UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR BIOLOGI SISWA ...

8 downloads 159 Views 93KB Size Report
Skor rata-rata lembar observasi siswa pada siklus I adalah 23,5 (kategori .... secara aktif dalam diskusi kelompok dan meningkatkan tanggung jawab individual.
UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X D SMA NEGERI 6 KOTA BENGKULU MELALUI PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE STAD YANG DIINTERVENSI DENGAN STRATEGI INKUIRI Abas Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan PMIPA FKIP UNIB ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses kegiatan belajar berupa aktivitas guru dan siswa serta prestasi belajar siswa kelas X D SMAN 6 Kota Bengkulu melalui penerapan model kooperatif tipe STAD melalui strategi inkuiri. Kegiatan belajar dilakukan dalam pembelajaran biologi pada sub pokok bahasan Jamur Filum Basidiomycota dan Tumbuhan Lumut. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi, yang terdiri dari lembar observasi guru dan lembar observasi siswa, dan lembar tes. Data hasil belajar siswa dianalisis secara deskriptif dengan mengacu kepada ketuntasan belajar secara klasikal. Hasil analisis data menunjukkan bahwa skor rata-rata lembar observasi guru pada siklus I adalah 39,5 (kategori baik) dan meningkat menjadi 41 (kategori baik) pada siklus II. Skor rata-rata lembar observasi siswa pada siklus I adalah 23,5 (kategori cukup) meningkat menjadi 26 (kategori baik). Adapun skor lembar observasi aktivitas inkuiri siswa pada siklus I adalah 12 (kategori cukup) dan pada siklus II diperoleh 19 (kategori baik). Selanjutnya, pada siklus I, diperoleh persentase ketuntasan belajar klasikal sebesar 90,0 % (kriteria tuntas) dan pada siklus II diperoleh persentase ketuntasan belajar klasikal sebesar 96,67 % (kriteria tuntas). Hasil ini menunjukkan bahwa penerapan model kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran biologi melalui strategi inkuiri dapat meningkatkan aktivitas guru dan siswa serta prestasi belajar siswa kelas X D SMAN 6 Kota Bengkulu. Kata kunci : Model Pembelajaran Kooperatif, Tipe STAD, Strategi Inkuiri, Prestasi Belajar PENDAHULUAN Upaya untuk meningkatkan pendidikan menuntut semua pihak berperan serta termasuk di dalamnya para pengelola kebijaksanaan pendidikan di Indonesia. Perbaikan peningkatan mutu pendidikan yang dapat dilaksanakan oleh guru adalah menciptakan Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Ekspresif/Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM) sehingga siswa mampu memahami mata pelajaran lebih baik, memiliki kemampuan berfikir kritis, dan meningkatkan sikap ilmiah. Pembelajaran yang inovatif dan produktif adalah pembelajaran yang dapat membantu siswa memperoleh informasi, ide, keterampilan, cara berfikir, nilai, cara mengekspresikan diri dan bagaimana cara belajar. Salah satu langkah pembenahan agar terjadi pembelajaran yang PAIKEM, guru hendaknya beralih pandangan dari mengajar sebagai sumber otoritas menuju

pada perannya sebagai fasilitator dan mediator yang kreatif, sehingga dapat mengembangkan kemampuan berfikir siswa (Winarni, 2007). Berdasarkan observasi yang dilakukan pada pembelajaran biologi di kelas X D SMAN 6 Kota Bengkulu, antusias dan keaktifan siswa masih rendah karena metode yang dominan digunakan oleh guru adalah metode ceramah. Proses pembelajaran yang didominasi metode ceramah menyebabkan siswa cenderung pasif karena mereka mengandalkan guru sebagai sumber informasi. Selain itu, metode ini juga belum memperlihatkan sikap ilmiah siswa dalam menemukan konsep dan fakta “objektif”, sehingga tujuan pembelajaran belum dapat dicapai dengan optimal. Disamping itu, penerapan metode pembelajaran tersebut dapat berdampak terhadap kurangnya prestasi dan kurang terciptanya sikap ilmiah siswa, yang kemudian akan mempengaruhi hasil belajar yang diperoleh siswa. Hal tersebut terlihat dari nilai rata-rata ulangan harian bidang studi biologi pada semester 1 tahun pelajaran 2007/2008. Di kelas X D, dengan jumlah siswa 41 orang, yang terdiri dari 18 orang siswa laki-laki dan 23 orang siswa perempuan, nilai rata-rata kelas pada ulangan harian bidang studi biologi adalah 5,09 dengan persentase ketuntasan belajar adalah 29,2 %. Hal ini berarti bahwa hanya 12 orang siswa yang telah mencapai ketuntasan belajar. Sedangkan menurut Depdikbud (1994), siswa dikatakan tuntas belajar secara klasikal apabila 85 % dari jumlah seluruh siswa mendapat nilai ≥ 6,5. Dengan demikian proses pembelajaran biologi pada siswa kelas X D SMAN 6 Kota Bengkulu belum mencapai ketuntasan belajar sehingga memerlukan perbaikan. Beberapa upaya perbaikan itu antara lain menggunakan model dan strategi pembelajaran biologi yang sesuai agar dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Salah satu upaya perbaikan yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning/CL) tipe STAD melalui strategi inkuiri. Strategi inkuiri adalah strategi pengajaran yang berpolakan kegiatan pencarian untuk menemukan sesuatu, melibatkan peserta didik dalam rangka penemuannya, serta memungkinkan peserta didik menemukan sendiri informasi-informasi yang diperlukan untuk mencapai tujuan belajarnya. Sedangkan model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu cara untuk mengatasi kemampuan siswa yang heterogen sehingga dapat memberikan keuntungan baik pada siswa kelompok atas maupun pada siswa kelompok bawah yang bekerja sama menyelesaikan tugastugas akademik. Siswa kelompok atas yang dimaksud adalah kelompok siswa yang memiliki nilai tinggi dan siswa kelompok bawah adalah siswa yang memiliki nilai rendah.

HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning/CL) tipe STAD melalui strategi inkuiri pada pokok bahasan ”Jamur” dengan sub pokok bahasan ”Filum Basidiomycota” pada siklus I dan pokok bahasan ”Tumbuhan” dengan sub pokok bahasan ”Tumbuhan Lumut” pada siklus II, ternyata dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas X D SMA Negeri 6 Kota Bengkulu. Peningkatan proses pembelajaran yang terdiri atas aktivitas guru, aktivitas siswa dan aktivitas inkuiri siswa serta peningkatan persentase ketuntasan belajar klasikal siswa dari siklus I ke siklus II dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini. Tabel 1. Peningkatan Hasil Observasi Aktivitas Guru, Observasi Aktivitas Siswa, Observasi Aktivitas Inkuiri Siswa dan Persentase Ketuntasan Belajar Klasikal Siswa dari Siklus I ke Siklus II. Siklus Skor Observasi % Guru Kriteria Siswa Kriteria Inkuiri Kriteria Ketuntasan Siswa ria I 39,5 Baik 23,5 Cukup 12 Cukup 90% II 41 Baik 26 Baik 19 Baik 96,67%

Kriteria

Tuntas Tuntas

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa terjadi peningkatan proses pembelajaran yaitu meningkatnya aktivitas guru dalam mengajar, aktivitas siswa dan aktivitas inkuiri siswa selama mengikuti proses pembelajaran, serta meningkatnya persentase ketuntasan belajar klasikal siswa dari siklus I ke siklus II. Peningkatan Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Guru Dari Siklus I ke Siklus II Menurut Depdiknas (2004) terdapat enam langkah utama atau fase di dalam mengajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif. Keenam fase tersebut yaitu: guru menyampaikan tujuan pelajaran dan memotivasi siswa belajar, menyajikan informasi, mengorganisasikan siswa kedalam kelompokkelompok belajar, membimbing kelompok bekerja dan belajar, mengadakan evaluasi, dan memberikan penghargaan. Strategi pembelajaran inkuiri bertolak dari pandangan bahwa siswa sebagai subjek dan objek dalam belajar mempunyai dasar untuk berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Peranan guru lebih banyak sebagai pembimbing dan fasilitator belajar, dengan demikian siswa lebih banyak melakukan kegiatan sendiri atau dalam bentuk kelompok memecahkan permasalahan dengan bimbingan guru (Sriyono, 1992). Namun strategi pembelajaran inkuiri mempunyai kekurangan, salah satunya

adalah tidak sesuai untuk kelas yang besar jumlah peserta didiknya. Salah satu alternatif untuk mengatasi kekurangan tersebut digunakan model pembelajaran kooperatif. Umumnya dalam satu keadaan siswa sangat heterogen sehingga menyebabkan kemampuan siswa berbeda-beda pula. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan untuk menghadapi kemampuan siswa yang heterogen yaitu dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning/CL) karena pembelajaran kooperatif dapat memberikan keuntungan baik pada siswa kelompok atas maupun pada siswa pada kelompok bawah yang bekerja sama menyelesaikan tugas-tugas akademik. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD melalui strategi inkuiri cocok diterapkan untuk mengatasi siswa yang bersifat heterogen sebab menurut Suardana dalam Susanti (2007) bahwa umumnya siswa dalam satu kelas keadaannya sangat heterogen, mereka berbeda dalam hal bakat, kemampuan awal, kecerdasan, motivasi, kecepatan belajar dan dalam hal lainnya. Dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD melalui strategi inkuiri ini, siswa yang bersifat heterogen tersebut digabungkan dalam kelompok (tim) belajar untuk bekerjasama menyelesaikan tugas-tugas akademik sehingga siswa kelompok atas dan siswa kelompok bawah sama-sama meningkat kemampuan akademik/kognitifnya karena siswa kelompok atas bertindak sebagai tutor bagi siswa kelompok bawah dan siswa kelompok bawah mendapat bantuan khusus dari teman sebaya yang mempunyai orientasi dan bahasa yang sama. Sebab bagi siswa tertentu bertanya teman sebaya untuk mendapatkan kejelasan apa yang dijelaskan oleh guru lebih mudah dipahami karena mereka biasanya menggunakan bahasa dan ungkapan-ungkapan yang sama (Suryati, 2006). Pada siklus I rata-rata skor hasil observasi terhadap aktivitas guru adalah 39,5 dengan kriteria baik, rata-rata ini meningkat menjadi 41 dengan kriteria baik pada siklus II. Peningkatan rata-rata skor hasil observasi terhadap aktivitas guru pada siklus II dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang diintervensi strategi inkuiri ini, karena pada siklus II guru dapat memperbaiki kinerjanya yang mengacu kepada refleksi yang telah dilakukan setelah pelaksanaan siklus I, berdasarkan refleksi tersebut maka aktivitas guru menjadi meningkat dalam mengajar sebab pada siklus II guru berusaha melaksanakan fase-fase pada model pembelajaran kooperatif melalui strategi inkuiri dengan maksimal. Peningkatan Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Siswa Dari Siklus I ke Siklus II

Strategi pembelajaran inkuiri bertolak dari pandangan bahwa siswa sebagai subjek dan objek dalam belajar mempunyai dasar untuk berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan sendiri atau dalam bentuk kelompok memecahkan permasalahan dengan bimbingan guru sedangkan guru lebih banyak sebagai pembimbing dan fasilitator belajar. Namun strategi pembelajaran inkuiri mempunyai kekurangan, salah satunya adalah tidak sesuai untuk kelas yang besar jumlah peserta didiknya. Salah satu alternatif untuk mengatasi kekurangan tersebut digunakan model pembelajaran kooperatif. Menurut Depdiknas (2004) pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pengajaran dimana siswa belajar dengan kelompok-kelompok kecil (tim) yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda (heterogen). Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerjasama dan membantu untuk memahami suatu bahan pelajaran dan belajar belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran, karena pada pembelajaran kooperatif siswa tidak hanya bertanggung jawab kepada dirinya sendiri tetapi juga bertanggung jawab terhadap kelompoknya sehingga dalam diri siswa terbentuk sikap saling ketergantungan positif yang menjadikan kerja kelompok berjalan optimal. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa menurut Lie A. dalam Ningsih (2005), manfaat proses pembelajaran kooperatif antara lain : dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam bekerja sama dengan siswa lain; siswa lebih banyak mempunyai kesempatan untuk menghargai perbedaan pendapat misalnya perbedaan pendapat dalam berdiskusi untuk mengemukakan masingmasing ide; partisipasi siswa dalam proses pembelajaran dapat meningkat karena seluruh anggota kelompok ikut serta untuk menguasai materi pelajaran; meningkatkan motivasi, harga diri dan sikap positif; dan mengurangi kecemasan siswa ketika proses pembelajaran karena siswa belajar dalam kelompokkelompok kecil sehingga apabila ada materi yang belum jelas, sebelum mereka bertanya kepada guru, mereka dapat menanyakan terlebih dahulu kepada anggota kelompoknya. Keadaan tersebut mendorong siswa dalam kelompok belajar, bekerja dan bertanggung jawab dengan sungguh-sungguh sampai selesainya tugas-tugas individu dan tugas-tugas kelompok. Menurut Muslim, dkk (2000) bahwa siswa yakin tujuan mereka tercapai jika siswa lain juga mencapai tujuan tersebut. Oleh karena itu untuk mencapai tujuan pribadi mereka, anggota kelompok harus membantu teman sekelompoknya dengan cara melakukan apa saja yang dapat membantu sehingga kelompok itu berhasil. Pada model pembelajaran kooperatif, siswa tidak hanya mempelajari materi saja, namun siswa juga mempelajari keterampilan-keterampilan

kooperatif yang berfungsi untuk melancarkan hubungan kerja dan tugas (Depdiknas, 2004). Keterampilan-keterampilan kooperatif ini terdiri atas keterampilan kooperatif tingkat awal, keterampilan-keterampilan

kooperatif tingkat menengah dan

keterampilan-keterampilan

kooperatif tingkat mahir. Keterampilan-keterampilan kooperatif harus dikuasai oleh seluruh siswa baik keterampilan tingkat awal, tingkat menengah, maupun tingkat mahir dan keterampilan-keterampilan kooperatif yang paling banyak digunakan dalam penelitian ini adalah keterampilan kooperatif tingkat awal dan tingkat menengah. Proses pembelajaran harus dipandang sebagai stimulus yang dapat menantang siswa untuk dapat melakukan kegiatan belajar. Peranan guru lebih banyak menempatkan diri sebagai pembimbing atau pemimpin belajar dan fasilitator belajar, dengan demikian siswa lebih banyak melakukan kegiatan sendiri atau dalam bentuk kelompok memecahkan permasalahan dengan bimbingan guru (Sriyono, 1992). Terbukti pada penelitian ini rata-rata skor hasil observasi terhadap aktivitas siswa mengikuti pelajaran meningkat dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I ratarata skor hasil observasi terhadap aktivitas siswa adalah 23,5 dengan criteria cukup dan meningkat menjadi 26 dengan kriteria baik pada siklus II. Peningkatan ini terjadi karena siswa dituntut keterlibatan secara aktif dalam diskusi kelompok dan meningkatkan tanggung jawab individual. Belajar belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. Oleh karena itu untuk membangun kelancaran hubungan kerja dan tugas, siswa harus menguasai keterampilan-keterampilan kooperatif. Selain itu, dapat juga dilihat peningkatan pada aktivitas inkuirinya. Pada siklus I rata-rata skor hasil observasi terhadap aktivitas inkuiri siswa adalah 12 dengan kriteria cukup, rata-rata ini meningkat menjadi 19 dengan kriteria baik pada siklus II. Walaupun aktivitas inkuiri siswa pada siklus I secara umum sudah cukup tetapi masih ada beberapa aspek yang masih kurang, aspek-aspek tersebut antara lain : kemampuan siswa menyusun hipotesis, kemampuan siswa menjawab permasalahan dan kemampuan siswa mengaitkan konsep dengan kehidupan sehari-hari. Hal itu terjadi karena sangat sulit mengubah kebiasaan siswa dari kebiasaan menerima informasi dari guru menjadi aktif menemukan sendiri. Karena itulah seorang guru harus bisa merubah secara perlahan-lahan kebiasaan siswa yang pasif tersebut dengan cara merangsang siswa untuk berfikir kritis dan mendorong siswa lebih banyak melakukan kegiatan sendiri atau dalam bentuk kelompok untuk memecahkan masalah melalui pengalaman belajarnya sendiri dengan bimbingan guru. Pada siklus II, aspek-aspek yang kurang terlaksana pada aktivitas inkuiri siswa tidak ada lagi. Peningkatan rata-rata skor hasil observasi

terhadap aktivitas inkuiri siswa pada siklus II dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD melalui strategi inkuiri ini, karena pada siklus II siswa dituntut untuk secara aktif keterlibatannya dalam kelompok untuk memecahkan masalah melalui pengalaman belajarnya sendiri dengan bimbingan guru dan guru berusaha membantu siswa memperoleh informasi, ide, keterampilan, dan cara berfikir siswa, sehingga siswa dapat memperbaiki kinerjanya yang mengacu kepada refleksi yang telah dilakukan setelah pelaksanaan siklus I. Berdasarkan refleksi tersebut maka aktivitas inkuiri siswa pada siklus II menjadi meningkat dalam proses pembelajaran. Peningkatan Terhadap Hasil Tes Dari Siklus I ke Siklus II Berdasarkan hasil tes yang telah dilakukan pada siklus I ke siklus II terjadi eningkatan prestasi belajar siswa dimana persentase ketuntasan belajar pada iklus I sebesar 90% meningkat menjadi 96,67% dengan kriteria tuntas pada iklus II hal ini didapat dari hasil belajar siswa setelah mengikuti proses belajar mengaar dan ditunjukkan oleh nilai yang diperoleh oleh siswa itu sendiri Hamalik, 1993). Hal tersebut di atas membuktikan bahwa kelompok embelajaran kooperatif lebih banyak meningkatkan prestasi belajar siswa dari ada pengalaman-pengalaman belajar

individual

dan

kompetitif

(Macmillan

danMC

Growhill

dalam

Suryati,

2001).Pembelajaran kooperatif tipe STAD dicirikan oleh suatu struktur tugas,tujuan dan penghargaan kooperatif. Siswa bekerja sama dalam situasi semangat pembelajaran kooperatif seperti membutuhkan kerjasama untuk mencapai tujuan bersama dan mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas (Karuru, 2001). Sebab struktur tujuan model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan menurut teori motivasi, motivasi siswa pada model pembelajaran kooperatif terutama terletak pada penghargaan atau struktur pencapaian tujuan saat siswa melakukan kegiatan. Guru yang menggunakan STAD, mengacu kepada belajar kelompok siswa, menyajikan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu menggunakan presentasi verbal atau teks. Dalam STAD, (a) siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok dengan anggota 4-5 orang, dan setiap kelompok harus heterogen (b) guru menyajikan pelajaran, dan kemudian siswa bekerja di dalam tim mereka untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut, (c) seluruh siswa dikenai kuis tentang materi itu dan pada saat kuis ini mereka tidak boleh saling membantu, (d) skor siswa dibandingkan dengan rata-rata skor yang lalu mereka sendiri, dan poin diberikan berdasarkan pada seberapa jauh siswa menyamai atau melampaui prestasinya yang lalu. Terbukti pada

penelitian ini bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD melalui strategi inkuiri ini dapat meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditunjukkan berdasarkan nilai tes yang dianalisis dengan kriteria ketuntasan belajar yaitu persentase ketuntasan belajar siswa pada siklus I sebesar 90% dengan kriteria tuntas dan meningkat pada siklus II menjadi 96,67% dengan kriteria tuntas. Selain itu hasil tes sangat berpengaruh terhadap skor peningkatan individu siswa karena jika hasil tesnya lebih tinggi dari pada skor dasar siswa maka peningkatan individunya juga tinggi, sebab skor peningkatan individu didapat dari seberapa jauh siswa melampaui skor dasar mereka. Tetapi ada sebagian siswa yang skor peningkatannya menurun (lihat lampiran 32), hal ini dikarenakan skor dasar mereka sudah tinggi pada siklus I jadi pada siklus II mereka sulit untuk melampaui skor dasar mereka tersebut sehingga ada beberapa kelompok yang kriteria penghargaannya menurun. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari penerapan model pembelajaran kooperatif (Kooperative Learning/CL) tipe STAD melalui strategi inkuiri yang telah dilakukan terhadap mata pelajaran Biologi di SMAN 6 Kota Bengkulu dengan sub pokok bahasan ”Jamur Filum Basidiomycota” dan ”Tumbuhan Lumut”, maka dapat ditarik kesimpulan: a.

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD melalui strategi inkuiri dapat meningkatkan aktivitas guru selama proses pembelajaran dengan ratarata skor 39,5 dengan kriteria baik pada siklus I meningkat menjadi 41 dengan kriteria baik pada siklus II.

b.

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD melalui strategi inkuiri dapat meningkatkan aktivitas siswa selama proses pembelajaran dengan ratarata skor 23,5 dengan kriteria cukup, meningkat menjadi 26 dengan criteria baik pada siklus II.

c.

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD melalui strategi inkuiri dapat meningkatkan aktivitas inkuiri siswa selama proses pembelajaran dengan rata-rata skor 12 dengan kriteria cukup, meningkat menjadi 19 dengan kriteria baik pada siklus II.

d.

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD melalui strategi inkuiri dapat meningkatkan prestasi belajar biologi siswa kelas X D SMAN 6 Kota Bengkulu yaitu dengan persentase ketuntasan belajar siklus I sebesar 90% dengan kriteria tuntas, meningkat menjadi 96,67% dengan kriteria tuntas pada siklus II

Saran Model pembelajaran kooperatif melalui strategi ini dapat meningkatkan aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran, dapat meningkatkan aktivitas inkuiri siswa serta dapat meningkatkan prestasi belajar biologi siswa. Namun ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan optimal dan efisien, antara lain : a. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD melalui strategi inkuiri dapat diterapkan dalam proses pembelajaran biologi pada sub pokok bahasan Jamur Filum Basidiomycota dan Tumbuhan Lumut. b. Guru harus mampu mengelola waktu dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif melalui strategi inkuiri agar proses pembelajaran yang dilaksanakan dapat berjalan efisien. c. Guru harus mampu merancang Lembar Diskusi Siswa (LDS) atau Lembar Kerja Siswa (LKS) yang dapat menarik perhatian siswa baik dari bentuk maupun materinya agar dapat memotivasi dan merangsang siswa untuk berfikir aktif. d. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD melalui strategi inkuiri dapat diterapkan pada materi lain yang proses pembelajarannya dapat dilakukan di laboratorium, bukan hanya di kelas dan lingkungan sekitar. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Siharsimi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Depdikbud. 1994. Petunjuk Pelaksanaan Penilaian. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Depdiknas. 2002. Pendekatan Kontekstual (CTL). Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional. Depdiknas. 2004. Materi pelatihan Terintegrasi Sains. Jakarta : Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah. Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama. Djamarah, Bahri. 1994. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya : Usaha Nasional. Gulo. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Grasindo. Hamalik. 1993. Strategi Belajar Mengajar. Bandung : Mandar Maju.Hamalik. 2001. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara. Joyce, B. and Weil. 2000. Models of Teaching, 4th edition. New Jersey : Prentice-Hall International. Karuru, Perdy. 2001. Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses dalam Setting Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Kualitas Belajar IPA Siswa SLTP. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.