilihat pada tabel commit to user berikut:

67

Tabel 13. Banyaknya Curah Hujan Menurut Kecamatan/ Tempat Pengamatan per Bulan di Kabupaten Grobogan Tahun 2014 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21.

Kecamatan/ Tempat Pengamatan Kedungjati Karangrayung Penawangan Toroh Geyer Pulokulon Kradenan Gabus Ngaringan Wirosari Tawangharjo Grobogan Purwodadi Kantor Dinpertan Brati Klambu Godong Gubug Tegowanu Tanggungharjo BBP Ngambak Rata-rata 2013 2012 2011

Jan 277 308 363 305 255 333 387 408 315 378 318 412 411 397 867 647 553 401 399 281 338 588 279 399 277

Feb 184 196 201 193 226 261 153 246 174 185 125 287 371 234 301 355 292 217 192 203 160 226 227 318 178

Mar 137 209 417 229 246 290 232 209 214 169 269 334 255 350 413 238 108 107 76 120 129 226 247 128 241

Sumber: Kabupaten Grobogan dalam Angka 2015

Apr 100 818 252 311 270 255 275 343 269 273 212 108 236 400 95 159 178 223 137 71 47 240 353 115 281

Curah Hujan (mm) Mei Jun Jul Agst 50 43 66 50 35 64 32 0 0 35 50 29 118 55 86 37 104 105 79 30 36 55 21 81 48 43 41 49 45 19 67 47 85 43 58 43 71 48 44 36 70 50 55 51 17 133 108 26 25 46 50 0 85 73 53 65 14 75 156 55 33 41 61 105 86 40 66 45 25 38 38 34 0 50 38 12 32 27 49 46 27 28 40 37 48 53 60 42 137 134 86 12 39 40 7 0 104 68 41 15

Sep 0 0 0 0 0 3 2 0 55 12 7 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 7 5 33

Okt 91 143 147 156 153 104 46 146 63 56 109 70 46 80 30 35 37 30 71 74 76 84 199 131 125

Nov 222 91 146 232 225 321 189 181 91 173 214 233 124 192 234 152 105 137 113 199 168 178 218 246 406

Des 321 283 47 205 178 208 182 223 184 176 175 264 166 182 243 194 186 370 272 280 273 220 332 353 357

Jumlah 1.541 2.179 1.687 1.927 1.871 1.968 1.647 1.934 1.594 1.621 1.655 1.992 1.730 2.111 6.483 2.020 1.696 1.620 1.360 1.382 1.323 1.969 2.232 1.782 2.112

Ratarata 128 182 141 161 156 164 137 161 133 135 138 166 144 176 540 168 141 135 113 115 110 164 186 148 101

68 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Berdasarkan tabel 13 banyaknya curah hujan di Kabupaten Grobogan, jumlah curah hujan paling banyak yaitu terjadi pada bulan Januari dengan ratarata curah hujan sebesar 588 mm, sedangkan banyaknya curah hujan paling rendah terjadi pada bulan September dengan rata-rata curah hujan 4 mm. Hal tersebut terjadi karena pada bulan Januari merupakan musim penghujan sehingga jumlah curah hujannya banyak, sedangkan bulan September merupakan musim kemarau sehingga jumlah curah hujannya rendah. Berdasarkan tabel curah hujan per bulan menurut kecamatan/ tempat pengamatan di Kabupaten Grobogan, dapat juga dibuat grafik rata-rata curah hujan per bulan di Kabupaten Grobogan tahun 2012-2014 sebagai berikut: Grafik Rata-Rata Curah Hujan per Bulan di Kabupaten Grobogan Tahun 20122014

Gambar 8. Grafik Rata-Rata Curah Hujan di Kabupaten Grobogan Tahun 20112014 Berdasarkan grafik rata-rata curah hujan per bulan di Kabupaten Grobogan tahun 2011-2014, curah hujan paling tinggi terjadi pada bulan Desember dan Januari sedangkan curah hujan terendah pada bulan Agustus dan September. Curah hujan paling tinggi per tahun terjadi pada tahun 2013 dan terendah pada tahun 2011. commit to user

69 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Rata-rata hari hujan dan curah hujan per bulan menurut kecamatan/ tempat pengamatan di Kabupaten Grobogan sebagai berikut:

Tabel 14. Rata-rata Hari Hujan dan Curah Hujan per Bulan Menurut Kecamatan/ Tempat Pengamatan di Kabupaten Grobogan Tahun 2014 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21.

Kecamatan/ Tempat Rata-rata Hari Hujan Rata-rata Curah Hujan Pengamatan per Bulan (Hari) per Bulan (mm) Kedungjati 8,61 128,42 Karangrayung 7,33 181,58 Penawangan 7,33 148,58 Toroh 10,58 160,58 Geyer 9,58 155,92 Pulokulon 8,33 164,00 Kradenan 8,75 137,25 Gabus 8,17 161,17 Ngaringan 9,00 132,83 Wirosari 9,75 135,08 Tawangharjo 10,42 137,92 Grobogan 12,58 166,00 Purwodadi 7,83 144,17 Brati 9,42 175,92 Klambu 11,75 540,25 Godong 10,08 168,33 Gubug 9,33 141,33 Tegowanu 6,50 135,00 Tanggungharjo 6,33 113,33 Dinperta TPH 7,58 115,17 BB Ngambak 7,83 110,25 Rata-rata 8,91 164,05 2013 10,28 185,96 2012 8,43 148,48 2011 5,33 100,57

Sumber: Kabupaten Grobogan dalam Angka 2015

Rata-Rata banyaknya hari hujan menurut kecamatan/ tempat pengamatan per bulan di Kabupaten Grobogan paling tinggi di Kecamatan Grobogan dengan rata-rata curah hujan sebesar 12,58 hari dalam satu bulan, sedangkan rata-rata jumlah hari hujan paling rendah terjadi di Kecamatan Tanggungharjo dengan jumlah hari hujan 6,33 hari dalam satu bulan. commit to user

70 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

5. Penggunaan Lahan Berdasarkan hasil Evaluasi Penggunaan Tanah (EPT) tahun 1983 Kabupaten Grobogan mempunyai luas 1.975,86 km2 dan merupakan kabupaten terluas nomor 2 di Jawa Tengah setelah Kabupaten Cilacap. Dari hasil laporan Dinas Pertanian TPH (SPVA) diperoleh data mengenai luas lahan keadaan akhir tahun 2013 untuk Kabupaten Grobogan seluruhnya seluas 197.586 hektar yang terdiri dari: lahan pertanian sawah 66.184 hektar, lahan pertanian bukan sawah 99.674 hektar dan lahan bukan pertanian 31.728 hektar. Luas lahan menurut penggunaannya di Kabupaten Grobogan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 15. Luas Lahan Menurut Penggunaannya di Kabupaten Grobogan Tahun 2013 No. Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase (%) 1. Penggunaan Lahan Pertanian Sawah 66.184 33,50 a. Irigasi 29.881 15,12 b. Tadah Hujan 36.303 18,37 2. Penggunaan Lahan Pertanian Bukan 99. 647 50,44 Sawah a. Tegal/ Kebun 23.917 12,10 b. Ladang/ Huma 0 0 c. Perkebunan 87 0,04 d. Hutan rakyat 4160 2,11 e. Padang rumput 0 0 f. Sementara tidak diusahakan 0 0 g. lainnya 71.510 16,06 3. Penggunaan Lahan Bukan Pertanian 31.728 16,06 Total Lahan 197.586 100,00 Sumber: Kabupaten Grobogan dalam Angka 2015 Berdasarkan tabel luas lahan menurut penggunaannya di Kabupaten Grobogan, penggunaan lahan paling tinggi adalah penggunaan lahan pertanian bukan sawah untuk tegalan/ kebun, yaitu seluas 99.647 Ha, sedangkan penggunaan lahan paling rendah adalah penggunaan lahan perkebunan yaitu seluas 87 Ha.Luas penggunaan lahan menurut kecamatan di Kabupaten Grobogan dapat dilihat pada tabel berikut: commit to user

71 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Tabel 16. Luas Penggunaan Lahan Menurut Kecamatan di Kabupaten Grobogan Tahun 2013 No.

Kecamatan

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19.

Kedungjati Karangrayung Penawangan Toroh Geyer Pulokulon Kradenan Gabus Ngaringan Wirosari Tawangharjo Grobogan Purwodadi Brati Klambu Godong Gubug Tegowanu Tanggungharjo Jumlah

Lahan Pertanian (Ha) Sawah Bukan Sawah 432 12.220 2.355 9.237 4.705 1.793 4.518 5.090 2.602 16.183 5.675 4.996 3.915 4.292 3.901 10.411 4.987 4.050 4.112 9.273 2.502 4.982 2.871 5.561 5.022 215 2.513 1.798 2.361 1.519 6.521 640 3.696 1.496 2.721 1.663 775 4.255 66.184 99.674

Lahan Bukan Pertanian 382 2.467 920 2.323 834 2.694 2.567 2.225 2.635 2.045 876 2.024 2.528 1.179 776 1.518 1.919 783 1.033 31.728

Total Lahan 13034 14.059 7.418 11.931 19.619 13.365 10.774 16.537 11.672 15.430 8.360 10.456 7.765 5.490 4.656 8.679 7.111 5.167 6.063 197.586

Sumber: Kabupaten Grobogan dalam Angka 2015

Luas lahan sawah di Kabupaten Grobogan seluas 66.184 Ha. Penggunaan lahan sawah irigasi di Kabupaten Grobogan seluas 29.881 Ha, sedangkan penggunaan lahan sawah tadah hujan seluas 36.303 Ha. Penggunaan lahan pertanian sawah dibedakan menjadi dua, yaitu sawah irigasi dan sawah tadah hujan. Luas penggunaan lahan pertanian sawah menurut kecamatan dapat dilihat pada tabel berikut:

commit to user

72 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Tabel 17. Luas Penggunaan Lahan Sawah Menurut Kecamatan di Kabupaten Grobogan Tahun 2013 No.

Kecamatan

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19.

Kedungjati Karangrayung Penawangan Toroh Geyer Pulokulon Kradenan Gabus Ngaringan Wirosari Tawangharjo Grobogan Purwodadi Brati Klambu Godong Gubug Tegowanu Tanggungharjo Jumlah

Luas Lahan Sawah (Ha) Irigasi Tadah Hujan 228 204 1.316 1.039 3.983 722 2.244 2.274 41 2.561 10 5.665 596 3.319 0 3.901 1.693 3.294 506 3.606 0 2.502 120 2.751 3.185 1.837 1.232 1.281 2.361 0 6.521 0 3.696 0 1.440 1.281 709 66 29.881 36.303

Jumlah 432 2.355 4.705 4.518 2.602 5.675 3.915 3.901 4.987 4.112 2.502 2.871 5.022 2.513 2.361 6.521 3.696 2.721 775 66.184

Sumber: Kabupaten Grobogan dalam Angka 2015

Luas penggunaan lahan pertanian sawah paling tinggi yaitu di Kecamatan Godong, yaitu seluas 6.521 Ha, sedangkan paling rendah di Kecamatan Kedungjati, yaitu seluas 432 Ha. Luas penggunaan lahan pertanian bukan sawah paling tinggi di Kecamatan Geyer, yaitu seluas 16.183 Ha, sedangkan paling rendah di Kecamatan Purwodadi, yaitu seluas 215 Ha. Penggunaan lahan bukan pertanian paling tinggi di Kecamatan Pulokulon, yaitu seluas 2.694 Ha, sedangkan paling rendah di Kecamatan Kedungjati, yaitu seluas 204 Ha.

6. Keadaan Penduduk Gambaran umum mengenai keadaan penduduk di Kabupaten Grobogan dapat dilihat dalam data mengenai jumlah dan persebaran penduduk, kepadatan penduduk serta komposisi penduduk. commit to user

73 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

a. Jumlah dan Persebaran Penduduk Berdasarkan hasil proyeksi penduduk, jumlah penduduk Kabupaten Grobogan tahun 2014 adalah sebanyak 1.343.960 orang dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 0,57 persen. Jumlah penduduk Kabupaten Grobogan tahun 2013 sebanyak 1.336.304 jiwa. Dalam kurun waktu satu tahun dari tahun 2013 ke 2014 jumlah penduduk di Kabupaten Grobogan bertambah sebanyak 7.656 jiwa.

Tabel 18. Jumlah Penduduk dan Persebaran di Kabupaten Grobogan Tahun 2014 No.

Kecamatan

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19.

Kedungjati Karangrayung Penawangan Toroh Geyer Pulokulon Kradenan Gabus Ngaringan Wirosari Tawangharjo Grobogan Purwodadi Brati Klambu Godong Gubug Tegowanu Tanggungharjo Jumlah 2013 2012 2011 2010

Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan 19.634 20.187 44.843 44.857 29.197 29.587 52.714 54.059 29.122 31.072 49.868 50.819 37.162 38.460 33.168 34.698 33.313 32.934 42.470 43.337 27.248 27.259 37.133 37.493 65.990 68.364 22.681 23.506 17.295 17.348 39.386 39.385 37.936 38.769 26.419 26.852 19.294 20.121 664.853 679.107 661.109 675.195 657.077 671.120 652.897 666.878 648.507 662.502

Jumlah 39.821 89.700 58.784 106.773 60.194 100.687 75.622 67.866 66.247 85.807 54.507 74.606 134.354 46.187 34.643 78.771 76.705 53.271 39.415 1.343.960 1.336.304 1.328.197 1.319.775 1.311.009

Sumber: Kabupaten Grobogan dalam Angka 2015

Berdasarkan tabel jumlah penduduk dan persebarannya di Kabupaten Grobogan tahun 2014, Jumlah penduduk paling banyak terdapat di Kecamatan Purwodadi, yaitu sebanyak 134.354 jiwa, sedangkan jumlah penduduk paling rendah terdapat di Kecamatan Klambu, yaitu sebanyak 34.643 jiwa. Banyaknya commit to user jumlah penduduk dipengaruhi oleh banyaknya jumlah kelahiran.

74 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

b. Kepadatan Penduduk Tingkat kepadatan penduduk suatu daerah merupakan perbandingan antara luas daerah secara keseluruhan dengan jumlah penduduk di daerah yang bersangkutan, sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut : Kepadatan Penduduk = Kepadatan penduduk per Kecamatan di Kabupaten Grobogan Tahun 2014 dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 19. Kepadatan Penduduk per Kecamatan di Kabupaten Grobogan 2014 No.

Kecamatan

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19.

Kedungjati Karangrayung Penawangan Toroh Geyer Pulokulon Kradenan Gabus Ngaringan Wirosari Tawangharjo Grobogan Purwodadi Brati Klambu Godong Gubug Tegowanu Tanggungharjo Jumlah 2013 2012 2011 2010

Luas Daerah (km2) 130,33 140,59 74,18 119,31 196,19 133,65 107,74 165,38 116,72 154,30 83,60 104,56 77,65 54,90 46,56 86,78 71,11 51,67 60,64 1.975,86 1.975,86 1.975,86 1.975,86 1.975,86

Jumlah Penduduk (Jiwa) 39.821 89.700 58.784 106.773 60.194 100.687 75.622 67.866 66.247 85.807 54.507 74.606 134.354 46.187 34.643 78.771 76.705 53.271 39.415 1.343.960 1.336.304 1.328.197 1.319.775 1.311.009

Kepadatan Penduduk (Jiwa/ km2) 306 638 792 895 307 753 702 410 568 556 652 714 1730 841 744 908 1079 1031 650 680 676 672 668 664

Klasifikasi Rendah Rendah Sedang Sedang Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Tinggi Sedang Rendah Sedang Sedang Sedang Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah

Sumber: Kabupaten Grobogan dalam Angka 2015 Kepadatan penduduk di Kabupaten Grobogan tahun 2014 sebanyak 680 jiwa/km2. Pada tahun 2013 kepadatan penduduk sebanyak 676 km2, sehingga dari to 4user tahun 2013 ke 2014 mengalami commit kenaikan jiwa/km2. Sejalan dengan kenaikan

75 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

jumlah penduduk maka kepadatan penduduk dalam kurun waktu lima tahun terakhir (2010–2014) cenderung mengalami kenaikan, pada tahun 2010 tercatat sebesar 664 jiwa/km2, sedangkan pada tahun 2014 menjadi 680 jiwa/km2. Jumlah penduduk yang terus bertambah setiap tahun tidak diimbangi dengan pemerataan penyebaran penduduk di tiap kecamatan. Kepadatan penduduk di kecamatan yang wilayahnya sebagian besar perkotaan mempunyai kepadatan penduduk yang tinggi dibandingkan dengan kecamatan yang wilayahnya masih merupakan daerah pedesaan. Wilayah terpadat tercatat di Kecamatan Purwodadi sebanyak 1.730 jiwa/km2 dan terjarang penduduknya adalah Kecamatan Kedungjati yaitu 306 jiwa/km2. Klasifikasi kepadatan penduduk dibuat berdasarkan data kepadatan penduduk. Klasifikasi kepadatan penduduk dibagi menjadi 3 kategori, yaitu kepadatan tinggi, rendah dan sedang. Metode yang digunakan untuk memperoleh klasifikasi digunakan metode Sturgess (Asiyah,1992: 27) :

Berdasarkan penentuan interval menurut Sturgess, diperoleh interval sebagai berikut:

= 474,6 = 475 Klasifikasi kepadatan penduduk Kabupaten Grobogan tahun 2014 sebagai berikut: Rendah

: 306 - 781

Sedang

: 782 - 1256

Tinggi

: 1257 – 1730

Untuk lebih jelasnya, kepadatan penduduk Kabupaten Grobogan tahun 2014 dapat dilihat pada peta berikut:

commit to user

77

77 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

c. Komposisi Penduduk Komposisi penduduk adalah gambaran susunan penduduk yang dibuat berdasarkan pengelompokan penduduk menurut karakteristik yang sama. Komposisi - komposisi penduduk dapat menentukan kualitas penduduk dari segi kehidupannya dan dari segi sosial seperti aktivitas ekonomi dan pendidikan. Komposisi penduduk dalam penelitian ini yang berkaitan atau ada relevansi dengan judul penelitian ini adalah komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin, menurut tingkat pendidikan dan menurut mata pencaharian.

1) Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin Berdasarkan jumlah penduduk menurut jenis kelamin, dapat dihitung rasio jenis kelamin (sex ratio). besarnya jenis kelamin atau Sex Ratio (SR) yaitu perbandingan antara penduduk laki-laki dan penduduk perempuan. Perhitungan Sex Ratio dirumuskan sebagai berikut:

Sex Ratio (SR) =

x 100

Keterangan : SR

= Rasio Jenis Kelamin

L

= Jumlah Penduduk Laki-laki

P

= Jumlah Penduduk Perempuan

Dengan rumus rasio jenis kelamin di atas, dapat dihitung besarnya rasio jenis kelamin penduduk di Kecamatan Grobogan sebagai berikut : Sex Ratio (SR)

=

x 100

= 97,90 = 98

Rasio jenis kelamin per kecamatan di Kabupaten Grobogan dapat dilihat commit to user pada tabel berikut:

78 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Tabel 20. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin (Sex Ratio) per Kecamatan di Kabupaten Grobogan Tahun 2014 No.

Kecamatan

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19.

Kedungjati Karangrayung Penawangan Toroh Geyer Pulokulon Kradenan Gabus Ngaringan Wirosari Tawangharjo Grobogan Purwodadi Brati Klambu Godong Gubug Tegowanu Tanggungharjo Jumlah 2013 2012 2011 2010

Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan 19.634 20.187 44.843 44.857 29.197 29.587 52.714 54.059 29.122 31.072 49.868 50.819 37.162 38.460 33.168 34.698 33.313 32.934 42.470 43.337 27.248 27.259 37.133 37.493 65.990 68.364 22.681 23.506 17.295 17.348 39.386 39.385 37.936 38.769 26.419 26.852 19.294 20.121 664.853 679.107 661.109 675.195 657.077 671.120 652.897 666.878 648.507 662.502

Jumlah

Sex Ratio

39.821 89.700 58.784 106.773 60.194 100.687 75.622 67.866 66.247 85.807 54.507 74.606 134.354 46.187 34.643 78.771 76.705 53.271 39.415 1.343.960 1.336.304 1.328.197 1.319.775 1.311.009

97,26 99,97 98,68 97,51 93,72 98,13 96,63 95,59 101,15 98,00 99,96 99,04 96,53 96,49 99,69 100,00 97,85 98,39 95,89 97,90 97,91 97,91 97,90 97,89

Sumber: Kabupaten Grobogan dalam Angka 2015

Dari hasil perbandingan di atas, maka dapat diperoleh bahwa Sex Ratio 98, ini berarti bahwa untuk setiap 98 penduduk laki-laki terdapat 100 penduduk perempuan. Hal ini menggambarkan bahwa jumlah penduduk wanita lebih banyak daripada jumlah penduduk laki-laki. Apabila angka tersebut jauh di bawah 100, dapat menimbulkan masalah karena ini berarti di daerah tersebut kekurangan penduduk laki-laki, akibatnya antara lain kekurangan tenaga laki-laki untuk melaksanakan pembangunan. Rasio jenis kelamin dapat pula dibuat berdasarkan kelompok umur. Berikut disajikan rasio jenis kelamin (sex ratio) penduduk Kabupaten Grobogan menurut kelompok umur tahun 2014 sebagai berikut: commit to user

79 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Tabel 21. Rasio Jenis Kelamin Penduduk Kabupaten Grobogan Tahun 2014 Kelompok Umur (Tahun) 0–4 5-9 10 - 14 15 - 19 20 - 24 25 - 29 30 - 34 35 - 39 40 - 44 45 - 49 50 - 54 55 - 59 60 - 64 65 - 69 70 – 74 75 + Jumlah

Laki - laki (Jiwa) 56.116 57.318 58.267 58.849 53.063 46.991 46.083 47.745 49.421 47.097 40.533 33.753 25.342 17.248 12.755 14.272 664.853

Perempuan (Jiwa) 53.155 54.934 56.316 56.181 51.133 47.599 48.211 49.341 51.942 50.172 41.775 33.480 26.441 20.846 16.280 21.301 679.107

Rasio Jenis Kelamin (%) 105,57 104,34 103,46 104,75 103,77 98,72 95,59 96,77 95,15 93,87 97,03 100,82 95,84 82,74 78,35 67,00 97,90

Sumber: Kabupaten Grobogan dalam Angka 2015

Dari tabel rasio jenis kelamin menurut kelompok umur di atas dapat dilihat bahwa untuk keseluruhan jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibanding jumlah penduduk laki-laki. Setiap 100 penduduk perempuan terdapat 98 penduduk perempuan, sehingga secara total SR (Sex Ratio) lebih kecil dari 100. Berdasarkan data penduduk menurut umur dan jenis kelamin, dapat dibuat piramida penduduk sebagai berikut:

commit to user Gambar 9. Piramida Penduduk Kabupaten Grobogan Tahun 2014

80 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Piramida penduduk merupakan komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin. Berdasarkan piramida penduduk Kabupaten Grobogan tahun 2014, dapat diketahui bahwa piramida penduduknya termasuk dalam jenis piramida penduduk muda atau ekspansif karena sebagian besar penduduk di Kabupaten Grobogan tahun 2014 temasuk usia muda.

2) Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian Mata pencaharian merupakan hal yang penting untuk mendukung perekonomian suatu daerah dan pendapatan masyarakat. Penduduk berumur 15 tahun keatas yang bekerja menurut mata pencaharian di Kabupaten Grobogan tahun 2014 sebagai berikut: Tabel 22. Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas yang Bekerja Menurut Mata Pencaharian di Kabupaten Grobogan Tahun 2014 Jumlah No. Mata Pencaharian Jiwa % 1. Pertanian tanaman pangan 526.663 52,26 2. Perkebunan 20.018 1,99 3. Perikanan 1.105 0,11 4. Peternakan 11.670 1,16 5. Pertanian lainnya 5.491 0,54 6. Industri Pengolahan 55.331 5,49 7. Perdagangan 176.451 17,51 8. Jasa 49.603 4,92 9. Angkutan 87.074 8,64 10. Lainnya 74.447 7,39 Jumlah 1.007.853 100 Sumber: Kabupaten Grobogan dalam Angka 2015

Berdasarkan tabel penduduk berumur 15 tahun keatas yang bekerja menurut mata pencaharian di Kabupaten Grobogan tahun 2014, dapat diketahui bahwa mata pencaharian penduduk Kabupaten grobogan paling banyak di bidang pertanian tanaman pangan, yaitu sebanyak 526.663 jiwa, sedangngkan mata pencaharian paling sedikit yaitu di bidang perikanan. commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

81 digilib.uns.ac.id

Berdasarkan Berdasarkan tabel penduduk berumur 15 tahun keatas yang bekerja menurut mata pencaharian di Kabupaten Grobogan tahun 2014 dapat dibuat diagram sebagai berikut:

Gambar 10. Diagram Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas yang Bekerja Menurut Mata Pencaharian di Kabupaten Grobogan Tahun 2014 Berdasarkan diagram penduduk berumur 15 tahun yang bekerja menurut mata pencaharian di Kabupaten Grobogan tahun 2014, dapat dikehui bahwa lebih dari 50% penduduk bermata pencaharian dibidang pertanian pangan. Lahan pertanian yang luas mendorong penduduk untuk bekerja di sektor peranian terutama pertanian pangan. Mata pencaharian paling sedikit yaitu di bidang perikanan, ayitu sebesar 0,11% dari jumlah penduduk di Kabupaten Grobogan umur 15 tahun keatas yang sudah bekerja.

7. Kondisi Kekeringan di Kabupaten Grobogan Kekeringan adalah keadaan yang terjadi akibat adanya musim kemarau yang berkepanjangan sehingga mengakibatkan masyarakat kekurangan pasokan air untuk kebutuhan hidupnya. Kekeringan merupakan suatu bahaya yang datangnya tidak tiba-tiba sehingga mudah untuk diabaikan. Berdasarkan data kekeringan yang diperoleh dari BNPB, dari 19 kecamatan terdapat 14 kecamatan yang mengalami kekeringan dancommit hanyato 5user kecamatan yang tidak mengalami

82 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

kekeringan. Kecamatan yang tidak mengalami kekeringan adalah Kecamatan Klambu, Kecamatan Brati, Kecamatan Gubug, Kecamatan Tanggungharjo, dan Kecamatan Godong. Klasifikasi tingkat kekeringan dibuat berdasarkan data jumlah penduduk yang kekeringan. Klasifikasi tingkat kekeringan dibagi menjadi 4 kategori, yaitu tingkat kekeringan rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Metode yang digunakan

untuk

memperoleh

klasifikasi

digunakan

metode

Sturgess

(Asiyah,1992: 27) : K

= 3,33 x log n = 3,33 x log 14 = 3,78 =4

Berdasarkan penentuan interval menurut Sturgess, diperoleh interval sebagai berikut:

= 19,25 Klasifikasi kekeringan Kabupaten Grobogan tahun 2015 sebagai berikut: Rendah

: 1,45 – 20,70

Sedang

: 20,71 – 39,95

Tinggi

: 39,96 – 59,20

Sangat tinggi : 59,21 – 78,45

Tingkat kekeringan di Kabupaten Grobogan tahun 2015 dapat dilihat pada tabel berikut:

commit to user

83 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Tabel 23. Tingkat Kekeringan di Kabupaten Grobagan Tahun 2015

No.

Kecamatan

Jumlah KK yang Mengalami Kekeringan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

Grobogan Toroh Pulokulon Kradenan Gabus Geyer Wirosari Purwodadi Ngaringan Karangrayung Tawangharjo Penawangan Tegowanu Kedungjati Klambu Brati Gubug Tanggungharjo Godong Jumlah

7.808 10.994 23.698 16.463 16.993 3.001 7.972 3.751 2.246 2.263 2.283 2.070 260 1.152 0 0 0 0 0 100.954

Jumlah Penduduk Jumlah yang Penduduk Mengalami Kekeringan 27.035 74.606 39.794 106.773 76.163 100.687 52.240 75.622 53.244 67.866 9.304 60.194 26.025 85.807 14.143 134.354 7.700 66.242 7.825 89.700 8.822 54.507 7.999 58.784 772 53.271 4.391 39.821 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 335.457 1.068.234

Persentase (%)

Klasifikasi

36,24 37,27 75,64 69,08 78,45 15,46 30,33 10,53 11,62 8,72 16,19 13,61 1,45 11,03 0 0 0 0 0 31,40

Sedang Sedang Sangat tinggi Sangat tinggi Sangat tinggi Rendah Sedang Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Tidak Kekeringan Tidak Kekeringan Tidak Kekeringan Tidak Kekeringan Tidak Kekeringan Sedang

Sumber: BNPB Kabupaten Grobogan Tahun 2015 Berdasarkan tabel tingkat kekeringan di Kabupaten Grobogan, dapat diketahui bahwa ada tiga kecamatan yang mengalami kekeringan sangat tinggi, yaitu Kecamatan Pulokulon, Kecamatan Kradenan, dan Kecamatan Gabus. Kecamatan yang mengalami kekeringan paling tinggi yaitu Kecamatan Gabus, yaitu 78,45% dari jumlah penduduk di Kecamatan tersebut. Untuk lebih jelasnya, tingkat kekeringan di Kabupaten Grobogan tahun 2015 dapat dilihat pada peta berikut:

commit to user

77

85 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

B. Hasil dan Pembahasan

1. Mitigasi Masyarakat Terhadap Bencana Kekeringan Kabupaten Grobogan Untuk menghadapi bencana kekeringan, perlu dilakukan tindakan mitigasi kekeringan untuk mengurangi dampak terjadinya kekeringan. Upaya mitigasi dilakukan oleh masyarakat dan juga pemerintah agar kekeringan tidak menimbulkan dampak yang berkepanjangan. Hasil wawancara dengan panduan angket mengenai mitigasi kekeringan kepada masyarakat dengan jumlah responden 120 responden sebagai berikut: Tabel 24. Tabel Frekuensi Hasil Wawancara dengan Panduan Angket Tentang Mitigasi Bencana Kekeringan No.

Indikator

1 Terjadi kekeringan dalam lima tahun ini 2 Tersedia tanda peringatan dini dari pemerintah desa 3 Tersedia peringatan kekeringan secara tradisional yang diterapkan cukup akurat dalam menentukan kekeringan 4 Penyebab kekeringan penggundulan hutan/ curah hujan rendah/ jenis tanah 5 Pernah dilakukan sosialisasi dalam menghadapi kekeringan 6 Pernah pindah dari rumah untuk sementara saat terjadi kekeringan 7 Memiliki tandon air atau bak air untuk menghadapi terjadinya bencana kekeringan 8 Pernah ikut gotong-royong membantu pembangunan bendungan, waduk, tandon air 9 Sudah diterapkan upaya mengatasi kekeringan dengan embung, sumur resapan, penghijauan, pompanisasi 10 Upaya mengatasi dengan sumur resapan dapat mengurangi resiko bencana kekeringan 11 Ada pembangunan tampungan air di dekat daerah tempat tinggal 12 Pernah ada penelitian kekeringan di daerah ini 13 Ada perkumpulan rutin untuk membahas penanggulangan kekeringan

Frekuensi Ya Tidak 24 0 0 24 0

24

24 23 0 24 22

0 1 24 0 2

24

0

6

18

6 0 2

18 24 22

Berdasarkan hasil kuesioner mitigasi bencana kekeringan di Kabupaten Grobogan masyarakat menyebutkan bahwa dalam 5 tahun terakhir ini, di Kabupaten Grobogan terjadi kekeringan, bahkan tidak hanya dalam kurun waktu 5 tahun ini, hampir setiap tahun di Kabupaten Grobogan pada musim kemarau terjadi kekeringan. Kekeringan merupakan fenomena yang terjadi hampir setiap tahun di Kabupaten Grobogan. commit to user Masyarakat mengatakan bahwa

86 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

hampir setiap tahun terjadi kekeringan di Kabupaten Grobogan, tetapi kekeringan paling lama dan paling parah dalam lima tahun terakhir ini terjadi pada tahun ini.

Gambar 11. Sungai yang Mengering Akibat Kemarau Panjang di Desa Pakis Kecamatan Kradenan Tahun ini kekeringan terjadi dari bulan Agustus. Sampai bulan ini (November), kekeringan masih terjadi. padahal seharusnya bulan Oktober sudah memasuki musim penghujan tetapi sampai bulan November hujan belum juga turun sehingga masih terjadi kekurangan pasokan air untuk kehidupan sehari-hari. Selain sumber air sumur yang mengering, sungaisungai juga mengering karena curah hujan yang sangat rendah. Kekeringan baru terasa saat air sumur mengering, sungai mengering, serta sungai dan embung mengering sehingga tidak bisa digunakan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari dan juga kebutuhan untuk mengairi daerah pertanian. Akibatnya, masyarakan kekurangan air untuk mencukupi kehidupan seharihari. Lahan pertanian menjadi kering sehingga tidak bisa ditanami dan petani menjadi merugi dan tidak mempunyai penghasilan dari panen hasil pertaniannya.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

87 digilib.uns.ac.id

Gambar 12. Sawah mengalami kekeringan di Desa Pelem Kecamatan Gabus Di Kabupaten Grobogan, tidak tersedia tanda peringatan dini dari pemerintah saat terjadi kekeringan maupun peringatan kekeringan secara tradisional yang diterapkan dalm menentukan kekeringan karena kekeringan merupakan bencana yang datangnya perlahan-lahan dan baru terasa saat sumber air telah kering. Masyarakat menjelaskan bahwa kekeringan merupakan bencana yang sangat mudah diabaikan karena datangnya tidak tiba-tiba. Peringatan dini terjadinya kekeringan tidak ada karena kekeringan tidak seperti banjir, gunung meletus, maupun tsunami yang dampaknya langsung secara tiba-tiba dirasakan oleh masyarakat. Kekeringan baru akan terasa saat ketersediaan air bersih tidak mampu mencukupi kebutuhan air bersih.

commit to user Gambar 13.Tampungan Air di Desa Tambirejo Kecamatan Toroh

88 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Penyebab kekeringan di Kabupaten Grobogan adalah karena curah hujan yang rendah. Pada musim kemarau, curah hujan rendah dan persediaan air yang ada tidak dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari. Selain curah hujan yang rendah, jenis tanah yang merupakan tanah kapur juga merupakan penyebab terjadinya kekeringan di Kabupaten Grobogan. Tanah kapur bersifat mudah meloloskan air dan tidak mampu menyimpan air, sehingga pada musim kemarau terjadi kekeringan. Pada musim kemarau, tidak ada persediaan air yang tersimpan dalam tanah karena tanahnya kapur sehingga kebutuhan air penduduk tidak dapat tercukupi. Kekeringan memang hampir setiap tahun terjadi di Kabupaten Grobogan, tetapi penduduk tidak ada yang sampai pindah tempat tinggal saat terjadi kekeringan. Mereka masih bisa bertahan dengan membeli air atau menunggu bantuan air bersih dari pemerintah. Kekeringan di Kabupaten Grobogan sudah sering terjadi sehingga masyarakat melakukan mitigasi untuk menanggulangi dampak terjadinya kekeringan. Masyarakat tidak perlu mengungsi atau pindah tempat tinggal saat terjadi kekeringan karena kekeringan bukan merupakan bencana yang sering menimbulkan korban jiwa manusia. Penyuluhan dan peningkatan kewaspadaan masyarakat tentang kekeringan sebagian besar di wilayah Kabupaten Grobogan sudah pernah dilakukan.

Penyuluhan

peningkatan

kewaspadaan

dilakukan

untuk

menghadapi kekeringan agar masyarakat mampu menanggulangi dampak dari terjadinya kekeringan. Dari 120 responden, 85 responden mengatakan bahwa sudah pernah dialkukan penyuluhan dan peningkatan kewaspadaan masyarakat tentang kekeringan. Mitigasi yang dilakukan untuk menghadapi kekeringan dalam memenuhi air untuk kebutuhan sehari-hari di Kabupaten Grobogan antara lain dilakukan dengan cara: a. Pembuatan sumur bor Upaya mitigasi dalam menghadapi kekeringan dilakukan dengan commit to user cara pembuatan sumur bor. Sumur bor dibuat dengan sumber air yang

89 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

sangat dalam (artesis) sehingga diharapkan ketika musim kemarau panjang berlangsung, sumur tersebut tidak mengalami kekeringan sehingga bisa dimanfaatkan

penduduk

untuk

memenuhi

kebutuhan

sehari-hari.

Berdasarkan informasi dari masyarakat, sumur bor dibuat dari dana kas RT dan bantuan sukarela dari warga masyarakat. Lokasi pembuatan sumur bor sesuai dengan kesepakatan warga masyarakat dan dipilih pada lokasi yang sumber airnya banyak. Pembuatan sumur bor diharapkan dapat mengurangi dampak dari terjadinya kekeringan.

Gambar 14. Pembuatan Sumur Bor di Desa Boloh Kecamatan Toroh Berdasarkan informasi dari BPBD, dalam upaya mitigasi kekeringan masyarakat membuat sumur bor secara kolektif. Hal ini dikarenakan pembuatan sumur bor membutuhkan biaya yang mahal dan digunakan untuk kepentingan bersama yaitu mencukupi kebutuhan air untuk keperluan sehari-hari masyarakat setempat.

b. Pembuatan sumur resapan Upaya mitigasi kekeringan juga dilakukan oleh masyarakat dengan pembuatan sumur resapan. Sumur resapan dibuat untuk menampung air pada saat terjadi hujan. commit Masyarakat to usermenjelaskan bahwa saat terjadi

perpustakaan.uns.ac.id

90 digilib.uns.ac.id

kekeringan, masyarakat menyedot air dari sungai dan kemudian airnya dimasukkan ke dalam sumur resapan tersebut agar kemudian mengalir ke sumur melalui tanah. Saat sumber air sudah mengering, masyarakat membeli air dari pihak swasta dan kemudian mengalirkannya ke sumur resapan tersebut. Hal ini bertujuan agar kualitas air menjadi lebih baik dan tersaring di dalam tanah. Berdasarkan observasi dan wawancara dari penyedia air dari pihak swasta, air diperoleh dari sumur bor yang dibuat secara pribadi dan kemudian diperjualbelikan.

Gambar 15. Penduduk membeli air dari pihak swasta kemudian dialirkan ke sumur resapan c. Pembangunan tampungan air Di Kabupaten Grobogan, telah dilaksanakan pembangunan tampungan air dari program Pamsimas (Program Sanitasi Masyarakat) dari PU Cipta Karya. Masyarakat juga ikut membantu dalam pembuatan tampungan air yang diadakan PU Cipta Karya. Sebagian warga masyarakat juga mempunyai tandon air pribadi untuk menghadapi kekeringan di musim kemarau. Upaya mitigasi dengan pembuatan tandon air dapat digunakan untuk menampung air ketika mendapat bantuan air commit to user bersih dari pemerintah maupun saat masyarakat membeli air bersih dari

91 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

pihak swasta. Selain itu upaya pembuatan tandon air dilakukan untuk menampung air hujan saat terjadi kekeringan. Pada musim kemarau panjang dan terjadi hujan, maka air hujan ditampung pada tandon air tersebut untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Gambar 16. Air Hujan Ditampung di Tampungan air Milik Warga di Desa Pulokulon Kecamatan Pulokulon d. Sosialisasi/ penyuluhan tentang mitigasi kekeringan Sosialisasi tentang mitigasi kekeringan pernah dilakukan di Kabupaten Grobogan. Sebagian besar warga masyarakat telah mengikuti sosialisasi/ penyuluhan tentang mitigasi kekeringan. Sosialisasi dilakukan oleh PU Cipta Karya dalam rangka pelaksanaan program Pamsimas. Namun, belum ada perkumpulan rutin untuk membahas penanggulangan kekeringan. Perkumpulan hanya dilakukan sesekali apabila ada program dari pemerintah maupun swasta. Masyarakat mengatakan bahwa perkumpulan yang rutin dilakukan yaitu perkumpulan kelompok tani maupun perkumpulan gabungan kelompok tani (Gapoktan). Perkumpulan kelompok tani dialkukan setiap satu bulan satu kali dan dilanjutkan dengan arisan rutin kelompok tani. commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

92 digilib.uns.ac.id

e. Mempersiapkan program bantuan air bersih kepada masyarakat Mitigasi yang dilakukan pemerintah dalam jangka pendek yaitu melalui BPBD yang memberikan bantuan air bersih dengan truk-truk tangki air. BPBD memberikan bantuan air bersih dengan bekerja sama dengan pihak PDAM. Pihak BPBD memberikan daftar desa-desa yang akan diberikan bantuan air bersih kepada pihak PDAM. Pihak PDAM menentukan jadwal pemberian bantuan air bersih kepada desa-desa tersebut. Dalam jangka panjang, mitigasi dilakukan pemerintah melalui program reboisasi agar akar tanaman dapat menyerap dan menyimpan cadangan air sehingga pada musim kemarau kekeringan tidak terjadi sangat parah. Menurut pihak BPBD, kekeringan merupakan bencana yang datangnya tiba-tiba sehingga upaya mitigasi yang dilakukan oleh BPBD yaitu dengan pengalokasian dana untuk memberikan bantuan air bersih kepada masyarakat. f. Reboisasi Berdasarkan informasi dari BPBD, upaya pengurangan dampak dari kekeringan selain dengan pembuatan embung, sumur resapan dan sumur bor, juga dilakukan dengan reboisasi. Reboisasi dilakukan pemerintah agar hutan tidak gundul sehingga akar tanaman dapat menyerap dan menyimpan air. Dengan demikian, kekeringan dapat menjadi berkurang karena ada akar tanaman yang mampu menyerap dan menyimpan air. Mitigasi yang dilakukan untuk menghadapi kekeringan dalam memenuhi air untuk pertanian di Kabupaten Grobogan antara lain dilakukan dengan cara:

a. Pembuatan embung Pembangunan embung atau waduk merupakan salah satu solusi jangka panjang menghadapi kekeringan. Dengan membangun embung, berarti air akan tertampung dapat dimanfaatkan kembali saat commitdan to user

perpustakaan.uns.ac.id

93 digilib.uns.ac.id

kekeringan melanda. Pada prinsipnya, semakin besar ukuran embung, maka semakin banyak air yang dapat disimpan sebagai cadangan. Air cadangan tersebut dapat dipergunakan sebagai pemenuhan kebutuhan pengairan sawah karena dampak kekeringan juga dapat mengganggu ketersediaan pangan. Pengurangan dampak kekeringan dengan embung sudah dilakukan di Kabupaten Grobogan, tetapi upaya tersebut masih tidak bisa mengurangi dampak kekeringan. Pada musim kemarau embung mengering, sehingga tidak dapat dimanfaatkan warga masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pertanian. Embung yang terdapat Kabupaten Grobogan misalnya embung di Kecamatan Toroh yaitu di Desa Plosoharjo dan Desa Genengadal, embung di Kecamatan Grobogan yaitu di Desa Rejosari dan Desa Tanggungharjo, embung di Kecamatan Kradenan yaitu di Desa Bago dan di Desa Pakis, embung di Kecamatan Gabus yaitu di Desa Banjarejo yang dibuat oleh Gapoktan Sari, embung di Desa Bendoharjo, embung di desa Sulursari, dan embung di Desa Tunggulharjo, embung di Kecamatan Pulokulon yaitu embung di Desa Mangunrejo dan di Desa Jambon, dan embung-embung di Kecamatan lain.

Gambar 17. Embung Mengalami Kekeringan di Desa Plosoharjo Kecamatan Toroh b. Perbaikan saluran dan sarana irigasi Upaya mitigasi kekeringan juga dilakukan warga masyarakat commit to user dengan melakukan perbaikan saluran irigasi dan sarana irigasi. Banyak

94 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

yang tidak menyadari, bahwa saluran irigasi yang rusak dapat menyebabkan air terbuang percuma. Apabila bagian sisi saluran irigasi retak, maka kebocoran tidak dapat terelakan. Air akan meresap dan mengalir ke dalam tanah, sehingga semakin ke hilir debitnya akan terus berkurang. Maka, memperbaiki saluran irigasi dapat mempertahankan jumlah air dari hulu ke hilir, sehingga air dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk mengairi sawah penduduk.

c. Menyelamatkan waduk/ embung dari pendangkalan Upaya yang dialkukan masyarakat untuk menghadapi kekeringan lahn pertanian juga dilakukan dengan cara memelihara waduk agar tidak terjadi pendangkalan. Hal ini sangat penting untuk membangun ketangguhan menghadapi kekeringan. Pendangkalan dapat mengurangi kapasitas waduk dalam menampung air. Semakin kecil air yang ditampung, maka cadangan air untuk menghadapi kekeringan juga semakin kecil. Pendangkalan, salah satunya disebabkan oleh adanya sedimentasi tanah yang dibawa oleh aliran sungai, akibat rusaknya ekosistem hulu. Cara mengatasi pendangkalan waduk, adalah dengan melakukan penghijauan, serta mengurangi konversi lahan di area hulu. Dengan penghijauan, sedimentasi dapat diminimalisir. Selain itu, tanaman dapat meningkatkan kemampuan tanah dalam menyerap air hujan. Dengan sedikitnya sedimentasi pada waduk/ embung, pendangkalan waduk/ embung tidak terjadi dan cadangan air dalam waduk/ embung menjadi lebih banyak.

commit to user

95 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

2. Kesiapsiagaan Masyarakat Terhadap Bencana Kekeringan Kabupaten Grobogan Kesiapsiagaan adalah

upaya

yang dilakukan untuk

mempersiapkan

masyarakat dalam menghadapi bencana maupun bencana. Dalam penelitian ini, jumlah responden yang diambil sebanyak 120 responden. Hasil wawancara dengan panduan angket mengenai kesiapsiagaan dalam menghadapi kekeringan kepada masyarakat dengan jumlah responden 120 responden sebagai berikut:

Tabel 25. Tabel Frekuensi Hasil Wawancara dengan Panduan Angket Tentang Kesiapsiagaan Bencana Kekeringan No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Indikator

Frekuensi Ya Tidak 120 0 107 13 120 0 54 66 0 120

Pengetahuan tanda-tanda terjadinya kekeringan Kekeringan dapat diprediksi kapan terjadinya Mengetahui dampak yang ditimbulkan akibat kekeringan Di daerah ini penduduknya padat Terdapat info terkini tentang bahaya kekeringan Melakukan suatu upaya dalam penanggulangan dalam mengurangi risiko 120 dampak kekeringan Terdapat organisasi yang mengelola kekeringan 0 Sudah pernah diadakan sosialisasi dari pihak luar tentang tanggap kekeringan 85 Sudah ada pos yang menyediakan air bersih bagi masyarakat 6 Sudah ada penyuluhan dan pelatihan yang dilakukan terkait dengan 85 pengurangan risiko bencana Ada sistem peringatan dini di daerah ini 3 Mengetahui kebijakan-kebijakan pemerintah dalam menghadapi kekeringan 82 Perhatian pemerintah terhadap masyarakat terkait tanggap darurat 43 kekeringan sudah cukup memuaskan Hubungan antara masyarakat dan pemerintah sudahkah cukup transparan 36 Ada data sosialisasi materi dan bahan kesiapsiagaan yang diberikan kepada 0 masyarakat

0 120 35 114 35 117 38 77 84 120

Hasil wawancara kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi kekeringan di Kabupaten Grobogan dapat dilihat pada tabel di atas. Parameter yang digunakan dalam mengukur kesiapsiagaan masyarakat antara lain: pengetahuan dan sikap, rencana tanggap darurat, peringatan dini dan mobilisasi sumberdaya. Adapun commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

96 digilib.uns.ac.id

penjelasan mengenai masing-masing parameter kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana kekeringan sebagai berikut: a. Pengetahuan dan sikap Pengetahuan ini meliputi pemahaman tentang bencana yang berpotensi menjadi bencana, kerentanan yang terjadi di tempat tinggal mereka serta sikap dan kepedulian terhadap risiko kekeringan. Pengetahuan individu/ masyarakat yang tinggi diharapkan sehingga masyarakat lebih siap dalam menghadapi kemungkinan kekeringan yang mengancam tempat tinggal mereka sebab pengetahuan merupakan dasar dari kesadaran untuk melakukan perencanaan kedaruratan, mobilisasi sumberdaya dan peringatan dini. Pengetahuan juga merupakan dasar utama untuk melakukan aktivitas yang benar dalam mengantisipasi datangnya kekeringan. 1) Pengetahuan dan sikap dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari Kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi kekeringan di Kabupaten Grobogan dilakukan melalui peningkatan pengetahuan masyarakat terhadap tanda-tanda terjadinya kekeringan. Kekeringan berkaitan dengan menurunnya tingkat curah hujan di bawah normal dalam satu musim. Masyarakat di Kabupaten Grobogan sudah mengetahui tanda-tanda terjadinya kekeringan. Masyarakat menyebutkan tanda-tanda terjadinya kekeringan yaitu sumber air berkurang. Pada saat kekeringan terjadi kekurangan pasokan air permukaan dan air tanah. Kekeringan ini diukur berdasarkan ketinggian muka air sungai, waduk, danau dan ketinggian muka air tanah. Ada tenggang waktu mulai berkurangnya hujan sampai menurunnya ketinggian muka air sungai, waduk, danau dan ketinggian muka air tanah. Kekeringan dapat diprediksi kapan terjadinya. Masyarakat menyebutkan bahwa penyebab kekeringan adalah curah hujan yang rendah dan jenis tanah di Kabupaten Grobogan. Curah hujan yang rendah menyebabkan pasokan air bagi penduduk di Kabupaten Grobogan berkurang. Selain itu jenis tanah di sebagian besar di wilayah Kabupaten Grobogan merupakan tanah kapur. commit to user

97 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Tanah kapur bersifat mudah meloloskan air sehingga tidak dapat menyimpan air dalam waktu yang lama. Hal tersebut mengakibatkan persediaan air dalam tanah di sebagian besar wilayah di Kabupaten Grobogan sedikit sehingga pada musim kemarau rawan terjadi kekeringan.

Gambar 18. Sungai Mulai Mengering di Desa Boloh

Kekeringan diprediksi terjadi pada musim kemarau, Puncak kekeringan biasanya terjadi pada bulan Agustus dan September, Tetapi pada tahun ini kekeringan terjadi sampai bulan November. Masyarakat menyebutkan bahwa kekeringan pada tahun ini terjadi paling lama dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya selama 5 tahun terakhir ini. Pada tahun ini, kekeringan terjadi lebih parah dari tahun sebelumnya. Masyarakat juga mengetahui dampak yang terjadi akibat kekeringan. Dampak yang terjadi akibat kekeringan yang dialami masyarakat yaitu kekurangan pasokan air untuk keperluan sehari-hari. Pada saat terjadi kekeringan, pasokan air untuk keperluan sehari-hari berkurang sehingga masyarakat harus menggunakan air secara efisien. Masyarakat melakukan suatu upaya untuk mengurangi resiko commit to user akibat terjadinya kekeringan. Masyarakat menjelaskan upaya yang

98 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

dilakukan masyarakat dalam mengurangi resiko kekeringan dengan cara membuat tampungan air untuk menampung persediaan air saat musim kemarau. Masyarakat dan juga pemerintah melakukan upaya dalam penanggulangan resiko kekeringan. Masyarakat melakukan upaya penanggulangan kekeringan dengan membuat tampungan air dan pemerintah memberikan bantuan air gratis untuk penduduk.

Gambar 19. Penduduk Mengambil Air dari Tampungan Air Saat Musim Kemarau Penanggulangan kekeringan sulit dilakukan karena kekeringan merupakan bencana meteorologis yang disebabkan oleh alam. Saat mendapat bantuan air bersih dari pemerintah, masyarakat menampung air bersih dalam tampungan tersebut untuk keperluan selama beberapa hari karena bantuan dari pemerintah tidak setiap hari.

2) Pengetahuan dan sikap dalam pertanian Masyarakat mengetahui dampak yang terjadi akibat kekeringan. Dampak yang terjadi akibat kekeringan yang dialami masyarakat yaitu kekurangan pasokan air untuk keperluan pertanian. Kekeringan juga mengakibatkan lahan pertanian mengalami kekurangan pasokan air sehingga

mengakibatkan

produktivitas

berkurang bahkan terjadi gagal panen. commit to user

lahan

pertanian

menjadi

99 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Masyarakat menjelaskan bahwa pada saat terjadi musim kemarau, pendapatan para petani menjadi berkurang dan bahkan kadang terjadi puso. Embung yang digunakan untuk mengairi sawah juga ikut mengering. Kekeringan mengakibatkan petani merugi. Lahan pertanian yang menggunakan irigasi dari sumur bor dengan sumber air yang sangat dalam masih bisa ditanami padi dan tidak mengalami gagal panen. Namun, biaya yang dikeluarkan untuk mengairi sawah besar karena harus membayar biaya untuk mengairi sawah malaui sumur bor. Hal tersebut mengakibatkan keuntungan petani menjadi berkurang.

Gambar 20. Tanaman Mengalami Kekeringan dan Terancam Gagal Panen di Desa Kradenan Masyarakat menuturkan bahwa keuntungan petani pada saat musim kemarau berbeda jauh dengan keuntungan ketika musim penghujan. Masyarakat melakukan perbaikan waduk/ embung agar tidak terjadi pendangkalan

sehingga

mudah

terjadi

kekeringan.

Kekeringan

merupakan bencana yang disebabkan oleh alam sehingga sulit untuk dicegah dan hanya bisa dikurangi dan diminimalisir dampaknya dengan kesiapsiagaan yang tepat. commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

100 digilib.uns.ac.id

Di Kabupaten Grobogan, kepadatan penduduknya sebagian wilayah termasuk dalam kondisi padat dan sebagian wilayah tidak padat. Berdasarkan data dari BPS, kepadatan penduduk di Kabupaten Grobogan yaitu 680 jiwa/km2 pada tahun 2014. Dengan kepadatan penduduk yang tidak terlalu padat, maka kesiapsiagaan kekeringan dapat dilakukan dengan baik karena kebutuhan air di daerah yang tidak begitu padat lebih rendah daripada kebutuhan air di daerah yang penduduknya padat. Berdasarkan hasil wawancara dengan panduan angket, info terkini tentang bencana kekeringan di Kabupaten Grobogan belum ada. Info terkini tentang bencana kekeringan melalui brosur, leaflet, maupun poster tentang bencana kekeringan belum ada. Menurut penuturan Bapak Hendro Santoso warga Dusun Kepuh RT 4 RW 9, Desa Tambirejo, Kecamatan Toroh menjelaskan bahwa: “Info terkini tentang bencana kekeringan di Kabupaten Grobogan belum ada. Info hanya dari surat kabar yang menjelaskan daerah-daerah yang mengalami kekeringan serta upaya pemerintah dalam memberikan bantuan kepada masyarakat.”

b. Rencana Tanggap Darurat Dalam parameter rencana tanggap darurat ini diukur berdasarkan tersedianya organisasi pengelola kekeringan, mensosialisasikan tanggap kekeringan, tersedianya posko penyediaan air, dan latihan dan simulasi secara regular (publik dan instansi). 1) Rencana tanggap darurat dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari Organisasi yang mengelola kekeringan di masing-masing wilayah di Kabupaten Grobogan belum ada karena kekeringan dianggap suatu kejadian yang tidak begitu membahayakan seperti bencana-bencana alam lain yang dampaknya sangat besar dan langsung seketika dirasakan masyarakat seperti gunung meletus, gempa bumi, dan tsunami. Pihak yang menangani keekringan dari pemerintah yaitu BPBD Kabupaten commit to user

101 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Grobogan

dengan

bekerja

sama

dengan

pihak

PDAM

dalam

menyediakan bantuan air bersih kepada masyarakat yang mengalami kekeringan. Sosialisasi tentang tanggap kekeringan sudah pernah dilakukan di sebagian wilayah di Kabupaten Grobogan. Dari 120 responden, 85 responden menjawab sudah pernah dilakukan sosialisasi tentang tanggap kekeringan di daerahnya. Masyarakat menyebutkan bahwa sosialisasi dilakukan oleh pihak PU Cipta Karya yang mengadakan program Pamsimas dalam menyediakan air bersih bagi penduduk. Penyuluhan dan pelatihan yang dilakukan terkait dengan pengurangan risiko bencana dilakukan pemerintah kepada masyarakat agar masyarakat mampu mengurangi risiko terjadinya kekeringan juga belum dilakukan. Pemerintah seharusnya mengadakan penyuluhan supaya masyarakat tetap menjaga kelestarian hutan agar dapat mengurangi terjadinya kekeringan karena akar tanaman mampu menyimpan air. Jika hutannya gundul, tidak ada tanaman yang mampu menyimpan air sehingga kekeringan berlangsung lebih lama dan lebih parah. Pos yang menyediakan air bersih bagi masyarakat di sebagian besar wilayah di Kabupaten Grobogan belum ada. Bantuan air bersih dari pemerintah biasanya lokasinya tidak sama setiap periodenya walaupun masih dalam satu desa. Hal ini dilakukan agar lebih adil dalam keterjangkauan dalam mendapatkan bantuan air bersih dari pemerintah. Penduduk yang pada periode pertama lokasi rumahnya dekat dengan pemberian bantuan air bersih dari pemerintah, pada periode kedua pemberian bantuan, lokasi rumahnya tidak dekat lagi dengan lokasi pemberian bantuan air bersih karena lokasinya tidak sama walaupun masih dalam satu desa/dukuh agar lebih adil bagi masyarakat.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

102 digilib.uns.ac.id

Gambar 21. Pemberian Bantuan Air Bersih Kepada Masyarakat di Desa Putatsari Bantuan air diberikan langsung ke desa-desa dan tidak ada pos penampungan karena masyarakat langsung mangambil air bantuan pemerintah menggunakan jerigen untuk ditampung dirumahnya sendiri. Apabila bantuan air akan datang, aparat desa mengumumkannya lewat pengeras masjid bahwa akan ada bantuan air dari pemerintah dan lokasinya disebutkan agar masyarakat siap-siap dan menunggu di lokasinya yang disebutkan. Penyuluhan dan pelatihan yang dilakukan terkait dengan pengurangan risiko bencana di sebagian besar wilayah Grobogan sudah pernah dilakukan. Penyuluhan dan pelatihan dilakukan oleh tim dari PU Cipta Karya sebelum pelaksanaan program Pamsimas. Masyarakat pada suatu dukuh/ dusun dikumpulkan dan diberi penjelasan tentang program Pamsimas dan masyarakat diminta untuk ikut berpartisipasi dalam program tersebut.penyuluhan dan pelatihan dilakukan dengan tujuan dapat mengurangi dampak akibat terjadinya kekeringan. Upaya kesiapsiagaan dengan penyuluhan dan pelatihan pengurangan resiko commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

103 digilib.uns.ac.id

diharapkan dapat menjadi pemecahan masalah yang efektif terkait dengan risiko bencana kekeringan. 2) Rencana tanggap darurat dalam bidang pertanian Dalam bidang pertanian, berdasarkan informasi dari masyarakat terdapat organisasi yang mengelola pertanian yaitu kelompok tani dan gabungan kelompok tani (Gapoktan). Menurut penuturan warga, organisasi tersebut melakukan pertemuan rutin setiap 35 hari satu kali. Pertemuan tersebut membahas tentang pengelolaan pertanian serta upaya menghadapi kekeringan dalam bidang pertanian. Rencana tanggap darurat yang dilakukan masyarakat dalam bidang pertanian yaitu dengan memilih jenis tanaman yang dapat bertahan pada kondisi kekeringan.

c. Peringatan dini Kabupaten Grobogan merupakan kabupaten yang menjadi langganan terjadinya kekeringan saat terjadi puncak musim kemarau. Kekeringan melanda Kabupaten Grobogan biasanya pada bulan Agustus dan bulan September. Berdasarkan hasil wawancara dengan panduan angket, peringatan dini terhadap bencana kekeringan belum ada di Kabupaten Grobogan. Masyarakat menjelaskan bahwa kekeringan datangnya perlahan-lahan dan baru terasa saat sumber air mengering. Banyak masyarakat yang mengabaikan kekeringan karena dianggap sebagai kejadian yang dampaknya tidak berbencana dan tidak begitu mengancam jiwa manusia. Masyarakat baru merasa terjadi kekeringan saat sumber air di sumurnya mengering dan sungai-sungai serta embung-embung mulai mengering sehingga tidak dapat dimanfaatkan.

d. Mobilisasi sumberdaya Parameter mobilisasi sumberdaya meliputi kesepakatan instansiinstansi pemerintah untuk memobilisasi sumber daya (dana/ peralatan/ petugas) dan protap pelaksanaan, kesepakatan antara instansi-instansi commit to userkekeringan, tersedianya protokol pemerintah dengan masyarakat di lokasi

104 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

untuk komunikasi publik yang berkaitan dengan informasi keadaan darurat (secara reguler dan bertanggung Jawab), dan hanya fakta/ data sosialisasi materi dan bahan kesiapsiagaan kepada masyarakat. Mobilisasi sumberdaya dalam kesiapsiagaan kekeringan meliputi penataan kelembagaan dan komunikasi dan koordinasi antar stakeholders yang relevan serta bimbingan teknis dan penyediaan materi. 1) Mobilisasi sumberdaya dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari Sosialisasi dalam menghadapi kekeringan berdasarkan informasi dari

masyarakat

sebagian

besar

sudah

dilakukan.

Masyarakat

menjelaskan bahwa sosialisasi dalam menghadapi kekeringan dilakukan oleh PU Cipta Karya Kabupaten Grobogan. Sosialisasi dilakukan oleh PU Cipta karya sekaligus menjelaskan tentang program-program PU Cipta Karya. Salah satu program yang dilakukan PU Cipta Karya yaitu program pembuatan tampungan air untuk menghadapi kekeringan. Program pembuatan tampungan air tersebut merupakan program dari PU Cipta Karya yang disebut program Pamsimas (Program Sanitasi Masyarakat). Selain itu masyarakat juga menyebutkan bahwa pada saat perkumpulan kelompok tani kadang juga membahas tentang bencana kekeringan serta upaya-upaya yang dilakukan dalam menghadapi kekeringan. Pemerintah membuat kebijakan-kebijakan untuk kesiapsiagaan kekeringan dan untuk mengurangi dampak kekeringan. Salah satu kebijakannya yaitu dengan pemberian bantuan air bersih untuk daerahdaerah yang mengalami kekeringan melalui BNPB. Pemerintah juga melakukan sosialisasi tentang tanggap kekeringan dan sosialisasi tentang upaya penanggulangan dalam mengurangi resiko dampak kekeringan. Penyediaan pos yang menyediakan air bersih belum ada karena bantuan air bersih lokasinya tidak di satu tempat agar lebih merata walaupun masih dalam lingkup satu desa. commit to user

105 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Gambar 22. Pemberian Bantuan Air Bersih di Desa Bendoharjo Masyarakat menyebutkan bahwa kebijakan pemerintah dalam kesiapsiagaan kekeringan yaitu penyediaan alokasi dana untuk pemberian bantuan air bersih bagi masyarakat. Selain itu pemerintah juga melakukan reboisasi pada lahan-lahan hutan yang gundul. Perhatian pemerintah terhadap bencana kekeringan tergolong belum cukup memuaskan. Dari 120 responden, 43 responden menjawab bahwa perhatian pemerintah dalam menghadapi kekeringan cukup memuaskan dan 77 responden menjawab belum memuaskan. Masyarakat sebagian besar menganggap belum memuaskan karena bantuan air dari masyarakat hanya sedikit dan jangka waktunya lama sehingga saat persediaan air habis bantuan dari pemerintah belum datang sehingga harus membeli air bersih sendiri dari pihak swasta.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

106 digilib.uns.ac.id

Gambar 23. Pemberian Bantuan Air Bersih Gratis dari BNPB kepada masyarakat yang mengalami kekeringan di Desa Boloh Kekeringan mengakibatkan kerugian bagi masyarakat. Masyarakat harus manyediakan alokasi dana khusus untuk membeli air bersih karena bantuan air bersih dari pemerintah tidak mencukupi. Bantuan air bersih dari pemerintah tidak mencukupi kebutuhan air untuk keperluan seharihari karena jumlahnya terbatas dan penduduk yang membutuhkan sangat banyak sehingga harus mengantre dan air yang didapat tidak banyak. Masyarakat menjelaskan bahwa hubungan antara masyarakat pemerintah belum cukup transparan. Dari 120 responden, 36 responden menjawab hubungan antara masyarakat dengan pemerintah sudah cukup transparan dan 84 responden menjawab bahwa hubungan antara pemerintah dengan masyarakat belum transparan. Masyarakat sebagian besar tidak mengetahui kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh pemerintah commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

107 digilib.uns.ac.id

dalam menghadapi bencana kekeringan. Masyarakat sebagian besar juga tidak mengetahui jadwal rutin pemberian bantuan air bersih dari pemerintah.

Gambar 24. Pemberian Bantuan Air Bersih di Desa Kradenan yang Tidak Diketahui Jadwalnya oleh Penduduk Menurut penuturan Ibu Mutmainah warga Dusun Tahunan RT 3 RW 4, Desa Putatsari, Kecamatan Grobogan, beliau menjelaskan bahwa: “Pemerintah memberikan bantuan air bersih saat terjadi kekeringan. Namun bantuan tersebut belum mampu mencukupi kebutuhan air bersih untuk keperluan sehari-hari penduduk. Pemberian air bantuan air bersih hanya 3 tangki untuk 1 Dusun sehingga jatah air bersih hanya sedikit. Selain itu jadwal pemberian air bersih juga tidak menentu. Kadang tidak ada pemberitahuan terlebih dahulu sehingga orang-orang pada pergi ke sawah dan tidak mengetahui ada bantuan air bersih datang.” Dengan jadwal bantuan air bersih yang tidak diketahui masyarakat mengakibatkan pemberian bantuan air bersih dari pemerintah tidak merata karena banyak masyarakat yang tidak ada dirumah saat bantuan commit to user air dari pemerintah datang.

108 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

2) Mobilisasi sumberdaya dalam pertanian Mobilisasi sumberdaya dalam bidang pertanian dengan pemberian kredit dari pemerintah kepada petani melalui organisasi kelompo tani dan gabungan kelompok tani (Gapoktan). Dengan adanya kredit dari pemerintah, petani dapat menggunakannya sebagai modal saat menanam dan

dapat

mengembalikannya

setelah

panen.

Pemerintah

juga

memberikan bantuan berupa pupuk bersubsidi dan bibit/ benih tanaman melalui organisasi kelompok tani. Data sosialisasi materi dan bahan kesiapsiagaan kepada masyarakat seperti brosur, poster, ataupun leaflet tentang kekeringan belum ada. Hanya surat kabar yang menjelaskan daerah-daerah di Kabupaten Grobogan yang mengalami kekeringan serta pemberian bantuan dari pemerintah dalam menghadapi kekeringan.

3. Adaptasi Masyarakat Terhadap Bencana Kekeringan Kabupaten Grobogan Adaptasi adalah suatu bentuk cara atau strategi yang merupakan suatu bentuk usaha atau upaya yang dilakukan oleh manusia untuk mempertahankan kelangsungan hidup. Dalam penelitian ini, adaptasi ditujukan untuk bencana kekeringan. Jadi, adaptasi terhadap bencana kekeringan merupakan suatu bentuk cara atau strategi yang merupakan suatu bentuk usaha atau upaya yang dilakukan oleh manusia untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam menghadapi suatu bencana yang diakibatkan oleh musim kemarau yang berkepanjangan, yaitu kekeringan. Adaptasi diperlukan untuk mengurangi dampak kekerinngan agar masyarakat mampu menghadapi kekeringan yang sedang terjadi. untuk mengetahui adaptasi yang dilakukan oleh warga masyarakat dilakukan dengan wawancara kepada masyarakat sebanyak 120 responden. Selain itu, adaptasi juga dilakukan oleh pemerintah dalam menghadapi bencana kekeringan agar dampak dari kekeringan commit to user dapat dikurangi dan dapat meringankan beban warga masyarakat. Hasil

109 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

wawancara dengan panduan angket tentang adaptasi yang dilakukan masyarakat dalam menghadapi bencana kekeringan sebagai berikut:

Tabel 26. Tabel Frekuensi Hasil Wawancara dengan Panduan Angket Tentang Adaptasi Bencana Kekeringan No.

Indikator

1 Pola tanam yang menyesuaikan kekeringan 2 Ada cadangan bahan pangan khusus buat kesiapan musim kemarau 3 Ada kompensasi dalam bentuk kredit usaha tani apabila terjadi kegagalan panen (puso) akibat kekeringan 4 Di rumah anda menggunakan sumber air PDAM 5 Di rumah anda menggunakan sumber Air sumur 6 Tersedia bantuan air bersih saat terjadi puncak kekeringan 7 Penggunaan air minum di rumah menggunakan air sumur 8 Penggunaan air minum di rumah menggunakan air minum kemasan 9 Mandi kurang dari 2x dalam sehari saat terjadi kekeringan 10 Terjadi penyakit akibat adanya kekeringan 11 Kekeringan menyebabkan petani merugi bahkan kehilangan mata pencaharian 12 Kekeringan tersebut merugikan usaha lainnya (ternak, ikan, dsb) 13 Ada alokasi dana khusus untuk menghadapi kekeringan

Frekuensi Ya Tidak 120 0 0 120 88

32

23 102 120 92 28 0 63

97 18 0 28 92 120 57

120

0

105 117

15 3

Adaptasi dilakukan dalam berbagai bidang kehidupan manusia. Adaptasi yang dilakukan masyarakat meliputi adaptasi dalam bidang pertanian, adaptasi dalam ketersediaan air, adaptasi dalam bidang ekonomi, dan adaptasi dalam bidang kesehatan. Adaptasi yang dilakukan masyarakat dan pemerintah dalam berbagai bidang sebagai berikut: a. Adaptasi dalam bidang pertanian Kekeringan mengakibatkan penurunan produksi pertanian. Adaptasi dalam bidang pertanian yang dilakukan masyarakat di Kabupaten Grobogan yaitu dengan adaptasi pola tanam. Pola tanam yang diterapkan di sebagian besar daerah pertanian di Kabupaten yaitu pola tanam padi, kemudian setelah padi ditanami palawija seperti jagung dan kedelai, kemudian setelah itu dibiarkan bera atau tidak ditanami karena tidak ada air sehingga tanaman tidak dapat hidup. Untuk daerah pertanian yang menggunakan irigasi, pola commit to user tanam yang diterapkan yaitu dengan menanam padi-padi-palawija.

110 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Gambar 25. Adaptasi kekeringan dengan Menanam Jagung Dalam menghadapi kekeringan, para petani harus mempersiapkan varietas tanaman yang paling cocok ditanami saat musim kemarau, bahkan varietas yang mampu hidup di iklim yang ekstrim. Selain itu, upaya meningkatkan kesuburan tanah dengan bahan organik dilakukan masyarakat agar tanah mampu menahan air. Pengelolaan sumber air yang baik seperti, irigasi, drainase, penampungan, dan penyimpanan air dilakukan masyarakat untuk mengantisipasi kekurangan sumber air di waktu musim kemarau. Pemberitahuan rutin mengenai keadaan cuaca penting untuk mempersiapkan jenis tanaman yang akan ditanam. Pemerintah juga membentuk kelompok tani dan gabungan kelompok tani serta memberikan bantuan kredit melalui kelompok tani, sehingga pada saat puso, masyarakat bisa meminjam modal dari kelompok tani untuk memanami lahan pertaniannya. Selain pinjaman modal, pemerintah juga memberikan bantuan dalam penyediaan pupuk serta memberi subsidi harga pupuk. Gapoktan atau kelompok tani juga mengadakan arisan rutin sehingga dapat membantu penyediaan dana bagi para petani. commit to user

111 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Gambar 26. Adaptasi Kekeringan denga Menanam Kedelai di Dusun Kepuh Pada saat terjadi kekeringan, tidak ada bahan makanan cadangan khusus untuk menghadapi kekeringan karena beras mudah didatangkan dari daerah lain di luar Kabupaten Grobogan seperti Kabupaten Sragen. Pemerintah juga memberi bantuan beras bulog kepada masyarakat untuk kebutuhan sehari-hari. Beras mudah didapatkan dari berbagai daerah sehingga pada musim kemarau persediaan beras dari pemasok masih tetap ada sehingga masyarakat masih bisa mengkonsumsi makanan pokok beras selama musim kemarau.

b. Adaptasi dalam bidang ketersediaan air Usaha adaptasi dalam ketersediaan air dilakukan dengan cara penggunaan air secara efisien dan efektif. Masyarakat menyebutkan bahwa dalam adaptasi persediaan air, mereka hanya menggunakan air untuk mandi dan keperluan memasak. Warga tidak menggunakan air untuk mencuci kendaraan dan memandikan hewan ternak. Selama musim kemarau warga tidak mencuci kendaraan dan hewan ternak. commit to user

112 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Gambar 27. Penduduk Mengambil Air dari Sumur di Sawah dan Jauh dari Tempat Tinggalnya Penduduk juga ada yang menyedot air dari sungai dan kemudian dialirkan di sebuah kubangan dekat dengan sumur. Lama-kelamaan air dari sungai yang disedot meresap kedalam tanah dan mengalir ke sumur. Namun lama-kelamaan sungai juga kering dan untuk mencukupi kebutuhan seharihari penduduk selain menunggu bantuan dari pemerintah juga membeli air dari pemasok air. Sebagian masyarakat ada yang mengambil air dari sumur yang ada di sawah karena sumur tersebut tidak mengalami kekeringan. Dalam bidang ketersediaan air, pemerintah memberikan bantuan air gratis bagi masyarakat walaupun jumlahnya terbatas. Pemerintah melalui BPBD mengalokasikan dana untuk memberikan bantuan kepada masyarakat dalam menghadapi kekeringan. BPBD bekerjasama dengan pihak PDAM dalam memberikan bantuan air bersih kepada warga yang mengalami kekeringan. Menurut penuturan ibu Titi pihak dari BPBD, pihak BPBD memberikan data desa-desa mana saja yang mengalami kekeringan dengan menyertakan jumlah penduduk pada setiap desa yang mengalami kekeringan. Setelah itu pihak PDAM membuat jadwal pemberian bantuan air bersih. commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

113 digilib.uns.ac.id

Gambar 28. Pemberian Bantuan Air Bersih di Dusun Kayen

Sumber air penduduk di Kabupaten Grobogan sebagian besar dari air sumur bukan PDAM. Untuk keperluan air minum sehari-hari, sebagian besar penduduk menggunakan air sumur, tetapi pada saat terjadi kekeringan penduduk menggunakan air minum kemasan untuk kebutuhan sehari-hari karena air sumurnya kering. Ada sebagian yang tidak kering tetapi kualitasnya tidak bagus, warnanya sedikit keruh. Dalam adaptasi di di bidang ketersediaan air, masyarakat membuat sumur pantek atau sumur bor untuk mendapatkan air.

c. Adaptasi dalam bidang ekonomi Adaptasi yang dilakukan dalam bidang ekonomi yaitu dengan cara menyediakan alokasi dana khusus untuk menghadapi kekeringan. Pada saat terjadi puncak kekeringan, bantuan air dari pemerintah masih belum dapat mencukupi kebutuhan seluruh masyarakat sehingga masyarakat membeli air sendiri untuk keperluan sehari-hari. Masyarakat membeli air setiap satu tangki mobil seharga Rp. 200.000,00. Air dari tangki tersebut ditampung dalam bak dan sebagian lagi ditampung dalam sumur. Air tersebut dapat mencukupi kebutuhan penduduk dalam satu KK selama commit to user seminggu. Kekeringan juga merugikan usaha peternakan karena penduduk

perpustakaan.uns.ac.id

114 digilib.uns.ac.id

tidak punya bahan makanan untuk ternaknya sehingga harus membeli makanan ternak dari daerah lain. Kekeringan juga merugikan usaha pertanian, perikanan, dan bidang usaha lain yang membutuhkan ketersediaan air yang cukup. Pertanian dengan mengandalkan air hujan akan mengalami kerugian bahkan mengalami gagal panen.

d. Adaptasi dalam bidang kesehatan Kekeringan akan berdampak pada kesehatan manusia, tanaman serta hewan baik langsung maupun tidak langsung. Kekeringan menyebabkan pepohonan akan mati dan tanah menjadi gundul yang pada saat musim hujan menjadi mudah tererosi dan banjir. Dampak dari bencana kekeringan ini seringkali secara gradual/ lambat sehingga jika tidak dimonitor secara terus menerus akan mengakibatkan bencana berupa hilangnya bahan pangan akibat tanaman pangan dan ternak mati, petani kehilangan mata pencaharian. Ancaman kekeringan berpangaruh pada kesehatan (medis). Sengatan panas karena kenaikan suhu udara, dehidrasi karena kekuarangan asupan oksigen dari air dan udara bersih merupakan ancaman yang serius. Dalam bidang kesehatan adaptasi dilakukan dengan menjaga kesehatan dengan penyediaan obat-obatan karena masyarakat mudah terserang penyakit seperti panas dalam dan penyakit yang lain yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. Untuk penyakit kulit seperti gatal-gatal tidak terjadi karena penduduk tetap mandi minimal 2 kali sehari walaupun terjadi kekeringan karena penduduk mendapat bantuan air dari pemerintah dan juga membeli air jika bantuan air dari pemerintah belum datang. Penyakit yang melanda warga selain panas dalam biasanya kaki pecahpecah, bibir pecah-pecah, sariawan, dan kulit kering. Hal tersebut bukan penyakit yang membahayakan karena nanti kalau musim kemarau sudah berakhir akan sembuh dengan sendirinya. commit to user .

115 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

4. Implementasi dari Mitigasi, Kesiapsiagaan, dan Adaptasi Masyarakat Terhadap Bencana di Kabupaten Grobogan Sebagai Suplemen Kontekstual Modul Pembelajaran pada Materi Mitigasi Bencana di Kelas X Program IPS

Suplemen dari Mitigasi dan Strategi Adaptasi Masyarakat terhadap Kekeringan di kabupaten Grobogan sebagai suplemen Modul Pembelajaran pada materi Mitigasi Bencana di kelas X program IPS adalah penyususnan modul pembelajaran. Pengaplikasian penelitian ini dalam dunia pendidikan adalah dengan disusunnya modul pembelajaran pada: Kompetensi inti

: mengelola, menalar, dan menyajikan dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajari di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.

Kompetensi dasar : menyajikan contoh penerapan mitigasi dan cara beradaptasi terhadap bencana alam dilingkungan sekitar. Indikator

: mengidentifikasi langkah mitigasi dan adaptasi bencana alam.

Dengan dibuatnya modul pembelajaran ini sebagai pengembangan bahan ajar diharapkan siswa dapat mengetahui bagaimana harus menyikapi apabila terjadi bencana kekeringan. Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan untuk suplemen dalam mengelola hasil kuesioner penelitian ini adalah: a. Langkah-langkah penyusunan modul b. Melakukan validasi dengan praktisi dan dengan tim ahli c. Melakukan pengujian terhadap siswa siswa di SMA 1 Kradenan dengan melihat tanggapan dan respon melalui pengisian instrumen Implementasi dari penelitian Mitigasi, Kesiapsiagaan, dan Adaptasi Masyarakat Terhadap Bencana Kekeringan Kabupaten Grobogan ((Implementasi commit toGeografi user SMA Kelas X Pokok Bahasan Sebagai Modul Kontekstual Pembelajaran

116 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Mitigasi Bencana) dilakukan di SMA N 1 Wirosari Kabupaten Grobogan yang beralamat di jalan raya Wirosari No. 123 Grobogan. Karena penelitian ini dilakukan di wilayah Kabupaten Grobogan, maka sekolah yang dipilih pun juga berada di wilayah tersebut. a. Prototipe Modul Suatu modul yang digunakan di sekolah, disusun atau ditulis dengan melalui langkah-langkah sebagai berikut: 1) Menyusun kerangka modul a) Menetapkan tujuan instruksional umum (TIU) yang akan dicapai dalam modul pembelajaran tersebut. b) Merumuskan tujuan instruksional khusus (TIK) yang merupakan perincian atau pengkhususan dari tujuan instruksional umum tadi. c) Menyusun soal-soal penilaian untuk mengukur sejauh mana tujuan instruksional khusus bisa dicapai. d) Identifikasi pokok materi pelajaran yang sesuai dengan setiap tujuan instruksianal khusus. e) Mengatur/ menyususn pokok-pokok materi tersebut di dalam urutan yang logis dan fungsional. f) Menyusun langkah-langkah kegiatan belajar murid. g) Memeriksa sejauh mana langkah-langkah kegiatan belajar telah diarahkan untuk mencapai semua tujuan yang telah dirumuskan. h) Identifikasi alat-alat yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan belajar dengan modul itu.

2) Menyusun (menulis) program secara terperinci Menyusun

(menulis)

program

secara

terperinci

meliputi

pembuatan semua unsur modul, yakni petunjuk guru, lembar kegiatan murid, lembar kerja murid, lembar jawaban, lembar penilaian (tes), dan lembar jawaban tes.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

117 digilib.uns.ac.id

Dalam penelitian ini proses penyusunan modul dilakukan hingga mengukur respon siswa terhadap modul yang telah disusun. Adapu langkahlangkah penysusunan modul dalam penelitian ini adalah: 1) Melakukan penelitian mengenai mitigasi, kesiapsiagaan, dan adaptasi masyarakat terhadap bencana kekeringan Kabupaten Grobogan. 2) Menyususn laporan hasil penelitian mengenai mitigasi, kesiapsiagaan, dan adaptasi masyarakat terhadap bencana kekeringan Kabupaten Grobogan. 3) Menyusun modul Mitigasi dan strategi adaptasi kekeringan. 4) Melakukan validasi dengan tim ahli akan kelayakan modul Mitigasi dan strategi adaptasi kekeringan. 5) Melakukan validasi dengan guru geografi akan kelayakan modul Mitigasi dan strategi adaptasi kekeringan. 6) Melakukan uji coba dengan mengukur respon siswa mengenai kelayakan modul Mitigasi dan strategi adaptasi kekeringan.

b. Hasil Validasi Modul 1) Validasi dengan Tim Ahli Setelah dilakukan penelitian terhadap Mitigasi, Kesiapsiagaan, dan Adaptasi Masyarakat Terhadap Bencana Kekeringan Kabupaten Grobogan, maka untuk memberikan dukungan di bidang pendidikan, hasil penelitian ini diimplikasikan sebagai modul pembelajaran kontekstual berupa modul Mitigasi dan Strategi adaptasi kekeringan. Langkah awal yang dilakukan dalam mengimplementasikan modul ini adalah dengan validasi modul ini dengan tim ahli. Tim ahli yang memvalidasi modul Mitigasi dan Strategi Adaptasi Kekeringan adalah Dr. Mohammad Gamal Rindarjono, M. Si. a) Penilaian Form penilaian atas modul mitigasi dan strategi adaptasi commit to user kekeringan sebagai berikut:

118 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Tabel 27. Rekapitulasi Hasil Validasi Tim Ahli NO I

II

III

IV

V

ASPEK YANG DINILAI STRUKTUR MODUL

ORGANISASI PENULISAN MATERI

BAHASA

TAMPILAN

KEKONTEKS TUALAN MODUL

INDIKATOR 1. Kesesuaian materi dalam media pembelajaran dengan standar isi (KI dan KD) 2. Kesesuaian materi dengan tingkat pengetahuan peserta didik 3. Organisasi penyajian secara umum 4. Tampilan umum menarik 5. Keterkaitan yang konsisten antara materi bahasan 1. Cakupan materi 2. Kejelasan dan urutan materi 3. Ketepatan materi dengan KI 4. Keterkaitan antara masalah dengan konteks kehidupan/ kognisi siswa yang termuat dalam buku siswa/ modul 1. Penggunaan bahasa sesuai dengan EYD 2. Bahasa yang digunakan komunikatif 3. Kesederhanaan struktur kalimat 1. Tampilan modul menarik 2. Kesesuaian gambar yang disajikan dengan materi 3. Gambar yang disajikan sudah proporsional (tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit) 1. Kesesuaian isi modul dengan keadaan lingkungan yang ditemukan siswa 2. Kesesuaian contoh peristiwa yang disajikan (sesuai dengan kenyataan yang ditemukan siswa) 3. Kesesuaian gambar yang disajikan sesuai dengan lingkungan siswa.

Sumber: Hasil Pengisian Instrumen Tim Ahli commit to user

SKOR

4 4 4 4 4 5 5 4 4

5 5 5 4 4 4

4

4

4

119 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Dalam penelitian ini, Dr. Mohammad Gamal Rindarjono, M. Si menjadi validator atas modul mitigasi dan strategi adaptasi kekeringan yang merupakan hasil implementasi penelitian mitigasi, kesiapsiagaan, dan adaptasi masyarakat terhadap bencana kekeringan Kabupaten Grobogan. Penilaian dilakukan untuk menguji modul yang telah dibuat dan dikembangkan berdasarkan kisi-kisi aspek standar yang ditentukan. Dalam hal ini, penilaian juga dilakukan untuk mengetahui kualitas modul dari validator yang telah memberi niali untuk setiap aspek. Validator dari tim ahli, yaitu Bapak Mohammad Gamal Rindarjono, M. Si dapat memahami modul pembelajaran dan kemudian melakukan pengisian angket validasi dengan hasil sebagai berikut: Berdasarkan hasil penskoran atas instrumen yang telah diisi oleh tim ahli, dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Struktur Modul Pada aspek struktur modul, indikator kesesuaian materi dalam media pembelajaran dengan standar isi (KI dan KD), kesesuaian materi dengan tingkat pengetahuan peserta,organisasi penyajian secara umum, tampilan umum menarik, serta keterkaitan yang konsisten antara materi bahasan didik termasuk kategori layak. 2) Organisasi penulisan materi Pada aspek organisasi penulisan materi, indikator cakupan materi dan kejelasan urutan materi termasuk dalam kategori sangat layak, sedangkan indikator ketepatan materi dengan KI dan keterkaitan antara masalah dengan konteks kehidupan/ kognisi siswa yang termuat dalam buku siswa/ modul termasuk dalam kategori layak. 3) Bahasa Pada aspek bahasa, indikator penggunaan bahasa sesuai dengan EYD, bahasa yang digunakan komunikatif, dan kesederhanaan struktur kalimat termasuk dalam kategori sangat layak. commit to user

120 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

4) Tampilan Pada aspek tampilan,

indikator tampilan modul

menarik,

kesesuaian gambar yang disajikan dengan materi, dan gambar yang disajikan sudah proporsional (tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit) termasuk dalam kategori layak. 5) Kekontekstualan modul Pada aspek kekontekstualan modul, indikator kesesuaian isi modul dengan keadaan lingkungan yang ditemukan siswa, kesesuaian contoh peristiwa yang disajikan (sesuai dengan kenyataan yang ditemukan siswa), serta kesesuaian gambar yang disajikan sesuai dengan lingkungan siswa termasuk dalam kategori layak. Berdasarkan hasil penskoran validasi tim ahli modul mitigasi dan strategi adaptasi kekeringan termasuk dalam kategori layak. Dengan demikian, modul ini dapat melangkah ke tahap yang selanjutnya.

b) Komentar/ Saran Komentar dan saran yang disampaikan oleh Dr. Mohammad gamal Rindarjono, M. Si selaku tim ahli atau sebagai validator modul pembelajaran Mitigasi dan Strategi Adaptasi Kekeringan adalah cukup bagus dan menarik untuk diaplikasikan di sekolah. Saran yang disampaikan oleh Dr. Mohammad gamal Rindarjono, M. Si selaku tim ahli atau sebagai validator modul pembelajaran Mitigasi dan Strategi Adaptasi Kekeringan adalah untuk menambah perluasan konten modul.

c) Kesimpulan Dalam kesimpulan instrumen oleh Dr. Mohammad gamal Rindarjono, M. Si selaku tim ahli atau sebagai validator modul pembelajaran menyatakan

Mitigasi dan Strategi commit to user modul tertarik dengan

Adaptasi ini

dan

Kekeringan kemudian

121 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

memperbolehkan untuk dilakukan pengujian di sekolah. Dalam pengujian di sekolah dilakukan di SMA N 1 Wirosari Kabupaten Grobogan. Pengujian dilakukan di kelas X IPS 3 untuk uji coba kelompok kecil sebanyak 5 orang. Uji kelompok besar dilakukan di kelas X IPS 2 di SMA N 1 Wirosari Kabupaten Grobogan dengan jumlah siswa yang mengiikuti uji coba sebanyak 31 siswa.

2) Validasi modul dengan Praktisi di SMA N 1 Wirosari Kabupaten Grobogan Setelah dilakukan validasi dengan tim ahli, maka langkah selanjutnya adalah validasi dengan guru mata pelajaran Geografi di SMA N 1 Wirosari Kabupaten Grobogan. Guru yang dipilih menjadi validator adalah guru mata pelajaran Geografi yaitu Ibu Tri Atmi Sri Minaningsih, S. Pd. Penilaian ini dilakukan untuk menilai dan memberikan respon terhadap modul mitigasi dan strategi adaptasi kekeringan yang telah dibuat dan dikembangkan berdasarkan kisi-kisi aspek standar yang ditentukan. Dalam hal ini, penilaian juga dilakukan untuk mengetahui kualitas modul dari validator yang telah memberi nilai dari setiap aspek. Validator guru geografi, Ibu Tri Atmi Sri Minaningsih, S. Pd dapat memahami modul pembelajaran dan kemudian melakukan pengisian angket validasi dengan hasil sebagai berikut: a) Penilaian Modul Form penilaian atas modul ini yang telah diisi oleh Ibu Tri Atmi Sri Minaningsih, S. Pd adalah sebagai berikut:

commit to user

122 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Tabel 28. Rekapitulasi Hasil Validasi Guru geografi NO

ASPEK YANG DINILAI

INDIKATOR

1. Kesesuaian materi dalam media pembelajaran dengan standar isi (KI dan KD) 2. Kesesuaian materi dengan tingkat pengetahuan peserta didik 3. Organisasi penyajian secara umum 4. Tampilan umum menarik 5. Keterkaitan yang konsisten antara materi bahasan II ORGANISA- 1. Cakupan materi SI 2. Kejelasan dan urutan materi PENULISAN 3. Ketepatan materi dengan KI MATERI 4. Keterkaitan antara masalah dengan konteks kehidupan/ kognisi siswa yang termuat dalam buku siswa/ modul 1. Penggunaan bahasa sesuai dengan III BAHASA EYD 2. Bahasa yang digunakan komunikatif 3. Kesederhanaan struktur kalimat IV TAMPILAN 1. Tampilan modul menarik 2. Kesesuaian gambar yang disajikan dengan materi 3. Gambar yang disajikan sudah proporsional (tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit) V KEKONTEKS- 1. Kesesuaian isi modul dengan keadaan lingkungan yang ditemukan siswa TUALAN MODUL 2. Kesesuaian contoh peristiwa yang disajikan (sesuai dengan kenyataan yang ditemukan siswa) 3. Kesesuaian gambar yang disajikan sesuai dengan lingkungan siswa. I

STRUKTUR MODUL

SKOR

4 5 4 5 4 4 4 4 4

5 5 5 4 5 4 4 5 5

Sumber: Hasil Pengisian Instrumen Praktisi Guru Geografi SMA N 1 Wirosari Kabupaten Grobogan commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

123 digilib.uns.ac.id

Berdasarkan hasil penskoran atas instrumen yang telah diisi oleh tim praktisi (guru mata pelajaran geografi), dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Struktur Modul Pada aspek struktur modul, indikator kesesuaian materi dalam media pembelajaran dengan standar isi (KI dan KD), organisasi penyajian secara umum dan keterkaitan yang konsisten antara materi bahasan didik termasuk kategori layak. Indikator kesesuaian materi dengan tingkat pengetahuan peserta dan tampilan umum menarik termasuk dalam kategori sangat layak. 2) Organisasi penulisan materi Pada aspek organisasi penulisan materi, indikator cakupan materi, kejelasan urutan materi, ketepatan materi dengan KI dan keterkaitan antara masalah dengan konteks kehidupan/ kognisi siswa yang termuat dalam buku siswa/ modul termasuk dalam kategori layak. 3) Bahasa Pada aspek bahasa, indikator penggunaan bahasa sesuai dengan EYD, bahasa yang digunakan komunikatif, dan kesederhanaan struktur kalimat termasuk dalam kategori sangat layak. 4) Tampilan Pada aspek tampilan, indikator tampilan modul menarik dan gambar yang disajikan sudah proporsional (tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit) termasuk dalam kategori layak. Indikator kesesuaian gambar yang disajikan dengan materi termasuk dalam kategori sangat layak. 5) Kekontekstualan modul Pada aspek kekontekstualan modul, indikator kesesuaian isi modul dengan keadaan lingkungan yang ditemukan siswa termasuk dalam kategori layak. indikator kesesuaian contoh peristiwa yang commit kenyataan to user disajikan (sesuai dengan yang ditemukan siswa) serta

124 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

kesesuaian gambar yang disajikan sesuai dengan lingkungan siswa termasuk dalam kategori sangat layak. Berdasarkan hasil penskoran validasi tim ahli modul mitigasi dan strategi adaptasi kekeringan termasuk dalam kategori layak. Dengan demikian, modul ini dapat melangkah ke tahap yang selanjutnya.

b) Komentar/ Saran Komentar dan saran yang disampaikan oleh Ibu Tri Atmi Sri Minaningsih, S. Pd selaku guru mata pelajaran geografi di kelas X SMA N 1 Wirosari Kabupaten Grobogan sebagai validator modul mitigasi dan strategi adaptasi kekeringan ini adalah secara umum modul ini sangat baik dan layak digunakan dalam pembelajaran geografi dan membantu siswa dalam belajar geografi.

c) Kesimpulan Dalam kesimpulan instrumen oleh Ibu Tri Atmi Sri Minaningsih, S. Pd selaku guru mata pelajaran geografi di kelas X SMA N 1 Wirosari Kabupaten Grobogan sebagai validator modul mitigasi dan strategi adaptasi kekeringan menyatakan tertarik dengan modul ini dan menyatakan bahwa modul ini sangat baik dalam pembelajaran geografi (tanpa perbaikan). Dengan demikian modul yang telah disusun ini dapat diujikan di kelas tanpa melakukan revisi.

6) Hasil Validasi Modul dengan Siswa di SMA N 1 Wirosari Kabupaten Grobogan Setelah dilakukan validasi dengan guru mata pelajaran, kemudian dilanjutkan dengan uji coba dengan kelompok kecil. Uji coba dengan kelompok kecil berjumlah 5 siswa di kelas X IPS 3. Berikut hasil rekapitulasi hasil uji coba kelompok kecil: commit to user

125 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Tabel 29. Hasil Uji Coba Modul dalam Kelompok Kecil NO I

II

ASPEK YANG DINILAI TAMPILAN

PENYAJIAN MATERI

INDIKATOR 1. 2. 3. 4. 5. 1. 2. 3. 4. 5.

III

MANFAAT

1.

2. 3. 4.

IV

V

KEKONTEK STUALAN MODUL

KEPUASAN SISWA

5. 1. 2. 3. 1.

MODUS SKOR

Teks atau tulisan pada modul mudah dibaca Gambar yang disajikan jelas atau tidak buram Gambar yang disajikan sudah sesuai (tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit) Gambar yang disajikan menarik Gambar yang disajikan sesuai dengan materi Modul ini menjelaskan suatu konsep ilustrasi masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari Saya dapat memahami materi dengan mudah Materi yang disajikan dalam modul sudah runtut Saya dapat mengikuti kegiatan belajar tahap demi tahap dengan mudah Contoh soal yang digunakan dalam modul ini sudah sesuai dengan materi Saya dapat memahami materi mitigasi, kesiapsiagaan, dan strategi adaptasi kekeringan menggunakan modul ini dengan mudah Saya merasa lebih mudah belajar dengan modul ini Saya sangat tertarik menggunakan modul ini Dengan menggunakan modul ini, saya lebih tertarik dalam belajar geografi Saya lebih senang belajar dengan modul ini Kesesuaian isi modul dengan keadaan lingkungan yang ditemukan siswa Kesesuaian contoh peristiwa yang disajikan Kesesuaian gambar yang disajikan sesuai dengan lingkungan siswa. Tingkat kepuasan saya dengan modul mitigasi, kesiapsiagaan, dan adaptasi kekeringan

Berdasarkan hasil penskoran atas instrumen yang telah diisi siswa kelas X IPS 3 pada uji coba kelompok kecil, dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Tampilan Pada aspek tampilan, indikator teks atau tulisan pada modul mudah dibaca dan gambar yang disajikan sesuai dengan materi mendapat kategori sangat layak. Pada indikator gambar yang disajikan jelas atau tidaktoburam, commit user gambar yang disajikan sudah

5 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5

126 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

sesuai (tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit), dan gambar yang disajikan menarik termasuk dalam kategori layak. 2) Penyajian materi Pada aspek penyajian materi, indikator modul ini menjelaskan suatu konsep ilustrasi masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari termasuk dalam kategori sangat layak. Pada indikator siswa dapat memahami materi dengan mudah, materi yang disajikan dalam modul sudah runtut, siswa dapat mengikuti kegiatan belajar tahap demi tahap dengan mudah, serta contoh soal yang digunakan dalam modul ini sudah sesuai dengan materi termasuk dalam kategori layak. 3) Manfaat Pada aspek manfaat, indikator siswa dapat memahami materi mitigasi,

kesiapsiagaan,

dan

strategi

adaptasi

kekeringan

menggunakan modul ini dengan mudah, siswa merasa lebih mudah belajar dengan modul ini, siswa sangat tertarik menggunakan modul ini, siswa lebih tertarik dalam belajar geografi, dan siswa lebih senang belajar dengan modul ini termasuk dalam kategori layak. 4) Kekontekstualan modul Pada aspek kekontekstualan modul, indikator kesesuaian isi modul dengan keadaan lingkungan yang ditemukan siswa, kesesuaian contoh peristiwa yang disajikan (sesuai dengan kenyataan yang ditemukan siswa), serta kesesuaian gambar yang disajikan sesuai dengan lingkungan siswa termasuk dalam kategori sangat layak. 5) Kepuasan siswa Tingkat kepuasan siswa dengan modul mitigasi dan strategi adaptasi kekeringan termasuk dalam kategori sangat layak. Berdasarkan hasil penskoran validasi dari uji kelompok kecil, modul mitigasi dan strategi adaptasi kekeringan termasuk dalam commit to user

127 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

kategori layak. Dengan demikian, modul ini dapat melangkah ke tahap yang selanjutnya. Setelah dilakukan validasi dengan guru mata pelajaran dan validasi kelompok kecil, kemudian dilanjutkan dengan uji coba dengan siswa kelas X IPS 2 yang telah ditunjuk oleh guru untuk menilai modul. Kelas yang digunakan untuk memberikan respon terhadap modul ini adalah kelas X IPS 2 yang berjumlah 31 siswa. Siswa kelas X IPS 2 SMA N 1 Wirosari kabupaten Grobogan sebagai berikut: 1. Agharidtha Farah Syaharani

17. Khaerulia Widiyanti

2. Alfirda Ria Insani

18. Khoirul Alfi

3. Ari Andriyanto

19. Listyowati

4. Arinimar Shaffa Wijayanti

20. Milenia Nofy Tasari

5. Arminta Putri

21. Mufid Nur Hidayah

6. Bintang Ayu Anjani

22. Nurma Nurulita

7. Delia Kristanti

23. Nurvita kartikasari

8. Dewi Wulandari

24. Putri Yunia Lestari

9. Diki Ulinnuha

25. Rama Ali Sadikin

10. Divia Lutfiyanti

26. Ratih Kusuma Wijaya

11. Dyah Ayu Margiyani

27. Rayhan Vari Andika

12. Fero Akbar Alfarizi

28. Ragantara Anjas Prayoga

13. Galuh Mukti Wibowo

29. Salsabila Anjalika

14. Habib Ahsan

30. Siti Inaratul nafiah

15. Haidar Ali Sarafi

31. Yoga Ariyanto

16. Hakim Adib Setyadi

Pengambilan respon mengenai modul mitigasi dan strategi adaptasi kekeringan dilakukan di kelas X IPS 2 yang berjumlah 31 siswa. Sebagaian besar siswa kelas X IPS 2 berdomisili di Kabupaten Grobogan dan sebagian kecil berdomisili di Kabupaten commit to user Blora. Berikut rekapitulasi hasil pengambilan respon siswa:

128 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Tabel 30. Rekapitulasi Hasil Respon Siswa NO I

II

III

IV

V

ASPEK YANG DINILAI TAMPILAN

PENYAJIAN MATERI

MANFAAT

KEKONTEK STUALAN MODUL

TINGKAT KEPUASAN SISWA

INDIKATOR

MODUS SKOR

6. Teks atau tulisan pada modul mudah dibaca 7. Gambar yang disajikan jelas atau tidak buram 8. Gambar yang disajikan sudah sesuai (tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit) 9. Gambar yang disajikan menarik 10. Gambar yang disajikan sesuai dengan materi 6. Modul ini menjelaskan suatu konsep ilustrasi masalah yang berkaitan dengan kehidupan seharihari 7. Saya dapat memahami materi dengan mudah 8. Materi yang disajikan dalam modul sudah runtut 9. Saya dapat mengikuti kegiatan belajar tahap demi tahap dengan mudah 10. Contoh soal yang digunakan dalam modul ini sudah sesuai dengan materi 6. Saya dapat memahami materi mitigasi, kesiapsiagaan, dan strategi adaptasi kekeringan menggunakan modul ini dengan mudah 7. Saya merasa lebih mudah belajar dengan modul ini 8. Saya sangat tertarik menggunakan modul ini 9. Dengan menggunakan modul ini, saya lebih tertarik dalam belajar geografi 10. Saya lebih senang belajar dengan modul ini 4. Kesesuaian isi modul dengan keadaan lingkungan yang ditemukan siswa 5. Kesesuaian contoh peristiwa yang disajikan (sesuai dengan kenyataan yang ditemukan siswa) 6. Kesesuaian gambar yang disajikan sesuai dengan lingkungan siswa. 2. Tingkat kepuasan saya dengan modul mitigasi, kesiapsiagaan, dan adaptasi kekeringan

Sumber: Hasil Pengisian Instrumen Siswa SMA N 1 Wirosari Kab. Grobogan Keadaan siswa di kelas ini cukup beragam. Saat dilakukan pembelajaran dengan menggunakan modul pembelajaran, kondisi commit to user

4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

129 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

kelas sangat kondusif dan banyak siswa yang tertarik atas pembelajaran dengan menggunakan modul ini. Berdasarkan hasil penskoran atas instrumen yang telah diisi siswa kelas X IPS 3, dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Tampilan Pada aspek tampilan, indikator teks atau tulisan pada modul mudah dibaca dan gambar yang disajikan sesuai dengan materi, gambar yang disajikan jelas atau tidak buram, gambar yang disajikan sudah sesuai (tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit), dan gambar yang disajikan menarik termasuk dalam kategori layak. 2) Penyajian materi Pada aspek penyajian materi, indikator modul ini menjelaskan suatu konsep ilustrasi masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, siswa dapat memahami materi dengan mudah, materi yang disajikan dalam modul sudah runtut, siswa dapat mengikuti kegiatan belajar tahap demi tahap dengan mudah, serta contoh soal yang digunakan dalam modul ini sudah sesuai dengan materi termasuk dalam kategori layak. 3) Manfaat Pada aspek manfaat, indikator siswa dapat memahami materi mitigasi,

kesiapsiagaan,

dan

strategi

adaptasi

kekeringan

menggunakan modul ini dengan mudah, siswa merasa lebih mudah belajar dengan modul ini, siswa sangat tertarik menggunakan modul ini, siswa lebih tertarik dalam belajar geografi, dan siswa lebih senang belajar dengan modul ini termasuk dalam kategori layak. 4) Kekontekstualan modul Pada aspek kekontekstualan modul, indikator kesesuaian isi modul dengan keadaan lingkungan yang ditemukan siswa, kesesuaian commit to user (sesuai dengan kenyataan yang contoh peristiwa yang disajikan

130 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

ditemukan siswa), serta kesesuaian gambar yang disajikan sesuai dengan lingkungan siswa termasuk dalam kategori layak. 5) Kepuasan siswa Tingkat kepuasan siswa dengan modul mitigasi dan strategi adaptasi kekeringan termasuk dalam kategori layak.

Berdasarkan hasil penskoran validasi dari uji kelompok besar di kelas X IPS 2, modul mitigasi dan strategi adaptasi kekeringan termasuk dalam kategori layak. Dengan demikian, modul ini dapat digunakan dalam pembelajaran geografi.

a) Komentar/ Saran Komentar dan saran yang disampaikan siswa kelas X IPS 2 SMA N 1 Wirosari Kabupaten Grobogan pada umumnya menyatakan bahwa modul mitigasi dan strategi adaptasi kekeringan menarik. Siswa menyukai pembelajaran dengan modul tersebut.

b) Kesimpulan Dalam kesimpulan instrumen siswa kelas X IPS 2 SMA N 1 Wirosari Kabupaten Grobogan yang telah mempelajari modul pembelajaran

mitigasi

dan

strategi

adaptasi

kekeringan

menyatakan tertarik dengan modul ini dan menyatakan modul ini baik digunakan dalam pembelajaran geografi di sekolah.

commit to user