USULAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS ... - WordPress.com

49 downloads 4832 Views 174KB Size Report
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) .... Menggunakan media yang baik serta harus sesuai dengan tujuan pembe-lajaran ". Minat dan motivasi adalah ..... Metodologi Pengajaran Agama Islam. Bandung: PT ...
USULAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS

MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMBACA AL-QUR’AN BERDASARKAN ILMU TAJWID DAN PRAKTEKNYA PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AL-QUR’AN MELALUI PENGGUNAAN MEDIA KARTU PERMAINAN KUARTET TAJWID DI TINGKAT X JASA BOGA SMK NEGERI 1 TANJUNG

Oleh : A S E R A N I, S. P d NIP. 196302031994031005

Pembimbing : Dra. NANIK MARIANI, M.Pd NIP. 195909281990102001

Dibiayai oleh : Yayasan Adaro Bangun Negeri Dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Nomor : …………tanggal…………………….tahun………

SMK NEGERI 1 TANJUNG DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN TABALONG 2012

USULAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMBACA AL-QUR’AN BERDASARKAN ILMU TAJWID DAN PRAKTEKNYA PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AL-QUR’AN MELALUI PENGGUNAAN MEDIA KARTU PERMAINAN KUARTET TAJWID DI TINGKAT X JASA BOGA SMK NEGERI 1 TANJUNG

Oleh : A S E R A N I, S. P d NIP. 196302031994031005 Pembimbing : Dra. NANIK MARIANI, M.Pd NIP. 195909281990102001 Diajukan Dalam Rangka Mengikuti Program Peningkatan Kompetensi Guru dan Kepala Sekolah Melalui Kegiatan Pendampingan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) Yang Diselenggarakan Oleh Yayasan Adaro Bangun Negeri Bekerjasama Dengan FKIP Unlam Banjarmasin

Dibiayai oleh : Yayasan Adaro Bangun Negeri Dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Nomor : …………tanggal…………………….tahun………

SMK NEGERI 1 TANJUNG DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN TABALONG 2012 iii

HALAMAN PENGESAHAN USULAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS 1. Judul

Meningkatkan Kemampuan Siswa Dalam Membaca Al-Qur’an Berdasarkan Ilmu Tajwid dan Prakteknya Pada Pembelajaran Pendidikan Al-Qur’an Melalui Penggunaan Media Kartu Permainan Kuartet Tajwid di Tingkat X Jasa Boga SMK Negeri 1 Tanjung Pendidikan Al-Qur’an Pemahaman Tajwid dalam Membaca Al-Qur’an

2. a. Mata Diklat b. Bidang Kajian 3. Peneliti : a. Nama Lengkap b. NIP c. Sekolah d. Alamat • Alamat Kantor

Aserani, S.Pd 196302031994031005 SMK Negeri 1 Tanjung Jalan Ir.P.H.M.Noor Pembataan Tanjung ℡(0526)2021874 Fax (0526)2024016 e-mail : [email protected] website : www.smkn1tanjung.sch.id

• Alamat Rumah

4. Lama Penelitian 5. Biaya yang Diperlukan : Sumber dari YABN

Perumahan Guru SMKN 1 Tanjung Jalan Ir.P.H.M.Noor Pembataan Tanjung HP. 085251967908 e-mail : [email protected] webblog : http://aserani.wordpress.com 3 bulan / dari bulan April s/d Juni 2012 Rp 2.000.000,00 Tanjung, 28 April 2012

Pembimbing,

Peneliti,

Dra. Nanik Mariani, M.Pd NIP. 195909281990102001

Aserani, S.Pd NIP. 196302031994031005

Mengetahui : Kepala SMK Negeri 1 Tanjung,

Drs. Bambang Wahono, MM NIP. 195703131987101001 iv

A. JUDUL MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMBACA AL-QUR’AN BERDASARKAN ILMU TAJWID DAN PRAKTEKNYA PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AL-QUR’AN MELALUI PENGGUNAAN MEDIA KARTU PERMAINAN KUARTET TAJWID DI TINGKAT X JASA BOGA SMK NEGERI 1 TANJUNG

B. MATA DIKLAT DAN BIDANG KAJIAN PENDIDIKAN AL-QUR’AN BIDANG KAJIAN PEMAHAMAN TAJWID DALAM MEMBACA AL-QUR’AN

C. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pendidikan Al-Qur’an merupakan sebuah studi yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempelajari tentang bagaimana membaca, menulis dan memahami isi kandungan Al-Qur’an yang selanjutnya untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Melalui pendidikan Al-Qur’an diharapkan akan terwujud generasi Islam yang beriman, cerdas dan berakhlak mulia. Dengan diterbitkannya Peraturan Daerah Kalimantan Selatan nomor 3 tahun 2009 tentang Pendidikan Al-Qur’an di Kalimantan Selatan, maka pendidikan AlQur’an dijadikan salah satu mata diklat di semua jenjang pendidikan, mulai dari pendidikan dasar hingga menengah atas. Pendidikan Al-Qur’an pada jenjang SMA / SMK secara substantif adalah 1

memberikan bimbingan pembelajaran kepada para siswa dalam membaca, menulis dan memahami isi kandungan Al-Qur’an yang bertujuan agar setiap siswa dapat membaca Al-Qur’an dengan baik, benar dan fasih dan menulis huruf-huruf AlQur’an secara baik dan benar, serta memahami, menghayati dan mengamalkan isi kandungan Al-Qur’an dalam rangka untuk meningkatkan kompetensi dan kecakapan hidup siswa terutama dalam hal berpikir logis, kritis, argumentatif dan inovatif, serta mampu bertanggungjawab, mengambil risiko, bertindak kreatif dan sistematis. Secara umum kemampuan siswa dalam membaca Al-Qur’an pada sekolah menengah umum maupun kejuruan, khususnya di Kabupaten Tabalong dan terutama di SMK Negeri 1 Tanjung, boleh dikatakan masih rendah, dalam arti kemampuan mereka dalam membaca Al-Qur’an sebagian besar masih belum sesuai dengan ketentuan hukum-hukum tajwid. Oleh karena itu beberapa guru pengasuh mata diklat ini mengambil inisiatif dan kebijakan untuk tetap memposisikan materi tajwid dalam pembelajaran Al-Qur’an di SMK Negeri 1 Tanjung menjadi suatu hal yang penting. Dengan demikian, upaya guru untuk meningkatkan kemampuan baca AlQur’an bagi siswanya masih terlihat dominan, disamping tetap menyertakan pembelajaran menulis, menerjemahkan dan menguraikan isi dan kandungan AlQur’an. Seperti yang kita ketahui, bahwa proses pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal-balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa ini merupakan syarat utama bagi berlangsungnya sebuah proses pembelajaran. Dalam hubungan ini, kenyataan yang peneliti lihat di sekolah-sekolah, 2

terutama di SMK Negeri 1 Tanjung seringkali guru terlalu aktif di dalam proses pembejaran, sementara siswa dibuat pasif, sehingga interaksi antara guru dengan siswa dalam proses pembelajaran kurang jalan. Untuk mengatasi hal ini, guru diharapkan mampu menciptakan kualitas pembelajaran yang baik dan mengupayakan terciptanya kondisi pembelajaran yang efektif. Dalam menciptakan kondisi pembelajaran yang efektif, menurut Usman (2008: 16) ....”dapat dilakukan dengan cara meningkatkan kemampuan siswa untuk menyimak pelajaran dengan melibatkan siswa secara aktif, berupaya menarik minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran, membangkitkan motivasi belajar, pelayanan individu (pembelajaran privat) dan penggunaan media dalam pembelajaran". Media yang paling efektif dalam pembelajaran adalah media yang mudah dibuat, murah, mudah dipergunakan dan yang terpenting adalah dapat menjadi fasilitas utama dalam strukturisasi pemahaman akademik siswa. “Penggunaan media tidak dilihat dari segi kecanggihan medianya, tetapi yang lebih penting adalah fungsi dan peranannya dalam membantu mempertinggi proses pengajaran” (Sudjana, Rivai, 2009:4). Dalam kaitan ini, maka media kartu termasuk media yang efektif dalam proses pembelajaran, karena media ini cukup sederhana, murah dan pembuatannya relatif mudah serta sangat bermanfaat dalam menunjang keberhasilan proses pembelajaran. Dengan demikian, maka penggunaan media kartu permainan Kuartet Tajwid dalam pembelajaran pendidikan Al-Qur’an, menurut hemat peneliti dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca Al-Qur’an, karena permainan ini dapat merangsang aktivitas dan kreatifitas siswa serta dapat menguatkan ingatan siswa terhadap pelajaran tajwid yang telah diajarkan guru, baik teori maupun praktek. 3

2. Rumusan dan Pemecahan Masalah a. Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut : 1) Apakah penggunaan media kartu permainan Kuartet Tajwid dalam pembelajaran Pendidikan Al-Qur’an dapat meningkatkan minat dan motivasi siswa di tingkat X Jasa Boga SMK Negeri 1 Tanjung dalam belajar membaca Al-Qur’an? 2) Bagaimana aktivitas belajar siswa tingkat X Jasa Boga SMK Negeri 1 Tanjung dalam pembelajaran Membaca Al-Qur’an pada saat penggunaan media kartu permainan Kuartet Tajwid diterapkan? 3) Apakah penggunaan media kartu permainan Kuartet Tajwid dalam pembelajaran Pendidikan Al-Qur’an dapat meningkatkan kemampuan siswa tingkat X Jasa Boga SMK Negeri 1 Tanjung dalam membaca Al-Qur’an berdasarkan ilmu tajwid dan praktekknya?

b. Pemecahan Masalah Alternatif pemecahan masalah yang peneliti suguhkan dalam penelitian ini, guna meningkatkan minat dan motivasi, aktivitas belajar dan kemampuan siswa tingkat X Jasa Boga SMK Negeri 1 Tanjung dalam membaca Al-Qur’an berdasarkan ilmu tajwid dan prakteknya, adalah penggunaan media kartu permainan Kuartet Tajwid dalam proses pembelajaran Pendidikan Al-Qur’an. Permainan Kuartet Tajwid adalah sebuah permainan yang menggunakan kartu-kartu, yang dirancang secara khusus dan merupakan adopsi yang diadaptasikan 4

dari permainan kuartet biasa yang sering dimainkan oleh masyarakat, terutama kalangan anak-anak dan remaja. Teknik permainan Kuartet Tajwid ini pada dasarnya sama dengan teknik permainan kuartet biasa. Perbedaannya hanya terdapat pada penamaan atau identifikasi masing-masing kartu atau himpunan kartu yang memuat pelajaran dan latihan tajwid. Tahapan permainan Kuartet Tajwid ini adalah sebagai berikut : 1) Siswa dikelompokkan dengan masing-masing kelompok terdiri dari empat orang; 2) Masing-masing kelompok diberikan satu set kartu permainan Kuartet Tajwid; 3) Setelah Guru memberikan penjelasan singkat tentang cara melakukan permainan ini, tiap kelompok dipersilahkan memulai melakukan permainan Kuartet Tajwid; 4) Kartu dikocok/diaduk sedemikian rupa oleh salah seorang pemain/siswa, kemudian dibagikan kepada seluruh pemain/siswa (4 orang pemain/siswa), yang masing-masing pemain/siswa mendapat empat kartu; 5) Sisa kartu diletakkan di atas meja/lantai (di depan keempat pemain/siswa) dengan posisi tertutup; 6) Kesempatan pertama diberikan kepada pemain yang telah mengocok kartu, atau setelah melakukan “suut” (sesuai kesepakatan pemain), untuk menebak dan meminta kartu kepada pemain/siswa lainnya; 7) Giliran pemain berikutnya berdasarkan arah jarum jam (pemain/siswa yang ada di samping kirinya), demikian seterusnya hingga permainan selesai; 8) Setiap himpunan kartu yang terkumpul (lengkap empat kartu) diletakkan di depan pemain/siswa bersangkutan; 9) Permainan selesai bila sisa kartu yang ada di atas meja / di lantai telah habis 5

diambil oleh pemain; 10) Himpunan kartu yang terkumpul dihitung skorenya, kemudian dikurangi dengan kekurangan kartu (yang belum lengkap) yang ada di tangan masing-masing pemain/siswa; 11) Pemain/siswa yang paling tinggi jumlah skorenya, dialah yang berhak menjadi pemenang permainan Kuartet Tajwid ini; Penggunaan permainan Kuartet Tajwid dalam proses pembelajaran Pendidikan Al-Qur’an, khususnya pada materi membaca Al-Qur’an ini dimaksudkan dalam rangka : 1) Menguatkan ingatan siswa terhadap pelajaran tajwid yang pernah dipelajari di jenjang pendidikan sebelumnya (SLTP), baik teori maupun praktek; 2) Melatih siswa agar teliti dan cermat dalam segala hal, yang tergambar dalam aktivitas permainan ini; 3) Melatih dan membiasakan sifat jujur kepada siswa; 4) Memberikan kesan kepada siswa bahwa belajar membaca Al-Qur’an itu ternyata mudah dan menarik;

3. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : a. Mengungkapkan apakah penggunaan media kartu permainan Kuartet Tajwid dapat meningkatkan minat dan motivasi siswa tingkat X Jasa Boga SMK Negeri 1 Tanjung dalam pembelajaran membaca Al-Qur’an; b. Mendeskripsikan bagaimana kondisi aktivitas belajar siswa tingkat X Jasa Boga 6

c. SMK Negeri 1 Tanjung dalam mengikuti pelajaran membaca Al-Qur’an pada saat penggunaan media kartu permainan Kuartet Tajwid diterapkan; d. Mengetengahkan apakah penggunaan media kartu permainan Kuartet Tajwid dalam pembelajaran Pendidikan Al-Qur’an dapat meningkatkan kemampuan siswa tingkat X Jasa Boga SMK Negeri 1 Tanjung dalam membaca Al-Qur’an berdasarkan ilmu tajwid dan prakteknya;

4. Manfaat Penelitian a. Bagi Siswa 1) Meningkatnya minat dan motivasi siswa tingkat X Jasa Boga SMK Negeri 1 Tanjung dalam mengikuti pelajaran pendidikan Al-Qur’an; 2) Kondisi aktivitas siswa dalam pembelajaran pendidikan Al-Qur’an di tingkat X Jasa Boga SMK Negeri 1 Tanjung cenderung meningkat; 3) Meningkatnya kemampuan siswa tingkat X Jasa Boga SMK Negeri 1 Tanjung dalam membaca Al-Qur’an;

b. Bagi Guru Hasil penelitian ini dapat dicobakan oleh guru yang lain dalam penggunaan media kartu permainan kuartet tajwid untuk mengajarkan pendidikan Al-Qur’an di kelasnya.

c. Bagi Sekolah Pihak sekolah termotivasi untuk dapat membuat kebijakan dengan mendorong para 7

guru dan memfasilitasinya dalam melakukan kegiatan penelitian tindakan kelas sebagai upaya untuk meningkatkan profesional guru dan meningkatkan kualitas serta prestasi sekolah.

D. KAJIAN PUSTAKA 1. Kajian Teori Yang Mendasari a. Pentingnya Minat dan Motivasi Siswa Dalam Pembelajaran "Kondisi belajar mengajar yang efektif adalah adanya minat, motivasi dan semangat siswa dalam belajar" (Usman, 2008:22). Minat merupakan suatu sifat yang relatif menetap pada diri seseorang. Minat ini sangat besar pengaruhnya terhadap belajar, sebab dengan adanya minat, seorang siswa akan mengikuti atau melakukan sesuatu yang diminatinya itu. William James dalam Suryadi (1983:35), menilai bahwa : "Minat siswa merupakan faktor utama yang menentukan derajat keaktifan belajar siswa". Keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran di kelas sangat menentukan tingkat aktivitas pembelajaran secara keseluruhan. Disamping menumbuhkan dan meningkatkan minat belajar siswa, guru juga dituntut mampu di dalam menumbuhkan dan meningkatkan motivasi belajar siswa. Memang antara minat dengan motivasi merupakan dua hal yang saling berhubungan dan saling menunjang. Seseorang yang berminat terhadap sesuatu, ia akan termotivasi untuk mengetahui lebih jauh tentang sesuatu itu. Sebaliknya, seseorang yang termotivasi terhadap sesuatu, pasti tumbuh dalam dirinya minat atau keinginan untuk mengetahui lebih dalam lagi tentang sesuatu itu. Sulit memang menentukan, apakah minat yang mempengaruhi motivasi atau motivasi yang mempengaruhi minat 8

seseorang. Yang jelas, motivasi itu bisa muncul dari dalam diri seseorang, yang kita kenal dengan istilah motivasi instrinsik, bisa juga timbul sebagai akibat pengaruh dari luar diri seseorang (pengaruh lingkungan), yang kita kenal dengan istilah motivasi ekstrinsik. Menurut Fathurrohman (2007:21), ada sepuluh strategi untuk menumbuhkan minat dan motivasi belajar siswa, yang diantaranya adalah : "...... Menggunakan media yang baik serta harus sesuai dengan tujuan pembe-lajaran". Minat dan motivasi adalah sebuah potensi sekaligus daya yang dapat mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu, atau kondisi organisme yang membuat seseorang menjadi siap dan bersemangat dalam melakukan sebuah aktivitas. Minat, motivasi dan semangat belajar yang telah tertanam dalam diri siswa, sebagai reaksi dari akibat adanya perlakuan positif seorang guru dalam proses pembelajaran, merupakan modal potensial sekaligus langkah strategis yang dapat mengantarkan siswa ke jenjang pemahaman terhadap pelajaran. Dengan kata lain, siswa yang berminat, punya motivasi dan bersemangat dalam mengikuti pelajaran, memiliki peluang yang besar untuk dapat memahami materi pelajaran yang sedang diajarkan kepadanya. Sebab, bagaimana mungkin siswa dapat memahami pelajaran jika minat, motivasi dan semangat belajarnya kurang atau tidak ada sama sekali. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa minat dan motivasi siswa dalam mengikuti pelajaran sangat penting bahkan sangat diperlukan karena dapat meningkatkan pemahaman terhadap materi pelajaran yang diajarkan guru. Jika sebagian besar siswa, bahkan mungkin seluruh siswa di kelas dapat mengikuti dan memahami pelajaran yang sedang di ajarkan guru, maka sudah pasti tingkat aktivitas atau kondisi aktivitas pembelajaran akan semakin baik (meningkat), mantap dan kondusif, dan pada gilirannya nanti hasil nilai evaluasi belajar siswa pun cenderung akan lebih 9

baik atau meningkat pula.

b. Keutamaan Membaca Al-Qur’an dan Mempelajari Ilmu Tajwid Al-Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Ia adalah kitab suci ummat Islam yang merupakan sumber petunjuk dalam beragama dan pembimbing dalam menjalani kehidupan di dunia dan akhirat. Adalah suatu kewajiban bagi ummat Islam untuk senantiasa berinteraksi dengan Al-Qur’an dan menjadikannya sebagai sumber inspirasi dalam berpikir dan bertindak. “Membaca Al-Qur’an merupakan langkah pertama dalam berinteraksi dengannya, kemudian diteruskan dengan tadabbur, yaitu dengan merenungkan dan memahami maknanya sesuai petunjuk salafus shaleh, lalu mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, kemudian dilanjutkan dengan mengajarkannya” (Gazali, 2010:2). Imam Ahmad bin Hambal dalam Aboebakar (1986:251) pernah memperingatkan : “Barangsiapa hendak bercakap-cakap dengan Tuhan, hendaklah ia membaca Al-Qur’an”. “Pada suatu hari Abu Dzar bertanya kepada Nabi Muhammad SAW. : “Dengan nama ayah dan bundamu, berilah akan daku nasehat, ya Rasulullah!”. Nabi menjawab : “Saya wasiati engkau supaya taqwa kepada Allah, karena itulah pokok segala pekerjaanmu”. Katanya pula : “Tambahkan dengan yang lain lagi!”. Sabda Nabi : “Hendaklah engkau membaca Al-Qur’an dan mengingat sebanyak-banyaknya akan Allah, supaya engkau tidak dilupakan” (Aboebakar, 1986:252). Imam An-Nawawi dalam Gazali (2010:7) mengatakan : “Sepantasnya seseorang menjaga rutinitas dan memperbanyak membaca Al-Qur’an”. 10

“Ilmu Tajwid adalah pengetahuan tentang kaidah serta cara-cara membaca Al-Qur’an dengan sebaik-baiknya” (Zarkasyi, 1987:1). Tuntutan mempelajari ilmu tajwid dan mempraktekkannya didasari atas firman Allah SWT. pada surah Al-Muzzammil ayat 4 : “Dan bacalah Al-Qur’an secara tartil”. Pengertian tartil menurut Humam (2002:4) : “Membaguskan bacaan huruf-huruf Al-Qur’an dengan terang, teratur dan tidak terburu-buru serta mengenal tempat-tempat waqaf sesuai aturan-aturan tajwid”. Oleh karena itu menurut Humam (2002:4) pula : “Fardhu Kifayah hukumnya belajar Ilmu Tajwid dan Fardhu A’in hukumnya membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar”. Dari uraian di atas, maka tidak diragukan lagi betapa keutamaan di dalam membaca Al-Qur’an dan begitu pentingnya mempelajari ilmu tajwid agar seseorang mampu membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar.

c. Pengertian Media Pembelajaran "Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat membantu pengajar dalam menyampaikan materi pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan motivasi, daya pikir, dan pemahaman peserta didik terhadap materi pembelajaran yang sedang dibahas atau mempertahankan perhatian peserta terhadap materi yang sedang dibahas" (Munir, 2008:138). d. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran Menurut Fathurrohman (2007:67), "Fungsi penggunaan media dalam proses pembelajaran, diantaranya : 1) Menarik perhatian siswa; 2) Membantu untuk mempercepat pemahaman dalam proses pembelajaran; 11

3) Memperjelas penyajian pesan agar tidak bersifat verbalistis (dalam bentuk katakata tertulis atau lisan); 4) Mengatasi keterbatasan ruang; 5) Pembelajaran lebih komunikatif dan produktif; 6) Waktu pembelajaran bisa dikondisikan; 7) Menghilangkan kebosanan siswa dalam belajar; 8) Meningkatkan motivasi siswa dalam mempelajari sesuatu/menimbulkan gairah belajar; 9) Melayani gaya belajar siswa yang beraneka ragam, serta; 10)

Meningkatkan kadar keaktifan/keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran". Adapun manfaat penggunaan media dalam pembelajaran, menurut Munir

(2008:138), menyebutkan bahwa : "Ada beberapa kelebihan media pembelajaran yang dapat memberikan dukungan terhadap keberhasilan pembelajaran, yaitu : 1) Dapat memberikan pemahaman yang lebih dalam terhadap materi pembelajaran yang sedang dibahas, karena dapat menjelaskan konsep yang sulit atau rumit menjadi mudah atau lebih sederhana; 2) Dapat menjelaskan materi pembelajaran atau obyek yang abstrak (tidak nyata, tidak dapat dilihat langsung) menjadi konkrit (nyata dapat dilihat, dirasakan atau diraba), seperti menjelaskan peredaran darah dan organ-organ tubuh manusia pada mata pelajaran sains; 3) Media tersebut dapat membantu peserta didik memahami, mudah mengingat dan mengungkapkan kembali, karena media yang dipergunakan dapat membantu guru menyajikan informasi secara lebih mudah dan cepat serta jelas; 12

4) Menarik dan membangkitkan perhatian, minat, motivasi, aktivitas, dan kreatifitas belajar peserta didik, serta dapat menghibur peserta didik; 5) Memancing partisipasi peserta didik dalam proses pembelajaran dan memberikan kesan yang mendalam dalam pikiran peserta didik; 6) Materi pembelajaran yang sudah dipelajari dapat diulang kembali (playback). Misalnya menggunakan rekaman video, compact disc, tape recorder atau televisi; 7) Dapat membentuk persamaan pendapat dan persepsi yang benar terhadap suatu obyek, karena disampaikan tidak hanya secara verbal, namun dalam bentuk nyata menggunakan media pembelajaran; 8) Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, sehingga peserta didik dapat berkomunikasi dan berinteraksi dengan lingkungan tempat belajarnya sehingga memberikan pengalaman nyata dan langsung. Misalnya peserta didik mempelajari tentang jenis-jenis tumbuhan. Mereka dapat langsung melihat, memegang atau merasakan tumbuhan tersebut; 9) Membentuk sikap peserta didik (aspek afektif) dan meningkatkan keterampilan (psikomotor); 10) Peserta didik belajar sesuai dengan karakteristiknya, kebutuhan, minat, dan bakatnya, baik belajar secara individual, kelompok, atau klasikal; 11) Menghemat waktu, tenaga, dan biaya". e. Jenis-jenis Media Pembelajaran Dilihat dari daya liputnya, jenis-jenis media dibagi menjadi 2 yaitu : Pertama, media dengan daya liput luas dan serentak. Penggunaan media ini tidak terbatas oleh tempat dan ruang serta dapat menjangkau jumlah anak didik yang 13

banyak dalam waktu yang sama. Kedua, media dengan daya liput yang terbatas oleh tempat dan ruang. Media ini dalam penggunaannya membutuhkan ruang dan tempat khusus, seperti media film, slide dan sebagainya, harus digunakan di tempat yang tertutup dan agak gelap. Menurut Fathurrohman (2007:68), dikatakan bahwa : "Jika dilihat dari bahan pembuatannya, media dibagi atas pertama, media sederhana yakni media yang bahan dasarnya mudah diperoleh dengan harga murah, cara pembuatannya mudah, dan penggunaannya tidak sulit. Kedua, media kompleks yakni media dengan bahan yang sulit didapat atau tidak mudah dibuat dan harga relatif mahal." Menurut Nana Sudjana dalam Turnip (2009:28), bahwa : "Jenis media yang biasa digunakan dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran dapat digolongkan menjadi enam, yaitu media grafis (bagan, diagram, poster, kartun dan komik), media fotografi, media proyeksi (OHP, slide/animasi dan film), media audio, media visual tiga dimensi, serta media lingkungan dan manusia". Media kartu permainan Kuartet Tajwid termasuk ke dalam media grafis sebagai media alternatif.

f. Kartu Permainan Kuartet Tajwid Kartu permainan Kuartet Tajwid adalah salah satu bentuk permainan yang mengunakan media kartu dengan teknik permainannya relatif sama dengan permainan kuartet biasa (yang sering dimainkan oleh anak-anak dan remaja), perbedaannya hanya terletak pada muatan isi dari permainan kuartet tersebut, dimana dalam permainan Kuartet Tajwid muatan isinya adalah tentang hukum-hukum tajwid dan contoh bacaannya. Ide dan konsep permainan Kuartet Tajwid ini dirancang oleh peneliti sendiri yang tercetus di Banjarmasin pada tanggal 12 Maret 1992, ketika peneliti ikut 14

berkecimpung di dalam mengurusi TK Al-Qur’an BKPMI Kalimantan Selatan. Permainan Kuartet Tajwid ini sudah sering dipraktekkan oleh santri TK Al-Qur’an, tidak saja di Banjarmasin, tetapi juga di seluruh daerah tingkat II (Kabupaten) di Kalimantan Selatan. Dari penggunaan kartu permainan Kuartet Tajwid ini, ternyata sangat membantu para ustadz-ustadzah di dalam meningkatkan kemampuan santrinya dalam membaca Al-Qur’an. Permainan Kuartet Tajwid ini terdiri dari 32 kartu yang dibagi dalam 8 himpunan, setiap himpunan terdiri dari 4 kartu yang memuat satu hukum tajwid dengan 4 contoh bacaan. Himpunan kartu pertama (terdiri dari 4 kartu) memuat hukum tajwid tentang Idgham Bighunnah dengan 4 contoh bacaan. Himpunan kartu kedua (terdiri dari 4 kartu) memuat hukum tajwid tentang Idgham Bilaghunnah dengan 4 contoh bacaan. Himpunan kartu ketiga (terdiri dari 4 kartu) memuat hukum tajwid tentang Idgham Mitslain Ma’al Ghunnah dengan 4 contoh bacaan. Himpunan kartu keempat (terdiri dari 4 kartu) memuat hukum tajwid tentang Idhhar Halqi dengan 4 contoh bacaan. Himpunan kartu kelima (terdiri dari 4 kartu) memuat hukum tajwid tentang Idhhar Syafawi dengan 4 contoh bacaan. Himpunan kartu keenam (terdiri dari 4 kartu) memuat hukum tajwid tentang Ikhfa’ dengan 4 contoh bacaan. Himpunan kartu ketujuh (terdiri dari 4 kartu) memuat hukum tajwid tentang Ikhfa’ Syafawi dengan 4 contoh bacaan. Himpunan kartu kedelapan (terdiri dari 4 kartu) memuat hukum tajwid tentang Iqlab dengan 4 contoh bacaan. Beberapa aturan permainan yang harus diperhatikan dan dipatuhi oleh seluruh pemain/siswa adalah sebagai berikut : 1) Kuartet Tajwid ini dimainkan oleh empat orang siswa, dibawah pengawasan dan bimbingan guru; 15

2) Setiap pemain/siswa berhak meminta kartu kepada pemain/siswa lainnya untuk melengkapi himpunan kartu yang ia miliki; 3) Bagi pemain/siswa yang ingin meminta kartu kepada pemain/siswa lainnya, ia harus menyebutkan nama himpunan kartunya dan menyebutkan contoh bacaan yang diminta/diinginkan; 4) Jika seorang pemain/siswa berhasil menebak kartu yang dimiliki pemain/siswa lainnya, ia diberi kesempatan melanjutkan tebakannya kepada pemain/siswa lain, demikian seterusnya sampai ia gagal menebak kartu yang diminta; 5) Permintaan kartu bisa dilakukan secara berturut-turut kepada pemain/siswa yang sama; 6) Jika seorang pemain/siswa gagal menebak kartu yang dimiliki pemain/siswa lainnya, maka ia harus mengambil satu kartu dari tumpukan kartu yang ada di depannya dan mempersilakan kepada pemain/siswa disamping kirinya untuk menebak kartu milik pemain lainnya; 7) Setiap pemain diharuskan mengumpulkan empat kartu yang tergabung dalam satu himpunan kartu, dan pemain/siswa yang berhasil mengumpulkan himpunan kartu terbanyak, maka dialah pemenangnya (dengan catatan skore nilai paling tinggi). 8) Setiap kartu mempunyai nilai skore 1 (satu), dan kartu yang dapat dinilai skorenya hanya kartu yang lengkap dalam satu himpunan. 9) Kartu yang belum lengkap dalam satu himpunan merupakan pengurang nilai skore (min). Satu kartu skore nilainya 1 (satu).

g. Prinsip-prinsip Pemilihan dan Penggunaan Media Pembelajaran Setiap media pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan masingmasing, oleh karena itu maka diharapkan kepada para guru agar dapat menentukan 16

pilihannya sesuai dengan kebutuhan pada saat tatap muka dalam proses pembelajaran. Hal ini dimaksudkan agar jangan sampai penggunaan media yang semula dimaksudkan untuk memperlancar jalannya proses pembelajaran, malah justeru dapat menjadi penghalang atau penghambat dalam proses pembelajaran. Ketika suatu media pembelajaran akan dipilih dan digunakan, ketika itulah beberapa prinsip perlu menjadi perhatian dan pertimbangan para guru. Drs. Sudirman N. dalam Djamarah (2006:126) mengemukakan beberapa prinsip pemilihan dan penggunaan media yang dibaginya ke dalam tiga kategori, sebagai berikut : 1) Tujuan Pemilihan. Memilih media yang akan digunakan harus berdasarkan maksud dan tujuan pemilihan yang jelas. Apakah pemilihan media itu untuk pembelajaran (siswa belajar), untuk informasi yang bersifat umum, ataukah untuk sekedar hiburan saja dalam rangka mengisi waktu kosong?. Lebih spesifik untuk sasaran tertentu, seperti anak TK, SD, SMP, SMU, tuna rungu, tuna netra, masyarakat pedesaan ataukah masyarakat perkotaan. Tujuan pemilihan ini berkaitan dengan kemampuan berbagai media. 2) Karakteristik Media Pengajaran. Setiap media mempunyai karakteristik tertentu, baik dilihat dari segi keampuhannya, cara pembuatannya, maupun cara penggunaannya. Memahami karakteristik berbagai media pengajaran merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki guru dalam kaitannya dengan keterampilan pemilihan media pengajaran. Di samping itu, memberikan kemungkinan kepada guru untuk menggunakan berbagai jenis media pengajaran secara bervariasi. Sedangkan apabila kurang memahami karakteristik media tersebut, guru akan dihadapkan kepada kesulitan dan cenderung bersikap spekulatif. 3) Alternatif Pilihan. Memilih pada hakikatnya adalah proses membuat keputusan 17

dari berbagai alternatif pilihan. Guru bisa menentukan pilihan media mana yang akan digunakan, apabila terdapat beberapa media yang dapat diperbandingkan. Sedangkan apabila media pengajaran itu hanya ada satu, maka guru tak punya pilihan lain kecuali menggunaan media apa adanya. Dalam memilih dan menggunakan media hendaknya guru memperhatikan sejumlah prinsip tertentu agar penggunaan media tersebut dapat mencapai hasil yang baik. Prinsip-prinsip itu menurut Dr. Nana Sudjana dalam Djamarah (2006: 127) adalah :

1) Menentukan jenis media dengan tepat. Artinya, sebaiknya guru memilih terlebih dahulu media manakah yang sesuai dengan tujuan dan bahan pelajaran yang akan diajarkan. 2) Menetapkan dan memperhitungkan subyek dengan tepat. Artinya, perlu diperhitungkan apakah penggunaan media itu sesuai dengan tingkat kematangan/ kemampuan anak didik. 3) Menyajikan media dengan tepat. Artinya, teknik dan metode penggunaan media dalam pengajaran haruslah disesuaikan dengan tujuan, bahan, metode, waktu dan sarana yang ada. 4) Menempatkan atau memperlihatkan media pada waktu, tempat dan situasi yang tepat. Artinya, kapan dan dalam situasi mana pada waktu mengajar media tersebut digunakan. Tentu tidak setiap saat atau selama proses belajar mengajar terus menerus memperlihatkan atau menjelaskan sesuatu dengan media pengajaran. Keempat prinsip dalam pemilihan media pembelajaran tersebut di atas hendaknya menjadi perhatian guru pada waktu menggunakan media pembelajaran 18

tersebut.

h. Kriteria Pemilihan dan Penggunaan Media Pembelajaran Menurut Nana Sudjana dalam Rivai (2009:4) dikatakan bahwa dalam memilih media untuk kepentingan pembelajaran sebaiknya diperhatikan kriteria-kriteria sebagai berikut : 1) Ketepatannya dengan tujuan pengajaran. Artinya media pengajaran dipilih atas dasar tujuan-tujuan instruksional yang telah ditetapkan. Tujuan-tujuan instruksional yang berisikan unsur pemahaman, aplikasi, analisis, sintensis lebih memungkinkan digunakannya media pengajaran. 2) Dukungan terhadap isi bahan pelajaran. Artinya bahan pelajaran yang sifatnya fakta, prinsip, konsep dan generalisasi sangat memerlukan bantuan media agar lebih mudah dipahami siswa. 3) Kemudahan memperoleh media. Artinya media yang diperlukan mudah diperoleh, setidak-tidaknya mudah dibuat oleh guru pada waktu mengajar. Media grafis umumnya dapat dibuat guru tanpa biaya yang mahal, disamping sederhana dan praktis penggunaannya. 4) Keterampilan guru dalam menggunakannya. Apapun jenis media yang diperlukan syarat utamanya adalah guru dapat menggunakannya dalam proses pengajaran. Nilai dan manfaat yang diharapkan bukan pada medianya, tetapi dampak dari penggunaan oleh guru pada saat terjadinya interaksi belajar siswa dengan lingkungannya. Adanya OHP, proyektor film, komputer dan alat-alat canggih lainnya, tidak mempunyai arti apa-apa, bila guru tidak dapat menggunakannya dalam pengajaran untuk mempertinggi kualitas pengajaran. 5) Tersedia

waktu untuk menggunakannya, sehingga media tersebut dapat 19

bermanfaat bagi siswa selama pengajaran berlangsung. 6) Sesuai dengan taraf berpikir siswa. Memilih media untuk pendidikan dan pengajaran harus sesuai dengan taraf berpikir siswa, sehingga makna yang di dalamnya dapat dipahami oleh para siswa. Menyajikan grafik yang berisi data dan angka atau proporsi dalam bentuk persen bagi siswa SD kelas-kelas rendah tidak ada manfaatnya. Mungkin lebih tepat dalam bentuk gambar atau poster. Demikian juga diagram yang menjelaskan alur hubungan suatu konsep atau prinsip hanya bisa dilakukan bagi siswa yang telah memiliki kadar berpikir yang tinggi. 7) Pemilihan media pendidikan dalam kegiatan pembelajaran hendaknya sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran, juga kondisi dan keterbatasan yang ada dengan mengingat kemampuan dan sifat-sifat khasnya atau karakteristik media yang bersangkutan, juga perlu mendapat perhatian dan pertimbangan yang seksama. Ely dalam Sadiman dkk. (2009:85) mengatakan bahwa pemilihan media seyogyanya tidak terlepas dari konteksnya bahwa media merupakan komponen dari sistem instruksional secara keseluruhan. Karena itu, meskipun tujuan dan isinya sudah diketahui, faktor-faktor lain seperti karakter siswa, strategi belajar mengajar, organisasi kelompok belajar, alokasi waktu dan sumber, serta prosedur penilaiannya juga perlu dipertimbangkan. Sebagai pendekatan praktis, beliau menyarankannya untuk mempertimbangkan media apa saja yang ada, berapa harganya, berapa lama diperlukan untuk mendapatkannya, dan format apa yang memenuhi selera pemakai (misalnya siswa dan guru). Dalam hubungan ini Dick dan Carey dalam Sadiman dkk. (2009:86) 20

menyebutkan bahwa disamping kesesuaian dengan tujuan perilaku belajarnya, setidaknya masih ada empat faktor lagi yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media. Pertama adalah ketersediaan sumber setempat. Artinya, bila media yang bersangkutan tidak terdapat pada sumber-sumber yang ada, harus dibeli atau dibuat sendiri. Kedua adalah apakah untuk membeli atau memproduksi sendiri tersebut ada dana, tenaga dan fasilitasnya. Ketiga adalah faktor yang menyangkut keluwesan, kepraktisan dan ketahanan media yang bersangkutan untuk waktu yang lama. Artinya media bisa digunakan di mana pun dengan peralatan yang ada di sekitarnya dan kapan pun serta mudah dijinjing atau dipindahkan. Faktor yang terakhir adalah efektivitas biayanya dalam jangka waktu yang panjang. Ada sejenis media yang biaya produksinya mahal (seperti program film bingkai). Namun bila dilihat kestabilan materi dan penggunaan yang berulang-ulang untuk jangka waktu yang panjang, program film bingkai mungkin lebih murah dari media yang biaya produksinya murah tetapi setiap waktu materinya berganti. Hakikat dari pemilihan media pada akhirnya adalah keputusan untuk memakai, tidak memakai atau mengadaptasi media yang bersangkutan. Dengan kriteria pemilihan media di atas, guru dapat lebih mudah menggunakan media mana yang dianggap tepat untuk membantu mempermudah tugastugasnya sebagai pengajar dan dapat mempermudah siswa dalam memahami materi pelajaran yang disajikan.

i. Media yang Paling Efektif dalam Pengelolaan Kelas Media yang paling efektif dalam pengelolaan kelas adalah media yang mudah dipergunakan, murah, dan yang terpenting dapat menjadi fasilitas utama dalam strukturisasi pemahaman akademik siswa. “Penggunaan media tidak dilihat dari segi 21

kecanggihan medianya, tetapi yang lebih penting adalah fungsi dan peranannya dalam membantu mempertinggi proses pengajaran” (Sudjana dalam Rivai, 2009:4).

2. Hipotesis Tindakan Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas tentang pentingnya pemilihan dan penggunaan media pembelajaran dalam rangka meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa dan keberhasilan dalam pembelajaran, maka pemilihan dan penggunaan media kartu, dalam hal ini kartu permainan Kuartet Tajwid, dalam rangka meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca Al-Qur’an berdasarkan ilmu tajwid dan prtakteknya di tingkat X Jasa Boga SMK Negeri 1 Tanjung, layak untuk ditelitili dan dilaksanakan dalam proses pembelajaran, karena media ini termasuk media yang sederhana dengan bahan yang murah dan pembuatannya mudah serta sangat bermanfaat dalam menunjang keberhasilan proses pembelajaran. Menurut Sadiman dkk. (2009:28) dijelaskan bahwa, “Sebagaimana halnya media yang lain, media grafis (termasuk di dalamnya media kartu) berfungsi untuk menyalurkan pesan dari sumber ke penerima pesan. Secara khusus berfungsi pula untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide, dan mengilustrasikan atau menghiasi fakta yang mungkin akan cepat dilupakan atau diabaikan bila tidak digrafiskan. Juga menurut Darhim, (2007:1) media kartu merupakan suatu media pembelajaran yang dapat digunakan untuk menarik minat siswa dalam pembelajaran. Berdasarkan pada rumusan masalah dan kajian teori yang mendasari seperti yang telah diuraikan sebelumnya, peneliti dapat mengemukakan hipotesis tindakan sebagai berikut: “Dengan menggunakan media kartu permainan Kuartet Tajwid dalam pembelajaran Pendidikan Al-Qur’an, pada materi membaca Al-Qur’an berdasarkan ilmu tajwid dan prakteknya, maka kemampuan siswa tingkat X Jasa Boga 22

SMK Negeri 1 Tanjung dalam membaca Al-Qur’an akan meningkat."

E. METODE PENELITIAN 1. Setting Penelitian Penelitian Tindakan Kelas ini akan dilaksanakan di tingkat X Jasa Boga SMK Negeri 1 Tanjung Kabupaten Tabalong. Alasan pemilihan lokasi penelitian ini adalah, karena : 1. SMK Negeri 1 Tanjung merupakan tempat bertugas peneliti sebagai guru, sejak Maret 1994 hingga sekarang; 2. Lokasi SMK Negeri 1 Tanjung dengan rumah tempat tinggal peneliti sangat dekat sehingga memudahkan dalam melakukan kegiatan penelitian; 3. Berdasarkan pembagian tugas mengajar semester genap tahun pelajaran 2011/ 2012, tingkat X Jasa Boga SMK Negeri 1 Tanjung merupakan salah satu kelas tempat peneliti mengajar pendidikan Al-Qur’an; Waktu penelitian akan dilaksanakan selama 3 bulan, dari bulan April 2012 sampai dengan Juni 2012 (Jadual terlampir).

2. Subyek Yang Terlibat Dalam Penelitian Subyek yang terlibat dalam penelitian adalah guru pendidikan Al-Qur’an dan siswa tingkat X Jasa Boga SMK Negeri 1 Tanjung.

3. Instrumen Penelitian Instrumen yang akan digunakan dalam pengumpulan data pada PTK ini adalah berupa : a. Lembar Observasi, yaitu lembaran catatan yang digunakan untuk memuat 23

rekaman pengamatan langsung terhadap pelaksanaan tindakan kelas, dari siklus 1 hingga siklus 3; b. Lembar Angket, yaitu daftar pertanyaan (kuesioner) yang diisi oleh siswa berkenaan dengan pelaksanaan tindakan kelas (penggunaan media kartu permainan kuartet tajwid) yang pengisiannya dilakukan pada siklus ketiga; c. Instrumen Tes, yaitu lembar evaluasi (penilaian) kemampuan siswa, yang dilakukan setiap siklus;

4. Rencana Tindakan Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Pendekatan ini dipilih karena masalah yang dikaji adalah masalah yang bersifat praktis dan terfokus pada proses belajar mengajar di kelas. Proses pengkajian PTK dan pemecahan masalahnya dilaksanakan melalui tahapan-tahapan berdaur yang meliputi (a) perencanaan, (b) pelaksanaan, (c) observasi, dan (d) refleksi, dan seterusnya sampai perbaikan atau peningkatan yang diharapkan tercapai (Suhardjono dalam Aqib, 2007:53). Rencana tindakan dalam penelitian ini menggunakan tiga siklus yang dilakukan dalam tiga kali pertemuan dengan perincian sebagai berikut : a. Siklus I 1) Perencanaan Tahap ini dimulai dengan menyusun rancangan tindakan yang menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan akan dilakukan. Di dalam proses penelitian tindakan ini, keberadaan peneliti dan guru tentu dibedakan, maka dalam tahap menyusun rancangan harus ada kesepakatan 24

antara keduanya. Rancangan yang sudah disepakati hendaknya dilakukan secara bersama antara guru yang akan melakukan tindakan dengan peneliti yang akan mengamati proses jalannya tindakan. Hal tersebut dilakukan dalam rangka untuk mengurangi unsur subjektifitas pengamat, sehingga kualitas penelitian dapat dijaga. Rangkaian kegiatan perencanaan dimaksud meliputi : a)

Meminta ijin kepada Kepala Sekolah untuk melakukan penelitian;

b) Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar;. c) Menentukan pokok bahasan dan materi pembelajaran; d) Menyusun skenario pembelajaran; e) Menyiapkan sumber/bahan belajar; f) Menyiapkan format lembar observasi pembelajaran; g) Menyiapkan format lembar evaluasi belajar (instrumen tes); h) Menyiapkan format lembar angket (kuesioner); i) Menentukan guru yang akan dijadikan kolaborasi dalam pembelajaran;

2) Pelaksanaan Tindakan Pada tahap ini rancangan strategi dan skenario penerapan pembelajaran mulai dilaksanakan. Rancangan tindakan tersebut tentu saja sebelumnya telah dilatihkan kepada si pelaksana tindakan (guru yang ditunjuk) untuk diterapkan di dalam kelas sesuai dengan skenario yang direncanakan. Guru menyajikan mata pelajaran tentang materi membaca Al-Qur’an tanpa menggunakan media kartu permainan Kuartet Tajwid, dengan tahapan sebagai berikut : - Tahap awal pembelajaran, guru menyampaikan materi pelajaran tentang membaca 25

Al-Qur’an dengan melakukan praktek bacaan pada surah dan ayat yang sesuai dengan rencana pembelajaran, kemudian diikuti oleh siswa secara bersama-sama; - Tahap inti pembelajaran, guru menunjukkan hukum-hukum bacaan tajwid pada surah dan ayat yang sedang atau telah dibaca serta melakukan praktek bacaan sesuai dengan hukum tajwid tersebut. Siswa menyimak penjelasan dan praktek bacaan tajwid yang dilakukan guru. Sesekali guru meminta kepada siswa untuk menebak hukum bacaan dan mempraktekkannya; - Tahap kegiatan akhir, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, menjawab pertanyaan guru, menyimpulkan materi pelajaran, melakukan evaluasi dan menutup pelajaran;

3) Pengamatan dan Observasi Tahap ini sebenarnya telah berjalan bersamaan dengan saat pelaksanaan tindakan. Pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang berjalan. Jadi keduanya berlangsung dalam waktu yang sama. Peneliti sebagai observer melakukan observasi/pengamatan terhadap apa yang sedang dilaksanakan oleh guru tersebut, serta mengamati aktivitas siswa selama pembelajaran sedang dilangsungkan. Secara sederhana kegiatan yang dilakukan pada tahap ini, diantaranya mengamati tentang: a) Bagaimana minat dan motivasi siswa dalam mengikuti pelajaran; b) Situasi dan kondisi kelas selama kegiatan belajar mengajar berlangsung; c) Sejauhmana keterlibatan siswa atau keaktifan siswa dalam proses pembelajaran; d) Sejauhmana nilai evaluasi yang dicapai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung atau setelah proses tindakan dilakukan. 26

4) Refleksi Refleksi merupakan bagian yang sangat penting untuk memahami dan memberikan makna terhadap proses dan hasil pembelajaran yang terjadi. Dalam tahap refleksi ini, hasil pengamatan dan evaluasi yang telah dilakukan kemudian dianalisis untuk memperoleh gambaran bagaimana dampak dari tindakan yang telah dilakukan, hal apa saja yang perlu diperbaiki dan apa saja yang harus menjadi perhatian pada tindakan berikutnya.

b. Siklus II            Seperti halnya pada siklus pertama, siklus kedua ini juga terdiri dari peren-

canaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan observasi, dan refleksi.

1) Perencanaan Peneliti membuat rencana pembelajaran berdasarkan hasil refleksi pada siklus sebelumnya yang merupakan pengembangan program tindakan yang akan diterapkan pada siklus kedua.

2) Pelaksanaan Tindakan Guru menyajikan mata pelajaran tentang materi membaca Al-Qur’an dengan menggunakan media kartu permainan Kuartet Tajwid, dengan tahapan sebagai berikut : - Tahap awal pembelajaran, guru menyampaikan materi pelajaran tentang membaca Al-Qur’an dengan melakukan praktek bacaan pada surah dan ayat yang sesuai dengan rencana pembelajaran, kemudian diikuti oleh siswa secara bersama-sama; - Tahap inti pembelajaran : • Guru menunjukkan hukum-hukum bacaan tajwid pada surah dan ayat yang 27

sedang atau telah dibaca serta melakukan praktek bacaan sesuai dengan hukum tajwid tersebut. Siswa menyimak penjelasan dan praktek bacaan tajwid yang dilakukan guru. Sesekali guru meminta kepada siswa untuk menebak hukum bacaan dan mempraktekkannya; • Guru meminta kepada siswa agar membentuk kelompok, yang masing-masing kelompok berjumlah 4 orang; • Guru menunjukkan kepada siswa kartu permainan kuartet tajwid dan memberikan penjelasan ringkas tentang cara memainkannya; • Siswa melakukan permainan kartu kuartet tajwid di kelompoknya masing-masing selama waktu yang telah ditentukan guru; - Tahap kegiatan akhir, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, menjawab pertanyaan guru, menyimpulkan materi pelajaran, melakukan evaluasi dan menutup pelajaran;

3) Pengamatan dan Observasi Hal-hal yang di amati pada siklus kedua ini juga seperti pada siklus pertama, hanya saja ada beberapa tambahan pengamatan yang diperlukan, diantaranya pengamatan tentang pelaksanaan permainan kartu kuartet tajwid atau ada beberapa komponen tindakan yang perlu pengamatan lebih seksama atau lebih serius dibandingkan dengan pengamatan sebelumnya.

4) Refleksi Maksud melakukan refleksi juga sama seperti siklus sebelumnya, hanya saja pada refleksi siklus kedua ini lebih di arahkan pada evaluasi tindakan siklus sebelumnya dan siklus yang telah dilangsungkan serta merancang kegiatan siklus yang 28

akan datang ke arah yang lebih baik.

c. Siklus III Seperti halnya pada siklus kedua, siklus ketiga pun terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan observasi, dan refleksi. 1) Perencanaan Peneliti membuat rencana pembelajaran berdasarkan hasil refleksi pada siklus ke dua (pengembangan program tindakan yang akan diterapkan pada siklus ke tiga).

2) Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan pada siklus ketiga ini tidak jauh berbeda dengan pelaksanaan tindakan pada siklus kedua, hanya saja pada beberapa hal mungkin perlu adanya peningkatan atau perubahan tindakan (tindakan yang disesuaikan);

3) Pengamatan dan Observasi Hal-hal yang di amati pada siklus ketiga ini juga seperti pada siklus kedua, hanya saja mungkin ada beberapa tambahan pengamatan yang diperlukan, atau ada beberapa komponen tindakan yang perlu pengamatan lebih seksama atau lebih serius dibandingkan dengan pengamatan sebelumnya.

4) Refleksi Maksud melakukan refleksi juga sama seperti siklus sebelumnya, hanya saja pada refleksi siklus ketiga ini lebih di arahkan pada evaluasi tindakan siklus sebelumnya dan siklus yang baru dilaksanakan, serta menganalisis hasil isian angket yang diberikan siswa; 29

Untuk lebih jelasnya mengenai tahapan penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut:

  Permasalahan

Rencana

Tindakan

Refleksi

Observasi

Rencana

Tindakan

Refleksi

Observasi

Rencana

Tindakan

Refleksi

Observasi

      

Siklus I                   Permasalahan baru hasil refleksi  

Siklus II   Permasalahan     baru hasil refleksi

Siklus III     Bila Permasalahan   belum terselesaikan

Dilanjutkan ke siklus berikutnya

                                        Gambar : Alur penelitian tindakan kelas oleh Suhardjono

5. Sumber dan Jenis Data a. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini adalah Guru Pendidikan Al-Qur’an dan siswa tingkat X Jasa Boga SMK Negeri 1 Tanjung, yang diperoleh melalui : 1) Data Kuantitatif, yaitu data yang dapat dinyatakan atau diuji dengan bilangan/ angka yang diwujudkan dalam bentuk nilai evaluasi, misalnya pre-test, post-test, ulangan harian dan sebagainya. Dalam penelitian ini data kuantitatif diperoleh dari hasil evaluasi belajar siswa tiap siklus melalui instrumen tes; 30

2) Data Kualitatif, yaitu data yang tidak dapat dinyatakan atau diuji dengan bilangan/angka, seperti minat dan motivasi belajar siswa, aktivitas kelas dan sebagainya. Dalam penelitian ini data kualitatif diperoleh dari catatan observasi/peng amatan yang dilakukan pada setiap siklus, juga data hasil isian angket yang diberikan siswa pada siklus ketiga;

b. Jenis Data Jenis data yang diperlukan dan digunakan dalam penelitian ini adalah berupa data empiris yaitu data yang berhubungan dengan perbuatan, pengalaman, peristiwa, kejadian dalam kegiatan tindakan kelas.

6. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik observasi/pengamatan, tes/evaluasi dan angket. Alat pengumpul datanya berupa lembar observasi, lembar butir soal dan lembar angket. Pengolahan dan analisis data dalam penelitian ini adalah : a. Tidak menggunakan uji statistik; b. Menggunakan analisis deskriptif;

7. Indikator Keberhasilan Penelitian ini dianggap berhasil jika : a. Terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa dari siklus 1 ke siklus berikutnya; b. Ada peningkatan ketuntasan belajar siswa sebesar minimal 20% dari siklus 1 ke siklus 2; c. Ketuntasan belajar siswa meningkat dan tuntas minimal 80% dari jumlah siswa pada siklus yang ketiga; 31

d. Siswa dinyatakan tuntas belajar, jika nilai evaluasinya mencapai 7,00. F. JADWAL PENELITIAN

No.

Uraian Kegiatan

1.

Persiapan penelitian : a. Revisi naskah usulan penelitian b. Pembuatan kartu Kuartet Tajwid c. Penyusunan instrumen d. Pengesahan usulan PTK e. Permohonan ijin penelitian kepada Kepala Sekolah f. Observasi kelas pendahuluan Pelaksanaan Penelitian : a. Siklus 1 b. Siklus 2 c. Siklus 3 Pelaporan Penelitian : a. Pengumpulan dan analisis data b. Penyusunan konsep laporan c. Pengetikan laporan d. Seminar hasil PTK e. Revisi Laporan f. Penyusunan artikel ilmiah PTK g. Penyerahan seluruh dokumen PTK

2.

3.

Waktu Pelaksanaan Kegiatan (bulan - minggu ke) April 2012 Mei 2012 Juni 2012 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

G. DAFTAR PUSTAKA Aboebakar. 1986. Sejarah Al-Qur’an. Solo: CV. Ramadhani. Atwi, Suparman. 1977. Desain Instruksional. Jakarta: PAU-PPAI Universitas Terbuka. 32

Aqib, Zainal. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya. Djamarah dan Syaiful Bahri. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Fathurrohman, Pupuh. 2007. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: PT. Refika Aditama. Gazali, Iqbal. 2010. Keutamaan Membaca dan Menghafal Al-Qur’an. Jakarta: Islam House. Gearlach dan Ely. 1971. General Methods of Effektive Teaching. New York: Thomas Y. Growell Company. Humam, As’ad. 2002. Cara Cepat Belajar Tajwid Praktis. Yogyakarta: Balai Litbang LPTQ Nasional. Mirhanuddin. 1986. Media Pendidikan. Banjarmasin: Yayasan Badan Penerbit UNLAM Munir. 2008. Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: Alfabeta. Rahayu dan Endang Sadbudhy. 2010. Pembelajaran Masa Kini. Jakarta: Sekarmita. Rivai, Ahmad. 2009. Media Pendidikan. Surabaya: Insan Cendekia. Suryadi, A. 1983. Membuat Siswa Aktif Belajar. Bandung: Bina Cipta. Tafsir, Ahmad. 2008. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Turnip. 2009. Media Pendidikan. Jakarta: Gramedia. Usman, Uzer. 2008. Menjadi Guru Profesional. Jakarta: Depdikbud. Zarkasyi, I. 1987. Pelajaran Tajwid Qaidah Bagaimana Mestinya Membaca AlQur’an. Ponorogo: Trimurti.

33

31