Xylarium Bogoriense dan The Least Known Species

68 downloads 25626 Views 905KB Size Report
3 Jun 2013 ... tambahan data ciri mikro 158 marga, dari kelompok the least known wood ... Beeckman itu telah gabung dan dijadikan acuan kerja dalam ... Sumber: Index Xylariorum 4, 2010; *) 3 diantaranya didirikan ..... Setelah terlebih dahulu mengikuti kursus komputer selama 2 bulan, .... Fakultas Matematika dan Ilmu.
XYLARIUM BOGORIENSE DAN PERANANNYA DALAM PENELITIAN ANATOMI DAN PENGENALAN ANEKA JENIS KAYU DI INDONESIA* Oleh: Y. I. Mandang ** Ringkasan Menjelang usianya yang ke 100, Xylarium Bogoriense sudah mengumpulkan contoh kayu sebanyak 40858 spesimen, 3001 jenis yang tergabung dalam 591 marga dan 94 suku. Koleksinya sudah dimanfaatkan sesuai dengan tujuan didirikannya xylarium, yaitu untuk bahan penelitian serta bahan rujukan identifikasi kayu. Jumlah koleksi meningkat pesat antara 1915 sampai 1955 tetapi kemudian hampir mendatar. Namun sebaliknya jumlah publikasi anatomi kayu yang menggunakan koleksi contoh kayu dari Xylarium Bogoriense telah meningkat dari hanya 1 judul pada tahun 1920, lalu 6 judul pada tahun 1949, menjadi 70 judul pada tahun 2012. Beberapa hasil penelitian anatomi kayu di sini memperlihatkan bahwa pemahaman struktur anatomi kayu dapat menjadi penunjang dalam mengatasi berbagai problema taksonomi tumbuhan walaupun hanya sampai marga atau kelompok. Demikian pula dalam penerapannya dalam praktek identifikasi kayu dalam kehidupan sehari-hari, hanya dapat dilakukan sampai tingkat marga. Identifikasi sampai tingkat jenis, apalagi dengan asal-usulnya haruslah dicari dengan metode lain. Koleksi contoh kayu sangat membantu juga sebagai acuan dalam menyelesaikan berbagai problema paleobotani, arkeologi, dan teknologi kayu, tetapi belum sepenuhnya dapat membantu menyelesaikan masalah masalah yang berkaitan dengan peraturan dan hukum. Penerapan teknologi digital dalam manajemen informasi xylarium telah pula memungkinkan pelayanan identifikasi kayu menjadi lebih mudah dan lebih cepat. Tindakan lebih lanjut yang perlu dilakukan terhadap sistem informasi xylarium ini adalah pemutakhiran data termasuk perbaikan kesalahan pengetikan. Untuk pemutakhiran basis data identifikasi kayu diperlukan tambahan data ciri mikro 158 marga, dari kelompok the least known wood species yang jumlahnya 577 jenis. Upaya mempercepat pengumpulan data ciri mikro the least known wood species ini dapat dilakukan dengan mengerahkan beberapa peneliti secara bersamaan.

I.

Pendahuluan

Arti umum tentang kata xylarium adalah bangunan atau ruangan di mana koleksi berbagai jenis kayu dikumpulkan, dicatat, ditata, dipelihara, dirawat dan disediakan bagi pihak-pihak yang memerlukan. Ada juga arti yang lebih sederhana tentang xylarium yakni xylotheque atau perpustakaan kayu. Memang ada xylarium milik pribadi dan ada xylarium milik lembaga. Koleksi utama suatu xylarium milik lembaga biasanya dikumpulkan dari wilayah hutan dimana xylarium itu berada. Bila ada contoh kayu dari wilayah atau negera lain biasanya diperoleh dengan cara tukar menukar. Tanggung-jawab aspek teknis dan ilmiah xylarium dijabat oleh seorang kurator. Dalam hal dimana tidak tersedia orang ____________________________________________________________________ ** Mantan Peneliti Utama Anatomi Kayu pada Puslitbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan Bogor, dan Mantan Kurator Xularium Bogoriense.  Disajikan pada Diskusi Litbang Anatomi Kayu Indonesia di IPB International Convention Center, 3 Juni 2013.

1

yang berkemampuan memadai untuk jabatan itu maka karyawan yang ditunjuk untuk menjaganya disebut keeper. Tujuan dibangunnya xylarium tentunya berbeda untuk xylarium milik pribadi dan xylarium milik lembaga. Tujuan xylarium milik lembaga dikemukakan oleh Stern (1988) sebagai berikut: 1) memenuhi kebutuhan kalangan botanist, wood technologist, foresters, dan lainnya yang baginya kayu merupakan medium penelitian dan pembelajaran. 2) menyediakan suatu landasan untuk menyelesaikan masalah-masalah di bidang arkeologi, antropologi, hukum, teknologi kayu, dan bidang ilmu terapan lainnya dimana spesimen kayu teridentifikasi diperlukan untuk pengujian dan pembandingan. Khusus mengenai xylarium milik negara di Tervuren, Belgia, dinyatakan sebagai “xylarium untuk pengelolaan biodiversitas secara lestari” (Beeckman, tt). Kedua tujuan yang dikemukakan oleh Stern dan Beeckman itu telah gabung dan dijadikan acuan kerja dalam pengelolaan Xylarium Bogoriense selama ini. Hampir di setiap negara ada xylarium milik lembaga. Ada yang punya satu tetapi ada yang banyak. Sebagai perbandingan, jumlah xylaria di beberapa negara diperlihatkan dalam Daftar 1. Indonesia ternyata termasuk negara yang miskin xylarium walaupun termasuk negara yang terluas hutannya dengan keanekaragaman yang tinggi pula. Daftar 1. Perbandingan jumlah xylaria di beberapa negara No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Negara Brazil Germany UK USA China The Netherland Australia Japan India Canada Malaysia Indonesia Philippine Sumber: Index Xylariorum 4, 2010;

Banyaknya Xylaria [2010] 18* 9 9 18 7 7 6 5 4 3 3 1 1 *) 3 diantaranya didirikan sebelum PD II

Upaya para botanist menggolong-golongkan tumbuhan kedalam sistem yang kita kenal sekarang telah telah banyak menolong dalam pengenalan dan pemanfaatan sumber daya alam termasuk pohon-pohonan penghasil kayu. Penelitian terhadap anatomi kayunya telah pula mengungkapkan akan adanya kesejajaran antara penggolongan berdasarkan morfologi dan penggolongan berdasarkan struktur anatomi kayu. Karena itu dalam menghadapi suku suku besar yang masih menyisakan banyak problema taksonomi, seperti misalnya Euphorniaceae, Fabaceae, Sapotaceae, Rubiaceae dll. dukungan cabang ilmu anatomi sangat diperlukan. Namun demikian telah disadari juga bahwa keampuhan penggolongan kayu-kayuan berdasarkan struktur anatomi sejauh ini hanya sampai tingkat marga atau puak, dan kurang dapat diandalkan untuk sampai ke tingkat jenis/ species. Meskipun demikian penelitian anatomi kayu sistematik tetap masih diperlukan. Untuk itu 2

diperlukan sarana berupa koleksi contoh kayu. Inilah salah satu alasan mengapa xylarium perlu dibangun. Di pihak lain para pengguna kayu tidak selalu mempermasalahkan mengenai status botanis suatu jenis kayu. Baginya kayu memang perlu ada identitas yang jelas yaitu nama, rupa (warna, corak, tekstur) dan sifat-sifatnya (kekuatan, keawetan, mudah tidaknya dikerjakan), dan dimana bisa diperoleh. Untuk menyediakan bahan kayu yang sesuai yang dibutuhkan oleh para pengguna tetaplah diperlukan pertelaan ciri anatomi kayu yang dapat digunakan oleh pengenal kayu untuk menjamin kebenaran identitasnya agar tehindar dari kekeliruan dan kemungkinan pemalsuan jenis. Dalam hal ini penelitian yang berupa risalah ciri fisik dan anatomi kayu dari berbagai wilayah penghasil kayu perlu dilakukan dan arsip contoh kayunya disimpan di Xylarium. Dalam makalah ini disajikan informasi riwayat pendirian Xylarium Bogoriense, perkembangannya dan pemanfaatannya serta apa saja yang sudah diteliti dan yang belum diteliti tentang jenis-jenis kayu yang ada di Indonesia, khususnya yang sudah ada koleksi contoh kayunya.

II.

Xylarium Bogoriense

A.

Status Xylarium Bogoriense didirikan pada tahun 1914 dibawah Proefstation voor het Boschwezen, cikal bakal Badan Litbang Kehutanan. Saat ini Xylarium Bogoriense berada di bawah Puslitbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Kementerian Kehutanan. Xylarium Boogoriense sudah tercatat dalam Index Xylariorum, Institutional wood collection of the World, sejak Edisi I (1957), Edisi II (1967), Edisi III (1988) sampai Edisi IV (2010). Xylarium Bogoriense juga sudah tercatat dalam Index Herbariorum Indonesianum Tahun 2006. Selain Xylarium Bogoriense, di beberapa lembaga di Indonesia ada juga yang mempunyai xylarium tetapi dengan jumlah koleksi yang relatif sedikit dan oleh karena itu digabungkan dengan Herbarium induknya.

B.

Perkembangan koleksi

Xylarium Bogoriense mulai melakukan kegiatan pengumpulan contoh kayu dengan material herbarium tahun pada tahun 1915. Pada mulanya, pengumpulan dilakukan oleh 2 golongan kolektor : 1) Para peneliti antara lain : L. G. Den Berger, C.A. Backer, A. J. Kostermans, F. A. Endert, A. Plaas, K. Heine, Tohrenaar. 2) Para pejabat kehutanan daerah Bosch Opzichter, Mandoor, BW [PolHut], Commisaaris, Houtvester, Mantri, Panglong Opneemer, Panglong Opzichter, Admnistratuur dll. Kini, setelah Indonesia merdeka, pengumpulan contoh kayu dilakukan oleh peneliti di Pustekolah. Pengumpulan dilakukan secara integral dengan material yang diperlukan untuk penelitian sifat dasar kayu lainnya. Koleksi dari dalam negeri pada tahun 2012 berjumlah : 40877 spesimen, 3001 jenis, 591 marga, 94 suku. [ Data jumlah suku, marga dan jenis dihitung dari buku tentang 3

Berat jenis Kayu yang ditulis oleh Oey (1964), sedangkan jumlah spesimen dijumlahkan dari buku-buku register contoh kayu]. Sebagian besar koleksi ada pasangan material herbariumnya. Material herbarium disimpan dan dipelihara oleh Kelti Botani PUSLITBANG KONSERVASI HUTAN di Bogor. Tetapi material herbarium penyerta contoh kayu yang dikumpulkan sejak tahun 1985 tidak lagi disimpan oleh kelti Botani. Dengan demikian koleksi contoh kayu sejak itu tidak lagi didukung sepenuhnya oleh material herbarium. Bila kelak ada masalah identifikasi, tidak ada lagi yang bisa dirujuk untuk menyelesaikan masalahnya. Setiap contoh kayu dicatat dalam buku register. Keterangan yang dicatat meliputi: nomor koleksi (nomor contoh kayu), nomor herbarium penyerta, asal contoh, nama setempat, nama botani, suku, nama kolektor, dan tanggal koleksi. Perkembangan jumlah koleksi contoh kayu dalam negeri dari tahun 1915 sampai 2012 disajikan dalam Gambar 1. Perkembangan jumlah koleksi sangat pesat pada jaman penjajahan Belanda. Sesudah itu sejak tahun 1955 tidak ada lagi perkembangan jumlah koleksi yang mencolok. Antara 1945 sampai 1955 masih ada perkembanan yang lumayan. Tetapi perkembangan itu disebabkan oleh adanya beberapa peneliti Belanda yang masih bertahan di Indonesia yaitu F.H. Hildebrand dan Dr. A. J. Kostermans. Dengan demikian koleksi Xylarium Bogoriense pada hakekatnya sebagian besar adalah warisan dari jaman penjajahan Belanda. Koleksi luar negeri dari Canada, USA, Brasilia, Australia, Belgia, India, Jepang, Thailand, Vietnam, Malaysia, Philippina, Afrika Selatan dan Pantai Gading Pantai Gading berjumlah 37575 spesimen tetapi belum dirinci menurut marga dan suku. Contoh kayu dari luar negeri ini diperoleh dengan cara tukar menukar.

5

X 10.000

4 3 2 1 0 1915

1925

1935

1945

1955

1965

1975

1985

1995

2005

2012

Gambar 1. Perkembangan jumlah koleksi contoh kayu di Xylarium Bogoriense . Di Indonesia diperkirakan terdapat 4000 jenis pohon yang berdiameter 40 cm ke atas (Martawijaya et al., 1981) sedangkan jumlah koleksi dalam Xylarium Bogoriense ada 3001 jenis. Hal ini berarti masih kurang 999 jenis. Kekurangan ini sebaiknya disi. Wilayah yang perlu diutamakan untuk eksplorasi pencarian jenis-jenis baru adalah Papua dan pulau pulau 4

kecil karena koleksi contoh kayu dari wilayah-wilayah tersebut sangat sedikit atau belum ada sama sekali.

C. Pemanfaatan koleksi Pemanfaatan sebagai bahan peneltian Sejak pendiriannya, koleksi contoh kayu Xylarium Bogoriense telah digunakan untuk bahan penelitian anatomi sistematik, identifikasi kayu dan teknologi kayu oleh berbagai peneliti dalam dan luar negeri. Sebagai imbalan dari disediakannya koleksi contoh kayu untuk diteliti diperoleh karya tulis yang dapat digunakan sebagai bahan rujukan untuk kegiatan identifikasi kayu dan rujukan untuk penelitian lebih lanjut. Karya tulis yang terlacak tertera dalam Daftar 2.

Daftar 2. Pemanfaatan koleksi dan hasilnya berurut tahun Tahun 1920 1922 1923 1925 1926 1927 1949 1965 1973 1975 1976 1981 1984 1986 1986 1986 1987 1988 1989 1989 1990 1990 1991

Karya Tulis Hasil Penelitian Beekman: 78 Preanger Houtsoorten, beschreiving, afbelding en determinatietabel Den Berger: Inleiding Toot Herkening van Hout in de Praktijk Den Berger: Fossiele houtsoorten uit het tertiar van Zuid Sumatra. Den Berger: Belangrijke Houtsoorten van Nederlands Indie Den Berger: Houtsoorten der Cultuurgebieden van Java en van Sumatra’s Ooskust Den Berger: Unterscheidungsmerkmale von rezenten und fossielen Dipterocarpaceengattungen Den Berger: Determinatietabel voor houtsoorten van Malesie Soewarsono: identifikasi jenis-jeniskayu daun jarum yang pentingpenting Pandit: Struktur anatomi beberapa jenis kayu tengkawang (Shorea spp.) Miller: Systematic anatomy of the xylem and comment on the relationship of Flacourtiaceae. Sarayar: Anatomi kayu meranti Indonesia Martawijaya et al. : Atlas kayu indonesia Jilid I Wibowo: Struktur anatomi kayu Adina spp. Famili Rubiaceae Mandang : Anatomi 14 jenis kayu kayu dari Maluku Mandang: Anatomi 10 jenis kayu dari Kalimantan Timur bogidarmanti: Mempelajari struktur anatomi beberapa jenis kayu dari Irian Jaya. Mandang: Pemilahan kayu kapur sintok dari jenis-jenis kayu kapur lainnya Mandang: Anatomi perbandingan kayu cendana dan eksokarpus Mandang et al: Anatomi 19 jenis kayu dari Sulawesi Martawijaya et al. : Atlas kayu indonesia Jilid Jilid II Mandang: Anatomi kayu kurang dikenal ( Aceraceae sampai Caesalpiniaceae) Rulliaty: Anatomi perbandingan Gluta renghas dengan Melanorrhoea wallichii Wijanarko: Struktur naatomi beberapa jenis kayu kurang dikenal yang munkin dapat digunakan sebagai pengganti ramin

Kategori A3 A3 C A3 A3 C A3 A2 A2 A1 A2 A3 A2 A3 A3 A3 A2 A2 A3 A3 A2 A2 A3

5

1991 1991 1991 1992 1993 1993 1993 1994 1994 1996 1996 1996 1996 1996 1996 1998 1998 1999 2000 2001 2001 2002 2002 2002 2003

2003

2003 2005 2005 2006

Indrajaya et al. Anatomi kayu Albizia spp (Mimosoideae) Mandang: Kayu Raja Sumatera (Fernandoa macroloba Steen.) sudah langka atau masih langka Mandang: Anatomi 21 jenis kayu kurang dikenal (Casuarinaceae sampai Euphorbiaceae) Mandang: Anatomi 10 jenis kayu dari Sulawesi Utara Mandang: Anatomi 9 jenis kayu kurang dikenal dari suku Meliaceae Mandang: Anatomi 7 jenis kayu dari Sulawesi Tengah Mandang: Anatomi 7 jenis kayu dari Maluku Utara Sulistyobudi: Struktur xylem sekunder dan taksonomi kayu famili Sapotaceae Asia Pasifik Mandang: Anatomi 11 jenis kayu kurang dikenal (Mimosaceae, Moraceae dan Myristicaceae) Mandang: Pencarian penganti kayu jelutung untuk bahan baku batang pensil Mandang: Anatomi 8 jenis kayu kurang dikenal (Flacourtiaceae sampai Juglandaceae) Mandang et al.: Keanekaragaman fosil kayu di bagian barat pulau Jawa Mandang et al.: Pedoman identifikasi jenis kayu di lapangan Mandang & Barly: kemungkinan pemanfaatan jenis kayu di Indonesia untuk pengganti kayu pok Mandang: Wide rays in Casuarina and Gymnostoma Sidiyasa: Ecological and systematic Wood Anatomy of Alstonia Noshiro: Systematic wood anatomy of Cornaceae and alies Klaasen: Wood anatomy of Sapindaceae Mandang et al.: Anatomi 20 jenis kayu dari kawasan Barat Indonesia Mandang et al. : Anatomi 9 jenis kayu kurang dikenal dari Kalimantan Timur Mandang et al: Anatomi 10 jenis kayu andalan dari jawa Barat. Mandang & Wiyono: Anatomi kayu gaharu (Aquilaria malaccensis) dan beberapa jenis sekerabat. Artistien et al:: Anatomi dan kualitas serat kayu Hibiscus macrophyllus dan Artocarus heterophyllus Meiva: Studi pemakaian kayu Agathis dan Kemiri untuk bahan baku bilah pensil Mandang et al.: Anatomi dan kualitas sert kayu Utap-utap (Aromadendron elegans) dan beberapa jenis kayu kurang dikenal lainna. Mandang et al.: Sifat-sifat kayu nyatoh (Palaquium obtusifolium) sehubungan dengan kemungkinan penggunaannnya sebagai bahan baku batang pensil. Mandang et Kagemori: A fossil wood of Dipterocarpaceae from Pliocene deposit in the west region of Java Island. Abdurrohim et al: Atlas Kayu Indonesia Jilid III.

A2 A3

Rulliaty: Beberapa Jenis Kayu Alternatif Penganti Ramin.

B

Mandang: Digitalisasi Basis data Xylarium Puslitbang Hasil Hutan Bogor

A3

A2 A3 A2 A3 A3 A1 A2 B A2 C A3 B A2 A1 A1 A1 A3 A3 A3 A2 A3 B A3

B

C A3

2007

Rulliaty: Jenis-Jenis Kayu Yang Dapat Dimanfaatkan Sebagai Substitusi Kayu B Ramin

2007 2007 2007

Mandang et al. Identifikasi kayu pada perahu kuno dari Bojonegoro Mandang et al.: Anatomi kayu pasak bumi dan jenis terkait. Damayanti et al.: Pedoman identifikasi kayu kurang dikenal

D A2 A3 6

2007 2007 2007 2008 2008

2009 2009 2009 2009 2010 2011 2011 2011 2012 2012

Damayanti et al.: Anatomi dan Kualitas serat kayu kemenyan (Styrax spp). Suhendar: Anatomi beberapa jenis kayu suku Apocynaceae Krisdianto: Anatomi dan kualitas serat 6 jenis kayu kurang dikenal dari Jawa Barat. Mandang et al.: pedoman identifikasi kayu ramin dan kayu mirip ramin IAWA Commitee: Daftar ciri mikroskopik untuk identifikasi kayu kayu daun lebar. Terjemahan oleh: Sulistyobudi, Mandang, Ratih dan Rulliaty. Dewi et al. :Wood Anatomy and Fibre Quality of Platea spp.Icacinaceae Damayanti et al.: Wood Anatomy and Fiber Quality of Eight Least Known Timbers Belongs to Actinidiaceae and Bignoniaceae Prasetyo: Struktur Anatomi dan Kualitas serat The least known wood species dari famili Fabaceae. Mandang: Identification of wood flour. Is it possible? Rulliaty: Sifat dasar dan bambu tutul Bambusa maculata dan bambu hitam Gigantochloa atriviolacea Rulliaty: Sifat dasar dan kegunaan Gigantochloa apus dan Gigantochloa pseudoarundinacea Rulliaty, S. dkk. 2012. Sifat dasar dan kegunaan bambu mayan Gigantochloa robusta dan bambu petung Dendrocalamus asper Fajar: Sifat Anatomi The least Known Species suku Magnoliaceae. Rulliaty: Sifat dasar Jenis kayu ki cau Pisonia umbelliflora (Forst) Seem Terada & Mandang et al.: What fossil wood can tell.

A3 A2 A3 A3 A3

A3 A2 A2 A3 A3 A3 A3

A3 C

Duplikat koleksi xylarium dikirim juga ke berbagai negara dalam rangka tukar menukar koleksi dan mestinya sudah digunakan sebagai bahan penelitian. Bila ditelusuri hasil penelitian mengenai anatomi kayu sistematik di berbagai belahan dunia maka akan tampak siapa saja yang sudah memanfaatkannya. Jadi, Daftar 2 yang memuat peneliti yang menggunakan koleksi Xylarium Bogoriense hanya menampilkan sebagian saja. Namun tanpa yang belum terlacak pun, perkembangan jumlah publikasi tentang anatomi dan identifikasi jenis jenis kayu di Indonesia cukup memggembirakan dari segi kuantitas. Karya tulis yang terlacak menggunakan koleksi Xylarium Bogoriense ada 70 judul (Daftar 2). Untuk keperluan penulisan makalah ini ke 70 makalah dan buku tersebut telah digolong-golonkan berdasarkan kriteria yang disajikan dalam Daftar 3. Hasil penggolongan menunjukan bahwa dari 70 karya tulis yang terlacak menggunakan koleksi Xylarium Bogoriense hanya 5 penulis yang meneliti aspek anatomi sistematik, yaitu Miller (1975) mengenai Flacourtiaceae, Sulistyobudi (2003) mengenai Sapotaceae, Noshiro (1998), mengenai Cornaceae, Sidiyasa (1998) mengenai Alstonia dan Klaasen (1999) mengenai Sapindaceae. Taxon yang diteliti dapat digolong-golongkan ke dalam marga atau kelompok tertentu berikut garis keturunannya namun tidak sampai tingkat jenis. Suku Sapotaceae yang diteliti oleh Sulistyobudi hanya dapat digolongkan atas 8 kelopok struktur, sehingga ada kelompok yang beranggotakan beberapa marga, bahkan ada marga yang terpisah pada dua kelompok. Selanjutnna untuk keperluan pemanfaatan komersial beliau membagi anggota Sapotaceae menjadi hanya 4 kelompok berdasarkan kombinasi struktur dan sifat yakni : bitis, nyatoh, nyatoh kuning dan bbn [belum bernama dagang]. Sidiyasa dan Baas ( 1998) menggolongkan marga Alstonia atas 3 seksi 7

berdasarkan bentuk parenkim, frekuensi pembuluh dan tebal dinding serat. Sebelumnya telah diketahui ada kelompok pulai ringan dan kelompok pulai keras. Sekarang pengelompokan pulai tampaknya dapat dilakukan atas 3 kelompok yaitu pulai lunak, pulai sedang dan pulai keras, namun belum bisa sampai tingkat jenis. Dengan demikian upaya identifikasi kayu sampai tingkat jenis dan asal usul perlu diupayakan dengan metode lain seperti misalnya dengan metode DNA yang kini sudah dimungkinkan penerapannya (Lowe and Cross, 2011).

Artikel 70 60 50 40 30 20 10 0 1920

1950

1980

1990

2000

2012

Gambar 2. Perkembangan jumlah karya tulis penelitian anatomi kayu yang menggunakan koleksi Xylarium Bogoriense Daftar 3 . Penggolongan karya tulis pengguna koleksi Xylarium Bogoriense Kategori A.1 Anatomi sistematik A.2 Anatomi semi sistematik A.3 Risalah Anatomi B Anatomi dan sifat kayu C Paleobotani D

Arkeologi

Jumlah

Ciri melakukan risalah, penggolongan dan penelusuran garis evolusi keturunan dalam suatu taxon melakukan risalah dan pembandingan antar anggota dalam suatu taxon

Jumlah 5

melakukan risalah anatomi berbagai jenis kayu dari suatu wilayah melakukan risalah dan hubungan anatomi kayunya dengan sifat , kegunaan, pengolahan

34

melakukan risalah anatomi, pengenalan dan penggolongan tumbuhan pra sejarah melakukan risalah anatomi kayu dari benda atau alat yang digunakan oleh masyarakat di masa lampau

5

18

7

1

70 8

Sebanyak 17 makalah tergolong studi anatomi semi sistematik yaitu yang hanya membandingkan ciri anatomi antar beberapa anggota taxon yang bersangkutan namun sekaligus memperlihatkan adanya keselarasan antara penggolongan berdasarkan morfologi pohon dan ciri anatomi kayunya. Sebagai misal, Iderajaya et al. (1991) mendukung pemilahan Albizia falcata ke Paraserianthes falcataria dan Albizia minahassae ke Serianthes minahassae berdasarkan kehadiran parenkim aksial dengan sekat longitudinal. Mandang (1998) mendukung pemilahan marga Casuarina L. menjadi 2 marga yaitu Casuarina L dan Gymnostoma Johnson berdasarkan perbedaan ciri jari-jari kayu. Makalah yang berisi risalah anatomi kayu dari berbagai wilayah berjumlah paling banyak yaitu 34 judul. Hasil risalahnya merupakan sumber data untuk dimasukkan ke dalam basis data identifikasi kayu. [Namun demikian walau pun risalahnya dilakukan menurut jenis kayu, dalam identifikasinya kelak hanya dapat dipercaya sampai tingkat marga atau sub marga]. Dengan meningkatnya jumlah karya tulis anatomi kayu yang dihasilkan berarti meningkat pula banyaknya data ciri anatomi kayu yang tersedia untuk basis data. Sampai tahun 1949 banyaknya jenis kayu yang ada risalah anatomi kayunya hanya 139. Sekarang data ciri antomi kayu dari berbagai publikasi dari dalam dan ditambah dengan data dari luar sudah terhimpun 433 marga (Gambar 3). Masih diperlukan data ciri anatomi 158 marga untuk melengkapinya.

Marga

800 700 600 500 400 300 200 100 0 1949

2012

2018

direncanakan

Gambar 3. Jumlah marga kayu yang sudah terhimpun data ciri anatomi kayunya dalam basis data dan proyeksi pada tahun 2018.

Salah satu sumbangan Xylarium Bogoriense di bidang teknologi kayu adalah menyediakan koleksinya untuk pencarian kayu substitusi untuk jenis jenis yang makin jarang didapat. Misalnya pengganti kayu jelutung untuk bahan baku batang pensil (Mandang, 1996; Mandang et al. 2003). Hal ini penting bagi anak-anak yang belum mampu menjaga dirinya dari bahaya penggunaan alat-alat tajam. Didapatkan bahwa mudah tidaknya kayu diserut 9

dengan alat peruncing pensil bergantung pada struktur anatomi dan berat jenis kayu. Kayu dengan parenkim bentuk jala, atau garis-garis tengensial pendek, dan dengan berat jenis kurang dari 0,55, mudah sekali diserut. Berdasarkan pemahaman ini dilakukanlah percobaan menggunakan kayu yang mempunya struktur anatomi dan BJ demikian. Didapatkan bahwa kayu Pterospermum spp dan Palaquium spp dengan BJ < 055, mudah diserut dengan pisau serut peruncing pensil. Penelitian bidang teknologi lainnya yang menggunakan koleksi xylarium Bogoriense adalah pencarian pengganti kayu pok Guaijacum officinale dari Brasilia untuk propeler baling baling kapal laut (Mandang,et al. 1996). Didapatkan bahwa Elateriospermum tapos dan Xantophyllum stipitatum mungkin dapat digunakan karena bersifat sangat berat dan keras namun mampu mengabsorpsi cairan sampai 40 % dengan metode vakum-tekan. Kemampuan ini diperlukan agar mampu menyerap pelumas sebanyak 25 % dari berat kayu, seperti yang terkandung dalam kayu pok. Tetapi penelitian ini masih perlu dilanjutkan untuk menemukan formulasi pelumas yang cocok. Pemanfaatan koleksi sebagai bahan rujukan identifikasi kayu Koleksi Xylarium Bogoriense secara rutin sudah digunakan untuk bahan rujukan guna melayani permintaan identifikasi kayu dari berbagai kalangan seperti: 1. Industri perkayuan 2. Industri pemukiman 3. Eksportir hasil hutan 4. Dinas Kehutanan, BP2HP 5. BKSDA/Taman Nasional 6. Kepolisian 7. Kejaksaan 8. Bea Cukai 9. Lembaga Penelitian lainnya 10. Xylaria diluar negeri 11. Mahasiswa Dengan tersedianya sistem identifikasi kayu dengan bantuan komputer maka pekerjaan pelayanan ini dapat dilakukan dengan lebih mudah dan lebih cepat. Beberapa contoh kasus yang pernah terselesaikan adalah: 1) Penyeludupan log sonokeling dan eboni melalui pelabuhan Tanjung Priok. 2) Penyelundupan ramin dan jenis–jenis kayu lainnya yang terdaftar dalam CITES, a.l. kayu “pacar” dari Sulawesi Tengah. 3) Penggunaan jenis kayu yang tidak sesuai spesifikasi oleh perusahaan konstruksi 4) Pencurian kayu di Taman Nasional Salak-Halimun 5) Kenekaragaman fosil kayu di bagian barat pulau Jawa pada periode Pliosin 6) Identifikasi kayu dari perahu kuno dari tepian Bengawan Solo, Bojonegoro, Jawa Timur. Beberapa kasus yang tidak terselesaikan anatara lain adalah: 1) Permintaan Kejaksaan Tinggi Sulawesi Utara sekitar tahun 1986 untuk memberikan kesaksian bahwa kayu tangkapan Kejaksaan adalah Diospyros celebica yang dilarang ditebang. 10

2) Dugaan pelanggaran penebangan kayu tengkawang oleh suatu perusahaan HPH di Kalimantan Timur sekitar tahun 1996 3) Dugaan pencurian kayu mahoni di wilayah Banten sekitar tahun 2004. Puslitbang Keteknikan kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan diminta untuk membuktikan bahwa kayu mahoni tangkapan berasal dari wilayah Hutan PERHUTANI di Banten. 4) Dugaan penebangan liar di hutan lindung Kalimantan Selatan tahun 2011. Kesaksian bahwa kayu-kayu terebut adalah hasil penebangan yang melanggar hukum di wilayah hutan yang bersangkutan tidak dapat dipenuhi karena untuk membuktikannya harus dengan metode DNA yang sampai kini belum dikuasai oleh Xylarium Bogoriense.

D.

Pemeliharaan dan perawatan koleksi

Ancaman terhadap koleksi contoh kayu terutama dari serangan serangga, rayap dan bubuk kayu. Pada mulanya pencegahan serangga dilakukan dengan pemberian gas BHC. Contoh kayu dimasukkan ke dalam ruang kedap udara lalu disi dengan gas sampai serangga yang mungkin ada mati. Sekitar tahun 1980 penggunaan gas BHC dilarang. Sebagai gantinya digunakan freezer. Contoh kayu dimasukkan ke dalam freezer selama 3-4 hari untuk membuat serangga yang mungkin. ada di dalamnya mati beku. Penggunaan freezer dilakukan setelah 10 tahun kemudian, itupun berkat ada pinjaman freezer dari Ir. Jamal Balfas M.Sc dari Laboratorium Penggergajian Kayu pada tahun 2000. Freezer itu hanya berfungsi selama kurang lebih 8 tahun karena rusak pada tahun 2008. Sampai sekarang freezer yang rusak itu belum ada gantinya. Akibatnya cukup banyak juga contoh yang rusak dimakan rayap dan bubuk kayu.

E.

Sistem Informasi Xylarium

Sampai tahun 2003, pencatatan dan penelusuran informasi di Xylarium Bogoriense masih dilakukan secara manual. Akibatnya penelusuran informasi seringkali memerlukan waktu lama. Ketika itu identifikasi jenis kayu diawali dengan merujuk buku buku-buku tentang anatomi dan identifikasi kayu. Setelah ada dugaan sementara dilanjutkan dengan merujuk ke koleksi contoh kayu. Selain prosesnya lama adakalanya peneluran identitas kayu menemui jalan buntu. Dalam hal demikian, kami minta agar disertai material herbarium. Bila herbarium tersedia, kami minta bantuan kepada peneliti di Kelti Botani Puskonservasi. Pada tahun 2004 kami mulai melakukan digitalisasi data xylarium. Secara gotong royong kami menyalin data dari register contoh kayu sebanyak 12 buku ke dalam bentuk digital dengan menggunakan Microsoft Access. Tetapi program aplikasinya kami buat melalui kerjasama dengan developer dari luar. Sejak saat itu pekerjaan penelusuran informasi dan identifikasi menjadi jauh lebih mudah dan lebih cepat. Tahun 2006 dilakukan rekonstruksi untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Namun program yang diperoleh ada tahap kedua ini tidak stabil. Dari 2 program aplikasi yang dibuat akhirnya hanya 1 program yang dapat diselamatkan, yaitu program identifikasi kayu, itu pun tanpa ada fitur cetak laporan. Tahun 2011 dilakukan rekonstruksi sistem informasi xylarium tahap kedua. Pada tahap ini komponennya dikembangkan menjadi 5 yaitu: 1) Koleksi dalam negeri, 2) Koleksi 11

luar negeri, 3) Pustaka Anatomi, 4) Alamat penyimpanan contoh kayu, 5) Kunci identifikasi kayu. Basis data koleksi dalam negeri dan koleksi luar negeri disalin dari buku-buku register contoh kayu. Basis data Pustaka Anatomi baru dimulai dengan artikel yang ada di IAWA Journal tahun 1982 sampai 2006. Basis data identifikasi kayu dihimpun dari hasil penelitan anatomi kayu di Pustekolah, buku-buku PROSEA 5(1), 5(2), 5(3). Jumlahnya sudah mencapai 433 marga yaitu yang meliputi commercial species dan lesser known species. Tindak lanjut yang perlu dilakukan terhadap sistem informasi ini adalah pemutakhiran basis datanya dengan penambahan data baru, revisi serta perbaikan kesalahan-kesalahan ketik. Penambahan data baru diharapkan dari hasil penelitian the least known wood species. Dalam Tahun 2013 ini sedang diupayakan transformasi sistem informasi xylarium dari basis desktop ke dalam basis web untuk kemudian dikoneksikan ke internet agar dapat diakses oleh pengguan dari luar Pustekolah.

III.

The Least Known Wood Species

Pada akhir dekade 1970 di kalangan eksportir kayu ada penggolongan kayu yang di ekspor: 1) commercial species, 2) light mix hardwood species (LMSH). Kemudian penggolongan itu berangsur diartikan sebagai 1) commercial species, 2) lesser known species. Lesser known species ada kalanya disebut juga lesser used species. Dalam tahun 1952 Hildebrand sudah menulis tentang jenis jenis kayu di Indonesia yang dianggap penting karena rerdapat dalam jumlah banyak dan sudah digunakan oleh masyarakat. Jumlahnya 400 jenis. Dari jumlah itu Anonim (1974) dan Kartasujana et. al., (1979) menggolongkan 267 jenis ke dalam kelompok “kayu perdagangan” sedangkan sisanya 133 jenis digolongkan ke dalam kelompok “kayu kurang dikenal”. Sejak saat itu penelitian diutamakan pada jenis jenis kayu perdagangan yang masih kurang data sifat dasar kayunya. Hasilnya penelitiannya dimuat dalam buku Atlas kayu Indonesia jilid I (Martawijaya et al, 1981) dan jilid II (Martawijaya et al., 1989). Pada tahun 1986 ada seminar “Pemanfaatan Kayu Kurang Dikenal” diselenggarakan oleh Pustekolah. Seminar ini mendorong dilakukannya penelitian terhadap jenis-jenis kayu kurang dikenal termasuk anatomi kayunya. Sejak saat itu mulailah diteliti anatomi kayu kurang dikenal. Sasarannya adalah 133 jenis kayu kurang dikenal tersebut di atas. Bahannya diambil dari koleksi Xylarium Bogoriense.

Daftar 4: Penggolongan Kayu Asia tenggara

Jilid Prosea 5(1) Prosea 5(2) Prosea 5(3) ---------Jumlah 

Golongan Banyaknya marga Major Commercial Timbers 51 Minor Commercial timbers 62 Lesser Known timbers 309 Jumlah Prosea 5(1 s/d 3) 422 [------- ? ------------] * 281 703 The least known species

Ketika penulis sudah menyelesaikan 64 dari 133 jenis kayu kurang dikenal, datang permintaan dari yayasan PROSEA untuk bergabung meneliti The Lesser Known Timber 12

Species. Pengamatannya dilaksanakan di Forestry Research Institue Malaysia (FRIM), Kuala Lumpur, tahun 1996. Sebanyak 15 wood anatomists dari Asia Tenggara, Jepang, Belanda, Amerika dan Australia bersama-sama mengerjakan 309 marga kayu Asia Tenggara. Setiap anatomist mengamati rata-rata 20 marga per orang. Hasilnya dipublikasikan dalam buku Plant Resources of South east Asia Vol. 5(3): The lesser known Timbers (Sosef et al., 1998). Setelah dijumlahkan ternyata ketiga jilid buku PROSEA mencakup 422 marga pohon kayu Asia Tenggara (Daftar 4). Pengecekan lebih lanjut, dengan membandingkannya dengan daftar jenis kayu yang dibuat oleh Oey (1950), ternyata ada 281 marga, 577 jenis yang yang belum tercakup dalam buku PROSEA 5(1), 5(2),dan 5(3). Inilah yang digolongkan ke dalam The Least Known Wood Species. Daftarnya disajikan dalam Lampiran makalah ini. Hanya sebagian kecil taxa TLKWS itu yang data ciri antominya tersedia yaitu antara lain dari Klaasen (1999) mengenai Sapindaceae, Sulistyobudi (1990) mengenai Sapotaceae, Suhendar mengenai Apocynaceae, Ratih (2009) mengenai Actinidiaceae dan Bignoniaceae, Prasetyo (2009) mengenai Fabaceae dan Fajar (2011) mengenai Magnoliaceae. Data ciri anatomi TLKWS lainnya mesih perlu diamati.

IV.

Kurator Xylarium Bogoriense

Terakhir namun tidak kalah penting adalah siapa saja yang mengelola Xylarium Bogoriense selama ini dan apa karyanya yang sudah dilakukan (Daftar 5). Hal ini perlu agar ada acuan bagi kurator penerus untuk merecanakan kegiatan yang perlu dilakukan di waktu yang akan datang. Belum ditemukan dokumen yang menyatakan siapa kurator Xylarium Bogoriense yang pertama: apakah Beekman atau Den Berger. Memang yang pertama membuat tulisan mengenai identifikasi kayu Priangan adalah Beekman pada tahun 1920. Tetapi dalam register contoh kayu tidak ditemukan nama Beekman sebagai kolektor. Den Berger tercatat melakukan koleksi sejak tahun 1917 sampai 1926 di berbagai lokasi di Jawa, Lampung dan Kalimantan, sebelum Beekman menulis bukunya. Antara tahun 1922-1949 Den Berger menulis 5 buku tentang anatomi dan identifikasi kayu serta 2 tulisan tentang fosil kayu. Lagi pula 93,5 % koleksi Xylarium Bogoriense sekarang ini dikumpulkan selama beliau aktif di Proefstation voor het Boschwezen. Jadi dapat disimpulkan bahwa Den Berger adalah kurator xylarium yang pertama. Kurator kedua yang patut dihargai adalah Oey Djoen Seng. Beliau tidak menulis tentang anatomi dan identifikasi kayu tetapi mengukur berat jenis setiap contoh kayu yang ada di xylarium yang jumlahnya sekitar 40.000 spesimen dengan alat yang beliau rancang sendiri. Hasilnya merupakan karya monumental berjudul : “Berat jenis dari jenis-jenis kayu Indonesia dan pegertian beratnya kayu untuk untuk keperluan praktek” [terjemahan oleh Soewarsono, 1964] dan masih manjadi acuan utama tentang sifat jenis-jenis kayu Indonesia hingga kini. Kurator ketiga Iding kartasujana menulis beberapa buku tentang kayu, antara lain Atlas kayu Indonesia Jilid I dan II dan beberapa karya tulis lainnya. Peran utamanya bagi Xylarium adalah memelihara dan merawat koleksi serta memutakhirkan data. Setiap ada revisi taxonomi dari para botanist, beliau merevisi juga register contoh kayu. Nama lama dicoret [tidak dihapus] lalu diatasnya dituliskan nama baru. Revisi nama dalam buku register dilakukan berdasarkan laporan yang dibuat oleh para taxonom. 13

Daftar 5. Kurator Xylarium Bogoriense dan karyanya

No Kurator 1

L.G. Den Berger 1920-1942

2

Oey Djoen Seng 1942-1960

3

Iding Kartasujana 1960-1988

4

Y. I . Mandang 1988-2002

Karya 1) Membangun xylarium. Mengoleksi contoh kayu antara tahun 1917-1926 di berbagai daerah di Jawa, Lampung, Kalimantan Barat dan Kalimantan Tmur 2) Menulis 5 buku anatomi /identifikasi kayu 3) Menulis 2 artikel tentang fosil kayu 1) Meneliti Berat Jenis 3001 jenis kayu Indonesia 2) Memelihara dan merawat koleksi 3) Menerapkan revisi nama botani dalam buku register dan contoh kayu 1) Atlas kayu Indonesia jilid I dan Jilid II 2) Kayu perdagangan Indonesia, sifat dan kegunaannya 3) Memelihara dan merawat koleksi 4) Menerapkan revisi nama botani dalam buku register dan contoh kayu 1) Atlas Kayu Indonesia jilid II dan jilid III 2) Anatomi kayu dari berbagai propinsi (9 karya tulis) 3) Anatomi kayu Kurang Dikenal dari suku Aceraceae sampai Moraceae (5 karya tulis ) 4) Fosil kayu dari Jawa barat 2 artikel 5) Kayu berkhasiat obat (4 karya tulis) 6) Digitalisasi basis data Xylarium

5

Sri Rulliaty 2002-

1) Atlas kayu Indonesia Jilid IV (naskah) 2) Anatomi perbandingan kayu Gluta renghas dan Melanorhoea wallichii 3) Anatomi dan Kualitas kayu ( 5 artikel) 4) Anatomi kayu the least known spesies (5 artikel) 5) Anatomi Bambu (4 artikel) 6) Digitalisasi Basis data Xylarium 7) Renovasi Xylarium

Kurator keempat dijabat oleh penulis mulai dari tahun 1988 sampai tahun 2002. Penulis melanjutkan penulisan naskah Atlas Kayu jilid II yang tidak sempat diselesaikan oleh Iding Kartasujana. Penulis juga menerima daftar 133 jenis kayu kurang dikenal dari Kurator kedua Iding Kartasujana, yang kemudian ditanggapi oleh penulis sebagai pesan untuk dikerjakan. Selanjutnya melihat kondisi buku-buku register contoh kayu yang sudah lapuk dan data didalamnya terancam musnah, penulis berinisiatif menyalinnya ke dalam bentuk digital. Setelah terlebih dahulu mengikuti kursus komputer selama 2 bulan, penulis bersama rekan-rekan di Lab Anatomi Kayu menyalin data dalam buku-buku register contoh kayu kedalam bentuk digital. Dengan diamankannya data dalam register contoh kayu kedalam bentuk digital maka selamat pula koleksi tersebut karena tanpa dukungan data pendukungnya maka nilai koleksi contoh kayu hanya sama dengan kayu bakar saja. Kurator ke 5 dijabat oleh Dra Sri Rulliaty, MSc. Karyanya tertera dalam Daftar 4 dan masih bertambah lagi sejalan dengan masa tugasnya yang masih panjang.

14

Demikianlah sedikit informasi tentang para kurator yang sudah mengelola Xylarium Bogoriense ini. Semoga informasi ini dapat menjadi acuan bagi kurator penerus untuk melakukan apa saja yang perlu dilakukan guna perkembangan koleksi dan penelitian yang memerlukan tersedianya koleksi contoh kayu.

V. Penutup Menjelang usianya yang ke 100, Xylarium Bogoriense sudah mengumpulkan contoh kayu sebanyak 3001 jenis kayu. Di alam Indonesia diperkirakan terdapat 4000 jenis pohon kayu berarti perlu dikumpulkan 999 jenis lagi untuk melengkapinya. Pengumpulan diutamakan dari wilayah Papua dan pula-pulau kecil karena koleksi contoh kayu yang berasal dari wilayah itu jumlahnya sedikit atau belum ada sama skali. Sejak tahun 1985 material herbarium penyerta tidak lagi disimpan dan dipelihara oleh Kelti Botani/ Herbarium Pusat Penelitian dan pengemangan Konservasi Alam di Bogor. Ini berarti sebagian contoh kayunya tidak lagi didukung oleh material herbarium. Bilamana dikemudian hari diketahui ada kesalahan, pelacakan tidak mungkin lagi karena herbariumnya sudah tidak ada. Oleh karena itu mulai saat ini disarankan agar herbarium penyerta harus disimpan dan dipelihara sendiri oleh Xylarium Bogoriense. Publikasi anatomi kayu yang menggunakan koleksi contoh kayu dari Xylarium Bogoriense telah meningkat dari hanya 1 judul pada tahun 1920, lalu 6 judul pada tahun 1949, menjadi 66 judul pada tahun 2012. Beberapa hasil penelitian anatomi kayu sistematik menunjukkan bahwa studi anatomi kayu dapat membantu mangatasi problema taksonomi walau hanya sampai tingkat marga atau kelompok. Dengan demikian untuk mampu mengidentifikasi sampai tingkat jenis haruslah dengan metode lain. Klasifikasi dan identifikasi dengan metode DNA sudah dimungkinkan. Oleh karena itu hendaknya ada di kalangan anatomist kayu yang mendalami biologi molekuler. . Penerapan teknologi digital dalam manajemen informasi xylarium telah pula memungkinkan pelayanan identifikasi kayu menjadi lebih mudah dan lebih cepat. Tindakan lebih lanjut yang perlu dilakukan terhadap sistem informasi xylarium ini adalah pemutakhiran data termasuk perbaikan kesalahan pengetikan. Untuk pemutakhiran basis data identifikasi diperlukan tambahan data ciri mikro 158 marga dari kelompok the least known wood species yang jumlahnya 577 jenis. Bila dikerjakan sebanyak 20 jenis per tahun maka akan selesai dalam waktu 29 tahun. Terlalu lama. Bila dikerjakan sebanyak 100 jenis per tahun maka akan selesai dalam waktu 6 tahun. Ini dapat dicapai bila penelitiannya dilakukan oleh beberapa peneliti sekaligus. Koleksi contoh kayu rawan terhadap serangan serangga. Guna pemeliharaannya diperlukan freezer dengan kapasitas memadai untuk dapat dimasuki secara bergilir oleh 700 laci berisi contoh kayu dalam setahun, sekali masuk selama 4 hari dalam freezer. Setiap laci minimal masuk freezer 1 kali setahun (360 hari). Jika dihitung, diperoleh 8 laci per 4 hari harus bergilir masuk freezer. Untuk bisa menampung 8 laci diperlukan freezer kapasitas 1 m3. Sebaiknya minimal 2 freezer perlu diadakan untuk menjaga kemungkinan ada yang rusak tidak berfungsi. Ucapan terimakasih: ditujukan kepada Dra Sri Rulliaty, MSc. atas tambahan informasi dan kepada Bapak Andianto S.Hut. M.Si atas bantuan mengedit makalah ini. Juga kepada Ibu Tutiana atas bantuannya membuat potret anatomi kayu untuk penyajian dengan PwP.

15

Daftar Pustaka Abdurrohim, S. Mandang & Sutisna.2004 Anonim. 1974

Y.I. Atlas kayu Indonesia Jilid III. Pusat Penelitian dan U. Pengembangan Hasil hutan, Bogor

Artistien,S. & Mandang, Y.I, 2002.

Standardization of Nomenclature and Specification of Lesser Known and Lesser Utilized Species of Timber. Country Report from Indonesia. Ministry of Agriculture, Directorate General of Forestry, Indonesia Anatomi Dan Kualitas Kayu Hibiscus Macrophyllus Roxb. Dan Artocarpus heterophyllus Jarret. (Wood Anatomy And Fibre Quality Of Hibiscus macrophyllus Roxb. And Artocarpus heterophyllus Jarret). Bulletin Penelitian Hasil Hutan 20(3): 243-257.Thn. 2002. ISSN 0852-1638

Beeckman, H. tt

Beekman, 1920

A xylarium for the sustainable management of biodiversity: the wood collection of the Royal Museum for Central Africa, Tervuren, Belgium. http://apad.revues.org/3613. 26 Mei 2013. H.A.J.M, 78 Preanger houtsoorten, beschrijving, afbeelding en determinatietabel. Meded. Proefstation v.h. Boschwezen 5: 1-186

Bogidarmanti, R. 1986

Mempelajari struktur anatomi beberapa jenis kayu dari Irian Jaya. Laporan Praktek. Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam, IPB

Damayanti dan Mandang, Y.I. 2007.

Pedoman Identifikasi Kayu Kurang Dikenal. Guide to the identification of the lesser known wood species. Pusat Penelitian Dan pengembangan Hasil Hutan, Bogor

Damayanti dan Mandang, Y.I. 2007.

Anatomi Dan Kualitas Serat Kayu Kemenyan (Styrax spp.Styracaceae). (Wood Anatomy And Fiber Quality Of Kemenyan Wood (Styrax spp.-Styracaceae).Jurnal Penelitian Hasil Hutan 25(3):273-290.

Damayanti, R. and Rulliaty, S. 2009.

Wood Anatomy and Fiber Quality of Eight Least Known Timbers Belongs to Actinidiaceae and Bignoniaceae from Indonesia. Proceedings Indonesian Wood Research Society, Bogor.

Den Berger, L.G en H. Inleiding tot de herkening van hout in de praktijk. Meded. Beekman .1922 Proestation v.h. Boschwezen No. 7: 1-55. Den Berger, L.G dan Belangrijke Houtsoorten van Nederlandsch-Indie. Meded. F.H. Endert, 1925 Proefstation v.h. Boschwezen 11: 1-136

16

Den Berger, L.G.

Houtsoorten der Culturgebieden van Java en van Sumatra’s Oostkust. Meded. Proefstat. V.h. Boschwezen 13: 1-186

Den Berger LG, 1949

Determinatietabel voor houtsoortenvan van Malesie tot op familmilie of geslacht. Balai Penyelidikan Kehutanan, Bogor, Indonesia

Den Berger, LG. 1923

Fossiele houtsoorten uit het Tertiar van Zuid Sumatra. Verh. Geol. Mijnbowkundig Genootschap voor Nederland en Kolonien. Geol. Ser,. Dl 6:143-148

Den Berger, LG. 1927

Unterscheidungsmerkmale von rezenten und fossielen Dipterocarpaceengattungen. Bull. Jard. Bot. De Buitenzorg, Ser 3, vol. 9:223-248

Dewi, L. M., Y. Mandang and I. Wahyudi. 2009

Fajar, M. 2011.

Hildebrand, F.H. 1952

I. Wood Anatomy and Fibre Quality of Platea spp.Icacinaceae. Paper presented at the 1st International Symposium of Indonesian Wood Research Society. Bogor, 2-3 November, 2009.

Sifat Anatomi The least Known Species suku Magnoliaceae. (Jenis kayu Talauma gigantifolia Miq., T. liliifera O.K., T. rubra Miq, dan T. singapurensis Ridl.) Skripsi Sarjana. Departemen Hasil Hutan, IPB. Belum dipublikasikan. Nama-nama kesatuan untuk jenis-jenis pohon yang penting di Indonesia. Pengumuman Istimewa No. 6, Balai Penyelidikan Kehutanan Bogor.

Kartasujana, I dan A. Kayu perdagangan Indonesia, Sifat dan Kegunaannya. Martawijaya. 1979 Gabungan Pengumuman No. 3 dan No. 56, Lembaga Penelitian Hasil hutan Bogor Klaasen, R. 1998

Wood Anatomy of Sapindaceae. Rijks-Universiteit, Leiden

Krisdianto, 2007

Anatomi dan kualitas serat 6 jenis kayu kurang dikenal dari Cianjur Selatan, Jawa barat. Jurnal penelitian Hasil Hutan 25(3):183-202

Lowe, A.J and Cross. 2011

H.B. The aplication of DNA methods for timber tracking and origin verification. IAWA Journal 32(2): 251-262.

Martawijaya, A dan I. Ciri umum, sifat dan kegunaan jenis-jenis kayu indonesia. Kartasujana, 1977. Publikasi khusus No. 41, Lembaga Penelitian Hasil Hutan, Bogor

17

Mandang, Y.I. 1986

Anatomi Dan Identifikasi Empat Belas Jenis Kayu Dari Maluku, (Anatomy And Identification Of Fourteen Wood Species From Maluku). Jurnal Pen. H.H. 3(4):13-27

Mandang, Y.I. 1986

Anatomi Dan Identifikasi Sepuluh Jenis Kayu Dari Kalimantan Timur. (Anatomy And Identification Of Ten Wood Species From East Kalimantan). Jurnal. Pen. H.H. 3(4): 3445

Mandang, Y.I. 1987

Pemilahan Jenis Kayu Kapur Sintok (Dryobalanops oocarpa V.Sl.) Dari Jenis Jenis Kayu Kapur Lainnya. (Differentiation Of Kapur Sintok (Drobalanops oocarpa V.Sl.) From Other Kapur Wood Species) Jurnal Penelitian Hasil Hutan 4(2): 50-55.

Rulliaty, S. & Y.I. Mandang , 1988.

Struktur Anatomi Beberapa Jenis Kayu Hutan Tanaman Industri. (Anatomical Structure Of Several Wood Species From Industrial Wood Plantation) Jurnal. Pen. H.H. 5(6): 321-325

Mandang ,Y.I. 1988.

Anatomi Perbandingan Kayu Cendana (Santalum album L. Dan Eksokarpus (Exocarpus latifolia R.Br.). (Comparative Wood Anatomy Of Cendana Wood (Saltalum album Lin.) And Exocarpus Wood (Exocarpus latifolia R.Br.) Jurnal Pen. H.H. 5(6): 360-364

Mandang, Y.I. dan N. Sumarliani, 1989.

Anatomi Dan Identifikasi Sembilan Belas Jenis Kayu Dari Sulawesi. (Anatomy And Identification Of Nineteen Wood Species From Sulawesi). Jurnal Penelitian Hasil Hutan 6(1): 21-35.

Mandang, Y.I. 1990.

Anatomi Dan Identifikasi Tujuh Belas Jenis Kayu Kurang Dikenal (Aceraceae S/D Caesalpiniaceae). Anatomy And Identificartion Of Seventeen Lesser Known Wood Species (Aceraceae-Caesalpiniaceae). Jurnal Pen. H.H. 8(2): 55-69.

Mandang, Y.I. 1991

Kayu Raja Sumatra, Sudah Langka Atau Masih Langka. Prosiding Seminar Dan Kongres Nasional Biologi X. Bogor, 24-26 September 1991. Perhimpunan Biologi Indonesia.

Mandang, Y.I. 1991

Anatomi Dan Identifikasi 21 Jenis Kayu Kurang Dikenal ( Casuarinaceae s/d Euphorbiaceae). (Anatomy And Identification Of Twenty One Lesser Known Wood Species (Casuarinaceae-Euphorbiaceae). Jurnal Pen. H.H. 9(1): 523

Mandang, Y.I. 1992

Anatomi Dan Identifikasi Sepuluh Jenis Kayu Dari Sulawesi Utara. (Anatomy And Identification Of Ten Wood Species From North Sulawesi). Jurnal Pen. H.H. 10(5): 167-178.

18

Mandang, Y.I. 1993

Anatomi Dan Identifikasi Sembilan Jenis Kayu Kurang Dikenal Dari Suku Meliaceae. (Anatomy And Identification Of Nine Lesser Known Wood Species Of Meliaceae). 23Jurnal Pen. H.H. 11(3): 92-100

Mandang, Y.I. 1993

Anatomi dan Identifikasi Tujuh Jenis Kayu dari Sulawesi Tengah. (Anatomy And Identification Of Seven Wood Specie26s From Central Sulawesi). Jurnal. Pen. H.H. 11(6): 211-216.27

Mandang, Y.I. 1993

Anatomi Dan Identifikasi Tujuh Jenis Kayu Dari Maluku Utara. (Anatomy And Identification Of Seven Wood Species From N30orth Maluku).Jurnal Pen. H.H. 11(7): 286-293. Mandang, 31Y.I. 1993

Mandang, Y.I. 1994

Anatomi Dan Identifikasi Sebelas Jenis Kayu Kurang Dikenal Dari Suku Mimosaceae, Myristicaceae dan Moraceae (Anatomy And Identification Of Eleven Lesser Known Wood Species Of Mimosaceae, Myristicaceae And Moraceae). . Jurnal Pen H.H. 12(1):9-20.

Mandang, Y.I. 1996.

Anatomi Delapan Jenis Kayu Kurang Dikenal Dari Suku Flacourtiaceae Sampai Juglandaceae. (Anatomy And Identification Of Eight Wood Species Of Flacourtiaceae To Juglandaceae). Bulletin Pen. H.H. 14(1): 31-44

Mandang, Y.I. 1996.

Pencarian Pengganti Kayu Jelutung Untuk Bahan Baku Batang Pensil. (A Search For Jelutung Substitute For Pencil Slat). Buletin Pen. H.H. 14(6): 211-230.

Mandang, Y.I. 1998

Wide Rays in Casuarina and Gymnostoma. Proceeding The Second International Wood Science.Seminar. JSPS-LIPI, Serpong, Indonesia

Mandang, Y.I. & Barly. 1996

Kemungkinan pemanfaatan jenis kayu Indonesia untuk pengganti kayu pok (Possible Utilization of Indonesian wood species for Guajacum substitute). Bull. Penelitian Hasil Hutan 14(10): 405-416.

Mandang,Y.I. & Usep Sudardji. 2001.

Anatomi Dan Kualitas Serat Sembilan Jenis Kayu Dari Kalimantan Timur. (Anatomy And Fibre Quality Of Nine Wood Species Fronm East Kalimantan). Bulletin Pen. H.H. 19(1): 47-67

Mandang, Y.I. dan Usep Sudardji, 2000

Anatomi Dan Kualitas Serat Dua Puluh Jenis Kayu Dari Kawasan Barat Indonesia.(Anatomy And Fibre Quality Of Twenty Wood Species From Indonesia Wet Region). Bulletin Pen. H.H. 18(3): 163-208.

19

Mandang, Y.I. & Krisdianto. 2001

Wood Anatomy Of Five Major Species From Jambi. Buletin Pen. H.H. 19(2):117-136.

Mandang, Y.I. & Usep Sudarji. 2001

Anatomi dan kualitas serat 10 jenis kayu andalan dari Jawa Barat. Info Hasil Hutan 8(1):41-69.

Mandang, Y.I. & Bambang Wiyono, 2002.

Anatomi Kayu Gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk.) Dan Beberapa Jenis Sekerabat. (Anatomy of Gaharu Wood (Aquilaria malaccensis Lamk) And Several Related Species). Bulletin Penelitian Hasil Hutan 20(2):107-126. Thn. 2002. ISSN 0852-1638

Mandang, Y.I. & Noriko Kagemori. 2003

A Fossil Wood Of Dipterocarpaceae From Pliocene Deposit In The West Region Of Java Island. Forest Products Research Bulletin 21(3) :259-275.

Mandang, Y.I. dan Herpin Suhaendra, 2003.

Sifat–Sifat Kayu Nyatoh (Palaquium obtusifolium Burck) Sehubungan Dengan Kemungkinan Penggunaannya Untuk Bahan Baku Batang Pensil. Bulletin Penelitian Hasil Hutan 21(1): 1-14. Thn. 2003. ISSN 0852-1638

Mandang, Y.I. 2004

Anatomi Pepagan Pulai Dan Beberapa Jenis Sekerabat. (Bark Anatomy Of Pulai And Several Allied Species). Journal of Forest Products 22(4): 247-261

Mandang, Y.I. 2005

Aplikasi Program Komputer Sql Server Untuk Identifikasi Jenis Jenis Kayu Asia Tenggara. (Aplication Of SQL Server Computer Program For Identification Of South Asian Timbers). Info Hasil Hutan 11(1): 65-85

Mandang Y.I. 2006

Digitalisasi Basis Data Xylarium Puslitbang Hasil Hutan Bogor.(Digitalisation Of Xylarium Database Of The Forest Products Research And Development Center Bogor) Info Hasil Hutan 12(2) 75-85

Mandang, Y.I., Dimas Putro & B. Kurniawan, 2005

Kunci (Komputer) Identifikasi Kayu Versi 2.2 (Wood Identification: A Computer Key –Version 2.2.) Puslitbang Hasil Hutan, Bogor.

Mandang, Y. I. & I. Ktut Pandit .1997.

Pedoman Identifikasi Kayu Di Lapangan. (Guide To Wood Identification In The Field). Prosea Indonesia, Bogor

Mandang, Y.I. & Andianto.2007.

Anatomi kayu pasak bumi (Eurycoma longifolia Jack) dan beberapa jenis kayu suku Simaroubaceae)- (Wood Anatomy Of Pasak Bumi (Eurycoma Longifolia Jack) And Several related Wood Species within Simaroubaceae).

Mandang, Y.I. & D. Martono.2007.

Identifikasi Kayu Dari Perahu Kuno Yang Tergali Di Tepi Bengawan Solo, Bojonegoro-( Identification Of Wood From Ancient Boat Excavated From River Bank Of Bengawan

20

Solo, Bojonegoro). Info Hasil Hutan 13(1): 40-47. Mandang, Y.I.2007.

Anatomi Kayu Dan Pepagan Gemor (Alseodaphne foetida Kosterm.)- (Wood And Bark Anatomy Of Gemor (Alseodaphne foetida Kosterm.). Info Hasil Hutan 13(2): 99112.

Mandang, Y.I., R. Damayanti, T. E. Komar dan S. Nurjanah. 2008

Pedoman idenifikasi kayu ramin dan kayu mirip ramin. Badan Penelitian dan pengembangan Kehutanan bekerjasama dengan International Tropical Timber Organization.

Mandang, Y.I. 2009

Indentification of Wood Flour. Is it possible? Paper presented at the 7th Pacific Region Wood Anatomy Conference, Kuala Lumpur, Malaysia.

Mandang, Y.I., Syafrial dan Zulkarnaen NS, 2012

Sistem Informasi Xylarium Bogoriense .Versi 2012 F.

Martawijaya A. I. Kartasujana, A.P. Suwanda, Y.I. Mandang. 1989.

Atlas Kayu Indonesia Jilid II. (Indonesian Wood Atlas. Vol. II) Pusat Penelitian Hasil Hutan, Bogor

Meiva, Y. 200

Studi pemakaian kayu agathis (Agathis loranthifolia Salisb.) dan kemiri (Aleurites moluccana (L.) Wild.) untuk bahan baku bilah pensil Skripsi. Fakultas kehutanan IPB

Miller , R.B. 1975

Systematic anatomy of the xylem and comment on the relationship of Flacourtiaceae. Journal of Arnold Arboretum 56: 20-102

Noshiro, S . and P. Baas.1998

Systematic wood anatomy of Cornaceae and alies. IAWA Bull. 19(1): 43-97

Oey Djoen Seng, 1964

Berat jenis dari jenis-jenis kayu Indonesia dan pengertian beratnya kayu untuk keperluan praktek. Pengumuman LPHH No1. Bogor (terjemahan oleh Soewasono, PH)

Pandit, I.K.N. 1973

Struktur anatomi beberapa jenis kayu tengkawang (Shorea spp. Tesis. Fakultas Kehutanan IPB.

Prasetyo, A. 2009.

Struktur Anatomi dan Kualitas serat enam jenis kayu sangat kurang dikenal dari famili Fabaceae. (Leucaena glabrata Rose, L. pulverulenta Benth, Pithecellobium angulatum Benth, P. jiringa Prain, Serianthes grandiflora Benth, Serianthes minahasae Harms). Skripsi Sarjana. Departemen Hasil Hutan, IPB. Belum dipublikasikan

21

Rulliaty, S. 1990

Perbandingan anatomi kayu Gluta renghas dengan Melanorhoea wallichii. Jurnal Penelitian hasil hutan 8(2): 7780

Rulliaty, S. 2005

. Beberapa Jenis Kayu Alternatif Penganti Ramin, PROSIDING Seminar Nasional MAPEKI VII, Tenggarong, 3-5 September 2005

Rulliaty, S. 2007.

Jenis-Jenis Kayu Yang Dapat Dimanfaatkan Sebagai Substitusi Kayu Ramin RANTING, Warta Hasil Hutan, Vo.2 No.1, Maret 2007, Puslitbang hasil Hutan, Bogor

Rulliaty, S. dkk. 2010 Sifat dasar dan kegunaan bambu. Laporan Hasil Penelitian. Belum dipublikasikan. Bogor. (jenis bambu tutul Bambusa maculata dan bambu hitam Gigantochloa atriviolacea ) Rulliaty, S. dkk. 2011

Sifat dasar dan kegunaan bambu. Laporan Hasil Penelitian. Belum dipublikasikan. Bogor. (jenis bambu apus Gigantochloa apus dan bambu andong Gigantochloa pseudoarundinacea)

Rulliaty, S. dkk. 2012.

Sifat dasar jenis kayu Jawa Barat. Laporan Hasil Penelitian, Belum dipublikasikan. Bogor. (Jenis kayu ki cau Pisonia umbelliflora (Forst) Seem)

Rulliaty, S. dkk. 2012

Sifat dasar dan kegunaan bambu. Laporan Hasil Penelitian. Belum dipublikasikan. Bogor. (jenis bambu mayan Gigantochloa robusta dan bambu petung Dendrocalamus asper ) Identifikasi Jenis-jenis Kayu konifer Indonesia Yang pentingpenting. Rimba Indonesia Th. 10, no. 2-3, Bogor

Soewarsono, PH, 1965

Sarayar, Ch. G. 1975

Struktur anatomi kayu meranti Indonesia. Laporan Lembaga Penelitian Hasil Hutan No 71, Bogor

Sidiyasa, K and P. Baas

Ecological and sytematic anatomy of Alstonia IAWA Bull. 1992): 207-229

Sterrn, W.L. 1988

Index Xylariorum. Institutional wood collections of the world 3. IAWA Bull. N.s. 9(2) 203-252

Suhendar, S. 2007

Anatomi beberapa jenis kayu suku Apocynaceae. Skripsi, Fahutan IPB.

Sulistyobudi, A. 1993

Struktur xylem sekunder dan taksonomi kayu famili Sapotaceae dari Asia Pasifik. Fakultas kehutanan Universitas Mulawarman

22

Terada, K., N. Kagemori, S. Kawai, Y.I. Mandang, R. Srivastava and Y. Kagemori, 2012 Wibowo, P.M. 1994

What fossil wood can tell. Wood Culture Symposium. Kyoto University, Japan

Wijanarko, H. 1991

Struktur anatomi beberapa jenis kayu kurang dikenal yang mungkin dapat digunakan sebagaipengganti ramin.Skripsi Fakultas Kehutanan IPB

Struktur anatomi kayu Adina spp. Famili Rubiaceae. Skripsi Fakultas Kehutanan IPB.

23

Lampiran 1.

THE LEAST KNOWN WOOD SPECIES OF INDONESIA (Jenis dengan latar kelabu berarti sudah atau sedang dikerjakan)

1

2 3

4

5

7

Family ACTINIDIACEAE (Ratih Damayanti, MSi)

AMPELIDACEAE ANACARDIACEAE

ANNONACEAE

APOCYNACEAE Sansan Suhendar, S.Hut.-

ARALIACEAE

1

Genus Saurauia

2 3 4

Leea Lannea Melanorrhoea

5 6 7 8 9 10

Rhus Anaxagorea Annona Goniothalamus Meiogyne Saccopetalum

11 12 13 14

Sageraea Stelechocarpus Trivalvaria Ervatamia

15

Kiekxia

16

Kopsia

17 18

Lepiniopsis Ochrosia

19

Plumiera

20

Rauwolfia

21 22 23 24 25

Tabernaemonta na Voacanga Aralia Aralidium Arthrophyllum

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40

Species Saurauia bracteosa DC S. capitulate Smith S. macrantha Smith S. spadicea Bl. S. nudiflora DC Leea angulata Korth Lannea coromandelica Merr. Melanorhoea ?aptera King M. wallichii Hook. f Rhus taitensis Guillem. Anaxagorea sp Annona muricata L Goniothalamus giganteus h. f et Th. Meiogyne montana Back. Saccopetalum horsfieldii Benn. Saccopetalum kollsii Kosterm Sageraea lanceolata Miq. Stelechocarpus burahol Hook. Trivalvaria sp. Ervatamia macrocarpa Merr. Ervatamia sphaerocarpa Burkill Ervatamia (3) Kiekxia arborea Bl. K. wigmannii Kds. Kiexia (1) Kopsia arborea Kopsia flavida Bl Lepiniopsis ternatensis Val. Ochrosia ?acuminata Trimen Ochrosia fsifolia Mgf. Ochrosia glomerata Val. Ochrosia oppositifolia K. Schum. Ochrosia (5) Plumiera acuminate Ait. Plumiera rubra L. Rauwolfia amsoniifolia DC Rauwolfia javanica K. et V. Rauwolfia ?sumatrana Jack Rauwolfia (5) Tabernaemontana

41 42 43 44

Voacanga foetida Rolfe. Aralia (1) Aralidium Arthrophyllum diversifolium Bl.

24

26

Boerlagiodendro n

45 46 47

Arthrophyllum ovatum Ridl. Arthrophyllum lanceolatum Miq. Boerlagiodendron ?celebicum Harms

48

50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65

Boerlagiodendron pachycephalum Harms Brassaiopsis speciosa Decne et Planch Gilibertia (1) Kissodendron (1) Macropanax dispermum O. Ktze Macropanax (1) Oreopanax Schefflera aromatica Harms Tetraplasandra koordersii Harms Trevesia sundaica Miq. Jacaranda acutifolia H. et B. Millingtonia hortensis L.f. Oroxylon indicum Vent. Spathodea campanulata P.B. Tecoma Tournefortia argentea L.f. Buxus ?rolfei Vidal Amherstia nobilis Wall.

66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78

Dansera procera Steen. Endertia spectabilis V.St. et De Wit Erytroploem quinense Don Gleditschia rolfei Vid. Haematoxylon campechianum L. Hymenaea courbaril L. Peltophorum dasyrachis Kurz Peltophorum grande Prain Peltophorum pterocarpa Bark. Peltophorum (4) Tamarindus indica L Uittienia modesta Steen. Crataeva membranifolia Miq.

79 80

Crataeva nurvala Ham. Viburnum samburinum Bl.

81 82 83 84

Elaeodendron glaucum Pers. Elaeodendron (1) Gymnosporia (1) Kurrimia paniculata Val.

85 86 87 88

Kurrimia robusta Kurz Kurrimia (3) Microtropis sumatrana Merr. Microtropis (2)

49

8

BIGNONIACEAE (Ratih Damayanti, MSi)

9 10 11

BORAGINACEAE BUXACEAE CAESALPINIACE AE

12

13 14

CAPPARIDACEA E CAPRIFOLIACEA E CELASTRACEAE

27 28 29 30

Brassaiopsis Gilibertia Kissodendron Macropanax

31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41

Oreopanax Schefflera Tetraplasandra Trevesia Jacaranda Millingtonia Oroxylon Spathodea Tecoma Tournefortia Buxus

42 43 44 45 46 47 48 49

Amherstia Dansera Endertia Erytroploem Gleditschia Haematoxylon Hymenaea Peltophorum

50 51

Tamarindus Uittienia

52

Crataeva

53 54

Viburnum Elaeodendron

55

Gymnosporia Kurrimia = Bhesa

56

57

Microtropis

25

15

16 17 18 19 20

21 22 23 24

25

CHLORANTHACE AE CLETHRACEAE COMPOSITAE CONNARACEAE CORYNOCARPA CEAE CUNONIACEAE

CUPRESSACEAE DAPHNIPHYLLAC EAE ERICACEAE ERYTHROXYLAC EAE

EUPHORBIACEA E

58

Solenospermum

59

Ascarina

60 61 62

Clethra Olearia Ellipanthus

63 64 65

Corynocarpus Aistopetalum Opocunonia

66 67

Pullea Spiraeanthemu m

68

Spiraeopsis

69

Cupressus

70 71

Daphniphyllum Vaccinium

72

Erythroxylon

73 74 75 76 77 78 79 80

Acalypha Aleurites Botryophora Breynia Cephalomappa Cheilosa Choriophyllum Claoxylon

81

Cleidion

82

Coccoceras

83

Dicoelia

89 90 91 92 93 94

Solenospermum javanicum Zoll. Solenospermum ledermannii Loes. Solenospermum micrantom Loes Solenospermum ?toricellense Loes. Solenospermum toxicum Loes. Ascarina (1)

95 96 97 98 99

103 104

Ascarina (2) Clethra sumatrana J.J.S Olearia (1) Ellipanthus (1) Corynocarpus australasica C.T. White Aistopetalum viticoides Schltr. Opocunonia kaniensis Schltr. Opocunonia papuana Kaneh et Hatus. Pullea versteeghii Perry Spiraeanthemum idenburgense Perry

105 106 107 108 109 110

Spiraeanthemum puleanum Schltr. Spiraeopsis aglaiaeformis Perry Spiraeopsis celebica Bl. Spiraeopsis micrantha Perry. Cupressus sempevirens L. Daphniphyllum (4)

111 112 113

Vaccinium dempoense Fawcet Vaccinium latissimum JJS Erythroxylon cuneatum Kurz

114 115 116 117

Erythroxylon ecarinatum Burck Erythroxylon (1) Erythroxylon (4) Acalypha caturus Bl

118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132

Aleurites moluccana Bl. Botryophora geniculata Miq. Breynia (10 Cephalomappa (10 Cheilosa Montana Bl. Cheilosa malayanum Benth. Claoxylon longiflorum Miq. Claoxylon polut Merr. Cleidion javanicum Bl. Cleidion (2) Coccoceras borneense Coccoceras sumatrana Coccoceras (3) Coccoceras (4) Dicoelia (1)

100 101 102

26

84 85

Excoecaria Galearia

86 87

Gelonium Glochidion

88 89

Homalanthus Homonoia

90

Melanolepis

91 92 93

Moultonianthus Neotrewia Ostodes

94

Phyllanthus

95

Podadenia

96 97 98 99

Putranjica Trigonopleura Wetria Blumeodendron

133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156

170 171 172 173 174

Excoecaria agalocha Bl. Galearia celebica Kds Galearia (1) Galearia (2) Gelonium glomeculatum Hassk Glochidion arborescens Bl Glochidion borneense Boerl. Glochidion capitatum J.J.S. Glochidion insigne J.J. S. Glochidion kolmannianum J.J.S. Glochidion macrocarpum Bl. Glochidion obscurum Hook. F. Glochidion philippicum Robins. Glochidion rubrum Bl. Glochidion superbum Baill. Glochidion zeilanicum Juss. Glochidion (1) Glochidion (3) Glochidion (4) Glochidion (5) Glochidion (17) Homalanthus Muell. Arg. Homonoia javensis Muell. Arg. Melanolepis multiglandulosa Reichb. f. et Zoll. Moultonianthus leembruggianus Steen. Neotrewia cumingii Pax rt Hoffm. Ostodes paniculata Bl. Ostodes pendula A. meeuwse Phyllanthus emblica l. Phyllanthus indicus Muell. Arg. Podadenia (1) Podadenia (2) Putranjica roxburghii Wall. Trigonopleura malayana Hook. F. Wetria macophylla J.J. S. Blumeodendron kurzii JJS Blumeodendron ?subrotundifolium Merr. Blumeodendron tokbrai Kurz. Blumeodendron (1) Blumeodendron (3) Blumeodendron (6) Erythrospermum candidum Gilg.

175 176 177 178

Flacourtia indica Merr. Flacourtia inermis Roxb. Flacourtia nrukam Z. et M. Pangium edule Reinw.

157

26

FLACOURTIACEAE

100 101

Erythrospermu m Flacourtia

102

Pangium

158 159 160 161 162 163 164 165 166 167 168 169

27

27 28

29

30

31

GNETACEAE GUTTIFERAE

HAMAMELIDACE AE

HIMANTANDRAC EAE ICACINACEAE

JUGLANDACEAE

103 104

Paropsia Ryparosa

105 106

Scolopia Taraktogenos

107 108 109

Xylosma Gnetum Kayea

111

Ochrocarpus

112

Pentaphalangiu m

113 114 115

Distylium Rhodoleia Sycopsis

116 117 118

Himantandra Apodytes Citronella

119 120

Gompandra Gonocaryum

121 122

Medusanthera Uranda

123

Engelhardtia

179 180 181 182 183 184 185 186 187 188 189 190 191 192 193 194 195 196 197 198 199 200 201 202 203 204

Paropsia vareciformasi Mast. Ryparosa caesia Bl. Ryparosa javanica Kurz. Ryparosa kunstleri King Ryparosa micromera V.St. Ryparosa multinervosa V.Sl Ryparosa (4) Ryparosa (7) Ryparosa (8) Scolopia spinosa Warb Taraktogenos gracilis V.Sl. Taraktogenos kunstleri King Taraktogenos polypetala V.Sl. Xylosma amara Kds. Gnetum gnemon L Kayea (2) Kayea (3) Kayea (4) Kayea (5) Kayea (6) Kayea (7) Kayea (8) Kayea (9) Ochrocarpus excelsus Vescue Ochrocarpus (2) Pentaphalangium latissimum Lauterb.

205 206

Pentaphalangium pachycapum A.C. Smith. Distylium stelare O.K.

207 208 209

Rhodoleia teysmannii Miq. Sycopsis dunnii Hemsl. Himantandra belgraveana F. v. Muell.

210 211 212 213 214 215 216 217 218 219 220 221 222 223 224

Apodytes (1) Citronella (1) Citronella (2) Citronella (4) Citronella (5) Gompandra (1) Gonocaryum (1) Gonocaryum (4) Medusanthera papuana Howard Uranda celebica Howard Uranda scorpioides O. Ktze Uranda secundiflora O. Ktze Uranda (4) Engelhardtia serrata Bl Engelhardtia spicata var. aceriflora K. et. V.

28

225

32

LAURACEAE

124

Endiandra

125

Lindera

33 34

LECYTHIDACEAE LILIACEAE

126 127

Chydenanthus Pleomele

35

LOGANIACEAE

128

Couthovia

129 130 131

Crateriphytum Geniostoma Strychnos

132

Aromadendron

36 MAGNOLIACEAE

133

37

38

MELASTOMATAC EAE

MELIACEAE (Y. Mandang)

134

135

Talauma

252 253 254 255 256

Engelhardtia spicata var genuine K. et V. Engelhardtia wallichiana Lind. Engelhardtia (2) Engelhardtia (6) Engelhardtia (7) Engelhardtia (8) Engelhardtia (9) Engelhardtia (10) Engelhardtia (11) Endiandra kingiana Gamble Endiandra rubescens Miq. Endiandra (2) Endiandra (4) Lindera polyantha Boerl. Lindera subumbelliflora K. schum Lindera (4) Chydenanthus excelsus Miers Pleomele angustifolia N.E.Br. Pleomele linearifolia N.E.Br. Pleomele (2) Couthovia celebica Kds Couthovia leucocarpa M. et P. Couthovia (2) Crateriphytum molucanum Scheff. Geniostoma (1) Strychnos ligustrina Bl. Aromadendron elegans Bl. Var glauca Dandy Aromadendron elegans Bl. Var (2) Aromadendron elegans Bl. Var (3) Aromadendron elegans Bl. Var (4) Talauma ?gigantifolia Miq. Talauma liliifera O.K.

257 258 259 260 261

Talauma rubra Miq. Talauma singaporensis ridl. Talauma (5) Talauma (8) Kibessia azurea DC

262 263 264 265 266 267 268 269

Kibessia cordata Korth. Kibessia galeata Cogn Amoora culcullata Roxb. Amoora rubiginosa Hiern. Amoora (3) Amoora (4) Amoora (5) Amoora (9)

226 227 228 229 230 231 232 233 234 235 236 237 238 239 240 241 242 243 244 245 246 247 248 249 250 251

Kibessia

Amoora

29

39

FABACEAEMimosoideae Fajar

136

Lansium

137

Melia

138

Reinwardtioden dron

148

Archiodendron

140

Leucaena

141

Pithecellobium

142 143

Samanea Serianthes

144

Idenburgia

40 MONIMIACEAE

41

42

MORACEAE

MYRICACEAE

145

Kibara

146 147 148

Trimenia Allaeanthus Parartocarpus

149

Paratrophis

150 151 153 154

Pseudotrophis Sloetia Taxotrophis Myrica

270 271 272 273 274 275 276 277

Amoora (10) Lansium domesticum Jack Lansium humile Hassk. Lansium (3) Melia azedarach L Melia dubia Cav. Melia excelsa Jack Reinwardtiodendron celebicum Kds.

278

Archiodendron clipearia

279 280 281 282 283 284 285 286 287 288 289 290 291 292 293 294 295

Archiodendron parviflorum Pull. Leucaena glabrata Rose Leucaena glauca benth. Leucaena perverulenta Benth. Pithecellobium angulatum Benth. Pithecellobium bubalinum Benth. Pithecellobium clypearia benth. Pithecellobium elipticum Hassk. Pithecellobium jiringa Prain Pithecellobium rosulatum Kosterm. Pithecellobium splendens Corn. Pithecellobium umbellatum Benth Pithecellobium (12) Samanea saman merr. Serianthes grandiflora Benth Serianthes minahassae M. et P. Idenburgia novoguinensis A.C. Smith.

296 297 298 299 300 301 302 303 304 305 306 307 308 309 310 311 312 313 314 315 316 317

Idenburgia (1) Idenburgia (3) Idenburgia (4) Kibara coriaceae Hook. F. et Th. Kibara (2) Trimenia (1) Allaeanthusluzonicus F. Vill. Parartocarpus bracteatus Becc. Parartocarpus ?involucratus Warb. Parartocarpus triandus JJS Parartocarpus venenosus Becc Parartocarpus (2) Parartocarpus (4) Parartocarpus (6) Parartocarpus (9) Paratrophis Paratrophis glabra V.St. Paratrophis (3) Pseudotrophis ?laxyflora warb. Sloetia elongata Kds Taxotrophis macrophylla Boerl. Myrica longifolia T. et B.

30

43

MYRISTICACEAE

155

Horsfieldia

44

MYRTACEAE

156

Aegiceras

157 158

Baeckea Cleistocalyx Kjelbergiodendr on Mearnsia Melaleuca

159 160 161

318 319 320 321 322 323 324 325 326 327 328 329 330 331 332 333 334 335 336 337 338 339

Horsfieldia glabra Warb. Horsfieldia globularis Warb. Horsfieldia irya Warb. Horsfieldia sylvestris warb Horsfieldia (1) Horsfieldia (3) Horsfieldia (5) Horsfieldia (8) Horsfieldia (9) Horsfieldia (11) Horsfieldia (12) Horsfieldia (13) Horsfieldia (14) Horsfieldia (15) Horsfieldia (16) Horsfieldia (17) Horsfieldia (18) Aegiceras corniculatum Blanco Aegiceras floribundum Roem et Sch. Baeckea frutexcens Bl. Cleistocalyx operculata M. et P. Kjelbergiodendron celebicum Merr

340 341 342 343 344

350 351 352 353 354 355 356 357 358 359

Mearnsia ramiflora Diels Melaleuca angustifolia Gaertn. Melaleuca leucadendron L Melaleuca leucadendron L Melaleuca leucadendron L var cayupuyi Melaleuca leucadendron L. var minor Melaleuca leucadendron L.var timor Melaleuca leucadendron L var Tanimbar Metrosideros nigriviridis Steen. Metrosideros paralelinervis C.T. White Metrosideros parviflora C.T. White Metrosideros petiolata Kds Metrosideros pullei Diels Metrosideros vera Roxb. Metrosideros (3) Metrosideros (4) Octamyrtus lanceolata CT White Psidium guajava L. Xanthostemon convertiflorum Pisonia umbelifera Seem.

360 361 362 363

Ouratea angustifolia Bail Ouratea (2) Anacolosa (1) Fraxinus griffithii Clarke

345 346 347 162

Metrosideros

163 164 165

Octamyrtus Psidium Xanthostemon

46

NYCTAGINACEA E OCHNACEAE

166 167

Pisonia Ouratea

47 48

OLACACEAE OLEACEAE

168 169

Anacolosa Fraxinus

45

348 349

31

170

Linociera

171

Olea

49

OXALIDACEAE

172

Averrhoa

50

PAPILIONACEAE

173 174 175 176 177

Butea Derris Gliricidia Inocarpus Millettia

178

Pericopsis

179 180 181

Pongamia Sesbania Toluifera Zylocarpa

182 183 184 185 186 187

Dacrycarpus Finschia Hakea Macadamia Maesopsis Rhamnus

188

Ceriops

189 190 191

Combretocarpu s Kandelia Rhizophora

192 193 194 195

Angelesia Atuna Photinia Prunus

196

Pygeum

51 52

PODOCARPACEA E PROTEACEAE

53

RHAMNACEAE

54

RHIZOPHORACE AE

55

ROSACEAE

364 365 366 367 368 369 370 371 372 373 374 375 376 377 378 379 380 381 382 383 384 385 386 387 388 389 390

Linociera celebica Kds Linociera ?macrophylla Wall. Linociera macrocarpa Kds Linociera (3) Linociera (5) Linociera (6) Linociera (7) Olea javanica Knobl. Olea paniculata R.Br. Olea (2) Averrhoa bilimbi L Averrhoa carambola L Butea monosperma Taub. Derris microphylla Val. Gliricidia sepium Steud. Inocarpus fagiforus Fosb. Millettia astropurpurea B. et H. Millettia xylocarpa Miq. Millettia (2) Millettia (4) Pericopsis mooniana Thw Pericopsis (2) Pongamia pinnata merr. Sesbania grandiflora Toluifera balsamum L. Zylocarpa Dacrycarpus

391 392 393 394 395 396

Finschia (1) Hakea (1) Macadamia hildebrandii V.St. Maesopsis eminii Engl. Rhamnus lanceifolius V.St. Ceriops roxburghiana Arn.

397 398

Ceriops tagal C.B. Rob. Combretocarpus

399 400 401 402 403 404 405 406 407 408 409 410

Kandelia kandel Druce Rhizophora apiculata Bl. Rhizophora mucronata lamk. Rhizophora stylosa Grif. Angelesia spledens Korth. Atuna Photinia serrulata Lindl. Prunus acuminata Hook. F. Prunus javanica Miq. Pygeum latifolium Miq. Pygeum melanocarpum M. et P. Pygeum parviflorum T. et B.

32

56

RUBIACEAE

197 198 199

Hypobathrum Lachnostoma Mitragyna

200

Morinda

201 202

Petunga Plectronia

203 204

Psychotria Randia

205

Tarenna

206

Tricalysia

207

Wendlandia Aegle Chloroxylon Feroniella Merillia Micromelum Tetractomia Meliosma

Salix Exocarpus Santalum

57

RUTACEAE

58

SABIACEAE

208 209 210 211 212 213 214

59 60

SALICACEAE SANTALACEAE (Y. Mandang)

215 216 217

411 412 413 414 415 416 417 418 419 420 421 422 423 424 425 426 427 428 429 430 431 432 433 434 435 436 437 438 439 440 441 442 443 444 445 446 447 448 449 450 451 452 453 454 455 456 457 458 459 460

Pygeum platyphyllum K, Schum Pygeum pullei Kochne Pygeum retusum M. et P. Pygeum rigidum Kohne Pygeum (2) Pygeum (4) Hypobathrum frutescens Bl. Lachnostoma densiflora Val. Mitragyna rotundifolia O. Ktze Mitragyna speciosa Korth. Morinda bracteata Roxb. Morinda citriflia l. Morinda tinctoria roxb. Petunga microcarpa Bl Plectronia conferta Val Plectronia didyma Kurz Plectronia glabra R. et H. Plectronia lucida Val. Psychotria celebica Miq. Randia exaltata Griff. Randia oppositifoloa Kds. Randia (3) Tarenna confuse K. et V. Tarenna fragrans K,. et V. Tarenna incerta K. et V. Tarenna polycarpa Val. Tricalysia javanica Kds Tricalysia minahassae Wendlandia dasythyrsa Miq. Wendlandia glabrata DC Aegle marmelos Corr. Chloroxylon swietenia DC Feroniella lucida Swingle Merillia caloxylon Swingle Micromelum minuitum W. et A. Tetractomia lauterbachiana M. et P. Meliosma angulata Bl. Meliosma ferruginea Bl. Meliosma lanceolata Bl. Meliosma nervosa K. et V. Meliosma nitida Bl. Meliosma (1) Meliosma (3) Meliosma (4) Meliosma (8) Meliosma (9) Meliosma Salix tetrasperma Roxb. Exocapus latifolia R. Br. Santalum album L.

33

61

62

SAPINDACEAE (oleh R. Klaasen)

SAPOTACEAE (DR. Agus S. Budi)

218 219 220 221 222

Aphania Atalaya Cupaniopsis Dodonaea Elattostachys

223 224 225 226 227 228 229

Erioglossum Euphoria Jagera Lepidopetalum Lepisanthes Litchi Mischocarpus

230

Paranephelium

231 232 233

Sapindus Schleichera Tristira

234 235 236

Achras Chrysophyllum Ganua

23 7 238

Isonandra Lucuma

461 462 463 464 465 466 467 468 469 470 471 472 473 474 475 476 477 478 479 480 481 482 483 484 485 486 487

Aphania Montana Bl. Atalaya salicifolia Bl. Cupaniopsis (1) Dodonaea viscose Jack Elattostachys verucosa Radlk. Elattostachys zipeliana Radlk. Elattostachys (2) Erioglossum rubiginosum Bl Euphoria malaiensis Radlk. Jagera serrata Radlk. Lepidopetalum perratettii Lepisanthes (1) Litchi chinensis Sonn. Mischocarpus fuscescens Bl. Mischocarpus papuana Radlk. Mischocarpus sundaicus Bl. Paranephelium gibbosum T. et B. Paranephelium xertophyllum Miq. Paranephelium (3) Paranephelium (4) Paranephelium (5) Paranephelium (6) Paranephelium (7) Sapindus rarak DC. Schleichera oleosa Merr. Tristira harpulioides Radlk Tristira triptera Radlk

488 489 490 491 492 493 494 495 496 497 498 499 500

Achras sapota L Chrysophyllum roxburghii Don Ganua boerlageana Piere Ganua coriacea Piere Ganua curtisii HJL Ganua glaberrima HJL Ganua ligulata HJL Ganua motleyana Piere Ganua sarawakensis Piere Ganua sessilis HJL Ganua (7) Ganua (8) Isonandra lanceolata Wight

501 502 503

Lucuma maingayi Dub Lucuma malaccensis Dub. Lucuma malaccensis Dyub var celebica K. et HJL Lucuma navicularis HJL Lucuma (1) Lucuma (6) Lucuma (8)

504 505 506 507

34

239

Planchonella

508 509 510 511 512 513 514 515 516 517 518 519

63

SAXIFRAGACEAE

240

Quintinia

64

65

SIMARUBACEAE (Y. Mandang & Andianto) SOLANACEAE

66

STERCULIACEAE

241 242 243 244 245 246 247 248 249 250 251

Eurycoma Picrasma Samadera Lycianthus Solanum Commersonia Erythropsis Guazuma Kleinhovia Melochia Pterocymbium

252

Reevesia

253

Tarrietia

254

Bruinsmia

67

STYRACACEAE

520 521 522 523 524 525 526 527 528 529 530 531 532 533 534 535 536 537 538 539 540 541 542 543 544 545 546 547 548 549 550 551 552 553 554

Planchonella ambionensis HJL Planchonella firma Dub Planchonella firma Dub var microcarpa HJL Planchonella lauterbachiana HJL Planchonella macropoda HJL Planchonella membranaccea K. et HJL. Planchonella nitida dub Planchonella nitida Dub var 1 Planchonella obovata HJL Planchonella obovoidea HJL Planchonella oxyedra dub Planchonella roxburghioides K. et HJL Planchonella vrieseana Dub Planchonella (9) Planchonella (10) Quintinia altigena Schltr Quintinia ?apoensis Schltr Quintinia lanceolata Reeder Quintinia ledermanii Schltr Eurycoma longifolia Jack Picrasma javanica Bl Samadera indica Gaertn. Lycianthus banahaensis Bitt. Solanum grandiflorum B. et P. Commersonia bartramia Merr. Erythropsis colorata Burkill Guazuma ulmifolia Lamk Kleinhovia hospital L. Melochia umbelata O. Stapf Pterocymbium beccarii k.Schum. Pterocymbium javanicum R.Br. Pterocymbium tinctorium Merr. Pterocymbium tubulatum Piere Pterocymbium (5) Reevesia pubescens Mast. Reevesia thyrsoidea lindl. Tarrietia javanica Bl. Tarrietia perakensis King Tarrietia riedeliana Oliv. Tarrietia symplicifolia Mast. Tarrietia (5) Tarrietia (6) Tarrietia (9) Tarrietia (11) Tarrietia (13) Bruinsmia styracoides Boerl. Bruinsmia (2)

35

68 69

560 561 562 563

255 256 257

THEACEAE

258 259

Taxus Cryptomeria Cunninghamia Archboldiodendr on Eurya

260

Laplacea

261

Tetramerista

262 263 264 265

Thea Aetoxylon Amyxa Gyrinopsis

266 267 268

Aceratium Acronodia Colona

269

Schoutenia

270

Trema

271

Ulmus

272

Laportea

273 274 275

Leucosyke Pipturus Villebrunea

276

Callicarpa

71

THYMELEACEAE (Y. Mandang & Andiato)

72

TILIACEAE

74

555 556 557 558 559

TAXACEAE TAXODIACEAE

70

73

Styrax

ULMACEAE

URTICACEAE

564 565 566 567 568 569 570 571 572 573 574 575

Styrax benzoin Dryand Styrax oliganthus V.st. Styrax paralleloneurus Perk. Styrax serulatus roxb. Styrax serulatus Roxb. Var molissimus V.St. Taxus wallichiana Zucc Cryptomeria japonica don Cunninghamia lanceolata Hook. Archboldiodendron calosericeum Kobuski Eurya acuminate A.P. DC Eurya obovata Korth. Laplacea amboinensis Miq Laplacea integerrima Miq. Laplacea subintegerrima Miq. Laplacea (1) Laplacea (4) Laplacea (5) Laplacea (6) Tetramerista glabra Miq. Tetramerista montana Hall. F. Tetramerista (3)

576 577 578 579 580 581 582 583 584 585 586 587 588 589 590 591 592 593 594 595

Thea lanceolata Piere Aetoxylon sympetalum A. Shaw. Amyxa pluricornis Demke Gyrinopsis cumingiana Decne Gyrinopsis versteeghii Aceratium cericeum Smith Acronodia punctata Bl. Colona celebica Burr. Colona javanica Burr Colona scabra Burr. Colona serratifolia Cav. Schoutenia kunstleri King Schoutenia ovata korth Schoutenia (1) Trema amboinensis Bl. Trema cannabina Lour Trema (4) Ulmus lancifolia Roxb. Ulmus parvifolia Jack Laportea peltata Gaud.

596 597 598 599 560 561

Laportea (6) Leucosyke (1) Pipturus incanus Wedd. Villebrunea rubescens Villebrunea (3) Callicarpa tomentosa Murr.

36

75

VERBENACEAE

277

Geunsia

278

Teysmannioden dron

562 563 564 565 566 567 568 569 570 571 572

76

VIOLACEAE

279 280

77

WINTERACEAE

281

Xerocarpa Rinorea Drimys

573 574 575 576 577

Callicarpa (1) Geunsia pentandra merr. Geunsia pentandra merr. Var 1 Teysmanniodendron ahernianum Bakh. Teysmanniodendron coriaceum Kosterm. Teysmanniodendron bogoriense Kds Teysmanniodendron hollrungii kosterm. Teysmanniodendron holephyllum Kosterm. Teysmanniodendron kostermansii Mold. Teysmanniodendron pteropodum Bakh. Teysmanniodendron simplicifolium Merr. Teysmanniodendron (7) Xerocarpa aviceniaefoliola HJL Rinorea (1) Rinorea (2) Drimys piperita Hook. F.

The least known wood species: 577 jenis, 281 marga, 77 suku

37

Lampiran 2.

Ukuran ceruk antar pembuluh (yg selang-seling dan berhadapan) 24. sangat kecil 4-7 mikron 26. sedang >7-10 mikron 27. besar > 10 mikron 28. selang ukuran ceruk antar pembuluh (μm) Ceruk antar pembuluh berumbai 29. Ceruk berumbai Percerukan pembuluh-jari-jari 30. dgn halaman yang jelas; serupa dlm ukuran dan bentuk dgn ceruk antar pembuluh 31. dgn halaman yang sempit sampai sederhana; ceruk bundar atau bersudut 32. dgn halaman yang sempit sampai sederhana; ceruk horisontal atau vertikal 33. dua ukuran atau tipe yang jelas dlm sel yang sama 34. berGabung searah, kasar (> 10 μm) 35. Terbatas pada baris marjinal

DAFTAR PENGAMATAN CIRI MIKROSKOPIK Nomor contoh:............................................ Asal:............................................................. Nama setempat: Nama botani:…………………...................... Suku…………………………….......................... .. Pengamat:....................................................... +

-

?

Ciri Mikroskopik

Lingkar tumbuh 1. Batas lingkar tumbuh jelas 2. Batas l.t. tidak jelas Porositas 3. Tata-lingkar 4. Semi tata-lingkar 5. Baur Sebaran pembuluh 6. Pita tangensial 7. Pola diagonal atau radial 8. Pola dendritik Pengelompokan pembuluh 9. Hampir seluruhnya soliter 10. BerGanda radial 4 atau lebih biasa dijumpai 11. BerGerombol biasa dijumpai Outline pembuluh soliter 12. Outline pembuluh soliter bersudut Bidang perforasi 13. Sederhana 14. Bentuk tangga 15. sampai 10 palang 16. >10-20 palang 17. >20-40 palang 18. lebih dari 40 palang 19. bentuk jala, tapisan, atau lainnya Ceruk antar pembuluh: (susunan dan ukuran) 20. bentuk tangga 21. berhadapan 22. selang-seling 23. bentuk ceruk selang-seling bersegi banyak

Penebalan ulir 36. ada 37. pada seluruh badan pembuluh 38. hanya pada ekor pembuluh 39. hanya pd pembuluh yg sempit Diameter lumen pembuluh 2 Diameter rata lumen pembuluh 40. 50 μm atau kurang 41. 50-100 μm 42. 100-200 μm 43. 200 μm atau lebih 2

44. Rata +/- st. dev., selang (μm) 13.

45. 2 kelas diameter (bukan tatalingkar) 2

Frekuensi pembuluh per mm 46. 5 atau kurang 47. 5-20 48. 20-40 49. 40-100 50. 100 atau lebih 2 51. Rata , +/- st. dev. Selang 2 Rata panjang pembuluh 52. 350 μm atau kurang 53. >350-800 μm 54. >800 μm atau lebih 2 55. Rata , +/- st. dev., Selang (μm) Tilosis dan Endapan dalam pembuluh 56. tilosis umum

38

57. tilosis sklerotik 58. getah dan endapan Kayu tanpa pembuluh 59. kayu tanpa pembuluh Elemen trakea tak berlubang 60. trakeida vaskisentrik dan vaskular Jaringan serat dasar 61. dgn ceruk sederhana sampai berHalaman sangat kecil 62. dgn ceruk berHalaman yang jelas 63. ceruk umum pada dinding radial dan tangensial Penebalan ulir 64. penebalan ulir pada jaringan serat dasar Serat bersekat dan serat mirip parenkim 65. serat bersekat dijumpai 66. serat tanpa sekat dijumpai 67. pita serat mirip parenkim selang-seling dengan serat biasa Tebal dinding serat 68. sangat tipis 69. tipis sampai tebal 70. sangat tebal 2 Rata panjang serat 71. 900 μm atau kurang 72. > 900-1600 μm 73. > 1600 μm 2 74. Rata , +/- st. dev., Selang.. Parenkima aksial 75. tidak ada atau sangat jarang Parenkima aksial apotrakea 76. tersebar 77. tersebar dalam kelompok Parenkima aksial paratrakea 78. paratrakea jarang 79. vaskisentrik 80. aliform 81. aliform lozenge 82. aliform bersayap 83. konfluen 84. paratrakea sepihak Parenkim pita 85. pita > 3 lapis sel 86. pita sempit =< 3 lapis sel 87. bentuk jala 88. bentuk tangga 89. marjinal atau tampaknya marjinal Tipe sel parenkim aksial; panjang untai 90. sel parenkim bentuk gelendong 91. dua sel per untai 92. empat (3-4) sel per untai 93. delapan (5-8) sel per untai 94. lebih dari 8 sel per untai

95. parenkim tanpa terlignifikasi Lebar jari-jari 96. seluruhnya 1 seri 97. 1-3 seri 98. jari-jari besar umumnya 4-10 seri 99. jari-jari besar umumnya > 10 seri 100. lebar jari-jari multi seri = lebar jari-jari 1 seri Jari-jari agregat 101. Jari-jari agregat Tinggi jari-jari 102.Tinggi jari-jari> 1 mm Jari-jari 2 ukuran 103. jari-jari 2 ukuran yang jelas Komposisi sel jari-jari 104. seluruhnya sel baring 105. seluruhnya sel bujur sangkar atau sel tegak Tubuh jari-jari sel baring (106-108) 106. dgn 1 jalur sel tegak dan atau sel bujur sangkar marjinal 107. umumnya dgn 2-4 jalur sel tegak atau sel bujur sangkar marjinal 108. dgn > 4 jalur sel tegak atau bujur sangkar marginal 109. sel baring, sel b.s. dan sel tegak bercampur Sel seludang dan sel ubin 110. sel seludang 111. sel ubin Sel jari-jari berlubang 112. sel jari-jari berlubang Sel jari2 disjunktif 113. Sel jari2 disjunktif Frekuensi jari2 per mm 114. 4-12 per mm 116. 12 atau lebih per mm Kayu tanpa jari-jari 117. kayu tanpa jari-jari Susunan bertingkat 118. semua jari-jari 119. jari-jari rendah bertingkat, jari-jari tinggi tidak 120. parekim aksial atau unsur pembuluh 121. serat 122. jari-jari atau unsur aksial bertingkat tak teratur 123. jumlah tingkat jari-jari per mm aksial Sel minyak dan muscilage 124. bergabung dgn jari-jari 125. bergabung dgn parenkima

39

aksial 126. hadir diantara serat Saluran interselular 127. saluran aksial dlm baris tangensial panjang 128. saluran aksial dlm baris tangensial pendek 129. saluran aksial tersebar 130. saluran radial

163. silika vitreous Catatan:

131. saluran interselular traumatik Pipa 132. Saluran getah atau tanin Varian kambial 133. kulit tersisip konsentrik 134. kulit tersisip tersebar 135. varian kambial lainnya Kristal prismatik 136. kristal prismatik dijumpai 137. dalam sel tegak 138. dalam sel baring 139. berderet radial dalam sel baring 140. dalam sel tegak berbilik 141. dalam parenkim aksial tak berbilik 142. dalam parenkim aksial berbilik 143. dalam serat Druse 144. druse ada 145. dalam jari-jari 146. dalam parenkim aksial 147. dalam serat 148. dalam sel-sel berbilik Kristal bentuk lain 149. rafid 150. asikular 151. stiloid atau memanjang 152. bentuk lain (umumnya kecil) 153. kristal pasir Ciri diagnostik lainnya 154. > 1 kristal berukuran sama per sel atau bilik 155. dua ukuran kristal per sel atau bilik 156. kristal dalam sel yang membesar 157. kristal dalam tilosis 158. cystolyth Silika 159. butir-butir silika dijumpai 160. dalam sel jari-jari 161. dalam sel parenkim aksial 162. dalam serat

40

41